KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, teman-teman Kelompok , serta semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Sebagai makluk yang lemah penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, penulis terima dengan lapang dada. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.
Mataram, 27 Maret 2019
1
Penyusun ,DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1 A.
LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B.
RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C.
TUJUAN..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3 A.
KONSEP DASAR PEYAKIT..............................................................................3 1.
PENGERTIAN PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI.............................................3
2.
ETIOLOGI PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMSI..............................................3
3.
FAKTOR RESIKO KEJADIAN.........................................................................5
4.
ANGKA KEJADIAN DI INDONESIA DAN NTB............................................7
5.
ANATOMI.........................................................................................................9
6.
PATOFISIOLOGI DAN WOC.................................................................................10
7.
TANDA GEJALA PENYAKIT.........................................................................12
8.
PENATALAKSANAAN..................................................................................14
B.
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN NANDA NIC NOC..............18 1.
PENGKAJIAN.................................................................................................18
2.
ANALISA DATA.............................................................................................21
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................23
4.
INTERVENSI...................................................................................................24
5.
IMPLEMENTASI.............................................................................................28
6.
EVALUASI......................................................................................................29
BAB III PENUTUP........................................................................................................32 A.
KESIMPULAN...................................................................................................32
DAFTAR PUSAKA........................................................................................................33
1
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG Pre-eklamsia/eklamsia merupakan
penyebab
kedua
setelah
perdarahan sebagai penyebab langsung yang spesifik terhadap kematian maternal. Di negara berkembang insiden pre-eklamsia dan eklamsia berkisar antara 1:100 sampai 1:1700. Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal dunia karena pre-eklamsia. Kejadian pre-eklampsi dapat dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila Case Fatality Rate (CFR) pre-eklamsia/ eklamsia mencapai 1,4%-1,8%. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup. Pada tahun 2012 hasil SDKI menunjukkan peningkatan dari 228 per 100.000 Kelahiran Hidup menjadi 359 per 100.000 Kelahiran Hidup. Hasil penilitian Raharja (2012) menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Timur Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 140 per 100.000 Kelahiran Hidup. Dengan penyebab kematian, yaitu perdarahan (25,09%), pre-eklamsia/eklamsia (34,71%), infeksi (4,98%), jantung (8,25%) dan lain-lain sebesar (26,98%). Angka Kematian Ibu di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013 sebesar 176 per 100.000 Kelahiran Hidup. Dengan penyebab kematian, yaitu perdarahan (51,13%), pre-eklamsia/eklamsia (11,36%), infeksi (7,95%), partus lama (1,13%) dan 28,40% disebabkan oleh faktor lain. B. RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Apa definisi dari pre eklamsi dan eklamsi? Apa etiologi dari pre eklamsi dan eklamsi? Bagaimana resiko kejadian dari pre eklamsi dan eklamsi ? Berapa banyak angka kejadian di Indonesia dan Ntb ? Apa saja anatomi dari pre eklamsi dan eklamsi? Bagaimana patofisiologi dari pre eklamsi dan eklamsi ? Apa saja tanda gejala penyakit pre eklamsi dan eklamsi? Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita pre eklamsi
dan eklamsi?
1
9. Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada pre eklamsi dan eklamsi? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari pre eklamsi dan eklamsi 2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari pre eklamsi dan eklamsi 3. Untuk mengetahui resiko kejadian pre eklamsi dan eklamsi 4. Untuk mengetahui angka kejadian pre eklamsi dan eklamsi yang ada di Indonesia dan Ntb. 5. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari pre eklamsi dan eklamsi 6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita pre eklamsi dan eklami 7. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada penderita pre eklamsi dan eklamsi 8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada pre eklamsi dan eklamsi
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PEYAKIT 2
1.
PENGERTIAN PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI a. Pre Eklamsi Pre eklampsi ialah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat bandan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboraorium di jumpai proein di dalam urine (proteinuria). Pre eklampsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan protein uria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklamsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi retriksi pertumbuhan dan abrupsio plasenta (Sennan & Chappel, 2001). Pre eklamsi ialah sekelompok penyulit yang timbul pada masa hamil, persalinan, nifas, dan ditandai adanya hipertensi, protein uriadan edema (Arshita Auliana 2007). b. Eklamsi Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam pesalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang ( bukan timbul akibat kelainan neuroligik) dan/atau koma dimana
2.
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia. ETIOLOGI PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMSI Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui
secara pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia. Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia (Saralangi, 2014). Adapun penyebab lain yaitu : 1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan Pengeluaran hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh. Pembuluh-pembuluh darah menciut, terutama pembuluh darah kecil, akibatnya tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa terjadi 3
penimbunan zat pembeku darah yang ikut menyambut pembuluh darah pada jaringan-jaringan vital. 2) Peran Faktor Immunologis Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan pertama pembentuk blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan (Saralangi, 2014). 3) Peran Faktor Genetik Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain: a) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia b) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya
frekuensi
preeklampsia eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsiaeklampsia c) Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsiaeklampsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia-eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
3.
FAKTOR RESIKO KEJADIAN Praktisi kesehatan diharapkan dapat mengidentifikasi faktor risiko
preeklampsia dan eklampsia dan mengontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan pencegahan primer. faktor risiko preeklampsia, yaitu: 1) Usia Duckitt melaporkan peningkatan risiko preeklampsia dan eklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih pada primipara maupun multipara. Usia muda tidak meningkatkan risiko secara bermakna (Evidence II, 2004). Robillard dkk melaporkan bahwa risiko preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan kedua meningkat dengan peningkatan usia ibu.Choudhary P dalam
4
penelitiannya menemukan bahwa eklampsia lebih banyak (46,8%) terjadi pada ibu dengan usia kurang dari 19 tahun. 2) Nulipara Hipertensi gestasional lebih sering terjadi pada wanita nulipara. Duckitt melaporkan nulipara memiliki risiko hampir tiga kali lipat (RR 2,91, 95% CI 1,28 – 6,61) (Evidence II, 2004). 3) Kehamilan pertama oleh pasangan baru Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap sebagai faktor risiko, walaupun bukan nulipara karena risiko meningkat pada wanita yang memiliki paparan rendah terhadap sperma. 4) Jarak antar kehamilan Studi melibatkan 760.901 wanita di Norwegia, memperlihatkan bahwa wanita multipara dengan jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko preeklampsia dan eklampsia hampir sama dengan
nulipara.
Robillard
dkk
melaporkan
bahwa
ririko
preeklampsia dan eklampsia semakin meningkat sesuai dengan lamanya interval dengan kehamilan pertama (1,5 setiap 5 tahun jarak kehamilan pertama dan kedua; p <0,0001).
5) Riwayat preeklampsia eklampsia sebelumnya Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor risiko utama. Menurut Duckitt risiko meningkat hingga tujuh kali lipat (RR 7,19 95% CI 5,85-8,83). Kehamilan pada wanita dengan riwayat preeklampsia dan eklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dinin dan dampak perinatal yang buruk. 6) Riwayat keluarga preeklampsia eklampsia Riwayat preeklampsia dan eklampsia pada
keluarga
juga
meningkatkan risiko hampir tiga kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat. 7) Kehamilan multifetus Studi melibatkan 53.028 wanita hamil menunjukkan, kehamilan kembar meningkatkan risiko preeklampsia hampir tiga kali lipat. Analisa lebih lanjut menunjukkan kehamilan triplet memiliki risiko hampir tiga kal lipat dibandingkan kehamilan duplet. Sibai dkk 5
menyimpulkan bahwa kehamilan ganda memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk menjadi preeklamsia dibandingkan kehamilan normal. selain itu, wanita dengan kehamilan multifetus dan kelainan hipertensi saat hamil memiliki luaran neonatal yang lebih buruk daripada kehamilan monofetus. 8) Diabetes Melitus Terganung Insulin (DM tipe I) Kemungkinan preeklampsia meningkat hampir empat kali lipat bila diabetes terjadi sebelum hamil. Anna dkk juga menyebutkan bahwa diabetres melitus dan hipertensi keduanya berasosiasi kuat dengan indeks masa tubuh dan kenaikannya secara relevan sebagai faktor risiko eklampsia di United State. 12). 9) Hipertensi kronik Chappell dkk meneliti 861 wanita dengan hipertensi kronik, didapatkan insiden preeklampsia superimposed sebesar 22% (n-180) dan hampir setengahnya adalah preeklampsia onset dini (<34 minggu) dengan keluaran maternal dan perinatal yang lebih buruk. 10) Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh (IMT) saat pertama kali Antenatal Care (ANC) Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko semakin besar dengan semakin besarnya IMT. Obesitas sangat berhubungan dengan resistensi insulin, yang juga merupakan faktor risiko preeklampsia. Obesitas meningkatkan rsisiko preeklampsia sebanyak 2,47 kali lipat, sedangkan wanita dengan IMT sebelum hamil >35 dibandingkan dengan IMT 19-27 memiliki risiko preeklampsia empat kali lipat. Pada studi kohort yang dilakukan oleh Conde-Agudelao dan Belizan pada 878.680 kehamilan, ditemukan fakta bahwa frekuensi preeklampsia pada kehamilan di populasi wanita yang kurus (IMT< 19,8) adalah 2,6% dibandingkan 10,1% pada populasi wanita yang 4.
gemuk (IMT> 29,0). ANGKA KEJADIAN DI INDONESIA DAN NTB Pre-eklamsia/eklamsia merupakan penyebab kedua
setelah
perdarahan sebagai penyebab langsung yang spesifik terhadap kematian maternal. Di negara berkembang insiden pre-eklamsia dan eklamsia berkisar antara 1:100 sampai 1:1700. Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal dunia karena pre-eklamsia. Kejadian pre-eklampsi dapat 6
dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila Case Fatality Rate (CFR) pre-eklamsia/ eklamsia mencapai 1,4%-1,8%. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup. Pada tahun 2012 hasil SDKI menunjukkan peningkatan dari 228 per 100.000 Kelahiran Hidup menjadi 359 per 100.000 Kelahiran Hidup. Hasil penilitian Raharja (2012) menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Timur Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 140 per 100.000 Kelahiran Hidup. Dengan penyebab kematian, yaitu perdarahan (25,09%), pre-eklamsia/eklamsia (34,71%), infeksi (4,98%), jantung (8,25%) dan lain-lain sebesar (26,98%). Angka Kematian Ibu di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013 sebesar 176 per 100.000 Kelahiran Hidup. Dengan penyebab kematian, yaitu perdarahan (51,13%), pre-eklamsia/eklamsia (11,36%), infeksi (7,95%), partus lama (1,13%) dan 28,40% disebabkan oleh faktor lain. Menurut laporan maternal Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat kasus kematian ibu 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada Tahun 2014 tercatat jumlah kematian ibu sebanyak 7 orang, dan tahun 2015 menurun menjadi 5 kasus, terakhir tahun 2016 jumlah kasus tetap 5 kasus. Faktor penyebab kematian adalah kasus Perdarahandan Pre Eklampsia dan Eklamsi. Dan terbanyak karena Perdarahan .
Gambar 1 data pre eklamsi
Sumber : Laporan Kegiatan Maternal Kab. LOBAR Tahun 2016.
7
Dari grafik diatas untuk kematian ibu dapat dikatakan fluktuatif, terjadi penurunan yang tajam pada Tahun2012 dan 2016. Tahun 2016 terbanyak ibu mati saat bersalin (5 orang) dan semuanya pada kelompok usia 20 – 34 tahun. Sedangkan untuk tahun 2016 ini penyebab kematian ibu paling tinggi tahun ini karena perdarahan sebanyak 3 kasus, dan penyebab lainnya pre eklamsia/eklamsia2 kasus. 5.
ANATOMI
Gambar 2. anatomi Pada kondisi normal, terjadi remodeling anteriol spiralis uterin pada saat diinvasi oleh trofoblast endovaskuler. Sel-sel tersebut menggantikan endotel pembuluh darah dan garis otot sehingga diameter pembuluh darah membesar. Vena diinvasi secara superfisial. Pada kasus preeclampsia, terjadi invasi trofoblast yang tidak lengkap. Invasi terjadi secara dangkal terbatas pada pembuluh darah desidua tetapi tidak mencapai pembuluh darah myometrium. Pada kehamilan normal tanpa preeklampsia,
invasi
trofoblast
terjadi
secara
lengkap
mencapai
myometrium. Pada Preeklampsia, arteroil pada myometrium hanya memiliki diameter berukuran setengah lebih kecil dari plasenta yang normal. Selain itu pada awal preeklampsia terjadi kerusakan endotel, insudasi dari plasma ke dinding pembuluh darah, proliferasi sel miointimal dan nekrosi medial. Lipid dapat terkumpul pada sel miointimal dan di dalam kantong makrofag. Akibat dari gangguan pembuluh darah tersebut, terjadi peningkatan tekanan darah serta kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi ke
8
plasenta. Kondisi tertentu membuat plasenta mengeluarkan faktor-faktor tertentu yang dapat memicu inflamasi secara sistemik. 6.
PATOFISIOLOGI DAN WOC Pre eklamsi adalah tekanan darah meningkat saat kehamilan
kurang dari 20 minggu yang menyebabkan superimposed pre eklamsi pada hipertensi kronik dan ketika pada kehamilan normal lebih dari dua minggu ibu mengalami kejang berlebihan maka akan terjadinya eklamsi dan apabila kejang berkurang dikatakan preeklamsi yang disebabkan karena vaso spasme pada pembuluh darah menurun di ventrikel kiri sehingga proses cardiac menurun dan volume darah pun menurun yang merangsang medulla oblongata pada sistem syaraf simpatis sehingga : a)
Hcl( hydrogen clorida) meningkat peristaltic turun (nafsu
makan menurun) yang mengakibatkan konstipasi dan akumulasi gas darah b) c) d)
Terjadi peningkatan irama jantung Keluar keringat yang berlebihan Pada paru-paru LADEP akan meningkat menebabkan
terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan menyebabkan terjadinyan edema paru
9
Tekanan darah
meningkat (TD>140/90
Hamil<20 mingg
normal
Hipertensi kronik
Superimposed pre eklamsia
Hamil >20 minggu
Pre eklampsia
Kejang (-)
Kejang (+)
Penurunan pengisian darah di ventrikal kiri
eklamsia
Vaso spasme pada pembuluh darah
Volume dan tekanan darah menurun
Proses 1 cardiac output menurun
Merangsang medulla oblongata
System syaraf simpatis meningkat
jantung Kompresi saraf simpatis meningkat gangguan irama jantung aliran turbulensi emboli
HCL meningkat
Peristaltic turun
Kelebihan volume cairan Keluar keringat berlebihan kulit
paru
Penumpukan darah
10 LAEDP meningkat
Perubahan Ggn rasa nyaman (nyeri) perrfusi jaringan Akral dingin konstipasi perifer
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari vasokontriksi Metabolism Akumulasi gas meningkat kebutuhan
Proses Timbul perpindahan edema gangguan cairan karena perbedaan Gangguan pertukaran Kongesti vena Pembuluh darah fungsi alveoli
7.
TANDA GEJALA PENYAKIT a. Pre Eklamsi Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda / gejala dibawah ini di temukan: a) Tekanan sistolik 160 mmHg, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih b) Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam : +3 atau +4 pada pemeriksaan c) kualitatif d) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dari 24 jam e) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan atau nyeri daerah epigastrium f) Edema paru-paru. Menurut Rozikhan (2007) tanda dan gejala preeklampsia adalah sebagai berikut: 1) Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tandatanda lain. Bila peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita menderita 11
hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia. Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang- kurangnya 90 mmHg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat. 2) Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada kaki, jarijari tangan, dan muka, atau pembengkan pada ektrimitas dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosa pre eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan, mungkin merupakan tanda preeklampsia. Bertambahnya berat badan disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian oedema nampak dan edema tidak hilang dengan istirahat. Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre eklampsia. Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH ( Hipertensi dalam kehamilan) tetapi hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik kecuali jika edemanya general. 3) Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau 12
pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2 + (menggunakan metode turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hipertensi dan tambah berat badan. Proteinuri sering ditemukan pada preeklampsia, karena vasospasmus pembuluhpembuluh darah ginjal. Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius. b. Eklamsi Tanda dan Gejala a) Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas b) Tanda- tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria) c) Kejang –kejang dan/atau koma d) Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ 8. PENATALAKSANAAN a. Pre-eklampsia Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-eklampsia,
dan
faktor-faktor
apa
dalam
kehamilan
yang
menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama ialah : 1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia; 2) melahirkanjanin hidup; 3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya. Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Pengobatan pre-eklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih prematur
penundaan
pengakhiran
kehamilan
mungkin
dapat
menyebabkan eklampsia atau kematian janin. Pada janin dengan berat badan kemungkinan hidup pada pre-eklampsia berat lebih baik di luar dari di dalam uterus.
Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan
induksi persalinan atau seksio sesarea menurut keadaan.
Pada
umumnya indikasi untuk kehamilan ialah :
13
1)
pre-eklampsia ringan dengan kehamilan lebih dari cukup
bulan 2) pre-eklampsia dengan hipertensi dan/atau proteinuria menetap selama 10-14 hari, dan janin sudah cukup matur 3) pre-eklampsia berat; 4) eklampsia. a) Penanganan pre-eklampsia ringan Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia.
Istirahat dengan
berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat,
aliran darah ke ginjal juga lebih
banyak, tekanan vena pada ekstrimitas bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut bertambah. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah. Apakah restriksi garam berpengaruh nyata terhadap pre-eklampsia, masih belum ada persesuaian faham.
Ada yang menyatakan bahwa
jumlah garam pada makanan sehari-hari tidak berpengaruh banyak terhadap keadaan pre-eklampsia, penulis lain sebaliknya menganjurkan garam dalam diet penderita. Pada umumnya pemberian diuretika
dan
antihipertensiva pada pre-eklampsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat obat tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklampsia berat. Biasanya dengan tindakan yang sederhana ini tekanan darah turun, berat badan dan edema turun, proteinuria tidak atau mengurang. Setelah keadaan menjadi normal kembali penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus diperiksa lebih sering daripada biasa. Karena biasanya hamil sudah tua,
persalinan tidak lama lagi 14
berlangsung. Bila hipertensi menetap biarpun tidak tinggi, penderita tetap tinggal di rumah sakit. Dalam hal ini perlu diamati keadaan janin dengan pemeriksaan kadar dalam air kencing berulang kali, pemeriksaan ultrasonik, amnioskopi, dan lain-lain. Perlu diperhatikan bahwa induksi persalinan yang dilakukan terlalu dini akan merugikan karena bahaya prematuritas, sebaliknya induksi yang terlambat dengan adanya insufisiensi plasenta akan menyebabkan kematian intrauterin janin. Bila keadaan janin mengizinkan, ditunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai kehamilan cukup atau lebih dari 37 minggu. Beberapa pre-eklampsia ringan
tidak
membaik
dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi
cairan
dan
proteinuria
bertambah,
walaupun
penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur. b) Penanganan pre-eklampsia berat Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejala-gejala pre-eklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah rimbulnya kejang-kejang.
Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut
dapat diatasi,
dapat difikirkan cara yang terbaik untuk
menghentikan
kehamilan.
mencegah
seterusnya
Tindakan bahaya
ini
perlu
eklampsia.
untuk Sebagai
pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan: 1) larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10ml (4 gram) disuntikkan intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila diuresis baik refleks patella positif, dan kecepatan pernapasan lebih dari 16 per menit. Obat
15
tersebut, selain menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. 2) Klorpromazin 50mg intramuskulus 3) Diazepam 20mg intrmuskulus. b. Eklamsi Tujuan pengobatan : a) Untuk menghentikan dan mencegah kejang . b) Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis. c) Sebagai penunjang untuk mencapai stabilitas keadaan ibu seoptimal mungkin. d) Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin. 1)
Pengobatan medisinal sama seperti pengobatan
pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejangkejang maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosisi tambahan masih tetap kejang maka berikan amobarbital / thiopental 3-5 mg/kgBB/lV perlahanlahan. 2) a)
Perawatan bersama : Konsul bagian saraf, penyakit dalam jantung, mata,
anestesi dan anak. b) Perawatan pada serangan kejang : dikamar isolasi 3)
yang cukup terang / ICU Pengobatan obstertik .
16
B. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN NANDA NIC NOC 1. PENGKAJIAN Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah : 1) Data biologis Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun 2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : Terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur 3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : Ditanyakan adalah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM) 4) Riwayat kehamilan : Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya 5) Pola nutrisi : Jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan 6) Psikososial spiritual : Konsep Viginia Henderson a) Bernafas dengan normal Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat pembantu agar klien dapat bernafas secara normal dan kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien. b) Kebutuhan akan nutrisi Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan.
17
Pemilihan dan penyediaan makanan, dengan tidak lupa memperhatikan latar belakang dan social klien. c) Kebutuhan eliminasi Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran. d) Gerak dan keseimbangan tubuh Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan tubuh, miring, dan bersandar. e) Kebutuhan isthirahat dan tidur Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien yang baik dan menjaga lingkungan nyaman untuk istirahat. f) Kebutuhan berpakaian Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakainya. g) Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi Perawat harus mengetahui piosiologi panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara, atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya. h) Kebutuhan akan personal hygiene Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap bersih baik fisik maupun jiwanya i) Kebutuhan rasa aman dan nyaman Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak merasa nyaman dan aman. j) Berkomunikasi Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi penerjemah dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan
18
dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang teraupeutik. k) Kebutuhan spiritual Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi kebutuhan
spiritualnya
dan
meyakinkan
pasien
bahwa
kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan. l) Kebutuhan bekerja Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja m) Kebutuhan bermain dan rekreasi Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur, kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan penyakit. n) Kebutuhan belajar Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan. 7) Pemeriksaan fisik a) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam b) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema c) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress d) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks+) e) Pemeriksaan penunjang : a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, f) g)
uric acid biasanya > 7 mg/100 ml Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak h) USG ; untuk mengetahui keadaan janin 19
2.
i) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin. ANALISA DATA No
Symptoms DS Biasan ya klien mengatakan peningkatan berat badan Biasan ya klien mengeluh pusing Biasan ya klien mengeluh susah bernafas DO Edema Klien tampak lemah Protein uria
DS Biasan
ya klien mengataka n mudah lelah Klien mengeluh kehilangan selelra makan Biasanya klien mengatakan mual muntah Biasanya pasien mengeluh susah BAB
Etiologi 1. gangguan
Problem Kelebihan volume
mekanisme
cairan
regulasi 2. kelebihan asupan cairan 3. kelebihan kelebihan asupan natrium
1. Ketidak
Ketidakseimbangan
mampuan
nutrisi kurang dari
untuk
kebutuhan
mengabsorbsi nutrien 2. Ketidak mampuan untuk mencerna makanan
20
DO Kulit
rambut kering Pembengka kan pada bagian tubuh terntu Pipi mata cekung Mulut kering Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat DS
gangguan Biasanya
irama Gangguan
jantung .
nyaman
klien mengeluh pada epigastrium Biasanya klien mengeluh tidak nyaman tidur Biasanya klien mengeluh nyeri dada DO Klien
terlihat cemas Klien terlihat pucat Irama jantung tidak stabil 3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan a. gangguan mekanisme regulasi b. kelebihan asupan cairan c. kelebihan kelebihan asupan natrium 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan 21
rasa
a. b. 3) 4.
Ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien Ketidak mampuan untuk mencerna makanan Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan
irama jantung INTERVENSI.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan output berlebih.
NOC
NOC Electrolit and acid Fluid manajemen base balance -Timbang Fluid balance popok/pembalut jika di Hydration perlukan Setelah dilakukan -pertahankan catatan asuhan intake dan ouput yang keperawatan akurat selama …x 24 jam -pasang urine kateter diharapkan jika di perlukan kelebihan volume -monitor hasil Hb yang cairan klien sesuai dengan retensi berkurang. cairan (BUN,Hmt,osmolalitas Kriterial Hasil urin) Terbebas dari -Monitor status edema,efusi,anaska hemodinamik,termksud ra CVP,MAP,PAP,dan Bunyi nafas bersih PCWP tidsak -Monitor vital sign ada,dyspneu/ortopn -Monitor indikasi eu retensi/kelebihan Terbebas dari retensi/kebihan cairan distensi vena (cracles,CVP,edema jugularis,reflek distensi vena hepatojugular(+) leher,asites) Memilihara -kaji lokasi dan luas tekanan vena edema sentral,tekanan -monitor masukan kapiler paru,output makanan/cairan dan jantung dan vital hitung intake kalori sign dalam batas -Monitor status nutrisi normal -Kolaborasi pemberian Terbebas dari deuratik sesuai intruksi kelelahan,kecemasa -Batasi masukan cairan n atau kebingungan pada keadaan Menjelaskan hiponatremi dilusi indikator kelebihan dengan serum Na <130 cairan meq/I 22
-Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
23
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan output
NOC Nutrisi status: Nutritional status :
food and fluid Intsake Nutritional status :
nutrien intake Weight control Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berkurang. Kriteria hasil Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda menstruasi Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC Nutrition managemen -Kaji adanya alergi makanan -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien untuk meningkatkan intake fe -Anjurkan untuk meningkatakan protein dan vitamin C -Berikan substansi gula -Yakinkan diet yamg dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi -Berikan makanan yang terpilih (sudah di konsultasikan dengan ahli gizi) -Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian -Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori -berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi -kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang di butuhkan Nutrition monitoring -BB pasien dalam batas normal -Monitor adanya penurunan berat badan -Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
24
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan irama jantung
NOC
Ansiety Fear leavel Sleep deprivation Comvort,readines for enchanced Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan Gangguan rasa nyaman berkurang.
Kriteria hasil Mampu mengontrol kecemasan Status lingkungan yang nyaman Mengontrol nyeri Kualitas tidur dan istrahat adekuat Agresi pengendalian diri Respon terhadap pengobatan Control gejala Status kenyamanan meningkat Dapat mengontrol ketakutan Support social Keinginan untuk hidup
NIC Anxiety Reduction(penurunan kecemasan) -Gunakan pendekatan yang menenangkan -Nyatakan dengan jelasharapan terhadap pelaku pasien -jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur -Pahami prespektif pasien terhadap sitiuasi stres -temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut -Dorong keluarga untukn menemui anak -Lakukan back/neck rub -Dengarkan dengan penuh perhatian -Identifikasi tingkat kecemasan -Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan -Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan,persepsi -Instruksi pasien menggunakan tehnik relaksasi -berikan obat untuk mengurangi kecemasan ENVIRONMENT MANAGEMENT CONFORT PAIN MANAGEMENT
25
5.
IMPLEMENTASI Implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam rangka
menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana diharapkan.
Rangkaian kegiatan
tersebut mencakup, pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut. Ketiga, bagaimana menghantarkan kebijaksanaan secara kongkrit ke masyarakat. (menurut syaukani, 2004). Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan respon klien Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan. b. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan pesan serta untuk merawat diri sendiri (self care). Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatkan status kesehatan. Dapat menjaga rasa aman, harga diri, dan melindungi klien. Memberi pendidikan, dukungan dan bantuan. Bersifat holistic. Kerjasama dengan profesi lain. Melakukan dokumentasi. 6.
EVALUASI Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang
26
terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius & Bayne, 1994). Menurut Griffith & Christensen (1986) evaluasi sebagai suatu yang direncanakan, dan perbandingan yang sistematik
pada status
kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat biasa
menentukan efektifitas tindakan
keperawatan. Meskipun tahap evaluasi di letakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnose juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut, dapat dicapai secara efektif. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan : a.Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan). b. Memodifikasi rencana
tindakan
keperawatan
(klien
mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan). c.Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Iyer et al., 1996). Salah satu format catatan perkembangan yang diorientasikan kearah proses keperawatan adalah metode SOAPIER (Fischbach, 1991). Hal ini meliputi sebagai berikut : S
Subjective data (data subyektif)
O
Objective data (data obyektif)
A
Analysis (analisis)
P
PlanOf Care ( rencana asuhan)
Pernyataan atau interaksi klien Pengamatan dan penilaian perawat Status diagnosa keperawatan Hasil dan tindakan yang 27
direncanakan Tindakan yang diimplementasik an E Evaluation (evaluasi) Respon klien terhadap tindakan /hasil R Revision (revisi) Perubahan rencana saat diperlukan Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakuakan I
Implementation (implementasi)
terhadap pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu SOAPIER atau SOAP : S
Subyektif
O
Obyektif
A
Analisia
P
Rencana asuhan
I
Intervensi
Hasil pemeriksaan terahir yang dikelukan oleh pasien biasanya biasanya data ini berubungan dengan kriteria hasil Hasil pemerikasaan terakhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini juga berhubungan dengan kriteria hasil Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah telah terpenuhi atau tidak Dijelaskan rencana tindakan lanjut yang akan dilakukan terhadap pasien Tindakan prawat untuk mengatasi masalah yang ada Evaluasi terhadap tindakan keperawatan
E Evaluasi R Revisi Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian,atau tidak
teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan criteria hasil yang telah ditetapkan. Formaat evaluasi menggunakan : S O
A
P
Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa 28
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pre eklampsi ialah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat bandan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboraorium di jumpai proein di dalam urine (proteinuria). Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam pesalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang ( bukan timbul akibat kelainan neuroligik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
29
DAFTAR PUSAKA
Hardi, a. d. (2015). asuhan keperawatan & medis nanda nic noc . jogjakarta: mediaction. Nugroho, T. (2014). Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika .
Reeder, M.D.G, (2012). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,Bayi , Keluarga, Ed.18, Vol. 2. Jakarta: Egc.
ahmad, f. (2011). asuhan kebidanan patologis. jakarta: salemba medika. jason, e. &. (2011). patologi pada kehamilan . jakarta: egc.
30