Gastroentritis Rev.docx

  • Uploaded by: Eti Junia
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gastroentritis Rev.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,463
  • Pages: 23
MAKALAH GASTROENTRITIS

OLEH KELOMPOK 2 1. ARI FITRIA HATIARSIH 2. DEWI SUSANTI 3. ETI JUNIA ASTUTI 4. LALU HIDAYAT MALIK ABDURRAHIM

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, teman-teman Kelompok , serta semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Sebagai makluk yang lemah penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, penulis terima dengan lapang dada. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Mataram, 24 Maret 2019 Penyusun ,

Kelompok 2

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2 C. Tujuan ................................................................................................................ 2 D. Manfaat .............................................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................... 4 A. Konsep Dasar Penyakit ...................................................................................... 4 1. Definisi ............................................................................................................ 4 2. Etiologi ............................................................................................................ 4 3. Klasifikasi ....................................................................................................... 5 4. Manifesasi Klinis ............................................................................................ 5 5. Patofisiologis................................................................................................... 6 6. Pathway ........................................................................................................... 7 7. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 8 8. Komplikasi ...................................................................................................... 8 9. Penatalaksanaan .............................................................................................. 8 B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ................................................................ 10 1. Pengkajian ..................................................................................................... 10 1. Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 15 13. Intervensi....................................................................................................... 15 BAB III PENUTUP .................................................................................................... 19 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19 B. Saran ................................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah utama negara perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman, 2003). Dua penyakit yang menonjol sebagai penyebab utama kematian pada anak kelompok umur 1 sampai 4 tahun adalah diare dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu campak, batuk rejan dan tetanus (Anggarini, 2004). Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan tau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada orang yang sebelunya sehat dan berlangsung kurang dari 2 minggu (Noerasid dkk., 1988) Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar (70% - 80%) penderita ini adalah anak dibawah umur lima tahun, yang disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 - 500.000 anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid dkk., 1988) Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat, karena sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini. Namun, angka kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan anak-anak yaitu sebesar 23,2% di wilayah Surabaya (Zeinb, 2004). Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri atau virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai dengan

1

muntah–muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak jarang akan berakhir dengan kejang dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih mudah dilepaskan jika dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang parah harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan upaya pengobatan (Setiawan, 2005). B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Gastroentritis? 2. Apa etiologi dari Gastroentritis? 3. Bagaimana klasifikasi dari Gastroentritis? 4. Apa saja manifestasi klinis dari Gastroentritis? 5. Bagaimana patofisiologi dari Gastroentritis? 6. Apa saja komplikasi dari Gastroentritis? 7. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Gastroentritis? 8. Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Gastroentritis? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Gastroentritis agar dapat memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastroentritis sebaik mungkin. 2. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Gastroentritis 2) Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Gastroentritis 3) Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Gastroentritis 4) Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Gastroentritis 5) Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Gastroentritis 6) Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Gastroentritis

2

7) Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Gastroentritis 8) Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Gastroentritis. D. Manfaat Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar penyakit Gastroentritis dan Asuhan Keperawatannya.

3

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn Betz, 2009) Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja. 2005). Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995). Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995). 2. Etiologi Menurut Simadibrata (2006) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Infeksi yang disebabkan oleh bakteri: shigella sp, E.coli pathogen, salmonella sp, vibrio cholera, yersinia entero colytika, campylobacter jejuni, v.parahaemolitikus,

staphylococcus

aureus,

klebsiella,

pseudomonas,

aeromonas, dll. Virus: rotavirus,adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, cytomegalovirus, echovirus. Makanan beracun atau mengandung logam, makanan basi, makan makanan yang tidak biasa misalnya makanan siap saji,

4

makanan mentah, makanan laut. Obat-obatan tertentu (penggantian hormone tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik, kemoterapi, dan antasida). 3. Klasifikasi Menurut major dkk, (2006) jenis diare di bagi menjadi 4 bagian : a. Diare Akut Diare akut adalah berlangsungnya kurang dari 14 hari umumnya kurang dari 7 hari sehingga mengakibatkan dehidrasi yang merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare. b. Diare persisten Diare persisten adalah berlangsung 14 hari secara terus-menerus sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. c. Diare disentri Diare disentri disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah anorexia sehingga mengakibatkan penurunan bera badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komlikasi pada mukosa. d. Diare Masalah Lain Anak yang menderita diare akut persiten mungkin juga disertai penyakit lainnya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainnya. 4. Manifesasi Klinis Ditandai dengan

meningkatnya kandungan cairan dalam feses, pasien

terlihat sangat lemas, kesadaran menurun, kram perut, demam, muntah, gemuruh usus (borborigimus), anoreksia, dan haus. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi setiap defekasi. Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan darah turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan didapatkan tanda dan gejala dehidrasi, meliputi: turgor kulit menurun < 3 detik, pada anak-anak ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan di sertai penurunan berat badan akut, keluar keringat dingin.(Muttaqin: 2011).

5

5. Patofisiologis Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di antaranya faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat kemudian menyebabkan diare. Iritasi mukosa usus dapat menyebabkan peristaltik usus meningkat. Kerusakan pada mukosa usus juga dapat menyebabkan malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. (Simadibrata: 2006).

6

6. Pathway Faktor malabsorbsi (Karbohodat, protein, lemak)

Faktor infeksi (Bakteri, virus, parasit)

Faktor makanan (makanan beracun, alergi dengan makanan)

Peningkatan hormon adrenalin

Mikroorganisme masuk ke pencernaan

Lambung Kegagalan absorbsi

Faktor psikologis

Sebagian bakteri lolos Invasi salmonella Shigella ke usus

Infeksi enteral dilambung Peningkatan isi rongga usus

Mempengaruhi saraf parasimpatis saluran pencernaan

Menetap didoudenum

Bakteri berkembang biak Bakteri mengeluarkan enzim

Reaksi sistemik

Mukosa usus rusak

Demam Peningkatan cairan didalam lumen usus

Bakteri masuk kedalam membrane (dinding sel epitel)

Peningkatan suhu tubuh

Isi rongga usus meningkat

Sekresi cairan usus dibagian criptavill dan menghambat absorpsi cairan di epitel xilli

Motilitas usus menurun

Motilitas usus meningkat

Akumulasi bakteri

Mempengaruhi peristaltik

Hiperperistaltik Bakteri menumpuk Absorbsi kurang

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hiperperistaltik

Diare

Output berlebihan Tubuh kehilangan cairan dan elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Malabsorpsi laktosa

Peningkatan asam laktat

Mengiritasi anus

Gangguan integritas kulit perianal

7

7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan tinja 1) Makroskopis dan mikrokropis 2) Ph dan kadar gula dalam tinja 3) Biakan dan resistensi feses b. Analisa gas darah apabila didapatkan andaanda gangguan keseimbangan asam basa (pernafasan kusmasal). c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal. d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, kalsium dan posfat.

8. Komplikasi a. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit b. syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolic, perfusi sistemik menurun) c. kejang demam d. bakterimia

9. Penatalaksanaan a. Rehidrasi Cara rehidrasi oral: 1) Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kali diare. 2) Formula sederhana (NaCl dan sukrosa) Cara parenteral: 1) Cairan I : RL dan NS 2) Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL D5 : RL = 4 : 1 + KCL D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL 3) HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.

8

b. Jalan pemberian 1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik) 2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum, makan, kesadran menurun) c. Jumlah Cairan ; tergantung pada : 1) Defisit (derajat dehidrasi) 2) Kehilangan sesaat (concurrent less) 3) Rumatan (maintenance) d. kecepatan cairan 1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah : a) BB (kg) x 50 cc b) BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gelas

9

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1) Identitas Diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak, frekuensi diare untuk neonates > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola makan, kebersihan

dan

perawatan.

Tingkat

pengetahuan

perlu

dikaji

untukmengetahui tingkat perilaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu, dan orang) (Lab. FKUI, 1984) 2) Keluhan Utama Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klinis berupa BAB yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA 1984) 3) Riwayat Penyakit Sekarang Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, factor makanan dan factor psikologis. Kualitatif, gejala yang dirasakan akibat diare biasanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lender, mules, muntah, kualitas, BAB konsistensi, awitan,badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Regional, peryt terasa mules, anus terasa basah. Skala/keparrahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari. Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau factor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan diare kronis > 14 hari (Lab IKA FKUA, 1984)

10

4) Riwayat penyakit sebelumnya Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran Kemih, OMA (Otitis Media Acut) merupakan factor predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984). 5) Riwayat penyakit keluarga a. Penyakit Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan. b. Lingkungan rumah dan komunitas Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuman penyebab diare. c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan BAB yang tidak pada tempatnya (sembarang)/di sungai dan cara bermain anak yang kuraang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat fecal-oral. d. Persepsi keluarga Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penanganan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua). 6) Pola fungsi kesehatan a. Pola nutrisi Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan sampai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan berat badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1 tahun/> 1 tahun dengan berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/susu formulaa dengan rendah laktosa, umur > tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makanan padat atau makanan cair.

11

b. Pola eliminasi BAB (frekuensi, banyak, warna, dan bau) atau tanpa lender, darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penanganan lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urin. c. Pola istirahat Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi karena diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel d. Pola aktivitas Klien Nampak lemah, gelisah, sehingga perlu bantuan skunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 7) Pemeriksaan fisik a. System neurologi Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang. Insfeksi, keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit amati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaan diamati kompasmetis, apatis, samnolen, delirium, stupor, dan koma. Palpasi, adakah parese, anesthesia Perkusi, repleks fisiologis dan repleks patologis b. System pengindaraan Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang, Inspeksi: Kepala, kesimetrisan muka, cephal hematoma (-), caput sucedum(-), warna dan distribusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonates dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung. Mata, amati mata konjunctiva adalah anemis,skelera adalah icterus. Reflex mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, meousis atau medriosis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hivopolumia reflex pupil(-), mata cowong.

12

Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menumbulkan asidosis metabolic sehingga konvensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengularkan co2 dan menggambil o2, Nampak adanya penapasan cuping hidung. Telinga,

adalah

infeksi

telinga(OMA,OMP)

berpengaruh

pada

kemungkinan infeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab). IKA FKAU,1984 c. System kardiovaskuler Subyektip, sesak atau tidak Inspeksi, pucat tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ectus cordis(-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. Palpasi, suhu akral dingin karna perpusi jaringan menurun, hart rate meningkat karne casodilatasi pembuluh darah, tahanan periper menurun sehingga kardia output meningkat. Kaji prekuensi, irama dan kekuatan nadi. Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm kearah kiri dari garis midstrenal pada ruang intercostalos ke 4,5 dan 8). Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan serkulasi, auskulatasi bunyi jantung s1, s2, murmur atay bunyi lainnya. Kaji tekanan darah. d. System pernafasan Subyektif, sesak atau tidak. Inspeksi, bentuk simitris, ekspansi, retraksi intercostal atau subcostal. Kaji prekuensi irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernapasan inspirasi atau ekspirasi Palpasi, kaji adanya masa, nyeri tekan, kesimetrisan ekspansi, tacti premitus (-).

13

Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara napas pesikuler, intesitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pneumonia atau inpeksi lainnya e. System pencernaan Subyektif, kelaparan, haus Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalamsehari, adakah bau, disertai lender atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dan kesimetrisan abdomen Auskultasi, bising usus (dengan menggunkan diagfragma stetoskop), peristaltic usus meningkat (gurgling)  5-20 detik dengan durasi 1 detik. Perkusi, mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), haper dan lien tidak membesar suara tympani. Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pembuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba f. System perkemihan Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya Inspeksi, testis positip pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minur, pembesaran scrotum (-), rambut (-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau menggunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan Palpasi, adakah pembesaran scrotum, infeksi testis atau femosis. g. System muskuloskletal Subyektif, lemah Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun. Palpasi,

hipotoni,

kulit

kering, elastisitas

menurun. Kemudian

dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, kekuatan otot.

14

2. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output berlebih 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan output 3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan deman 4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan asam laktat

3. Intervensi No 1

Diagnosa Keperawatan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d output berlebih

Tujuan Dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapakan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal Kriteria : Tanda vital dalam batas normal : N = 120-160 x/mnt, S = 36-37,5 C, RR = < 40 x/mnt

Intervensi

Rasional

1. Pantau tanda 1. Penurunan dan gejala sirkulasi volume kekurangan cairan cairan dan menyebabkan elektrolit. kekeringan 2. Pantau intake mukosa dan output. pemekatan urine. 3. Timbang berat Deteksi dini badan setiap memungkinkan hari. terapi 4. Anjurkan penggantian keluarga untuk cairan segera member untuk minum banyak memperbaiki pada klien, 2-3 defisit. liter/hari 2. Dehidrasi dapat 5. Kolaborasi : meningkatkan pemeriksaan laju filtrasi laboratorium glomerulus serum membuat elektrolit (Na, keluaran tak K, Ca, BUN), adekuat untuk Cairan membersihkan parenteral (IV sisa line) sesuai metabolisme. dengan umur, 3. Mendeteksi Obat-obatan kehilangan (antisekresin, cairan, antispasmolitik penurunan 1 kg

15

, antibiotik).

2

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak adekuatnya intake dan output.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutisi pasien terpenuhi Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, BB meningkat atau normal sesuai umur.

1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin 2. Ciptakan lingkungan basah, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan

BB sama dengan kehilangan cairan 1 liter. 4. Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral. 5. Koreksi keseimbangn cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi), mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dengan tepat, anti sekresi cairan dan elektrolit agar seimbang. 1. Serat tinggi, lemak, air terlalu panas/dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus. 2. Situasi yang nyaman dan rileks akan merangsang nafsu makan. 3. Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan 4. Mengetauhi

16

hangat jumlah output 3. Berikan jam sehingga dapat istirahat (tidur) merencanakan serta kurangi jumlah kegiatan yang makanan. berlebihan 5. Mengandung zat 4. Monitor yang diperlukan intake dan untuk proses output dalam pertumbuhan 24 jam 5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : A. Terapi gizi : diet TKTP rendah serat, susu. B. Obatobatan atau vitamin (A). 3

Peningkatan suhu tubuh b/d demam

4

Gangguan integritas kulit perianal b/d peningkatan asam laktat

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan suhu tubuh menurun. Kriteria : Suhu tubuh dalam batas normal (S = 36-37,5 C), tidak terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).

1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam. 2. Berikan kompres hangat. 3. Kolaborasi pemberian antipiretik.

1. Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (adanya infeksi). 2. Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh. 3. Merangsang pusat pengatur panas di otak.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga

1. Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman.

17

diharapkan tempat tidur. 2. Mencegah integritas kulit 2. Demontrasikan terjadinya iritasi kembali serta libatkan kulit yang tak membaik. keluarga dalam diharapkan oleh Kriteria : merawat karena iritasi, perianal (bila kelebaban dan kemerahan, basah dan keasaman feces. lecet, teratasi. mengganti kebersihan pakaian bawah 3. Melancarkan vaskulerasi, terjaga. serta alasnya). mengurangi Keluarga 3. Atur posisi penekanan yang mampu tidur atau lama sehingga mendemonstras duduk dengan tak terjadi ikan perawatan selang waktu iskemi dan perianal 2-3 jam. iritasi. dengan baik dan benar.

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja. B. Saran Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penangan penyakit apapun termasuk gastroentritis ini. Selain itu juga perawat harus selalu memberi edukasi kesehatan kepada klien dan keluarganya agar mereka faham dengan penyakit gastroentritis ini dan cara penanganannya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Hardi, a. d. (2015). asuhan keperawatan & medis nanda nic noc . jogjakarta: mediaction. Hendrawanto. 2005. Buku Ajar,Ilmu Penyakit Dalam,Jakarta: Balai Penerbit FKUI Muttaqin A. 2011. Gangguan Gastrointestinal, Jakarta: Salemba Medika Price S A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI. Alih Bahasa:Siti Aminah. Jakarta: EGC. Saferi, andra & mariza y. (2013). KMB 1 (Keperawatan Medikal Bedah). Yogyakarta: Nuha Medika. SimadibrataM., 2009. Diare Akut dalam . Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jakarta:Interna publishing .

Related Documents

Gastroentritis Rev.docx
December 2019 30

More Documents from "Eti Junia"

2.docx
May 2020 27
Pendahuluan.docx
December 2019 30
Askep Gastroenteritis.docx
December 2019 30
Gastroentritis Rev.docx
December 2019 30