Askep Gastroentritis11112.docx

  • Uploaded by: Eti Junia
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Gastroentritis11112.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 989
  • Pages: 4
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis 1. Pengkajian 1) Identitas Diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak, frekuensi diare untuk neonates > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untukmengetahui tingkat perilaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu, dan orang) (Lab. FKUI, 1984) 2) Keluhan Utama Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klinis berupa BAB yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA 1984) 3) Riwayat Penyakit Sekarang Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, factor makanan dan factor psikologis. Kualitatif, gejala yang dirasakan akibat diare biasanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lender, mules, muntah, kualitas, BAB konsistensi, awitan,badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Regional, peryt terasa mules, anus terasa basah. Skala/keparrahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas seharihari. Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau factor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan diare kronis > 14 hari (Lab IKA FKUA, 1984) 4) Riwayat penyakit sebelumnya Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran Kemih, OMA (Otitis Media Acut) merupakan factor predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984). 5) Riwayat penyakit keluarga a. Penyakit Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan. b. Lingkungan rumah dan komunitas Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuman penyebab diare. c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan BAB yang tidak pada tempatnya (sembarang)/di sungai dan cara bermain anak yang kuraang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat fecal-oral. d. Persepsi keluarga Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penanganan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).

6) Pola fungsi kesehatan a. Pola nutrisi Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan sampai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan berat badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1 tahun/> 1 tahun dengan berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/susu formulaa dengan rendah laktosa, umur > tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makanan padat atau makanan cair. b. Pola eliminasi BAB (frekuensi, banyak, warna, dan bau) atau tanpa lender, darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penanganan lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urin. c. Pola istirahat Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi karena diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel d. Pola aktivitas Klien Nampak lemah, gelisah, sehingga perlu bantuan skunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 7) Pemeriksaan fisik a. System neurologi Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang. Insfeksi, keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit amati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaan diamati kompasmetis, apatis, samnolen, delirium, stupor, dan koma. Palpasi, adakah parese, anesthesia Perkusi, repleks fisiologis dan repleks patologis b. System pengindaraan Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang, Inspeksi: Kepala, kesimetrisan muka, cephal hematoma (-), caput sucedum(-), warna dan distribusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonates dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung. Mata, amati mata konjunctiva adalah anemis,skelera adalah icterus. Reflex mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, meousis atau medriosis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hivopolumia reflex pupil(-), mata cowong. Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menumbulkan asidosis metabolic sehingga konvensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengularkan co2 dan menggambil o2, Nampak adanya penapasan cuping hidung. Telinga, adalah infeksi telinga(OMA,OMP) berpengaruh pada kemungkinan infeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab). IKA FKAU,1984

c. System kardiovaskuler Subyektip, sesak atau tidak Inspeksi, pucat tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ectus cordis(-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. Palpasi, suhu akral dingin karna perpusi jaringan menurun, hart rate meningkat karne casodilatasi pembuluh darah, tahanan periper menurun sehingga kardia output meningkat. Kaji prekuensi, irama dan kekuatan nadi. Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm kearah kiri dari garis midstrenal pada ruang intercostalos ke 4,5 dan 8). Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan serkulasi, auskulatasi bunyi jantung s1, s2, murmur atay bunyi lainnya. Kaji tekanan darah. d. System pernafasan Subyektip, sesak atau tidak. Inspeksi, bentuk simitris, ekspansi, retraksi intercostal atau subcostal. Kaji prekuensi irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernapasan inspirasi atau ekspirasi Palpasi, kaji adanya masa, nyeri tekan, kesimetrisan ekspansi, tacti premitus(-). Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara napas pesikuler, intesitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pneumonia atau inpeksi lainnya e. System pencernaan Subyektif, kelaparan, haus Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalamsehari, adakah bau, disertai lender atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dan kesimetrisan abdomen Auskultasi, bising usus (dengan menggunkan diagfragma stetoskop), peristaltic usus meningkat (gurgling)  5-20 detik dengan durasi 1 detik. Perkusi, mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), haper dan lien tidak membesar suara tympani. Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pembuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba f. System perkemihan Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya Inspeksi, testis positip pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minur, pembesaran scrotum (-), rambut (-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau menggunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan Palpasi, adakah pembesaran scrotum, infeksi testis atau femosis. g. System muskuloskletal Subyektif, lemah Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun.

Palpasi, hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, kekuatan otot.

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

2.docx
May 2020 27
Pendahuluan.docx
December 2019 30
Askep Gastroenteritis.docx
December 2019 30
Gastroentritis Rev.docx
December 2019 30