MAKALAH PROSEDUR PEBERIAN OBAT SECARA ORAL, PARENTRAL, DAN TOPIKAL
NAMA : ETI JUNIA ASTUTI NIM
: 029 STYC17
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PRODI KEPERAWATAN JENJANG S1 KEPERAWATAN 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ORAL, PARENTRAL, TOPIKAL . Dalam makalah ini penulis menjabarkan mengenai pengertian yang berkesinambungan dengan PROSEDUR PEMBERIAN OBAT yang diharapkan dapat memperjelas pembaca dalam memahami konsep makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan baik penulisan maupun isi dari makalah sehingga penulis mengiginkan kritik dan saran kepada pembaca demi pencapaian kesempurnaan dalam makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca serta dapat menggunakannya dalam konsep kehidupan sehari-hari.
Mataram, 19 Mei, 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG........................................................................ B. RUMUSAN MASALAH.................................................................... C. TUJUAN PENULISAN...................................................................... BAB II PEMBAHASAN A.PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL…………………………… 1. Pengertian Obat Secara Oral………………………………………. 2. Klasifikasi Obat Oral………………………………………………. 3. Keuntungan dan Kerugian Obat Secara Oral………………………… 4. Prosedur Obat Oral………………………………………………...... 5. Indikasi dan Kontraindikasi Oral………………………………………. B. .PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTRAL…………………………… 1. Pengertian Obat Secara Parentral………………………………………. 2. Klasifikasi Obat Parentral………………………………………………. 3. Keuntungan dan Kerugian Obat Secara Parentral………………………… 4. Prosedur Obat Parentral………………………………………………...... 5. Indikasi dan Kontraindikasi Parentral………………………………………. C .PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL…………………………… 1. Pengertian Obat Secara Topikal…………………………………. 2. Klasifikasi Obat Topikal………………………………………… 3. Keuntungan dan Kerugian Obat Secara Topikal…………………
4. Indikasi dan Kontraindikasi……………………………………… 5. Prosedur Obat Topikal………………………………………. BAB III PENUTUP A.
KESIMPULAN...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN A.
.Latar Belakang Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat
yang aman
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat
dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat danefek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.Oleh karena itu, pada makalah ini akan di bahas salah satu rute pemberian obat,yaitu
rute
pemberian
obat
secara
ORAL,
PARENTERAL,
TOPIKAL, obat pada pasien ke dalam tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Pengertian Pemberian Obat oral, parentral, Topikal. 2. Klasifikasi Pemberian Obat oral, parentral, Topikal. 4. Prosedur Pemberian Obat Oral, Parentral, Topikal. 5.Keuntungan dan kerugian Pemberian Obat Oral, Parentral, Topikal. 5. Indikasi Pemberian dan Kontraindikasi Obat Oral, Parentral, Topikal.
C. Tujuan Masalah 1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar. 2. Untuk mengetahui klasifikasi obat Oral, Parentral, Topikal. 3. Untuk menngetahui prosedur pemberian obat Oral, Parentral, Topikal
4.Untuk dapat memahami kontra indikasi dan kontraindikasi obat 5. Untuk dapat membedakan keuntungan dan kerugian Pemberian Obat Oral, Parentral, Topikal
BAB II
PEMBAHASAN A. PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL 1.PENGERTIAN PEMBERRIAN OBAT ORAL Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini , merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentukobat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanyagaram besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat. Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.
2. KLASIFIKASI
Oral Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan nyaman untuk diberikan. Bentuk obat sediaan padat yang diberikan melalui oral yaitu : a. Serbuk, campuran kering bahan obat atau zat kimia, diameter 1,21,7 µm dengan atau tanpa vehikulum serta untuk penggunaan. Macam serbuk : 1. Serbuk terbagi Pulveres, dikemas dalam suatu bungkus/sachet untuk dosis tunggal. Cara penggunaan dilarutkan atau disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum. 2. Serbuk tak terbagi 1) Bulk powder tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan serbuk kering lainnya yang tidak poten (antasida,dll) untuk multiple dose. Cara penggunaan dilarutkan atau disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum. 2) Serbuk tabur, ditaburkan pada kulit. 3) Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro injeksi. b. Granul, sediaan bentuk padat berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4µm dengan atau tanpa vehikulum. Cara penggunaan sebelum diminum dilarutkan atau disuspensikan dulu dalam air pelarut yang sesuai. c. Tablet, sediaan obat berbentuk padat kompak dan merupakan tipe umum dari suatu tablet. Berdasarkan formulasinya, tablet dapat berupa : tablet padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan dibawah lidah), tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut gula (menutupi bau dan rasa tidak enak), tablet bersalut enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai dan di usus halus baru dipecah). Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 2 yaitu bulat pipih dengan kedua permukaannya rata atau cembung, dalam perdagangannya disebut Tablet. Sedangkan silindris seperti kapsul, dalam perdagangannya disebut Kaplet.
d. Kapsul, sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu cangkang yang keras terbuat dari gelatin dengan atau tanpa bahan tambahan
3. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMBERIAN OBAT ORAL a.
Keuntungan a) Harga relative lebih murah
b). Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien c).Tidak menimbulkan rasa nyeri d). Bila terjadi keracunan, obat masih bias di keluarkan dari tubuh dengan cara Reflek muntah dari faring dan Kumbah Lambung asalkan obat di minum belum melebihi 4 jam artinya obat masih di dalam gaster. Tetapi bilamana lebih dari 4 jam tapi belum melebihi 6 jam racun di dalam intestinum atau belum mengalami absorbsi. Racun masih bisa di keluarkan dengan cara : 1) Urus urus menggunakan Magnesium Sulfat tubuh berwarna putih untuk dewasa dosis 10 mg atau 1 peres sendok makan 2) Antara 4 dan 6 jam tadi pasien di beri Absorben yaitu arang aktif bentuk seperti tablet, warna hitam, cukup 1 tablet 3) Bilamana melebihi 6 jam ini diberi penetral racun atau Antidotum zat yang dapat menetralkan racun b. Kerugian Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah a). Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat.
b).Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. c). Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien. d).Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
4. PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ORAL a. Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung sarana
yang ada)
b. Kartu rencana pengobatan c. Cangkir disposable untuk tempat obat d. Martil dan lumping penggerus (bila di perlukan) Tahap Kerja : a).
Siapkan peralatan dan cuci tangan
b). Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan, mual dan muntah, atau tidak boleh makan dan minum). c). Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis obat,waktu dan cara pemberian). Bila ada keraguan-keraguan laporkan keperawat jaga atau dokter. d). Ambil obat sesuai yang di perlukan (baca order pengobatan dan ambil di almari, rak atau lemari es sesuai yang di perlukan).
e). Siapkan obat-obatan yang akan diberikan (gunakan teknik aseptik, jangan menyentuh obat dan cocokan dengan order pengobatan) f). Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara: a) Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah b) Atur posisi pasien duduk bila mungkin c) Kaji tanda-tanda vital pasien d) Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan anjurkan pasien meletakan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien di anjurkan minum. e) Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butir es batu untuk di isap sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apel atau pisang. f) Tetap bersama pasien sampai obat di telan. g). Catat tindakan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang di berikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelas dan tulis tanda tangan anda dengan jelas. Kembalikan semua perlatan yang di pakai dengan tepat kemudian cuci tangan. h). Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit setelah waktu pemberian.
5. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PEMBERIAN OBAT ORAL a). Indikasi : Pada pasien yang tidak membutuhkan absorsi obat seca cepat dan pada pasien yang tidak mengalami ganggguan pencernaan b) kontra indikasi :
Paien dengan gangguan pada system pencernaan, seperti kanker oral, Gangguan pecernaan.
B.PARENTRAL 1.PENGERTIAN PARENTRAL Merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara: a. Subcutaneous (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang berada dibawah lapisan dermis. b. Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah epidermis c. Intramuscular (IM) yaitu muenyontikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh d. Intravenous (IV) yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena Selain keempat cara diatas, dokter juga sering menggunakan cara intrathecal.atau intraspinal, intracardial, intrapleural, intraarterial dan intraarticular untuk pemberian obat perenteral ini.
2.KLASIFIKASI a.
Sediaan berupa larutan dalam air / minyak / pelarut organik
yang lain yang digunakan untuk injeksi. b. Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak mengandung
dapar, pengencer atau bahan tambahan lain
dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi. c. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. d. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam saluran spinal. e. Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain. 3.KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN OBAT PARENTRAL 1,Keuntungan pemberian obat melalui parenteral Adalah obat dapat diabsorbsi dengan cepat melalui pembuluh darah. Cara parenteral ini dapat dilakukan jika obat tidak dapat diabsorbsi melalui sistem gastrointestinal atau malah akan dihancurkan olehnya. Obat juga diberikan pada klien yang tidak sadar atau tidak kooperatif yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat oral. 2. Kerugian Disamping keuntungan diatas, terdapat beberapa kerugian pada pemberian obat melalui parenteral ini. Klien, terutama anak-anak akan merasa cemas jika akan disuntuk. Penyuntikan akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman pada klien. Iritasi atau reaksi lokal dapat terjadi akibat efek obat pada jaringan. Pemberian obat melalui parenteral juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi, kerena itu diperlukan penggunaaan tehnik steril untuk menyiapkan dan memberikan obat ini. Pemberian obat perenteral ini kontraindikasi untuk klien yang mengalami masalah perdarahan atau sedang mendapatkan terapi antikoagulan. Obat yang disuntikkan ke dalam tubuh dapat berupa larutan cair atau suspensi. Larutan cair disiapkan dalam tiga bentuk : ampul, vial dan unit disposible. Untuk memberikan obat melalui parenteral ini diperlukan spuit yang ukurannya bervariasi dari 0,5 ml nirigga 50 ml. Spuit yang lebih dari 5 ml
jarang digunakan untuk menyuntik SC atau IM. Spuit yang lebih besar biasanya digunakan untuk menyuntikkan obat melalui IV. Spuit insulin berukuran 0,5 - 1 ml dan dikalibrasi dalam unit. Spuit tuberkulin berukuran 1 ml dan dikalibrasi dalam mililiter. Spuit tuberkulin ini digunakan untuk memberikan obat dibawah ml. Obat dalam ampul dan vial dipersiapkan dengan menggunakan teknik aseptik dan diberikan melalui parenteral. Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi larutan (kejernihan cairan, adanya/tidaknya endapan, warna cairan sesuai dengan label) serta tanggal kadaluarsa obat pada label vial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dan vial: a). Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk pada vial b). Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya. c). Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini. d). Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas dan tissue
4. PROSEDUR PEMBGERIAN OBAT PARENTRAL a). Cuci tangan b). Siapkan alat-alat c). Periksa label obat dengan catatan pemberian obat atau kartu obat sesuai prinsip 5 benar
d). Lakukan perhitungan dosis sesuai yang diperlukan e). Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan menjentikkan leher ampul atau putarkan dengan cara merotasjikan pergelangan tangan f). Usapkan kapas alkohol di sekeliling leher ampul dengan tangan dominan, tempatkan jari tangan non dominan di sekeiiling bagian bawah ampul dengan ibu jari melawan sudut g). Patahkan tutup ampul dengan menjauhi diri dan orang yang ada di dekat anda h). Tempatkan tutup ampul pada kertas atau buang di tempat khusus i). Buka tutup jarum j). Tekan plunger hingga habis, jangan aspirasi udara ke dalam spuit
5. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI 1.Indikasi Indikasi pemberian obat secara parenteral adalah kepada klien yang memerlukan obat dengan reaksi cepat, klien yang tidak dapat diberi obat melalui mulut, dan klien dengan penyakit tertentu yang harus mendapat pengobatan dengan cara suntik, misalnya Streptomicin atau Insulin. biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air. 2. Kontra Indikasi Pemberian Obat Parentral Obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau minyak.
C.PEMBERIAN OBAT TOPIKAL 1.PENERTIAN OBAT TOPIKAL Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan. Sedian obat topikal ada beberapa jenis, yakni : 1). Cairan Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni air disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba. 2). Bedak Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superfisial karena tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai dayapenetrasi. Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob.Talcum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Duabahan ini dipakai sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta. 3). Salep Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam
4 kelompok yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bias dicuci dengan air dan dasar salep yang larut dalam air . 4). Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahanobat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, danminyak dalam air (O/W), misalnya vanishing cream. 5). Pasta Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum.Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. 6). Bedak Kocok Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit. 7). Pasta Pendingin Pasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep dan cairan. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim. 8). Gel Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan). Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel alumunium hidroksida. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari alumunium hidroksida yang tidak larut dan alumunium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung. Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang berambut. Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memilliki keistimewaan: a. Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim. b. Sangat baik dipakai untuk area berambut. c. Disukai secara kosmetika. 2.KLASIFIKASI Topikal Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi atau sebagai ventrikel untuk menyampaikan obat. a. Lotion Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi. b. Shake lotion Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering
dicampur dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. c. Cream/ Krim Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik. d. Salep Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir. Salep digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak. e. Tetes Tetes biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada telinga pada bagian dalamnya. Larutan yang sering di pakai adalah air dengan campuran alkaloid dan bahan kimia yang lain.
3.KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN 1). Keuntungan :
Untuk efek lokal : efek samping sistemik minimal, Mencegah first
pass efect Untuk sistemik menyerupai IV infus (zero order) 2). Kerugian :
Secara kosmetik kurang menarik Absorpsi tidak menentu
4. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI BERDASARKAN JENISNYA 1).Indiaksi a . Indikasi Cairan Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
.Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang
mengalami Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti eritema padaerisipelas. Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus menjadi bersih. b).Indikasi Bedak : Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan. c).Indikasi Salep : Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk likenifikasi, hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih. d).Indikasi Krim :Krim dipakai pada lesi kering dan superi sial, lesi pada rambut, daerah intertriginosa. e).Indikasi Pasta :Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfisial.
f). Indikasi Bedak Kocok :Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas dan superfisia
1). Kontraindikasi Pemberian Obat Topikal Berdasarkan Jenisnya a. Kontraindikasi Cairan : Riwayat alergi b. Kontraindikasi Bedak : Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder c. Kontraindikasi Salep : Salep tidak dipakai pada radang akut, terutama dermatosis eksudatif karena tidak dapat melekat, juga pada daerah berambut dan lipatan karena menyebabkan perlekatan. d.Kontraindikasi Krim : Risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi f. Kontraindikasi Pasta : Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. g. Kontraindikasi Bedak Kocok : Dermatitis madidans dan daerah badan yang berambut h. Kontraindikasi Pasta Pendingin : Dermatosis madidan 5. PROSEDUR OBAT TOPIKAL 1) Tahap Persiapan a) Persiapan klien: 1. Memperkenalkan diri 2. Meminta pengunjung/keluarga menunggu di luar kamar
3. Menjelaskan tujuan 4. Menjelaskan langkah – langkah yang akan dilakukan b)
Persiapan lingkungan
Menutup tirai atau memasang sampiran c)
Persipan alat 1.
Troli
2.
Perlak
3.
Bengkok (nierbekken)
4.
Air DTT dalam kom
5.
Sarung tangan
6.
Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
7.
Kassa balutan dan plester (sesuai kebutuhan)
8.
Lidi kapas
9.
Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion,
lotion yang mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol) 10.
Buku obat
2).Tahap Pelaksanaan 1.
Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan
tempat pemberian. 2.
Cuci tangan
3.
Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4.
Tutup tirai
5.
Identifikasi klien secara tepat
6.
Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya
membuka area yang akan diberi obat 7.
Inspeksi kondisi kulit.
8.
Gunakan sarung tangan
9.
Oleskan agen topical : a) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di
telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan
memanjang searah pertumbuhan bulu.
Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak
setelah pemberian b) Lotion mengandung suspensi
Kocok wadah dengan kuat
Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau
bantalan kecil
Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan
kering. c) Bubuk (Powder)
Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara
ibu jari atau bagian bawah lengan
Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
d) Spray aerosol
Kocok wadah dengan keras
Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang
spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta
klien untuk memalingkan wajah dari arah spray.
Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang
sakit
Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang
peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
Cuci tangan
3).Tahap Akhir a).Evaluasi perasaan klien b).Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya c)Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini , merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman
bagi pasien. Berbagai bentukobat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain. Pemberian obat secara parentral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.
DAFTAR PUSTAKA L, Kee Joyce & R, Hayes evelyn . 1996.farmakologi Pendekatan proses Keperawatan, . Jakarta; EGC.
Priharjo, Robert.1995.Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta ; EGC Aziz, Azimul. 1986. Kebutuhan dasar manusia II.Bouwhuizen, M; Ilmu Keperawatan Bagian 1.Jakarta; EGC Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta. WHO, (1998 ), Nursing care of the sick: A guide for nurses working in small rural hospitals. Departemen kesehatan RI, dirjenyanmed, 1991. Prosedur keperawatan Dasar, Direktorat rumah sakit dan pendidikan.