Portofolio Faringitis.docx

  • Uploaded by: Raizha Amanda
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Portofolio Faringitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,476
  • Pages: 12
BORANG PORTOFOLIO Topik :

Faringitis

Tanggal (kasus) :

1 Juni 2018

Presenter :

dr. Raisa Sekar Ayu Amanda

Tanggal Presentasi :

7 Juni 2018

Pendamping :

Tempat Presentasi :

Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah

dr. Fitri Isneni,

dr. Asep

Riswandi

Objektif Presentasi : □ Keilmuan

□ Keterampilan

□ Penyegaran

□ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik

□ Manajemen

□ Masalah

□ Istimewa

□ Neonatus □ Deskripsi :

□ Bayi

□ Anak

□ Remaja

□ Dewasa

□ Lansia

□ Bumil

Os datang dengan keluhan utama nyeri menelan disertai demam

□ Tujuan :

Membahas penegakan diagnosis faringitis, penatalaksanaan faringitis

Bahan



Bahasan :

Pustaka

Tinjauan

□ Riset

□ Kasus

□ Audit

Cara Membahas

□ Diskusi

□ Presentasi dan Diskusi

□ E-mail

□ Pos

: Data Pasien :

Nama : Nn. AS , ♀ , 23 tahun

Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah

No. Registrasi : 132267

Telp : (0733) 451902

Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi : Diagnosis / Gambaran Klinis :

Pasien datang dengan keluhan nyeri menelan sejak ± 1 minggu ini yang disertai demam ± 3 hari ini. Pasien mengatakan keluhannya bermula dari nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Kemudian batuk berdahak setiap pagi hingga siang dan berkurang pada malam hari, dahak berwarna putih namun susah dikeluarkan, dan beberapa hari kemudiannya menjadi serak. Dan beberapa hari ini mulai timbul demam. Pasien juga mengeluh nyeri menjalar hingga telinga jika untuk menelan. Pasien mengeluh tidak dapat menelan makanan dan badan lemas.

1

Pem fisik : Kepala

: Normochepali

Mata

: a.

Kelopak

:Edema (-/-)

b.

Konjungtiva

:Anemis (-/-),hiperemis (-/-)

c.

Sklera

: Ikterik (-/-)

d.

Pupil

:Bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya(+/+)

Telinga

: Pendengaran dalam batas normal.

Hidung

: Pernafasan cuping hidung (-).

Mulut

: Bibir kering (+), lidah kotor (-), faring tampak hiperemis.

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP dalam batas normal

Thorax

:

Inspeksi

: Bentuk dan pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-/-).

Auskultasi

: Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Jantung

:

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak.

Auskultasi

: S1 S2 regular, bising jantung (-).

Abdomen

:

Inspeksi

: Datar.

Palpasi

: Soepel, NTE (-)

Auskultasi

: BU (+) normal.

Ektremitas

:Akral hangat, oedem (-/-)

Status Lokalis : TENGGOROK Inspeksi : · Pada labia tidak terdapat kelainan · Lidah kotor dan hiperemis (-) · Mukosa lidah dalam batas normal · Tonsil tidak membesar membesar, faring hiperemis (+) dan terdapat eksudat · Uvula simetris, hiperemis (+) Palpasi : · Kelenjar submandibula oedem (-), nyeri tekan (-)

2

1. Riwayat Pengobatan : os sudah di bawa berobat sebelumnya ke puskesmas namun keluhan tidak berkurang. 2. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya ± 6 bulan yang lalu 3. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien. 4. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan. 5. Riwayat Kebiasaan : Pasien suka minum es dan jajan gorengan

Hasil Pembelajaran : 1. Menegakkan diagnosis faringitis 2. Penatalaksanaan faringitis Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio •

Subjektif :

Keluhan Utama : Nyeri menelan ± 1 minggu disertai demam ± 3 hari. Pasien datang dengan keluhan nyeri menelan sejak ± 1 minggu ini yang disertai demam ± 3 hari ini. Pasien mengatakan keluhannya bermula dari nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Kemudian batuk berdahak setiap pagi hingga siang dan berkurang pada malam hari, dahak berwarna putih namun susah dikeluarkan, dan beberapa hari kemudiannya menjadi serak. Dan beberapa hari ini mulai timbul demam. Pasien juga mengeluh nyeri menjalar hingga telinga jika untuk menelan. Pasien mengeluh tidak dapat makan dan badan lemas. Riwayat Pengobatan -

Os pernah berobat ke puskesmas namun keluhan tidak berkurang

Riwayat Kesehatan/Penyakit -

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya tidak disangkal

-

Riwayat jajan sembarangan tidak disangkal

1. Objektif : Pemeriksaan Fisik Status generalis Kesadaran

: compos mentis

Keadaan umum

: tampak sakit sedang 3

Tinggi badan

: 154 cm

Berat badan

: 50 kg

Keadaan gizi

: baik

Tekanan Darah

: 90 / 70 mmHg

Frekuensi nadi

: 90 x/ menit, reguler

Frekuensi nafas : 20 x/menit, torakoabdominal. Suhu

: 38,7 oC

Kepala

: Normochepali

Mata

:

a. Kelopak

:Edema (-/-)

b.

Konjungtiva

:Anemis (-/-),hiperemis (-/-)

c.

Sklera

: Ikterik (-/-)

d.

Pupil

:Bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya(+/+)

Telinga

: Pendengaran dalam batas normal.

Hidung

: Pernafasan cuping hidung (-).

Mulut

: Bibir kering (+), lidah kotor (-), faring tampak hiperemis.

Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP dalam batas normal

Thorax

:

Inspeksi

: Bentuk dan pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-/-).

Auskultasi

: Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Jantung

:

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak.

Auskultasi

: S1 S2 regular, bising jantung (-).

Abdomen

:

Inspeksi

: Datar.

Palpasi

: Soepel, NTE (-)

Auskultasi

: BU (+) normal.

Ektremitas

:Akral hangat, oedem (-/-)

Status Lokalis : TENGGOROK Inspeksi : · Pada labia tidak terdapat kelainan · Lidah kotor dan hiperemis (-) · Mukosa lidah dalam batas normal 4

· Tonsil tidak membesar membesar, faring hiperemis (+) dan terdapat eksudat · Uvula simetris, hiperemis (+) Palpasi : · Kelenjar submandibula oedem (-), nyeri tekan (-) Laboratorium: Darah rutin -

Hemoglobin

: 12,3 gr/dl

-

Leukosit

:14000 /mm3

-

Trombosit

: 270..000 /mm3

-

Hematokrit

: 34,6 %

2. Assesment (penalaran klinis) :

Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. Faringitis dapat merupakan gejala infeksi umum dari saluran

nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi lokal yang spesifik di faring. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Penyakit ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah (droplet infection). Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti lemas, anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah dan leukosit. Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher. Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah bakteri maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup diberikan analgetik dan pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi aktivitasnya. Dengan 5

pengobatan yang adekuat umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Pada kasus, pasien mengeluh nyeri menelan sejak ± 1 minggu ini yang disertai demam ± 3 hari ini. Pasien mengatakan keluhannya bermula dari nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Kemudian batuk berdahak setiap pagi hingga siang dan berkurang pada malam hari, dahak berwarna putih namun susah dikeluarkan, dan beberapa hari kemudiannya menjadi serak. Dan beberapa hari ini mulai timbul demam. Pasien juga mengeluh nyeri menjalar hingga telinga jika untuk menelan. Pasien mengeluh tidak dapat menelan makanan dan badan lemas. Pada pemeriksaan fisik dijumpai, suhu meningkat, Pada pemeriksaan tenggorok dijumpai tonsil tidak membesar membesar, faring hiperemis (+) dan terdapat eksudat, Uvula simetris, hiperemis (+). Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnose dapat ditegakkan yaitu FARINGITIS AKUT. Pada pasien, dapat di edukasi Istirahat yang cukup, makan makanan yang lunak, dan perbanyak minum minuman yang hangat, hiindari asap rokok, debu, dan polutan, Menghindari makan makanan yang terlalu panas/dingin, serta mencuci tangan sebelum makan.

PEMBAHASAN

DEFENISI Faringitis adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala infeksi umum dari saluran nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi lokal yang spesifik di faring. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Penyakit ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah (droplet infection).

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI Penyebab faringitis akut dapat bervariasi dari organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi. Organisme yang ditemukan termasuk streptokokus, pneumokokus, dan basilus influenza, diantara 6

organisme lainnya. Penyebab faringitis virus adalah adenovirus, virus epstein barr, herpessimpleks, virus parainfluenza (tipe1-4), virus sinsitium pernafasan, virus influenza (A danB), dan enterovirus.

Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklearPada stadium awal terdapat hiperemia, kemudian edema, dan sekresi yang meningkat. Eksudat mulamula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus, dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsila, perhatian biasanya difokuskan pada faring, dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. sehingga timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

KLASIFIKASI 1.

Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus (rinovirus) yang menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis dan bakteri yaitu grup A streptokokus β hemolitikus yang menyebabkan faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%) Selain faringitis virus dan bakteri, ada faringitis fungal yang disebabkan oleh candida yang tumbuh pada mukosa rongga mulut dan faring. Pada faringitis gonorea hanya terjadi pada pasien yang melakuka kontak orogenital. Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama. a. Faringitis Viral Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.

7

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epstein-Barr virus (EBV)

menyebabkan

faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah. b. Faringitis Bakterial Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.

8

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu : 1. 2. 3. 4.

Demam Anterior Cervical lymphadenopathy Tonsillar exudates Absence of cough

Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptococcus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptococcus group A. c. Faringitis Fungal Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. 2. Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama. Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah kronis, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab lain adalah pasien yang biasanya bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat. a. Faringitis kronik hiperplastik Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular. b. Faringitis kronik atrofi Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. 3. Faringitis spesifik. Pada faringitis spesifik terdapat faringitis luetika. Treoponema palidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti juga penyakit lues di organ lainnya. Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberkulosis 9

paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer.

GEJALA DAN TANDA Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme

yang

menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala gejala seperti 1. Gatal dan kering pada tenggorokkan 2. Suhu tubuh naik sampai mencapai 400 C 3. Rasa lesu dan nyeri disendi 4. Tidak nafsu makan (anoreksia) 5. Rasa nyeri ditelinga (otalgia) 6. Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak 7. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering, gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus. Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak

PENATALAKSANAAN a. Antibiotik Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus β hemolitikus. Penisilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal atau amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 610hari atau eritromisin 4x500mg/hari. b. Kortikosteroid: deksametason 8-16mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08- 0,3mg/kgBB, IM, 1 kali. Kortikosteroid sebagai tambahan antibiotic menunjukkan penurunan nyeri pada radang tenggorokan secara simtomatik terutama pada kasus yang berat atau radang tenggorokan dengan eksudat. Kortikosteroid menghambat mediasi traskripsi proinflamasi pada sel endotelial jalan nafas yang menyebabkan infeksi pada faring dan menunjukkan gejala nyeri. Kortikosteroid dapat mengurangi gejala karena efek antiinflamasinya. c. Berkumur dengan air garam (. sendok teh garam dicampur dalam 1 gelas air), makan makanan yang lunak. Minum dengan air hangat. d. Pemberian asetaminofen atau ibuprofen sebagai analgetik. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye. 10

4. Plans DIAGNOSA KERJA: FARINGITIS AKUT + DLI

DIAGNOSA BANDING : - TONSILOFARINGITIS + DLI - TONSILITIS KRONIS + DLI

PENATALAKSANAAN : •

IVFD RL 20 ggt/i



inf paracetamol 500 mg/ 8 jam



inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam



ambroxol syr 3 x 1C



Metilprednisolon 2 x 1

Edukasi : Kepada keluarga pasien agar memperhatikan keadaan pasien, meminumkan obat secara teratur. Kepada keluarga pasien dijelaskan penyebab timbulnya penyakit yang diderita pasien dan menjelaskan perjalanan penyakit. Kontrol Kegiatan

Periode

Pemeriksaan ulang

3-5 hari setelah pulang dari KEadaan membaik, dapat bangsal

Nasihat

Hasil yang diharapkan

menelan tanpa rasa nyeri

Setiap hari di bangsal dan Pasien

untuk

sementara

kunjungan ulang setelah wajib diistirahatkan, dan selesai pengobatan rawat menjalankan inap

pengobatan

dengan benar.

11

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007 2. Mandal, B.K,dkk. 2006. Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga 3. Adam G., Boies L., Higler P., BOIES Fundamental of Otolaryngology (Buku Ajar Penyakit THT) Edisi 6. Jakarta : EGC, 1997. 4. Bisno A., Gerber M., Gwaltney J., et al. Practice for Diagnosis and management of Group A Streptococcal Pharyngitis. Infectious Disease of America. 2002.

12

Related Documents

Portofolio
May 2020 23
Portofolio Kds.docx
April 2020 20
Portofolio Bp.docx
June 2020 11
Portofolio Hemoroid.docx
December 2019 27

More Documents from "Maria Marcella"

Bsk.pptx
June 2020 21
Bab I.docx
June 2020 13
Ppt Tifoid Anak.ppt
June 2020 14