Portofolio Bp.docx

  • Uploaded by: Dwi Widya Hariska
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Portofolio Bp.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,162
  • Pages: 16
PORTOFOLIO Topik: Bronkopneumonia Tanggal (kasus): 21 Februari 2019

Presenter: dr. Dwi Widya Hariska

Tangal presentasi:

Narasumber:dr. Pandji P.B, Sp.A Pembimbing: dr. Agus Suprapto, S.H dr. Neneng Tresna Imawati

Tempat presentasi: Ruang diskusi RS. TK.IV Dr. Bratanata Jambi Obyektif presentasi: □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka √ □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa √ □Neonatus

□ Bayi

√Anak

□ Remaja

□Dewasa

□Lansia

□ Bumil

□ Deskripsi: An. A, Perempuan (6 tahun) □ Tujuan:  Mengetahui penegakkan diagnosis, faktor resiko, dan tata laksana appendisitis akut Bahan bahasan:

□ Tinjauan pustaka

Cara membahas: √ Diskusi

Data pasien:

□ Riset

√ Kasus

□Presentasi dan diskusi

□ E‐mail

Nama: An. A

Nama RS: RS TK.IV Dr. Bratanata

Usia: 6 tahun

□ Audit □ Pos

No registrasi: 297162 Terdaftar sejak: -

Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: An. A 6 tahun datang ke IGD RS dr. Bratanata dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demamnya terus menerus sampai pasien menggigil, demam turun bila diberi obat namun akan meningkat kembali. Demam tidak disertai oleh kejang. Menurut ibunya, pasien juga mengeluh batuk semenjak demam muncul, batuk terus menerus, berdahak, dengan dahak berwarna putih kekuningan tetapi sulit untuk dikeluarkan. Gejala tersebut tidak disertai sesak napas. BAB dan BAK dalam batas normal. 2. Riwayat Pengobatan: (-) 3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:

Page 1

(-) 4. Riwayat keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini. 5. Riwayat Imunisasi Riwayat imunisasi pasien lengkap BCG :+ DPT I/II/III : +/+/+ Polio : +/+/+ Hepatitis I/II/III : +/+/+ Campak :+

Daftar Pustaka: 1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. H. 350-65. 2. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia. Pneumonia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan kesebelas. Jakarta: Infomedika Jakarta; 1985. H. 1228-35 3. Jr william w.hay, Levin myron j, sondheimer judith m, Deterding robin R.Lange current diagnosis and treatment in pediatric.United states of america: The McGrawHill companies;2007. 4. Alberta Medical Association. 2001. Guideline for The Diagnosa and Management of Community Acquired Pneumonia Pediatric. http:/www.albertadoctor.org. 5. Alsagaff, Hood dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru dan Saluran Napas FK Unair : Surabaya.

6. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya. Hasil pembelajaran: 1. Diagnosis Bronkopneumonia 2. Patofisiologi Bronkopneumonia 3. Penatalaksanaan Bronkopnemonia 4. Edukasi tentang perjalanan penyakit dan penatalaksanaan yang tepat

Page 2

Subyektif An. A 6 tahun datang ke IGD RS dr. Bratanata dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demamnya terus menerus sampai pasien menggigil, demam turun bila diberi obat namun akan meningkat kembali. Demam tidak disertai oleh kejang. Menurut ibunya, pasien juga mengeluh batuk semenjak demam muncul, batuk terus menerus, berdahak, dengan dahak berwarna putih kekuningan tetapi sulit untuk dikeluarkan. Gejala tersebut tidak disertai sesak napas. BAB dan BAK dalam batas normal.

Obyektif PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: composmentis

Tanda vital TD

:110/70 mmhg

Nadi

: 120 x/menit

RR

:28x/menit

Suhu : 38,70C SPO2 : 98 % Berat badan

: 15 kg

Tinggi Badan : 110 cm

Kepala

: normocephali

Mata

: conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, palpebra edema (-)

Telinga

: Normotia, sekret (-)

Hidung

: Deviasi septum (-), sekret (-), nafas cuping hidung (-/-)

Bibir

: sianosis (-)

Leher

: tidak teraba pembesaran tiroid, tidak teraba pembesaran KGB, retraksi supra sternal (-), JVP meningkat

Thoraks -

Paru 

Inspeksi

: gerakan dinding dada simetris, sikatrik (-), retraksi sela iga (-)



Palpasi

: fremitus kiri = kanan



Perkusi

: sonor pada kedua lapangan paru Page 3

 -

Auskultasi

: suara nafas vesikuler rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung 

Inspeksi

: ictus cordis terlihat di ICS VII linea axilaris anterior sinistra



Palpasi

: ictus cordis teraba ICS VII linea axilaris anterior sinistra



Perkusi

: batas kanan linea parasternalis dextra, batas atas ICS III lineaa

sternalis sinistra, dan batas kiri jantung ICS VII linea axilaris anterior sinistra 

Auskultasi

: S1 S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen : soepel, hepar/lien tidak teraba, bising usus (+) Ektremitas : Akral hangat, oedem tungkai (-/-), Sianosis -/-

Diagnosa kerja : Obs. Febris hari ke 4 e.c susp. Dengue Fever Susp. Dengue Hemorrhagic Fever Terapi IGD : -

IVFD RL 12 tpm

-

Inj. Paracetamol 3x15cc

-

Co dr. Sp. A di ruangan

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah (21-11-2018) Pemeriksaan

Hasil

Nilai rujukan

Satuan

Hemoglobin

13.5

11-16

g/dl

Hematokrit

40.5

40-45

%

Leukosit

14.2

4-11

Ribu/ul

Trombosit

212

150-450

Ribu/ul

Eritrosit

4.50

4.5-6

Juta/ul

MCV

87.7

80-100

Fl

MCH

29.6

26.0-34.0

Pg

MCHC

33.7

31-37

g/dl

PDW

15.9

9-17

fl

Hematologi

MCV/MCH/MCHC

Page 4

RDW-SD

48.4

35-56

fl

RDW-CV

13

11-16

%

MPV

7.3

7.2-11.2

Fl

PCT

1.4

0.83-2.83

%

Basofil

1

0-1

%

Eosinofil

5

0.5-5

%

Limfosit

33

20-40

%

Monosit

5

2-8

%

Netrofil

57

50-70

%

Differential

Ro. Thorax PA (22 februari 2019)

Kesan : Bronkopneumonia duplex “Assessment” I. DEFINISI Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: 

Pneumonia lobaris



Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)



Pneumonia intertisial (bronkiolitis) Page 5

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat. ( Whalley and Wong, 1996). Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat, nadi dan petnafasan meningkat. (Suzanne G. Bare,1993) Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing (Sylvia Anderson,1994) Jika digabungkan dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

II. ETIOLOGI Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi, gabaran klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil meliputi streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli, Pseudomonassp, Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita seringnya disebabkan oleh infeksi Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B dan Staphylococcus auereus. Faktor lain yang mempengaruhi bronkopneumonia adalah menurunnya daya tahan tubuh, seperti malnutrisi energi protein (MEP), penyakit kronis, pengobatan antibiotik yang tidak adekuat.

Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju : USIA

ETIOLOGI YANG

ETIOLOGI YANG JARANG

SERING Lahir – 20 hari

BAKTERI

BAKTERI

E. colli

Bakteri anaerob

Streptococcus group B

Streptococcus group D

Listeria monocytogenes

Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Page 6

Ureaplasma urealyticum VIRUS Virus Sitomegalo Virus Herpes simpleks 3 minggu – 3 bulan

BAKTERI

BAKTERI

Chlamydia trachomatis

Bordetella pertussis

Streptococcus

Haemophillus influenzae tipe B

pneumoniae VIRUS

Moraxella catharalis

Virus Adeno

Staphylococcus aureus

Virus Influenza

Ureaplasma urealyticum

Virus Parainfluenza 1,

VIRUS

2, 3 Respitatory Syncytical

Virus Sitomegalo

Virus 4 bulan – 5 tahun

BAKTERI

BAKTERI

Chlamydia pneumoniae

Haemophillus influenzae tipe B

Mycoplasma

Moraxella catharalis

pneumoniae Streptococcus

Neisseria meningitidis

pneumoniae VIRUS

Staphylococcus aureus

Virus Adeno

VIRUS

Virus Influenza

Virus Varisela-Zoster

Virus Parainfluenza Virus Rino Respiratory Synncytial virus 5 tahun – remaja

BAKTERI

BAKTERI

Chlamydia pneumoniae

Haemophillus influenzae

Mycoplasma

Legionella sp

pneumoniae Page 7

Streptococcus

Staphylococcus aureus

pneumoniae VIRUS Virus Adeno Virus Epstein-Barr Virus Influenza Virus Parainfluenza Virus Rino Respiratory Syncytial Virus Virus Varisela-Zoster

III. EPIDEMIOLOGI Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi, 22,8% kematian balita di indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO Faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang, antara lain: a. Pneumonia yang terjadi pada masa bayi b. Berat badan lahir rendah c. Tidak mendapat imunisasi d. Tidak mendapat ASI yang adekuat e. Malnutrisi f. Defisiensi vitamin A g. Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring h. Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap

rokok)

Page 8

i. Imunodefisiensi dan imunosupresi : keadaan ini meningkatkan predisposisi pneumonia. j. Adanya penyakit lain yang mendahului, seperti infeksi HIV, campak k. Tinggal di lingkungan padat penduduk l. Intubasi, trakeostomi, refleks batuk yang terganggu, dan aspirasi : keadaan ini menyebabkan organisme infeksi lebih mudah masuk kedalam alveoli dan ruang udara terminal m. Diskinesia silier, obstruksi bronkial, infeksi viral, merokok, dan bahan-bahan kimia: kondisi ini menganggu kerja mukosiliar. n. Abnormalitas anatomi, aspirasi cairan lambung atau sebab lain dari inflamasi nooninfeksius, penurunan aliran darah, dan edema pulmonal: kondisi tersebut meningkatkan predisposisi dari pneumonia.

V. KLASIFIKASI Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Pembagian secara anatomis : a. Pneumonia lobaris b. Pneumonia lobularis c. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) Pembagian secara etiologi : a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenzae. b. Virus

:

Respiratory

Synctitial

virus,

Parainfluenzae

virus,

Adenovirus c. Jamur

: Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,

Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis. d. Corpus Alienum e. Aspirasi f. Pneumonia hipostatik

VI. PATOGENESIS Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan Page 9

mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Awalnya terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermdah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukan kuman pada alveoli. Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah. Stadium ini disebut hepatisasi merah. Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi fagositosis cepat. Lobus masih tetap padat dan warnanya menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. Disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Eksudat berkurang. Disebut stadium resolusi. Sistem jaringan bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal. Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur.

VII. GEJALA KLINIS Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar dari ringan hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terjadi komplikasi sehingga perlu dirawat. Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung berat ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut: a. Gambaran infeksi umum : -

Demam  suhu bisa mencapai 39-40oC dan kadang dapat juga disertai dengan kejang akibat demam yang tinggi. Page 10

-

Sakit kepala

-

Gelisah

-

Malaise

-

Penurunan nafsu makan

-

Keluhan gastrointestinal  mual, muntah, diare

b. Gambaran gangguan respiratori: -

Batuk  awalnya kering kemudian menjadi produktif

-

Sesak nafas

-

Retraksi dada

-

Takipnea

-

Napas cuping hidung

-

Penggunaan otat pernafasan tambahan

-

Air hunger

-

Sianosis

-

Merintih

Pada pemeriksaan fisik bronkopneumonia tergantung dari luasnya daerah yang terkena. Inspeksi dapat terlihat nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi dada. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Tetapi kadang dapat juga bunyi pekak saat perkusi atau bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi ditemukan bunyi redup dan suara nafas mengeras saat auskultasi. Saat auskultasi terdapat ronki basah halus, mengi dan penurunan suara nafas. Tetapi ronki dan mengi sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang kebetulan pada anak yang amat muda dengan dada hipersonor. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

VIII. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan : a. Anamnesis terhadap manifestasi manifestasi klinis yang umumnya dijumpai pada anak dengan bronkopneumonia b. Temuan pemeriksaan fisik yang sesuai c. Pemeriksaan penunjang seperti : 1) Darah lengkap Page 11

Leukositosis berkisar antara 15.000-40.000/mm3 , dengan predominan PMN. Leukopenia menunjukan prognosis buruk. Leukositosis hebat (> 30.000/mm3) hampir selalu menunjukan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteriemi, dan resiko terjadi komplikasi lebih tinggi. Kadang terdapat anemia ringan dan LED meningkat. Secara umum hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara pasti. 2) C reaktif protein Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan 3) Uji serologis Deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Tetapi diagnosis infeksi Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti antistreptolisin O, streptotozim. 4) Pemeriksaan mikrobiologis 5) Rontgen toraks Posisi AP. Gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah petifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

IX. DIAGNOSA BANDING a. Pneumonia lobaris Biasanya pada anak yang lebih besar disertai badan menggigil dan kejang pada bayi kecil. Suhu naik cepat sampai 39-40oC dan biasanya tipe kontinua. Sesak nafas (+), nafas cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri dada. Anak lebih suka tidur pada sisi yang terkena. Pada foto rotgen terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. b. Bronkioloitis Diawali infeksi saluran nafas bagian atas, subfebris, sesak nafas, nafas cupung hidung, retraksi intercostal dan suprasternal, terdengar wheezing, ronki nyaring halus pada auskultasi. Gambaran labarotorium dalam batas normal, kimia darah menggambarkan asidosis respiratotik ataupun metabolik. c. Aspirasi benda asing Page 12

Ada riwayat tersedak d. Atelektasis Adalah pengembangan tidak sempurna atau kempisnya bagian paru yang seharusnya mengandung udara. Dispnoe dengan pola pernafasan cepat dan dangkal, takikardia, sianosis. Perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser dan letak diafragma mungkin meninggi. e. Tuberkulosis Demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, berat badan menurun, nafsi makan menurun, malaise, diare persisten yang tidak membaik dengan pengobatan baku diare. Dan biasanya terdapat kontak. Diagnosis TB pada anak ditegakkan dengan skor TB, yaitu: Parameter

0

1

2

3

Laporan keluarga Kontak TB

Tidak

-

(BTA negatif atau BTA (+)

jelas

tdk jelas Postif (≥ 10mm,

Uji Tuberkulin

negatif

-

-

atau ≥5 mm pada keadaan imunosupresi

Berat

badan/

keadaan gizi

BB/TB <90% Klinis gizi buruk -

atau

atau BB/TB <70% -

BB/U<80%

atau BB/U<60%

-

≥ 2 minggu

-

-

Batuk kronik

-

≥ 3 minggu

-

-

Pembesaran

-

≥ 1 cm jumlah

-

-

Demam yg tdk diketahui penyebabnya

kelenjar kolli,

limfe

>

aksila,

1,

tidak

nyeri

inguinal Pembengkakan tulang/sendi panggul,

lutut,

Ada -

pembengkaka n

Page 13

falang Foto toraks

Normal/k

Gambaran

elainan

sugestif TB*

-

-

tdk jelas

X. PENATALAKSANAAN Sebagian pneumoni pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan trutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis,disters pernafasan, tidak mau makan atau minum, atau ada penyakit dasaryang lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonarus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap. Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemeberin cairan intravena, oksigen, koreksi terhadap gangguan asa basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik /antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif. Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utma keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri Pneumonia Rawat Jalan Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol adalah 4mg/kgBB TMP-20 mg/kgBB sulfametoksazol. Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.pneumonia da bakteri atipik. Dosis eritroisn 30-50 mg/kgBB/hari, diberikan setiap 6 jam selama 10-14 hari. Klaritromisin diberikan 2 kali sehari dengan dosis 15 mg/kgBB. Azitromisin 1 kali sehari 10mg/kgBB 3-5 hari(hari pertama) dilanjutka dengan dosis 5mg/kgBB untuk hari berikutnya. Pneumonia Rawat Inap

Page 14

Pada pneumonia rawat inap antibiotik yang diberikan adalah beta laktam ampisilin atau amoksisislin dikombinasikan degan kloramfenikol. Antibiotik yang dibrikan brupa : Penisilin G intrvena ( 25.000 U/kgBB setiap 4 jam ) dan kloramfenikol ( 15 mg/kgBB setiap 6 jam ), dan seftriaxon intravena ( 50 mg/kgBB setiap 12 jam ). Keduanya diberikan selama 10 hari.

XI. KOMPLIKASI Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta, pnemothorax, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri. Efusi pleura, abses paru dapat juga terjadi. Ilten F dkk. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.

XII. PROGNOSIS Secara umum, prognosisnya adalah baik, Gangguan jangka panjang pada fungsi paru jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang telah terkomplikasi dengan empiema dan abses paru. Sekuele yang signifikan muncul pada penyakit adenoviral, termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian dapat muncul pada anak dengan kondisi yang mendasari, seperti penyakit paru kronik pada bayi prematur, penyakit jantung bawaan, imunosupresi, malnutrisi energi. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%.

Follow Up Tanggal 21/02/2019

S O Panas hari ke 5 KU : Batuk Tampak sakit berdahak (+) sedang Kesadaran: Composmentis TD:110/70mmhg Nadi: 92 x/menit

A P Obs. DBD  RL 10 gtt Obs. Demam  Paracetamol syr 4x1 ½ dengue cth  Sanadryl syr 4x1 cth  Sucralfat syr 4x1 cth  Sanvita B syr 3x1 cth  Pronovir 4x1 cth Page 15

22/02/2019

23/02/2019

24/02/2019

RR: 26 x/menit Suhu: 380C Panas hari ke 6 KU : Batuk Tampak sakit berdahak (+) sedang Kesadaran: Composmentis TD:100/70mmhg Nadi: 90 x/menit RR: 24 x/menit Suhu: 37,80C Panas hari ke 7 KU : Batuk Tampak sakit berdahak (+) sedang Kesadaran: Composmentis TD:110/80mmhg Nadi: 96 x/menit RR: 26 x/menit Suhu: 380C Rhonki (+/+)

 Cek DL, Serologi DHF Obs. Demam  RL 10 gtt dengue  Paracetamol syr 4x1 ½ pneumonia cth  Sanadryl syr 4x1 cth  Sucralfat syr 4x1 cth  Sanvita B syr 3x1 cth  Pronovir 4x1 cth  Ro. Thorax

Demam (-) Batuk berdahak (-)

Bronkopneu  Os boleh pulang monia  Paracetamol syr 4x1 ½ duplex cth  Sucralfat syr 4x1 cth  Sanvita B syr 3x1 cth  Pronovir 4x1 cth  Ataroc 2x1 cth  Silex 3x1 cth

KU : Tampak sakit sedang Kesadaran: Composmentis TD:110/70mmhg Nadi: 98 x/menit RR: 24 x/menit Suhu: 37,10C Rhonki (-/-)

Bronkopneu  RL 10 gtt monia  Inj. Ceftriaxone duplex 1x750mg  Paracetamol syr 4x1 ½ cth  Sanadryl syr 4x1 cth  Sucralfat syr 4x1 cth  Sanvita B syr 3x1 cth  Pronovir 4x1 cth

Page 16

Related Documents

Portofolio
May 2020 23
Portofolio Kds.docx
April 2020 20
Portofolio Bp.docx
June 2020 11
Portofolio Hemoroid.docx
December 2019 27

More Documents from "Maria Marcella"

Portofolio Kpd.docx
June 2020 4
Peb Kasus Iship.docx
June 2020 6
Obgyn 50.doc
June 2020 7
Portofolio Bp.docx
June 2020 11
57-511.en.id.docx
October 2019 47