Oleh: dr. Raisa Sekar Ayu Amanda
Demam Tifoid
Pembimbing: dr. Tri Yuliani Putri, Sp.A RSUD Siti Aisyah Lubuk Linggau
KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA KEMENTRIAN KESEHATAN RI 2018
Pendahuluan Di Indonesia demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dengan angka kejadian yang masih tinggi. Angka kejadian demam tifoid di Indonesia diperkirakan 350-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun; atau kurang lebih sekitar 600.000 – 1,5 juta kasus setiap tahunnya.
Demam tifoid (Tifus abdominalis, Enterik fever, Eberth disease) merupakan
suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini hanya didapatkan pada manusia. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. Prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun.
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. HA Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir/Usia : 19 Agustus 2012/ 5 tahun 8 bulan Alamat : Sri mulyo Dusun 8, Kec. Musi Rawas, Lubuklinggau Sumatera Selatan Agama : Islam No. MedRek : 137936 MRS : 1 Mei 2018 Pukul 21.40 WIB Ruang : Al Athfal RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau
ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan Ibu Kandung Pasien) KELUHAN UTAMA : DEMAM KELUHAN TAMBAHAN : BAB CAIR
Os datang dibawa oleh orang tua os ke IGD RS Siti Aisyah dengan keluhan demam sejak ± 2 hari SMRS. Demam
yang dirasakan terus menerus tinggi, demam cenderung meningkat pada sore hingga malam hari. Demam turun jika os Nyeri pada sendi- sendi dan nyeri pada belakang bola mata disangkal, mimisan disangkal, perdarahan pada gusi disangkal, BAK tidak ada keluhan, frekuensi 5-6 kali per hari, warna kuning jernih.
diberi obat penurun panas namun setelah itu demam meningkat lagi. Os juga mengeluh BAB cair sejak ± 1 hari SMRS. Frekuensi > 5x/ hari, konsistensi cair, air > ampas, berwarna kekuningan, tidak disertai darah maupun lendir. Os juga merasa mual, serta muntah tetapi hanya 1 kali. Perut terasa kembung, nafsu makan menurun 2 hari ini. Badan terasa lemas.
Lanjutan… Riwayat Penyakit Terdahulu -Riwayat Demam tifoid sebelumnya disangkal -Riwayat TB Paru Disangkal - Riwayat Asma disangkal -Os pernah terkena penyakit campak saat os berusia 3 tahun.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
Riwayat Sosio Lingkungan
Anak tinggal bersama kedua orang tua di sebuah rumah semi permanen yang terbuat dari kayu dan beton, ventilasi dan pencahayaan cukup. Air untuk minum dan MCK berasal dari sumur bor.
Lanjutan.. Riwayat Kebiasaan
Os sering bermain di luar bersama teman-teman di lingkungan nya, serta os juga sering membeli jajan di luar rumah.
Makanan
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan, di lanjutkan bubur saring sampai usia 9 bulan. Sejak usia hampir 2 tahun os mulai malas untuk makan. Sehari makan tiga kali tetapi hanya sedikit. Hingga sekarang os masih tetap malas makan, sehari terkadang hanya makan sekali sampai dua kali dan hanya sedikit. Os lebih suka jajan di luar atau saat di sekolah.
Lanjutan.. Riwayat Kelahiran - Di tolong oleh : Dukun - Usia Kehamilan : Cukup bulan - Jenis partus : Spontan - Berat badan lahir :- Panjang badan :- Langsung menangis kuat segera setelah lahir Kesan: Tidak ada riwayat kehamilan dan kelahiran yang berhubungan dengan penyakit yang diderita
Lanjutan.. Riwayat Imunisasi Ibu Os mengatakan riwayat imunisasinya lengkap, namun ibu mengatakan os mulai di imunisasi saat usia 1 bulan. Jenis
I
II
III
IV
BCG
1 BULAN
-
-
-
DPT
2 BULAN
3 BULAN
4 BULAN
-
POLIO
1 BULAN
2 BULAN
3 BULAN
4 BULAN
CAMPAK
9 BULAN
-
-
-
HEPATITIS B
-
2 BULAN
3 BULAN
Kesan: Os mendapat imunisasi sesuai PPI (Hepatitis B, BCG, Polio, DPT, Campak). Namun os hanya mendapatkan imunisasi Hepatitis B sebanyak 2 kali.
Lanjutan.. Tumbuh Kembang Tengkurap dan perubahan posisi Duduk dan merangkak Bicara tidak jelas Berjalan dipapah Berjalan
: 3 bulan : 6-8 bulan : 8 bulan : 10 bulan : 1 tahun
Kesan: Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
Lanjutan… Status Gizi BB TB
: 10 kg : 101 cm
Penilaian Status Gizi Anak berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Umur dengan menggunakan Z-score. IMT
=
BB (kg) TB (m) x TB (m)
=
10 1,01 x 1,01
=
9,80
Berdasarkan Standar IMT menurut umur, os dengan IMT 9,80 dengan usia 5 tahun 8 bulan, masuk dalam < -3 SD.
Lanjutan… Berdasarkan Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 os dengan z-score <-3 SD masuk dalam klasifikasi “ Sangat Kurus”
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Keadaan Umum Sensorium Nadi Frekuensi Nafas Suhu Tinggi Badan Berat Badan Kesan
: Tampak sakit sedang : E4V5M6 : 110x/m, regular : 24x/m, abdominotorakal : 380C : 101 cm : 10 kg : Underweight
Lanjutan.. Kepala Mata Mulut Leher Thorax
:Normosefali, warna rambut hitam, lurus, tidak mudah dicabut :Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm refleks cahaya (+/+) :Lidah kering (-), lidah kotor (+) sianosis (-), atrofi papil (-), stomatitis (-) : Pembesaran KGB (-), struma (-) deviasi trakea (-) :Retraksi (-) sela iga, venektasi (-), barrel chest (-), angulus costae < 90%
Lanjutan.. Pulmo
Cor Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Iktus kordis tidak teraba Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan Auskultasi: HR= 110x/m, reguler, Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: I
P P A
: Statis: paru kanan sama dengan paru kiri Dinamis: paru kanan sama dengan paru kiri : Stem fremitus normal pada kedua paru, : sonor pada kedua hemitorak : Vesikuler (+) normal, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Lanjutan.. Abdomen
I P P A
: Datar, venektasi (-) : Lemas, hepar dan lien tidak teraba : Hipertimpani, shifting dullness (-) : Bising usus meningkat
Ekstremitas
Superior : Akral hangat (+), CRT <2”, palmar pucat (-), clubbing finger (-) Inferior : Akral hangat (+), CRT <2”, edema pretibia (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG DARAH Hb Leukosit Eritrosit
Trombosit
10,7 g/dl 13.500/uL 3,85 x 1012/L
NILAI NORMAL
13,3 – 17,5 g/dl
S. parathypi AH
1/80
S. parathypi AO
1/320
S.thypi H
1/160
S.thipy O
1/320
4400 – 11.000 / uL
4,3 – 5,6 x
1012/L
150.000 – 450.000 / 250.000 /uL uL
Hematokrit
IMUNOSEROLOGI WIDAL
29,8 %
38,8 – 46,6
DIAGNOSA DIAGNOSA BANDING
DIAGNOS KERJA
Demam Thypoid Demam Dengue Malaria
Demam Thypoid
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
- Bed Rest - Diet Bubur Lunak - Kompres -Edukasi: menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita, rencana pengobatan, dan pemeriksaan yang akan dilakukan.
Penatalaksanaan
Farmakologi
IVFD RL gtt XX/m (makro) Ceftriaxon 500 mg/12 jam (IV) Paracetamol flash 10 cc/ 8 jam (IV) Probiotik 1 x 1 sachet Zink syr 1 x 1 Cth
Prognosis Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad Sanationam
: Bonam : Bonam : Dubia ad Bonam
Follow Up
Tanggal 1-5-2018
Pemeriksaan S
BB:10kg
O
Tatalaksana
Demam (+) BAB cair (+) frek 4x, air>ampas
-
IVFD RL gtt XX (makro)
Sens: CM, Nadi : 100 x/menit, RR: 24x/menit.
-
Inj. Ceftriakson 500 mg/12 jam IV
T: 38oC
-
Inj. Paracetamol 10 cc/8 jam IV
-
Probiotik 1 x 1 sachet
-
Zinc syr 1 x 1 cth
Mata : CA (-/-),SI(-/-), Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (+)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-) Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen: datar, lemas, hipertimpani (+) nyeri tekan epigastrik (-) BU (+) meningkat. Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+) sianosis (-) CRT<2”
Tanggal 2-5-2018
Pemeriksaan S
BB:10kg
O
Tatalaksana
Demam (+) BAB cair (+) frek 3x, air>ampas
-
IVFD RL gtt XX (makro)
Sens: CM, Nadi : 105 x/menit, RR: 24x/menit.
-
Inj. Ceftriakson 500 mg/12 jam IV
T: 38,3oC
-
Inj. Paracetamol 10 cc/8 jam IV
-
Probiotik 1 x 1 sachet
-
Zinc syr 1 x 1 cth
Mata : CA (-/-),SI(-/-), Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (+)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-) Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen: datar, lemas, hipertimpani (+) nyeri tekan epigastrik (-) BU (+) meningkat. Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+) sianosis (-) CRT<2”
Tanggal 3-5-2018
Pemeriksaan S
BB:10kg
O
Tatalaksana
Demam (-) BAB cair (+) frek 4x, air>ampas
-
IVFD RL gtt XX (makro)
Sens: CM, Nadi : 105 x/menit, RR: 24x/menit.
-
Inj. Terfacef 700 mg/ 24 jam IV
T: 37,3oC
-
Interlac 1 x 1
-
Zinc syr 1 x 1 cth
Mata : CA (-/-),SI(-/-), Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (+)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-) Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen: datar, lemas, hipertimpani (+) nyeri tekan epigastrik (-) BU (+) meningkat. Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+) sianosis (-) CRT<2”
Tanggal 4-5-2018
Pemeriksaan S
BB:10kg
Tatalaksana
Demam (-) BAB cair (+) frek 2x, ampas>air
Sens: CM, Nadi : 98 x/menit, RR: 24x/menit.
T:
37,1oC O
Mata : CA (-/-),SI(-/-), Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (+)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-) Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen: datar, lemas, timpani (+) nyeri tekan epigastrik (-) BU (+) Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+) sianosis (-) CRT<2”
-
IVFD RL gtt XX (makro)
-
Inj. Terfacef 700 mg/ 24 jam IV
-
Interlac 1 x 1
-
Zinc syr 1 x 1 cth
Tanggal 5-5-2018
Pemeriksaan S
BB:10kg
Tatalaksana
Demam (-) BAB (+) normal
-
Boleh pulang
Sens: CM, Nadi : 100 x/menit, RR: 24x/menit.
-
Obat pulang
T: 37,1oC
Cefixime 2 x ½ cth Apialis 1 x 1 cth
O
Mata : CA (-/-),SI(-/-), Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-) Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen: datar, lemas, timpani (+) nyeri tekan epigastrik (-) BU (+) normal Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+) sianosis (-) CRT<2”
Tinjauan Pustaka
Definisi Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi (demam paratifoid). Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses atau urin dari orang yang terinfeksi salmonella.
Epidemiologi Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Di Asia diperkirakan sebanyak 13 juta kasus setiap tahunnya. Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar 310 – 800 per 100.000 sehingga setiap tahun didapatkan antara 620.000 – 1.600.000 kasus.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2007, prevalensi demam tifoid di Indonesia mencapai 1,7%. Distribusi prevalensi tertinggi adalah pada usia5‐14 tahun (1,9%), usia1‐4 tahun (1,6%), usia15‐24 tahun (1,5%) dan usia <1 tahun (0,8%). Kondisi ini menunjukkan bahwa anak‐anak (0‐18 tahun; WHO) merupakan populasi penderita demam tifoid terbanyak di Indonesia.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun.
Etiologi S.Thypi
S. Parathypi A
Demam Tifoid S. Parathypi B
Jenis Lain
Demam yang disebabkan oleh Salmonella typhi cenderung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yang lain. - Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. - Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. - Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis.
Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian demam tifoid antara lain tidak mencuci tangan sebelum makan, makan/jajan di luar minimal seminggu sekali, makan di penjaja makanan pinggir jalan, minum es batu 2 minggu sebelumnya, kualitas air dan lingkungan tinggal Yang buruk, tidak memakai air dari PDAM, dan selokan rumah yang tidak tertutup.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis Demam Gangguan Saluran Pencernaan
Gangguan Kesadaran
Rose spot
-Napas berbau tidak sedap. -- Bibir kering dan pecah – pecah (ragaden). -Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. -perut kembung (meterorismus). - Mual, muntah -konstipasidan sebaliknya dapat terjadi diare. -Hepatosplenomegali -Delirium -penurunan kesadaran dari apatis hingga koma Biasanya terjadi pada demamtifoid yang berat
Pemeriksaan Penunjang Hematologi
Urinalisa Kimia darah
• Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau perforasi. • Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi. • Hitung jenis leukosit: sering neutropenia, aneosinofilia dengan limfositosis relatif. • LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat • Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).
• Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam) • Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
• Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai hepatitis Akut.
IMUNOSEROLOGI
Lanjutan…
WIDAL Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Interpretasi hasil uji Widal adalah: a. Titer O yang t inggi ( ≥160) menunjukkan adanya infeksi akut b. Titer H yang tinggi ( ≥160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay) Salmonella typhi /paratyphi lgG dan lgM.
Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid dinyatakan : - jika lgM positif menandakan infeksi akut; - jika lgG positif menandakan pernah kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.
IMUNOSEROLOGI
Lanjutan…
Tes Tubex Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibody IgG dalam waktu beberapa menit.
Metode enzyme immunoassay (EIA) DOT
Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM menunjukkan fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi.
Lanjutan…
Gall Cultur (Biakan Empedu)
PCR (Polymerase Chain Reaction)
Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian di indentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit .
Tatalaksana
Non farmakologi
Tirah baring Istirahat yang cukup dapat membantu mempercepat penyembuhan penderita. Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah serat adalah yang paling membantu dalam memenuhi nutrisi penderita namun tidak memperburuk kondisi usus.Diet untuk penderita demam tifoid, biasanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim, dan nasi biasa.
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran serta yang sulit makan.
Kompres
Farmakologi
Lanjutan.. Terapi Simptomatik
Terapi Suportif
• Antipiretik • Anti diare (probiotik, zink)
• Antibiotik
Lanjutan.. Chloramfenicol
Trimetoprim dan Sulfametoxazole
Ampicillin dan Amoxicillin
Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime)
• 50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis (per oral) • 50 mg/kg/hari (IV) diberikan 10 -14 hari atau sampai 7 hari setelah demam turun
• Trimetoprim 10 mg/kg/hari dan Sulfametoxzazole 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis. • Untuk pemberian secara syrup dosis yang diberikan untuk anak 4-5 mg/kg/kali minum sehari diberi 2 kali selama 2 minggu.
• 100-200 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis selama 2 minggu.
• Ceftriaxone : 50 - 100 mg/kg/hari IV dibagi dalam 1-2 dosis (maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari. • cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. • Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10 hari (per oral)
Komplikasi Intraintestinal
Perdarahan intestinal
Perforasi usus
Ekstra Intestinal - Komplikasi hematologi - Hepatitis tifosa - Pankreatitis tifosa - Miokarditis - Manifestasi neuropsikiatrik/ tifoidotoksik - Karier kronik
Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Munculnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Relaps dapat timbul beberapa kali. Resiko menjadi karier pada anak – anak rendah dan meningkat sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh pasien demam tifoid. Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti : - Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu - Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium - Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)
Analisa Kasus
TEORI
KASUS
Faktor resiko Dari penelitian faktor risiko yang dilakukan, Pada
kasus,
berdasarkan
riwayat
beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kebiasaan didapatkan os sering bermain kejadian demam tifoid antara lain tidak mencuci diluar bersama teman – temannya serta
tangan sebelum makan, makan/jajan di luar sering mengkonsumsi jajanan yang minimal seminggu sekali, makan di penjaja dibeli diluar sehingga meningkatkan makanan pinggir jalan, minum es batu 2 minggu faktor resiko terkena demam thypoid, sebelumnya, kualitas air dan lingkungan tinggal dari segi usia juga os dalam usia yang Yang buruk, tidak memakai air dari PDAM, dan sedang aktif dan biasanya anak – anak selokan rumah yang tidak tertutup
seusia os
kurang memperhatikan
kebersihan, seperti mencuci tangan
sebelum makan, dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis Demam Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Awalnya, demam hanya Pada kasus, Os datang dibawa oleh samar- samar saja, selanjutnya suhu tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih rendah orang tua os dengan keluhan demam atau normal, sementara sore dan malam hari lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39-40 sejak ± 2 hari SMRS. Demam yang dirasakan terus menerus tinggi, demam ºC. cenderung meningkat pada sore hingga · Gangguan saluran pencernaan Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan malam hari. terkadang pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan ditutupi selaput kecoklatan dengan ujung Os juga mengeluh BAB cair sejak ± 1 dan tepi lidah kemerahan dan tremor, pada penderita anak jarang ditemukan. Umumnya hari SMRS. Frekuensi > 5x/ hari, penderita sering mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah. konsistensi cair, air > ampas, berwarna Penderita anak lebih sering mengalami diare, sementara dewasa cenderung mengalami kekuningan, tidak disertai darah maupun konstipasi. lendir. · Gangguan kesadaraan Os juga merasa mual, serta muntah tetapi hanya 1 kali. Perut terasa ditemui kesadaran apatis. Bila gejala klinis berat, tak jarang penderita sampai somnolen kembung, nafsu makan menurun 2 hari dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis. Pada penderita dengan toksik, gejala ini. Umumnya terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringan. Sering
delirium (mengigau) lebih menonjol. · Hepatosplenomegali · Bradikardia relatif dan gejala lain
Pada kasus ditemui manifestasi berupa demam dan gangguan pencernaan yang berupa lidah kotor, diare, mual , muntah dan perut terasa kembung.
Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan Gangguan kesadaran, hepato splenomegali, bradikardi relative, dan Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada demam tifoid adalah rose spot (bintik gejala lain seperti rose spot tidak dijumpai. kemerahan pada kulit) yang biasanya ditemukan di perut bagian atas frekuensi nadi. Bradikardi relatif tidak sering ditemukan.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau perforasi. Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi. Hitung jenis leukosit: sering neutropenia, aneosinofilia dengan limfositosis relatif. LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia). Pemeriksaan Imunoserologi Widal Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut : a. Titer O yang t inggi ( ≥ 160) menunjukkan adanya infeksi akut b. Titer H yang tinggi ( ≥160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi. Pemeriksaan Imunoserologi lain : Tes Tubex ELISA Metode enzyme immunoassay (EIA) DOT
Pada kasus, kadar Haemoglobin sedikit menurun, leukosit mengalami peningkatan, namun kadar eritosit dan trombosit dalam batas normal.
Untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit dan LED tidak dilakukan pemeriksaan.
Pada Kasus, didapati hasil pemeriksaan Imunoserologi Widal dengan nilai : S. Thypi H : 1/160 S. Thypi O : 1/320 Dari hasil pemeriksaan ini, menunjukkan bahwa os terkena infeksi akut. Untuk pemeriksaan imunoserologi lain seperti Tes Tubex, ELISA, serta EIA DOT tidak dilakukan pemeriksaan.
Penatalaksanaan 1. Non Medikamentosa a) Tirah baring
Pada kasus, untuk penalatalaksanaan non medikamentosa berupa :
Seperti kebanyakan penyakit sistemik, istirahat sangat membantu.
-Tirah baring
b) Nutrisi
-Pemberian Diet bubur lunak
Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah serat adalah yang paling -Pemberian cairan parenteral (Infus RL) membantu dalam memenuhi nutrisi penderita namun tidak memperburuk kondisi usus.
Penatalaksaan medikamentosa berupa: - Terapi
c) Cairan
simptomatik
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. d) Kompres air hangat
Pemberian inj. Paracetamol flash 10 cc/8 jam
2. Medikamentosa
Pemberian anti diare: interlac 1 x 1, zink syr 1 x 1
- Simptomatik
cth
Penanganan simptomatik sesuai gejala yang timbul. Pemberian antipiretik jika suhu tubuh meningkat, pemberian anti diare jika os mengalami diare, dlsb. -Pemberian antibiotic
Terdapat beberapa pilihan, yaitu : 1.Chloramfenicol 2.Cotrimoxazol (TMP-SMZ) 3.Amoxicilin atau Ampicilin 4.Golongan Sefalosporin Gen-3.
-Pemberian antibiotik Golongan Sefalosporin Gen-3, yaitu Inj. Terfacef 700 mg/ 24 jam
Prognosis Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, Quo ad vitam
: Bonam
keadaan
: Bonam
kesehatan
sebelumnya,
dan
ada
tidaknya Quo ad functionam
komplikasi.
Quo ad Sanationam
: Dubia ad Bonam
Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :
Pada Kasus, Prognosis Quo ad Vitam dan Quo ad
a. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu
Functionam yaitu Bonam karena pada kasus, suhu
b. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau tubuh os menurun, keadaan membaik, tidak delirium
mengalami penurunan kesadaran serta komplikasi
c.Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)
seperti perforasi usus, dan lain sebagainya. Dan pada prognosis Quo ad sanationam nya Dubia ad Bonam karena os mengalami malnutrisi sehingga dalam proses penyembuhan lebih lama, namun jika terapi yang diberikan tepat dan adekuat, maka prognosisnya akan baik.
Kesimpulan
Diagnosis demam thypoid di tegakkan berdasarkan anamnesis, Pemeriksaan fisik, dan Pemeriksaan Penunjang. Pada Anamnesis didapatkan : Demam yang dirasakan terus menerus tinggi, demam cenderung meningkat pada sore hingga malam hari. Demam turun jika os diberi obat penurun panas namun setelah itu demam meningkat lagi. Os juga mengeluh BAB cair sejak ± 1 hari SMRS. Frekuensi > 5x/ hari, konsistensi cair, air > ampas, berwarna kekuningan, tidak disertai darah maupun lendir. Os juga merasa mual, serta muntah tetapi hanya 1 kali. Perut terasa kembung, nafsu makan menurun 2 hari ini. Pada Pemeriksaan fisik dijumpai suhu meningkat, di jumpai lidah kotor, pada abdomen di jumpai hipertimpani dan bising usus meningkat Pada pemeriksaan penunjang didapat hasil pemeriksaan darah rutin berupa leukositosis. Dan pada pemeriksaan imunoserologi widal didapati kenaikan titer O dan H S.thypi ≥ 160 . Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang os di diagnosa dengan “ Demam Thypoid ”