Peranan Pendekatan Keluarga Sehat Terhadap Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Di Upt Puskesmas Angsana.docx

  • Uploaded by: wina
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peranan Pendekatan Keluarga Sehat Terhadap Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Di Upt Puskesmas Angsana.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,652
  • Pages: 12
PERANAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT TERHADAP PENINGKATAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN DI UPT PUSKESMAS ANGSANA

Oleh : Dr. WINA WIDIA YANTI NIP .198806122019022005

SELEKSI TENAGA KESEHATAN TELADAN KATEGORI DOKTER UMUM TAHUN 2019

PUSKESMAS ANGSANA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANDEGLANG 2019

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah subhaanahu wa ta'ala yang telah menganugerahkan kesempatan dan kesehatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul " peranan pendekatan keluarga sehat terhadap peningkatan akses pelayanan kesehatan di upt puskesmas angsana” berisi tentang upaya pendekatan keluarga sehat terhadap peningkatan akses pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Angsana. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas sebagai peserta seleksi tenaga kesehatan teladan kategori dokter umum tahun 2019. Makalah ini juga sebagai bentuk inovasi dari program Puskesmas dalam hal integrasi antara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas Angsana Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang. Semoga makalah ini membawa manfaat khususnya untuk penulis sendiri, untuk Puskesmas Angsana, dan untuk seluruh pembaca. Masih banyak kekurangan di dalam makalah ini baik dari segi isi maupun struktur penulisan. Atas kekurangan tersebut, saya memohon maaf dan mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan.

Dr. Wina widia yanti NIP .198806122019022005

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………1 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..2 BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..4 A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………4 B. MASALAH……………………………………………………………………………4 C. TUJUAN………………………………………………………………………………4 BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………………………….6 BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………………..7 BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………………..11 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...12

3

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga adalah suatu kelompok atau sekumpulan orang yang hidup secara bersama serta mempunyai ikatan darah atau perkawinan sehingga menjadi suatu unit terkecil yang ada di dalam masyarakat. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal diperlukan upaya pencegahan, pemeliharaan, deteksi dini, pengobatan, dan juga pemulihan. Upaya tersebut perlu dilakukan bahkan sebelum manusia lahir, yakni sejak proses kehamilan, kemudian pada saat kelahiran, masa neonatus, bayi, balita, anak, remaja, dewasa, dan terus berlanjut hingga usia lanjut2. Sedangkan Pengertian Keluarga sehat adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial yang kemudian memungkinkan terciptanya keluarga utuh agar bisa hidup normal secara sosial maupun ekonomi. Didalam keluarga nantinya akan terjalin hubungan yang bersifat multifungsional yang didalamnya akan terdapat banyak interkasi. Interasksi tersebut adalah hubungan antara suami dan istri, orangtua dan anak, serta adik dan kakak. Garda terdepan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. UKM tingkat pertama meliputi UKM esensial dan UKM pengembangan. UKM esensial di antaranya adalah pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. UKM pengembangan adalah kegiatan yang sifatnya ekstensifikasi yang mengandung unsur inovasi dan disesuaikan dengan permasalahan kesehatan, sumber daya, dan potensi yang ada3. B. MASALAH Dalam makalah ini akan dibahas apakah pelaksanaan kegiatan pendekatan keluarga sehat dapat meningkatkan akses pelayanan kesehatan di Puskesmas Angsana. C. TUJUAN Tujuan umum Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan khusus 1. Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotive dan preventifserta pelayanan kuratif dan rehabilitative dasar; 2. Mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten pandeglang melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan 4

3. Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta jaminan kesehatan nasional; 4. Mendukung tercapainya tujuan program Indonesia sehat dalam rencana strategis kementrian kesehatan tahun 2015-2019.

BAB II LANDASAN TEORI 5

Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu: 1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga. 2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. 3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. 4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah: a. b. c. d.

Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya, Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya, e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan. Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut: 1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya. 2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif. 3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung. 4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.

6

BAB III PEMBAHASAN III. A Definisi Keluarga Menurut Reisner (1980), Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek. Logan’s (1979) mengatakan Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain. Sedangkan menurut Gillis (1983), Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masingmasing mempunyai arti sebagai mana unit individu. Selanjutnya ada Duvall yang menyatakan bahwa Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Bailon dan Maglaya mengatakan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi,hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Terakhir menurut Johnson’s (1992), Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang lainnya. Jadi keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sanak saudara lainnya yang dihubungkan oleh ikatan darah atau perkawinan dan saling berinteraksi satu sama lain. III.B Definisi sehat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh badanserta bagian-bagiannya bebas dari sakit. Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Badan KesehatanDunia/ World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera secarafisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Dari ketiga definisi sehat diatas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaanfisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapatmelakukan aktivitas secara optimal.

7

III. C Definisi keluarga sehat

a. b. c. d. e. f.

III.C.i Konsep sehat dan tidak sehat Sehat adalah keadaan seseorang yang tidak sakit badan dan jiwa, cukup makanan bergizi, hidup di lingkungan bersih serta perilaku dan interaksi sesuai dengan etika dan hukum. Apabila keluarga memenuhi keempat unsur dalam konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa keluarga itu adalah “keluarga sehat” dalam arti yang paling sempurna atau lengkap (family in complete health”. Jika salah satu unsur saja tidak dipenuhi, dapat berpengaruh terhadapkehidupan keluarga secara keseluruhan dengan sebutan tertentu. Akibatnya akan muncul konsep-konsep alternative yang mengandung pernyataan dalam arti tidak sehat dari segi tertentu, seperti berikut : Sering tidak sehat badan disebut keluarga sakit-sakitan (sickly family). Tidak mampu membeli makanan bergizi disebut keluarga miskin (poor family). Tinggal di lingkungan kotor dan bau disebut keluarga kumuh (vile family). Tinggal di lingkungan kotor dan becek disebut keluarga jorok (dirty family). Sering melakukan kejahatan dan keonaran disebut bad family. Dan istilah-istilah sejenis lainnya III.C.ii Sehat badan dan sehat jiwa Seorang anggota keluarga dikatakan sehat badan (sound of body), tidak dalam keadaan sakit fisik apabila badannya segar bugar, tidak sakit/cacat akibat penyakit, kecelakaan, atau akibat benturan dengan suatu benda keras atau akibat serangan pihak lain atau binatang buas. Seorang anggota keluarga dikatakan sehat jiwa (sound of mind), tidak dalam keadaan sakit jiwa apabila cara berpikir dan bertindaknya waras, mampu membedakan antara mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk, serta mana yang bermanfaat dan merugikan. Seseorang yang sehat badan dan sehat jiwa merupakan konsep sehat dalam arti yang hakiki atau arti yang sesungguhnya yang mementukan perjalanan hidup seseorang. III.C. iii Makanan bergizi Seorang anggota keluarga yang sehat badan dan sehat jiwa adalah orang yang mengonsumsi makanan bergizi (nuntritious food) dalam ukuran yang cukup (normal). Makanan bergizi artinya gizi (nutrient) makanan tersebut sudah ditentukan ukuran jumlah dan jenis kecukupannya menurut ilmu gizi (nutrition). Jenis makanan yang cukup itu biasanya disebut empat sehat lima sempurna. Makanan empat sehat terdiri dari nasi/roti, sayur, lauk, buah, dansusu. Makanan empat sehat lima sempurna merupakan dambaan semua keluarga, namun tingkatan pendapatan dan jumlah anggota keluarga itulah yang mempengaruhinya. III.C. iv Lingkungan bersih Di samping badan dan jiwa yang sehat serta cukup makanan bergizi, seharusnya orang tersebut juga tinggal dan hidup di lingkungan yang bersih (clean environment) dan berpakaian bersih. Lingkungan adalah tempat hidup yang berada di daratan, lautan atau udara. Bersih adalah keadaan tidak tercemar oleh kotoran manusia, hewan, sampah, limbah buangan, polusi gas, curahan minyak, suara bising, atau kimianalitas, yang merusak atau merugikan kehidupan manusia menjadi sumber penyakit. Konsep bersih yang dirumuskan ini biasa diebut bersih fisik (phisicall cleanliness) karena bentuk atau wujud keadaan yang tidak tercemar itu dapat diamati dengan pancaindera atau bersentuhan dengan raga manusia. Upaya yang dapat ditempuh agar keluarga selalu bersih adalah menyadarkan anggota keluarga agar selalu terbiasa : 8

a. Memelihara diri tetap bersih, mandi sedikit-dikitnya 2 (dua) kali sehari pagi dan sore. b. Memakai pakaian bersih dan sopan walaupun harga murah. c. Menata lingkungan tempat tinggal (rumah, pekarangan, selokan) tetap bersih dan teratur serta menyenangkan. d. Menyediakan tempat pembuangan sampah di pekarangan atau dilingkungan tertentu agar tidak membuang sampah sembarangan yangdapat menjadi sumber penyakit. III.C. v Interaksi Sesuai dengan Etika dan Hukum Keluarga adalah pusat interaksi suami, istri, orang tua dan anak, serta anak-anak atau dengan anggota keluarga yang lainnya. Interaksi tersebut dilakukan sesuai dengan etika keluarga yang telah ditentukan atau dicontohkan orangtua (ayah dan ibu). Perilaku yang diwujudkan dalam bentuk interaksi tersebut menciptakan hubungan serasi dan harmonis, saling menghormati, saling menghargai, saling memberi dan menerima, saling membantu, serta saling asah-asuh selama anggota keluarga dalam lingkungan keluarga. Akibatnya timbulah kondisi sehat dalam arti tertip, aman, damai, serta tentram lahir dan batin. Keadaan ini berlangsung terus-menerus, dipatuhi, dan dihargai, sampai terbiasa dan akhir-nya membudaya. Apabila anggota keluarga yang satu berhubungan dengan baik denganyang lainnya atau anggota masyarakat yang lebih luas, kondisi interaksissehat tersebut berlanjut dan bahkan beradaptasi satu sama lain. Sehingga terbentuklah keberlakuan kondisi yang sehat yang lebihluas. Jika ada anggota masyarakat yang melanggar kondisi sehat tersebut dalam arti perbuatan yangtidak sesuai dengan etika (ethics). Anggota masyarakat sepakat pula memberi sanksi etis, misalnya dibenci, di pencilkan dari pergaulan, tidak dihiraukan, ataupun tidak disukai, jika perbuatan anggota masyarakat itu merugikan. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut: 1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan 6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar 7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan 9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok 10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu: 9

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga. 2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga. 3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas. Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut: 1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain). 2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain. Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum berikut. 1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas. 2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK. 3. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain) 4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa, dan lain-lain. Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. - Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan). - Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola data Puskesmas. - Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas. - Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina Keluarga. - Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh tenaga teknis/profesional Puskesmas. - Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga pengelola data Puskesmas. Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-langkah manajemen Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan-Pengendalian-Penilaian BAB IV KESIMPULAN

10

Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sanak saudara lainnya yang dihubungkan oleh ikatan darah atau perkawinan dan saling berinteraksi satu sama lain. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator. 1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan 6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar 7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan 9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok 10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN 11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 11

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal di Bidang kesehatan. 4. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor

39

Tahun

2016

tentang

Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

12

Pedoman

Related Documents


More Documents from "Anna Noor Emiliana"