Komunikasi Bisniss.docx

  • Uploaded by: wina
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komunikasi Bisniss.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,412
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, bukan hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita dan kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang kompleks, namun sekarang ini perkembangan teknologi telah merubah cara kita berkomunikasi secara drastis. Komunikasi di dalam kelompok berperan penting karena sebagai alat penghubung antar setiap orang, Rudolp F. Verderber1 mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama sebagai fungsi sosial yaitu untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain. kedua sebagai fungsi pengambilan keputusan, yaitu memutuskan untuk melakukan atau tidak pada suatu saat tertentu.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksudkan dengan pola komunikasi? 2. Apa saja komponen kompetensi komunikatif?

1.3 Tujuan 1. Memahami secara komprehensif tentang pola komunikasi yang terjadi di antara manusia dalam sebuah masyarakat. 2. Menemukan dan memahami komponen kompetensi komunikatif.

\

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pola Komunikasi Pola komunikasi terdiri dari dua kata, yakni pola dan komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pola berarti sistem, cara kerja, bentuk (struktur)

yang

tetap. Komunikasi

disebut communication, yang berasal

yang

dalam

Bahasa

Inggris

dari kata latin, communicatio,

yang

bersumber dari kata communis yang memiliki arti ‘sama makna.’ Termin ini merujuk pada adanya proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Jadi, Pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih, dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dalam diskursus etnografi komunikasi, pola komunikasi didefinisikan sebagai model-model interaksi penggunaan kode bahasa yang didasarkan pada hubungan-hubungan yang khas dan berulang antarkomponen tutur yang dipengaruhi oleh aspek-aspek linguistik, interaksi sosial, dan kultural.

2.2 Unsur Unsur Dan Pola Komunikasi Unsur-unsur utama komunikasi terdiri atas 1. SCMR, yaituSource(Sumber atau pengirim), 2. Channel (Saluran dan Media), 3. Message (Pesan atau informasi) dan 4. Receiver (Penerima).

Di

samping

itu

terdapat

tiga

unsur

lain,

yaitu feedback (tanggapan balik),Efek dan Lingkungan. Setiap unsur ini akan saling bergantung satu sama lain dan memiliki peranan penting dalam membangun proses komunikasi. Proses berlangsungnya komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut: komunikator (source) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain, mengirimkan sebuah pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua belah pihak. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media (channel) atau saluran,

2

baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti kedua pihak. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya. Di dalam komunikasi tersebut, akan terlihat efek atau pengaruh, berupa perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Di samping itu, lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

2.3 Bentuk Pola Komunikasi 1. Pola Komunikasi Dalam pembahasan ini, pemakalah akan empat istilah yang sering digunakan dalam ilmu komunikasi, yakni pola komunikasi primer, sekunder, linear dan sirkular. 2. Pola Komunikasi Primer Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Pola ini terbagi menjadi dua lambang, yaitu lambang verbal dan lambang nonverbal. Lambang verbal berupa bahasa yang di gunakan sehari-hari oleh para komunikan dan komunikator. Sedangkan lambang nonverbal berupa gestikulasi tubuh, seperti: menggerakan kepala, mata, bibir, tangan. 3. Pola Komunikasi Sekunder Pola komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. 4. Pola Komunikasi Linear Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.Pola ini lebih dikenal sebagai pola komunikasi satu arah. Pola ini adalah proses penyampaian

3

pesan dari komunikator kepada komunikan, baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan. Dalam hal ini, Komunikan bertindak sebagai pendengar saja. 5. Pola Komunikasi Sirkular Dalam pola ini, terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi berjalan terus, yaitu adaya umpan balik antara komunikator dan komunikan. Pola ini lebih dikenal dengan pola komunikasi dua arah atau timbal balik), yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam komunikasi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama. Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung.

2.4 Faktor Faktor Dalam Pola Komunikasi Pemolaan terjadi pada semua tingkat komunikasi: masyarakat, kelompok, dan individu. Pada tingkat masyarakat, komunikasi biasanya berpola dalam bentukbentuk fungsi, kategori ujaran,sikap, serta konsepsi tentang bahasa dan penutur. Komunikasi juga berpola menurut peran dan kelompok tertentu dalam suatu masyarakat seperti, jenis kelamin, usia, status sosial, dan jabatan: misalnya, seorang guru memiliki cara-cara berbicara yang berbeda dengan ahli hukum, dokter, atau salesmen asuransi. Cara berbicara juga berpola menurut tingkat pendidikan, tempat tinggal perkotaan atau pedesaan, wilayah geografis, dan ciriciri kelompok, serta organisasi sosial yang lain. Berikutnya yang terakhir, komunikasi berpola pada tingkat individu, pada tingkat ekspresi dan interpretasi kepribadian. Pada tataran faktor-faktor emosional, seperti kegemetaran memiliki dampak fisiologis pada mekanisme vokal, Faktor-faktor emosional ini tidak dipandang sebagai bagian dari komunikasi, tetapi banyak simbol konvensional yang merupakan bagian dari komunikasi terpola. Persepsi individu sebagai ‘lancar bicara atau grogi’ juga berada dalam terminologi norma kebudayaan, dan bahkan ekspresi rasa sakit dan tertekan biasanya juga terpola secara kultural. Kalau kita

4

cermati secara seksama pada tingkat masyarakat, kelompok, dan individu memiliki pola sendiri-sendiri dalam berkomunikasi. Namun demikian, terdapat benang merah keterkaitan hubungan yang tidak dapat dipisah antara tingkat-tingkat itu, dan juga

antarsemua

pola

kebudayaan. Sebaiknya

ada

topik

umum

yang

menghubungkan pandangan dunia yang hadir dalam berbagai aspek kebudayaan, seperti hal ini, akan dimanifestasikan pada cara berbicara sebagaimana terdapat dalam kepercayaan dan sistem nilai. Konsep hirarki kontrol tampaknya bersifat menyebar dalam beberapa kebudayaan dan haruslah paling awal dipahami untuk menjelaskan batasan-batasan dalam bahasa tertentu seperti kepercayaan agama dan organisasi sosial. Penekanan yang lebih pada proses interaksi dalam menghasilkan pola-pola perilaku memperluas perhatian kajian etnografi komunikasi sampai pada penjelasan dan diskripsi linguistik, aspek-aspek sosial, dan norma-norma kebudayaan.

5

BAB III STUDI KASUS 3.1 Judul Jurnal “ Pola Komunikasi Diera Digital ”

3.2 Penulis Jurnal -

Munzaimah Masril ( Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Indonesia )

-

Mazdalifah ( Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Indonesia )

3.3 Tujuan Jurnal -

Untuk mengetahui aplikasi yang digunakan remaja dalam berinteraksi dengan anggota keluarga

-

Untuk memahami pola komunikasi remaja dengan anggota keluarga melalui aplikasi pesan.

3.4 Fokus Jurnal “ Pola Komunikasi, Remaja, Era Digital ”

3.5 Metode Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dimana penelitian tipe ini tidak berusaha menguji hipotesis ataupun membuat sebuah prediksi. Penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian dalam dimensi ini menggunakan teknik pengumpulan data, survey ataupun penelitian lapangan

3.6 Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, data yang diperoleh melalui proses pengumpulan data dianalisis menggunakan teknik analisa statistik deskriptif. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi data tunggal.

6

Hasil penelitian tentang pola komunikasi remaja dengan anggota keluarga di era digital ini diharapkan dapat memberikan gambaran tren yang muncul di kalangan remaja khususnya berkaitan dengan aplikasi yang digunakan, topik- topik yang dibahas, maupun hambatan yang biasa mereka alami.

Tabel 2. Sebaran responden berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Status Domisili Karakteristik Usia Remaja Awal (17-20) Remaja Akhir (21-25)

F

(%)

360 40

90.0 10.0

Total

400

100

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

241 159

60.3 39.7

Total

400

100

Status Domisili Kost Tinggal bersama orang tua Menumpang dirumah saudara Lainnya

208 134 54 4

52.0 33.5 13.5 1.0

Total

400

100

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

Berdasarkan data yang terkumpul, mayoritas responden penelitian ini adalah remaja awal yang berusia di rentang umur 17 – 20 tahun (90.1%), berjenis kelamin Perempuan (60.4%), dan sebanyak 52.0% adalah remaja yang saat ini tinggal terpisah dengan orang tua (anak kost).

7

Tabel 3. Sebaran Responden berdasarkan pola komunikasi Karakteristik Bentuk komunikasi Bermedia Tatap muka Total Aplikasi instant messaging > 2 aplikasi ≤ 2 aplikasi Total Individu dalam keluarga Ibu Ayah Abang/Kakak Adik Total Durasi berinteraksi ≤ 15 menit 15-30 menit 30-60 menit > 60 menit Total Waktu efektif Sore hari (18.00-23.00) Siang hari (12.00-17.00) Malam hari (24.00-05.00) Pagi hari (06.00-11.00) Total

F

%

267 133 400

66.7 33.3 100

220 180 400

55.0 45.0 100

218 80 70 32 400

54.5 20.0 17.5 8.0 100

146 136 81 37 400

36.5 34.0 20.3 9.2 100

228 83 77 12 400

57.0 20.7 19.3 3.0 100

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

Temuan menunjukkan bahwa terdapat 66.7% responden yang lebih senag berkomunikasi menggunakan media, terutama dengan aplikasi pesan cepat yang terpasang pada telepon pintarnya. Data menunjukkan lebih dari 50% responden memiliki lebih dari 2 aplikasi instant messaging pada smartphone mereka. Lebih lanjut ditemukan, lama waktu yang diluangkan untuk berinteraksi dengan anggota keluarga secara umum maksimal 30 menit bagi 70% responden penelitian. Sedangkan anggota keluarga yang lebih sering diajak berinteraksi melalui aplikasi pesan cepat adalah Ibu (54.5%).

8

Analisa selanjutnya yang dilakukan berkaitan dengan penilaian responden mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fitur yang tersedia pada aplikasi pesan dan intensitas penggunaannya dalam berinteraksi. Tahap awal untuk memperoleh data berkaitan dengan fitur aplikasi, responden diminta untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan jenis aplikasi instant messaging yang terpasang pada smartphone mereka. Selanjutnya ditanyakan pula aplikasi yang rutin mereka gunakan untuk berinteraksi, khususnya dengan anggota keluarga.

Gambar 1. Persentase sebaran aplikasi instant messaging yang rutin digunakan

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

Data menunjukkan terdapat 8 aplikasi instant messaging yang dimiliki atau terpasang pada smartphone responden, 97.3% responden rutin menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai media komunikasinya. Hal ini sejalan dengan data temuan di lapangan yang menunjukkan beberapa fitur yang digunakan sebagai penunjang aktivitas komunikasi mereka dengan anggota keluarga. WhatsApp menjadi salah satu aplikasi instant messaging yang paling diminati oleh responden penelitian ini. Aplikasi ini selain dapat berinteraksi secara personal, juga dapat berinteraksi dalam grup. Fitur yang tersedia di antaranya broadcast, voice message, voice call, dan video call.

9

Gambar 2. Persentase tentang pola komunikasi melalui aplikasi instant messaging

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

Gambar 3. Persentase tentang aplikasi instant messaging media komunikasi

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

10

Gambar 4. Persentase pengambilan keputusan interaksi di instant messaging

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

Dua gambar di atas memberikan gambaran tentang keberadaan aplikasi instant messaging yang mengambil posisi penting dalam aktivitas komunikasi remaja dengan keluarganya. Hasil menunjukkan bahwa aplikasi instant messaging menjadi media komunikasi yang utama bagi 51% responden. Peneliti mencoba untuk mendapatkan gambaran tentang apakah dengan pengambilan keputusan untuk beberapa hal dapat dilakukan melalui instant messaging, hanya 24% responden yang menyatakan keputusan dapat diambil melalui aplikasi instant messaging. Selanjutnya dari kedua data tersebut dilakukan analisa tabulasi silang pengambilan keputusan melalui instant messaging dengan dijadikan sebagai media utama. Hasilnya cukup menarik, dimana 20.3% responden yang mengatakan instant messaging menjadi media utama dalam berinteraksi hanya sesekali melakukan pengambilan keputusan melalui instant messaging. Hal ini menunjukkan kehadiran komunikasi tatap muka masih belum tergantikan oleh teknologi komunikasi, meskipun penelitian yang dilakukan Neneng C. Marnila (2017), yang khusus melihat bagaimana aplikasi WhatsApp digunakan sebagai sarana komunikasi pada komunitas virtual family support group. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemajuan teknologi memiliki peranan dalam mengubah cara berkomunikasi. Hambatan jarak dan waktu tidak menjadi kendala dalam proses komunikasi.

11

Tabel 4. Persentase instant messaging sebagai media pengambilan keputusan Aplikasi messaging media utama

Peng ambi lan kepu tusan

Total

instant sebagai Total

Ya

Sesekali

Tidak pernah

Ya

12.5

9

3

24.5

Sesekali

20.25

13.25

7.5

41

Tidak pernah

18.75

15.75

0

34.5

51.5

38

10.5

100

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018 Pemanfaatan media komunikasi dengan mengandalkan kemajuan teknologi informasi komunikasi secara perlahan mampu menggeser ruang belajar konvensional. Disebutkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi komunikasi ini menjadi media alternatif bagi anggota komunitas untuk tetap dapat mengikuti pertemuan tatap muka. Namun begitu, meskipun pemanfaatan WhatsApp sebagai media altenatif dinilai cukup membantu dalam proses pembelajaran tetap ada beberapa kendala yang dihadapi anggota komunitas di antaranya masalah teknis berkaitan dengan gangguan jaringan, kenyamanan dalam mengakses pesan di aplikasi yang disebabkan faktor usia anggota komunitas, keterbatasan interaksi anggota dalam berdiskusi, serta terbatasnya pesan verbal dan nonverbal yang dapat disampaikan pada aplikasi tersebut. Pola komunikasi yang terjadi dalam pemanfaatan aplikasi instant messaging di kalangan remaja, khususnya mahasiswa USU di sini terlihat jelas dari temuan yang berkaitan dengan aspek terciptanya keterbukaan, terjaganya kehangatan, dan berkurangnya gap antara responden dengan orang tua mereka

12

Tabel 5. Penilaian tentang terciptanya keterbukaan

Kategori Selalu Sering Jarang Tidak pernah Total

F 43 221 110 26

% 10.8 55.2 27.5 6.5

400

100

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

Tabel 6. Penilaian tentang terjaganya kehangatan Kategori Selalu Sering Jarang Tidak pernah Total

F 53 207 115 25

% 13.2 51.8 28.8 6.2

400

100

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

Tabel 7. Penilaian tentang mengurangi gap Kategori Selalu Sering Jarang Tidak pernah Total

F 27 181 148 44 400

% 6.8 45.2 37.0 11.0 100

Sumber: Pengolahan data penelitian, Juni 2018

13

Media komunikasi disini memiliki peran yang signifikan dalam terciptanya hubungan yang baik antara orangtua dan anak yang berlainan tempat tinggal dan telah menciptakan pola komunikasi yang berbeda, dari sisi kuantitas maupun kualitas. Hasil data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa aplikasi instant messaging mempunyai pengaruh dalam pola komunikasi dengan remaja di era digital. Hal ini berkaitan dengan

kebutuhan untuk menjaga aktifitas

komunikasinya, terkhusus bagi remaja yang mempunyai hubungan jarak jauh dengan anggota keluarganya. Smartphone membuat peggunanya merasa mudah dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari dan dapat selalu terhubung dengan banyak orang pada saat yang sama. Kemungkinan di kalangan remaja, mereka dapat menghabiskan waktu seharian menggunakan smartphone jika tidak ada kegiatan lain (Dewi, 2017). Keadaan ini sejalan dengan keadaan yang disebut determinisme teknologi. Kemunculan teknologi komunikasi, seperti smartphone berikut aplikasi yang tersedia di dalamnya telah mengubah pola komunikasi individu dalam masyarakat (Nurudin, 2017). Waraou (2014) menyebutkan dalam tulisannya bahwa keluarga dari sisi sosiologis dianggap sebagai suatu kelompok sosial yang terkecil di dimana antara individu-individu di dalam keluarga saling berinteraksi dan dalam berinterkasi inilah maka kegiatan komunikasi secara otomatis terjadi baik yang bersifat verbal (kata-kata atau ucapan) maupun non verbal (dengan isyarat). Keluarga juga digolongkan pada kelompok primer dengan ciri-ciri: interaksi sosial yang lebih intensif, erat hubungan sesama anggota kelompok, saling mengenal dari dekat antara sesama anggota, dan komunikasi bersifat face to face (secara langsung, dan secara tatap muka).

14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

15

Related Documents

Komunikasi
May 2020 43
Komunikasi
June 2020 38
Komunikasi
May 2020 39
Komunikasi
August 2019 54
Komunikasi
July 2020 30
Komunikasi
June 2020 27

More Documents from ""