Penggerak Pendidikan Ah Di Pedesaan

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penggerak Pendidikan Ah Di Pedesaan as PDF for free.

More details

  • Words: 830
  • Pages: 3
Penggerak Pendidikan Muhammadiyah di Pedesaan Bagikan 14 April 2009 jam 11:41 Sering dikatakan bahwa Muhammadiyah adalah gejala kota. Pandangan itu muncul karena organisasi ini kebanyakan diikuti oleh masyarakat kelas menengah ke atas dan berpendidikan. Tesis itu tidak salah, tetapi juga sebaliknya, tidak sepenuhnya benar. Ternyata tidak sedikit, penggerak Muhammadiyah juga ada di pedesaan, dan juga tidak berbeda keadaannya dengan penggerak organisasi lainnya, semisal NU. Saya kenal seorang penggerak Muhammadiyah dari pedesaan. Orang yang akan saya ceritakan sengaja tidak saya sebut namanya. Dia seorang petani desa. Di saat-saat selesai menanam padi atau tebu, sambil menunggu panen, ia aktif berjuang membesarkan sekolah Muhammadiyah. Sekalipun hanya tamatan SD, Ia ditunjuk sebagai salah seorang pimpinan pengurusnya. Penggerak Muhammadiyah ini sekalipun hanya berbekalkan pengalaman dan umur, namun memiliki semangat, tekat, dan integritas yang sangat tinggi untuk mengembangkan lembaga pendidikan milik organisasi keagamaan ini. Penampilan orangnya sangat sederhana. Saya lihat bertahun-tahun tidak pernah bergonta ganti baju. Biasanya ia kemana-mana membawa tas yang agak kumal, dikempit di ketiaknya sebagaimana anak muda membawa tas. Usia orang ini, kira-kira sudah lebih enam puluh tahunan. Tetapi semangatnya tidak kalah jika dengan anak muda. Pergi kemana-mana hanya naik angkot atau kendaraan umum lainnya, untuk mencari sumbangan, untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Pengurus Muhammadiyah tingkat desa ini telah merintis dan mengelola dua lembaga pendidikan, yakni sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Saya yakin, siapapun yang belum kenal dan bertemu dia, tidak akan menyangka kalau orang ini, karena penampilannya seperti itu, yakin sebagai pengurus Muhammadiyah dan sekaligus juga membina beberapa kegiatan organisasi seperti pengajian, pengurus masjid dan lain-lain.

Kalau sedang ketemu dia, saya selalu mendengar cerita tentang perjuangannya. Ia mengenal betul para Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang sangat ia mengagumi kagumi dan banggakan. Nama-nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah rupanya menjadi inspirasi dan motivasi gerak perjuangannya. Pernah suatu ketika, tatkala berkunjung ke kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta, diminta menjadi imam sholat jama’ah. Yang bermakmum, tatkala ia sebagai tamu tapi ditunjuk sebagai imam sholat itu adalah para pengurus dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta yang hadir ke kantor ketika itu. Ia sangat bangga sekali. Ada cerita menarik tatkala ia mencari sumbangan. Sekalipun orang ini tampak sederhana dan memang penampilannya sangat sederhana, tidak pernah merasa rendah diri dan apalagi takut dengan siapapun. Tuhan saja yang ia takuti, katanya. Untuk maksud mencari sumbangan guna menyempurnakan gedung sekolahnya, ia mendatangi orang yang dipandang kaya di kota Malang. Melihat penampilannya yang sangat sederhana itu, pemilik rumah tidak mempercayai apa yang disampaikannya. Bahkan ia semacam dituduh mencari uang untuk kepentingan sendiri dengan mengatas namakan lembaga pendidikan. Tapi, pengurus Muhammadiyah tingkat desa ini, tidak kecewa, bahkan menawarkan kepada pemilik rumah datang di desanya agar melihat langsung proyeknya. Atas tawaran tersebut, orang kaya yang dimintai sumbangan tersebut suatu ketika datang ke desa yang diinfomasikan sedang memperbaiki sekolah Muhammadiyah. Setelah menyaksikan sendiri, orang kaya tersebut benar-benar kaget, ternyata semua yang disampaikan orang yang berpenampilan sederhana tersebut benar. Atas dasar itu, untuk menebus kesalahannya, yakni telah su’udhon terhadap orang yang mengajukan permintaan sumbangan itu, ia kemudian menyanggupi agar seluruh kebutuhan untuk memperbaiki sekolah tersebut dikalkulasi seluruhnya, dan disanggupi akan dicukupi olehnya. Orang kaya tersebut kemudian menyatakan penyesalan atas kekeliruannya, telah menganggap sepele perjuangan orang desa. Memang orang kaya kota ini, atas sikapnya seperti itu tidak terlalu salah, karena tidak sedikit peminta sumbangan, yang datang minta sumbangan, katanya untuk membangun masjid, pondok, panti asuhan dan lain-lain, tetapi ternyata setelah ditelusuri proyeknya fiktif.

Siapapun kiranya kalau punya harta lebih, ikhlas memberikan sumbangan, beramal untuk kebaikan. Akan tetapi, kalau kemudian tahu, bahwa sumbangannya tidak digunakan pada semestinya, menjadi tidak ikhlas dan jera.

Melalui cerita pendek dan sederhana ini kiranya ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik. Pertama, orang yang berpendidikan rendah dan penampilan sederhana pun memiliki semangat berjuang dan rasa tanggung jawab tinggi terhadap pendidikan. Dengan didorong atas keyakinan agamanya untuk beribadah dan memberi manfaat bagi orang lain. Semangat seperti ini kian hari rasanya semakin berkurang ditemukan di tengah masyarakat yang serba menganut orientasi hidup transaksional. Kedua, seringkali kita melihat orang baik hanya dari penampilan fisiknya. Sehingga menganggap rendah orang berpenampilan sederhana. Padahal kenyataannya tidak selalu begitu. Karena itulah Nabi Muhammad mengajari kepada umatnya, agar jangan melihat seseorang dari pakaian dan penampilannya, tetapi agar kita melihat keindahan hati dan amalnya. Ternyata, menjalankan nasehat yang sangat mulia seperti itu, pada saat sekarang tidak mudah. Kiranya, apa yang dilakukan oleh orang kaya dalam kisah ini, yakni meluangkan waktu melihat langsung apa yang diinformasikan orang -----tabayyun, patut ditiru. Ketiga, melalui kasus tersebut juga dapat ditangkap pelajaran, bahwa ternyata partisipasi dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan selama ini luar biasa besarnya. Partisipasi itu disalurkan melalui organisasi keagamaan, seperti Muhammadiyah, NU, al Irsyad, Al Wasyliyah dan organisasi lainnya. Jika partisipasi masyarakat ini bisa dikelola secara baik, maka sesungguhnya akan menjadi kekuatan luar biasa. Cara ini akan lebih murah dilakukan dan selain itu programprogram pengembangan pendidikan akan justru lebih mengakar kuat di masyarakat. Semestinya pemerintah, dalam menghadapi kenyataan itu, tidak perlu memposisikan diri sebagai pesaing mereka, tetapi justru tepat jika mau menempatkan diri sebagai mitra, guidance dan menyempurna dari usaha mereka selama ini. Allahu a’lam.

Related Documents


More Documents from "Subhan Muh"