Masalah Pendidikan Di Indonesia.docx

  • Uploaded by: Siti Nurmaya
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Masalah Pendidikan Di Indonesia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 861
  • Pages: 3
MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA, TERUTAMA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA Meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa masih jarang dikembangkan. Aisyah (2008:4) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan berpikir kritis disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis di sekolah-sekolah jarang dilakukan. Rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematika siswa juga dapat dilihat dari hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika di sekolah yang masih belum memuaskan. Utomo dan Ruijter (Suparno, 2000:31) memaparkan bahwa pada latihan pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga guru menerangkan seluruh penyelesaiannya. Menurut Herman (2010:1) salah satu penyebab rendahnya penguasaan matematika siswa adalah guru tidak memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Matematika dipelajari oleh kebanyakan siswa secara langsung dalam bentuk yang sudah jadi (formal), karena matematika dipandang oleh kebanyakan guru sebagai suatu proses yang prosedural dan mekanistis.

-

Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan Rohmayasari (2010:68) didapat bahwa sikap dan kemampuan berpikir matematika siswa masih rendah dan belum memuaskan, diantaranya: Para siswa masih merasa malas untuk mempelajari matematika karena terlalu banyak rumus. Para siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan. Matematika masih sulit dipahami oleh siswa. Soal matematika yang diberikan sulit untuk dikerjakan. Siswa masih merasa bingung dalam mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Soal yang diberikan adalah soal-soal rutin yang kurang meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa. Soal yang diberikan tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan siswa belum terbiasa diberikan soal-soal tidak rutin. Sehingga tidak hanya rendah pada kemampuan aspek mengerti matematika sebagai pengetahuan (cognitive) tetapi juga aspek sikap (attitude) terhadap matematika juga masih belum memuaskan. Sebagian besar siswa masih menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sukar dipelajari dan menakutkan bagi mereka. Hal ini disampaikan oleh Ruseffendi (dalam Puspita, 2009), “Pelajaran

matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi”. Anggapan tersebut sudah melekat pada anak-anak, sehingga berdampak negatif terhadap proses pembelajaran siswa dalam matematika. Siswa menganggap bahwa pembelajaran matematika yang diikuti di sekolah kurang menarik dan kurang menyenangkan. Mereka merasa tidak termotivasi untuk belajar matematika dan sulit untuk bisa meyenangi matematika sehingga pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar matematika menjadi kurang memuaskan. Direktorat PLP (dalam Widdiharto, 2004:1) mengungkapkan bahwa kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pembelajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. Padahal kemampuan itu yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. matematika dikenal sebagai ilmu yang sukar dipahami, akan tetapi banyak faktor yang dapat membantu memudahkan pemahaman matematika, salah satunya adalah cara penyampaian materi, misalnya saja dengan menekankan kepada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga potensi siswa dapat berkembang dengan baik. Proses pendidikan mencakup proses belajar, proses mengajar dan proses berpikir kreatif. Syah (2008:248) mengungkapkan bahwa, “Dalam setiap proses belajar mengajar di sekolah sekurang-kurangnya melibatkan empat komponen pokok, yaitu: individu siswa, guru, ruang kelas dan kelompok siswa”. Semua komponen ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang unik dan berpengaruh terhadap jalannya proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, pendukung keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran tidak hanya dari kemampuannya dalam menguasai materi akan tetapi faktor lain pun dapat mendukung, seperti penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Pandangan umum yang masih dianut oleh guru dan masih berlaku sampai sekarang ialah bahwa dalam proses belajar mengajar, pengetahuan dialihkan dari guru kepada siswa. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berlangsung satu arah yaitu guru menerangkan dan siswa mendengarkan, mencatat lalu menghafalnya sehingga tujuan pembelajaran akan cepat selesai. Dalam proses pembelajaran matematika guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistis daripada menanamkan pemahaman. Dalam kegiatan pembelajaran guru biasanya menjelaskan konsep secara informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan.

Menurut Armanto (dalam Herman, 2010:3) tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di Indonesia. Pembelajaran matematika konvensional bercirikan: berpusat pada guru, guru menjelaskan matematika melalui metode ceramah (chalk-and-talk), siswa pasif, pertanyaan dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas kelas yang sering dilakukan hanyalah mencatat atau menyalin. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dan pembelajaran merupakan suatu hal yang membosankan bagi siswa, sehingga dapat menurunkan motivasi belajar dan inisiatif siswa untuk bertanya dan mengungkapkan ide. Karenanya kemampuan guru dalam memilih metode mengajar merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kekurangan guru dalam memilih metode mengajar bisa menjadi salah satu penyebab kurang baiknya hasil belajar siswa. Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika di sekolah, terutama yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa, praktek pembelajaran di kelas, pentingnya meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa untuk membuat pelajaran matematika menjadi bermakna, efektif serta banyak disukai oleh siswa maka perlu digunakannya model pembelajaran yang menarik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. https://furahasekai.net/2011/09/06/permasalahan-pembelajaran-matematika-disekolah/

Related Documents


More Documents from "Fathur Rahman"