Kebersamaan Perguruan Tinggi Di Sudan Bagikan 20 Juni 2009 jam 9:17 Diunggah melalui Facebook Seluler Beberapa hari terakhir ini di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang terasa lebih ramai bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Keramaian itu disebabkan oleh penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri di Malang, -----Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang dan UIN Maliki Malang, dipusatkan di kampus ini. Kegiatan bersama dalam bentuk pendaftaran mahasiswa baru dengan mengambil tempat secara bersama dengan mengambil tempat bergiliran ini memang terasa banyak manfaatnya. Selain tampak bahwa perguruan tingggi di kota ini bersatu, maka juga akan memudahkan dalam koordinasi, saling mengenal dan lainlain.Merasakan adanya kebersamaan ini, saya kemudian teringat pengalaman ketika dua kali berkunjung ke beberapa perguruan tinggi di Sudan. Memang di Sudan jumlah perguruan tinggi tidak sebanyak di Indonesia. Jumlah perguruan tinggi di sana ---misalnya di kota Kourtum, hanya beberapa, tidak seperti di Indonesia, di sebuah kota kecil seperti Malang, jumlahnya sampai puluhan. Dua kali berkunjuung, saya sempat berkunjung ke beberapa perguruan tinggi, misalnya ke Universitas al Qur’anul Kariem, Universitas Um Durman, Universitas al Jazira, Universitas Internasional Afrika dan Universitas Kourtum. Yang saya anggap menarik, di antaranya adalah bahwa hubungan para pimpinan perguruan tinggi tersebut sangat akrab. Demikian pula para dosen-dosennya. Juga ketikadatang ke Indonesia, mereka bersama-sama.Selanjutnya ada yang lebih menarik lagi adalah bahwa di antara mereka saling memberikan informasi tentang perguruan tinggi lainnya. Tatkala saya berkunjung ke universitas Um Dorman, rektornya selain memperkenalkan kampusnya sendiri, juga memperkenalkan beberapa perguruan tinggi tetangganya. Beberapa keunggulan atau kelebihan perguruan tinggi lainnya itu justru diperkenalkan.
Saya juga merasakan keanehan lagi, tatkala saya berkunjung ke perguruan tinggi Internasional Afrika, rektornya lagi-lagi setelahmemperkenalkan kampusnya sendiri juga menjelaskan tentang kampus tetangganya. Dengan cara itu, maka perguruan tinggi di Sudan masing-masing saling memperkukuh satu dengan lainnya. Saya ketika itu seperti sedang diajak menghayati ajaran rasulullah bahwa kehidupan kaum muslimin itu bagaikan satu bangunan, antara bagian satu dengan lainnya harusnya saling memperkukuh. Kebersamaan juga saya rasakan, dari cara menjamu tamu. Kebetulan saya datang ke Sudan dalam rangka menghadiri undangan seminar internasional yang diselenggarakan oleh Universitas al Qur’anuk Kariem. Seminar tersebut menghadirkan berbagai perguruan tinggi dari Negara-negara Islam. Sekalipun penyelenggara seminar itu adalah Universitas al Qur’anul Kariem, tetapi masing-masing perguruan tinggi di sana mengundang jamuan makan secara bergantian. Dalam kesempatan itulah, mereka masing-masing pimpinan universitas menyampaikan atau memperkenalkan diri dan sekaligus juga kelebihan perguruan tinggi lainnya. Mengingat pengalaman itu, saya membayangkan alangkah indahnya andaikan kerjasama antar perguruan tinggi, juga tidak saja sebataspenerimaan mahasiswa baru antar perguruan tinggi negeri, tetapi juga dalam berbagai kegiatan lainnya, dan bahkan juga melibatkan perguruan tinggi lainnya yang lebih luas. Hal seperti itu kiranya bagus sekali, mengingat misi perguruan tinggi sesungguhnya adalah sama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan kebersamaan itu akan diperoleh berbagai keuntungan, di antaranya agar terjadi saling berbagi pengalaman. Kebersamaan dan lain-lain. Jika kerjasama ini bisa dikembangkan maka tidak akan muncul perasaan saling meninggalkan. Adanya sementara perguruan tinggi dianggap sebagai penyebab merosotnya jumlah mahasiswanya juga akan hilang dengan sendirinya. Manfaat lain, dengan kebersamaan sekaligus juga bisa saling memanfaatkan aset perguruan tinggi secara maksimal. Fasilitas yang sekian lama dibangun dan diupayakan dengan biaya mahal, menjadi tidak akan ada yang mubadzir. Apalagi, Islam mengajarkan umatnya agar saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan. Selain itu, juga agar menghindari kemubadziran.Lebih dari itu, di tengah-tengah masyarakat yang
semakin komplek, sehingga seringkali mengalami ketegangan akibat benturan-benturan social, politik, eknomi dan lain-lain, maka dengan begitu, perguruan tinggi akan selalu tampil bersatu dan sekaligus menjadi tauladan. Kiranya kebersamaan ini tidak sulit dilakukan, jika masing-masing sadar bahwa keberadaan perguruan tinggi sesungguhnya adalah sama-sama untuk mengabdi pada pengembangan ilmu dan kemajuan peradaban umat manusia secara keseluruhan. Wallahu a’lam.