SISTEM EKONOMI INDONESIA
PENGARUH BUDAYA CHINA TERHADAP KRISIS MONETER TAHUN 1997
Disusun oleh
:
Ersi Ghaisani Masturah NIM
: 151160030
Kelas A HI 2016
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017
Pengaruh Budaya China dalam Krisis Moneter Tahun 1997
Pada rentan tahun 1997 sampai dengan 1998, Indonesia mengalami krisis dalam bidang ekonomi atau yang lebih dikenal dengan nama krisis moneter. Krisis moneter adalah suatu peristiwa atau kondisi menurunnya ekonomi suatu negara. Krisis moneter merupakan kejadian yang simultan dan memiliki effek yang akan menyebar ke berbagai negara. Banyak yang menyebutkan bahwa Krisis moneter merupakan hasil dari ekonomi kapitalis yang sepenuhnya bergantung pada sistem pasar yang ada. Akibatnya pasar tidak terkendali dan mengakibatkan terjadinya krisis. Krisis moneter di Indonesia sebenarnya bermula dari krisis moneter yang terjadi di Thailand pada Juli 1997 yang kemudian mempengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia seperti Indonesia, Korea Selatan, Hongkong, Malaysia, dan Filiphina. Krisis ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketergantungan perekonomian suatu negara terhadap hutang atau pinjaman luar neger karena banyaknya proyek - proyek yang menggunakan dana dalam bentuk mata uang asing, jumlah hutang luar negeri yang terlalu banyak dengan jangka waktu pendek yang mengakibatkan ketidaksatbilan ekonomi, kondisi politik dunia yang tidak menentu serta tidak memberikan jaminan keamanan bagi para investor asing, adanya praktek kaitalisme dalamperekonomian, lemahnya sektor finansial dalam pengadaan modal dan dukugan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengaruh dari krisis ekonomi global yang terjadi dibeberapa negara tetangga, serta munculnya peraturan - peraturan pemerintah yang terlalu memberatkan para investor sehingga mengakibatkan turunnya investasi dan keluarnya para investor asing yang membawa serta modal mereka dari suatu negara dan menginvestasikannya ke negara lain. Etnis China merupakan etnis yang sudah lama masuk dalam kehidupan masyarakat Indonesia termaksud pada saat terjadinya krisis moneter di Indonesia. Etnis China dengan perilaku ekonominya disadari atau tidak, dalam kenyataan telah menyumbangkan beragam kegiatan perekonomian bagi bangsa Indonesia baik yang bersifat positif maupun negatif. Sedangkan budaya “pecinan”-nya memperkaya keunikan khasanah budaya Indonesia. Etnis China sudah terkenal sebagai penguasa perusahaan besar di Asia, namun dibalik itu terdapat stereotipe-stereotipe negatif tentang peran ekonomi etnis Cina dalam masyarakat akan mengganggu pertumbuhan ekonomi, khususnya stereotipe negatif yang berhubungan dengan peran ekonomi mereka. Selama Orde Baru berjaya dalam 3 dekade lebih, selama itu pula etnis Cina banyak mengalami diskriminasi. Mereka mulai dikesampingkan dari usaha-usaha perekonomian utama, dan terdiskriminasi untuk memasuki Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, administrasi sipil pemerintah dan perguruan tinggi negara, hingga muncul pembagian usaha antara pribumi dan non pribumi. Etnis China memiliki suatu prinsip yaitu “guan xi” yang berarti “relationship” atau kontak personal. Untuk itu di dalam dunia bisnis, orang China senang berkerja sama dengan pihak yang mereka kenal dan percaya. Melihat kondisi di Indonesia pada saat itu, etnis China memilih untuk tidak tidak banyak yang terjun secara terbuka
dalam politik praktis saat itu, mereka melakukannya lewat dukungan material dan non material. Salah satu caranya yaitu dengan menjalin hubungan dengan “ Keluarga Cendana”. Etnis Cina ingin mengokohkan diri sebagai salah satu pilar penyanggga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Keberanian pengusaha dan pelaku ekonomi etnis Cina lainnya dalam penanaman modal, spekulasi, strategi kerjasama dan jaringan kerja dengan pihak luar negara menjadi point istimewa perilaku ekonomi etnis Cina di tahun-tahun ini. Kedekatan dengan pejabat bahkan sampai ke hal-hal pribadi yang cenderung dihubungkan dengan kolusi, korupsi dan nepotisme juga dilakukan oleh beberapa pengusaha etnis Cina kelas menengah dan atas. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab Kerusuhan Mei 1998 yang juga berpengaruh pada sikap anti etnis Cina terutama yang memiliki usaha. Orang Cina yang trauma akibat kerusuhan Mei 1998, banyak yang lari ke luar negara, dan sebagian ada yang melarikan modal ke luar negara. Usaha-usaha niaga etnis Cina di kota-kota besar banyak yang vakum, dan baru mulai bangkit setelah ada jaminan keamanan dari mantan Presiden Habibie. Pelaku ekonomi etnis Cina hanya menunggu perkembangan keadaan. Namun, masih ada yang tetap bertahan dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Budaya etnis China yang senantiasa membangun sistem kerja yang kuat dengan sikap kompetitif antara mereka yang masih terjaga dengan baik ditambah dengan sikap kerja keras dan kebiasaan hidup hemat dapat memperketat jaringan bisnis diantara mereka. Bahkan saat terjadi krisis ataupun munculnya tantangan besar, mereka saling bekerja sama. Oleh sebab itu bisnis keluarga menjadi salah satu ciri jaringan kerja yang mereka bentuk. Sikap etnis China tersebut tentu memberikan pengaruh dalam krisis moneter di Indonesia sekaligus merupakan contoh positif yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia dikemudian hari.