Pengaruh Suami Dalam Persalinan.pdf

  • Uploaded by: Desyarifah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengaruh Suami Dalam Persalinan.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 21,211
  • Pages: 97
UNIVERSITAS INDONESIA

SIKAP SUAMI TERHADAP PENDAMPINGAN PERSALINAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan

RESTAVIA WIDYANINGSIH 0806457243

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA DEPOK JULI 2012 i Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama

: RestaviaWidyaningsih

NPM

: 0806457243

Tanda Tangan

:

Tanggal

: 10 Juli 2012

ii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

:

Nama

: Restavia Widyaningsih

NPM

: 0806457243

Program Studi

: Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi

: Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakutas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing

: Imami Nur Rachmawati, S. Kp., M. Sc (

)

Penguji

: Dr. Yati Afiyanti, S. Kp., M. N

)

(

Ditetapkan di : Depok Tanggal

: 10 Juli 2012 iii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah—Nya, saya dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Penulisan laporan tugas akhir skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai masa penyusunan laporan skripsi ini, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ibu Imami Nur Rachmawati, S.Kp., M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini; (2) Ibu Dr. Yati Afiyanti, S. Kp., M.N, selaku dosen penguji saya dalam sidang presentasi laporan skripsi; (3) Ibu Kuntarti, S. Kp., M. Biomed., selaku koordinator mata kuliah Tugas Akhir yang telah membantu mengarahkan saya selama mata kuliah ini; (4) Orang tua dan keluarga saya tercinta yang telah memberikan bantuan dukungan material, moral, dan yang selalu mendoakan saya; (5) Mas Encep yang telah banyak memberikan saya motivasi kepada saya untuk serius dalam menyelesaikan tugas akhir ini; (6) Sahabat dan teman-teman saya khususnya teman-teman di Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas

Indonesia

yang

telah

banyak

membantu

memberikan masukan tentang penelitian ini. Saya sangat berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Depok, 10 Juli 2012

Penulis

iv Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Restavia Widyaningsih

NPM

: 0806457243

Program Studi : Ilmu Keperawatan Fakultas

: Ilmu Keperawatan

Jenis Karya

: Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-xclusive Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: SIKAP SUAMI TERHADAP PENDAMPIGAN PERSALINAN beserta perangkat yang ada jika (diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola

dalam

bentuk

pangkalan

data

(database),

merawat,

dan

memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di

: Depok

Pada tanggal

: 10 Juli 2012

Yang menyatakan

(Restavia Widyaningsih)

v Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

ABSTRAK Nama Program Studi Judul

: Restavia Widyaningsih : Ilmu Keperawatan : Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Persalinan merupakan peristiwa menegangkan bagi seorang ibu dan dukungan suami ternyata berpengaruh penting terhadap kondisi psikologis ibu bersalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana. Pengambilan data sampel 103 orang suami dari ibu hamil dengan metode consecutive sampling selama sebulan. Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan sikap yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan Birth Partcipation Scale yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukan 89,3% suami memiliki sikap positif terhadap pendampingan persalinan. Pembentukan sikap ini lebih didominasi komponen kognitif dan konatif. Implikasi keperawatan, penelitian ini membuktikan bahwa peran suami penting untuk diperhatikan dalam proses persalinan. Penelitian ini tidak mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap suami terhadap pendampingan persalinan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti faktor tersebut. Kata Kunci: Pendamping, pendampingan persalinan, persalinan, sikap, suami

ABSTRACT Name Study Program Title

: Restavia Widyaningsih : Science Nursing : Husband`s attitude about companionship during childbirth

Childbirth was stressfull moment for mother and support from husband was important factor that could influence mother`s psychology during childbirth. The purpose of this was to describe the husband`s attitude related to companionship during childbirth. This study used simple descriptive research design that involved 103 husbands from pregnant mothers taken with consecutive sampling and it hold in a month. The instruments were questionnaire about knowledge of attitude developed by researcher and Birth Participatipon Scale translated in Indonesian. This study showed 89,3% of respondents have positive attitude about companionship during childbirth. This attitude was dominant of cognitive and conative component. Implicated this study for nursing proved that husband’s role important to be attented in childbirth process. This study did not research about the factors influenced husband`s attitude about companionship during childbirth, so that future studies are expected to discuss about it`s attitude. Keyword: attitude, childbirth, companion, companionship during childbirth, husband

vi Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ABSTRAK ............................................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................

i ii iii iv v vi vii ix x xi

1.

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

2.

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 2.1 Proses Persalinan ........................................................................................ 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan .......................................... 2.3 Adaptasi Suami dalam Proses Persalinan ................................................. 2.3.1 Pendampingan Persalinan ............................................................... 2.3.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan ........................... 2.3.3 Pengukuran Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan ....... 2.3.4 Peran Suami dalam Proses Persalinan ............................................ 2.4 Bagan, Ringkasan, Literatur........................................................................

3.

KERANGKA KERJA PENELITIAN .......................................................... 30 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 30 3.2 Definisi Operasional ................................................................................... 31

4.

36 36 36 37 38 38 38 41 44 45 49

METODE PENELITIAN .............................................................................. 4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 4.3 Etika Penelitian........................................................................................... 4.4 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 4.5 Alat Pengumpul Data ................................................................................. 4.5.1 Instrumen Penelitian ......................................................................... 4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 4.6 Proses Pengumpulan Data ........................................................................... 4.7 Pengolahan Data .......................................................................... 4.8 Analisis Data .............................................................................................. 5. HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden ............................................................................ 5.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan ......................................

vii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

10 10 11 16 18 20 24 26 29

51 53

6. PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden ........................................................................... 6.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan .............................. 6.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 6.4 Implikasi terhadap Bidang Keperawatan ...................................................

56 59 64 65

7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 67 7.2 Saran .......................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

viii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

66

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik Suami dan Riwayat Obstetri Istri Responden di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 ........................................................... 51

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 ....................................................................... 53 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sub Variabel tentang Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 .......................................... 53 Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Variabel tentang Sikap Suami Terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 ............................................................ 54

ix Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ringkasan Tinjauan Literatur ........................................................ . 29 Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian “Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan” ....................................................................................... 30

x Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian ........................................................ xii Lampiran 2. Instrumen Penelitian .................................................................... xiv Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ xix Lampiran 4. Surat Persetujuan Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Jakarta Selatan ........................................................................................ xxi Lampiran 5. Laporan Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................ xxii Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup ……………………………………...........xxiii

xi Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

ABSTRAK Nama Program Studi Judul

: Restavia Widyaningsih : Ilmu Keperawatan : Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

Persalinan merupakan peristiwa menegangkan bagi seorang ibu dan dukungan suami ternyata berpengaruh penting terhadap kondisi psikologis ibu bersalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana. Pengambilan data sampel 103 orang suami dari ibu hamil dengan metode consecutive sampling selama sebulan. Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan sikap yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan Birth Partcipation Scale yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukan 89,3% suami memiliki sikap positif terhadap pendampingan persalinan. Pembentukan sikap ini lebih didominasi komponen kognitif dan konatif. Implikasi keperawatan, penelitian ini membuktikan bahwa peran suami penting untuk diperhatikan dalam proses persalinan. Penelitian ini tidak mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap suami terhadap pendampingan persalinan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti faktor tersebut. Kata Kunci: Pendamping, pendampingan persalinan, persalinan, sikap, suami

ABSTRACT Name Study Program Title

: Restavia Widyaningsih : Science Nursing : Husband`s attitude about companionship during childbirth

Childbirth was stressfull moment for mother and support from husband was important factor that could influence mother`s psychology during childbirth. The purpose of this was to describe the husband`s attitude related to companionship during childbirth. This study used simple descriptive research design that involved 103 husbands from pregnant mothers taken with consecutive sampling and it hold in a month. The instruments were questionnaire about knowledge of attitude developed by researcher and Birth Participatipon Scale translated in Indonesian. This study showed 89,3% of respondents have positive attitude about companionship during childbirth. This attitude was dominant of cognitive and conative component. Implicated this study for nursing proved that husband’s role important to be attented in childbirth process. This study did not research about the factors influenced husband`s attitude about companionship during childbirth, so that future studies are expected to discuss about it`s attitude. Keyword: attitude, childbirth, companion, companionship during childbirth, husband vi

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Persalinan merupakan proses akhir dari masa kehamilan yang telah dilalui ibu dan keluarga selama tiga periode trimester. Persalinan diartikan dengan proses membuka dan menipisnya serviks, hingga janin turun ke dalam jalan lahir (Saifuddin, dkk, 2009). Ketika proses persalinan dimulai, peran ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi serta bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan ibu bersalin. Keberhasilan dalam proses persalinan menjadi faktor penting yang menentukan angka kematian ibu bersalin. Angka kematian ibu saat persalinan menjadi indikator penting status kesehatan ibu dalam konteks pelayanan maternal. Menurut World Health Organization (WHO) dalam catatan Dinas Kesehatan tahun 2006, kematian ibu didefinisikan sebagai kematian yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan. Statistik kesehatan ibu menurut data global yang dihimpun dari berbagai organisasi nirlaba dunia dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat angka kematian ibu hamil dan melahirkan mencapai 350.000 per tahun atau lebih dari 1.000 orang per hari (harian Kompas, 19 Desember 2011). Angka kematian ibu di Indonesia telah mengalami penurunan dalam dekade terakhir walaupun angka tersebut masih belum mencapai target nasional. Pada tahun 2002 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2007 AKI menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Angka tersebut masih belum mencapai target nasional pada tahun 2015 yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan akan sulit tercapai karena penyebab terbesarnya adalah komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang terjadi pada wanita di Indonesia. Meskipun 1

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

2

angka tersebut terlihat mengalami penurunan, tetapi masih menjadi angka kematian ibu tertinggi di Asia. Penyebab kematian ibu tersebut didominasi oleh rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil. Penyebab utama kematian ibu ini karena masalah komplikasi kehamilan seperti perdarahan, ekslampsia, dan infeksi. Selain itu faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap kematian ibu melahirkan antara lain pemberdayaan perempuan yang tidak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia salah satunya juga dikarenakan kurangnya perhatian dari laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan (Depkes RI, 2007). Besarnya resiko yang dapat terjadi saat persalinan menjadi salah satu penyebab yang membuat ibu memiliki rasa kekhawatiran yang berlebih terhadap persalinannya. Persalinan dianggap hal yang berat untuk dilewati walaupun ini juga peristiwa yang sangat dinantikan oleh seorang calon ibu yang telah melewati masa kehamilannya. Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus berisiko sehingga membuat tingkat kecemasan ibu semakin meningkat menjelang hari persalinan tiba (Arindra, 2008). Kecemasan tersebut tidak mengherankan jika calon ibu yang akan melahirkan pertama kali akan menunjukan tingkat kecemasan yang berlebih, seperti perasaan takut, panik, dan gugup, bahkan ada yang memperlihatkan sikap menyendiri. Kondisi psikologis ibu hamil di trimester ketiga apalagi menjelang persalinan akan semakin tidak stabil seiring waktu mendekati hari persalinan. Penelitian kualitatif terhadap ibu hamil pada trimester ketiga dilakukan oleh Arindra (2008) untuk mengetahui gambaran kecemasan ibu menghadapi persalinan anak pertama dan faktor yang mempengaruhi kecemasan tersebut. Arindra menjelaskan bahwa kecemasan ibu menjelang persalinan dapat terlihat dari gejala fisik dan perubahan perilaku ibu yang memperlihatkan tanda-tanda kecemasan. Kurangnya dukungan dari keluarga selama masa kehamilan juga

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

3

menjadi faktor utama yang mempengaruhi tingginya kecemasan ibu pada periode trimester ketiga. Penelitian lain menunjukan bahwa tanda-tanda depresi pada ibu selama trimester ketiga kehamilan dipengaruhi oleh faktor kurangnya dukungan sosial dan lemahnya kondisi kehamilan ibu (Records & Rice, 2007). Dukungan dari suami atau keluarga ternyata menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kondisi psikologis ibu dalam menghadapi persalinan (Records & Rice, 2007; Arindra, 2008). Periode trimester ketiga ini merupakan masa antisipasi persalinan. Periode trimester akhir kehamilan akan menjadi stessor sendiri bagi ibu dan keluarga karena harus mulai mempersiapkan persalinan baik secara fisik ataupun emosional (Eden, 2011). Ibu dan suami semakin tidak sabar menantikan kelahiran bayi mereka sebagai anggota baru dalam keluarga. Masa persiapan bagi ibu dan suami untuk menghadapi peran baru yaitu masa transisi menjadi orang tua. Keluarga atau pasangan dari ibu yang akan bersalin harus peka dengan dengan kondisi psikologis ibu menjelang persalinan. Dukungan sosial sangatlah penting diberikan kepada ibu dalam proses persalinan. Dukungan yang diberikan dapat dilakukan oleh suami, keluarga, teman dekat, atau tenaga profesional kesehatan. Salah satu prinsip asuhan sayang ibu yaitu mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi (Depkes RI, 2004). Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan mengkampanyekan program “Suami Siaga” pada tahun 1999-2000 dalam rangka meningkatkan peran suami dalam program “Making Pregnancy Safer”. Tujuan dari program ini untuk meningkatkan pengetahuan, keterlibatan, dan partisipasi suami terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2001). Kehadiran suami sebagai pendamping istri dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk mengimplementasikan konsep asuhan keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga. Suami memiliki tanggung jawab terhadap kondisi kesehatan ibu yang akan melahirkan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

4

anaknya. Suami merupakan pasangan dari ibu bersalin yang telah terikat dalam status pernikahan secara sah dalam hukum negara dan hukum agama. Suami memiliki peranan dan pengaruh yang lebih terhadap kondisi psikologis ibu menjelang persalinan dan saat persalinan (Records & Rice, 2007; Kainz, Eliasson, & von Post, 2010). Proses persalinan merupakan peristiwa yang sangat menegangkan, ibu memerlukan sistem dukungan sosial yang kuat, salah satunya dukungan dari suami. Hal ini diperlihatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara tentang pengalaman ibu yang didampingi suaminya dalam persalinan. Ibu merasa kehadiran suami sangat membantu dan memberikan kesan tersendiri. Manfaat kehadiran suami dari persepsi ibu yaitu suami dapat membantu tenaga kesehatan dalam mengawasi kemajuan persalinan ibu, berperan dalam mengambil keputusan ketika tindakan medis tertentu harus dilakukan, memberikan dukungan verbal dan non verbal, dan yang paling menjadi perhatian ibu adalah melihat suaminya menyaksikan langsung bagaimana nyeri persalinan yang dialami ibu selama proses persalinan (Aziza, 2002; Sabitri, Toshio, Miyuki, 2011). Ibu merasa perjuangannya untuk melahirkan bukanlah menjadi beban dan tanggung jawabnya sendiri, tetapi ada suami yang ikut merasakan dan menyaksikan bagaimana perjuangan yang dilalui ibu selama proses persalinan. Ibu sangat merasa anak yang dilahirkan sangat berharga karena memperoleh dukungan yang diberikan oleh suaminya selama proses persalinan (Arindra, 2008; Sabitri, Toshio, Miyuki, 2011). Beberapa penelitian membuktikan adanya pengaruh positif kehadiran suami terhadap persalinan istri secara objektif dapat dilihat dari proses kemajuan persalinan (Yumni, 2006; Lars, Aderemi, dan Pernilia, 2011). Penelitian Yumni (2006) di beberapa klinik bersalin di Indonesia menunjukan kehadiran suami dapat mempengaruhi proses persalinan kala satu. Pendampingan suami yang memberikan dukungan berupa sentuhan dan motivasi secara langsung dapat menstimulus terjadinya kontraksi sehingga mempercepat proses terjadinya persalinan. Studi literatur yang dilalukan oleh Lars, Aderemi, dan Pernilia (2011) menjelaskan bahwa kehadiran suami penting dalam Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

5

memberikan dukungan emosional dan psikologis bagi istrinya selama masa kehamilan dan persalinan. Manfaat pendampingan persalinan bukan saja dirasakan oleh ibu, tapi juga dapat dirasakan oleh suami. Akan tetapi fenomena yang ada saat ini, tidak banyak suami yang menyadari dan mengetahui bahwa dukungan yang diberikan kepada ibu saat proses persalinan dan melahirkan dapat memberikan pengaruh yang positif bagi kelancaran persalinan tersebut (Ip, 2000; Cholifah, 2007). Banyak suami yang kurang yakin jika kehadiran mereka dapat membantu kemajuan persalinan istrinya sehingga mereka lebih memilih untuk menunggui istri saja di luar ruangan bersalin, bukan untuk mendampingi istri secara langsung di dalam ruang bersalin. Akhirnya ibu hanya didampingi oleh tenaga kesehatan yang menolongnya dalam proses persalinan, tidak ada dukungan secara langsung dari keluarga terdekat, terutama dukungan dari suaminya. Hasil penelitian terhadap suami di Rumah Sakit Universitas Kuopio, Finlandia, menunjukan sebagian besar suami merasa kurang nyaman selama mendampingi istrinya bersalin, dan perasaan ini biasanya dialami pada pengalaman pertama suami mendampingi istrinya secara langsung dalam kelahiran anak pertama mereka (Julkunen & Liukkonen, 1998). Suami yang hadir untuk mendampingi istri bersalin akan mendapat pengalaman dan pelajaran yang berharga dengan melihat bagaimana proses persalinan terjadi. Walaupun merasa tidak nyaman selama pendampingan persalinan, suami tetap berusaha menunjukan rasa percaya diri dan keberaniannya di hadapan tenaga medis penolong persalinan. Para suami ingin menunjukan bahwa mereka siap memberikan dukungan dan mendampingi istrinya selama proses persalinan (Julkunen & Liukkonen, 1998). Faktor pengalaman menjadi hal penting dalam untuk mengukur kesiapan suami secara fisik dan mental dalam mendampingi istri bersalin. Kondisi psikologis suami selama pendampingan persalinan juga harus menjadi perhatian perawat bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang dapat membantu suami menjalankan perannya selama pendampingan persalinan (Julkunen & Liukkonen, 1998; Ip, 2000). Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

6

Penelitian yang ada di luar Indonesia mengungkapkan bahwa peran suami dalam proses persalinan seringkali kurang diperhatikan, salah satunya karena faktor budaya dan kebijakan pelayanan kesehatan yang kurang mendukung. Penelitian terakhir tentang pendampingan suami dalam persalinan dilakukan di Nepal pada tahun 2010, mengidentifikasi bagaimana pengalaman para suami yang hadir mendampingi istrinya selama proses persalinan (Sapkota, Kobayashi, & Takase, 2010). Sebagian besar para suami mengungkapkan suka duka yang dialaminya selama mendampingi istri dari awal hingga akhir proses persalinan. Sebagian suami mengatakan dan memperlihatkan keraguannya ketika memasuki ruang persalinan, karena beberapa faktor. Para suami mengatakan terkadang ada perasaan terasing berada di antara para bidan, perawat, atau dokter yang semuanya para wanita. Secara sosial budaya di Nepal, keberadaan suami dalam ruang persalinan memang kurang mendapat dukungan dari keluarga atau teman-teman. Suami dianggap tidak terlalu penting untuk mendampingi istri bersalin. Inilah yang menyebabkan suami terkadang kurang siap dan tidak percaya diri dengan potensi yang dimilikinya untuk membantu istri dalam proses persalinan. Fenomena tentang peran suami dalam proses persalinan di Indonesia menunjukan hal yang berbeda. Peran suami dalam proses persalinan dirasakan sangat bermanfaat sehingga beberapa tempat bersalin di Indonesia mulai membuat kebijakan untuk mendukung peran suami dalam pendampingan persalinan. Dukungan dari tenaga kesehatan ini ditunjukan dengan memberikan ruang dan izin kepada para suami untuk menjadi pendamping bagi ibu bersalin dalam program Family Centered Maternity Cared. Kebijakan tersebut memperlihatkan bahwa peran suami dalam pendampingan persalinan sudah mulai diperhatikan. Walaupun demikian, kebijakan ini masih menyimpan keraguan di antara para praktisi kesehatan terhadap kemampuan peran yang dapat dilakukan suami dalam pendampingan persalinan. Penelitian yang ada di Indonesia belum ada yang mengangkat fenomena tentang kesiapan suami untuk menjadi pendamping persalinan. Padahal fenomena tersebut dapat menjadi indikator bagaimana peran tenaga kesehatan Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

7

selanjutnya untuk mempersiapkan suami menjadi pendamping persalinan yang baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh tenaga kesehatan. Penelitian semacam ini perlu dilakukan, salah satunya untuk mengeksplorasi kesiapan suami dalam pendamping persalinan. Penelitian tentang “Sikap suami terhadap pendampingan persalinan” menjadi perlu untuk dilakukan. Penelitian ini diharapkan akan menjawab pertanyaan lebih dalam tentang bagaimana gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan.

1.2 Perumusan Masalah Proses persalinan merupakan proses alamiah yang dialami seorang ibu setelah melewati masa kehamilan. Proses persalinan yang penuh dengan resiko membuat kondisi psikologis ibu menjadi tidak stabil, sehingga banyak ibu yang menunjukan kecemasannya dalam menunggu hari persalinan tiba. Kecemasan ibu tersebut akan semakin meningkat ketika hari persalinan, sehingga ibu sangat memerlukan sistem dukungan yang kuat. Salah satu sumber dukungan yang dapat diberikan kepada ibu dalam proses persalinan berasal dari suami. Hasil penelitian tentang pendampingan persalinan yang selama ini ada telah menggambarkan bahwa kehadiran suami selama proses pendampingan persalinan dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu bersalin sehingga memberikan hasil yang positif terhadap kelancaran persalinan (Yumni, 2006; Records & Rice, 2007; Arindra, 2008; Lars, Aderemi, dan Pernilia, 2011). Penelitian yang dilakukan Sapkota, Kobayashi, & Takase (2010) di Nepal menunjukan bahwa suami mengalami adaptasi psikologis yang cukup rentan ketika berada dalam ruang persalinan. Tingkat pengetahuan, pengalaman, dan dukungan sosial bagi suami penting untuk membantu suami dalam mempersiapkan dirinya memahami bagaimana perannya yang tepat dalam pendampingan persalinan. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut belum memberikan gambaran bagaimana kesiapan dan sikap suami terhadap pemenuhan peran mereka Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

8

dalam menjadi pendamping persalinan bagi istrinya. Sikap suami yang positif dapat mencerminkan dukungan dan perilaku positif terhadap pendampingan persalinan. Oleh karena itu, penelitian ini dilandasi oleh pertanyaan: “bagaimana gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan. 1.3.2 Tujuan khusus: 1.

Diketahuinya gambaran karakteristik responden berdasarkan sikap suami terhadap pendampingan persalinan

2.

Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan suami tentang pendampingan persalinan

3.

Diketahuinya gambaran perasaan dan kesiapan suami untuk menjadi pendamping persalinan

4.

Diketahuinya gambaran kecenderungan perilaku suami untuk hadir atau terlibat aktif menjadi pendamping persalinan

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dalam mengembangkan pelayanan keperawatan, yang meliputi: 1.4.1 Manfaat Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan bagi rumah sakit, puskesmas, atau klinik bersalin untuk memberikan pelayanan keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga dan untuk memenuhi kebutuhan psikososial ibu, khususnya membuat kebijakan yang memberikan posisi pada suami untuk terlibat aktif dalam pendampingan persalinan. Selain itu, hasil penelitian ini juga

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

9

akan dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang menolong persalinan seperti dokter, bidan, atau perawat untuk lebih peka terhadap kondisi psikologis suami, sehingga suami bisa mendapatkan pengalaman yang positif dalam proses persalinan. 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini akan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu keperawatan dalam mengembangkan pelayanan keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga. Selain itu, manfaatnya bagi mahasiswa adalah dapat memberikan informasi tentang pentingnya keterlibatan suami dalam proses persalinan. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan asuhan keperawatan maternitas yang melibatkan peran serta keluarga dalam proses persalinan, khususnya peran suami. 1.4.3 Manfaat Metodologis Penelitian ini dapat menjadi sebuah pengalaman berharga bagi penulis karena penulis akan mendapat banyak wawasan tentang pentingnya keterlibatan atau peran suami dalam proses persalinan. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi salah satu penelitian yang selanjutnya dapat dikembangkan dalam penelitian lainnya mengenai keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga, terutama tentang peran suami dalam pendampingan persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bagian tinjauan pustaka ini akan menguraikan pembahasan tentang kepustakaan yang melandasi penelitian ini sebagai rujukan dalam melakukan pembahasan hasil penelitian pada laporan penelitian. Pembahasan teori-teori dan literatur kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi proses persalinan, faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, serta adaptasi suami dalam proses persalinan. 2.1 Proses Persalinan Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang normal setelah melewati masa kehamilan. Melahirkan adalah pengalaman, fisik, emosional dan spiritual, dengan dampak jangka panjang pada kesejahteraan pribadi seorang wanita (Rothman, 2009). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir, sedangkan kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, dkk, 2009). Definisi lainnya menyebutkan persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam lahir melalui jalan lahir (Bobak, Lowdwermilk, & Perry, 2004). Persalinan dimulai pada saat terjadinya kontraksi uterus pertama dan selanjutnya uterus bekerja keras untuk berdilatasi selama jam-jam berikutnya hingga bayi lahir. Proses persalinan dibagi menjadi empat tahapan utama (Wong, Perry, & Hockenberry, 2002; Bobak, Lowdermilk,& Perry, 2004; Saifuddin, dkk, 2009; Ward & Hisley, 2009), yaitu persalinan kala satu, kala dua, kala tiga, dan kala empat. Setiap tahapan ini membutuhkan intervensi perawat yang berbeda-beda karena menyesuaikan dengan kondisi kemajuan persalinan. Persalinan kala satu dimulai hingga pembukaan jalan lahir lengkap. Lama persalinan kala satu biasanya sulit diperkirakan dan berlangsung lebih lama dari kala dua dan kala tiga. Proses kala satu ini terbagi menjadi dua tahapan, 9

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

11

yaitu (1) fase laten berlangsung selama delapan jam hingga serviks membuka tiga sentimeter, (2) fase aktif yang terjadi kurang lebih selama tujuh jam dan serviks membuka dari tiga hingga sepuluh sentimeter atau serviks telah berdilatasi lengkap. Pada fase laten, effacement atau penipisan serviks lebih banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan penurunan janin. Sedangkan pada fase aktif, dilatasi serviks dan penurunan janin berlangsung lebih cepat. Ini terjadi karena kontraksi lebih kuat dan sering pada fase aktif. Proses persalinan selanjutnya adalah persalinan kala dua, tiga, dan empat. Proses persalinan kala dua berlangung sejak pembukaan serviks lengkap hingga bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung sekitar dua jam pada ibu primipara, dan satu hingga satu setengah jam pada ibu nulipara. Ibu nulipara telah memiliki pengalaman melahirkan sebelumnya sehingga serviks lebih mudah elastis untuk berdilatasi dan memungkinkan janin keluar lebih cepat. Fase selanjutnya adalah persalinan kala tiga dan kala empat. Persalinan kala tiga dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Persalinan kala tiga ini berlangsung selam 30 menit. Fase terakhir kala empat persalinan ini dimulai dari lepasnya plasenta hingga dua jam pertama postpartum.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Kelancaran proses persalinan mulai dari kala satu hingga kala empat dapat ditunjang oleh beberapa faktor internal dan eksternal dalam persalinan. Bobak, Lowdwermilk, & Perry (2004) dan Ricci & Kyle (2009) menyebutkan ada lima faktor utama yang mempengaruhi persalinan yaitu penumpang (janin dan plasenta), jalan lahir, kekuatan ibu bersalin (kontraksi), posisi ibu saat melahirkan (faktor maternal), dan respon psikologis ibu. Sedangkan menurut Ward & Hisley (2009) hanya menyebutkan empat faktor utama yang dapat mempengaruhi proses persalinan yaitu penumpang (janin dan plasenta), kekuatan ibu bersalin, jalan lahir (panggul ibu), dan faktor psikososial ibu bersalin (pengalaman persalinan dan status emosional). Perbedaan antara kedua literatur tersebut terletak pada faktor posisi ibu yang dapat Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

12

mempengaruhi proses persalinan. Hasil penelitian Zwelling (2010) dan Pridjian (2011) menunjukan bahwa posisi ibu saat bersalin sangat penting diperhatikan karena memiliki pengaruh yang positif terhadap kemajuan proses persalinan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing faktor yang mempengaruhi proses persalinan. a. Penumpang (Janin dan Plasenta) Janin dan plasenta menjadi salah satu faktor yang menentukan dimulainya persalinan. Prosesnya penuaan dan penurunan plasenta memicu awal terjadinya kontraksi (AWHONN, 2003). Peningkatan konsentrasi kortisol janin menyebabkan penurunan produksi progesteron plasenta dan meningkatkan pelepasan prostaglandin. Membran fetus menghasilkan prostaglandin, yang dapat membantu dalam merangsang kontraksi rahim. Kondisi janin merupakan hal yang paling utama dalam persalinan. Kondisi janin yang aman atau dalam perkembangan yang normal, memungkinkan faktor lainnya dapat dibantu atau dimodifikasi untuk pengeluaran janin. Cara janin keluar atau bergerak melalui jalan lahir merupakan akibat interaksi dari ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan tingkat kesejahteraan neonatal. Kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan karena sifatnya yang relatif kaku. Presentasi janin dilihat dari bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. b. Jalan lahir Faktor jalan lahir ini berkaitan dengan kelancaran janin keluar dari rahim. Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang panggul yang padat, dasar panggul, vagina, dan introtuitus. Panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan walaupun ditunjang pula oleh jaringan lunak seperti otot dasar panggul. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Bentuk dan ukuran panggul perlu

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

13

diketahui sebelum persalinan dimulai untuk menentukan metode persalinan apa yang sesuai digunakan. c. Kekuatan Persalinan Faktor maternal menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi dimulainya persalinan, selain faktor janin dan plasenta (AWHONN, 2003). Peregangan otot uterus menyebabkan pelepasan prostaglandin. Tekanan pada leher rahim dapat merangsang pelepasan oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior ibu. Stimulasi oksitosin meningkat secara signifikan selama persalinan,

dan bekerjasama dengan prostaglandin untuk

mengaktifkan kontraksi rahim. Peningkatan rasio estrogen terhadap progesteron merupakan perubahan biokimia, menyebabkan penurunan ketersediaan progesteron (untuk melemaskan otot polos) ke sel-sel miometrium rahim. Dengan adanya peningkatan estrogen, rahim menjadi lebih aktif dan kontraksi dimulai. Kontraksi volunter dan involunter yang dilakukan oleh ibu bertujuan untuk membantu mengeluarkan janin dan plesenta dari uterus. Persalinan kala satu dimulai dengan munculnya kontraksi involunter yang disebut dengan kekuatan primer. Selanjutnya kekuatan sekunder atau kontraksi volunter terjadi bila serviks berdilatasi sehingga membantu kontraksi volunter. Pada kontraksi awal, serviks mengalami penipisan atau effacement. Setelah itu serviks kembali berdilatasi karena komponen muskuloskeletal tertarik dari serviks ke arah atas akibat kontraksi uterus yang kuat. Kontraksi sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi membantu mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Usaha untuk mengedan harus dikendalikan supaya tidak melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.

d. Posisi Ibu saat Melahirkan Anatomi dan fisiologi persalinan dipengaruhi oleh posisi ibu saat melahirkan. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa perubahan gerakan Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

14

ibu dan posisi selama persalinan dapat memfasilitasi hasil positif termasuk penurunan nyeri, sirkulasi ibu-janin baik, penurunan lama waktu persalinan; meningkatkan penurunan janin melalui panggul sehingga memudahkan proses persalinan, dan menurunkan trauma perineum (Zwelling, 2010; Pridjian, 2011). Posisi tegak memberikan keuntungan lebih karena memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Selain itu posisi tegak juga dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat (Bobak, Lowdwermilk,& Perry, 2004). Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. e. Faktor Psikososial Ibu Kondisi psikososial ibu yang akan melahirkan juga menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan oleh perawat. Ada beberapa pertimbangan psikososial yang perlu dikaji, antara lain persiapan fisik untuk kelahiran bayi, pengalaman melahirkan sebelumnya, integritas emosional, nilai dan keyakinan sosiokultural, dan dukungan dari orang lain yang berpengaruh (Wong, Perry, & Hockenberry, 2002). Beberapa ahli psikologis medis juga mengatakan bahwa faktor psikososial yang penting untuk dikaji saat proses persalinan antara lain nyeri, kontrol, kecemasan, kepercayaan diri, dan keyakinan diri (Hawarth, Swain, & Treharne, 2010). Pentingnya pengkajian kondisi psikologis ibu bersalin karena banyak ibu yang merasa takut menghadapi proses persalinan. Hasil observasi yang dilakukan oleh Alehagen, dkk (2001) terhadap 74 ibu bersalin di negara Swedia menjelaskan bahwa rasa takut yang dirasakan ibu selama proses persalinan disebabkan oleh peningkatan hormon stres yang mengakibatkan lama persalinan lebih lama sehingga ibu merasa sangat lelah. Efek dari peningkatan hormon stres pada ibu hamil dan bersalin juga berpengaruh pada

kondisi janin. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Gunning

(2008) menunjukan bahwa peningkatan tingkat hormon stres pada aliran darah ibu saat proses persalinan dapat mengurangi suplai darah ke janin. Gunning juga menjelaskan bahwa pada stres tingkat berat, peningkatan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

15

hormon stres akan bersifat toksik bagi ibu dan janin. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jelas terlihat bahwa stres pada ibu bersalin menjadi faktor penghambat kemajuan proses persalinan. Persalinan dapat menjadi salah satu pengalaman menyakitkan yang pernah dialami oleh seorang ibu (Lally, Murtagh, Macphail, & Thompson, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 329 ibu hamil di wilayah Finlandia Barat, menunjukan bahwa 68% dari ibu hamil tersebut memiliki ketakutan terhadap proses persalinan. Takut terhadap nyeri yang akan dirasakan saat proses persalinan merupakan gambaran kondisi psikologis lainnya yang dialami oleh ibu menjelang bersalin. Nyeri yang dirasakan oleh ibu ketika bersalin merupakan salah satu faktor yang membuat para ibu memiliki pengalaman negatif dalam proses persalinannya. Kebutuhan ibu terhadap metode pengurangan nyeri menjadi salah satu faktor psikososial yang menjadi pertimbangan dalam proses persalinan (Waldenstrom, Hilsdingsson, Rubertsson, & Radestad, 2004). Kekhawatiran akan proses persalinan dan kelahiran yang aman untuk ibu dan anaknya menjadi stessor utama bagi para ibu menjelang persalinan. Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus beresiko sehingga membuat tingkat kecemasan ibu semakin meningkat menjelang hari persalinan tiba (Arindra, 2008). Ibu hamil menjelang persalinan akan menunjukan tanda-tanda kecemasan yang berlebih, seperti perasaan takut, panik, dan gugup, bahkan ada yang memperlihatkan sikap menyendiri. Ibu yang memiliki ketakutan terhadap proses persalinan ditandai dengan munculnya sindrom stres dan cenderung menghindari kehamilan dan persalinan selanjutnya, bahkan ada ibu yang akhirnya memilih tindakan operasi caesar untuk menghindari rasa nyeri saat persalinan (Tsui, dkk, 2006). Faktor utama yang berhasil diidentifikasi menjadi penyebab ketakutan ibu dalam proses persalinan adalah pengalaman negatif dari proses persalinan sebelumnya (Tsui, dkk, 2006).

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

16

2.3 Adaptasi Suami dalam Proses Persalinan Proses persalinan menjadi stresor dan pengalaman istimewa bagi pasangan suami istri. Adaptasi psikologis bukan hanya terjadi pada istri, tetapi juga terjadi pada suami menjelang proses persalinan. Ketakutan dan kecemasan terlihat dengan jelas pada sikap suami selama waktu kehamilan istrinya hingga persalinan tiba (Martin, 2008). Hasil penelitian Martin (2008) terhadap 78 orang suami yang dilakukan sebelum dan setelah persalinan, menunjukan bahwa kecemasan suami tentang proses persalinan antara lain karena faktor sosial seperti takut kehilangan kontrol, takut menjadi tertekan selama proses persalinan, merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, merasa tidak diperlakukan dengan hormat, tidak menerima cukup dukungan, dan merasa penampilan peran secara fisik kurang efektif. Faktor lainnya yang meningkatkan kecemasan suami antara lain kekhawatiran suami jika persalinan tidak dapat dilakukan secara normal dan membutuhkan tindakan khusus lain seperti operasi caesar. Suami juga takut dengan jumlah cedera obstetrik yang akan terjadi, cemas dengan kesehatan dan kondisi bayi, takut melihat nyeri hebat yang dialami istri, dan takut dengan adanya ancaman kematian bagi istri dan anaknya. Salah satu faktor yang membuat suami cemas dan tidak percaya diri karena kurangnya dukungan sosial terhadap suami. Hasil wawancara yang dilakukan kepada suami di Nepal menunjukan sebagian besar suami menyatakan dan memperlihatkan keraguannya ketika memasuki ruang persalinan (Sapkota, Kobayashi, & Takase, 2010). Para suami mengatakan terkadang ada perasaan terasing berada di antara para bidan, perawat, atau dokter yang semuanya para wanita. Kebudayaan di Nepal masih menganggap bahwa suami tidak terlalu penting untuk mendampingi istri bersalin. Hal inilah yang menyebabkan suami terkadang kurang siap dan tidak percaya diri dengan peran dan potensi yang dimilikinya untuk membantu istri dalam proses persalinan. Selain faktor sosial budaya yang mempengaruhi sikap suami, banyak suami yang kurang yakin jika kehadiran mereka dapat memberikan pengaruh yang Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

17

positif terhadap kemajuan persalinan istrinya. Banyak suami yang merasa tidak siap mendampingi istrinya dan lebih memilih untuk menunggui istrinya di luar ruang bersalin, bukan untuk mendampingi istri secara langsung di dalam ruang bersalin selama proses persalinan. Hasil penelitian yang responden utamanya adalah para suami di Rumah Sakit Universitas Kuopio, Finlandia, menunjukan sebagian besar suami merasa kurang nyaman selama mendampingi istrinya bersalin, dan perasaan ini biasanya dialami pada pengalaman pertama suami mendampingi istrinya secara langsung dalam kelahiran anak pertama (Julkunen & Liukkonen, 1998). Kondisi psikologis suami ini dapat dilihat dari sikap dan reaksi suami sebelum dan selama proses persalinan. Sebuah penelitian lain di Inggris menjelaskan tentang persepsi negatif suami selama persalinan yaitu penelitian yang dilakukan Johnson (2002) yang dilakukan terhadap 53 pria yang telah memiliki pengalaman menjadi pendamping persalinan. Sebanyak 54% dari jumlah suami yang menjadi responden merasa kehadiran mereka kurang efektif ketika menjadi pendamping persalinan. Perasaan negatif lainnya yang muncul pada suami yaitu merasa tidak berguna, kaku atau canggung terhadap situasi proses persalinan, bingung, merasa tidak berdaya, dan takut. Sebagian suami juga mengatakan ketidakmampuannya dalam memecahkan konflik saat proses persalinan. Sebagai contoh, istri tidak mau menggunakan anestesi dalam membantu mengurangi nyeri persalinan, padahal saat itu anestesi sangat direkomendasikan dokter atau perawat. Kondisi ini membuat suami merasa berada dalam posisi yang sulit untuk mengambil keputusan cepat karena ia harus menghormati keputusan istrinya, tetapi di sisi lain suami tidak mau ada sesuatu yang buruk terjadi pada istri dan bayinya jika tindakan medis tersebut tidak dilakukan. Dalam situasi tersebut, perawat atau bidan diharapkan peka dengan konflik peran yang terjadi pada suami saat menghadapi proses persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

18

Lingkungan ruangan bersalin yang sangat menegangkan membuat suami merasa perlu mendapat dukungan dari perawat atau bidan untuk dapat beradaptasi dalam proses persalinan. Para suami merasa mendapat dukungan yang baik ketika mereka diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan perannya sebagai suami dilibatkan selama proses persalinan (Backstrom & Wahn, 2011). Kondisi sebaliknya akan terjadi jika suami akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ruang persalinan sebelum proses persalinan selesai. Sikap ini menandakan bahwa suami kurang mendapat bantuan atau dukungan dalam memahami perannya selama menjadi pendamping persalinan. Hasil studi kualitatif yang dilakukan Backstrom & Wahn (2011) dengan metode wawancara terhadap 12 orang suami menunjukan bahwa persepsi dan perasaan negatif pada suami akan muncul jika suami merasa dirinya kurang penting atau merasa perannya kurang dilibatkan dalam proses persalinan. Rendahnya kepercayaan diri suami terhadap kemampuan dan kesiapannya untuk menjadi pendamping persalinan, membuat suami perlu mempersiapkan dirinya dengan berbagai cara. Erikson (2006) menjelaskan bahwa dukungan kepada suami perlu diberikan untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri suami. Penelitian Erikson juga menjelaskan bahwa meningkatnya kepercayaan diri suami menunjukkan efek positif jangka panjang yaitu menurunkan permintaan metode persalinan caesar, yang karena pada awalnya suami cemas dengan ketakutan istrinya terhadap proses persalinan. Kepercayaan diri suami dapat ditingkatkan dengan cara berkonsultasi dengan ahli medis dan mengikuti kelas antenatal atau persiapan persalinan (Johnson, 2002; Erikson, 2006). 2.3.1 Pendampingan Persalinan Persalinan merupakan peristiwa yang menegangkan dan menggugah emosi bagi ibu dan keluarga. Persalinan juga menjadi suatu peristiwa yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu, karena itu setiap ibu sangat perlu mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran. Sesuai dengan pola pendekatan yang dilakukan dalam konsep keperawatan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

19

maternitas berfokus keluarga, asuhan sayang ibu yang dimaksud berupa dukungan emosional dari suami dan anggota keluarga lain untuk berada di samping ibu selama proses persalinan dan kelahiran. Pengalaman positif akan dimiliki ibu ketika ibu tidak merasa ditinggalkan sendirian selama proses persalinan dan diberikan dukungan yang baik dalam persalinan (Tsui, dkk, 2006). Dukungan yang diberikan kepada ibu saat persalinan bermacam-macam dan dapat dilakukan oleh penolong persalinan maupun pendamping persalinan. Ada dua macam bentuk dukungan yang diberikan kepada ibu yang akan bersalin yaitu dukungan verbal dan dukungan nonverbal (Aziza, 2002). Dukungan verbal yang diberikan berupa kata-kata penyemangat atau penguatan positif seperti memberikan pujian. Dukungan non verbal adalah dukungan yang berupa kehangatan, kepedulian maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan diperhatikan oleh suami, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan. Dukungan tersebut dapat memberikan pengaruh tersendiri bagi kondisi ibu, terutama dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga atau suami. Pendampingan adalah perbuatan mendampingi, menemani, dan menyertai dalam suka dan duka (Depkes RI, 2004). Definisi pendampingan persalinan dapat diartikan dengan perbuatan mendampingi, menemani dan menyertai ibu dalam melewati suka duka proses persalinan. Pendamping persalinan harus dipersiapkan jauh hari sebelum hari persalinan tiba. Salah satunya mempersiapkan suami dalam pendampingan persalinan. Salah satu syarat untuk menjadi pendamping dalam persalinan selain tenaga medis adalah cukup usia, cukup matang, dan memiliki kesiapan mental untuk mendukung ibu secara emosional. Dalam hal ini, suami dapat menjadi calon terkuat untuk mendampingi ibu, karena ikatan emosinal suami istri yang memang lebih kuat dibanding dengan keluarga lainnya, dan ini menjadi salah satu pemenuhan tanggung jawab suami terhadap keselamatan istri dan anaknya

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

20

(Records & Rice, 2007; Morhason, dkk, 2008; Kainz, Eliasson, & von Post, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Morhason, dkk (2008) yang bertujuan untuk mengetahui sikap dan pilihan ibu hamil di Nigeria dan juga mengidentifikasi variabel yang dapat mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih dukungan sosial selama persalinan. Hasil penelitiannya adalah 75% dari responden ibu bersalin ingin didampingi dalam proses persalinan. Sebanyak 86% responden tersebut lebih memilih suaminya untuk menjadi pendamping persalinan, sementara sisanya menginginkan orang tua (terutama ibu) dan saudara mereka yang diharapkan memberi dukungan atau menjadi pendamping persalinan. Alasan paling banyak yang mempengaruhi keinginan ibu-ibu tersebut untuk mendapat dukungan sosial karena alasan emosional (80,2%) dan alasan spiritual (17,9%). Data tersebut memperlihatkan bahwa salah satu alasan ibu memilih suami untuk mendampingi dalam proses persalinan karena adanya ikatan emosional yang lebih kuat antara istri dan suami. Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada sistem limbik ibu, yaitu dalam hal emosi. Emosi ibu yang tenang akan menyebabkan sel-sel neuronnya mensekresi hormon oksitosin yang reaksinya akan menyebabkan kontraktilitas uterus pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi. Bentuk dukungan emosional yang diberikan suami juga diteliti oleh Aziza (2002) di IGD Kebidanan RSUPNCM yaitu untuk mengidentifikasi bentuk dukungan emosional yang diharapkan oleh istrinya selama proses pendampingan persalinan. Penelitian tersebut menunjukan 86,6% responden sangat mengharapkan mendapat dukungan non verbal dari suaminya, 73,3% sangat mengharapkan dukungan verbal, dan 60% responden ingin dukungan berupa perawatan fisik. 2.3.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan Sikap (attitude) didefinisikan sebagai derajat afek positif (perasaan suka dan senang), atau afek negatif melalui perasaan tidak suka terhadap suatu objek Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

21

(Azwar, 2007; Sarwono, 2010). Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (Dayakisni & Hudaniah, 2003). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, sikap dapat diartikan sebagai bentuk perasaan yang ikut menentukan kecenderungan terhadap perilaku individu yang diarahkan pada suatu objek. Sikap suami terhadap pendampingan persalinan adalah kecenderungan suami yang mencerminkan dukungan positif atau dukungan negatif terhadap peran suami dalam menjadi pendamping bagi istrinya selama proses persalinan. Sesuai dengan teori sikap dalam ilmu psikologi, maka sikap suami terhadap pendampingan persalinan dapat dipengaruhi oleh tiga faktor utama seperti pengalaman masa lalu, situasi saat ini, dan oleh harapan-harapan di masa mendatang (Azwar, 2007). Pengalaman masa lalu dapat dilihat dari pengalaman suami dalam menemani istri dalam proses kelahiran anak sebelumnya atau berapa jumlah anak yang dimilikinya saat ini. Faktor situasi saat ini dilihat dari kondisi istri pada kehamilan saat ini dan proses perencanaan persalinan bersama istri. Dengan melihat dan memahami kondisi kehamilan istri, akan muncul harapan positif pada suami terhadap metode persalinan yang tepat dan aman bagi istri dan anaknya melalui perencanaan persalinan yang tepat. Pengukuran sikap dapat dilihat dari beberapa komponen sikap. Azwar (2007) dalam bukunya tentang teori dan pengukuran sikap manusia menjelaskan komponen sikap terbagi tiga bagian yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif (perilaku). Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif atau perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Komponen perilaku atau konatif ditunjukan dengan cara bagaimana kecenderungan perilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Komponen kognitif dalam sikap suami terhadap pendampingan persalinan, dapat diukur dengan menilai pengetahuan yang dimiliki suami tentang Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

22

pendampingan persalinan. Pengetahuan menjadi indikator yang penting karena dengan pengetahuan yang memadai tentang persalinan dan pendampingan persalinan, suami akan memahami perannya dengan lebih jelas ketika berada di dalam ruang bersalin untuk mendampingi istrinya. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Cholifah (2007) di desa Pasuruan Lor kecamatan Jati, Kudus, yang menunjukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan suami dalam pendampingan istri pada saat proses persalinan dengan bentuk kualitas pendampingan persalinan. Hasil penelitian Cholifah (2007) menunjukan 67% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang terhadap pendampingan persalinan, sebanyak 13% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, dan 20% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Kualitas pendampingan dinilai kurang baik sebesar 67% dan pendampingan proses persalinan baik sebesar 33%. Dari hasil penelitian tersebut, tingkat pengetahuan suami yang kurang dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan suami sehingga suami tidak mengetahui atau memahami bagaimana cara memberikan motivasi dan dukungan yang baik kepada istri saat mendampingi istri dalam proses persalinan. Komponen afektif melihat bagaimana perasaan suami menjelang persalinan dan saat proses pendampingan persalinan. Dalam proses dinamika keluarga, suami pasti akan beradaptasi dengan kehamilan istri. Salah satu bentuk adaptasi psikologis suami adalah dengan rasa cemas. Tingkat kecemasan suami akan semakin meningkat menjelang waktu kelahrian anaknya. Hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2002) menunjukan rata-rata suami yang secara langsung mendampingi istrinya saat persalinan memiliki tingkat kecemasan sedang hingga berat. Handayani juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan suami antara lain kurangnya pengalaman, faktor sosial budaya yang kurang mendukung, dan kekhawatiran terhadap keselamatan istri dan anaknya. Tingkat kecemasan pada suami dipengaruhi

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

23

oleh persepsi suami tentang kekhawatirannya tentang keselamatan istri dan anaknya. Adaptasi psikologis yang terjadi pada saami menjadi indikator penting dalam menilai komponen efektif pada sikap suami terhadap persalinan. Banyak penelitian yang menjelaskan bagaimana ketakutan dan kecemasan yang dialami oleh suami menjelang dan saat proses persalina (Johnson, 2002; Sapkota, Kobayashi, & Takase, 2010). Suami dianggap tidak terlalu penting untuk mendampingi istri bersalin. Suami merasa tidak berguna, ragu, canggung, kurang siap, dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya untuk memberikan dukungan yang baik bagi istrinya dalam proses persalinan. Komponen konatif merupakan komponen yang menunjukan kecenderungan perilaku suami yang akan diambil terhadap pendampingan persalinan. Dengan bermodal pengetahuan dan bagaimana proses adaptasi suami, suami akan menunjukan perilaku positifnya terhadap kehamilan istri. Tindakan antisipasi persalinan akan dilakukan suami menjelang persalinan istrinya (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Beberapa perilaku adaptasi yang ditunjukan suami antara lain keaktifan suami dalam mencari informasi tentang waktu perkiraan persalinan, tempat persalinan yang terbaik, mempersiapkan biaya persalinan, hingga mempersiapkan transportasi dan perlengkapan untuk bersalin. Suami akan berpikir bagaimana membawa istri ke tempat fasilitas medis tepat waktu dan menentukan saat yang tepat untuk pergi ke rumah sakit atau tempat bersalin. Kecenderungan perilaku suami dapat dilihat dari keinginannya untuk hadir dalam proses persalinan. perilaku positif akan ditunjukkan oleh suami jika suami bersedia mendampingi istrinya dalam proses persalinan walaupun tanpa diminta. Hasil penelitian Sapkota, Kobayashi, & Takase (2010) menunjukan bahwa suami yang hadir dalam proses persalinan karena alasan permintaan istri dan keinginan yang muncul dari dalam diri suami untuk

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

24

mendapatkan pengalaman istimewa dalam menyaksikan proses persalinan secara langsung. Alasan positif lainnya suami mau mendampingi istrinya karena ada tekanan sosial yang mempengaruhi peran suami menjadi seorang ayah. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2001) menjelaskan tentang adaptasi yang dilakukan oleh suami lebih besar terjadi pada perubahan peran dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Penelitian lain menjelaskan alasan suami ingin mendampingi istrinya karena suami ingin membantu istri untuk melahirkan anak mereka bersama-sama dan merupakan tanggung jawab bagi kedua pasangan untuk mempersiapkan mental mereka dalam transisi menjadi orangtua (Johnson, 2002; Kainz & Eliasson, 2010). Johnson (2002) menjelaskan alasan utama suami untuk bersedia menjadi pendamping persalinan karena tekana sosial dari istri dan penolong persalinan (bidan atau perawat). Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, kecenderungan sikap suami terhadap pendampingan persalinan ternyata dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal diri suami. 2.3.3 Pengukuran Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan Sikap suami terhadap pendampingan persalinan dapat diukur dengan metode kualitatif ataupun kuantitatif, tentunya dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. Metode kualitatif yang pernah digunakan yaitu dengan metode wawancara untuk menanyakan persepsi dan pengalaman para suami dalam proses pendampingan persalinan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Hallgren, Kihlgren, Forslin, dan Norberg (1998), Sapkota, Kobayashi, dan Takase (2010), Backstrom dan Wahn (2011). Metode penelitian kuantitatif untuk mengukur sikap suami dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berskala Linkert, sesuai dengan teori pengukuran sikap dalam ilmu psikologi (Azwar, 2007; Sarwono, 2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengembangan kuesioner yang baku untuk pengukuran sikap suami terhadap pendampingan persalinan hingga saat ini belum ada.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

25

Julkunen dan Liukkoken (1998) melakukan penelitian tentang pengalaman suami dalam persalinan dengan menggunakan kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dalam penelitian tersebut dengan menggunakan sebuah kuesioner yang tidak disebutkan namanya. Dalam penelitian tersebut hanya dijelaskan bahwa kuesioner berisi variabel tentang perasaan suami saat proses persalinan (sebanyak 37 variabel) dan pertanyaan tentang bentuk pelayanan maternitas yang membantu untuk mendukung suami dalam proses persalinan (sebanyak 19 variabel). Pertanyaan tentang perasaan suami selama proses persalinan dibagi dalam empat faktor yaitu perasaan tidak nyaman, perasaan senang dan bangga, perasaan berhubungan dengan sikap penolong persalinan, dan perasaan yang berkaitan dengan lingkungan perawatan ibu bersalin. Banyak penelitian yang mengkaji tentang kebutuhan suami dalam kaitannya dengan informasi dan pendidikan antenatal (Julkunen & Liukkoken, 1998; Gage & Kirk, 2002; Medina & Setty, 2007), tetapi belum ada yang mengembangkan alat untuk mengukur sikap dan kebutuhan suami dalam kaitannya dengan proses persalinan (Martin, 2008). Dengan latar belakang tersebut, Martin (2008) berusaha mengembangkan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap suami terhadap persalinan yang dapat dapat memfasilitasi perawat untuk memberikan perawatan intranatal lebih holistik, yaitu Skala Partisipasi Persalinan (Birth Paticipatian Scale). Skala Partisipasi Persalinan yang dikembangkan oleh Martin (2008) memiliki beberapa manfaat dan tujuan. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi apakah suami benar-benar ingin hadir pada saat persalinan, mengidentifikasi kebutuhan suami secara individual berkaitan dengan partisipasi persalinan; mengidentifikasi aspek ketidakpuasan terhadap proses persalinan yang dapat diperbaiki dengan perawatan psikologis yang baik. Selain itu, hasil penilaian dari Skala Partisipasi Persalinan dapat digunakan untuk berkorelasi dengan faktor lain, yaitu transisi menjadi ayah, adaptasi psikologis suami, serta dapat digunakan untuk membandingkan model-model dalam sistem keperawatan sebagai sebuah instrumen yang berdiri sendiri, Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

26

atau sebagai tes skrining sebelum untuk mendalami metode kualitatif. Martin (2008) tidak menjelaskan berapa hasil uji validitas dan reliabilitas penggunaan instrumen Skala Partisipasi Persalinan dalam penelitiannya, dan dari hasil penelusuran literatur lainnya juga tidak ditemukan lagi tentang penggunaan Skala Partisipasi Persalinan. 2.3.4 Peran Suami dalam Proses Persalinan Pendamping persalinan yang tepat harus memahami peran apa yang yang dilakukan dalam proses persalinan nanti. Peran suami yang ideal diharapkan dapat menjadi pendamping secara aktif dalam proses persalinan. Harapan terhadap peran suami ini tidak terjadi pada semua suami, tergantung dari tingkat kesiapan suami menghadapi proses persalinan secara langsung. Ada tiga jenis peran yang dapat dilakukan oleh suami selama proses persalinan yaitu peran sebagai pelatih, teman satu tim, dan peran sebagai saksi (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Peran sebagai pelatih diperlihatkan suami secara aktif dalam membantu proses persalinan istri, pada saat kontraksi hingga selesai persalinan. Ibu menunjukan keinginan yang kuat agar ayah terlibat secara fisik dalam proses persalinan (Smith, 1999; Kainz & Eliasson, 2010). Peran sebagai pelatih ditunjukkan dengan keinginan yang kuat dari suami untuk mengendalikan diri dan ikut mengontrol proses persalinan. Beberapa dukungan yang diberikan suami dalam perannya sebagai pelatih antara lain memberikan bantuan teknik pernapasan yang efektif dan memberikan pijatan di daerah punggung. Selain itu, suami juga memiliki inisiatif untuk lebih peka dalam merespon nyeri yang dialami oleh ibu, dalam hal ini ikut membantu memantau atau mengontrol peningkatan nyeri. Hasil penelitian Kainz & Eliasson (2010) terhadap 67 ibu primipara di Sewedia, menunjukan bahwa peran aktif suami yaitu membantu bidan atau perawat untuk memantau peningkatan rasa nyeri, mengontrol adanya pengurangan nyeri, dan mengontrol kontraksi. Selain peran tersebut, para suami juga memberikan bantuan untuk menjadi advokat ketika ibu ingin Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

27

berkomunikasi dengan bidan atau perawat selama proses persalinan. Pada persalinan tahap satu dan tahap dua, sering kali fokus perawat atau bidan ditujukan kepada bayi, sehingga ibu merasa kesulitan untuk berbicara dengan bidan atau perawat. Dalam kondisi ini, kehadiran suami akan sangat membantu jika suami peka dengan apa yang ingin dikatakan istrinya dan berusaha menyampaikannya kepada bidan atau perawat. Tingkatan peran yang kedua adalah peran sebagai teman satu tim, ditunjukkan dengan tindakan suami yang membantu memenuhi permintaan ibu selama proses persalinan dan melahirkan. Dalam peran ini, suami akan berespon terhadap permintaan ibu untuk mendapat dukungan fisik, dukungan emosi, atau keduanya (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Peran suami sebagai teman satu tim biasanya sebagai pembantu atau pendamping ibu, dan biasanya suami diingatkan atau diberitahukan tentang perannya oleh perawat. Smith (1999) dan Kainz & Eliasson (2010) menjelaskan bentuk dukungan fisik yang dapat diberikan yaitu dukungan secara umum seperti memberi posisi yang nyaman, memberikan minum, menemani ibu ketika pergi ke kamar kecil, memegang tangan dan kaki, atau menyeka keringat yang ada di dahi ibu. Bentuk dukungan fisik yang menggunakan sentuhan, menujukkan ekspresi psikologis dan emosional suami yaitu rasa peduli, empati, dan simpati terhadap kondisi ibu yang sedang merasakan nyeri hebat dalam proses persalinan (Smith, 1999). Sementara itu, dukungan emosional yang dapat diberikan oleh suami antara lain membantu menenangkan ibu dengan kata-kata yang memberikan penguatan (reinforcement) positif. Ibu dapat merasakan ketenangan dan mendapat kekuatan yang hebat ketika suaminya menggenggam tangannya (Kainz & Eliasson, 2010). Pengaruh psikologis inilah yang menjadi salah satu nilai lebih yang mampu diberikan oleh suami kepada istrinya. Oleh karena itu, kehadiran suami dalam proses persalinan perlu diberikan penghargaan yang tinggi dan perlu mendapat dukungan dari perawat atau bidan yang menolong persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

28

Suami yang hanya berperan sebagai saksi menunjukkan keterlibatan yang kurang dibandingkan peran sebagai pelatih atau teman satu tim. Dalam berperan sebagai saksi, suami hanya memberi dukungan emosi dan moral saja (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Biasanya suami tetap memperhatikan kondisi ibu bersalin, tetapi sering kali suami hanya menunggu istri di luar ruang persalinan, dan melakukan aktivitas lain seperti tertidur, menonton TV, atau meninggalkan ruangan dalam waktu yang agak lama. Perilaku ini ditunjukan suami karena mereka yakin tidak banyak yang dapat mereka lakukan, sehingga menyerahkan sepenuhnya pada perawat dan penolong persalinan. Alasan suami memilih peran hanya sebagai saksi karena kurangnya kepercayaan diri atau memang kehadirannya kurang diinginkan oleh istri. Ketiga peran suami dalam proses persalinan dapat diidentifikasi dari keinginan dan pengetahuan suami tentang peran utamanya sebagai pendamping persalinan. Sikap suami untuk menjadi pendamping persalinan dapat ditunjukan dengan tindakannya dalam antisipasi persalinan. Suami dapat

mempersiapkan diri sendiri sebelum hari persalinan, seperti

mempersiapkan segala kebutuhan selama mendampingi istri di rumah sakit atau tempat bersalin. Suami dapat meminta informasi atau mengajukan pertanyaan kepada dokter, bidan, atau perawat untuk mengetahui apa yang dapat diterima, dipertimbangkan atau ditolak.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

29

2.4 Bagan, Ringkasan, Literatur Gambar 2.1 Ringkasan Tinjauan Literatur Faktor yang mempengaruhi proses persalinan (Bobak, Lowdwermilk, & Perry, 2004; Ricci & Kyle, 2009; Ward & Hisley, 2009) Janin & Plasenta

Jalan Lahir

Posisi Ibu saat melahirkan

Pertimbangan Kondisi Psikososial Ibu

Kekuatan Ibu

Dukungan dari Suami sebagai Pendampingan Persalinan

Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan:   

    



Komponen kognitif  pengetahuan Komponen afektif  perasaan Komponen konatif  kecenderungan perilaku (Azwar, 2007)

Bentuk Dukungan Suami dalam Proses Persalinan: Membantu memenuhi kebutuhan dasar ibu (memberi minum, mengantar ke kamar mandi) Menjadi advokat bagi ibu untuk berkomunikasi dengan penolong persalinan Membantu ibu melakukan teknik relaksasi Merespon nyeri yang dirasakan ibu (memantau dan merespon) Dukungan fisik (memberi sentuhan dengan menyeka keringat ibu, memijat punggung ibu, menggenggam tangan ibu, membantu memberikan posisi yang nyaman) Dukungan emosional (Smith, 1999; Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004; Kainz & Eliasson, 2010)

Faktor yang mempengaruhi sikap suami terhadap pendampingan persalinan (Azwar, 2007):   

  

Peran Suami dalam Proses Persalinan:  Pelatih  Teman satu tim  Saksi (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004)



Pengalaman Situasi saat ini Harapan suami

Faktor penyebab ketakutan dan kecemasan suami terhadap proses persalinan: Takut dengan ancaman kematian istri dan bayinya Cemas dengan proses persalinan yang penuh tekanan Kurang keyakinan dan percaya diri menjadi pendamping persalinan Kurangnya dukungan sosial

(Martin, 2008; Sapkota, Kobayashi, & Takase, 2010)

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

BAB 3 KERANGKA KERJA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Berikut ini adalah kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian “Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan”

Variabel yang diteliti: Sikap Suami : 

Positif



Negatif

Pendampingan Persalinan

30

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

31

3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara pengukuran

Hasil Ukur

Skala pengukuran

Variabel yang diteliti Sikap suami terhadap pendampingan persalinan

Kecenderungan suami yang mencerminkan dukungan positif atau dukungan negatif terhadap peran suami untuk menjadi pendamping bagi istrinya selama proses persalinan.

Kuesioner yang telah dimodifikasi:

Pertanyaan tentang sikap suami yang terbagi dalam sub variabel:

Hasil pengukuran dikategorikan dalam:

 Kuesioner Pengetahuan Pendampingan Persalinan untuk mengukur komponen kognitif.

 Pengetahuan suami tentang pendampingan persalinan (komponen kognitif) menggunakan kuesioner Pengetahuan Pendampingan Persalinan yang berisi 10 pertanyaan, diukur dengan skala Guttman yang menghasilkan skala 1 untuk jawaban Benar, dan skala 0 untuk jawaban Salah. (Pertanyaan nomor 1-10).

 Sikap positif: hasil pengukuran skala Likert dan skala Guttman memiliki total nilai : 75-110

 Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan untuk mengukur komponen afektif dan konatif .

 Perasaan suami menjelang persalinan dan perasaan yang akan dirasakan saat proses pendampingan persalinan (komponen afektif) menggunakan Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan yang berisi 17 pertanyaan, diukur dengan skala Likert berskala empat yaitu Sangat Setuju: skala 1, Setuju: skala 2, Tidak Setuju : skala 3, dan Sangat Tidak Setuju: skala 4.

Ordinal

 Sikap negatif: hasil pengukuran skala Likert dan skala Guttman memiliki total nilai : 25-74

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

32

Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara pengukuran

Hasil Ukur

Skala pengukuran

Pertanyaan nomor 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 21, 23,dan 24. Kecenderungan perilaku suami yang akan diambil terhadap pendampingan persalinan (komponen konatif) menggunakan Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan yang berisi 8 pertanyaan, diukur dengan skala Likert berskala empat yaitu Sangat Setuju: skala 1, Setuju: skala 2 , Tidak Setuju : skala 3, dan Sangat Tidak Setuju: skala 4. Pertanyaan nomor 1, 2, 3, 8, 14, 17, 19, 20, 22, 25. Data Demografi a. Usia

Lamanya waktu hidup responden suami saat pengambilan data

Kuesioner

Peneliti memberikan pertanyaan yang dapat diisi dengan pilihan jawaban rentang usia: < 20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, dan > 40 tahun.

Hasil pengukuran untuk usia suami:  < 20 tahun  21-30 tahun  31-40 tahun  > 40 tahun

Ordinal

b. Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden saat pengambilan data

Kuesioner

Peneliti memberikan pertanyaan dalam dengan pilihan jawaban PNS, Karyawan swasta, Wiraswata, dan lain-lain (harus diisi jenis pekerjaannya).

Hasil pengukuran untuk kategorik latar belakang pendidikan orang tua:

Nominal

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

33

Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara pengukuran

Hasil Ukur    

Skala pengukuran

PNS, Karyawan swasta Wiraswata Lain-lain

Agama

Agama yang dianut oleh responden.

Kuesioner

Peneliti memberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban agama Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha.

Hasil pengukuran untuk kategorik latar belakang pendidikan orang tua:  Islam  Katholik  Protestan  Hindu  Budha

Nominal

d. Pendidikan

Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh reponden atau suami

Kuesioner

Peneliti memberikan pertanyaan dalam dengan pilihan jawaban SD, SMP, SMA, akademi/ perguruan tingi

Hasil pengukuran untuk kategorik latar belakang pendidikan orang tua:  Rendah : < SD  Cukup : SMP-SMA  Tinggi : akademiPerguruan Tinggi

Ordinal

c.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

34

Variabel

Alat Ukur

Cara pengukuran

e. Suku

Kebudayaan yang dianut oleh responden

Kuesioner

Peneliti memberikan pertanyaan dengan pilihan suku-suku yang ada atau menuliskan suku asalnya jika tidak terdapat dalam pilihan.

Hasil pengukuran untuk kategorik latar belakang pendidikan orang tua:  Jawa  Sunda  Betawi  Minang/ Padang  Lain-lain

Nominal

f.

Usia kehamilan istri dari responden

Kuesioner

Peneliti memberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban trimester 1, trimester 2, trimester 3.

Hasil pengukuran untuk kategorik latar belakang pendidikan orang tua:  Trimester 1 (usia < 3 bulan)  Trimester 1 (usia >3 bulan-6 bulan)  Trimester 2 (usia > 6)

Ordinal

Usia kehamilan istri

Hasil Ukur

Skala pengukuran

Definisi Operasional

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

35

Skala pengukuran

Variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara pengukuran

Hasil Ukur

g. Kehamilan istri saat ini

Kehamilan istri responden saat dilakukan penelitian

Kuesioner

Peneliti memberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban satu, dua, tiga, atau lebih dari tiga

Hasil pengukuran untuk kategorik jumlah kehamilan istri saat ini:  Satu  Dua  Tiga  > Empat

Ordinal

h. Jumlah anak yang hidup

Jumlah anak yang dimiliki responden saat ini (yang masih hidup)

Kuesioner

Peneliti memberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama, kedua, dan lebih dari dua.

Hasil pengukuran untuk kategorik jumlah anak yang hidup:  Nol  Pertama  Kedua  Ketiga atau lebih

Ordinal

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana (simple description). Tujuan penggunaan desain penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap suami terhadap pendampingan persalinan.

4.2 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para suami yang istrinya sedang hamil di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sampel yang diambil adalah para suami dari ibu hamil di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sebanyak 103 responden telah diambil untuk menjadi sampel dalam penelitian ini dan tidak ada missing data karena semua responden telah menjawab seluruh pertanyaan yang ada di dalam kuesioner dengan lengkap. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode consecutive sampling (Dharma, 2011). Alasan pemilihan metode ini karena jumlah populasi yang diinginkan dalam tujuan penelitian ini tidak dapat diketahui secara pasti jumlah populasi suami dari ibu hamil di wilayah tersebut sehingga sampel yang diambil hanya yang dijumpai di tempat penelitian dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Banyaknya sampel yang digunakan sesuai dengan jumlah responden yang ada saat penelitian dilakukan. Pemenuhan layak atau tidaknya sampel yang mewakili populasi untuk diteliti dapat ditentukan berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain responden yang bersedia mengikuti penelitian, sehat mental, bisa membaca dan menulis, dan memiliki istri yang sedang hamil. Kriteria usia kehamilan istri reponden tidak dibatasi karena penelitian ini mengambil suami dari ibu hamil sebagai responden.

36

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

37

4.3 Etika Penelitian Peneliti mengadakan pendekatan dengan calon responden yang telah memenuhi kriteria sampel yang akan dilakukan sebelum pengumpulan data. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, harapan, dan metode penelitian yang dilakukan, serta peranan responden dalam penelitian ini. Peneliti menjamin hak-hak responden penelitian sesuai dengan prinsip etika penelitian yaitu beneficience (bebas bahaya dan eksploitasi serta manfaat dan kerugian bila terlibat dalam penelitian), self determination (menghargai martabat manusia), dan penjelasan lengkap tentang tujuan dan prosedur dengan menggunakan inform consent (informasi yang dapat digunakan responden untuk membuat keputusan apakah akan terlibat langsung atau menolak penelitian), justice (menjaga hak privasi), memberikan hak otonomi (tidak mengidentifikasi identitas subjek), dan confidentiality (menjaga kerahasiaan informasi). Prinsip beneficience dilakukan dengan cara peneliti akan menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian kepada responden sebelum responden berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti juga menjamin kerahasiaan identitas dan kerahasiaan data untuk memenuhi prinsip justice dan confidentiality. Semua berkas yang mencantumkan identitas responden dan penelitian yang digunakan untuk keperluan pengolahan data, akan dimusnahkan setelah tidak diperlukan lagi. Peneliti membuat surat persetujuan untuk responden yang berpartisipasi dalam penelitian sebelum mengumpulkan data sesuai prinsip inform consent. Prinsip self determination dilakukan dengan cara menghargai hak responden untuk menolak keikutsertaan dalam penelitian. Responden harus mengetahui bahwa hasil penelitian akan bermanfaat dan tidak merugikan responden (Burns & Grove, 2001). Jika responden bersedia menyatakan bersedia berpartisipasi maka peneliti meminta responden untuk menandatangani surat persetujuan atau inform consent sebagai responden. Setelah responden mengisi lembar persetujuan, peneliti akan memberikan lembar kuesioner penelitian untuk selanjutnya diisi oleh responden. Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

38

4.4 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan yaitu di salah satu klinik bersalin dan puskesmas kecamatan. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 26 April hingga 31 Mei 2011, dan rincian laporan jadwal penelitian dapat dilihat pada lampiran. Pemilihan tempat penelitian dengan alasan sampel di tempat tersebut karena di lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang topik ini. Alasan lainnya adalah lokasi tersebut memenuhi kriteria sampel penelitian sehingga memudahkan peneliti melakukan penelitian dan lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga peneliti lebih mengenal wilayah tersebut sebelumnya.

4.5 Alat Pengumpul Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner penelitian. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan yang bersifat tertutup berdasarkan variabel-variabel yang diteliti yaitu sikap suami terhadap pendampingan persalinan dan data demografi responden. 4.5.1 Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan satu berkas form data responden dan dua bagian kuesioner sebagai instrumen penelitian. Bagian yang pertama berisi data demografi responden yang bertujuan untuk mendapatkan karakteristik responden. Data demografi yang diambil antara lain usia, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, usia kehamilan istri, kehamilan istri saat merupakan kehamilan keberapa, dan jumlah anak yang masih hidup. Bagian berikutnya adalah kuesioner yang bertujuan untuk menilai komponen kognitif sikap, atau tingkat pengetahuan responden tentang pendampingan persalinan. Kuesioner ini dibuat oleh peneliti berdasarkan teori yang ada pada bagian tinjauan pustaka sebelumnya. Materi yang ditanyakan dalam kuesioner pertama ini meliputi pengertian, peran, dan bentuk dukungan suami dalam pendampingan persalinan. Ada sepuluh pertanyaan tertutup yang akan ditanyakan dengan menggunakan format skala Guttman. Skala untuk

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

39

kuesioner ini bernilai 1 untuk setiap jawaban yang benar, dan bernilai 0 untuk jawaban yang salah. Hasil pengukuran pada skala Guttman ini akan ditambahkan dengan hasil pengukuran dalam kuesioner bagian kedua sehingga akan mendapatkan kategori sikap positif atau negatif. Kuesioner kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Partisipasi Persalinan atau Birth Participation Scale (BPS). Kuesioner BPS ini merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai komponen afektif dan konatif sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Komponen afektif yang ditanyakan dalam BPS ini berisi tentang perasaan suami terhadap pendampingan persalinan atau adaptasi psikologis suami terhadap proses persalinan seperti kecemasan, ketakutan, keyakinan diri, dan kepercayaan diri suami. Sedangkan komponen konatif terdiri dari materi tentang keinginan dan persiapan suami untuk menjadi pendamping persalinan. Pembagian jumlah pertanyaan dalam kuesioner Skala Partisipasi Persalinan ini antara lain Skala Partisipasi Persalinan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Martin pada tahun 2008. Skala Partisipasi Persalinan dibuat oleh Martin dengan merujuk pada hasil penelitianpenelitian sebelumnya yang lebih banyak mengkaji tentang kebutuhan suami dalam kaitannya dengan informasi dan pendidikan antenatal (Julkunen & Liukkoken, 1998; Gage & Kirk, 2002; Medina & Setty, 2007). Akan tetapi, dalam penelitian sebelumnya tiadak ada yang mengembangkan instrumen untuk mengukur sikap dan kebutuhan suami dalam kaitannya dengan proses persalinan (Martin, 2008). Oleh karena itu, Martin melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur sikap dan kebutuhan suami dalam kaitannya dalam partisipasi persalinan. Implikasi praktis dari penggunaan Skala Partsipasi Pesalinan (BPS) adalah untuk mengidentifikasi apakah suami benar-benar ingin hadir pada saat kelahiran, memastikan kehadiran ayah sehubungan dengan pendampingan persalinan, dan menyesuaikan persiapan persalinan untuk menemukan kebutuhan individual suami.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

40

Penelitian kuantitatif yang dilakukan Martin (2008) di Rumah Sakit Umum Daerah York, Inggris, menggunakan responden yaitu para suami yang ada di unit bersalin rumah sakit tersebut. Selanjutnya responden dikelompokan dalam kelompok suami yang memiliki pengalaman pertama dan kelompok suami yang memiliki pengalaman kedua dalam pendampingan persalinan. Martin mengambil data dari responden sebanyak dua kali, yaitu sebelum persalinan (n=42) dan setelah partisipasi atau pendampingan persalinan (n=36). Selisih skor antara dua kondisi tersebut digunakan untuk menilai sikap suami terhadap pendampingan persalinan, apakah sikapnya positif atau negatif. Skor yang diambil paska persalinan menunjukkan pergeseran kecil ke arah sikap yang positif, saat pengambilan data pertama (p=0,01) dan saat pengambilan data kedua (p=0,02), dengan hanya 4% dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa pendampingan persalinan lebih sulit dari yang diharapkan oleh para suami tersebut. Skala Partisipasi Persalinan (BPS) yang dikembangkan oleh Martin (2008) berisi 25 poin pertanyaan tertutup yang dapat dijawab responden dengan skala Likert yang menggunakan lima pilihan jawaban: sangat setuju, setuju, agak setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Rentang total nilai pada BPS antara 25-125, yang berarti total nilai terendah 25 dan tertinggi 125. Sikap positif dikategorikan untuk total nilai > mean, sedangkan sikap negatif dikategorikan untuk total nilai < mean. Hasil uji validitas dan reliabilitas Skala Partisipasi Persalinan tidak dijelaskan oleh Martin (2008) dalam penelitiannya tentang sikap suami terhadap persalinan. Martin (2008) hanya menunjukan nilai mean pada BPS yang diambil pada pengalaman pertama suami menjadi ayah, yaitu mean total nilai 109 sebelum pendampingan persalinan dan mean total nilai 116 setelah pedampingan persalinan. Sedangkan pada suami yang memiliki pengalaman kedua kalinya dalam pendampingan persalinan menunjukan skor BPS dengan mean total nilai 113 sebelum proses pendampingan persalinan dan 116 setelah pendampingan persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

41

Penelitian ini akan menggunakan kuesioner hasil modifikasi dari Skala Partisipasi Persalinan, yaitu menyesuaikan isi pertanyaan ke dalam bahasa Indonesia dan menggunakan skala Likert berskala empat. Cara pengukuran dengan skala Likert berskala empat akan memberikan pilihan jawaban sangat setuju (skala 1), setuju (skala 2), tidak setuju (skala 3), dan sangat tidak setuju (skala 4). Peneliti menggunakan Likert berskala empat karena skala yang berjumlah genap dianggap lebih baik daripada skala yang berjumlah ganjil. Alasan ini berdasarkan asumsi bahwa responden lebih cenderung memilih jawaban tengah jika diberikan pertanyaan yang berskala ganjil.

4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen yang digunakan dalam penelitian telah diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya untuk menentukan apakah intrumen ini sesuai untuk digunakan pada kriteria sampel yang akan dituju. Uji instrumen ini dilakukan pada responden yang tidak terlibat dalam penelitian tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang akan terlibat dalam penelitian. Responden untuk pengujian instrumen ini diambil dari populasi yang sama dengan responden penelitian karena diasumsikan memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian, namun responden dalam uji validitas ini tidak digunakan sebagai sampel penelitian. Sebelum dilakukan uji validitas, peneliti melakukan uji kelayakan baca dengan metode face validity kepada 5 orang responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Tujuan uji kelayakan baca instrumen adalah untuk menilai apakah instrumen yang akan digunakan dalam uji validitas dapat dipahami oleh responden. Uji validitas menunjukan ketepatan pengukuran suatu instrumen, maksudnya adalah instrumen akan dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Dharma, 2011). Uji instrumen ini penting untuk dilakukan walaupun instrumen pernah digunakan dalam penelitian lain sebelumnya yang sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Salah satunya

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

42

adalah pengujian instrumen Skala Partisipasi Persalinan (BPS), yang pernah digunakan dalam penelitian Martin (2008) di salah satu rumah sakit di Inggris. Sebelum melakukan uji validitas, peneliti menerjemahkan instrumen BPS dari sumber awalnya menggunakan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia

dengan bantuan jasa penerjemah dari Lembaga Bahasa

Internasional (LBI). Setelah itu, pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner BPS dibuat dengan berdasarkan hasil penerjemahan dan disesuaikan menjadi kalimat yang dapat dipahami dengan mudah oleh responden. Semua kuesioner dalam penelitian ini telah diuji validitas dengan menggunakan responden sebanyak 30 orang yang diambil dari tempat yang sama untuk dilakukan penelitian yaitu Puskesmas Mampang Prapatan dan Klinik Bersalin Yayasan Istaqim. Alasan pemilihan responden uji validitas di tempat tersebut karena responden di sana memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang akan terlibat dalam penelitian. Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti, dan secara otomatis responden yang terlibat dalam uji validitas tidak dapat terlibat dalam penelitian yang sebenarnya. Prosedur yang digunakan untuk uji validitas instrumen sikap suami terhadap pendampingan persalinan adalah uji validitas konstruk. Jenis uji validitas konstruk yang digunakan adalah metode atau teknik homogenitas item (internal consistency) dengan menggunakan formula korelasi Pearson Product Moment. Alasan penggunaan metode ini karena metode ini mengkorelasikan setiap item pertanyaan dengan skor totalnya. Pertanyaan yang akan digunakan dalam instrumen ini adalah pertanyaan yang memiliki nilai korelasi antara skor item dan skor total (item-total correlation) atau nilai r > 0,3. Dengan nilai tersebut diharapkan nilai koefisien alpha menjadi lebih tinggi. Metode analisis item prosedurnya sama dengan korelasi Pearson Product Moment, hanya saja pemaknaannya yang akan berbeda dengan hasil uji validitas.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

43

Uji reliabilitas dilakukan dengan prosedur covarian item, untuk menentukan konsistensi internal alat ukur. Prosedur ini dipilih dengan alasan lebih praktis dan efisien karena hanya memerlukan satu kali uji. Berdasarkan referensi Dharma (2011), metode Cronbach alpha lebih tepat digunakan untuk mengukur reliabilitas pada skala Linkert, karena metode ini mengukur rasio jumlah varian dari satu item dengan varian skor total. Sedangkan untuk kuesioner yang memakai skala Guttman (skala dikotomi), menggunakan korelasi Biserial yang dapat menghasilkan koefisien reliabilitas berdasarkan konsistensi respon dari subjek terhadap seluruh item instrumen (Sutanto, 2007). Metode varian yang digunakan dalam untuk mengukur reliabilitas dalam instrumen penelitian Skala Guttman ini tetap menggunakan metode Cronbach alpha. Berikut ini hasil uji validitas instrumen yang dilakukan sebelum dan setelah pengambilan data penelitian asli. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan Sebelum dan Setelah Pengambilan Data Penelitian Asli Waktu pengujian

p-value

Uji 1

0,05

Uji 2

0,05

Nilai r tabel 0,3061 (n=30) 0,163 (n=103)

Nilai Cronbach alpha

Pertanyaan Valid

Pertanyaan Tidak Valid

0,752

15

10

0,863

24

1

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen Kuesioner Skala Partisipasi Persalinan, nilai cronbach alpha > 6 sehingga kuesoner tersebut reliabel sehingga untuk pertanyaan yang tidak valid tidak harus dihilangkan, dan hanya dilakukan perbaikan kalimat dan uji baca kembali. Setelah dilakukan penelitian selama hampir sebulan, pada instrumen tersebut dilakukan kembali uji validitas untuk melihat sejauh mana instrumen tersebut valid dan reliabel. Hasilnya adalah hanya ada 1 pertanyaan yang masih kurang valid yaitu pertanyaan nomor 9, sedangkan pertanyaan lainnya bernilai valid. Dengan demikian, instrumen penelitian ini dapat dikatakan berhasil dimodifikasi untuk digunakan kepada responden yang dituju sesuai dengan karakteristik responden di tempat penelitian.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

44

Hasil uji validitas pada kuesioner Pengetahuan tentang Pendampingan Persalinan menggunakan korelasi biserial diperoleh data sebagai berikut:

Nilai Biserial p-value

total item 1

total item 2

total item 3

total item 4

total item 5

total item 6

total item 7

total item 8

total item 9

total item 10

0,42

0, 21

0,61

-0,20

0,59

-0,26

0,65

0,83

-0,38

0,55

0,97

0,27

0,97

0,47

0,83

0,93

0,83

0,90

0,73

0,83

Hasil korelasi di atas, nilai p-value biasanya mengindikasikan tingkat kesulitan item pertanyaan sedangkan nilai biserial mengindikasikan kualitan item yang diberikan atau biasa diketahui sebagai indikator item pertanyaan yang bermasalah. Nilai negatif pada item 2, 6, dan 9 menunjukkan bahwa item-item tersebut kemungkinan bermasalah atau kurang sesuai terhadap tujuan dari tes yang dilakukan. Selain itu item nomor 2 juga menunjukkan nilai biserial rendah juga mengindikasikan terdapat permasalahan pada item pertanyaan tersebut. Item nomor 2 merupakan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden. Hal ini sesuai dengan kriteria statistik karena item nomor 2 memiliki nilai p-value terendah 0,26. Nilai biserial dan signifikansi yang relatif tinggi secara berturut-turut adalah item nomor 1, 3, 5, 7, 8, dan 10 menunjukkan kualitas item pertanyaan yang baik dan tingkat kesulitan yang baik. Oleh karena itu, pertanyaan yang perlu diperbaiki adalah item pertanyaan yang nomor 2, 4, 6, dan 9. Perbaikan pertanyaan dilakukan dengan memperbaiki isi dan kalimat pertanyaan.

4.6 Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan dengan tahapan prosedur sebagai berikut: 1. Setelah proposal disetujui oleh kordinator mata ajar dan pembimbing, maka setelah itu dilanjutkan dengan membawa surat permohonan dari FIK UI untuk melakukan uji validatas dan uji reliabilitas. Waktu pengambilan data uji validitas dilakukan 19-22 April 2012. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di tempat yang sama dengan tempat penelitian, Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

45

yaitu Klinik Bersalin Yayasan Istaqim di wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Alasan pemilihan tempat tersebut karena calon responden yang ada di tempat tersebut memiliki kriteria yang sama dengan calon responden yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu suami yang istrinya sedang hamil dan berada di wilayah yang sama dengan wilayah tempat dilakukan penelitian. Alasan lainnya karena berdasarkan estimasi dari data ibu hamil di klinik tersebut, jumlah populasi ibu hamil yang ditemani suaminya ke tempat tersebut mencukupi sejumlah responden yang diperlukan untuk uji validitas dan penelitian yang akan dilakukan. 2. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak Puskesmas Mampang Prapatan dan Klinik Bersalin Yayasan Istaqim, peneliti kemudian mencari calon responden yang memenuhi kriteria sampel dengan bantuan data statistik dari puskesmas dan klinik bersalin setempat, serta melakukan observasi langsung di lokasi penelitian. Setelah mendapatkan data dan menemukan calon responden yang memenuhi kriteria, peneliti akan segera menemui calon responden untuk meminta calon responden mengisi kuesioner yang telah disediakan.

4.7 Pengolahan Data Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian karena data yang diperoleh langsung dari penelitian belum memberikan informasi apa-apa. Pengolahan data dilakukan dengan cara membuat data mentah menjadi informasi dan kesimpulan dari hasil penelitian. Data-data yang telah terkumpul diolah dengan program komputer SPSS 16 untuk memperoleh hasil yang cepat dan akurat. Berikut ini langkah-langkah yang telah dilakukan (Notoadmodjo, 2010; Dharma, 2011) adalah: 1. Editing Melakukan pengecekan ulang terhadap data yang sudah diperoleh, apakah sudah lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan atau masih ada data yang kurang lengkap. Kuesioner yang berhasil dikumpulkan sebanyak 103

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

46

kuesioner, dan semua kuesioner tersebut lolos tahap editing karena tidak ada satu pun missing data. 2. Coding Proses selanjutnya setelah editing adalah coding dengan memberi kode terhadap variabel yang diperoleh sebelum pengolahan selanjutnya. Peneliti memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner sebagai berikut: 1) Usia: < 20 tahun diberi kode “1”, 21-30 tahun diberi kode “2”, 31-40 tahun tahun diberi kode “3”, dan > 40 tahun diberi kode “4”. 2) Pendidikan: < SD diberi kode “1”, SMP-SMA diberi kode “2”, Akademi-Perguruan Tinggi diberi kode “3”. 3) Pekerjaan: PNS diberi kode “1”,wiraswasta diberi kode “2”, karyawan swasta diberi kode “3”, dan pekerjaan lain-lain diberi kode “4”. 4) Agama: Islam diberi kode “1”, Protestan diberi kode “2”, Katholik diberi kode “3”, Hindu diberi kode “4”, dan Buddha diberi kode “5”. 5) Suku: Jawa diberi kode “1”, Betawi diberi kode “2”, Sunda diberi kode “3”, Minang diberi kode “4”, Batak diberi kode “5”, Ambon diberi kode “6”, dan suku lain-lain diberi kode “6”. 6) Usia kehamilan istri: 0-3 bulan diberi kode “1”, 3-6 bulan diberi kode “2”, 6-9 bulan diberi kode “3”. 7) Kehamilan istri merupakan kehamilan ke- : pertama diberi kode “1”, kedua diberi kode “2”, ketiga atau lebih diberi kode “3”. 8) Jumlah anak responden yang masih hidup: nol diberi kode “1”, satu diberi kode “2”, dua diberi kode “3”, tiga atau lebih diberi kode “4”. 9) Sub variabel komponen kognitif dengan kuesioner Pengetahuan tentang Pendampingan Persalinan menggunakan 10 pernyataan. Pernyataan nomor 1, 3, 5, 6, 7, dan 10 merupakan pernyataan positif dengan setiap jawaban Benar diberi nilai “1” dan jawaban Salah diberi nilai “0”. Komponen kognitif baik diukur jika nilai skor total kuesioner ini > 6 dan diberi kode “1” dengan label “Baik”. Sedangkan komponen kognitif kurang diukur jika nilai skor total kuesioner ini < 6 dan diberi kode “2” dengan label “Kurang”. Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

47 Pertanyaan negatif nomor 2, 4, dan 9 diberi nilai “0” jika jawaban Benar dan diberi nilai “1” jika jawaban Salah. Komponen kognitif baik diukur jika nilai skor total kuesioner ini > 6 dan diberi kode “1” dengan label “Baik”. Sedangkan komponen kognitif kurang diukur jika nilai skor total kuesioner ini < 6 dan diberi kode “2” dengan label “Kurang”. 10) Sub variabel komponen afektif diukur dengan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan menggunakan 15 pernyataan, yang terbagi ke dalam pernyataan positif dan negatif. Pada pernyataan positif nomor 4, 5, 6, 7, 13, 15, 16, dan 21 diberi kode “4” jika jawaban Sangat Setuju,

diberi kode “3” jika jawaban Setuju, diberi kode “2” jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode “1” jika jawaban Sangat Tidak Setuju. Pada pernyataan negatif nomor 9, 10, 11, 12, 18, 23, dan 24 diberi kode “1” jika jawaban Sangat Setuju, diberi kode “2” jika jawaban Setuju, diberi kode “3” jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode “4” jika jawaban Sangat Tidak Setuju. Komponen afektif baik diukur jika nilai skor total kuesioner Skala Partisipasi Persalinan pada komponen afektif > 45 dan diberi kode “1” dengan label “Positif”. Sedangkan komponen afektif kurang diukur jika nilai skor total kuesioner ini < 45 dan diberi kode “2” dengan label “Negatif”. 11) Sub variabel komponen konatif diukur dengan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan menggunakan 10 pernyataan, yang terbagi ke dalam pernyataan positif dan negatif. Pada pernyataan positif nomor 1, 2, 3, 14, dan 19 diberi kode “4” jika jawaban Sangat Setuju, diberi

kode “3” jika jawaban Setuju, diberi kode “2” jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode “1” jika jawaban Sangat Tidak Setuju. Pada pernyataan negatif nomor 8, 17, 20, 22, dan 25 diberi kode “1” jika jawaban Sangat Setuju, diberi kode “2” jika jawaban Setuju, diberi kode “3” jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode “4” jika jawaban Sangat Tidak Setuju.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

48

Komponen konatif baik diukur jika nilai skor total kuesioner Skala Partisipasi Persalinan pada komponen konatif > 30 dan diberi kode “1” dengan label “Positif”. Sedangkan komponen konatif kurang diukur jika nilai skor total kuesioner ini < 30 dan diberi kode “2” dengan label “Negatif”. 12) Variabel sikap diukur dengan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan menggunakan 25 pernyataan dan kuesioner Pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan, yang terbagi ke dalam pernyataan positif dan negatif. Pada kuesioner Skala Partisipasi Persalinan pernyataan positif nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 14,15, 16, 19, dan 21 diberi kode “4” jika jawaban

Sangat Setuju, diberi kode “3” jika jawaban Setuju, diberi kode “2” jika jawaban Tidak Setuju, diberi kode “1” jika jawaban Sangat Tidak Setuju. Sedangkan pernyataan negatif nomor 8, 9, 10, 11, 12, 17, 18, 20, 22, 23, 24, dan 25 diberi kode berkebalikan dengan pengkodean

pernyataan positif. Pengkodean

dalam

kuesioner

Pengetahuan

Suami

tentang

Pendampingan Persalinan juga dilakukan dengan cara membagi pernyataan ke dalam pernyataan postif dan negatif. Pemberikan kode sama seperti cara coding pada sub varibel komponen kognitif. Penilaian sikap baik diukur jika nilai skor total kuesioner Pengetahuan Suami tentang Pendampingan Persalinan ditambah skor total kuesioner Skala Partisipasi Persalinan bernilai 75-110 dan diberi kode “1” dengan label “Sikap Positif”. Sedangkan sikap negatif diukur jika nilai skor total kedua kuesioner antara 25-74 dan diberi kode “2” dengan label “Sikap Negatif”. 3. Processing Peneliti memasukan data-data yang telah diperoleh ke dalam komputer dengan program yang sesuai. Data yang digunakan dimasukkan dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dan dimasukan ke dalam program SPSS 16 yang digunakan sebagai perangkat lunak pembantu pengolahan data penelitian.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

49

4. Cleaning Pembersihan data dilakukan untuk melihat kesalahan yang masih terjadi dan memeriksa data pencilan yang mungkin ada. Setiap ditemukan keanehan data, perlu dilakukan pengecekan ulang ke setiap kuesionernya. Pada tahap ini, peneliti mengecek kembali adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain-lain.

4.8 Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisa univariat dalam menganalisa data hasil penelitian. Analisis data univariat menganalisis statistik deskriptif atau inferensial dengan hanya menggunakan satu variabel penelitian. Tujuan penggunaan analisa univariat adalah untuk mendapatkan gambaran dan distribusi karakteristik frekuensi yangg dipakai untuk mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti. Selain itu, analisa univariat ini digunakan pula untuk menjelaskan hasil pengolahan data demografi. Jenis analisis data univariat yang akan digunakan tergantung pada skala pengukuran dari variabel yang digunakan dalam penelitian (Hastono & Sabri, 2010). Penelitian ini menggunakan sajian data berupa ditribusi frekuensi karena jenis data yang digunakan merupakan skala ordinal dan nominal. Analisa univariat yang dilakukan pertama adalah untuk menganalisa data demografi atau karakteristik responden. Proses dilanjutkan dengan analisa data yang dimulai dengan mentabulasi data demografi responden yang meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan pertanyaan tentang jumlah kehamilan istri serta jumlah anak responden. Variabel sikap suami dianalis dengan menggunakan uji proporsi yang menggunakan perbandingan frekuensi. Skala yang digunakan pada variabel sikap adalah skala ordinal sehingga penentuan kategori dilakukan dengan menentukan rentang nilai untuk setiap kategori sikap seperti yang telah dituliskan dalam tabel definisi operasional pada Bab 3. Selanjutkan dilakukan pula pengolahan data yang berisi variabel penelitian sikap suami terhadap

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

50

pendampingan persalinan yang terdiri dari dua buah kuesioner yaitu kuesioner Pengetahuan Suami terhadap Pendampingan Persalinan dan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan. Persentase setiap kategori yang ada didapat dari pembagian jumlah total suatu kategori dengan jumlah seluruh responden dikalikan 100%. Hasil dari analisa tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Analisa univariat lainnya yang digunakan adalah dengan menyajikan data crosstabs atau hasil tabulasi silang antara variabel sikap dengan karakteristik responden untuk menganalisa apakah ada gambaran yang signifikan antara karakteristik yang dimiliki responden dengan sikap yang ditunjukan oleh responden.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada Bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisa univariat. Analisa univariat yang dijelaskan dalam hasil penelitian ini yaitu karakteristik responden dan hasil pengukuran sikap suami terhadap pendampingan persalinan. 5.1 Karakteristik Responden Berikut ini gambaran karakteristik suami dari ibu hamil yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik Suami dan Riwayat Obstetri Istri Responden di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 Jumlah Persentase Variabel Karakteristik (%) (n) Usia < 21 tahun 2 1,9 21-30 tahun 52 50,5 31-40 tahun 47 45,6 >40 tahun 2 1,9 Pendidikan < SD 1 1 SMP-SMA 75 72,8 Akademi/PT 27 26,2 Pekerjaan PNS 2 1,9 Wiraswasta 24 23,3 Karyawan Swasta 75 72,8 Lain-lain 2 1,9 Agama Islam 103 100 Non-Islam 0 0 Suku Jawa 39 37,9 Betawi 50 48,5 Sunda 9 8,7 Minang 3 2,9 Lain-lain 2 1,9 Tabel bersambung

51

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

52

Sambungan tabel 5.1 Variabel Karakteristik Usia Kehamilan Istri Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah Kehamilan Istri hingga saat ini Pertama Kedua Ketiga atau lebih Jumlah Anak Hidup Nol Satu Duan Tiga atau lebih

Jumlah (n)

Persentase (%)

14 30 59

13,6 29,1 57,3

51 34 18

49,5 33,0 17,5

53 32 13 5

51,5 31,1 12,6 4,9

Hasil analisa tabel 5.1 terlihat bahwa distribusi karakteristik responden yang tidak merata untuk masing-masing data demografi. Sebagian besar reponden berada dalam rentang usia 21-30 tahun sebanyak 50,5% (n=103). Distribusi tingkat pendidikan responden menunjukan paling banyak responden memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu SMP hingga SMA yaitu 72,8% (n=103). Karakteristik lainnya yaitu jenis pekerjaan responden. Sebanyak 72,8% reponden bekerja sebagai karyawan swasta. Sedangkan pada karakteristik agama reponden memperlihatkan distribusi data yang sangat ekstrim. Hasil analisa tabel 5.1 menunjukan dengan jelas bahwa seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini beragama Islam. Jika dilihat dari suku asal responden, paling banyak responden berasal dari suku Betawi sebanyak 48,5% (n=103). Selain menyajikan data demografi, tabel 5.1 menunjukan distribusi riwayat kehamilan istri dan jumlah anak responden. Hasil penelitian menunjukan paling banyak istri responden berada dalam usia kehamilan trimester ketiga 57,3% (n=103). Distribusi jumlah kehamilan istri responden yang ditunjukan pada tabel 5.1 di atas juga sangat bervariasi. Proporsi terbesar dalam distribusi jumlah kehamilan istri adalah status primigravida sebesar 49,5% (n=103). Selain itu, tabel 5.1 juga menunjukan distribusi jumlah anak reponden Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

53

yang masih hidup. Sebanyak 51,5% (n=103) suami yang menjadi responden belum memiliki anak.

5.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan Pengukuran sikap suami terhadap pendampingan persalinan dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Pengetahuan Pendampingan Persalinan dan Skala

Partisipasi Persalinan. Beberapa sub variabel yang diukur dalam variabel sikap adalah komponen kognitif (pengetahuan) dengan menggunakan Kuesioner Pengetahuan Pendampingan Persalinan, serta komponen afektif (perasaan) dan konatif (perilaku) yang menggunakan instrumen Skala Partisipasi Persalinan. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 Variabel tentang Sikap Kategori Jumlah Persentase (%) Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan

 Positif  Negatif

92 11

89,3 10,7

Hasil analisa tabel 5.2 menunjukan bahwa proporsi suami yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang pendampingan persalinan sebesar 98,1% (n=103). Sedangkan sikap negatif suami hanya ditunjukan oleh 10,7% responden. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sub Variabel tentang Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 Variabel tentang Sikap Kategori Jumlah Persentase (%) Sub variabel sikap: Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif

   

Baik Kurang Positif Negatif

 Positif  Negatif

101 2 78 25 89 14

98,1 1,9 75,7 24,3 86,4 13,6

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

54

Hasil analisa tabel 5.3 menjelaskan pembagian komponen dari variabel sikap suamin terhadap pendampingan persalinan. Responden yang menunjukan komponen afektif positif sebanyak 75,7% (n=103), sedangkan reponden yang memiliki kecenderungan perilaku positif terhadap pendampingan persalinan ditunjukan oleh 86,4% responden (n=103). Proporsi terbesar yang ditunjukan oleh tabel 5.3 adalah komponen kognitif baik sebesar 98,1% (n=103). Berikut ini akan disajikan tabel distribusi karakteristik responden menurut variabel sikap suami terhadap pendampingan persalinan: Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Menurut Variabel tentang Sikap Suami Terhadap Pendampingan Persalinan di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Tahun 2012 Kategori Jumlah Variabel Positif Negatif n % n % n % Usia 1,0 1,0 2 < 21 tahun 1 1 1,9 21-30 tahun 46 44,7 6 5,8 52 50,5 31-40 tahun 43 4 45,6 41,7 3,9 47 >40 tahun 2 0 1,9 1,94 0 2 Pendidikan < SD 1 1,0 0 0 1 1 SMP-SMA 72,8 68 66,0 7 6,8 75 Akademi/PT 26,2 23 22,3 4 3,9 27 Pekerjaan PNS 2 1,9 1,9 0 0 2 Wiraswasta 24 23,2 20,4 3 2,9 21 Karyawan Swasta 75 72,8 67 65,0 8 7,8 Lain-lain 2 1,9 2 1,9 0 0 Agama Islam 103 100 89,3 11 10,7 92 Non-Islam 0 0 0 0 0 0 Suku Jawa 36 35,0 3 2,9 39 37,9 Betawi 44 42,7 6 5,8 50 48,5 Sunda 8 7,8 1 1,0 9 8,7 Minang 3 2,9 0 0 3 2,9 Lain-lain 1 1,0 1 1,0 2 1,9 Usia Kehamilan Istri Trimester 1 13 12,6 1 1,0 14 13,6 Trimester 2 25 24,3 5 4,9 30 29,1 Trimester 3 54 52,4 5 4,9 59 57,3 Tabel bersambung Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

55

Sambungan tabel 5.4

Kategori Variabel

Postif

n % Jumlah Kehamilan Istri hingga saat ini Pertama 47 45,6 Kedua 28 27,2 Ketiga atau lebih 17 16,5 Jumlah Anak Hidup Nol 49 47,6 Satu 26 25,2 Dua 13 12,6 Tiga atau lebih 4 3,9

Jumlah

Negatif n %

n

%

4 6 1

3,9 5,8 1,0

51 34 18

49,5 33,0 17,5

4 6 0 1

3,9 5,8 0 1,0

53 32 13 5

51,5 31,1 12,6 4,9

Hasil analisa pada tabel 5.4 di atas menunjukan kategori sikap untuk masingmasing karakteristik reponden. Sebagian besar responden menunjukan sikap positif sebesar 44,7% (n=103) latar belakang usia responden antara 21-30 tahun. Reponden dengan latar belakang pendidikan SMP-SMA menempati posisi dominan dengan menunjukan sikap positif 66% (n=103). Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta juga sebagian besar menunjukan sikap positifnya terhadap pendampingan persalinan yaitu sebesar 65% (n=103). Dari seluruh responden yang beragama Islam, 89,3% responden (n=103) menunjukan sikap positif terhadap pendampingan persalinan. Jika dilihat dari suku asal reponden, responden yang paling banyak menunjukan sikap positif berasal dari suku Betawi dengan proporsi sebesar 42,7% (n=103). Tabel 5.4 juga menunjukan distribusi sikap suami berdasarkan riwayat obstetri istrinya. Sebagian besar sikap positif terhadap pendampingan persalinan dimiliki oleh suami yang istrinya berada pada usia kehamilan trimester ketiga yaitu sebesar 52,4% (n=103). Deskripsi riwayat obstetri lainnya yang diteliti yaitu jumlah kehamilan istri hingga saat dilakukan penelitian. Proporsi terbanyak ditunjukan oleh responden yang menunjukan sikap positif sebanyak 45,6% pada responden yang istrinya baru mengalami kehamilan pertama. Karakteristik terakhir yang diteliti yaitu jumlah anak responden yang masih hidup. Sebanyak 47,6% responden yang belum memiliki anak menempati proporsi terbesar menunjukan sikap positif terhadap pendampingan persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

BAB 6 PEMBAHASAN Pada Bab 6 ini akan disajikan interpretasi dan diskusi mengenai hasil penelitian dengan membandingkan hasil penelitian terhadap teori atau hasil penelitian sebelumnya. Selain itu, pada Bab ini juga akan dipaparkan keterbatasan dalam penelitian serta implikasi penelitian untuk bidang keperawatan, khususnya bagi bidang pendidikan, pelayanan, dan penelitian keperawatan.

6.1 Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar reponden berada dalam rentang usia 21 sampai 30 tahun yang termasuk dalam kelompok usia dewasa awal. Peneliti membuat kategori usia berdasarkan DeLauner & Ladner (2002) yang menyatakan bahwa usia dewasa awal merupakan usia 21-40 tahun dan dewasa tengah 40-65 tahun. Pada penelitian ini responden yang berusia kurang dari 20 tahun masuk ke dalam kelompok usia remaja, usia 21 hingga 40 tahun digolongkan ke dalam usia dewasa awal. Sedangkan responden yang berusia lebih dari 40 tahun tahun digolongkan ke dalam usia dewasa tengah dan dewasa akhir. Karakteristik selanjutnya mengenai tingkat pendidikan responden. Peneliti menggolongkan latar belakang tingkat pendidikan berdasarkan tingkat pendidikan dasar (SD), menengah (SMP dan SMA), dan pendidikan tinggi (akademi atau perguruan tinggi). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP hingga SMA. Data tersebut didukung oleh data dari BPS Jakarta Selatan hingga tahun 2011 yang menyebutkan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki paling banyak memiliki tingkat pendidikan SMP hingga SMA yaitu sebanyak 79.172 orang (Pemkod Jaksel, 2011). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa hampir seluruh responden atau para suami telah menempuh pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan menengah.

56

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

57

Penelitian ini dilakukan pada sejumlah responden yang ditemui di puskesmas atau klinik bersalin ketika responden sedang menemani istrinya untuk pemeriksaan antenatal (kehamilan). Latar belakang pekerjaan responden sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta karena penelitian ini dilakukan pada pagi hingga siang hari dan malam hari. Ketika penelitian dilakukan pada jam kerja, kemungkinan besar akan sulit ditemui responden yang berstatus sebagai pegawai PNS karena pada pagi hingga sore hari mereka sedang bekerja sehingga lebih banyak dijumpai suami yang bekerja sebagai karyawan swasta. Sebagian besar responden berasal dari suku Betawi dengan proporsi 48,5%. Hasil penelitian ini dikarenakan wilayah kecamatan Mampang Prapatan masih berada di wilayah DKI Jakarta yang masih banyak dihuni oleh warga asli suku Betawi. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa dominasi kedua suku asal responden adalah suku Jawa dengan 37,9%. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta yaitu suku Betawi, Jawa, Sunda, Tionghoa, Batak, dan Minang (Suprapto, 2011). Hasil sensus penduduk tersebut masih sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh pada tahun 2012 di wilayah kecamatan Mampang Prapatan yaitu sebagian besar responden berasal dari suku Betawi dan Jawa. Karakteristik agama diteliti untuk mengetahui apakah ada gambaran yang signifikan antara sikap suami dengan latar belakang agama yang dianut oleh suami. Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden beragama Islam sebanyak 103 responden. Data ini tidak jauh berbeda dengan data dari pemerintah DKI pada tahun 2005 yang dirangkum oleh Suprapto (2011), menyebutkan bahwa komposisi penganut agama di provinsi Jakarta adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %). Data tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini karena kecamatan Mampang

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

58

Prapatan berada di wilayah provinsi Jakarta yang menunjukan bahwa sebagian besar agama yang dianut responden adalah agama Islam. Pembahasan selanjutnya tentang riwayat kehamilan istri responden. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar usia kehamilan istri responden terbanyak berada pada periode trimester ketiga. Sikap positif terhadap pendampingan persalinan lebih banyak ditunjukan oleh suami yang istrinya berada pada usia trimester ketiga. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kao & Long (2004) yang menjelaskan bahwa pada periode kehamilan trimester ketiga terdapat peningkatan rasa kecemasan pada suami sehingga membentuk sikap positif terhadap persalinan yang tercermin dalam sikap antisipasi persalinan. Sikap antisipasi persalinan yang dimaksud tergambar dari sikap suami yang berusaha mempersiapkan dirinya untuk berperan dalam proses pendampingan persalinan. Selain itu, sikap responden ditunjukan berdasarkan karakteristik usia kehamilan dan jumlah kehamilan istri responden hingga saat ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman pertama kali dalam riwayat kehamilan istrinya (ibu primigravida) dan sebagian besar responden belum memiliki anak. Hasil penelitian menunjukan lebih banyak suami yang menunjukan sikap positif terhadap pendampingan persalinan pada suami dari ibu primigravida dan suami yang belum pernah memiliki anak. Sikap positif suami dari ibu primigravida muncul karena keinginan suami untuk bekerja sama dengan penolong persalinan dan ingin terlibat penuh dalam memberikan dukungan kepada pasangannya yang sedang berjuang dalam proses persalinan (Premberg, dkk, 2010). Dukungan dari bidan atau perawat sangat penting bagi suami agar para suami dapat berperan secara aktif dalam pendampingan persalinan. Hal ini telah dibuktikan oleh Premberg, dkk (2010) yang menyatakan bahwa para suami dari ibu primipara berkeinginan untuk terlibat aktif dalam proses persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

59

6.2 Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan Penelitian ini menggambarkan sikap suami terhadap pendampingan persalinan, apakah suami mendukung atau tidak, mau atau tidak mau, serta siap atau tidak siap untuk menjadi pendamping persalinan. Penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yang secara khusus dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik responden berdasarkan sikap suami terhadap pendampingan persalinan, tingkat pengetahuan suami tentang pendampingan persalinan, dan bagaimana perasaan serta kecenderungan perilaku suami untuk menjadi pendamping persalinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar suami memiliki sikap yang positif terhadap pendampingan persalinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Martin (2008) yang menjelaskan bahwa para suami menunjukan sikap positif terhadap pendampingan persalinan, yang diukur dengan menggunakan Skala Partisipasi Persalinan sebelum dan setelah proses persalinan istrinya. Dalam penelitiannya, Martin (2008) melihat adannya peningkatan nilai sikap positif yang ditunjukan oleh suami setelah proses persalinan dibandingkan dengan sebelum proses persalinan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Martin (2008) adalah pada penelitian ini hanya dilakukan pengukuran sikap suami sebelum proses persalinan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan suami terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Dengan demikian, dalam hasil penelitian ini tidak diketahui bagaimana perbedaan nilai sikap yang ditunjukan suami berdasarkan Skala Partisipasi Persalinan antara sebelum dan setelah proses pendampingan persalinan. Perbedaan lainnya antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Martin (2008) adalah kuesioner yang digunakan. Pengukuran sikap suami terhadap pendampingan persalinan pada penelitian ini menggunakan dua buah kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan suami terhadap pendampingan persalinan dan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan yang telah mengalami sedikit modifikasi. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Martin Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

60

hanya menggunakan kuesioner Skala Partisipasi Persalinan untuk mengukur sikap suami. Penambahan jenis kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan hasil pertimbangan dan penelusuran literatur oleh peneliti, yang ternyata menunjukan bahwa sikap harus dinilai dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif (Azwar, 2007). Sedangkan dalam Skala Partisipasi Persalinan yang dikembangkan oleh Martin pada tahun 2008 hanya menggambarkan komponen afektif dan konatif saja. Skala Partisipasi Persalinan yang dikembangkan oleh Martin (2008) disajikan dalam jurnal berbahasa Inggris merupakan kuesioner utama yang digunakan untuk mengukur sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Dalam penelitian ini, kuesioner tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan tata bahasanya diperbaiki sehingga lebih mudah dipahami oleh responden, tentunya tanpa mengurangi makna dari isi pertanyaan yang ada dalam kuesioner Skala Partisipasi Persalinan tersebut. a. Pengetahuan Suami tentang Pendampingan Persalinan Pengetahuan merupakan salah satu aspek yang perlu diteliti dalam mengukur sikap seseorang (Azwar, 2007). Hasil penelitian sikap suami terhadap pendampingan persalinan ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik berdasarkan kategori rentang nilai pengetahuan yang cukup baik. Data tersebut menunjukan bahwa komponen kognitif ini ternyata memberikan pengaruh yang berbanding lurus dengan pembentukan sikap positif pada responden. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Cholifah (2007) di desa Pasuruan Lor kecamatan Jati, Kudus, yang menunjukan adanya hubungan yang sebanding antara tingkat pengetahuan suami dalam pendampingan istri pada saat proses persalinan dengan bentuk kualitas pendampingan persalinan. Pengetahuan menjadi indikator yang penting karena dengan pengetahuan yang memadai tentang persalinan dan pendampingan persalinan, suami

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

61

akan memahami perannya dengan lebih jelas ketika berada di dalam ruang bersalin untuk mendampingi istrinya. Hasil penelitian Cholifah (2007) menunjukan 67% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang terhadap

pendampingan

persalinan

sebanding

dengan

kualitas

pendampingan yang dinilai kurang baik sebesar 67%. Dari hasil penelitian tersebut, tingkat pengetahuan suami yang kurang dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan suami sehingga suami tidak mengetahui atau memahami bagaimana cara memberikan motivasi dan dukungan yang baik kepada istri saat mendampingi istri dalam proses persalinan. b. Perasaan Suami terhadap Pendampingan Persalinan Komponen lainnya yang mempengaruhi pembentukan sikap suami terhadap pendampingan persalinan adalah komponen afektif. Komponen afektif melihat bagaimana perasaan suami menjelang persalinan dan saat proses pendampingan persalinan. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap para suami dari ibu hamil menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki perasaan yang positif terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Sikap positif ini ditunjukan dengan pernyataan kesiapan suami untuk berperan sebagai pendamping persalinan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Martin (2008) yang menunjukan bahwa para suami yang memiliki merasa yakin, percaya diri, dan siap untuk menjadi pendamping persalinan dapat melakukan perannya dengan baik ketika proses persalinan. Ternyata kesiapan inilah yang membantu pembentukan sikap suami menjadi lebih positif dan mampu melawan perasaan takut dan cemas yag dialami oleh suami. Para suami merasa mendapat dukungan yang baik ketika mereka diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan perannya sebagai suami dilibatkan selama proses persalinan (Backstrom & Wahn, 2011). Penelitian Erikson (2006) juga menjelaskan bahwa meningkatnya kepercayaan diri suami menunjukkan efek positif jangka panjang yaitu menurunkan

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

62

permintaan metode persalinan caesar. Pada awalnya suami cemas dengan ketakutan istrinya terhadap proses persalinan. Kepercayaan diri suami dapat ditingkatkan dengan cara berkonsultasi dengan ahli medis dan mengikuti kelas antenatal atau persiapan persalinan (Johnson, 2002; Erikson, 2006). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa suami juga mengungkapkan keinginannya untuk mengikuti kelas persiapan persalinan ketika ditanyakan dalam kuesioner Skala Partisipasi Persalinan yang digunakan. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan hampir dua puluh lima persen atau seperempat dari jumlah responden menunjukan komponen afektif negatif terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Hal ini mencerminkan bahwa ada beberapa responden yang memiliki perasaan negatif terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Selain mengukur kesiapan suami, komponen afektif juga melihat sejauh mana tingkat keyakinan dan kepercayaan diri suami untuk menjalankan perannya sebagai pendamping persalinan. Salah satu bentuk ekspresi perasaan negatif suami terhadap pendampingan persalinan adalah suami lebih suka memilih-milih peran dalam melakukan perannya sebagai pendamping persalinan. Ketika ditanyakan tentang pilihan peran yang dapat dilakukan suami dalam proses pendampingan persalinan, sebagian besar suami menjawab lebih suka untuk menunggui istri setelah bayi lahir dan tidak menyaksikan proses persalinan dari awal. Banyak suami menyatakan rasa cemas dan tidak tega jika harus menyaksikan istrinya secara langsung dalam proses persalinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani tentang bentuk adaptasi psikologis negatif pada suami yaitu perasaan cemas. Hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2002) menunjukan rata-rata suami yang secara langsung mendampingi istrinya saat persalinan memiliki tingkat kecemasan sedang hingga berat. Handayani juga menjelaskan bahwa kecemasan tersebut muncul karena

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

63

dipengaruhi oleh kurangnya pengalaman, faktor sosial budaya yang kurang mendukung. Selain itu, tingkat kecemasan pada suami dipengaruhi oleh persepsi suami tentang kekhawatirannya tentang keselamatan istri dan anaknya. Adaptasi psikologis yang terjadi pada suami menjadi indikator penting dalam menilai komponen efektif pada sikap suami terhadap persalinan. Banyak penelitian yang menjelaskan ketakutan dan kecemasan yang dialami oleh suami menjelang dan saat proses persalinan dapat mempengaruhi penampilan peran suami dalam pendampingan persalinan (Johnson, 2002; Sapkota, Kobayashi, & Takase, 2010). Suami dianggap tidak terlalu penting untuk mendampingi istri bersalin. Suami merasa tidak berguna, ragu, canggung, kurang siap, dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya untuk memberikan dukungan yang baik bagi istrinya dalam proses persalinan. c. Kecenderungan Perilaku Suami terhadap Pendampingan Persalinan Komponen sikap yang terakhir akan dibahas dalam penelitian ini adalah komponen

konatif,

yang

bertujuan

untuk

melihat

bagaimana

kecenderungan perilaku suami terhadap pendampingan persalinan. Hasil penelitian sikap suami terhadap pendampingan persalinan memperlihatkan bahwa responden cenderung menunjukan perilaku yang positif terhadap pendampingan persalinan sehingga terbentuklah sikap yang positif. Kecenderungan perilaku suami dapat dilihat dari keinginannya untuk hadir dalam proses persalinan. Perilaku positif akan ditunjukkan oleh suami yang bersedia mendampingi istrinya dalam proses persalinan walaupun tanpa diminta. Hasil penelitian Sapkota, Kobayashi, & Takase (2010) menunjukan bahwa suami yang telah hadir dalam proses persalinan mengungkapkan alasan kehadirannya karena permintaan istri dan keinginan yang muncul dari dalam diri suami untuk mendapatkan pengalaman istimewa dalam menyaksikan proses persalinan secara

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

64

langsung. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu sebagian besar responden menyatakan bahwa kehadirannya untuk menjadi pendamping persalinan karena keinginannya sendiri. Penelitian lain menjelaskan alasan suami ingin mendampingi istrinya karena suami ingin membantu istri dalam proses persalinan dan merupakan tanggung jawab bagi kedua pasangan untuk mempersiapkan mental mereka dalam periode transisi menjadi orangtua (Johnson, 2002; Kainz & Eliasson, 2010). Johnson (2002) menjelaskan alasan utama suami untuk bersedia menjadi pendamping persalinan karena tekanan sosial dari istri dan penolong persalinan (bidan atau perawat). Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, kecenderungan sikap suami terhadap pendampingan persalinan ternyata dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal diri suami. Komponen konatif selain melihat keinginan untuk bersedia hadir dan menjadi pendamping persalinan, juga meneliti tentang sejauh mana keterlibatan suami dalam proses persalinan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden ingin terlibat aktif dalam proses persalinan. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martin (2008) yang menjelaskan bahwa suami ingin terlibat aktif dalam proses persalinan. Selain itu, penelitian lainnya yang dilakukan oleh Premberg, dkk (2010) menunjukan keterlibatan aktif suami saat proses persalinan yang didukung oleh peran bidan atau perawat untuk memfasilitasi suami dalam menjalankan perannya sebagai pendamping persalinan.

6.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih membutuhkan banyak sekali penyempurnaan karena terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara lain berupa pengembangan instrumen dan tempat penelitian. Salah satu Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

65

kuesioner yang dibuat oleh peneliti adalah kuesioner hasil terjemahan yang dimodifikasi sesuai dengan hasil ujivaliditas dan reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti menilai bahwa pertanyaan dalam kuesioner yang telah dibuat masih belum sempurna. Walaupun sudah berusaha dimodifikasi, katakata yang ada dalam pertanyaan kuesioner masih terlalu panjang, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama bagi responden untuk mengisi dan memahami jawaban. Keterbatasan lainnya yang terdapat dalam penelitian ini adalah tempat pengambilan sampel. Penelitian ini hanya dilakukan di dua tempat saja, yaitu sebuah puskesmas kecamatan dan sebuah klinik bersalin. Padahal di wilayah penelitian yang dituju, ada beberapa puskesmas dan klinik bersalin. Walaupun hasil penelitian ini bersifat lokal, hanya untuk tempat yang diteliti saja karena menggunakan metode consecutive sampling sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk semua kelompok di wilayah tersebut.

6.3 Implikasi terhadap Bidang Keperawatan Pendampingan persalinan merupakan salah satu komponen penting yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu bersalin. Penelitian ini memperkuat fakta bahwa kebutuhan dukungan suami kepada ibu bersalin penting untuk menjadi perhatian. Dalam hal ini keterlibatan suami sangat penting dalam praktik keperawatan maternitas, khususnya keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga. Peran suami sebagai pendamping persalinan merupakan lanjutan dari peran suami dalam menjadi Suami Siaga dan masuk ke dalam program Family Centered Maternity Cared, sesuai dengan program yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin kesehatan ibu hamil. Oleh karena itu, suami sangat membutuhkan dukungan dari tenaga kesehatan untuk dapat melakukan perannya sebagai pendamping persalinan. Pengkajian keperawatan menjadi perlu dilakukan kepada suami dari ibu hamil

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

66

untuk menilai sejauh mana pengetahuan, perasaan, dan keinginan suami untuk terlibat mendalam proses persalinan. Pengkajian tersebut dapat dilakukan ketika suami diizinkan untuk terlibat aktif dalam memperoleh informasi tentang kemajuan kehamilan dan persalinan istrinya. Kebutuhan suami untuk menjadi pendamping persalinan perlu diidentifikasi lebih dalam sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai kepada suami dari ibu bersalin. Penelitian ini telah memberikan wacana baru terhadap dunia keperawatan bahwa untuk membentuk sikap positif suami terhadap pendampingan persalinan harus didukung dalam peningkatan pengetahuan suami tentang pendampingan persalinan dan membentuk kepercayaan diri serta mempersiapkan suami untuk menjadi pendamping persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini. Kesimpulan akan menjelaskan hasil penelitian berdasarkan tujuan khusus penelitian. Peneliti juga merekomendasikan saran bagi bidang penelitian dan bidang keperawatan berdasarkan hasil penelitian terkait dengan sikap suami terhadap pendampingan persalinan.

7.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sikap yang dimiliki suami dalam pemenuhan perannya sebagai pendamping persalinan di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Puskesmas kecamatan dan salah satu klinik bersalin yang ada di wilayah kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil penelitian dari 103 orang responden suami diperoleh data yang didominasi oleh usia dewasa muda, latar pendidikan SMP hingga SMA, jenis pekerjaan sebagai karyawan swasta, beragama Islam, dan berasal dari suku Betawi. Sikap positif terhadap pendampingan persalinan lebih banyak ditunjukan oleh suami yang istrinya berada pada usia trimester ketiga karena pada usia trimester ketiga terdapat peningkatan rasa kecemasan pada suami sehingga membentuk sikap antisipasi persalinan. Walaupun dengan selisih proporsi yang tidak terlalu jauh, lebih banyak suami yang menunjukan sikap negatif terhadap pendampingan persalinan yaitu pada responden suami dari ibu primigravida dan pada responden suami yang belum pernah memiliki anak. Hasil penelitian mengenai variabel sikap suami terhadap pendampingan persalinan menunjukan bahwa sebagian besar suami memiliki sikap positif terhadap pendampingan persalinan. Sikap positif tersebut lebih terlihat dari tingkat pengetahuan suami yang baik tentang pengertian dan peran suami dalam pendampingan persalinan. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukan bahwa suami memiliki kesiapan, keyakinan, dan kepercayaan diri yang baik 67

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

68

sehingga mereka bersedia hadir dalam proses persalin dan mau terlibat aktif dalam menjalankan perannya sebagai pendamping persalinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pembentukan sikap responden secara keseluruhan yaitu sikap positif terhadap pendampingan persalinan.

7.2 Saran Hasil penelitian yang berkaitan dengan sikap suami terhadap pendampingan persalinan dapat digunakan untuk peningkatan dalam bidang pelayanan keperawatan, pendidikan, dan penelitian keperawatan. Peneliti memberikan saran terhadap berbagai pihak berdasarkan dengan hasil penelitian tentang sikap suami terhadap pendampingan persalinan. Saran yang pertama ditujukan untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan peran suami dalam pendampingan persalinan. Salah satunya peneliti memberikan saran berdasarkan keterbatasan penelitian yang ada dalam penelitian ini. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk membuat instrumen penelitian dengan pertanyaan yang seefektif mungkin sehingga dapat memudahkan responden untuk mengisi jawaban. Tentunya pembuatan kuesioner tersebut harus menggunakan uji keterbacaan untuk menunjang pemahaman responden terhadap isi pertanyaan yang ada di dalam instrumen. Saran selanjutnya berkaitan dengan tempat penelitian yang harus disesuaikan dengan medote pengambilan sampel. Penelitian yang ingin mengambil suami dari ibu hamil sebagai sampelnya, lebih baik tetap menggunakan consecutive sampling karena jumlah populasi suami ibu hamil tidak dapat ditentukan. Dengan metode penelitian ini, sebaiknya area penelitian lebih diperluas sehingga hasil penelitian dapat

memberikan gambaran karakteristik

responden yang lebih akurat. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat peneliti yang ingin meneliti lebih jauh tentang peran suami dalam pendampingan persalinan. Selain itu, peneliti juga mengharapkan adanya penelitian lebih Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

69

lanjut

yang

meneliti

tentang

hubungan

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi sikap positif suami terhadap perannya dalam pendampingan persalinan. Rekomendasi selanjutnya diberikan kepada untuk pelayanan keperawatan maternitas. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi pelayanan keperawatan untuk tetap memberikan peran pelayanan di masyarakat sebagai pemberi informasi, pendidik dan konselor bagi para suami. Dari penelitian ini, perawat diharapkan dapat memberikan informasi tentang hal apa saja yang dapat dilakukan suami saat menjadi pendamping persalinan. Perawat sebagai pendidik dan konselor dapat mengembangkan tingkat pengetahuan suami tentang perannya dalam pendampingan persalinan atau memberikan pelatihan bagi suami yang akan mendampingi istrinya dalam proses persalinan sehingga suami dapat terlibat aktif dalam proses persalinan. Saran bagi tenaga kesehatan yang menolong persalinan untuk lebih peka terhadap kondisi psikologis suami, sehingga suami bisa mendapatkan pengalaman yang positif dalam proses pendampingan persalinan. Saran yang terakhir ditunjukan untuk institusi pendidikan keperawatan. Peneliti memberikan saran sebaiknya perlu dikembangkan kurikulum atau penambahan materi pelajaran yang berfokus pada pelayanan keperawatan maternitas yang melibatkan peran aktif keluarga, khususnya peran suami. Selama penelusuran literatur yang dilakukan oleh peneliti, materi di bukubuku keperawatan sangat jarang membahas tentang peran suami dalam proses persalinan. Padahal materi tersebut sangat penting untuk memberikan wacana tentang pentingnya dukungan dan keterlibatan suami dalam proses persalinan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wacana yang dapat digunakan untuk memperkaya wawasan bagi para insan keperawatan terkait dengan peran suami dalam proses persalinan.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

DAFTAR PUSTAKA

Alehagen, S., Wijma, K, & Wijma, B. (2001). Fear during labour. Acta Obstetricia and Gynecologyca Scandinavia, 80: 315-320. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arindra, D. (2008). Kecemasan menghadapi persalinan anak pertama pada ibu dewasa awal. http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/ psychology/2009/Artikel_10503054.pdf. (Diunduh pada tanggal 15 Maret 2012). Association of Women’s Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN). (2003). Standards for professional nursing practice in the care of women and newborn. 6th Ed. Washington, DC: AWHONN. Aziza, W. (2002). Hal-hal yang diharapkan ibu terhadap suami dalam memberikan dukungan emosional selama proses persalinan. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan. Azwar, Saifuddin. (2007). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Backstrom, C., & Wahn, E, H. (2011). Support during labour: First-time fathers' descriptions of requested and received support during the birth of their child. Midwifery, 27: 67-73. Doi: 10.1016/j.midw.2009.07.001. (Diunduh pada tanggal 21 Maret 2012). Bobak, I, M., Lowdwermilk. D. L, & Perry, S. E. (2004). Buku ajar keperawatan aternitas. (Maria A. Wijayanti & Peter I. Anugerah, Alih Bahasa). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. (buku asli diterbitkan tahun 2003). Boyce, P.,Condon, J., Barton, J., Corkindale, C. (2007). First-time father’s study: psychological distress in expectant fathers during pregnancy. Australian & New Zealand Journal of Psychiatry, 41(9): 718-25. www.cinahl.com/cgibin/refsvc?jid=1562&accno=2010026505. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012). Cholifah, N. (2007). Tingkat pengetahuan suami dalam pendampingan istri pada saat proses persalinan di desa Pasuruan Lor Kecamatan Jati kabupaten Kudus. Laporan Penelitian. isjd.lipi.go.id/admin/jurnal/211176100_2088-4451.pdf. (Diunduh pada tanggal 2 Maret 2012). Dayakisni, T., & Hudaniah. (2003). Psikologi sosial. Edisi Revisi. Malang: UMM Press. DeLaune, S., & Ladner, P. (2002). Fundamental of nursing: Standart and practice. USA: Delmar Thomson Learning Departemen Kesehatan RI. (2001). Rencana strategis nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

70

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

71 Departemen Kesehatan RI. (2004). Asuhan persalinan normal. Edisi baru dengan resusitasi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2007). Angka kematian ibu melahirkan (AKI). http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&task =doc_download&gid=290&Itemid=61. (Diunduh tanggal 9 Februari 2012). Dharma, K, K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: pedoman melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. (2005). Ensiklopedi Jakarta: culture & heritage. Volume 3. Yayasan Untuk Indonesia: Jakarta Raya (Indonesia). Eden, E. (2011). Psychological changes in the third trimester. http://tlc.howstuffworks.com/family/understanding-psychological-changesduring-pregnancy3.htm. (Diunduh pada tanggal 13 Maret 2012). Erikson, A., Widstrom, A, M., Nissen, E. (2006). Does continuity of care by welltrained breast-feeding counsellors improve a mother’s perceptoin of support. Birth, 3: 129-130. Gage, J, D., & Kirk, R. (2002). First-time fathers: perceptions of preparedness for fatherhood. Canadian Journal of Nursing Research, 34: 15-24. Gunning, M. (2008). Worry about worrying. Psychologist, 21: 392-395. Handayani, R, S. (2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan suami menunggui proses persalinan istri primipara di Ruang IRNA A RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Hastono, S, P., & Sabri, L. (2010). Statistik kesehatan. Edisi 5. Jakarta: Rajawali Pres. Ip, W, Y. (2000). Chinese husbands’ presence during labour: a preliminary study in Hong Kong. International Journal of Nursing Practice, 6(2): 89-96. www.cinahl.com/cgi-bin/refsvc?jid=1339&accno= 2000043684. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012). Johnson, M, P. (2002). An exploration of men's experience and role at childbirth. Journal of Men's Studies, 10(2): 165-165. http://search.proquest.com/docview/222636705?accountid=17242. (Diunduh tanggal 20 Maret 2012). Julkunen, K., & Liukkonen, A. (1998). Fathers’ experiences of childbirth. Midwifery,14 (1): 10-17. http://www.quosafulltext.com/sc_ddm/ sc_ddm.jsp. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012). Kainz, G., Eliasson, M., & von Post, I. (2010). The child's father, an important person for the mother's well-being during the childbirth: a hermeneutic study. Health Care for Women International, 31(7): 621-35. Doi: 10.1080/07399331003725499. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012).

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

72 Kao. C., Long, A. (2004). First time Taiwanese expectant fathers’ life experiences during the third trimester of pregnancy. Journal of Nursing Research ,12(1): 60-71. http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid= 3959d904-dca0-41df-92bf004f2af4d4ea%40sessionmgr113&vid= 1&hid=126&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=rzh&AN=20 0502434. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012). Lally, J, E., Murtagh, M, J., Macphail, S., & Thompson, R. (2008). More in hope than expectation: a systematic review of women's expectations and experience of pain relief in labour. BMC Medicine, 6:7. Doi:10.1186/1741-7015-6-7. (Diunduh pada tanggal 21 Maret 2012). Lars, P., Aderemi, O. A., & Pernilia, N. (2011). Positif health outcomes of fathers’ involvement in pregnancy & childbirth paternal support: a scope study literature review. ProQuest Psychology Journals, 9(1): 87-102. Doi: 857841377. (Diunduh tanggal 16 Des 2011). Martin, C, J, H. (2008). A tool to measure fathers' attitudes and needs in relation to birth. British Journal of Midwifery, 16(7): 432-437. www.cinahl.com/cgibin/refsvc?jid=1450&accno=2009973056. (Diunduh pada tanggal 22 Maret 2012) Medina, R, A, &Setty, A. (2007). Paternal experiences of pregnancy and labour. British Journal of Midwifery, 15: 66-74. www.cinahl.com/cgibin/refsvc?jid=1450&accno=2009516356. (Diunduh tanggal 31 Maret 2012). Morhason, B. I. O., dkk. (2008). Attitude and preferences of Nigerian antenatal women to social support during labour. Journal of Biosocial Science, 40 (4): 553-62. (Diunduh tanggal 16 Des 2011). Premberg, A., Carlsson, G., Hellstrom, A., & Berg, M. (2010). First-time fathers’ experiences of childbirth: a phenomenological study. Midwifery, 27 (6): 848853. Doi: 10.1016/j.midw.2010.09.002. Pridjian, G. (2011). Safe maternal positioning during labor and delivery. Journal Obstetrics and Gynecology, 118: 413-414. Doi: 10.1097/AOG.0b013e3182271a9a. (Diunduh pada tanggal 27 Maret 2012). (Diunduh pada tanggal 19 Maret 2012). Records, K., & Rice, M. (2007). Psychosocial correlates of depression symptoms during the third trimester of pregnancy. Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 36(3): 231-42. Doi: 10.1111/j.1552-6909.2007.00140.x. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012). Ricci, S., & Kyle, T. (2009). Maternity & pediatric nursing. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Rothman, B. (2009). Birth support. http://www.birthsupport.nl/. (Diunduh pada tanggal 23 Feb 2012). Sabitri, S., Toshio, K., & Miyuki, T. (2011).Women's experience of giving birth with their husband's support in Nepal. British Journal of Midwifery, 19(7): 426-32.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

73 www.cinahl.com/cgi-bin/refsvc?jid= 1450&accno=2011226560. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012). Saifuddin, A. B, dkk. (2009). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal & neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sapkota, S., Kobayashi, T., & Takase, M.. (2010). Husbands' experiences of supporting their wives during childbirth in Nepal. Midwifery, 28: 45-51. Doi: 10.1016/j.midw.2010.10.010. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012). Sari, W. (2001). Perbedaan tingkat kecemasan suami dan istri dalam menghadapi Kehamilan pertama trimester ketiga. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan. Sarwono, S. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press. Smith, M, J. (1999). A place for the partner? Expectations and experiences of support during childbirth. Midwifery, 15 (2): 101-108. Doi: 10.1016/S02666138(99)90006-2. (Diunduh pada tanggal 12 Maret 2012). Suprapto, 2012. Jakarta bukan monopoli betawi. Diperoleh 21 Oktober 2011 dari http://politik.kompasiana.com/2012/04/20/jakarta-bukan-monopoli-betawi/. Tari, R. (2010).Tindakan episiotomi saat bersalin haruskah dilakukan? http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2012/01/16/tindakanepisiotomi-saat-bersalin-haruskah-dilakukan/. (Diunduh tanggal 10 Maret 2012). Tsui, M, H, dkk. (2006). Maternal fear associated with pregnancy and childbirth in Hong Kong Chinese women. Women & Health, 44(4): 79-92. Style sheet: www.cinahl.com/cgi-bin/refsvc?jid=353&accno=2009588641. (Diunduh tanggal 20 Maret 2012). Waldenstrom, U., Hilsdingsson, I., Rubertsson, C., & Radestad, I. (2004). A negative birth experience: prevalence and risk factors in a national sample. Birth, 31: 17-27. Ward, S, L., & Hisley, S, M. (2009). Maternal-child nursing care: optimizing outcomes for mothers, children & families. Philadelphia: Davis Company. Wong, D. L., Perry, S. E., & Hockenberry, M. J. (2002). Maternal child nursing care. 2nd Ed. St. Louis: Mosby. Yumni, H. (2006). Pengaruh pendampingan suami terhadap proses persalinan kala I di empat klinik bersalin Sidoardjo & Surabaya. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan. Zwelling, E., & Phillip, C. R. (2001). Family centered maternity care in the new millenium: Is it real or is it imagines? Journal of Perinatal & Neonatal nursing, 15(3): 1-12.

Universitas Indonesia

Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Nama saya/peneliti adalah Restavia Widyaningsih. Saya mahasiswa di Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, dan sekarang sedang menempuh pendidikan S1 reguler tingkat akhir. Alamat saya di Jln Mampang Prapatan II RT 07/03 No.17, Jakarta Selatan. Saya dapat dihubungi di nomor Handphone 085781624268. Penelitian ini merupakan bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Strata1 (S1) saya di Universitas Indonesia. Pembimbing saya adalah Ibu Imami Nur Rachmawati, S. Kp., M. Sc. Bapak yang terhormat, dengan ini saya memberitahukan bahwa saya sebagai peneliti bermaksud untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Sikap Suami terhadap Pendampingan Persalinan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap suami terhadap peran suami dalam pendampingan persalinan. Keterlibatan dalam penelitian ini dapat memberikan keuntungan pada Bapak yaitu secara langsung atau tidak langsung Bapak akan mulai berpikir tentang proses persalinan dan bagaimana mempersiapkannya dari sekarang. Jika ternyata Bapak memiliki keinginan yang besar untuk menjadi pendamping persalinan, Bapak juga bisa mempersiapkan diri Bapak secara fisik dan mental. Bapak dapat memiliki gambaran bagaimana peran yang dapat Bapak lakukan ketika mendampingi istri dalam proses persalinan. Penelitian ini menawarkan partisipasi Bapak untuk menjadi responden. Responden akan diminta untuk mengisi kuesioner. Kuesioner yang akan saya berikan terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan tentang demografi seperti usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia kehamilan istri. Bagian kedua berisi pertanyaan mengenai pengetahuan tentang pendampingan persalinan. Bagian ketiga berisi pertanyaan tentang perasaan dan keinginan suami untuk hadir dalam proses persalinan. Bapak diharapkan dapat menyelesaikan pengisian kuesioner ini antara 5-10 menit. Peneliti (saya) akan memberikan lembar persetujuan untuk menjelaskan bahwa keterlibatan Bapak dalam penelitian ini atas dasar sukarela. Saya akan menjaga kerahasiaan Bapak dan keterlibatan Bapak dalam penelitian ini. Nama Bapak tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang telah terisi hanya akan diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas Bapak. Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan Bapak akan ditampilkan dalam publikasi tersebut. Jakarta, 21 April 2012 Peneliti

Restavia Widyaningsih

xi Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

Lanjutan Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah membaca informasi tentang tujuan penelitian dan peran yang diharapkan dari saya (responden) di dalam penelitian ini, saya (responden) memahami bahwa penelitian ini menghormati hak-hak saya selaku partisipan. Dengan menandatangani lembar persetujuan ini, berarti saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara ikhlas tanpa paksaan dari siapapun.

Jakarta, ............................. 2012 Partisipan

(..............................................)

xii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

Lampiran 2. Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN Judul Penelitian: SIKAP SUAMI TERHADAP PENDAMPINGAN PERSALINAN

I.

Data Demografi

Petunjuk : isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Saudara dengan menuliskan jawaban pada titik-titik atau kolom yang sudah tersedia dengan memberikan tanda () 1. Kode Responden

:

2. Usia saat ini

:

< 20 tahun

21-30 tahun

31-40 tahun 3. Pendidikan Terakhir

:

< SD

> 40 tahun SMP-SMA

Akademi/Perguruan 4. Pekerjaan

5. Agama

:

:

6. Suku bangsa

:

PNS

Karyawan Swasta

Wiraswasta

Lain-lain ................

Islam

Protestan

Hindu

Budha

Jawa

Sunda

Batak

Betawi

Minang

Ambon

Lain-lain ................. 7. Usia kehamilan istri

:

0 - 3 bulan >3 – 6 bulan > 6 bulan

8. Kehamilan istri

:

merupakan kehamilan ke-

pertama kedua ketiga atau lebih

9. Jumlah anak yang dimiliki

:

Katholik

satu

dua

tiga

> empat

xiii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

Lanjutan Lampiran 2 Kuesioner 1 : Pendampingan Persalinan Berilah pendapat Saudara dengan memberi tanda ( ) pada pilihan jawaban yang tersedia untuk: B = Benar S = Salah

No 1

Pernyataan Selama persalinan, ibu dapat didampingi oleh suaminya, ibunya, atau saudara lainnya.

2

Mendampingi selama proses persalinan berarti menunggui istri di luar ruang bersalin.

3

Suami dapat bertanya kepada penolong persalinan tentang kondisi istrinya dan tindakan medis yang dilakukan.

4

Hanya suami yang dapat mendampingi proses persalinan.

5

Suami harus berada di dalam ruang bersalin jika ingin mendampingi istri bersalin.

6

Suami bisa menemani istri ketika istrinya ingin berjalanjalan di sekitar kamar bersalin.

7

Suami dapat membantu memantau kondisi istri secara langsung dalam persalinan dengan memperhatikan kontraksi yang dirasakan oleh istrinya.

8

Peran yang dapat dilakukan suami saat mendampingi istri adalah memberikan semangat, pujian, dan dorongan kepada istri.

9

Suami tidak mendapat izin dari perawat atau bidan untuk menemani istri ketika pergi kamar mandi.

10

Suami dapat membantu memberikan pijatan lembut di bagian perut dan punggung istrinya untuk memberikan rasa ketenangan saat proses persalinan.

xiv Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

B

S

Lanjutan Lampiran 2 Kuesioner 2 : Skala Partisipasi Persalinan Berilah pendapat Saudara dengan memberi tanda ( ) pada pilihan jawaban yang tersedia untuk: SS

= Sangat Setuju

S

= Setuju

TS

= Tidak Setuju

STS

= Sangat Tidak Setuju

No 1

Pernyataan

SS

Saya ingin hadir saat kelahiran bayi saya.

2

Saya merasa siap untuk berperan sebagai

S

pendamping persalinan. 3

Alasan satu-satunya saya akan hadir menyaksikan proses persalinan karena keinginan saya sendiri.

4

Saya yakin tidak akan emosional selama proses atau setelah melahirkan.

5

Hadir selama persalinan tidak mengubah komitmen saya untuk menjadi ayah.

6

Saya ingin membantu istri saya dari awal hingga akhir proses persalinan.

7

Saya merasa bahwa saya adalah orang terbaik untuk menjadi pendamping istri saya selama persalinan.

8

Saya akan hadir selama persalinan hanya karena istri saya yang mengharapkan saya menjadi pendampingnya.

9

Saya lebih suka mendampingi istri saya hingga bayi saya lahir saja, dan setelah itu saya keluar dari ruang bersalin.

xv Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

TS

STS

Lanjutan Lampiran 2

No 10

Pernyataan

SS

S

Saya khawatir jika saya menjadi lebih emosional ketika melihat bayi saya lahir.

11

Saya hanya akan hadir setelah anak saya lahir dan tidak menyaksikan proses persalinan dari awal.

12

Saya merasa mual jika membayangkan hadir pada proses persalinan.

13

Saya merasa dapat menjadi pendamping persalinan yang baik.

14

Saya ingin membantu pasangan saya dengan latihan pernapasan dan cara menenangkan emosi ( teknik relaksasi).

15

Saya merasa yakin bahwa jika ada masalah timbul selama proses persalinan, masalah itu akan ditangani oleh tenaga kesehatan profesional yang terlatih.

16

Saya yakin bahwa saya bisa membantu pasangan saya dan penolong persalinan (bidan atau perawat).

17

Saya akan memilih untuk tidak hadir selama persalinan.

18

Salah satu kekhawatiran saya adalah kehadiran saya dalam proses persalinan hanya sia-sia saja dan malah menjadi penghambat saat penanganan proses persalinan.

19

Saya akan mengizinkan penolong persalinan untuk memberikan dukungan yang dapat menenangkan istri saya.

20

Tidak penting bagi suami untuk menghadiri kelas atau kursus untuk persiapan persalinan.

xvi Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

TS

STS

Lanjutan Lampiran 2 No 21

Pernyataan

SS

S

Hadir dalam proses persalinan adalah tahap awal yang terbaik untuk menjadi seorang ayah.

22

Saya tidak ingin membantu selama persalinan jika saya hadir dalam proses persalinan.

23

Saya takut jika saya tidak bisa beradaptasi dengan baik selama proses persalinan.

24

Akan lebih baik jika ibu atau saudara istri saya yang menjadi pendamping persalinan.

25

Alasan saya hadir selama proses persalinan karena saya yang menginginkannya.

** SELESAI ** _TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA_

xvii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

TS

STS

xviii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

xix Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

xx Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

Lampiran 5. Laporan Jadwal Kegiatan Penelitian

Laporan Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan

Jan Februari M aret April M ei Juni 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Penyusunan Proposal Mengurus perizinan ke lokasi penelitian Survei ke lokasi penelitian Uji Validitas dan reliabilitas Pendekatan dengan calon responden Pengambilan data Pengecekan ulang Pengolahan data Penyusunan Laporan Penelitian

xxi Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Personal Nama Lengkap

: Restavia Widyaningsih

Tempat Tanggal Lahir

: Jakarta, 19 Januari 1991

Kewarganegaraan

: Indonesia

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Jl. Zeni I AD RT 007/03 no. 17 Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

No. HP

: 085781624268

E-Mail

: [email protected]

Agama

: Islam

RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 2008-2012

Tingkat Pendidikan

Nama Institusi Pendidikan

Sarjana Strata 1

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Perguruan Tinggi

Indonesia

2005 – 2008

Sekolah Menengah Atas

SMA Negeri 28 Jakarta Selatan

2002 – 2005

Sekolah Menengah Pertama

SMP Negeri 41 Jakarta Selatan

1996 – 2002

Sekolah Dasar

SDN Mampang Prapatan 02 pagi

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya Jakarta, 13 Juli 2012

Restavia W

xxii Sikap suami..., Restavia Widyaningsih, FIK UI, 2012.

Related Documents


More Documents from "Dimas Eka Avianto"