Obama Dan Kearifan Besakih

  • Uploaded by: sabil
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Obama Dan Kearifan Besakih as PDF for free.

More details

  • Words: 1,049
  • Pages: 3
Obama dan kearifan Besakih Oleh : Roni Basa Besakih, 5 Syawal 1429 H

Hujan yang mengguyur Klungkung semalaman penuh membuat saya tertidur dengan pulas. Musim hujan di Bali kali ini tidak sesuai dengan ramalan tanggal dari Pedandë Pura setempat, juga dikarenakan adanya upacara Wuntal Jagad di Kintamani. Sawah dan ladang hanya mengandalkan aliran air dari subak membuat hamparan sawah tidak penuh tertanami. Beberapa orang yang saya temui kemarin di bêdangin (Bali; timur) memberitahukan permukaan air sumber mata air surut dengan drastis tahun ini. Debit peruntukan minum, mandi, cuci, kakus dan keperluan sawah mulai tidak dapat terpenuhi, warga mensubsidi keperluan air harian dengan membelinya dari pedagang. Anak Agung Agus Warma beberapa kali membangunkan saya dengan susah payah. Perbedaan waktu memaksa saya untuk segera beradaptasi mengatur waktu shalat subuh, itu juga yang mengakibatkan saya tertidur kembali setelahnya. Gung Agus-panggilan sehari-hari Anak Agung Agus Warma- mengajak saya mengunjungi Pura Besakih. Menurutnya berkunjung ke Bali untuk keperluan apapun belum lengkap jika belum berkunjung ke Pura terbesar di Bali itu. Saya fikir memang tidak ada salahnya jika ajakannya disikapi dengan serius, toh sudah cukup banyak juga materi riset terkumpul. Dari Klungkung perjalanan ke Besakih memerlukan waktu satu setengah jam arah Utara. Dari sekian banyak obyek Wisata Bali, Pura Besakih masih aktif digunakan untuk keperluan peribadatan. Per-sembahyang-an berskala lokal, regional dan nasional seringkali terpusat di Pura Besakih. Intensitas per-sembahyang-an nya tidak pernah terlihat berhenti, hampir tiap hari upacara peribadatan dapat dilihat. Untuk keperluan penobatan Pedandë, Pura Besakih dianggap akan memberikan berkah tersendiri baginya agar selalu mendapat cerah nirwana dan diselimuti selendang harum Betari. Pura Besakih -bukan saja akibat tragedi bom Bali-sebenarnya, tertutup secara sosial untuk umum kecuali kepentingan peribadatan. Hal itu yang mengakibatkan Pura Besakih semakin menarik peminat pelancong. Pesona historis bercampur magis, keindahan arsitektural yang menyatu dengan hukum sosial, pemujaan dengan ribuan pen-hamba-an, kesucian peribadatan di tengah-tengah pertarungan diakletika jaman, eksistensi monumen anak manusia dalam lembaran rencana masa depan yang berusaha menjadi pasti. Alasan-alasan profetik plus efek traumatik bom Bali menjadikan Pura Besakih menjadi “tertutup” bagi kepentingan apapun kecuali peribadatan. Pemeriksaan Kartu Tanda Penduduk, kelengkapan berkendaraan, dan barang bawa-an dilakukan berulang kali di beberapa pos pemeriksaan. Pemeriksaan ini juga terkait dengan retribusi tiket masuk kawasan Pura. Satu, dua, sampai tiga kali pungutan retribusi dilakukan. Dari mulai retribusi parkir, tiket masuk per-orang-an sampai dengan kewajiban memakai kain sarung yang juga harus membayar retribusi sewanya.

cakra bagaskara manjer kawuryan

“Saya merasa prihatin dengan perkembangan Besakih setahun terakhir ini” Gung Agus mengawali. Saya kira pernyataan Gung Agus tidak dapat dianggap sekedar refleksi sosial lokalit, pemahamannya tentang budaya dan peta antropologi di tanahnya cukup didukung dengan pemahaman akademis. “Kenapa dengan Besakih setahun ini?” , saya bertanya datar. “Kamu rasakan perjalanan kita semenjak memasuki kawasan Besakih tadi?. Percayalah, semua prosedur keamanan dan finansial yang kita lewati, dari pos pertama pemeriksaan ID sampai dengan penyewaan kain sarung, itu semua tidak pernah ditemui sebelumnya. Semua orang kiranya bersepakat membangun habitat sosiologis baru.”, Gung Agus melayangkan pandangan kesekitarnya dengan seksama. Saya kira pengamatannya kali ini bermuatan kesedihan mendalam dari seorang anak negeri. Tapi nyatanya saya salah, pernyataan terakhirnya berkaitan dengan habitat sosiologis baru tidak dapat dianggap sebagai kesedihan parsial-nasional semata. Besakih ialah bagian dari Bali, Bali adalah bagian dari Indonesia, dan Indonesia tentu saja merupakan komponen habitat sosiologis dunia. Dan berbicara tentang habitat, sosiologis, kompleksitas kajian serta skala geografisnya bukan hal yang sembarangan. Menuju komplek Pura Besakih dari gerbang masuk tidak diperkenankan menggunakan kendaraan apapun. Setiap pengunjung, siapapun ia harus mau berjalan kaki. Pakaian dimaklumkan apa saja, namun memakai celana pendek akan dianggap sikap yang tidak etis. Wajah Gung Agus menyiratkan ketidakpuasan. Di gerbang masuk tadi sempat dia berbincang dengan aparat kepolisian dan warga setempat yang bertugas mengatur pengunjung. Sambil membenah ulang kain sarung Gung Agus kembali mengungkapkan kesedihannya. “Kain sarung ini ialah hal yang kami uleti saat membuatnya, kami kagumi setiap coraknya, kami patuhi nilainya, kami banggakan norma identitasnya, kami jadikan entitas antropolis. Sekarang jaman hampir melibas keutuhan warna, motif dan unikfikasinya.” “Maksudnya Gung?” “Kalau kamu memang pernah ke Palembang, kamu semestinya memahami arti benteng Kuto Besa’. Kamu juga semestinya faham arti rencong bagi Aceh, Badik untuk Kalimantan, keris bagi orang Jawa, kujang bagi orang Sunda dan sepatutnya kamu memahami mega mendung bagi orang Cirebon. Sama halnya dengan kain sarung bagi kami. Dan semuanya lantas seolah sirna sebab Barack Obama”. “Bentar Gung, apa hubungan ini semua dengan Obama?, Obama itu lahir 47 tahun yang lalu, sedangkan Besakih ribuan tahun lahir sebelumnya. Bagaimana bisa itu terjadi?”. “Kamu belum faham juga rupanya. Masa kampanye pemilu di Amerika sana diawasi ketat perkembangannya oleh Wall Street. Obama dengan isu utama reformasi biru ekonominya membuat pilar-pilar gedung bursa itu bergetar gak stabil. Dolar yang jadi barang mainan mereka itulah yang membawa dampak buat Besakih. Instabilitas nilai tukar dan belinya membuat Besakih jadi lupa akan identitas budayanya. Sekarang Besakih mendolarkan setiap jengkal tanahnya,setiap nilai identitasnya.”

cakra bagaskara manjer kawuryan

Sedemikian hebat Obama memberikan dampak bagi kearifan Besakih. Tidak lantas menjadikan Obama begitu saja memikirkan Besakihnya Indonesia sampai sedemikian rupa, jika sekedar dia pernah tinggal di Indonesia. Apa yang dapat difahami oleh anak berumur sepuluh tahun pada tahun 1960 an dari Indonesia. Apalagi ia sendiri tidak benarbenar menjadi anak Indonesia. Tidak lantas membawa kesejahteraan bagi Besakihnya Indonesia sampai empat penjuru mata anginnya, jika sekedar namanya Barack yang dalam bahasa Shawali berarti berkah. Lagipun dalam “The Blue Print for Change” nya, Obama hanya mengatakan “I’m in this race to take those tax breaks away from companies that are moving jobs overseas and put them in the pockets of hard working Americans who deserve it. And I won’t raise the minimum wage every ten years – I will raise it to keep pace so that workers don’t’ fall behind. That is why I am in it. To protect the American worker. To fight for the American worker.” Jadi Besakih tidak punya cukup alasan untuk Ge-Er lantas jadi lebay berfikir Obama perduli untuk setiap jengkal tanahnya, untuk setiap pekerja di wilayah sosioantropologisnya, pada setiap nilai, norma dan etitas Besakihnya. Sebab Obama tidak pernah juga menyatakan ”….. That is why I am in it. To protect the Besakih worker. To fight for the Besakih worker.” Itu juga yang menjadi alasan kuat untuk tidak men-dolarkan setiap entitas-identitas komunal maupun personal, sebab hanya pelacur yang melakukannya. Gung Agus tersedak minuman dingin saat saya menyatakan pendapat terakhir saya itu. Om santi…santi….santi…oom…

cakra bagaskara manjer kawuryan

Related Documents

Obama Dan Kearifan Besakih
December 2019 25
Kearifan Hidup
June 2020 13
Kearifan Tradisional
May 2020 25
Kearifan Lokal
August 2019 41
Kearifan Lokal.docx
November 2019 26

More Documents from ""

Hamukti Wiwaha
December 2019 35
Simulakra
December 2019 32
Zero Deforestation
December 2019 41
Manifesto Vagy
December 2019 29
Syair Mahabbah
December 2019 39