PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN FESES DALAM KEBIDANAN D I S U S U N Oleh : Kelompok : 3 Ketua Kelompok Wakil Anggota
: Nurul Maghfirah : Putri Wahyuni : Nazia Fitri : Safarani
Ruang Pembimbing
: I.B : Salamah STr.Kb, MKM
AKADEMI KEBIDANAN DARUL HUSADA SIGLI 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Persiapan dan Pengambilan Spesimen Feses dalam Kebidanan”. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Sigli,……Mei 2018
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
BAB I
: PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang ...................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................. C. Tujuan ...................................................................................
1 1 2 2
BAB II
: PEMBAHASAN ........................................................................ A. Pengertian Feses ................................................................... B. Macama-Macam Fases ......................................................... C. Bau Fases .............................................................................. D. Dekomposisi Tinja ................................................................ E. Feses Normal ........................................................................ F. Pengambilan Sampel Fases ................................................... G. Jenis Pemeriksaan Feses ....................................................... H. Tabel Pemeriksaan ................................................................ I. Analisis Spesismen ...............................................................
3 3 3 5 5 6 7 9 20 22
BAB III : PENUTUP.................................................................................. A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran .....................................................................................
27 27 28
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
29
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah tentang feses untuk memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam pemeriksaan feses ini dapat penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit. Agar para tenaga teknis laboratorium dan mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1.
Apakah pengertian dari fases ?
2.
Apa saja macam-macam feses ?
3.
Bagaimana dekomposisi dari feses ?
4.
Bagaimanakah feses manusia yang normal ?
5.
Bagaimanakah cara pengambilan sampel fases yang benar ?
6.
Apa saja jenis pemeriksaan sampel fases ?
7.
Apakah tujuan dari pemeriksaan feses ?
8.
Bagaimana cara penyimpanan dan pengiriman feses yang benar
1
C. Tujuan 1.
Untuk mengetahui pengertian feses
2.
Untuk mengetahui macam-macam feses
3.
Untuk mengetahui dekomposisi dari feses
4.
Untuk mengetahui feses manusia yang normal
5.
Untuk mengetahui cara pengambilan feses yang benar
6.
Untuk mengetahui berbagai jenis pemeriksaan sampel feses
7.
Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan feses
8.
Untuk mengetahui cara penyimpanan dan pengiriman feses yang benar
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Feces Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses
terganggu,
menyebabkan
menurunnya
waktu
dan
meningkatnya
frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret. Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas
indol,
skatol,
sterkobilinogen
dan bahan
patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu. B. Macam – Macam Warna Feses Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna
3
dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.
Warna Kuning Kecoklatan Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya
adalah warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.
Warna Hitam Feses berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah
atas, kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis). Warna Hijau Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.
Warna Merah Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi
oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit,
4
makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
Warna Abu-abu / Pucat Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan
? Kali ini feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.
C. Bau Feses Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa
seperti indole, skatole,
dan thiol (senyawa
yang
mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
D. Dekomposisi Tinja Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;
Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik,
5
yakni dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen. Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang bersifat predator dan merusak. Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur tanaman (fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
E. Feses normal Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan
6
sisa sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
F. Pengambilan Sampel Faces Indikasi Pemeriksaan a.
Adanya diare dan konstipasi
b.
Adanya ikterus
c.
Adanya gangguan pencernaan
d.
Adanya lendir dalam tinja
e.
Kecurigaan penyakit gastrointestinal
f.
Adanya darah dalam tinja
Syarat pengumpulan feces a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es. b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan. c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher e. Pasien konstipasi Waktu Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar. Alat-alat a.
Sarung tangan
b.
Spatel steril
c.
Hand scoon bersih
d.
Vasseline
e.
Lidi kapas steril
f.
Pot tinja
7
g.
Bengkok
h.
Perlak pengalas
i.
Tissue
j.
Tempat bahan pemeriksaan
k.
Sampiran
Cara kerja Prosedur pengambilan feses pada dewasa : a.
Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b.
Menyiapkan alat yang diperlukan
c.
Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
d.
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e.
Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f.
Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g.
Buang alat dengan benar
h.
Cuci tangan
i.
Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j.
Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak
mampu defekasi sendiri: a.
Mendekatkan alat
b.
Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c.
Mencuci tangan
d.
Memasang perlak pengalas dan sampiran
e.
Melepas pakaian bawah pasien
f.
Mengatur posisi dorsal recumbent
g.
Memakan hand scoon
h.
Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
8
i.
Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j.
Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k.
Melepas hand scoon
l.
Merapikan pasien
m. Mencuci tangan Prosedur pengambilan feses pada bayi : a.
Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
b.
Menyiapkan alat yang diperlukan
c.
Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
d.
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e.
Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f.
Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g.
Buang alat dengan benar
h.
Cuci tangan
i.
Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j.
Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
G. Jenis Pemeriksaan Feses Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
9
1.
Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia. a. Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella. syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses : a.
Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
b.
Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es
c.
Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
d.
Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang bercampur darah atai lendir
e.
Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.
f.
Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
g.
Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
h.
Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar
i.
Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara
makroskopis dengan sampel feses.
10
a. Pemeriksaan Jumlah Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat. b. Pemeriksaan Warna a) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. b) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. c) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. d) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. e) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena. c. Pemeriksaan Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein
11
yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja. d. Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus e. Pemeriksaan Lendir a. Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. b. Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. c. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja. d. Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas. e. Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal. f. Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc. g. Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
12
f. Pemeriksaan Darah. Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. a. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. b. Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya. g. Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak. h. Pemeriksaan Parasit Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses. i. Pemeriksaan adanya sisa makana Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butirbutir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
13
b. Pemeriksaan mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut. pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing. a. Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit. b. Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus,
Enterobius
vermicularis,
Trichuris
trichiura,
Strongyloides stercoralis dan sebagainya. c. Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan. Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass. d. Eritrosit Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
14
e. Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal. f.
Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
g. Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak. h. Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba i. Jamur 1) Pemeriksaan KOH Pemeriksaan
KOH
adalah
pemeriksaan
tinja
dengan
menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
15
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi. Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga. c. Pemeriksaan kimia Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya
Darah Samar,
Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja a. Darah samar Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari. Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah
guajac
tes,
orthotoluidine,
orthodinisidine,
benzidin
tes
berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb).
16
I.
Metode benzidine basa a. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih. b. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali. c. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau. d. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu e. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur. f. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur. g. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama ) Catatan : Hasil dinilai dengan cara : Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau hijauüPositif ( +) (2+) biru bercampur hijauüPositif (3+) biruüPositif Positif (4+) biru tua
II.
Metode Benzidine Dihidrochlorida Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.
III.
Cara Guajac Prosedur Kerja : a.
Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.
b.
Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur.
c.
Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
17
d.
Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu. Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
b. Urobilin Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik. Prosedur kerja : 1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja 2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya 3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam 4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah c. Urobilinogen Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan
dengan
angka
mutlak
jumlah
urobilinogen
yang
diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian
ekskresi
urobilin
pemeriksaan urobilin urin.
18
dapat
dilakukan
dengan
melakukan
d. Bilirubin Pemeriksaan
bilirubin
akan
beraksi
negatif
pada
tinja
normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet
2.
Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces melalui biakan
Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan feses rutin
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum pemberian anti biotik.
Alat-alat :
-lidi kapas steril
-pot tinja Cara kerja : a)
Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh tercemar urine
b)
intruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja ( kira kira 5gram )
c)
tutup pot dengan rapat
d)
Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen
e)
Waktu
yang
dibutuhkan
untuk
pemeriksaan
feses
:
Umumnya dilakukan di rumah/laboratorium (Bila di rumah, feses sebaiknya dibawa ke laboratorium, kurang dari 1 jam)
19
H. Tabel pemeriksaan
Maskroskopi Penyebab Butir, kecil, keras, warna Konstipasi tua
Catatan Pada keadaan usus besar yang sensitive keadaan dapat diselingi diare yang cair atau berlendir
Volume besar, berbau dan Malabsorpsi zat lemak atau Ekskresi lemak 6 g/hari mengambang protein merupakan hal yang abnormal; mungkin terdapat pada penyakit usus halus primer, fibrosis kistik, pankreastitis, sindroma post-gastrektomi, penyumbatan saluran empedu Rapuh dengan lender tanpa Sindrom usus besar yang Dengan tinja yang agak darah mudah terangsang inflamasi terbentuk, sering diawali dangkal dan difus, adenoma kelainan fungsi dengan jonjot-jonjot Inflamasi usus besar; tifoid, Rapuh dengan darah dan shigella, amebeasis,tumor Darah tanpak lebih nyata lender ganas dari pada lender Infeksi non-invasif (cholera, Volume besar, cair, sisa e.coli keadaan toksik, padat sedikit keracunan makanan oleh stafilikok, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan) Devertikulitis atau abses Rapuh, mengandung nanah lain, tumor nekrotik, parasit atau jaringan nekrotik obtruksi saluran makan Agak lunak, putih abu-abu barium sedikit
20
Dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
Untuk parasit perik salah tinja selagi masih panas
Bilirubin serum biasanya abnormal
Tabel : gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik tinja
Warna Coklat, coklat tua kuning coklat Coklat tua sekali
Tidak patologis Oksidasi normal dari pigmen empedu Dibiarkan lama di udara Makanan yang mengandung banyak daging
Patologis
Makan besi, bismut Hitam Makan kokoa Abu-abu Abu-abu muda sekali
Hijau atau kuning hijau
Makanan mengandung banyak bahan susu barium Makanan yang mengandung banyak bayam, sayuran hijau lain. Pencahar yang barasal sayuran Makanan yang mengandung banyak lobak merah (biet)
Merah
Perdarahan di saluran cerna bagian proksimal steatore (konsistensi seperti bubur dan berbuih) Obtruksi saluran empedu
Makanan melalui usus dalam waktu cepat hingga pigmen empedu belum sempat teroksidasi Perdarahan yang berasal dari saluran cerna bagian distal
Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja Kategori Osmotic
Kondisi khusus Defisiensi disakaridase (intoleransi terhadap laktosa) Disakarida dalam buncis atau kacang-kacangan lain yang tidak dapat dicerna Pencahar berupa larutan garam
Sekretorik
Setelah makan bahan pemanis buatan yang tidak dapat dicernakan toksin berasal dari kuman (kolera, E.coli, keracunan makanan 21
Hal lain Gejalan setelah makan makanan yang berasal dari susu Perut kembung, lazim dengan “gas”. Kadangkadang diselingi konstipasi pencahar yang tidak benar Riwayat sakit dan gejala ulkus peptikum Dampak osmotic dari antasid Riwayat jenis makanan menentukan diagnose Epidemiologi lebih penting daripada biakan tinja Gejala sistemik lain lazim
Perubahan struktur atau fungsi
Kerusakan mukosa
yang mengandung stafilokok Hormone yang enteroaktif (gastrin pada sindrom) Zollinger-Ellison; serotonin ? zat lain pada sindroma karsinoid Sindroma malabsorpsi lemak, protein Perangsangan oleh asam empedu Reseksi usus Fistel enterokolon Sindroma usus besar yang sensitive
Penyakit inflamasi usus besar (sindroma crohn, colitis ulseratif) Kuman yang invasif (beberapa jenis shigella, salmonella, ameba kampilobakter) Kolitis pseudo membranosa
didapat. Bau busuk merupakan gejala yang umum dari malnutrisi oleh kalori atau protein Setelah reseksi dari usus halus Pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus halus
Dapat diduga dari riwayat penyakit. Komplikasi dari penyakit divertikulum atau penyakit inflamasi usus besar Patofisiologi masih belum jelas Perdarahan; rasa nyeri, berat badan mungkin menurun Biakan tinja berguna pada permulaan penyakit Sering didapat setelah penggunaan antibiotic yang mempunyai rentang spectrum lebar Dapat merupakan penyulit pada uremia, gagal jantung kongestif; iskemia intestinal
I. Analisis Spesimen feses Analisa specimen feses dapat memberikan informasi meliputi proses tentang kondisi kesehatan. Beberapa tujuan pemeriksaan feses meliputi : a. Untuk menentukam adanya darah samar (tersembunyi) perdarahan dapat terjadi akibat adanya ulkus,penyakit inflamasi atau tumor. Pemeriksaan samar sering disebut sebagai tes uji guaiase, dapat dilakukan dengan cepat oleh perawat di klinik atau klien di rumah. Kertas guaiase yang di gunakan untuk pemeriksaan sensitive terhadap adanya darah dalam feses. Makanan tertentu,obat dan vitamin c dapat menjadikan pemeriksaan tidak akurat. Hasil positif palsu dapat terjadi bila klien baru memakan daging merah,sayuran atau 22
buah-buahan mentah atau obat-obatan tertentu yang mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan perdarahan, seperti aspirin atau abat anti inflamasi nonsteroid (Nonsteroidal antI-inflamatory drugs/NSAID) yang lain,steroid,sediaan besi dan anti koagulan. Hasil negatif palsu terjadi bila klien mengonsumsi lebih dari 50 mg vitamin c/hari dari semua sumber baik dari diet dan suplemen 3 hari sebelum pengukuran –sekalipun njika ada perdarahan. b. Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai contoh, jumlah lemak yang berlebihan pada feses (steatore) dapat mengindikasi absorbsi lemak yang terjadi pada usus halus. Penurunan jumlah empedu dapat mengiritasi obstruksi aliran empedu dari hati dan kandung kemih ke dalam usus. Untuk pemeriksaan jenis ini, perawat perlu mengumpulkan dan mengirim seluruh feses pada satu kali defekasi bukan sempel yang sedikit. c. Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit. ketika mengumpulkan spesimen untuk pemeriksaan parasit sample yang harus di bawa ke laboratorium masih baru. Biasanya, ada tiga spesimen feses yang di evaluasi untuk memastikan dan mengidentifikasi adanya organisme sehingga dapet disusun pengobatan yang sesuai. d. Untuk mendeteksi adanya bakteri atau virus. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan sedikit feses karena spesimen tersebut akan di kultur. Wadah atau
penampung
harus
steril
dan
teknik
aseptik
digunakan
saat
mengumpulkan spesimen. Feses perlu dikirim segera ke laboratorium. Perawat perlu membuat catatan pada slip permintaan laboratorium bila klien mendapatkan antibiotik. e. Hal – hal yang perlu diperhatikan Penyimpanan a)
Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
b)
Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c)
Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
23
Pengiriman a)
Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b)
Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth
f. Mengumpulkan spesimen feses Alat :
Pispot yang bersih
Sarung tangan
Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada tabung untuk kultur feses
Dua spatel
Tissue
Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
Penyegar udara
Pemeriksaan feses untuk darah samar
Alat:
Pispot yang bersih
Sarung tangan
Dua spatel
Tissue
Persiapan sebelum pemeriksaan : a.
Kumpulkan peralatan yang di perlukan
b.
Pasang tanda di kamar mandi klien bila diperlukan spesimen feses sesuai waktu
c.
Pelaksanaan
d.
Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut harus dilakukan dan apakah klien dapat bekerjasama.
e.
Berikan informasi dan interupsi kepada klien yang dapet berjalan
f.
Tujuan pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien dapat mebantu mengumpulkannya
24
g.
Defekasi pada pispot yang bersih
h.
Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi. Jika memungkinkan klien berkrmih dulu sebelum mengumpulkan spesimen
i.
Jangan membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena kandungan kertas dapat mempengaruhian alisis laboratorium
j.
Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama setelah mendapatkan spesimen dan segera dikirim ke laboratorium
k.
Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai. Ketika mengambil sampel feses yaitu saat membawa pispot klien, saat memindahkan sampel feses ke wadah spesimen, saat membuang sisa pada pispot, perawat melakukan teknik aseptik dengan cermat.
l.
Berikan privasi klien
m. Bantu klien yang memerlukan bantuan n.
Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di samping tempat tidur atau di bawah dudukan toilet di kamar mandi
o.
Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi rasa bau dan malu pada klien
p.
Pasang sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada tangan dan bersihkan klien sesuai dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi bila klien sering defekasi dan fesesnya cair.
q.
Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
r.
Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua feses ke dalam wadah spesimen, hati-hati agar tidak mengontaminasi bagian luar wadah. Jumlah desse yang dikirim bergantung pada tujuan pengumpulan spesimen feses. Biasanya pemeriksaan cukup membutuhkan 2 ,5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml fese cair. Untuk beberapa spesime waktu,seluruh feses
25
yang keluar mungkin perlu di kirimkan, mukius atau darah yang terlihat harus disertakan pada sampel. s.
Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan swab kedalam tabung periksa steril dengan menggunakan teknik steril.
t.
Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum membuangnya
kedalam
wadah
pembuangan.
Tindakan
ini
membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melui kontak dengan benda lain u.
Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
v.
Pastikan klien dalam keadaan nyaman
w. Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya x.
Lepaskan sarung tangan
y.
Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra indikasikan untuk klien (misalmnya semprotan yang meningkatkan dispenia)
z.
Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
aa. Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium dan pada label yang melekat di wadah specimen bb. Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau pemeriksaan parasit perlu segera dikirim. Bila tidak memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada beberapa institusi pendinginan di indikasikan karena perubahan bakteriologis terjadi pada spesimen feses dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam tempat pendingin yang berisi makanan dan obatobatan untuk mencegah kontaminasi.
26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh dan merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
2.
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu.
3.
Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
Syarat pengambilan feces yang harus diperhatikan yaitu : a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es. b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan. c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher e. Pasien konstipasi Pemeriksaan feses terbagi atas 2 yaitu pemerisaan feses lengkap dan pemerisaan kultur feses. Pemeriksaan feses lengkap terdiri dari pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia. Penyimpanan a) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang b) Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water c) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C Pengiriman a)
Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
27
b)
Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth
B. Saran Sebagai seorang mahasiswa analis kesehatan khususnya, kita seharusnya mempelajari tentang pemeriksaan feses yang benar sehingga jika praktiktikum maupun pemeriksaan langsung dapat melakukannya dengan benar.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.
Interpretasi
Hasil
Laboratorium
Sekret
{online}
(http://dokterindonesiaonline.com/2012/04/04/interpretasi-hasil-laboratoriumsekret/) Kusmiyati, Yuli. 2012. Keterampilan Dasar Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya Maryunani, Anik. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta : Trans Info Media Mayosinau.
2013.
Laporan
Praktikum
Pemeriksaan
Sputum
{online}
(http://mayosinau.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-pemeriksaansputum.html) Diakses tanggal 12 Maret pukul 19.02 WITA Uliyah, Musrifatul, dkk. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika Yansikha.
2013.
Laporan
Pemeriksaan
Feses
{online}
(http://yansikha.blogspot.co.id/2013/12/laporan-pemeriksaan-feses.html)
29