Metode Dan Bahan Snhl.docx

  • Uploaded by: Anonymous aElJjdxPu
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metode Dan Bahan Snhl.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 643
  • Pages: 3
Bahan dan metode Penelitian prospektif ini dilakukan pada bulan Februari 2013 dan Agustus 2014 terhadap 22 pasien yang telah menderita SNHL tanpa penyebab yang terdeteksi meski sudah menjalani pemeriksaan dan investigasi secara rinci. Semua pasien menandatangani informed consent untuk berpartisipasi dalam penelitian, dan persetujuan komite etik medis telah diperoleh dari institusi. Semua pasien memulai perawatan dalam minggu pertama timbulnya gejala. Pasien dengan riwayat operasi telinga tengah, trauma akustik atau barotrauma, gangguan pendengaran fluktuatif, radioterapi daerah kepala dan leher, kemoterapi, paparan agen ototoksik, pasien hamil, dan pasien yang menjalani perawatan untuk ISSHL sebelum memasuki protokol penelitian ini dieksklusi dari penelitian. Penilaian Audiologis Semua pasien dievaluasi untuk diagnosis dan pengukuran awal dengan metode standar audiometri nada murni, air dan bone conduction, serta speech audiometry, menggunakan audiometer klinis GSI61 (Grason-Stadler Inc., Eden Prairie, MNUS) sebelum perawatan, dan pada 1 minggu, 2 minggu, dan 1 bulan setelah awal perawatan. Rerata nada murni atau Pure tone average (PTA) dihitung sebagai rata-rata ambang yang diukur pada 0.5KHz, 1.0KHz, 2.0KHz, dan 4.0KHz (seperti yang dijelaskan oleh Haynes et al9). Diskriminasi ujaran diuji dengan menghitung persentase jawaban dari jawaban fonetis seimbang, daftar kata bersuku kata tunggal (versi bahasa Arab) .10 Lesi Retrokoklear dieksklusi pada semua pasien menggunakan respon auditorik batang otak (auditory brainstem response/ABR) (GSI Audera, Grason-Stadler Inc., Eden Prairie, MN US) dan MRI dengan kontras dari kanal auditori internal dan angulus cerebellopontine. Pelaporan Pemulihan Pendengaran Pemulihan total dipertimbangkan ketika PTA di 0.5KHz, 1.0KHz, 2.0KHz, dan 4.0KHz kembali dalam 20dB atau ke tingkat yang sama dari telinga kontralateral yang tidak terpengaruh. Perbaikan parsial adalah ketika peningkatan PTA di 0.5KHz, 1.0KHz,

2.0KHz, dan 4.0KHz sebesar ≤30dB dan ambang batas tidak dalam 20 dB atau tidak mencapai tingkat telinga kontralateral yang tidak terpengaruh. Jika tidak, PTA dianggap tidak membaik. Para pasien secara acak dialokasikan ke dalam 2 kelompok: kelompok A (11 pasien) yang mendapat 4 modalitas pengobatan simultan (SSs, ITSI, terapi antiviral, dan HOT); serta kelompok B (11 pasien) yang mendapat 3 modalitas pengobatan simultan (SS, ITSI, dan terapi antivirus), tanpa paparan HOT. Steroid sistemik (SS): diberikan dalam bentuk prednisolon oral 1 mg / kg (dosis maksimum 80 mg) selama 10 hari, dosis secara bertahap dikurangi dosis dalam 10 hari ke depan (25% dari dosis dalam 3 hari pertama, kemudian 25% dalam 3 hari ke depan, kemudian 25% dalam 4 hari terakhir, kemudian perlahan-lahan pemberian obat dihentikan). Injeksi steroid intratympanic (ITSI): diberikan di bawah pengaruh anestesi lokal saat pasien dalam posisi terlentang dengan kepala menoleh ~30 derajat menjauhi ahli bedah. Diberikan menggunakan jarum suntik spinal ukuran 22- (3,5 IN; 0,7 × 90 mm) atau 25-, 0,4-0,6 ml kemudian methylprednisolone (Depo-medrol40mg / ml, EIPICO, Tanta, Gharbia, Mesir, dan Pharmacia & UpJohn, Kalamazoo , MI, US) disuntikkan ke dalam rongga timpani melalui kuadran posterior-inferiormembran timpani, di bawah visualisasi langsung melalui mikroskop operasi, Sebelumnya, obat disesuaikan dengan suhu tubuh sebelum injeksi untuk menghindari vertigo. Pasien berada dalam posisi yang telah dijelaskan sebelumnya, selama hingga ~30 menit setelah injeksi. Injeksi intratympani diberikan segera setelah pasien dievaluasi dan didiagnosis secara audiologis dan setelah pengecualian radiologis lesi retrokoklear. Satu dosis diberikan, dan pasien dievaluasi setelah satu minggu. Jika tidak ada perbaikan atau perbaikan parsial, diberikan dosis tambahan lainnya. Obat antiviral: acyclovir 500 mg TDS selama 1 minggu. Terapi oksigen hiperbarik atau hyperbaric oxygentherapy (HOT): pasien menghirup 100% oksigen melalui masker selama 60 menit di ruang hiperbarik (NHC-412-A,

NakamuraTekko-Sho, Tokyo, Jepang) dengan udara bertekanan pada 2.0atmosfer absolut (ATA ) selama 20 sesi, dengan 1 sesi harian. Istirahat di tempat tidurdan diet dengan restriksi garam disarankan untuk semua pasien di kedua kelompok. Semua pasien diberikan obatproton pump inhibitor (omeprazole dalam dosis 40 mg / hari) sebagai profilaksis gastroduodenal terhadap pemberian steroid. Analisis statistik dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS, versi 18.0. Uji chisquared (χ2) digunakan untuk perbandingan data non-parametrik, dan uji-t digunakan untuk data parametrik. Nilai p <0,05 dianggap signifikan secara statistik; dan digunakan 95% interval kepercayaan (95% CI) dan 80% power.

Related Documents


More Documents from "Karlina K"