SEORANG PEREMPUAN 49 TAHUN DENGAN RHINOSINUSITIS KRONIK Penguji: dr, Anna Mailasari Sp.THT-KL Msi.Med Pembimbing: dr. Windy Rizkiana Dibacakan oleh: Aldwin Arwidyardi Sukahar 22010117210008
PENDAHULUAN
2
RHINOSINUSITIS KRONIK Rhinosinusitis kronis (RSK): kondisi inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang persisten selama minimal 12 minggu Karakteristik : dua atau lebih gejala nasal/sinus melibatkan: obstruksi nasal, discharge nasal: ± nyeri pada wajah ± disfungsi olfaktori
Temuan endoskopis - Nasal polip dan/atau - Discharge mukopurulen dari meatus medius dan/atau - Edema/obstruksi mukosa meatus media 3
RHINOSINUSITIS KRONIK Faktor Risiko: genetik, lingkungan, serta komorbid lain
Studi cross sectional RSK terjadi penurunan kualitas hidup
4
Epidemiologi RSK Prevalensi RSK di Amerika
13-16 %
Departemen THT-KL RS Cipto Mangunkusumo RSK 300 penderita (69%)
Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014 204 kasus (13,01%) dari 1567 pasien rawat jalan
5
Poliklinik THT-KL RSUP DR Sardjito tahun 2006-2007 118 kasus ( 42%)
Anamnesis
PF
Diagnosis
PP 6
TUJUAN Untuk mengetahui dan memahami diagnosis dan pemeriksaan Rhinosinusitis Kronis Untuk mengetahui dan memahamitatalaksana Rhinosinusitis Kronis
MANFAAT Mengetahui dan memahami diagnosis dan pemeriksaan Rhinosinusitis Kronis Mengetahui dan memahami tatalaksana Rhinosinusitis Kronis
7
LAPORAN KASUS
8
IDENTITAS Nama
: Ny.S
Umur
: 49 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Genuk, Semarang
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pendidikan
: SMA (tamat)
Datang ke poli BKIM
: 03 September
No. CM
: 227476
9
ANAMNESIS Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada tanggal 03 September 2018 di BKIM Keluhan Utama: Hidung kanan dan kiri tersumbat
± 4 bulan sebelum masuk RS, pasien mengeluh hidung kanan dan kiri buntu, kurang penciuman , berbau dan mengeluarkan ingus kental, berwarna kuning, dan berbau, keluar teutama pada saat pas Pasien merasakan nyeri pada kedua pipi, lendir mengalir di tenggorokan. Pasien mengeluhkan nyeri kepala yang dirasakan hilang timbul. Keluhan – keluhan tersebut dirasakan memberat apabila psien sedang melakukan aktivitas.Keluhan demam disangkal. Pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan obat antibiotik namun keluhan tersebut belum membaik.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan dirasakan semakin
memberat. Pasien mengeluhkan hidung kanan dan kiri buntu dan semakin memberat, pasien mengeluarkan ingus dari hidung kanan dan kiri yang berwarna kuning kental,berbau, dan merasakan lendir yang mengalir dari tenggorokan.Pasien mengeluh nyeri kepala yang dirasakan semakin memberat. Keluhan - keluhan tersebut dirasakan memberat apabila pasien sedamg melakukan aktivitas Pasien juga mengeluhkan sakit gigi pada gigi kanan atas dan belum berobat ke dokter gigi. Keluhan bersin pada pagi hari, gatal pada hidung, dan ingus encer disangkal. Riwayat alergi, asma sebelumnya, dan trauma disangkal. Karena keluhan hidung buntu tidak membaik lalu pasien dibawa ke Klinik BKIM. 11
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat anggota keluarga yang
mengalami sakit serupa disangkal
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat sakit dengan keluhan serupa
sebelumnya (+) Riwayat alergi obat, debu, makanan disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat alergi disangkal RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Saat ini pasien tinggal berdua bersama suami yang masih bekerja sebagai pegawai swasta. Pembayaran menggunakan BPJS .
Kesan Ekonomi: Cukup
12
PEMERIKSAAN FISIK
13
KU Kesadaran Aktivitas Kooperatif
TD Suhu Nadi: RR BB TB
: Baik : Composmentis : Normoaktif : Kooperatif
: 120/70 mmHg : 36,5 °C 80 x/meni : 20 x/menit : 68 kg : 160 cm
STATUS
Kepala Kulit Mata
: Mesosefal : Turgor cukup : Conjunctiva palpebra anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorax Abdomen Ekstremitas Lain-lain
: kesan dalam batas normal : kesan dalam batas normal : kesan dalam batas normal :-
GENERALIS
14
TELINGA Bagian Telinga
Telinga Kanan
Telinga Kiri
Mastoid
Hiperemis (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), fistel(-), abses (-)
Hiperemis (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), fistel(-), abses (-)
Pre–aurikula
Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses (-), nyeri tekan tragus (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses (-), nyeri tekan tragus (-)
Retro–aurikula
Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses (-), nyeri tekan (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula (-), abses (-), nyeri tekan (-)
Aurikula
Normotia, Hiperemis (-), edema (-), nyeri tarik (-)
Normotia, Hiperemis (-), edema (-), nyeri tarik (-)
CAE / MAE
Membran timpani
Serumen (-), edema (-), hiperemis (-), Serumen (-), edema (-), hiperemis (-), furunkel (-), discharge (-), granulasi (-) furunkel (-), discharge (-), granulasi (-) Warna putih mengkilat, perforasi (-), reflek cahaya (+) arah jam 5, granulasi(-)
Warna putih mengkilat, perforasi (-), reflek cahaya (+) arah jam 7, granulasi(-)
15
HIDUNG Pemeriksaan Luar Inspeksi : Bentuk (N), simetris, deformitas (-), warna kulit sama dengan
Hidung
sekitar Palpasi : os nasal : deformitas (-/-), krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-), oedem (-/-)
Sinus Rinoskopi Anterior Discaj Mukosa Konka Inferior Tumor
Nyeri tekan (+), nyeri ketok (+) pada hidung sisi kanan dan kiri Kanan
Kiri
(+) mukopurulen
(+) mukopurulen
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
hipertrofi (+),oedem (-)
hipertrofi (+) , oedem (-)
Polip (-)
polip (-) Deviasi ke kiri
Septum nasi Fenomena palatal Diafanoskopi tidak dilakukan
Sulit dinilai
Sulit dinilai 16
TENGGOROK Orofaring
Palatum Arkus Faring Mukosa
Post nasal drip (+)
Simetris, hiperemis (-), fistula (-), stomatitis (-) Simetris, uvula di tengah, hiperemis (-), post nasal drip (+) Hiperemis (-), granulasi (-), eksudat (-) Ukuran T1, hiperemis (-), edema (-),
Ukuran T1, hiperemis (-), edema (-), Tonsil
permukaan rata, kripte melebar (-),
permukaan rata, kripte melebar (-),
detritus (-), membran (-)
detritus (-), membran (-) Peritonsil
Hiperemis (-), edema (-). Abses (-)
Refleks muntah
+
Nasofaring (Rinoskopi Posterior) : tidak dilakukan pemeriksaan Laringofaring (Laringoskopi Indirek) : tidak dilakukan pemeriksaan Laring (Laringoskopi Indirek) : tidak dilakukan pemeriksaan 17
Kepala dan Leher: Kepala Wajah Leher anterior Leher lateral Lain-lain Gigi dan Mulut Gigi geligi Lidah Palatum : Pipi
Lain-lain
:Mesosefal :Perot (-), simetris, deformitas (-) :Pembesaran nnll (-) :Pembesaran nnll (-) :(-) :Karies (-), gigi lubang (+) pada gigi 1.7 :Simetris, deviasi (-), stomatitis (-) Simetris,, hiperemis (-) :Mukosa buccal: hiperemis (-), stomatitis (-) :(-)
18
DIAGNOSIS DIFFERENTIAL DIAGNOSIS Rhinosinusitis akut berulang Rinitis akut bakteri
DIAGNOSIS SEMENTARA Rhinosinusitik kronik Konka hipertrofi kanan dan kiri 19
RENCANA PENATALAKSANAAN IpDx : S: O: X-foto sinusparanasal posisi waters Nesoendoskopi IpRx :
Non medikamentosa : Irigasi nasal rutin dengan Nacl 0,9% 5 kali sehari
20
RENCANA PENATALAKSANAAN EDUKASI : Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit yaitu Rhinosinusitis Kronis beserta kemungkinan penyebabnya. Menjelaskan mengenai obat, efek obat, cara pemakaian obat, dan efek samping yang mungkin muncul serta menjelaskan bahwa pasien perlu rutin mengonsumsi obat dan perlu untuk kembali kontrol setelah obat habis. Mengedukasi pada pasien untuk melakukan cuci hidung secara rutin sebanyak 5 kali sehari. Menjelaskan kepada pasien untuk istirahat yang cukup dan senantiasa mengonsumsi makanan sehat dan multivitamin. PROGNOSIS : Quo ad vitam Quo ad sanam Quo ad fungsionam
: Ad bonam : Ad bonam : Ad bonam
21
Tinjauan Pustaka
22
DEFINISI Rhinosinusitis Kronik (RSK) Kondisi inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang persisten selama minimal 12 minggu dan dikarakterisikan dengan adanya dua atau lebih gejala nasal/sinus
Gejala:
obstruksi nasal, discharge nasal, nyeri pada wajah, atau disfungsi olfaktori
23
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Biofilm mengurangi suseptibilitas terhadap antibiotik Bakteri eksotoksin respon inflamasi karena aktivasi Th2, eosinofil dan IgE
Hipotesa Fungi
Hipotesa Mikrobioma
Hipotesa Biofilm
Hipotesa Superantigen Eksotoksin Staphylococcus memperkuat respon eosinofil proliferasi sel T meningkat
24
DIAGNOSIS Berdasarkan EP3OS 2012, diagnosis RSK tegak bila gejala lebih dari 12 minggu, terdapat 2 atau lebih salah satunya berupa hidung tersumbat/obstruksi/kongesti atau discharge nasal anterior/posterior, dengan : ± nyeri wajah/rasa tertekan di wajah ± penurunan/hilangnya penghidu Dan salah satu dari temuan nasoendoskopi berupa: polip dan/atau sekret mukopurulen dari meatus medius, dan/atau edem atau obstruksi mukosa di meatus medius. Serta dan/atau gambaran tomografi komputer yaitu berupa: mukosa di nasal kompleks osteo-meatal dan/atau sinus 25
Serta tanda yang ditemukan pada pemeriksaan hidung, mulut, discharge di posterior, serta infeksi pada gigi. Tanyakan juga mengenai alergi
26
• Kongesti • Nasal fibrosis • Nasal poliposis
Obstruksi Nasal
Sekret nasal
• Obstruksi mukosa • Alterasi degeneratif mukosa
Nyeri/Tekanan Wajah • RSA terlokalisir • RSK difus, fluktuatif
• Anterior/post nasal drip • Discharge: encer – kental purulen
Abnormalitas Penciuman
ANAMNESIS
27
Rinoskopi Anterior
Rinoskopi Posterior
Kelainan rongga hidung edem konka, hiperemi, sekret (nasal drip), krusta, deviasi septum, tumor atau polip
Melihat patologi di belakang rongga hidung
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG Transiluminasi Endoskopi nasal Radiologi : X-Foto Polos, CT-Scan, MRI Pemeriksaan penunjang lain Tes alergi Tes fungsi mukosiliar Penilaian aliran udara nasal Tes fungsi olfaktori Sitologi nasal, biopsi, pungsi aspirasi dan bakteriologi Laboratorium
KOMPLIKASI Orbita
Oseus/tulang
• Selulitis preseptal, orbita • Abses subperiosteal, orbita • Trombosis sinus kavernosus
• Osteomielitis maksila, frontal
Intrakranial
Lain-lain
• Abses epidural/subdural, meningitis, serebritis
• Abses glandula lakrimalis, perforasi septum nasi, hilang lapangan pandang, mukocele, septikemia
TATALAKSANA
31
FARMAKOTERAPI
32
KORTIKOSTEROID DEKONGESTAN Perangsang reseptor α-adrenergik (vasokonstriktor) kurangi edem patensi airway kembali Penggunaan maks 5 hari Rhinitis medikamentosa
Mengurangi inflamasi kurangi pengaruh eosinofil, sensitivitas reseptor kolinergik kurangi sekresi mukosa.
MEDIKAMENTOSA
ANTIHISTAMIN
ANTIBIOTIK
Efek anti kolinergik mengurangi sekresi kelenjar
Dapat diberikan topikal maupun sistemik. Topikal meningkatkan konsentrasi obat yang lebih tinggi dan aksi langsung pada lokasi infeksi 33
IRIGASI NASAL
Sebagai tatalaksana suportif.
Irigasi nasal membantu membersihkan secara mekanik mukosa, patogen infektik, dan mediator inflamasi serta meningkatkan frekuensi laju silia.
Penggunaan larutan yang rendah garam, isotonis berhubungan dengan penurunan antigen mikroba secara langsung dan cepat. 34
PEMBAHASAN
35
Perempuan 49 tahun
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik 36
• Hidung tersumbat kanan dan kiri + 4 bulan yang lalu • Hidung kanan dan kiri tersumbat • Keluar ingus kuning kental dan berbau • Penciuman terganggu • Nyeri pada kedua pipi • Lendir mengalir di tenggorokan • Gigi berlubang di rahang kanan atas • Nyeri Kepala
• Cairan mukopurulen (+/+) • Konka Hipertrofi (+/+) • Septum deviasi ke kiri
Hidung tersumbat
Rhinosinusitis kronis (EP3OS 2012)
discharge hidung anterior
konka hipertrofi dengan permukaan tidak rata.
37
Terapi : Cefradroxil 500 mg 2x 1, Metil Predinsolon 8 mg 2x 1, Tremenza tab 3x1, Asam mefenamat 3x1, N acetil sistein 200 mg 3 x 1
Edukasi : Rutin melakukan cuci hidung/irigasi nasal secara rutin 5 kali sehari
TATALAKSANA DAN EDUKASI
Kontrol 2 minggu untuk evaluasi. 38
KESIMPULANAN 39
KESIMPULAN Telah dilaporkan perempuan usia 49 tahun dengan gejala rhinosinusitis, dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik dan didiagnosis rhinosinusitis kronis. Pasien mendapatkan terapi Cefradroxil 500 mg 2x 1, Metil Predinsolon 8 mg 2x 2, Tremenza tab 3x1, Asam mefenamat 3x1, N acetil sistein 200 mg 3 x 1
40
TERIMAKASIH Mohon Arahan dan Bimbingannya
41