Memilih Capres Dan Cawapres

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Memilih Capres Dan Cawapres as PDF for free.

More details

  • Words: 1,415
  • Pages: 4
Memilih Capres dan Cawapres Bagikan 15 Mei 2009 jam 11:16 Saat ini yang menarik adalah berbicara tentang capres dan cawapres. Kabarnya hari ini, Jum’at, tanggal 15 Mei 2009 ada dua calon yang akan mendeklarasikan diri sebagai calon, yaitu Dr.Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Sukarnoputri. Berita deklarasi kedua calon ini tidak terlalu mengejutkan, karena keduanya sudah lama disebut-sebut sebagai calon unggulan. Keduanya sama-sama memiliki pengalaman menjadi presiden, dan juga sukses tatkala memimpin. Keunggulan lainnya keduanya masing-masing didukung oleh partai besar yang memiliki pendukung fanatik hingga sampai akar rumput. Mungkin sebaliknya, menjadi mengejutkan jika keduanya tidak mendeklarasikan diri sebagai capres. Kesamaan lain dari keduanya, yang menjadi bahan perbincangan khalayak umum adalah menyangkut cawapresnya. Kabarnya Pak SBY akan menunjuk Pak Budiono, seorang ekonom yang saat ini memimpin BI. Begitu juga Ibu Megawati, belum jelas siapa calon cawapresnya. Kabar yang belum pasti adalah Pak Prabowo. Sedangkan yang sudah mendeklarasikan sebelumnya, adalah pasangan Pak Yusuf Kala dan Pak Wiranto. Ketiga pasangan tersebut tampak seluruhnya ideal. Semua beragama Islam sehingga sesuai dengan masyarakat yang dipimpin, adalah mayoritas muslim. Semua sudah dikenal kepemimpinanya, baik Pak SBY, Ibu Megawati maupun Pak Yusuf Kala. Begitu juga para cawapresnya, cukup dikenal dan memiliki dedikasi dan integritas yang tinggi pada bangsa ini, yaitu Pak Budiono, Pak Prabowo (jika jadi) dan Pak Wiranto. Mereka semua sudah teruji mampu memimpin bangsa ini. Selain itu dilihat dari komposisinya, Pak SBY dan Budiono, masing-masing seorang jendral dan ekonom, sama-sama kelahiran kota kecil, yakni Pacitan dan Blitar. Ibu Megawati dan Pak Prabowo, sama-sama lahir dari keluarga tokoh dan pemimpin, tetapi selama ini dikenal dekat dengan rakyat kecil, orang miskin di desa dan di mana-mana. Pak Yusuf Kala dan Pak Wiranto, adalah komposisi antara pengusaha dan pensiunan jendral. Rasanya sulit dicari hal-hal yang meragukan di antara calon pemimpin bangsa ini. Selain itu dilihat dari jumlah pasangan juga ideal, yakni tiga pasang. Tiga adalah angka ganjil terkecil yang bisa dipilih. Andaikan calonnya hanya satu pasang, maka tidak akan bisa dipilih. Memilih satu pasang calon, maka namanya tidak pemilihan, melainkan penunjukan. Lagi pula, kiranya kurang

elok, jika bangsa yang berpenduduk lebih dari 220 juta misalnya, hanya seorang saja yang berani mengajukan diri sebagai calon memimpinnya. Angka tiga kiranya ideal. Memang dalam hal ini tidak mungkin, muncul terlalu banyak pasangan calon, karena terkait adanya batasan, hingga jumlah pasangan menjadi terbatas seperti itu. Memilih satu di antgara tiga alternative juga tidak sulit. Tidak sebagaimana memilih calon legislative beberapa waktu yang lalu. Sangat sulit. Jangankan masyarakat klas bawah, yang tidak terbiasa bersentuhan dengan kertas, sedangkan orang kota berpendidikan, yang sehari-hari megang buku saja masih mengalami kesulitan. Mereka selain harus memilih satu di antara sekian banyak partai politik, juga harus memilih satu di antara nama calon, yang jumlahnya juga banyak dan belum tentu dikenal secara baik. Kesulitan lainnya, umumnya tatkala memilih calon DPD. Banyak para calonnya yang belum dikenal, apalagi mereka juga tidak berkampanye. Selain waktu yang tidak terlalu longgar, mungkin juga biaya transportasi dan mengumpulkan orang, tidak kecil dan mudah. Hanya memang agaknya aneh, orang belum banyak dikenal oleh masyarakat, menginginkan dirinya menjadi wakil. Kembali pada perbincangan pemilihan calon presiden dan wakil presiden, bahwa hal itu tidak akan sulit, karena jumlah calonnya sedikit dan lagi para calonnya sudah dikenal oleh seluruh rakyat ini. Mungkin kampanye pun tidak terlalu diperlukan, karena ketiga calon tersebut masing-masing sudah sangat dikenal. Siapa bangsa Indonesia ini yang tidak mengenal Pak SBY, gambar beliau jelas. Pak SBY pernah sukses mengatasi berbagai musibah, sejak musibah tsunami di aceh, gempa Pulau Nias, gempa yogyakarta, gunung meletus, munculnya berbagai macam penyakit yang aneh-aneh. Selain itu juga terjadi musibah berupa kecelakaan laut, darat udara. Hampir semua jenis musibah muncul dan ternyata berbagai dampaknya berhasil diselesaikan. Prestasi Pak SBY selama ini, ----- yang belum banyak dilakukan oleh pemimpin sebelumnya, adalah dalam memberantas korupsi. Rakyat kiranya tahu, bagaimana Pak SBY sedemikian gigih menghilangkan penyakit itu. Siapapun orangnya jika dipandang salah dan ada indikasi melakukan kesalahan tindak korupsi, diajukan ke pengadilan, hingga orang dekatnya sendiri sekalipun, besan misalnya. Pak SBY juga peduli dengan orang kecil, rakyat yang masih menderita. Mungkin hal itu ntidak sulit dilakukan olehnya, karena beliau sendiri dilahirkan di kota kecil, Pacitan yang dikenal daerah kering, tandus atau tidak terlalu subur sehingga daerah itu tersebut sebagai kaya orang miskin.

Pak Yusuf Kala dan Pak Wiranto, keduanya sangat dikenal masyarakat. Pak Yusuf orangnya kecil, selalu tampil sederhana, kadang bajunya pun tidak dimasukkan ke dalam celana, tampil sebagaimana orang pedagang pada umumnya. Selama mendamping Pak SBY sebagai wapres pada periode ini, beliau tidak sebagaimana wapres lainnya. Ia menampilkan sosok gesit dan berani. Beliau banyak berprestasi, di antaranya tampil menyelesaikan komplik di berbagai tempat dan selalu berhasil. Gerak beliau cepat dan jika berpidato, seringkali tanpa teks, namun lancar dan terarah. Demikian pula Pak Wiranto, pemimpin partai Hanura. Semangat mengentaskan kemiskinan, dipublikasikan oleh beliau di mana-mana. Ibu Megawati dan Pak Prabowo (kalau jadi), keduanya sangat dikenal, hingga rakyat kecil di pedesaan pun mengagumi. Sering kita lihat, tukang becak, buruh tani, buruh nelayan di mana-mana dengan bangga mengenakan kaos bergambar Megawati bersanding dengan almarhum ayahnya, Ir.Soekarno, presiden yang pertama negeri ini. Semangat meningkatkan kesejahteraan orang kecil atau wong cilik dikenal sejak lama. Kekurangan kecil yang dimiliki olehnya, beliau belum bergelar Doktor, tetapi sudah haji. Selanjutnya Pak Prabowo, seringkali photonya terlihat di TV, mengkampanyekan peningkatan eknomi rakyat dengan berbagai macam strateginya. Pak Prabowo juga sangat dikenal, ingin mengentaskan rakyat dari kubang penderitaannya. Diskripsi singkat masing-masing calon pasangan presiden tersebut di atas, maka siapapun yang nantinya jadi, akan diterima oleh rakyat. Saat ini kita boleh saja menghitung-hitung, siapa yang menjadi calon unggulan dan diharapkan menang. Zaman demokrasi seperti ini, semua warga negara, yang telah memiliki hak, boleh memilih secara bebas sesuai dengan keinginannya. Tidak akan ada dan boleh siapapun melarang seseorang memilih calon yang paling dipercaya dan disenangi. Demikian juga boleh saja para pengamat atau ahli di bidang pilih-memilih pemimpin ini, menganalisis dan juga memprediksi siapa yang akan menang, tetapi semua itu akan terkalahkan oleh keputusan Yang Maha Menentukan, yakni Allah swt. Allah akan memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki dan akan mencabut kekuasaan itu dari siapapun yang dikehendaki. Oleh karena itu, setelah memilih nanti, sikap yang terbaik adalah berdoa, memohon kepada Allah agar bangsa ini dikaruniai kemakmuran, keadilan dan ketentraman. Akhirnya, siapapun yang akan menjadi presiden, akan dihadapkan pada persoalan besar, berat dan pelik. Persoalan itu di antaranya adalah : Pertama, bagaimana rakyat miskin -----buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh pabrik dan bahkan puluhan juta yang menganggur, menjadi berhasil terentaskan. Pendapatan mereka meningkat, serta yang belum bekerja segera mendapatkan lapangan pekerjaan. Kedua, bagaimana kesehatan dan pendidikan bisa ditingkatkan. Dana pendidikan telah diputuskan sebesar 20

% dari APBN. Tetapi, meningkatkan kualitas pendidikan tidak sederhana, yakni tidak cukup hanya sebatas menambah jumlah pendanaannya. Meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan langkah-langkah strategis, terkait dengan kepemimpinan dan manajemennya. Ketiga, bagaimana bangsa ini menjadi berdaya, yaitu tidak lagi menjadi buruh di rumah sendiri. Bagaimana agar berbagai sumber daya alam yang melimpah, tidak sebagaimana saat ini, hanya mengkayaan bagi bangsa lain. Sementara, bangsa sendiri hanya sebatas menjadi pendengar dan penonton, atau menjadi buruh yang setiap hari menyaksikan kekayaan itu diangkut ke mana, tidak tahu arahnya. Keempat, bagaimana orang kecil terlindungi. Mereka yang berjualan di pinggir jalan sebagai pedagang kaki lima, penghuni rumah-rumah kumuh dan juga penganggur dan peminta-minta, harkat dan martabat mereka terangkat. Sebaliknya, bukan justru mereka digusur ramairamai, dikejar-kejar dan bahkan dirusak mata pencahariannya. Yang diperlukan oleh mereka yang kecil dan tidak berdaya itu, ------setidaktidaknya, adalah perlindungan. Yakni perlindungan dari ancaman pihak-pihak yang kuat dari berbagai aspeknya. Kelima, bagaimana bangsa ini menjadi bangga terhadap diri dan bangsanya sendiri. Akhir-akhir ini ada kekeliruan fatal yang seringkali disuarakan oleh sementara tokoh-tokoh bangsa. Kalimat-kalimat yang tidak semestinya diucapkan, selalu dihembuskan, sehingga seolah bangsa ini telah menjadi bangsa yang rendah, miskin dan tidak memiliki harkat dan martabat. Oleh karena itu yang diperlukan ke depan adalah membesarkan hati, rasa optimisme, percaya diri dan kebanggaan menjadi bangsa Indonesia. Bangsa ini harus dibesarkan jiwa dan rasa bangga dan percaya diri. Keenam, bagaimana nilai-nilai luhur yakni persatuan dan kesatuan, menghargai sesama, saling peduli dan tolong menolong tumbuh dengan subur. Bagaimana Pancasila, UUD 1945, dan semboyan Bhinaka Tunggal Eka senantiasa dikumandangkan. Keenam , bagaimana kehidupan keagamaan tumbuh dan berkembang secara harmonis. Dan, yang tidak kurang pentingnya lagi, adalah bangsa ini harus ditumbuhkan jiwa berjuang yang tinggi, jangan sebaliknya, selalu diajak menjadi selain itu. Sederhana, tetapi penting, yakni transaksi-transaksi menduduki berbagai jabatan, harus hilang dari bumi nusantara ini. Sebab, berawal dari cara-cara itulah sesungguhnya sumber penyakit, -----kolusi, kolusi dan nepotisme, muncul dan sangat sulit diberantas. Jika berbagai hal tersebut bisa dijawab, siapapun presidennya, rakyat akan bergembira dan bersyukur. Wallahu a’lam.

Related Documents


More Documents from ""