Maternitas Kelompok 5.docx

  • Uploaded by: Shelvy Setyawati
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Maternitas Kelompok 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,194
  • Pages: 24
Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini A.

Pengertian Ketuban Pecah Dini Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya

melahirkan

/

sebelum

inpartu,

pada

pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan manapun jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas

dan

Respiration

Dystress

Syndrome

(RDS)

(Nugroho, 2010). Mengajarkan pasien perawatan mandiri, ibu dengan ketuban pecah dini (prematur) 1.

Ukur suhu tubuh setiap 4 jam ketika bangun

2.

Laporkan temperatur lebih dari 38oC

3.

Melakukan tirah baring termodifikasi

4.

Tidak memasukan apapun kedalam vagina

5.

Jangan melakukan aktifitas seksual

6.

Kaji kontraksi uterus

7.

Hitung pergerakan janin setiap hari

8.

Jangan berendam

9.

Perhatikan adanya sekrek vagina yang berbau menyengat atau jika uterus terasa nyeri letika dipegang

10. Bersihkan dari depan kebelakang setelah bab 11. Minum antibiotik jika diberikan 12. Melakukan kunjungan kepetugas kesehatann sesuai waktu yang dijadwalkan

B.

Pengkajian Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2017). 1.

Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.

2.

Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus. b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan. c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien. d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas

biasanya cemas bagaimana cara

merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah ( Depkes RI, 2016 : 66).

3. Pola-pola fungsi kesehatan a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta

kurangnya

mrnjaga

kebersihan

tubuhnya

akan

menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya. b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya. c. Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti

biasanya,

terbatas

pada

aktifitas

ringan,

tidak

membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri. d. Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering / susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB. e. Pola istirahat dan tidur Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.

f. Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain. g. Pola penagulangan sters Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas. h. Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya. i. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih

menjelang

persalinan

dampak

psikologis

klien

terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri. j. Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. k. Pola tata nilai dan kepercayaan Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya (Manuaba, I.B.G. (2012).

C.

Pemeriksaan fisik a. Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadangkadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan. b. Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses menerang yang salah. c. Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning. d. Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga. e. Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung. f. Dada Terdapat

adanya

pembesaran

payudara,

adanya

hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae. g. Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

h. Genitaliua Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak. i. Anus Biasanya pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur. j. Ekstermitas Pemeriksaan

odema

untuk

melihat

kelainan

karena

membesarnya uterus, atau karena preeklamsia. k. Muskulis skeleta Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi. l. Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun. (Mansjoer, Arif.(2015). Diagnose keperawatan

D.

1.

Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.

2.

Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.

3.

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan premature.

4.

Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi lahir premature. (NANDA, 2012).

E.

Intervensi

No.

Diagnosa Keperawatan Risiko infeksi

Tujuan & Kriteria Hasil Setelah dilakukan

berhubungan

tindakan

dengan

keperawatan selama

ketuban

3×24

keadaan

pecah dini

jam diharapkan

umum pasien

1.

pasien tidak

Intervensi

Rasional

1. Kaji tanda-

1. Untuk mengetahui

tanda infeksi 2. Pantau

3. Bina hubungan

tanda-tanda infeksi yang muncul 2. Untuk melihat perkembangan kesehatan pasien

menunjukan tanda-

saling percaya

tanda infeksi dengan

melalui

memudahkan

kriteria hasil :

komunikasi

perawat

terapeutik

melakukan

1. Tanda-tanda infeksi tidak tidak ada. 2. Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan. 3. DJJ normal 4. Leukosit kembali normal

4. Berikan lingkungan yang nyaman untuk pasien 5. Kolaborasi dengan dokter

3. Untuk

tindakan 4. Agar istirahat pasien terpenuhi 5. Untuk proses penyembuhan pasien

untuk memberikan obat antiseptik sesuai terapi

5. Suhu tubuh normal (36,537,5ºC) 2.

Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim

Setelah dilakukan

1. Kali tanda-

1. Untuk mengetahui

tindakan

tanda Vital

keadaan umum

keperawatan selama

pasien

pasien

3×24 jam di harapkan nyeri berkurang atau nyeri

2. Kaji skala nyeri (1-10) 3. Ajarkan pasien

2. Untuk mengetahui derajat nyeri pasien dan

hilang dengan

teknik

menentukan

kriteria hasil :

relaksasi

tindakan yang

4. Atur posisi

akan dilakukan

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg N: 60-120 X/ menit. 2. Pasien tampak

pasien 5. Berikan

3. Untuk mengurangi nyeri

lingkungan

yang dirasakan

yang nyaman

pasien

dan batasi pengunjung

4. Untuk memberikan rasa nyaman 5. Untuk mengurangi

tenang dan rileks

tingkat stress

3. Pasien mengatakan nyeri

pasien dan pasien

pada perut

dapat beristirahat

berkurang 3.

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan premature

Setelah dilakukan

1. Kaji apa

1. Untuk mengetahui

tindakan

pasien tahu

tentang

keperawatan selama

tentang tanda

pemahaman

3×24 jam di

-tanda dan

pasien untuk

harapkan pasien

gejala normal

tindakan

memahami

selama

selanjutnya

pengetahuan tentang

kehamilan.

penyakitnya dengan criteria hasil : 1. Pasien terlihat tidak bingung lagi 2. Pengetahuan Pasien dan keluarga dapat bertambah

2. Ajarkan

2. Mencegah terjadinya hal-hal

tentang apa

yang tidak

yang harus

diinginkan terjadi

dilakukan jika

yang bisa

tanda KPD

membahayakan

muncul.

ibu-janin

3.Libatkan

3. Untuk membantu

keluarga agar

merencanakan

memantau

tindakan

kondisi pasien

berikutnya

4.

Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi lahir premature

Setelah dilakukan

1. Kaji tingkat

1. Mengetahui

tindakan

kecemasan

tingkatan

keperawatan selama

pasien

kecemasan yang

3×24 jam di

2. Dorong pasien

harapkan ansietas

untuk istirahat

pasien teratasi

total

dengan kriteria hasil :

3. Berikan suasana yang

1.Pasien tidak cemas lagi 2.Pasien sudah mengetahui tentang penyakit

dialami pasien 2. Untuk mempercepat pros es penyembuhan 3. Untuk memberikan

tenang dan

rasa nyaman dan

ajarkan

menurunkan

keluarga untuk

kecemasan pasien

memberikan dukungan emosional pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, T. 2010. Buku Ajar:Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Suha Medica:Yogyakarta. Manuaba, I.B.G. (2012). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta:EGC. International, NANDA.(2012).Diagnosis klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC.

keperawatan

definisi

dan

Mansjoer, Arif.(2015).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta:Media Aesculapius Hidayat, (2017).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2. Jakarta:Salemba Medika. Manuaba, I.B.G.(2009). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC. www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB. Prawirohardjo, Pustaka.

Sarwono.(2008).Ilmu

Kebidanan.

Jakarta:

PT.Bina

Asuhan Keperawatan Ruptur Uteri A.

Pengertian Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya

daya

regang

miomentrium.

Prawirohardjo

Sarwono:EdiWiknjosastro H (2010). Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. Brunner & Suddart,s (2010). B.

Pengkajian 1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun 2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang. 3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III. 4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi.

5. Pengkajian fisik : Tanda vital :

C.



Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg).



Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit).



Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit ).



Suhu : Normal/ meningkat.



Kesadaran : Normal / turun.



Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi



Kulit : Dingin,berkeringat, kering, hangat, pucat.



Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea (jumlah dan jenis)



Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.

Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam. 2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam. 3. Resiko infeksi b/d perdarahan. 4. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.

D.

Rencana tindakan keperawatan 1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan Rencana tindakan :

a) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang. R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain. b) Monitor tanda vital R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat. c) Monitor intake dan output setiap 5-10 menit R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal. d) Evaluasi kandung kencing R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus. e) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis. R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri. f) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom.

Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi. g) Berikan infus atau cairan intravena R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular. h) Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri ) R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan. i) Berikan antibiotic R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan. j) Berikan transfusi whole blood ( bila perlu ). R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh. 2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal Rencana keperawatan : a) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital. b) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit.

R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin. c) Kaji ada / tidak adanya produksi ASI R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI. d) Tindakan kolaborasi : Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan ) Berikan

terapi

oksigen

(

Oksigen

diperlukan

untuk

memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ). 3. Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan Tujuan : Tidak terjadi infeksi (lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal) Rencana tindakan : a. Catat perubahan tanda vital R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi b. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi

c. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan. d. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan. e. Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut jangan sampai terlalu basah. R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan resiko infeksi. f. Tindakan kolaborasi 

Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan ).



Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ).

4. Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan. Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran dan tanda-tanda dalam batas normal). Rencana tindakan : a. Anjurkan pasien untuk banyak minum R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga dapat meningkatkan volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.

b. Observasitanda-tandavital tiap 4 jam. R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini. c. Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi. R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani secara baik. d. Observasi intake cairan dan output. R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan. e. Kolaborasi dalam : - Pemberian cairan infus / transfusi R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock. f. Pemberian koagulantia dan uterotonika. R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Brunner & Suddart,s (2010), Textbook of Maternitas Nursing –2, JB. Lippincot Company, Pholadelpia. 2. Lowdermilk. Perry. Bobak (2015), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book, Philadelpia. 3. Prawirohardjo

Sarwono

;

EdiWiknjosastro

H

(2010),

Ilmu

Kandungan, Gramedia, Jakarta. 4. RSUD Dr. Soetomo (2013), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya. 5. Tabrani Rab 9 2011), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Post Partum A. Pengkajian Keperawatan Mitayani. 2009. Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien post partum meliputi: 1. Identitas Klien Data dari klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dan sebagainya. 2. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensio plasenta. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, pre eklmpsia, penyakit keturunan hemofilia dan penyakit menular.

5. Riwayat obstetrik a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu d. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta. e. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir. f. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.

6. Riwayat Kehamilan Sekarang a. Hamil muda, keluhan selama hamil muda. b. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain. c. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat.

7. Pola aktifitas sehari-hari a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.

b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 ). c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan. d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan 2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia 3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb

C. Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan Tujuan: Volume cairan adekuat Intervensi: a. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang. b. Monitor tanda vital. c. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit.

d. Evaluasi kandung kemih. e. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis. f. Batasi pemeriksaan vagina dan rectum. g. Berikan infus atau cairan intravena. h. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri. i.

Berikan antibiotic.

j.

Berikan transfusi whole blood ( bila perlu ).

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia Tujuan: Tidak terjadi perfusi jaringan. Intervensi: a. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit. b. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit. c. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI. d. Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan ). e. Berikan

terapi

oksigen

(Oksigen

diperlukan

untuk

memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).

3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis Tujuan: Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang. Intervensi: a. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan b. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

c. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

d. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan e. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya f. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb Tujuan: Tidak terjadi infeksi (lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal) Intervensi: a. Catat perubahan tanda vital b. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul. c. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea. d. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing. e. Berikan perawatan perineal, dan pertahankan agar pembalut jangan sampai terlalu basah. f. Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan ). g. Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ).

Daftar Pustaka

1. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:Salemba Medika. 2. Saswita.Reni

dkk.

2013.

Asuhan

Kebidanan

Pada

Masa

Persalinan. Jakarta:Salemba Medika. 3. Kurnia, Diana. 2011. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:Penerbit Andi.

Related Documents


More Documents from "Gek Ayu Sartika"