Chapter Ii.pdf

  • Uploaded by: eni setyawati
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Chapter Ii.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,923
  • Pages: 15
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

2.1.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pengertian kesehatan sebenarnya telah diatur dalam UU No.9 Tahun 1960 tentang pasal-pasal kesehatan. Kesehatan dalam tubuh adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit cacat dan kelemahan (Natoadmodjo, 2012). Dalam UU No.23 Tahun 1992 Pasal 45 tentang Kesehatan Sekolah ditegaskan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga pesrta didik dapat belejar, tumbuh dan kembang secara harmonis dan optimal sehingga dapat menjadikan sumber daya yang berkualitas (Kemenkes RI, 2011). Usaha kesehatan sekolah (UKS) merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal (Depdiknas, 2009). UKS adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA (Dinkes, 2010). UKS adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan. UKS adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah (Mubarak & Chayatin, 2009).

UKS merupakan usaha yang dapat dijadikan jalur untuk membantu peserta didik selama di sekolah secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam lingkup kesehatan. 2.1.2 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Secara umum tujuan UKS yaitu meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta meningkatkan lingkungan yang sehat sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dalam upaya membentuk manusia indonesia yang berkualitas sedangkan tujuan khususnya adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan anak sekolah yang memiliki pengetahuan dan sehat fisik mental maupun sosial (Mubarak & Chayatin, 2009). 2.1.3 Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari berbagai tingkat pendidikan sekolah mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, dan pendidikan khusus/ sekolah luar biasa (Notoatmodjo, 2012). UKS untuk sekolah dasar diprioritaskan pada kelas I, III, dan kelas VI alasannya karena: kelas I merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai

penyebab

penyakit

lebih

besar

karena

ketidaktahuan

dan

ketidakmengertian tentang kesehatan. Disamping itu kelas I adalah saat yang baik untuk diberikan imunisasi ulangan dan kelas I ini dilakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga

mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya. Kemudian dilaksanakan di kelas III untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS dikelas I dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan didalam program pembinaan UKS serta untuk kelas VI itu sendiri dilakukan dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup (Effendi, 1998). Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS terdiri dari sasaran primer, sekunder dan tersier. Sasaran primer yaitu peserta didik, sasaran sekunder yaitu guru, pamong belajar/ tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan, serta tim pelaksana UKS disetiap jenjang, dan sasaran tertier yaitu lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya (Kemenkes Ri, 2011). 2.2

Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Kemdikbud (2012) menyatakan organisasi tim pembinaan dan pelaksana

UKS dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi berdasarkan keputusan bersama menteri yang terdiri atas: tim pembina UKS pusat, tim pembina UKS provinsi, tim pembina UKS kabupaten/ kota, tim pembina UKS kecamatan dan tim pelaksana UKS di sekolah dan perguruan agama. Fungsi dari tim pembina UKS pusat adalah sebagai pembantu menteri dalam melaksanakan pembinaan serta pengembangan UKS dan tugas tim pembina UKS pusat adalah merumuskan kebijakan, pedoman umum dan standarisasi pengembangan UKS yang bersifat nasional, mensosialisasikan kebijakan

pembinaan dan pengembangan UKS, menjalin hubungan kerja dan kementrian dengan lintas sektor, pihak swasta dan LSM baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku, melaksanakan monitoring dan evaluasi program pembinaan dan pengembangan UKS secara nasional, melaporkan pelaksanaan tugas kepada Menteri Pendidikan, dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri, melaksanakan ketatausahaan tim pembina UKS pusat (Kemdikbud, 2012). Fungsi tim pembina UKS provinsi adalah untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS di tingkat provinsi serta berfungsi sebagai pembina dan koordinator program UKS seluruh kabupaten/ kota yang ada di wilayahnya sedangkan tugas tim pembina UKS provinsi adalah menyusun petunjuk teknis pelaksanaan UKS, mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS, melaksanakan program pembinaan dan pengembangan UKS di provinsi, menjalin hubungan baik dan kemitraan dengan lintas sektor, pihak swasta dan LSM baik dalam negeri maupun luar negeri sesuai ketentuan yang berlaku, melaksanakan monitoring dan evaluasi program pembinaan dan pengembangan UKS, membuat laporan berkala kepada tim pembina UKS pusat, melaksanakan ketatausahaan tim pembina UKS provinsi (Kemdikbud, 2012). Fungsi tim pembina UKS kabupaten/ kota sebagai pembina, koordinator dan pelaksana program UKS di daerahnya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh pusat, provinsi dan kabupaten/ kota dan tugasnya adalah menyusun petunjuk teknis UKS, mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS, menjalin hubungan baik dan kemitraan dengan lintas sektor, pihak swasta dan

LSM baik didalam maupun luar negeri sesuai ketentuan yang berlaku, melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan UKS, membuat laporan berkala kepada tim pembina UKS provinsi, melaksanakan ketatausahaan tim pembina UKS kabupaten/ kota (Dinkes, 2010). Fungsi tim pembina UKS kecamatan adalah sebagai pembina, penanggung jawab dan pelaksanaan program UKS di daerah kerjanya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan tim pembina UKS kabupaten/ kota. Kedudukan petugas puskesmas di tingkat kecamatan sebagai Tim pembina UKS kecamatan dan tugasnya adalah untuk membina dan melaksanakan UKS, mensosialisasikan kebijakan

pembinaan

dan

pengembangan

UKS,

melaksanakan

program

pembinaan dan pengembangan UKS, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pengembangan UKS, mengkoordinasikan pelaksanaan program UKS di wilayahnya sesuai dengan pedoman dan petunjuk tim pembina UKS, membuat laporan pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan UKS kepada tim pembina UKS kabupaten/ kota, dan melaksanakan ketatausahaan tim pembina UKS kecamatan (Dinkes, 2010). Tim pelaksana UKS di sekolah dan perguruan agama berfungsi sebagai penanggung jawab dan pelaksana program UKS di sekolah dan perguruan agama berdasarkan prioritas kebutuhan dan kebijakan yang ditetapkan oleh tim pembina UKS kabupaten/ kota dan tanggung jawabnya adalah melaksanakan tiga program pokok UKS yang terdidi dari pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang telah ditetapkan oleh tim pembina

UKS, menjalin kerjasama dengan orang tua/ komite sekolah, instansi lain dan masyarakat dalam pelaksanaan kegitan UKS, menyusun program melaksanakan penilaian/ evaluasi dan menyampaikan laporan kepada tim pembina UKS kecamatan dan melaksanakan ketatausahaan tim pelaksana UKS di sekolah (kemdikbud, 2012). 2.3

Program Pembinaan Peserta Didik Program pembinaan peserta didik dilaksanakan untuk meningkatkan

kemampuan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang dilakukan sebagai upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin. Cara yang paling tepat untuk mengajarkan anak sekolah dalam meningkatkan kebiasaan berprilaku hidup sehat dan bersih melalui Trias UKS (Dinkes, 2010). 2.3.1 Pendidikan Kesehatan (Health Education In School) Pendidikan kesehatan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat fisik, mental, sosial maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pelajaran/ latihan yang diperlukan bagi perananya saat ini maupun dimasa mendatang (Efendi, 1998). Pendidikan kesehatan bagi peserta didik diperoleh melalui kegiatan kurikuler yang dilaksanakan untuk semua mata pelajaran (khususnya pengetahuan alam, agama, penjaskes) dan dapat juga dilaksanakan melalui muatan lokal. Pada SD pelaksanaan diberikan melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan. Materi yang diberikan dalam pendidikan kesehatan adalah

menjaga kebersihan diri, mengenal pentingnya imunisasi, mengenal makanan sehat, mengenal bahaya penyakit diare, influenza dan demam berdarah, menjaga kebersihan lingkungan, membiasakan membuang sampah pada tempatnya, mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi, mengenal bahaya merokok bagi kesehatan, mengenal bahaya minuman keras, mengenal bahaya narkoba, mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba, mengenal cara menolak pelecehan seksual (Dinkes, 2010). Pelaksanaan pendidikan juga didapat dari kegiatan ekstrakurikuler dengan tujuan untuk menambah dan menanamkan perilaku sehat, memperluas pengetahuan, keterampilan siswa yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler dalam pendidikan kesehatan diantaranya kegiatan yang melibatkan peserta didik dan guru misalnya: kerja bakti sosial, lomba yang berhubungan dengan kesehatan, kader kesehatan sekolah (dokter kecil) dan MPR, permainan, diskusi, permainan peran dan simulasi, bimbingan hidup sehat, kegiatan penyuluhan kesehatan, latihan keterampilan dan partisipasi pelayanan kesehatan (Kemdikbud, 2012). Program pelaksanaan pendidikan kesehatan mempunyai tujuan agar peserta memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur, memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan, memiliki kemampuan dan kecakapan (life skills) untuk berprilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, memiliki pertumbuhan

termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara harmonis (proporsional), mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari, memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (narkoba, arus informasi dan gaya hidup yang tidak sehat), dan memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit (Dinkes, 2010). Tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai secara optimal, apabila dalam pelaksanaan hendaknya memperhatikan hal sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual. Peserta didik hendaknya terlibat dalam peran aktif sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, selalu mengacu pada pendidikan kesehatan. Metode yang digunakan dalam proses blajar mengajar meliputi: kerja kelompok, diskusi/ ceramah, belajar perorangan, pemberian tugas, tanya jawab dan simulasi (peragaan) (Notoatmodjo, 2012). 2.3.2 Pelayanan Kesehatan (School Health Service) Pelayanan kesehatan di sekolah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik yang pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah koordinasi pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat (Dinkes, 2010). Kegiatan

peningkatan

(promotif)

dilaksanakan

melalui

kegiatan

penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksanakan secara ekstrakurikuler. Kegiatan promotif yang biasanya dilakukan yaitu: latihan

keterampilan teknis dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan kesehatan yang terdiri dari dokter kecil, kader kesehatan remaja, palang merah remaja dan saka bhakti husada/ pramuka, pembinaan sarana keteladanan yang ada di lingkungan sekolah, yaitu pembinaan warung sekolah sehat dan lingkungan sekolah yang terpelihara serta bebas dari faktor pembawa penyakit, dan pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat kecacingan (PHBS) (Kemdikbud, 2012). Kegiatan pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebalum timbul penyakit, yaitu pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus untuk penyakit-penyakit tertentu misalnya demam berdarah dan muntaber, penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah, pemeriksaan berkala kesehatan setiap 6 bulan, mengikuti (memonitor/ memantau) pertumbuhan peserta didik, imunisasi peserta didik dari kelas I sampai kelas VI di sekolah dasar dan madrasah, usaha pencegahan penularan penyakit dengan jalan memberantas sumber infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah dan perguruan agama, serta konseling kesehatan remaja di sekolah dan perguruan agama oleh kader kesehatan sekolah, guru BP, dan guru agama dan puskesmas oleh dokter puskesmas atau tenaga kesehatan lain (Dinkes, 2010). Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat

berfungsi optimal, yaitu: diagnosis dini, pengobatan ringan, pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit serta rujukan medik (Kemdikbud, 2012). Tujuan pelayanan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dan seluruh warga masyarakat sekolah secara optimal dan secara khususnya tujuan dari pelayanan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat, meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat serta menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit/ kelainan pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera/ cacat agar dapat berfungsi optimal (Natoatmodjo, 2012). Kemdikbud (2012) menyatakan sada beberapa pelayanan kesehatan diantaranya pelayanan kesehatan di sekolah dan pelayanan kesehatan di puskesmas. Pelayanan kesehatan di sekolah didelegasikan kepada guru, setelah ditatar/ dibimbing petugas puskesmas (kegiatan promotif dan preventif) dan sebagian pelayanan kesehatan hanya boleh dilakukan oleh petugas puskesmas dan dilaksanakan sesuai waktu yang telah direncanakan. Pelayanan kesehatan di puskesmas adalah bagi peserta didik yang dirujuk dari sekolah (khusus untuk kasus yang tidak dapat diatasi oleh sekolah) dengan memiliki buku/ kartu rujukan sesuai tingkat pelayanan. Tugas dan fungsi puskesmas adalah melaksanakan pembinaan kesehatan dalam rangka usaha kesehatan sekolah yaitu memberikan pencegahan terhadap suatu penyakit dengan imunisasi dan lainnya, memberikan

bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan UKS, memberikan penyuluhan tentang kesehatan dan UKS khususnya kepada kepala sekolah, guru dan pihak lain, memberikan pelatihan/ penataan kepada guru UKS dan kader UKS, melakukan penjaringan, pemeriksaan berkala serta rujukan, memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling dan menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani peserta didik dan cara peningkatannya. 2.3.3 Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Lingkungan merupakan faktor penunjang dari tumbuh kembang peserta didik, dikarenakan dari faktor inilah peserta didik dapat menerapkan kebiasaan dan tingkah lakunya dalam lingkungan. Sekolah merupakan tempat yang tepat untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Lingkungan sekolah sehat merupakan salah satu unsur penting dalam membina kesehatan sekolah karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan murid, guru dan pegawai sekolah serta peningkatan daya serap murid dalam proses belajar mengajar (Oktaferani, 2013). Pembinaan lingkungan sekolah sehat perlu dilaksanakan karena lingkungan mempengaruhi kesehatan fisik, mental dan sosial, lingkungan sekolah yang sehat merupakan kondisi yang mendukung keberhasilan proses blajar mengajar secara keseluruhan serta tidak terlepas dengan tumbuh kembang peserta didik (Kemdikbud, 2012). Effendi (1998) menyatakan program lingkungan sekolah sehat terbagi atas: lingkungan fisik, pisikis dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik sekolah meliputi

penyediaan air yang bersih, pemeliharaan penampungan air bersih, pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah, pengadaan dan pemeliharaan air limbah, pemeliharaan WC/ jamban, pemeliharaan kamar mandi, pemeliharaan kebersihan

dan

keterampilan

ruang

kelas,

ruang

perpustakaan,

ruang

laboratorium, dan ruang ibadah, pemeliharaan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah), pengadaaan dan pemeliharaan kantin sekolah, dan pengadaan serta pemeliharaan pagar sekolah (Dinkes, 2010) Lingkungan Psikis, yaitu kegiatan memberikan perhatian terhadap perkembangan peserta didik, memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak didik yang bermasalah, dan membina hubungan kejiwaan antara guru dengan peserta didik (Efendy, 1998). Menurut Notoatmodjo (2012) lingkungan psikososial di sekolah meliputi sikap, perasaan, dan nilai dari petugas sekolah. Iklim psikososial yang positif serta budaya yang baik dapat meningkatkan pencapaian pendidikan dan moral dari petugas sekolah. Keamanan psikologis, hubungan interpersonal yang positif, penghargaan atas keberhasilan seseorang serta lingkungan belajar yang mendukung merupakan seluruh bagian dari lingkungan psikososial sekolah berwawasan promosi kesehatan (SBPK) harus menjamin lingkungan psikososial yang positif dengan cara penerapan kebijakan sekolah yang suportif, merangsang aktivitas kelompok yang mempromosikan kebersamaan, persahabatan, saling pengertian dan rasa memiliki, penyediaan kesempatan bagi siswa untuk belajar di lingkungan yang kompetitif dengan dukungan yang memadai dalam mengahadapi tantangan, pengembangan suasana yang kondusif bagi siswa untuk mengutarakan perasaannya, rasa saling menjaga

(caring), saling percaya dan menjaga kerahasiaan, kerja sama dan belajar aktif (active learning) di ruang kelas, pendekatan yang memusatkan perhatian pada siswa (student centered) dan pendekatan berdasarkan keterampilan dalam proses belajar mengajar, menciptakan situasi beajar yang baik didalam maupun diluar kelas, memecahkan masalah serta mengambil keputusan, dan komunikasi yang baik antar siswa dan guru. Lingkungan mental dan sosial adalah program melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan

sekolah

(7K),

sehingga

terciptanya

suasana

dan

hubungan

kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah. selain peningkatan pelaksanaan konsep 7K program pembinaan dilakukan dalam bentuk kegiatan konseling kesehatan, bakti sosial masyarakat sekolah terhadap lingkungan, perkemahan, pembelajaran, teater, musik, olahraga, kepramukaan, PMR, dokter kecil, dan kader kesehatan remaja, karnaval, bazaar, lomba (Dinkes, 2010). Menurut Effendy (1998) lingkungan sosial adalah kegiatan membina hubungan harmonis antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, pesrta didik dengan peserta didik lainnya dan membina hubungan harmonis antara guru, murid, karyawan sekolah serta masyarakat sekolah. Pembinaan lingkungan sekolah sehat kepada peserta didik dilaksanakan agar dapat menerapkan pentingnya UKS diantaranya dengan melaksanakan kegiatan kerja bakti kebersihan sekolah secara rutin dan terencana, kerja bakti dengan lingkungan masyarakat sekitar sekolah, membuang sampah pada tempatnya dan pengadaan tempat sampah didepan kelas, dipilah antara sampah

organik dan kompos, tidak mencoret-coret dinding dan bangku, menyiram jamban sampai bersih sesudah dipakai, mengolah sampah organik menjadi kompos, membuat pemelihara kapling, kebun sekolah, dan mengikuti kegiatan dinamika kelompok (wisata, olahraga, dan kesenian) (Dinkes, 2010). 2.4

Masalah Kesehatan yang dapat dikurangi melalui UKS Delawati 2007 (dalam Masita, 2009) menyatakan bahwa ada masalah

kesehatan yang dapat dicegah dengan pelaksanaan UKS yaitu: sanitasi dan air bersih, kekerasan dan kecelakaan, masalah kesehatan reproduksi remaja, kecacingan dan kebersihan diri maupun lingkungan, masalah gizi dan anemia, imunisasi, merokok, alkohol dan penyalahgunaan narkoba, kesehatan gigi, penyakit infeksi (malaria, gangguan saluran nafas, HIV/AIDS dan IMS lainnya serta gangguan kesehatan mental. 2.5

Hasil yang diharapkan dari Program UKS Effendi (1998) menyatakan hasil yang dapat diharapkan dari terlaksananya

program UKS untuk peserta didik adalah: 1) siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan hidup sehat dan mampu memecahkan masalah kesehatan sederhana dengan turut berpartisipasi aktif dalam UKS, RT dan lingkungan masyarakat, 2) siswa sehat fisik, mental maupun sosial dan siap untuk menjalani kehidupan keluarga yang sehat sejahtera dan mandiri, 3) siswa memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk pergaulan bebas, penyalahgunaan napza, kenakalan remaja dan tauran, 4) siswa memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang benar untuk menghadapi permasalahan dan tantangan kehidupan, 5) siswa mempunyai kemampuan dan

keterampilan pemeliharaan dan membina keberhasilan, kelestarian lingkungan fisik di rumah dan sekolah, 6) siswa mempunyai status kesehatan dan kesegaran jasmani yang baik, 7) siswa bebas dari penyakit menular dan penyakit seksual, dan 8) siswa bebas dari kebiasaan merokok, minum alkohol dan menggunakan napza. Dari segi lingkungan sekolah adalah semua ruangan dan kamar mandi/ WC dan perkarangan sekolah bersih, tidak ada sampah, serta tersedianya sumber air bersih bagi siswa.

Related Documents

Chapter
May 2020 60
Chapter
November 2019 76
Chapter
October 2019 79
Chapter 1 - Chapter 2
June 2020 62

More Documents from ""