SEMINAR AKHIR KEPERAWATAN MATERNITAS Ny. L dengan Post Partum Sectio Caesaria hari ke-1 + PEB Diruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Makalah Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
OLEH : KELOMPOK 8 NI PUTU ARDIYANI
(P17211186005)
DIAN WIDHI PAWESTRI
(P17211186006)
RIFTA ELMAVIANA
(P17211186021)
MARTOYO ICHWAN
(P17211186026)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI KEPERAWATAN MALANG 2019
1
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………...i DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah.............................................................................1 1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................2 1.4 Tujuan Umum dan Khusus……………………………………………….2 1.5 Manfaat Penulisan………………………………………………………...3 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Pre Eklamsi……………………………………………………..4 2.2 Etiologi…………………………………………………………………...5 2.3 Patofisiologi………………………………………………………………5 2.4 Manifestasi Klinis………………………………………………………...8 2.5 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………..8 2.6 Penatalaksanaan…………………………………………………………..8 2.7 Definisi Sectio Cesare ………………………..…………………………11 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1. Pengkajian ……………………………………………………………..16 3.2. Analisa Data …………………………………………………………...24 3.3. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………..25 3.4. Rencana Keperawatan………………………………………………… 26 3.5. Implementasi Keperawatan…………………………………………… 27 3.6. Evaluasi Keperawatan …………………………………………………28 BAB IV PEMBAHASAN………………….…………………………………. 29 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 31 5.2. Saran…………………………………………………………………...32
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan dan gangguan multisistem pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial, peningkatan tekanan darah karena vasokonstriksi, proteinuria akibat kegagalan glomerolus, dan udema akibat peningkatan permeabilitas vaskuler (Fauziyah, 2012). Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET) adalah penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre eklamsia dapat timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal. Pre eklamsia dapat terjadi dengan tanda-tanda hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal (Robson, 2012). Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita hamil atau nifas dengan tanda-tanda pre-eklamsia yang disertai kejangkejang, kelainan akut pada ibu hamil yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Sectio cesarea adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Pembedahan Cesarea profesional yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio cesarea jarang dikerjakan dan biasanya fatal. Di London dan Edinburg pada tahun 1877, dari 35 pembedahan cesarea terdapat 33 kematian ibu. Berdasarkan data Dinkes (2016) diperoleh data penyebab tertinggi kematian ibu di Indonesia adalah pre eklamsia/eklamsi, sedangkan penyebab paling kecil adalah infeksi. Sehingga untuk mencegah dan menangani komplikasi yang timbul, maka diperlukan pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif. 3
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat Laporan Seminar Berjudul “Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum + PEB Di Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi”.
B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum sectio caesaria hari ke-1 + PEB Di Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
C. Tujuan Umum dan Khusus 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran Asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum sectio caesaria hari ke-1 + PEB Di Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. 2 . Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian pada Ny. L dengan Post Partum sectio caesaria hari ke-1 + PEB b. Mengidentifikasi diangnosa keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum sectio caesaria hari ke-1 + PEB c. Menyusun intervensi keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum sectio caesaria hari ke-1 + PEB d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. L dengan Post Partum sectio caesaria hari ke-1 + PEB e. Mengevaluasi tindakan yang diberikan kepada Ny. L dengan Post Partum sectio caesaria hari ke-1 + PEB
4
D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Institusi Pelayanan Dapat menjadi bahan masukan dan perbandingan dalam bentuk data bagi institusi pelayanan untuk menambah pengetahuan tenaga kesehatan dengan penatalaksanaan pada pasien dengan “post partum”sehingga dapat diberikan tindak lanjut dan peningkatan mutu keperawatan untuk pasien .
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan kususnya perawat dalam hal penambah pengetahuan dan perkembangan tentang post partum.
3. Manfaat Bagi Penulis Menambah pengetahuan dalam aplikasi yang lebih nyata dilapangan dibidang maternitas dengan pasien post partum .
4. Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga Pasien dan keluarga mengetahui wawasan dan perawatan yang tepat setelah post partum.
5. Manfaat Bagi Pembaca Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang informasi post partum dengan section caesaria, dan PEB.
5
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Pre Eklamsi Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3). Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005). Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009). Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan IV:2010) Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini : 1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih. 2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif; 3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam 4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium 5. Edema paru dan sianosis.(Ilmu Kebidanan : 2005) 6
B. Etiologi Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu : - Spasmus arteriola - Retensi Na dan air - Koagulasi intravaskuler Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia (Obstetri Patologi : 1984) Teori
yang
dewasa
ini
banyak
dikemukakan
sebagai
sebab
preeklampsia ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).
C. Patofisiologi Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
7
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003). Wanita peningkatan
dengan respon
hipertensi terhadap
pada berbagai
kehamilan
dapat
substansi
mengalami
endogen
(seperti
prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
Perubahan pada organ : 1. Perubahan kardiovaskuler Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik / kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003). 2. Metablisme air dan elektrolit Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini
8
disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005). 3. Mata Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina (Rustam,1998).
4. Otak Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005). 5. Uterus Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad partus prematur. 6. Paru-Paru Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998). D. Manifestasi Klinis Gejala dan tanda preeklamsi berat : tekanan darah sistolik>160mmHg; peningkatan kadar enzim hati atau /ikterus; trombosit<100.000mm3; oliguria<400 ml/24jam;proteinuria>3gr/liter; nyeri epigastrium; skotoma dan
9
gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat; pendarahan berat; pendarahan retina; odem pulmonum. Penyulit lain juga bias terjadi,yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, darah,sindroma HELLP, bahkan dapat
gangguan pembekuan
terjadi kematian janin,ibu, atau
preeklamsi tak segera diatasi dengan segera diatasi. Di tinjau dari umur selama kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat selama perawatan di bagi menjadi : (1)perawatan aktif yaitu kehamilan segera di akhiri atau di terminasi ditambah pengobatan medicinal; (2)perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap di pertahankan di tambah pengobatan medicinal.
E. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml 2. USG : untuk mengetahui keadaan janin 3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
F. Penatalaksanaan 1. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia a) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah b) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia c) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin) d) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama. 2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan a) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
10
b) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140150/90-100 mmhg). c) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari) d) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur e) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari. f) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari). g) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu h) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu i) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi. j) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan k) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur. l) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
3. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi.
11
a) Penanganan aktif. Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini. 1) Ada tanda-tanda impending eklampsia 2) Ada hellp syndrome 3) Ada kegagalan penanganan konservatif 4) Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr 5) Usia kehamilan 35 minggu atau lebih Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat
induksi
tidak
terpenuhi
atau
ada
kontraindikasi
partus
pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam. b) Penanganan Konservatif
12
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi. Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan
yang
penting
dari
pemeriksaan
antenatal
yang
baik.
(Wiknjosastro H,2006). .C. Definisi Sectio Cesarea Fase pre operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi (Smeltzer & Bare, 2001 ). Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk
caesaria adalah suatu
melahirkan
janin
persalinan
buatan
dari
dalam
dimana
rahim. Sectio
janin
dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2002). Dalam Operasi Sectio Caesar, ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan,
13
lapisan itu kemudian dijahit lagi satu per satu, sehingga jahitannya berlapis-lapis. Jenis – jenis operasi sectio caesarea menurut Sarwono,2005 1.
Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)-Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. b. SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawahrahim) Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm 2.
Vagina (section caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang ( longitudinal ) b.
Sayatan melintang ( Transversal )
c. Sayatan huruf T ( T insicion ) 3
Prognosis (Sarwono,2005) Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi.
Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara sectio caesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar
4-7 %.
4.
Komplikasi ( Sarwono, 2005)
Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut :
14
1.) Infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena karena partus lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama, 2.) Perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka atau karena atonia uteria, 3.) Terjadi komplikasi lain karena luka kandung kencing, embolisme paru dan deep vein trombosis, 4.) Terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
5
Persiapan Pre operasi Tindakan
umum
yang
dilakukan
setelah
diputuskan
melakukan
pembedahanSectio Caesare adalah untuk mempersiapkan pasien agar penyulit pasca operasi dapat dicegah sebanyak mungkin. Persiapan Mental menurut Rondhianto,(2008) : Secara mental seorang pasien harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anestesi terhadap kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini hubungan baik antara penderita, keluarga dan dokter sangat menentukan. Kecemasan ini adalah reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dokter dan petugas kesehatan lainnya. Atas dasar pengertian, pasien dan keluarga dapat memberikan persetujuan dan izin untuk pembedahan. Persiapan yang baik selama periode pre operasi menurunkan risiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan pre operasi menurut Luckman and Sorensen (2003) dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien dan keluarganya yang meliputi : a
Menunjukan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka)
b
Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang akan dijalankan setelah operasi ( latihan nafas dan batuk ).
c
Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.
15
d
Tidak terjadi aspirasi karena vomitus selama pasien dalam pengaruh anestesi
e
Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadinya infeksi setelah operasi.
f g
Mendapatkan istirahat yang cukup. Menjelaskan pengertian tentang prosadur operasi yang ak`n dijalankan termasuk jadwal operasi dan menandatangani persetujuan operasi
h i
Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung. Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea
Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea Menurut Poter dan Perry (2006) pasien pre oprasi mengalami kecemasan karena mereka sering berfikir, seperti: a. Takut nyeri setelah pembedahan. b. Takut keganasan. c. Takut menghadapi ruangan operasi. d. Takut operasi gagal. Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara: 1.
Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
2.
Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
16
3.
Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
4.
Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS
Tanggal Masuk : 2 Januari 2019
Tanggal Pengkajian : 3
Januari
2019 Jam Masuk
: 16:00 WIB
Tempat
: Ruang Obgyn
I.
Jam Pengkajian : 17:00
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif 1.
2.
Biodata IBU
: Ny
PENANGGUNG JAWAB
Nama
: L
Nama
: Tn. Y
Umur
: 43 tahun
Umur
: 46 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: D1
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Selopuro
Alamat
: Selopuro
Alasan Utama/Alasan Masuk: Ibu mengatakan terasa kencang – kencang sejak 1 januari 2019
3.
Riwayat Menstruasi Menarche
: 12th
Siklus
:28 hari / teratur
Lama menstruasi
:7hari
Banyaknya ganti pembalut
:2kali/hari
Dismenorea/tidak
:tidak
18
4.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Anak Tanggal
U
Jenis
Ke-
K
Persalinan Persalinan
Lahir/Umur
Tempat
Penolong
Komplika Bayi
Nifas
si Bayi Ibu
PB/BB
Keadaan Keadaan laktasi
1.
24 tahun
38
Normal
Wlingi
Bidan
-
-
48/3500
sehat
Baik
+
2.
12 tahun
38
Normal
Wlingi
Bidan
-
-
46/2800
sehat
Baik
+
3.
Keguguran
8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4.
Hamil ini
5.
Riwayat Persalinan Sekarang Tanggal/Jam Persalinan
:2 Januari 2019 / pukul 13.40 WIB
Tempat Persalinan
: Ruang IBS OK central RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi Penolong Persalinan
: dokter
Jenis Persalinan
:Sectio Cesarea
Komplikasi Persalinan
:PEB
Keadaan Plasenta
:lengkap
Tali Pusat
:3 jengkal telapak tangan dewasa
Lama Persalinan
:Kala I 5 jam Kala II 15mnt Kala III 5 mnt
Kala IV 2jam Jumlah Perdarahan
: +- 150cc
Bayi
: normal , BB: 4500 gram PB: 53 cm Apgar
Score: 10 Cacat Bawaan: tidak ada Masa Gestasi: 38-39 minggu 6.
Riwayat Kehamilan Sekarang P4003
Ab100
HPHT
: 20 Maret 2018
Usia Kehamilan
: 38-39 minggu
Kunjungan ANC: teratur/tidak, frekuensi
: 1 kali sebulan
Tempat ANC
: dokter
19
Obat yang biasa dikonsumsi selama hamil
: tablet penambah darah,
vitamin Gerakan Janin
: 10 kali/hari
Pergerakan janin pertama 4 kali pada usia kehamilan 5 bulan
Imunisasi Toxoid Tetanus sebanyak 1 kali yaitu:
TT 1
:-
TT I
:saat lahir
Tanda-tanda bahaya
7.
:tidak ada
Riwayat Kesehatan Sekarang/yang Lalu Jantung
: tidak ada masalah
Hipertensi
: ada, ibu mengatakan sejak hamil ini tekanan darah
sering tinggi
8.
9.
Diabetes Melitus
:tidak ada masalah
Ginjal
:tidak ada masalah
Asma
:tidak ada masalah
Hepatitis
:tidak ada masalah
Lain-lain
:tidak ada masalah
Riwayat Operasi Abdomen/SC Tempat
: RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Penolong
: dokter
Tanggal
: 2 januari 2019
Riwayat Penyakit Keluarga: Jantung
: tidak ada masalah
Hipertensi
:tidak ada masalah
Diabetes Melitus
:tidak ada masalah
Hepatitis
:tidak ada masalah
Asma
:tidak ada masalah
20
Ginjal
:tidak ada masalah
Riwayat bayi kembar
:tidak ada masalah
10. Riwayat KB Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan 11. Riwayat Sosial Ekonomi & Psikologis Status Perkawinan :
kawin
Kawin: 1 kali
Lama menikah : 25 tahun Umur menikah pertama kali; 18 tahun Kehamilan ini direncanakan/Tidak direncanakan= direncanakan Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan = merasa senang Pengambilan keputusan dalam keluarga = suami
12. Riwayat Psikososial Taking In
: ibu mengatakan sangat ingin bertemu dengan bayinya
Taking Hold
: ibu mampu BAK ke kamar mandi setelah dilepas kateter
Letting Go
: ibu mengatakan jika sudah pulang ingin merawat bayi
nya sendiri 13. ACTIVITY DAILY LIVING a. Pola makan & minum
Frekuensi
: 3 kali sehari
Jenis
: nasi, lauk, buah
Porsi
: 1 porsi dewasa
Keluhan/Pantangan : tidak ada pantangan b. Pola Istirahat
Tidur siang
: 2 jam
Tidur malam
: 8 jam
Keluhan
: tidak ada keluhan
c. Pola eliminasi
BAK 100cc/hari, konsistensi cair, warna kuning pekat BAB 1 kali/hari, warna kuning kecoklatan, lendir darah: tidak ada d. Personal Hygiene
21
Mandi
: seka 2 kali sehari
Ganti pakaian dan pakaian dalam : 2 kali sehari e. Mobilisasi
ROM aktif kek.otot 5555 f. Aktifitas
Pekerjaan sehari-hari : ibu rumah tangga Keluhan
: tidak ada
Hubungan seksual
: 2 kali/minggu
g. Menyusui
Keluhan
: belum menyusui, colostrum +
h. Kebiasaan hidup
Merokok
: tidak merokok
Minum-minuman keras
: tidak ada
Konsumsi obat terlarang : tidak ada Minum jamu
: tidak ada
B. Data Objektif 1.
2.
Keadaan Umum
: cukup
Tingkat Kesadaran
:compos mentis
Tanda-tanda vital: Tekanan darah
: 160/100 mmHg
Nadi
: 90 kali/menit
Suhu
: 36,4°C
Respirasi
: 24 kali/menit
Tinggi badan
: 160 cm
Berat badan
: 71 kg
Kenaikan BB selama hamil : 15 kg LILA
3.
: 27cm
Pemeriksaan Fisik Inspeksi
: normal
22
Postur Tubuh
: tegap
Kepala
: simetris, tidak ada odem, tidak ada lesi
Rambut
: hitam merata
Muka:
simetris
cloasma:
-
Mata:
simetris
conjungtiva:
an anemis
Hidung: simetris
-
sklera: putih
polip: -
Gigi dan mulut
4.
oedeme:
: bersih, gigi lengkap, mukosa bibir lengkap
Leher Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
5.
6.
Payudara Bentuk simetris
: simetris
Keadaan putting susu
: menonjol
Aerola mamae
: hiperpigmentasi (coklat kehitaman)
Colostrum
: ada
Abdomen Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan/tidak= sesuai
7.
Linea nigra
: ada
Bekas luka/operasi
: ada
Genetalia Varises
: tidak ada
Odema
: tidak ada
Pembesaran Kelenjar bartholini Pengeluaran pervaginam
: lochea rubra , produksi +- 150cc
Bekas luka/jahitan perineum
: tidak ada
Bau
: amis
Anus
: normal
Haemoroid/tidak
: tidak
23
8.
Tangan dan Kaki Simetris/tidak
: simetris
Odeme pada tungkai bawah : tidak ada Varises
: tidak
Pergerakan
: normal, rom aktif
PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium Tanggal
Jenis Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
3 Januari 2019
Hematologi
WBC 16,7 103/mL Lymph 21,7 103/mL Mid 1,3 103/mL Gran 13,7 103/mL Lymph% 10% Mid% 8,0% Grand% 82% HGB 11,8 g/dL RBC 4,28 106/mL HCT 36,3 % MCV 84,9 fL MCH 27,5 pg MCHC 32,5 g/dL RDW-CV 18,5% RDW-SD 54,4 fL PLT 174 109/L MPV 8,7 fL PDW 16,2 PCT 0,151%
Mengetahui,
Wlingi, 3 Januari 2019.
Pembimbing klinik
24
Mahasiswa
(.......................................................)
(.kelompok 8 ) NIM.
25
ANALISIS DATA NO
DATA
ETIOLOGI
1
DS: ibu mengatakan nyeri pada area
Sectio caesaria
MASALAH Nyeri akut
perut P: tindakan section caesaria hari ke-1
Prosedur pembedahan
Q: seperti tertusuk R: Perut
Trauma Jaringan
S: skala 5 T: hilang timbul
Merangsang area
DO: k/u cukup composmentis
sensorik
GCS: 4,5,6 TD: 160/100 mmhg N: 90 x/menit S: 36,4 C
Nyeri akut
RR: 24x/menit
Wajah menyeringai kesakitan Tampak kesakitan Terdapat balutan kassa di area perut Kontraksi uterus baik teraba keras diatas pusat
2
DS: pasien mengatakan bak hanya
Pre eklampsi
sedikit DO : k/u cukup composmentis
Gangguan pola eliminasi urin
Bladder
GCS: 4,5,6 BAK via dower kateter
Penurunan diuresis
Urin produksi: 100cc/24 jam Urin berwarna kuning pekat
Oliguri
Gangguan pola eliminasi urin
26
3
DS: -
Sectio Caesaria
Resiko infeksi
DO: k/u cukup composmentis Gcs: 4,5,6
Luka post operasi
Post SC hari ke-1 Terdapat balutan kassa di perut
Jaringan terluka
WBC 16,7 103/mL TD: 160/100 mmhg N: 90 x/menit
Proteksi kurang
S: 36,4 C RR: 24x/menit Nyeri skala 5
Invasi bakteri
Lochea rubra Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA NO TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
&
TANDA TANGAN
1
3/01/2019
Nyeri akut b.d agen fisik tindakan invasive d.d post SC hari ke-1, skala nyeri 5
2
3/01/2019 Gangguan pola eliminasi urin b.d penurunan diuresis d.d produksi urine
3
3/01/2019
100cc/24jam
Resiko infeksi b.d tindakan invasive d.d post SC hari ke-1, terdapat balutan kassa di perut, WBC 16,7 103/mL
27
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA NO KEPERAWATAN 1
Nyeri akut
TUJUAN
DAN
KRITERIA HASIL NOC:
RENCANA INTERVENSI
TTD
NIC
Pain level
Pain management
Pain control
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Comfort level
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi R/ mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi
Kriteria hasil:
Mampu
mengontrol
dan juga tanda perkembangan komplikasi
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan nyeri, mampu menggunakan
teknik
R/ Dapat mengurangi kecemasan dan rasa takut,
non farmakologi untuk
sehingga mengurangi intensitas rasa sakit
mengurangi rasa nyeri)
3. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
Melaporkan
bahwa
nyeri berkurang
R/ dapat meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot
rasa 4. Berikan pasien posisi senyaman mungkin nyaman setelah nyeri R/ Dapat memberikan istirahat yang lebih nyaman berkurang
Menyatakan
Ttv dalam batas normal 5. Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat TD: 100-120/ 60-80 R/ mengurangi pergerakan dan intensitas rasa mmhg N: 60-100x/menit S: 36,5-37,5 c RR: 16-20x/menit
sakit yang ditimbulkan 6. Observasi TTV R/ mengetahui perkembangan kondisi pasien untuk menentukan intervensi selanjutnya 7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik Injeksi iv ketorolac 3.30mg P.O asam mefenamat 3x500mg R/ Dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
28
IMPLEMENTASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN NO TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN 1
3
januari 18.00
2019
TTD
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Hasil: pengkajian nyeri P: post SC hari ke-1, Q: terasa seperti ditekantekan, R: bagian perut, S: skala 5, T: hilang timbul
Mengobservasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan Hasil: wajah grimace, pasien tampak kesakitan
Mengajarkan teknik nafas dalam Hasil: pasien mengerti, dan mempraktekkan teknik nafas dalam
Memberikan posisi pasien head up 15 Hasil: pasien mengatakan lebih nyaman
Menganjurkan pasien untuk beristirahat Hasil: Pasien kooperatif dan mengikuti apa yang dianjurkan
Mengobservasi TTV Hasil: TD: 160/100 mmhg N: 90 x/menit S: 36,4 C RR: 24x/menit
Berkolaborasi dalam pemberian terapi: injeksi i.v ketorolac 30mg, P.O asam mefenamat 500mg Hasil: pasien mengatakan nyeri berkurang setelah di suntik
29
EVALUASI
NO 1
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWATAN
3 January 2019
Nyeri akut b.d agen S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah fisik tindakan invasif
disuntik Pengkajian nyeri: P: post SC hari ke-1, Q: seperti ditekantekan, R: bagian perut, S: skala 3, T: hilang timbul O: k/u cukup composmentis GCS:4,5,6 Wajah tampak lebih tenang Skala nyeri 4 Posisi head up 15 TD: 160/90 mmhg N: 88 x/menit S: 36,6 C RR: 20x/menit A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi 1,2,6,7
Mengetahui, Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
(.........................................)
(.....................................)
30
BAB IV PEMBAHASAN
Pre-Eklampsia Berat di RSUD Bayu Asih Purwakarta Lia Yulianti* Sandra Fikawati**
Abstrak Pada periode 2004 - 2005, kejadian pre-eklampsia berat pada ibu hamil di RSUD Bayu Asih Purwakarta meningkat dari 15,2% menjadi 23,6. Peningkatan kejadian PEB ini diperkirakan dipengaruhi faktor pendidikan, pekerjaan, umur ibu, paritas, umur kehamilan, riwayat penyakit, dan pemeriksaan antenatal. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis berbagai faktor determinan pre-eklampsia berat pada Ibu hamil di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Penelitian dengan disain studi case control ini dilakukan pada 133 kasus ibu dengan pre-eklampsia berat dan 133 kontrol ibu dengan non pre-eklampsia berat di RSUD Bayu Asih Purwakarta tahun 2004-2005. Metoda analisis yang digunakan adalah metoda analisis regresi logistik ganda. Penelitian ini menemukan faktor-faktor umur ibu, riwayat penyakit, dan pendidikan berhubungan secara bermakna dengan kejadian preeklampsia berat. Faktor yang berhubungan paling erat dengan kejadian preeklampsia berat adalah riwayat penyakit. Disarankan untuk melakukan penyuluhan pada ibu hamil, khususnya yang berumur >35 tahun dan pri migravida dan ibu yang pernah mengalami pre-eklampsia berat agar mampu mendeteksi secara dini gejala dan tanda pre-eklampsia berat untuk segera mencari pelayanan rumah sakit juga melengkapi pengisian data file rekam medis pasien agar dapat memberikan tindakan medis yang sesuai dan tepat. Kata kunci : Pre-eklampsia berat, ibu hamil, rumah sakit
31
Telaah Jurnal Dalam jurmal yang berjudul pre eklampsi berat ini disebutkan bahwa hasil penelitian terdapat peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pendidikan , pekerjaan, usia ibu, umur kehamilan, paritas, riwayat penyakit dan pemeriksaan antenatal. Jika dibandingkan dengan kasus yang diangkat terdapat kesamaan faktor penyebab pre eklampsia yaitu tekanan darah sistole ibu > 160 usia ibu > 35 tahun , multipara, ibu mengatakan terjadi kenaikan tekanan darah memasuki trisemester III. Maka pada ibu yang akan melahirkan dengan pre eklampsia berat diberikan tindakan kolaborasi pemberian MgSO4 yang berfungsi sebagai antikonvulsan.
32
BAB 5 PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Asuhan keperawatan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pasien atas nama Ny. L dengan Post Partum + PEB mengeluh kencengkenceng diserati tensi tinggi pada tanggal 2-1-2019, dengan keluhan sekarang tgl 3-1-2019 adalah nyeri pada daerah perut post SC hari ke-1. 2. Diagnosa prioritas yang ditegakkan adalah Nyeri akut post SC hari ke-1 3. Intervensi yang ditegakkan pada kasus Ny. L antara lain: Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi, Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan, Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi, Berikan pasien posisi senyaman mungkin, Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat, observasi TTV, kolaborasi dalam pemberian analgetik Injeksi iv ketorolac 3x30mg, obat P.O asam mefenamat 3x500mg 4. Implementasi yang diberikan pada Ny. L pada tanggal 3-1-2019 antara lain: melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
dan
faktor
presipitasi,
mengobservasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan, mengajarkan teknik nafas dalam, memberikan posisi headp up 15, menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat, mengobservasi TTV, berkolaborasi dalam pemberian Injeksi iv ketorolac 30mg, obat P.O asam mefenamat 500mg
33
5. Evaluasi pada Ny.L tanggal 3-1-2019 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 hari adalah:
DS: Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah disuntik, Pengkajian nyeri: P: post SC hari ke-1, Q: seperti ditekan-tekan, R: bagian perut, S: skala 3, T: hilang timbul
DO: k/u cukup, composmentis,
GCS:4,5,6, Wajah tampak lebih
tenang, skala nyeri 4, Posisi head up 15, TD: 160/90 mmhg, N: 88 x/menit, S: 36,6 C, RR: 20x/menit 1.2 Saran 1. Bagi Pelayanan keperawatan Agar lebih memberikan perhatian yang ekstra kepada pasien post-partum karena mengingat bahayanya dari resiko perdarahan, kenaikan tandatanda vital diatas normal yang dapat berakibat fatal terhadap keadaan ibu. Pemberian edukasi terhadap bagaiman cara merawat vulva hygiene yang benar sesuai SOP agar tidak berakibat ibu terkena infeksi. 2. Bagi Ibu dan Keluarga Diharapkan ibu dan keluarga mampu menerapkan apa yang telah dijelaskan ketika saat dirumah, ibu mengerti tentang tanda-tanda infeksi, dan ibu mampu menjaga kesehatannya ketika dirumah
34
DAFTAR RUJUKAN Carpenito, L.J. 2013. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2013. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta. Gordon et.al,2013.Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 20012002,Philadelphia,USA. Hacker Moore. 2008. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hanifa Wikyasastro. 2015. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Mc Closky & Bulechek. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America: Mosby. Meidian, JM. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby. Mitayani. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban. https://www.kopertis7.go.id/uploadjurnal/Eva_Silviana_Rahmawati_S tikes_nu_tuban.pdf (Online) diakses pada 2 Januari 2019. Rahmawati, E.S.2013. Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Satriyandari,Y.2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum. https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/JHeS/article/dow nload/185/121 (Online) diakses pada 1 Januari 2019
35