Makalah Pak Hadi.docx

  • Uploaded by: Dandy Zwageri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pak Hadi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,040
  • Pages: 12
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya-lah makalah mengenai Uji In Vitro Terhadap Mikrooganisme ini dapat terselesaikan. Pembuatan makalah ini ditujukan untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Pengujian Bahan Farmasi. Melalui makalah ini, kita dapat mengetahui contoh peujian, metode yang dilakukan dalam pengujian, dan hasil pengujian dari Uji In Vitro Terhadap Mikrooganisme. Pembuatan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, serta data-data yang kami peroleh dari beberapa sumber, berupa jurnal dan pemikiran yang kami gabungkan menjadi sebuah makalah, yang harapannya akan bermanfaat bagi kami pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki beberapa kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar makalah ini semakin baik kedepannya.

Samarinda, 19 Maret 2019

KELOMPOK 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……..………………………………………….…… i DAFTAR ISI ……………..……………..………………….………………..ii BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang …………………..……….………………….iii

1.2

Rumusan Masalah ……………………………….….……....iv

1.3

Tujuan Penulisan …………….…….…...……..………….….iv

1.4

Manfaat Penulisan …………….…..…………...…………….iv

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Uji In Vitro…...................... …..………..………………...v B. Pemeriksaan Uji In Vitro.................................... ……………………. v C. Contoh Jurnal..........................................………………………..…....vi BAB III PENUTUP A. Kesimpulan …………….……………................………….….…….xiii DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..……..xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian adalah Suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah (Cooper & Emory, 1995) . penelitian tersebut dapat dilakukan di lapangan maupun di dalam laboratorium. Penelitian lapang merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks. Sedangkan penelitian dalam laboratorium adalah penelitian yang dilakukan di dalam laboratorium dengan mengambil sample dari penelitian lapang yang dibawa dalam laboratorium untuk di analisa. Penelitian dalam laboratorium disebut penelitian in vitro. Penelitian secara in vitro ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan meniru keadaan langsung yang berada dalam lapang. Hal ini dapat dilakukan dengan bahan-bahan dan alat-alat yang dapat diseting sedemikian rupa sehinggaa dapat menyerupai keadaan di lapangan. Hasil penelitian in vitro mempunyai hasil yang mendekati akurat dibandingkan dengan penelitian di lapangan langsung ( in vivo ). In vitro dapat memudahkan peneliti dalam menganalisa suatu sample yang tidak dapat dianalisa dalam lapangan. Hal ini karena penelitian secara in vitro menggunakan alat-alat yang memungkinkan peneliti dapat menganalisa secara keseluruhan sample yang ada. Alat –alat yang digunakan pun biasanya alat yang canggih dan dapat memudahkan peneliti dalam meniliti sample (Hendrio, 2019)

1.2.Rumusan Masalah 

Apa itu uji in vitro?



Bagaimana metode-metode yang dilakukan?



Bagaimana hasil dari metode-metode dari uji in vitro?

1.3. Tujuan Penulisan 

Mengetahui dan memahami apa itu uji in vitro terhadap mikrooganisme



Mengetahui dan memahami metode-metode yang dilakukan dan hasil dari uji in vitro 1.4..Manfaat Penulisan

1. Untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa agar nantinya bisa digunakan dalam praktikum ataupun penelitian 2. Sebagai bahan bacaan dan literatur tambahan bagi mahasiswa dan masyarakat luas pada umumnya. Dapat menambah wawasan berfikir secara kritis dan analisis dalam melakukan uji in vitro 3. Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan. Khususnya terhadap mata kuliah Pengujian Bahan Farmasi

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Uji In Vitro

B. Pemeriksaan Uji In Vitro Pada prinsipnya pemeriksaan in vitro adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam tabung reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh mahluk hidup. Penelitian in vitro mensyaratkan adanya kontak antara bahan atau suatu komponen bahan dengan sel, enzim, atau isolasi dari suatu sistem biologik. Proses kontak dapat terjadi secara langsung, dalam arti bahan langsung berkontak dengan dengan sistem sel tanpa adanya barier atau dengan menggunakan barier. Pemeriksaan in vitro dapat digunakan untuk mengetahui sitotoksisitas atau pertumbuhan sel, metabolisme set fungsi sel. Bisa pula pemeriksaan in vitro untuk mengetahui pengaruh suatu bahan terhadap genetik set. Ada beberapa keuntungan dari pemeriksaan in vitro dibandingkan dengan jenis pemeriksaan biokompatibilitas lainnya, adalah sebagai berikut: a. Membutuhkan waktu yang relatif singkat b. Membutuhkan biaya yang relatif sedikit c. Dapat dilakukan standarisasi d. Bisa dilakukan kontrol Sebaliknya, kerugian dari pemeriksaan in vitro adalah, karena tidak adanya relevansinya dengan kegunaannya secara in vivo di kemudian hari. Selain itu, kerugian lainnya adalah tidak adanya mekanisme inflamasi dalam kondisi in vitro. Hal yang penting diketahui adalah bahwa dari hasil pemeriksaan in vitro saja jarang bisa untuk mengetahui biokompatibilitas suatu bahan. Pada pemeriksaan in vitro terdapat dua macam sel yang biasa digunakan yaitu sel primer clan sel kontinyu. Kedua sel tersebut mempunyai peran penting dalam melakukan pemeriksaan in vitro. a. Sel primer

: adalah sel yang langsung diambil dari organisme hidup untuk kemudian

langsung dibiakkan dalam kultur. Sel jenis primer akan tumbuh hanya untuk waktu yang terbatas, tetapi mempunyai keuntungan bahwa masih tetap mempertahankan sifat sel pada

kondisi in vivo. Merupakan jenis sel yang sering digunakan untuk melakukan pemeriksaan sitotoksisitas. b. Sel kontinyu : adalah jenis sel primer yang ditransformasikan untuk dapat ditumbuhkan dalam kultur. Karena dilakukan transformasi, maka jenis sel ini tidak lagi mempertahankan semua sifat sel pada kondisi in vivo. (Elisa,2014)

A. Contoh Jurnal 1. Synthesis and in vitro Antisickling Activity of some non-aromatik Esters Zat yang terkandung

esterifikasi dengan asam sulfat sebagai katalis, dengan memperhitungkan dari sifat fisikokimia reagen dan reaksi produk. Untuk semua reaksi, asam lemak yang digunakan berasal dari sumber teknis. Diuntuk memindahkan keseimbangan reaksi, inisial kelebihan alkohol dalam media reaksional (untuk reaksi menggunakan asam lemak) dan kelebihan asam untuk reaksi menggunakan asam sederhana (asam format dan asam asetat) dengan alkohol berat telah dipakai. Hasil yang diperoleh

Sampel darah digunakan untuk mengevaluasi antisickling aktivitas senyawa dalam penelitian ini adalah diambil dari pasien remaja yang diketahui menderita SCD menghadiri “Centre de Médecine Mixte et d'Anémie SS ”terletak di daerah Kinshasa, DRC. Tidak ada pasien yang ditransfusikan baru-baru ini dengan darah Hb AA. Semua antisickling Eksperimen dilakukan dengan segar mengumpulkan darah. Untuk mengkonfirmasi SS mereka sifat, sampel darah yang disebutkan di atas pertama kali ditandai oleh Hemoglobin elektroforesis pada selulosa asetat gel, sebagai dilaporkan sebelumnya [5]. Mereka ditemukan. Darah SS kemudian disimpan

pada suhu ± 4 ° C di a kulkas. Persetujuan yang diperoleh telah diperoleh dari semua pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua prosedur penelitian telah menerima persetujuan Departemen Etika Biologi Komite.

2.

Studi In Vitro Ekstrak Etanol Daun Kamboja (Plumeria alba) sebagai Anti Aeromonas hydrophila

Zat yang terkandung Bahan yang digunakan adalah ekstrak daun kamboja (Plumeria alba), bakteri: Aeromonas hidrophila dengan konsentrasi 105 cfu, nutrient agar (NA) (Oxoid, England), tryptone soya agar (TSA) (Oxoid, England), NaCl fisiologis, aquabidest, tetrasiklin, dimethylsulfoxid (DMSO), kertas cakram steril dan alkohol. 1.

Metode penelitian Pembuatan ekstrak etanol daun kamboja Daun kamboja yang akan diekstrak disiapkan, sebelumnya ditimbang terlebih dahulu dan didapatkan berat basah 2500 g dan sesudah dikeringkan dengan oven didapatkan 206 g. Setelah kering, daun kamboja dihaluskan dengan blender dan diayak untuk memisahkan bagian yang masih kasar dengan yang sudah halus. Sesudah itu, hasil ayakan ditimbang sebanyak 200 g, dibungkus kertas saring, kemudian dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang labu alas bulatnya telah diisi etanol 70% 250- 400 ml. Heating mantle set suhu pemanas 0 dinyalakan pada 60-80 C, air dialirkan pada kondensor dan dilakukan proses ekstraksi sampai hasil ekstraksi jernih (912 kali putaran pelarut). Studi In Vitro Ekstrak Etanol Daun Kamboja (Plumeria alba) 108 Setelah proses ektraksi selesai, hasil ekstrak diambil dan dimasukkan ke dalam labu evaporator. Pelarut diuapkan dengan rotary evaporator sampai tidak keluar lagi pada labu alas bulat tempat sisa penampungan pelarut. Hasil ekstraksi dikeringkan di dalam oven

sampai didapatkan ekstrak kering (konsentrasi 100%), Kemudian ekstrak daun kamboja yang diperoleh ditimbang sehingga didapatkan berat ekstrak daun kamboja murni, yaitu 22 g (Rolliana, 2010).

Preparasi Aeromonas hydrophila Isolat murni Aeromonas hydrophila ditumbuhkan di media brooth heart infusion 0 (BHI)10 ml dan diinkubasi pada suhu 27 C selama 18-24 jam (Austin and Austin, 1993). Setelah 18 jam inkubasi kemudian disentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Endapan yang dihasilkan dicuci dengan menambahkan NaCl fisiologis dan divorteks, kemudian disentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang dan pada endapan ditambahkan dan dihomogenkan dengan NaCl fisiologis 10 ml. Akhirnya, didapatkan 9 suspensi Aeromonas hydrophila sebanyak >10 cfu/ml yang akan digunakan untuk infeksi buatan pada ikan in vivo. Kemudian, suspensi tersebut 5 diencerkan sampai dengan kepadatan 10 cfu/ml menggunakan perhitungan dengan metode Mc. Farland untuk percobaan pada media in vitro.

b. Pengujian efektifitas ekstrak etanol daun kamboja in vitro

Uji in vitro merupakan suatu metode uji pada media buatan yang sesuai dengan lingkungan optimal yang diperlukan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembangbiak. Uji tersebut dilakukan untuk melihat daya kerja antimikrobial ekstrak daun kamboja. Metode yang digunakan pada pengujian in vitro adalah metode difusi atau metode cakram kertas antibiogram Kirby- Bauer (Lay, 1994) dan menggunakan metode dilusi. Pada metode difusi parameter yang diamati adalah zona hambat yang terbentuk, yaitu dengan mengukur diameter zona jernih di sekitar sumur dengan penggaris (Rahman, 2008). Pada awalnya, ekstrak etanol daun kamboja diencerkan menjadi konsentrasi 1%, 5%, 10% dan 20%

dengan cara dicampur aquabidest. Kemudian, pada bagian bawah cawan petri dibuat garis menjadi tujuh bagian, yaitu K+, K-, K, 1%, 5%, 10%, dan 20%. Pada kontrol negatif digunakan DMSO 30% dan kontrol positif digunakan tetrasiklin 30µg/ml. Media nutrient agar dan TSA pada plate (petri dish) dipanaskan menggunakan microwave hingga mencair lalu dimasukkan ke dalam waterbath pada 0 suhu 50 C supaya siap digunakan. Aeromonas 5 hydrophila konsentrasi 10 cfu sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam petri dish dan diratakan, lalu nutrient agar atau TSAdituang di atasnya. Petri dish dibiarkan agak terbuka dalam laminar air flow selama 5-10 menit sampai media agar mengeras. Kertas cakram dicelupkan ke dalam ekstrak etanol daun kamboja kosentrasi 1%, 5%, 10% dan 20% , kemudian diletakkan di media sesuai dengan pembagian garis. Begitu pula dengan K+ maupun Ktetap diberi kertas cakram. Lalu inkubasikan pada 0 suhu 37 C selama 24 jam. Semua pekerjaan ini dilakukan di laminar air flow dan api bunsen untuk menjaga agar tetap steril dan menghindari kontaminasi. Tahap pengujian in vitro lainnya adalah dengan menggunakan metode dilusi, yakni dengan Ikrom et al. 109 mencampurkan bakteri, media dan ekstrak etanol daun kamboja sehingga dapat diamati ada atau tidaknya bakteri yang tumbuh. Pertama-tama, media nutrient agar atau TSA dipanaskan sampai mencair, dituang ke dalam tabung dan selanjutnya ekstrak etanol daun kamboja dimasukkan ke dalam tabung tersebut dan diratakan. Setiap konsentrasi ekstrak diberikan perlakuan yang sama seperti tahap tersebut di atas. Kemudian, isolate Aeromonas hidrophila digoreskan dengan metode zig-zag pada media agar miring.Tahap kerja yang sama juga dilakukan di media yang berbeda, yaitu digunakan petri dish. Bakteri yang digoreskan dengan metode T 0 kemudian inkubasikan pada suhu 37 C selama 24 jam.

1. Hasil pembahasan

Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil uji in vitro ekstrak etanol daun kamboja terhadap pertumbuhan Aeromonas hyrophila Pada kelompok kontrol positif yang mengandung tetrasiklin terdapat zona hambat ratarata sebesar 13,71 mm pada media TSA. Perlakukan ini dilakukan pada tiga buah petri dish untuk meningkatkan objektifas, dan hasil diameter zona hambat setiap petri dish tidak berbeda jauh, yakni 13,2 mm, 14,6 mm dan 13,35 mm. Sebagai kontrol negatif tidak ada zona hambat karena pada perlakuan ini kertas cakram disk hanya dicelupkan ke dalam DMSO sehingga tidak memiliki efek anti bakteri, begitu juga pada kelompok lain yang diberi ekstrak etanol sebanyak 1%, 5% dan 10%. Namun berbeda halnya dengan kelompok yang diberi ekstrak 20% karena nampak ada zona hambat yang terbentuk meskipun masih kecil dan masih ada koloni bakteri di sekitarnya, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Zona hambat yang terbentuk pada media TSA dan NA Adanya zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi ekstrak 20% disebabkan adanya zat tertentu dalam ekstrak kamboja yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Dalam hal ini, kamboja mengandung flavonoid (Tampubolon, 1981) yang salah satunya memiliki efek anti mikrobia (Cushnie and Lamb, 2005 and 2011). Flavonoid merupakan senyawa fenol yang beraksi sebagai koagulator protein (Dwidjoseputro, 1994). Untuk lebih menyakinkan, bahwa ekstrak kamboja memiliki efek anti mikrobia, selanjutnya dilakukan uji difusi kembali, tetapi digunakan variasi konsentrasi ekstrak kamboja yang lebih besar. Variasi yang digunakan pada uji difusi selanjutnya adalah 20%, 40%, 80% dan 100%. Pada uji difusi berikutnya ini hanya digunakan media nutrient agar karena media ini lebih jernih jika dibandingkan dengan media TSA sehingga pengukuran diameter zona hambat dengan jangka sorong lebih mudah dilakukan. Setelah diinkubasikan 24 jam, maka dilakukan pengamatan terhadap zona hambat yang terbentuk Tabel 3 adalah diameter zona hambat yang terukur pada media nutrient agar(NA).

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents

Makalah Pak Aman.docx
November 2019 31
Makalah Pak Idoy.docx
April 2020 23
Makalah Via Pak Soni.docx
December 2019 28
Makalah Pak Agung.docx
July 2020 20
Makalah Pak Hadi.docx
April 2020 22
Makalah Pak Nassar.docx
November 2019 18

More Documents from "sriniantidaud"