BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kertas merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar dan memiliki peranan penting dalam menunjang aspek kehidupan manusia terutama sebagai sarana menulis, pengemas produk, dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan permintaan pasar terhadap kertas terus meningkat. Untuk meningkatkan daya saing perusahaannya, maka setiap industri kertas harus melakukan inovasi serta melakukan pembangunan untuk meningkat kapasitas produksi kertas setiap harinya. Untuk meningkatkan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menerapkan improvement terhadap kapasitas mesin, menerapkan continuous improvement untuk meminimalisir reject/defect, maintenance proses produksi sedemikian rupa agar tidak terjadi downtime. Namun untuk beberapa perusahaan besar, selain menerapkan continuous improvement, ada juga yang melakukan pembangunan dengan menambah plant baru dengan tujuan mendapatkan produksi kertas yang lebih tinggi lagi. Salah satu perusahaan yang sedang mengembangkan produksi kertas adalah PT. ABADI JAYA GRAHA . Perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi kertas. Sebelumnya, PT. ABADI JAYA GRAHA memiliki 2 mesin produksi kertas atau sering disebut dengan nama Paper Machine. Paper machine 1 dibangun pada tahun 1998 dengan kapasitas produksi 480.000 ton kertas per tahun dan Paper machine 2 dibangun pada tahun 2006 dengan kapasitas produksi 420.000 ton kertas per tahun. Namun, pada akhir tahun 2019 nanti, PT. ABADI JAYA GRAHA akan membangun satu paper machine lagi dengan kapasitas produksi 250.000 ton per tahun. Dengan meningkatknya kapasitas produksi kertas, maka kebutuhan bahan baku kertas akan meningkat juga. Bahan baku utama kertas adalah serat, filler (bahan pengisi) air dan aditif. Filler merupakan kebutuhan pokok kedua setelah serat karena
1
memiliki fungsi untuk mengisi rongga-rongga diantara serat serta meningkatkan formasi dari lembaran kertas. Filler terdiri dari beberapa jenis seperti Calcium Carbonat, Kaolin, Clay dan sebagainya. Jenis filler yang digunakan di PT. ABADI JAYA GRAHA adalah Precipitated Calcium Carbonat (PCC). PCC adalah produk pengolahan batu kapur melalui serangkaian reaksi kimia. Secara teknis PCC memiliki keistimewaan seperti ukuran partikel yang kecil (skala mikro) dan homogen. PCC memiliki ukuran partikel yang tergolong sedang yaitu sekitar 3.1 µm dengan luas permukaan 3.5 m2/g. Dengan keistimewaan karakteristik yang dimilikinya maka PCC lah yang digunakan dalam proses poduksi di PT. ABADI JAYA GRAHA. Dalam proses pembuatan kertas, komposisi filler yang ditambahkan sekitar 24% terhadap ton paper. Dengan adanya penambahan kapasitas produksi kertas sebesar 250.000 ton per tahun maka dibutuhkan tambahan filler sekitar 60.000 ton per tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan ekspansi plant PCC untuk mencegah terjadinya kekurangan PCC. Sehingga dalam makalah ini penulis mencoba menyajikan hal-hal yang dibutuhkan dalam proyek PCC Plant dalam bentuk proposal yang berjudul “Proposal Manajemen Proyek PCC Plant dengan Kapasitas Produksi 80.000 ton per tahun” . Pemilihan kapasitas produksi sebanyak 80.000 ton per tahun ini bertujuan untuk menjaga sustainability ketersediaan stock PCC dikarenakan suatu proses tidak pernah berjalan prinsip 100% karena selalu ada downtime untuk maintenance alat dan sebagainya. 1.2 Maksud dan Tujuan Proyek pembangunan PCC Plant bermaksud untuk memfasilitasi ketersediaan PCC yang merupakan salah satu komponen utama bahan baku penyusun kertas, sehingga dapat memenuhi kebutuhan filler untuk paper machine 3 agar produksi kertas dapat tercapai. Adapun tujuan dari proposal manajemen proyek PCC Plant antara lain : 1. Mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan dalam pembangunan PCC Plant 2. Mengetahui prosedur pelaksanaan pembangunan PCC Plant 2
3. Mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan PCC Plant 4. Mengetahui anggaran dana yang diperlukan dalam pembangunan PCC Plant 1.3 Sasaran Sasaran yang dituju dalam manajemen proyek ini adalah persetujuan dari pihak-pihak terkait untuk membangun PCC Plant dengan kapasitas produksi 80.000 ton per tahun. Sehingga kebutuhan PCC terhadap paper machine 3 akan terpenuhi, operasional berjalan lancar dan target produksi tercapai.
1.4 Ruang Lingkup Proyek ini dilakukan di PT. ABADI JAYA GRAHA departemen PCC dengan ruang lingkup sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Proses pembuatan PCC Prosedur Pelaksanaan Project PCC Plant Participant yang ikut serta dalam Project PCC Plant Rencana kerja dan Project Timeline Dana project yang dibutuhkan
1.5 Sumber Dana Dana diperoleh dari PT. ABADI JAYA GRAHA dengan prosedur approval sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Improvement Team dan area bersangkutan mengajukan proposal proyek Pengecekan dan approval dari Department Manager Verifikasi dan approval dari BU Head Verifikasi dan approval dari Project Team Department Verifikasi dan approval dari Operational Head PT. ABADI JAYA GRAHA Verifikasi dan approval dari President Head PT. ABADI JAYA GRAHA
1.6 Output
3
Hasil akhir dari proyek ini adalah pembangunan PCC Plant dengan kapasitas produksi 80.000 ton per tahun. Dimana proyek akan menjadi supporting serta salah satu kebutuhan dalam pembangungan proyek lain tertentunya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filler Filler adalah mineral alam yang ditambahkan ke dalam bubur serat selulosa untuk meningkatkan sifat optik lembaran kertas. Mekanisme filler sendiri adalah
4
mengisi rongga-rongga yang kosong diantara serat. Filler dapat memberikan dampak positif ataupun negatif pada lembaran (Casey, 1981). Menurut Holik (2006), dampak positif dari penggunaan filler adalah: 1. Meningkatkan sifat optik seperti brightness dan opasitas. 2. Meningkatkan smoothness permukaan kertas. 3. Meningkatkan formasi lembaran dengan mengisi rongga kosong antar jalinan serat. 4. Meningkatkan printability dalam berbagai macam proses percetakan karena permukaan lembaran yang seragam, opasitas lebih tinggi, dan daya serap tinta yang lebih baik. 5. Meningkatkan stabilitas dimensi kertas karena pada umumnya filler bersifat inert ketika basah, tidak seperti serat alami yang biasa digunakan. 6. Meningkatkan permanensi kertas. Dampak negatif dari filler: 1. Kekuatan lebih rendah karena filler menghalangi ikatan antar serat. 2. Mengakibatkan dusting karena menimbulkan debu. 3. Meningkatkan abrasi pada mesin kertas.
2.2 Precipitated Calcium Carbonat (PCC) PCC adalah produk pengolahan batu kapur melalui serangkaian reaksi kimia. Secara teknis PCC memiliki keistimewaan seperti ukuran partikel yang kecil (skala mikro) dan homogen. Dengan keistimewaan karakteristik yang dimilikinya, pemakaian PCC dalam industri menjadi semakin luas. PCC dapat disintesis dari batu kapur dengan tiga metoda yaitu metoda karbonasi, metoda kaustik soda dan metoda solvay. Pada metoda kaustik soda, batu kapur dikalsinasi menjadi CaO, lalu dihidrasi menjadi Ca(OH)2 dan kemudian direaksikan dengan larutan natrium karbonat
5
(Na2CO3) sehingga terbentuk endapan CaCO3 (PCC). Akan tetapi pada metoda ini rendemen PCC yang dihasilkan relatif rendah, karena dibatasi oleh kelarutan Ca(OH)2 yang kecil. Modifikasi pembentukan PCC dilakukan dengan menambahkan larutan asam nitrat pada batu kapur yang sudah dikalsinasi sehingga terbentuk garam kalsium yang mudah larut. Hasil perlakuan disaring dan filtrat direaksikan dengan larutan natrium karbonat membentuk endapan kalsium karbonat (PCC). 2.3 Jenis Proses Pembuatan Precipitated Calcium Carbonate (PCC) Dalam memproduksi Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
Proses
Calcium
Chloride-Sodium
Carbonate
Double
Decomposition
(Calcium Chloride Process) Pada proses Calcium Chloride, kalsium hidroksida direaksikan dengan amonium klorida membentuk gas amonia dan larutan kalsium klorida. Setelah pemurnian, larutan ini direaksikan dengan sodium karbonat untuk menghasilkan endapan kalsium karbonat dan larutan sodium klorida. Proses ini merupakan yang paling sederhana, namun penggunaan kalsium klorida yang diperoleh dengan reaksi antara amonium klorida (aq) dan kalsium hidroksida (aq) dimana kedua bahan baku ini harganya cukup mahal menjadikan proses ini tidak ekonomis.
Proses Lime-Soda Proses Lime-Soda, disebut juga kaustisasi, merupakan metode klasik untuk menghasilkan soda kaustik (sodium hidroksida). Proses ini biasanya digunakan oleh pabrik alkali, dimana tujuan utamanya adalah me-recovery sodium hidroksida sedangkan precipitated calcium carbonate mentah hanya sebagai by-product. Pada proses ini, larutan sodium karbonat direaksikan dengan kalsium hidroksida berlebih untuk menghasilkan sodium hidroksida
6
cair dan by-product berupa precipitated calcium carbonate ( PCC ) . Proses berlangsung pada suhu 30-60 o C dengan konversi rata-rata < 90 %. Kualitas PCC yang dihasilkan dari proses ini kurang baik karena distribusi ukuran partikel PCC sangat beragam serta kandungan residu Ca(OH) 2 yang berlebih. Selain itu, pembuatan kaustik soda dengan metode ini mulai digantikan dengan metode elektrolisis.
Metode Karbonasi Metode karbonasi merupakan proses yang paling banyak digunakan karena menggunakan bahan baku yang murah. Pada proses ini, batu kapur (limestone) yang telah dihancurkan dibakar dalam kiln pada temperatur sekitar 1000oC untuk mendekomposisi batu kapur menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida. Tahap ini disebut sebagai kalsinasi. CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g) CaO kering kemudian dihidrasi (slaking) dengan air pada temperatur 30-50oC untuk menghasilkan slurry Ca(OH)2. CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(s) Slurry terdiri dari kalsium hidroksida tak terlarut, ion kalsium (Ca2+) dan ion hidroksida (OH-). Sebelum karbonasi, slurry disaring untuk memisahkan pengotor yang berasal dari batu kapur. Slurry kemudian diumpankan pada reaktor tiga fasa tangki berpengaduk untuk direaksikan dengan gas CO2. Reaktor ini dapat beroperasi secara atmosferis maupun bertekanan.Temperatur yang digunakan pada proses karbonasi 30-60 o C dengan konversi > 90 %. Ca(OH)2(s) + CO2(g) CaCO3(s) + H2O(l)
7
BAB III METODOLOGI DAN PENGERJAAN 3.1 Pelaksanaan Adapun tata cara pelaksanaan proyek pembanguan PCC Plant yang akan digunakan adalah sesuai dengan standar baku (SOP) proyek yang ada dilingkungan PT. ABADI JAYA GRAHA. Standar tersebut merupakan standar yang telah digunakan dalam semua proyek pembangunan maupun pengembangan yang ada dibawah JAYA group beberapa tahun terakhir. 3.2 Metodologi
8
3.2.1 Partisipan Adapun dalam pelaksanaan proyek ini terdapat 4 partisipan utama yaitu :
Operational team Merupakan kelompok yang akan mengoperasikan dan merawat plant yang telah dibangun. Operational team juga merupakan pihak yang akan menyediakan bahan baku, bahan kimia dan bahan aditif selama masa commissioning dan operasional.
Supplier/Vendor Merupakan kelompok yang menyediakan komponen mesin utama, serta memberikan pengawasan dan pengecekan kualitas pekerjaan selama masa konstruksi. Selama masa commissioning vendor wajib memberikan arahan, pelatihan dan dokumen lengkap untuk mengoperasikan mesin dengan baik.
Project team Merupakan
kelompok
yang
akan
melaksanakan
pengawasan
konstruksi dan segala macam penyesuaian program bersama dengan vendor. Project team akan menangani segala macam konstruksi yang tidak ada dalam cakupan komponen mesin utama yang disalurkan oleh vendor. Project tean juga nerupakan koordinator dari semua kelompok yang terlibat dalam proyek selama masa konstruksi dan commissioning.
Kontraktor
9
Merupakan kelompok yang akan melalukan pembangunan dan penginstalan dalam proyek dibawah pengawasan project team dan vendor. 3.2.2 Tahap Dalam Pelaksanaan Proyek Dalam standar baku (SOP) yang menjadi acuan, terdapat beberapa tahap dimulai dari pengajuan proposal hingga plant siap untuk beroperasi. a. Basic engineering (Perancangan Dasar) Dalam tahap ini dilakukan perhitungan kapasitas produksi yang dibutuhkan. Kebutuhan kapasitas produksi akan menjadi dasar dalam perncangan plant yang akan dibangun. Tahap perancangan dapat dilakukan oleh pihak pembuat proposal secara tunggal atau dapat juga dengan mengundang beberapa vendor dan juga dengan memakai jasa konsultan.
b. Planning (Perencanaan) Perencanaan proyek dilakukan secara rinci dari tiap tahap proses yang terjadi selama proyek. Perencanaan yang dibuat akan menunjukkan target tiap proses dan juga dapat memperlihatkan kapan produk yang diharapkan dapat dihasilkan.
c. Penyusunan Owner’s Requirement Merupakan tahap penyusunan proposal sederhana yang menjelaskan : o Latar belakang dan tujuan proyek dilakukan o Jenis teknologi dan kapasitas yang diinginkan
10
o Besar biaya yang dibutuhkan o Keuntungan yang akan didapatkan ataupun kerugian yang dapat dicegah
d. Technical Evaluation Tahap dimana penawaran dari beberapa vendor dibahas secara rinci dan diaktegorikan berdasarkan kebutuhan proses. Prioritas akan dibuat namun keputusan akhir aka didapatkan setelah tahap negosisasi.
e. Negosiasi Negosiasi dengan vendor dilakukan untuk mencapai kesepakatan dalam segi penyaluran, fasilitas dan pelayanan. Dalam tahap ini juga diusahakan untuk mendapatkan paket proyek dengan dana seminimal mungkin tanpa mengabaikan kualitas yang diharapkan.
f. Konstruksi Konstruksi dilaksanakan dengan perhitungan waktu sehingga ketika barang atau peralatan yang dipesan datang maka akan dapat dipasang secara langsung tanpa adanya waktu penundaan. Konstruksi dimulai dengan pengerjaan sipil dan perpipaan. Setelah barang atau peralatan utama datang maka dapat dilanjutkan dengan instalasi mekanis, penyambungan ke sumber listrik, dan penyelarasan instrumentasi serta sistem control.
g. Inspeksi
11
Inspeksi yang dimaksud merupakan pengecekan seluruh alat dan barang yang telah terpasang. Pengecekan dilakukan oleh keempat kelompok yang telah dijelaskan sebelumnya. Inspeksi dimaksudkan untuk memastikan kesiapan dan keamanan perangkat sebelum dijalankan untuk tahap pengetesan. Dapat dikatakan inspeksi merupakan tahap pengecekan fisik atau mekanis saja.
h. Tes Fungsi Tes fungsi dilaksnakan setelah inspeksi dimana koneksi, pergerakan serta program yang telah dipasang dipastikan berjalan dengan baik.
i. Dry Run Merupakan pengetesan alat yang dijalankan sesuai rangkaiannya, dimana plant dijalankan tanpa bahan baku (kering) atau untuk alat tertentu akan digunakan air (bukan bahan yang akan diproduksi).
j. Wet Run Dalam tahap wet run awalnya semua utilitas akan dialirkan ke plant. Jika utilitas sudah dipastikan masuk ke system dengan benar dan sesuai yang diharapkan maka akan dilakukan pengetesan sesuai bahan baku yang akan digunakan. Pada tahap ini hanya akan dilakukan proses tanpa pengontrolan, sehingga kualitas produk yang dihasilkan tidak menjadi hal penting untuk diperhatikan.
12
k. Commissioning Commissioning merupakan fasa dimana proses dijalankan dengan mulai mengatur parameter-parameter terkait hingga didapat produk yang sesuai dengan kebutuhan. Penyesuaian parameter-parameter tersebut diperlukan terhadap keberlangsungan proses kedepannya. Pada tahap ini juga dilakukan penyesuaian antara pihak operational team dan vendor dengan tujuan agak setelah proses serah terima operational team dapat menjalankan plant secara mandiri. Pelatihan teori maupun praktis dilakukan secara bersamaan dalam tahap commissioning ini.
l. Test Run Setelah mencapai standar proses yang dijanjikan dan kualitas produk sesuai dengan hasil negosiasi maka akan dilakukan pengujian selama beberapa periode waktu (biasanya 7 atau 14 hari sesuai kesepakatan dengan vendor) untuk menjadi syarat resmi bahwa target yang diharapkan sesuai perjanjian yang dibentuk telat tercapai. Vendor berhak meminta waktu untuk mempersiapkan plant hingga kondisi prima untuk memperbesar kemungkinan pencapaian target tidak lebih dari 2 minggu. Setelah pengujian selesai dilakukan maka akan dipublikasikan Taking Over Certificate dimana secara resmi plant telah diserahkan secara menyeluruh kepada operational team untuk digunakan dalam operasi plant secara normal atau sesuai kebutuhan operational team.
13
BAB VII RENCANA ANGGARAN BIAYA 7.1 Rincian Dana Proyek Dana proyek pembangunan PCC Plant meliputi beberapa aspek, antara lain : 1. Preliminary Merupakan tahap awal perancangan plant, melibatkan supplier atau vendor yang akan memberikan rancangan design proses, serta supervisor yang akan mengawasi proses pembangunan berdasarkan design yang telah disepakati. 2. Mechanical dan Civil Installation Melibatkan instalasi equipment utama proses PCC, pompa, carbonator, tank, valve, pipework dan sebagainya. 3. Electrical & ICA Installation Melibatkan semua suplai equipment electrical, install all PLC hardware, instrumentation, cable, transformer, new MCC & I/O panels dan sebagainya. Total biaya yang dikeluarkan dalam proyek PCC Plant adalah 3.621.085 USD dengan rincian sebagai berikut : 1. Preliminary 2. Mechanical dan Civil Installation 3. Electrical & ICA Installation
: 801.000 USD : 2.351.572 USD : 468.713 USD
TABEL RINCIAN DANA PROYEKS PEMBANGUNAN PCC PLANT
14
BAB VII 15
KESIMPULAN 8.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan proposal ini antara lain : 1. Pembangunan PCC Plant bertujuan untuk mensupport pembangunan paper machine 3 agar target produksi kertas tercapai 2. Proyek PCC Plant melibatkan beberapa pihak yaitu operational team, supplier/vendor, project team dan kontraktor 3. Proyek PCC Plant meliputi beberapa tahapan proses yaitu Basic engineering (Perancangan
Dasar),
Planning
(Perencanaan),
Penyusunan
Owner’s
Requirement, Technical Evaluation , Negosiasi, Konstruksi, Inspeksi, Tes Fungsi, Dry Run, Wet Run, Commissioning , Test Run, Taking Over Certificate dimana secara resmi plant telah diserahkan secara menyeluruh kepada operational team untuk digunakan dalam operasi plant secara normal atau sesuai kebutuhan operational team. 4. Anggaran biaya dalam pembangunan proyek PCC Plant meliputi beberapa tahap yaitu Preliminary, Mechanical dan Civil Installation , Electrical & ICA Installation dengn total biaya sebesar 3.621.085 USD
16