BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses hemostasis adalah mekanisme keseimbangan dalam menghentikan dan mencegah perdarahan. Vasokontriksi pembuluh darah akan terjadi apabila pembuluh darah mengalami luka, kemudian trombosit berkumpul dan melekat pada pembuluh darah yang terluka kemudian membentuk sumbat trombosit. Faktor koagulasi akan diaktifkan, sehingga membentuk benangbenang fibrin yang membuat sumbat trombosit menjadi stabil, maka dari itu pendarahan dapat dihentikan. Gangguan hemostasis terdiri dari BT, CT, aPTT, PT, dan TAT, namun dalam makalah ini hanya membahas mengenai waktu perdarahan (BT) dan koagulasi darah (CT) (Noprianty, 2018). Waktu perdarahan atau Bleeding time (BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris, yang pada prinsipnya memiliki interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah dan dihapus setiap 30 detik menggunakan tissu. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, dan terutama kemampuan trombosit untuk melakukan adhesi pada jaringan sub-endotel dan membentuk agregasi platelet. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu perdarahan yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemoglobin dalam plasma, serta kadar globulin dalam darah (Noprianty, 2018). Masa pembekuan atau Clotting time (CT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Dalam tes ini, hasilya dapat menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor pembekuan darah, terutama faktor-faktor yang membentuk Tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit. Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit Thromboplebitis, Infark miokard (serangan jantung), Emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan obat barbiturat, kontrasepsi hormonal wanita, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi
1
mengeluarkan air jika ada pembengkakan), sedangkan perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati (Sirosis), kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, dan gagal jantung kongestif (Noprianty, 2018). Oleh karenanya, yang melatarbelakangi dari uraian diatas yaitu teknik atau cara menetapkan waktu perdarahan dan koagulasi darah yang dilakukan dengan metode manual. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Bleeding time dan Clotting time dengan metode manual.? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan Bleeding time dan Clotting time dengan metode manual. 1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat mengaplikasikan teknik dari pemeriksaan Bleeding time dan Clotting time menggunakan metode manual.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsurunsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein) dalam tubuh manusia terjadi proses sirkulasi berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh. Diperlukan peredaran media pengantar dan alat-alat yang turut berperan dalam sirkulasi untuk melakukan proses ini. Media dan alat-alat ini bekerja bersamasama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan sistem sirkulasi darah. Media yang berperan dalam peredaran zat-zat penting ke seluruh tubuh ini adalah darah (Noprianty, Aulia. 2018) 2.2 Plasma Darah disusun oleh 2 komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah.Plasma darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstraseluler dengan volume ±5% dari berat badan. Apabila sejumlah volume darah ditambah dengan zat pencegah anti pembekuan darah secukupnya kemudian diputar selama 20 menit dengan kecepatan 3000rpm maka cairan yang terdapat pada bagian atas disebut plasma. Plasma darah mengandung fibrinogen. Oleh karena itu dalam memperoleh plasma, darah dicampur dengan antikoagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Sitrat merupakan antikoagulan yang langsung mengikat Ca, sehingga digunakan untuk pemeriksaan waktu rekalsifikasi. Plasma yang diabsorpsi dengan barium sulfat mengandung fibrinogen, faktor V, VIII, XI, XII, XIII.Plasma ini tidak dapat membeku karena tidak mengandung protrombin, factor X dan faktor VII yang diperlukan untuk aktivasi intrinsik. Faktor XI dan XII
3
stabil dalam plasma simpan, tidak diabsorpsi oleh barium dan tidak habis oleh proses pembekuan (Noprianty, Aulia. 2018) 2.3 Sel Pembeku (Tombosit) Fungsi utama trombosit adalah membentuk sumbat mekanis yang merupakan respons hemostatik normal terhadap cedera vaskuler. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah secara spontan melalui pembuluh halus. Fungsi trombosit ada tiga yaitu perlekatan (adhesi), penggumpalan (agregasi), dan reaksi pelepasan, juga terdapat amplifikasi (penguatan). Imobilisasi trombosit di tempat cedera vaskuler mensyaratkan interaksi spesifik trombosit dengan dinding pembuluh darah (adhesi) dan antar trombosit (agregasi) (Luviriani, E, 2014). 2.4 Hemostasis Hemostasis
ialah
suatu
fungsi
tubuh
yang
bertujuan
untuk
mempertahankan keenceran darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup kerusakan dinding pembuluh darah sehingga mengurangi kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah. Hemostasis melibatkan sistem vaskuler, sistem trombosit, sistem koagulasi, dan sistem fibrinolisis (Bakta, 2006). Pemeriksaan hemostasis dilakukan untuk skrening, diagnosa dan monitor terapi gangguan koagulasi. Untuk memastikan diagnosis dan terapi gangguan hemostasis yang tepat dan berkesinambungan, diperlukan presisi dan akurasi jangka panjang yang konsisten. Pemeriksaan hemostasis meliputi pemeriksaan khusus dan penyaring. Yang termasuk pemeriksaan penyaring yaitu masa pembekuan, masa perdarahan, hitung trombosit, PT, dan aPTT (Luviriani, E, 2014). 2.5 Pembekuan Darah Pembekuan darah (koagulasi) adalah suatu proses kimiawi protein-protein plasma yang berinteraksi untuk mengubah molekul protein plasma besar yang larut, yaitu fibrinogen menjadi gel stabil yang tidak larut disebut fibrin (Luviriani, E, 2014). Aktifitas jaringan, peningkatan trombosit, peningkatan faktorfaktor koagulasi, dehidrasi, perubahan asam-basa tubuh dan antigenantigen yang bekerja pada pembekuan darah akan meningkatkan aktifitas koagulasi baik jalur intrinsik maupun ekstrinsik (Luviriani, E, 2014).Terdapat
4
tiga kelompok dalam faktor pembekuan darah, yaitu kelompok fibrinogen, kelompok prothrombin, dan kelompok kontak. Kelompok fibrinogen terdiri dari Faktor I, V, VIII, dan XIII. Kelompok prothrombin terdiri dari Faktor II, VII, IX, dan X. Kelompok kontak terdiri dari Faktor XI, XII, prekalikrein, dan HMWK (Kiswari, 2014). Pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama. Pertama, sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan sel darah itu sendiri dan terjadi rangkaian reaksi kimiawi kompleks yang dapat dikelompokkan menjadi jalur ekstrinsik dan intrinsik. Pada rangkaian reaksi ini melibatkan banyak faktor pembekuan yang hasil akhirnya adalah aktivator prothrombin. Kedua, aktivator prothrombin yang mengkatalisis pengubahan prothrombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin akan bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan (Noprianty, Aulia. 2018) Pembekuan darah memerlukan sistem penguatan biologis dimana relatif sedikit zat pemula secara beruntun mengaktifkan, dengan proteolisis,reaksi protein prekursor yang beredar (enzim-enzim faktor pembekuan) yang memuncak pada pembentukan trombin, selanjutnya mengkonversi fibrinogen plasma yang larut menjadi fibrin. Fibrin menjaring agregat trombosit pada tempat luka vaskular dan mengubah sumbatan trombosit primer yang tidak stabil menjadi sumbatan haemostasis yang kuat, utuh, dan stabil (Noprianty, Aulia. 2018) Kerja reaksi enzim ini membutuhkan pemekatan setempat factor-faktor pembekuan yang beredar pada tempat luka.Reaksi melalui permukaan terjadi pada kolagen yang telah terpapar, faktor III dan faktor jaringan. Dengan pengecualian fibrinogen yang merupakan sub unit bekuan fibrin,faktor-faktor pembekuan adalah prekursor enzim maupun kofaktor, yaitu kemampuan menghidrolisa ikatan peptide tergantung pada asam amino serin pada inti aktifnya (Noprianty, Aulia. 2018) 2.6 Pemeriksaan Masa Pembekuan Darah (Clotting Time) Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau waktu yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
5
pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk pembekuan darah. Trombin waktu membandingkan tingkat pasien pembentukan gumpalan dengan sampel dari normal plasma dikumpulkan. Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma. Jika plasma tidak segera membeku, itu berarti kekurangan (fibrinogen kuantitatif) atau cacat kualitatif (fibrinogen disfungsional). Reptilase memiliki tindakan yang mirip dengan trombin tetapi tidak seperti trombin tidak dihambat oleh heparin. Trombin waktu dapat diperpanjang oleh: heparin, produk degradasi fibrin, antikoagulan lupus. Dalam bidang tes koagulasi, Clotting time adalah salah satu yang paling prosedural sederhana. Setelah membebaskan plasma dari seluruh darah dengan sentrifugasi, Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma. bekuan ini terbentuk dan terdeteksi optikal atau mekanis dengan alat koagulasi. Waktu antara penambahan trombin dan pembentukan gumpalan dicatat sebagai Clotting time (Luviriani, E, 2014). Dalam tes ini hasilya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor pembekuan darah, terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit (Gandasoebrata, 2001). Masa pembekuan atau clotting time (CT) adalah lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Dalam tes ini hasilya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor pembekuan darah, terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit (Gandasoebrata, 2001). Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit thromboplebitis, infark miokard (serangan jantung), emboli
pulmonal
(penyakit
paru-paru),
penggunaan obat barbiturat, kontrasepsi hormonal wanita, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air jika ada pembengkakan), sedangkan perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, dan gagal jantung kongestif (Luviriani, E, 2014). Pemeriksaan
masa
pembekuan
darah
(clotting
time)
merupakan
pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan darah untuk membeku yang digunakan untuk mengukur aktivitas faktor-faktor pembekuan darah,
6
terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit. Pemeriksaan clotting time dapat diukur dengan menggunakan skala rasio dalam satuan menit (Luviriani, E, 2014). 2.7 Metode Tabung (Modifikasi Lee dan White) Metode tabung (modifikasi Lee dan White) merupakan metode pemeriksaan clotting time dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh darah lengkap untuk membeku di dalam tabung. Metode ini menggunakan 4 tabung masing-masing terisi 1 ml darah lengkap dan tabung perlahan-lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya darah bersentuhan dengan dinding tabung sekaligus melihat sudah terjadinya pembekuan. Pemeriksaan clotting time metode tabung diukur dengan menggunakan skala rasio dalam satuan menit (Luviriani, E, 2014). Metode tabung menggunakan 4 tabung masing-masing terisi 1 ml darah lengkap, kemudian tabung perlahan-lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya darah bersentuhan dengan dinding tabung sekaligus melihat sudah terjadinya gumpalan padat (Noprianty, Aulia. 2018). Masa pembekuan darah itu ialah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga dan keempat. Masa pembekuan itu dilaporkan dengan dibulatkan sampai setengah menit. Nilai normal untuk metode tabung (modifikasi Lee dan White) adalah 9 – 15 menit (Gandasoebrata, 2001). Pemeriksaan waktu pembekuan saat ini jarang dilakukan, dan telah digantikan dengan aPTT. Sensitivitas PT dan aPTT dengan adanya defisiensi faktor pembekuan tergantung cara pemeriksaan dan derajat pemanjangan, serta adanya defisiensi faktor pembekuan dapat berbeda bermakna antar reagen. Sumber kesalahan pencampuran darah dengan tromboplastin jaringan meliputi pungsi vena yang tidak berhasil baik, busa dalam semprit atau tabung, menggoyang-goyangkan tabung yang tidak sedang diperiksa, semprit atau tabung kotor, serta pemakaian obat yang mempengaruhi hasil. Semakin lebar tabung, semakin lama waktu pembekuan (Luviriani, E, 2014).Penetapan masa pembekuan dengan menggunakan darah lengkap sebenarnya satu tes yang kasar, membutuhkan waktu yang lama, ketelitian yang buruk dan sensitif hanya pada defisiensi faktor pembekuan yang berat, tapi diantara tes-tes yang
7
mengggunakan darah lengkap cara ini dianggap yang terbaik (Gandasoebrata, 2001). 2.8 Metode Slide Metode slide merupakan salah satu metode pemeriksaan clotting time dengan menggunakan darah yang diteteskan pada object glass dan dicatat waktu sampai terbentuk fibrin. Pemeriksaan clotting time metode slide diukur dengan menggunakan skala rasio dalam satuan menit (Luviriani, E, 2014). Cara ini sangat kasar dan hanya boleh dipakai dalam keadaan darurat jika cara tabung atau cara dengan kapiler tidak dapat dilakukan. Cara ini menggunakan darah yang diteteskan pada object glass yang kering dan bersih sebanyak 2 tetesan besar berdiameter 5 mm secara terpisah dan setiap 30 detik darah diangkat menggunakan lidi dan dicatat waktu saat terlihat adanya benang fibrin, setelah itu dilakukan hal yang sama pada tetesan yang kedua secara bersamaan. Kemudian hentikan stopwatch setelah terlihat adanya benang fibrin pada tetesan kedua. Waktu pembekuan adalah saat adanya benang fibrin dalam tetes darah yang kedua terhitung mulai dari darah masuk ke semprit, nilai normal untuk metode slide adalah 2-6 menit. Sumber kesalahan terjadi pada pencampuran darah dengan tromboplastin jaringan yang meliputi pungsi vena yang tidak berhasil baik, busa dalam semprit, object glass yang basah dan kotor, serta pemakaian obat yang dapat mempengaruhi hasil (Gandasoebrata, 2001). 2.9 BT (Bloding time) Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan trombositopenia (<100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000 mm3), penyakit Von Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin. Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak merusak trombosit.
8
Setelah trombosit menumpuk pada luka , perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil. Tes masa perdarahan ada 2 cara yaitu: 1. Metode Duke dengan nilai rujukan 1 – 3 menit. 2. Metode Ivy, kepekaan metode Ivy lebih baik, dengan nilai rujukan I - 7 menit A. Metode Ivy Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode Ivy, tekanan darah manset ditempatkan di lengan atas dan meningkat sampai 40 mmHg. Sebuah pisau bedah atau pisau bedah yang digunakan untuk melakukan tusukan luka di bagian lengan bawah. Perangkat, pisau otomatis pegas paling umum digunakan untuk membuat potongan berukuran standar. Kawasan ditikam dipilih sehingga tidak ada vena superfisialis. Ini pembuluh darah, karena ukuran mereka, mungkin kali pendarahan lagi, terutama pada orang dengan pendarahan cacat. Waktu dari ketika luka menusuk dibuat sampai pendarahan semua telah berhenti diukur dan disebut waktu perdarahan (Bleeding Time). Setiap 30 detik, handuk kertas digunakan untuk membersihkan dari darah. Tes ini selesai ketika pendarahan telah berhenti sepenuhnya. a Pra Analitik. 1. Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus. 2. Persiapan sample: darah kapiler. 3. Prinsip:Dibuat perlukaan standar pada permukaan volar lengan bawah ,lamanya perdarahan diukur. 4. Alat dan bahan: Tensimeter Disposable, lanset steril dengan ukuran lebar 2 mm dan 3 mm, Stop watch, Kertas saring bulat, Kapas alkohol. b Analitik 1. Pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompakan tensi meter sampai 40 mm Hg selama pemeriksaan.
9
2. Desinfeksi permukaan volar lengan bawah dengan kapas alkohol 70 % . 3. Pilih daerah kulit yang tidak ada vena superfisial, kira - kira 3 jari dari lipatan siku. 4. Rentangkan kulit dan lukailah dengan lebar 2 mm dalam 3mm. 5. Tepat pada saat terjadi perdarahan stop watch dijalankan. 6. Setiap 30 detik hapuslah bintik darah yang keluar dari luka hindari jangan sampai menutup luka. 7. Bila perdarahan berhenti (diameter <1 mm) hentikan stop watch dan lepas-kan manset tensimeter. 8. Catat waktu perdarahan dengan pembulatan 0,5 menit Catatatan: Bila perdarahan sampai 15 menit belum berhenti tekanlah lukanya . Tes diu-langi lagi terhadap lengan lainnya . Bila hasilnya sama , hasil dilaporkan bahwa masa perdarahan > 15 menit. Kesulitan dalam membuat luka yang standar . Jika hasil < 2 menit tes diulang. a Paca analitik 1. Nilai rujuk : 1 – 7 menit. B. Metode Duke Untuk metode Duke, dibuat di kuping telinga atau ujung jari yang ditusuk untuk menyebabkan perdarahan. Seperti dalam metode Ivy, tes ini waktunya dari awal pendarahan sampai pendarahan benar-benar berhenti. Kerugian dengan metoda Duke adalah bahwa tekanan pada vena darah di daerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan. Keuntungan dengan metode Duke adalah bahwa bekas luka tidak tetap setelah ujian. Metode lain dapat menyebabkan bekas luka, garis rambut kecil di mana luka tersebut dibuat. Namun, ini adalah sebagian besar
10
perhatian kosmetik. Tidak ada persiapan khusus yang dibutuhkan. pasien untuk tes ini. Daerah yang akan ditusuk harus
dibersihkan
dengan
alkohol.
Alkohol
harus
ditinggalkan dikulit cukup lama untuk membunuh bakteri pada tempat luka. Alkohol harus dikeluarkan sebelum menusuk lengan karena alkohol akan berdampak buruk hasil tes oleh pembekuan menghambat. a. Pra Analitik. 1.
Persiapan Pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
2.
Persiapan sample: darah kapiler
3.
Prinsip : Dibuat luka standar pada daun telinga , lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat.
b. Analitik. 1)
Desinfeksi daun telinga dengan kapas alkohol , biarkan mengering.
2)
Buat luka dengan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3 mm. sebagai pegangan pakailah kaca objek dibalik daun telinga dan tepat pada saat darah keluar jalankan stop watch.
3)
Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan kertas saring bulat tetapi jangan sampai menyentuh luka
4)
Bila perdarahan berhenti, hentikan stop watch dan catatlah waktu
perdarahan Catatan: Bila perdarahan 10 menit, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan kapas alkohol . Dianjurkan untuk diulang dengan cara yang sama atau dengan metode Ivy. Digunakan untuk bayi dan anak – anak, Kepekaannya kurang. 2.10 Mekanisme Perdarahan
11
Mekanisme pendarahan terjadi selama proses pembekuan darah sedang berlangsung, selama belum terjadi pembekuan darah maka pendarahan terjadi. Ketika endothelium pembuluh rusak atau jaringan ikat pada dinding pembuluh tersebut terpapar ke darah. Trombosit menempel ke kolagen dalam jaringan ikat tersebut dan mengeluarkan zat yang membuat trombosit yang saling berdekatan menjadi lengket. Trombosit lalu membentuk sumbat yang memberikan perlindungan darurat sehingga tidak terjadi kehilangan darah. Penutup tersebut di perkuat oleh gumpalan fibrin ketika kerusakan pembuluh darah semakin parah hingga terbentuknya lempengan fibrin yang dapat menghentikan pendarahan. Faktor – faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan adalah 1.
Adanya kontak antar benda tajam dan kulit sehingga menyebabkan luka atau terpotong atau tergoresnya pembuluh darah akibat benda tajam. Penyakit pada pembuluh darah adan devisiensi eritrosit
2.
Kegagalan pada mekanisme pembekuan darah normal
3.
Defisiensi vitamin K yang membantu pembentukan faktor – faktor pembekuan darah. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan darah akan susah membeku jika terjadi pendarahan sehingga waktu pendarahan menjadi lebih lama
4.
Penurunan protrombin, faktor VII, faktor XI, dan faktor X akibat dari defisiensi vitamin K
5.
Hemofilia yang merupakan kelainan genetic yang disebabkan dinding pembuluh darah tidak dapat berkontraksi dan di dalam darah tidak terdapat faktor X yaitu antihemofilia
6.
Trombositopenia adalah trombosit terdapat dalam jumlah yang sedikit sehingga produksi protrombin menjadi sedikit saat terjadi luka. Jumlah normalnya adalah 150.000 – 400.000 µL
7.
Menurunnya ion kalsium dalam darah dapat menyebabkan pendarahan hebat, karena ion kalsium dapat mempengaruhi kerja dari faktor pembekuan darah
Bebebrapa faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan yaitu:
12
1. Fungsi trombosit, trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah.
Bila kualitas atau kondisi trombosit buruk, maka waktu
pendarahan akan semakin lama atau pembekuan darahnya semakin lama. 2. Jumlah trombosit, apabila semakin banyak jumlah trombosit, maka semkain cepat waktu pendarahannya. 3. Keadaan pembuluh darah jika pembuluh darah sempit, maka waktu pendarahan akan semakin cepat membeku. 4. Pengaruh obat – obatan tertentu yang dikonsumsi dalam waktu yang lama. Obat-obatan dapat menyebabkan waktu pendarahan semakin lama. Perdarahan yang hebat dapat terjadi karena hal – hal sebagai berikut: 1. Penyakit pada pembuluh darah yang mencegah kontraksi pada pembuluh yang terpotong. Segera setelah pembuluh darah terpotong, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan dinding pembuluh darah berkontraksi, sehingga dengan segera aliran darah dari pembuluh darah yang pecah akan berkurang. Kontraksi terjadi karena kerusakan pada dinding pembuluh darah mungkin menimbulkan tranmisi potensial aksi sepanjang beberapa sentimeter pada pembuluh darah, dan berakibat terjadinya kontraksi pembuluh darah. 2. Defisiensi eritrosit (trombositopenia). Kurangnya eritrosit akan menyebabkan proses pembekuan darah menjadi sulit, hal ini disebabkan karena eritrosit penting dalam beberapa tahap penghentian perdarahan. Trombositopenia dapat terjadi karena eritrosit tidak diproduksi oleh sum-sum tulang atau karena mereka dihancurkan oleh sirkulasi. 3. Kegagalan dalam mekanisme pembekuan darah normal. Bekuan mulai terbentuk dalam 15 sampai 20 detik bila trauma pembuluh sangat hebat, dan dalam 1 sampai 2 menit bila traumanya kecil. Pendarahan yang spontan juga dapat terjadi. Hal ini mungkin disebabkan karena hasil dari: 1. Kelemahan dinding kapiler karena tidak cukupnya eritrosit yang bergabung didalamnya.
13
2. Kegagalan untuk membentuk sumbatan eritrosit. Perdarahan kemudian dapat terjadi karena pergerakan otot biasa atau trauma minimal. Faktor – faktor
yang menyebabkan berhentinya waktu pendarahan dapat
dilihat dari sudut mekanis antara lain: 1. Bila tekanan darah di dalam pembuluh darah lebih kecil atau sama dengan tekanan di luar pembuluh darah. keadaan tersebut dapat terjadi antara lain baik banyaknya darah yang berada di sekitar pembuluh darah yang robek atau karena terjadi penurunan tekanan darah secara menyeluruh. 2. Bila ada sumbat yang dapat menyumbat pembuluh darah yang robek. contohnya adalah sumbat hemostatik. Pendarahan dapat dihentikan dengan cara: 1. kontraksi vasa yang timbul melalui beberapa jam kontraksi langsung oto pembuluh darah kemudian anoksida dan reflex lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan kontraksi vasa 2. Kontraksi dinding pembuluh darah diturunkan 3. Pembentukan sumbatan eritrosit pada lubang tubuh, eritrosit melekat pada dinding yang telah rusak 4. pembentukan gumpalan fibrin yang terbentuk di sekitar sumbatan eritrosit yang kemudian akan menggantikannya Perdarahan juga dapat dihentikan dengan cara: 1. Kontraksi dinding pembuluh darah 2. Pembentukan sumbatan eritrosit pada lubang dalam pembuluh, eritrosit melekat pada dinding yang rusak pada yang lainnya. Pembentukan gumpalan fibrin yang terbentuk disekitar sumbatan eritrosit dan akhirnya menggantikannya.
14
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Jadi dapat disimpulkan bahwa Bleeding time adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Adapun dalam pemeriksaan Bleeding time menggunakan metode Ivy yang memiliki nilai normal 1-7 menit, dan metode Duke yang memiliki nilai normal 1-3 menit. Sedangkan Clotting time adalah lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Dalam pemeriksaan Clotting time menggunakan metode tabung yang memiliki nilai normal 9–15 menit dan metode slide, dimana waktu pembekuan darahnya dilaporkan saat adanya benang fibrin dalam tetes darah yang kedua serta terhitung mulai dari darah masuk ke semprit, adapaun nilai normal untuk metode slide adalah 2-6 menit. 3.2 Saran Sebaiknya para pembaca mencari referensi lain mengenai pemeriksaan Bleeding time dan Clotting time karena materi yang tertuang didalam makalah ini banyak terdapat kekurangan, khususnya penyusunan kalimat. Agar dapat menambah wawasannya.
15
DAFTAR PUSTAKA Gandasoebrata. 2001. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. Noprianty, Aulia. 2018. Makalah: “Pemeriksaan Bleeding Time Dan Clotting Time”. Banjarbaru: Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari. Luviriani, E, 2014. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Masa Pembekuan Darah (Clotting Time) Metode Slide dengan Metode Tabung (Modifikasi Lee dan White). Program Studi D-IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Setia
Budi.
Surakarta
(Diakses
pada
file:///C:/Users/ACER/Downloads/PERBANDINGAN_HASIL_PEMERI KSAAN_MASA_PEMB%20(1).pdf)
16