BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan tahun 2010-2014 adalah “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Dengan Misi : 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan, 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 telah ditetapkan tujuan pembangunan kesehatan pada tahun 2014 adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) menjadi 72 tahun, menurun-nya Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, menurun-nya Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi < 15%.Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu upaya Ke-menterian Kesehatan RI guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan mela-lui RPJMN 2010-2014 dan mendukung pencapaianMillenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak sangat erat kaitannya dengan upaya pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan di fasilitas kese-hatan, upaya peningkatan status gizi ibu, bayi dan balita, dan upaya peningkatan cakupan imunisasi bagi ibu hamil dan bayi. Peran promosi kesehatan dalam meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangatlah penting, melalui upaya promosi kesehatan yang berkesinambungan akan tumbuh kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat akan penting-nya perilaku sehat seperti pemeriksaan kehamilan secara rutin, melahirkan di fasilitas kesehatan, ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi, ibu memberikan ASI kepada bayinya, dan ibu membawa bayinya untuk diimunisasi. B.RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Apakah pengertian Advokasi ? Apa saja pendekatan Advokasi ? Apa saja ruang lingkup advokasi ? Apakah pengertian Kemitraan ? Apa saja pendekatan Kemitraan ? Apa saja ruang lingkup Kemitraan?
1
7. Apakah pengertian Pemberdayaan ? 8. Apa saja pendekatan Pemberdayaan ? 9. Apa saja ruang lingkup Pemberdayaan? 10. Sebutkan langkah langkah peran serta masyarakat? C.TUJUAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Untuk mengetahui pengertian Advokasi ? Untuk mengetahui pendekatan Advokasi ? Untuk mengetahui ruang lingkup advokasi ? Untuk mengetahui pengertian Kemitraan ? Untuk mengetahui pendekatan Kemitraan ? Untuk mengetahui ruang lingkup Kemitraan? Untuk mengetahui pengertian Pemberdayaan ? Untuk mengetahui pendekatan Pemberdayaan ? Untuk mengetahui ruang lingkup Pemberdayaan? Untuk mengetahui langkah langkah peran serta masyarakat?
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. ADVOKASI a. Defenisi Advokasi Advokasi atau advocacy adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan ( Decision makers ) dan penentu kebijakan ( Policy makers ) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Dengan demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi yang diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Srategi ini akan berhasil jika sasarannya tepat dan sasaran advokasi ini adalah para pejabat eksekutif dan legislatif, para pejabat pemerintah, swasta, pengusaha, partai politik dan organisasi atau LSM dari tingkat pusat sampai daerah. Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui pendekatan atau pembicaraanpembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isuisu atau masalah-masalah kesehatan yang mempengarui kesehatan masyarakat setempat, dan seminar-seminar kesehatan. (Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayantin2009).Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil kebijakan agar dapat memberikan dukungan masksimal, kemudahan perlindungan pada upaya kesehatan. Menurut para ahli retorika Foss dan Foss et. All 1980, Toulmin 1981 (Fatma Saleh 2004), advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup kegiatan-kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mngenai sesuatu. Organisasi non pemerintah (Ornop) mendefensisikan Advokasi sebagai upaya penyadaran kelompok masyarakat marjinal yang sering dilanggar hak-haknya (hukum dan azasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna membentuk opini public dan pendidikan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa. b.Tujuan Advokasi Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin. c.Pendekatan Advokasi • • •
Melibatkan para pemimpin atau pengambil keputusan Menjalin kemitraan Memobilisasi kelompok peduli. 3
d.Ruang lingkup advokasi Ruang lingkup advokasi sangat bervariasi. Bisa bersifat lokal, nasional bahkan internasional. Kasus yang sebenarnya bersifat lokal kadang menjadi kasus nasional karena pada kenyataannya pihak oposisi melibatkan instansi yang bersifat nasional. Sebaliknya kasus yang bersifat nasional, dapat ditarik oleh seorang pemerhati menjadi kasus lokal atau bahkan dalam dimensi yang lebih sempit misalnya ke dalam lingkup instansi. Contoh:Pada kasus flu burung, setelah ditemukannya beberapa kasus di Indonesia pada 2005 serta ditemukannya virus H5N1 pada populasi unggas di beberapa negara di Eropa, kasus yang tadinya bersifat regional berkembang menjadi kasus internasional. Dampaknya adanya antisipasi alokasi penyediaan dana yang lebih besar dari negara donor serta kesiapan tiap-tiap negara dalam mengantisipasi pandemi flu burung.
2. KEMITRAAN a. Defenisi Kemitraan Di Indonesia istilah Kemitraan atau partnership masih relative baru, namun demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompokkelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masingmasing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut: a) Kesamaan perhatian (Commont interest) atau kepentingan b) Saling mempercayai dan menghormati c) Tujuan yang jelas dan terukur d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain. b.
Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan
4
Dalam membangun Kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu : 1.
Equity atau Persamaan
Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu didalam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain. 2. Transparancy atau Keterbukaan Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota lainnya.Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang Satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu tehadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota. 3. Mutual Benefit atau Saling Menguntungkan Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama. Tujuh landasan yaitu : 1. 2. 3. 4.
Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur) Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit atau organisasi Saling menghubungi secara proaktif (linkage) Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity) 5. Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes) 6. Saling mendorong atau mendukung kegiatan (synergy) 7. saling menghargai kenyataan masing-masing (reward). c) Pendekatan kemitraan 1. Penjajagan atau persiapan
5
2. Penyamaan persepsi 3. Pengaturan peran 4. Komunikasi intensif 5. Melakukan kegiatan 6. Melakukan pemantauan & penilaian.
d)Ruang lingkup kemitraan Ruang lingkup kemitraan secara umum meliputi pemerintah, dunia usaha, LSM/ORMAS, serta kelompok profesional.
3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ATAU EMPOWERMENT a. Defenisi Pemberdayaan Secara konseptual, pemberdayaan ataupemberkuasaan atau empowerment, berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antara manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna.Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal : Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis. Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini telah dijadikan sebuah strategi dalam membawa masyarakat dalam kehidupan sejahtera secara adil dan merata. Strategi ini cukup efektif memandirikan masyarakat pada berbagai bidang, sehingga dibutuhkan perhatian yang memadai. Dalam bidang kesehatan, Pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya meningkatkan kemampuan 6
masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesejahteraan, dan meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyrakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan. Dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan, perlu diperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Masyarakat Pembina (Carring community) Yaitu masyarakat yang peduli keseatan, misalnya: LSM kesehatan, Organisasi Profesi yang bergerak dibidang kesehatan.
Masyarakat Setara (Coping Community) Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehinnga tidak dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya pemeriksaan diri, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi sehingga si ibu tidak pergi kesarana pelayanan kesehatan.
Masyarakat Pemuda ( Crisis Response Community) Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang berdomisili di lingkungan kumuh dan daerah terpencil.
Program pemberdayaan masyarakat pada bidang kesehatan kini telah banyak dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun swasta terutama olek LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Pembangunan Indonesia Sehat 2010, yakni pengutamaan upaya-upaya promotif dan preventif. Pendekatan promosi kesehatan inovatif, berbasis trias epidemiologi dan proses psikologis komunikatif guna menyadarkan dan memotivasi masyarakat untuk mampu hidup sehat dan menghindari deritan disability serta ancaman kematian.
b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pemerdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
7
Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur social. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya. c)Pendekatan pemberdayaan masyarakat 1. Pendekatan Mikro Dalam hal ini kegiatan pemberdayaan dilakukan pada kelompok sasaran sifatnya individual misalnya dalam bentuk konseling,bimbingan serta pengendalian stres yang mana tujuannya tentu saja dimaksudkan untuk melatih serta memberi bimbingan bagi para kelompok sasaran (penerima manfaat) untuk melaksanakan kegiatannya seharihari.Dengan kata lain model pendekatan ini biasa juga disebut dengan pendekatan yang berpusat pada tugas 2. Pendekatan Mezzo Tidak seperti halnya dengan pendekatan mikro yang mana pemberdayaan dilakukan secara individual maka justru dalam pendekatan ini pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok penerima manfaat.Dalam hal ini,tujuan kegiatan pemberdayaan dilakukkan terhadap sekelompok klien dengan harapan pemanfaatan kelompok dapat difungsikan sebagai media,pendidikan,pelatihan dan interfensi sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan,kesadaran, membentuk sikap serta meningkatkan kemampuan kelompok sasaran (penerima manfaat ) dalam mengatasi berbagai pesoalan yang mereka hadapi. 3. Pendekatan Makro Untuk tipe pendekatan ini biasa juga disebut sebagai strategi sistem besar dengan alasan penerima manfaat (klien) diarahkan pada suatu lingkungan yang lebih luas.Selain itu ada beberapa jenis strategi yang bisa dikategorikan dalam pendekatan makro diantaranya perencanaan sosial ,aksi sosial, kampanye, perumusan kebijakan, lobbying serta manajemen konflik.Disamping itu pendekatan ini juga melihat para penerima manfaat (kelompok sasaran) sebagai kelompok yang memiliki kemampuan dalam memahami baik itu situasi mereka sendiri maupun cara memilih strategi yang dinilai tepat untuk mengatasinya. Disamping sejumlah pendekatan yang biasa digunakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagaimana disebutkan diatas maka rupanya ada pula beberapa jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.kita sebut saja misalnya model pendekatan yang digunakan Elliot (1996) yang menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis pendekatan pemberdayaan masyarakat yaitu: 4.Pendekatan Kesejahteraan Dengan menggunakan pendekatan ini,fokus utamanya lebih dipusatkan pada kegiatan pemberian bantuan kepada masyarakat termasuk didalamnya bagi mereka yang menghadapi musibah seperti bencana alam apakah itu berupa banjir,letusan gunung berapi,kekeringan yang berkepanjangan atau dalam bentuk bencana alam yang lain. 5.Pendekatan Pembangunan. 8
Adapun kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan model pendekatan ini yang mana lebih difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kemandirian,keswadayaan serta kemampuan masyarakat. 6.Pendekatan Pemberdayaan Dalam hal ini perlu di lakukan berbagai bentuk kegiatan pelatihan di kalangan kelompok sasaran (klien) agar mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan, keterpurukan serta ketinggalan sehingga mereka dapat membentuk suatu kelompok yang maju dan mandiri serta bebas dari aneka ragam ketidakberdayaan. d)Ruang lingkup pemberdayaan masyarakat Ruang lingkup Pemberdayaan masyarakat memang tidak terlepas dari adanya keterlibatan lembaga, baik itu lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah, posisi keterlibatan lembaga tersebut mempunyai peran sebagai pelaku perubahan dalam upaya pemberdayaan masyarakat, ada berbagai macam bentuk peran dan ketampilan yang dimiliki oleh pelaku perubahan diantaranya peran dan keterampilan fasilitatif, keterampilan edukasional, keterampilan perwakilan, keterampilan teknis 4. PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA IBU DAN ANAK Program kesehatan yang terkait dalam meningkatkan status kesehatan ibu dan anak a. Pemeliharaan kesehatan pada remaja calon ibu Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan individu merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sifat-sifat remaja sebagian besar sudah tidak menunjukkan sifat-sifat nasa kanak-kanaknya, tetapi belum juga menunjukkan sifat orang dewasa. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan fisik yang cepat pada tubuh remaja, luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikt terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta pribadi kepribadian remaja. Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Masa remaja pada usia 18 tahun merupakan masa yang matang, sebagai peralihan masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja mempunyai ciri sebagai berikut :
Sebagian periode penting perubahan sikap perilaku Peride peralihan Periode perubahan
9
Masa mencari identitas Usia bermasalah Usia yang menimbulkan kesulitan Masa yang tidak realistik Ambang masa dewasa
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal masa storm dan stress. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Perubahn nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanakkanak menjadi kurang sudah mendekati dewasa. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Masalah-masalah yang dihadapi remaja dari yag bersifat fisik seperti anemia, maslah kegemukan, masalah mental, kejiwaan seperti gangguan belajar, masalah perilaku beresiko seperti merokok, hubungan seks pranikah hingga penyalah gunaan NAPZA dan terjangkit HIV/AIDS. Bila kita kaji lebih mendalam, maka periode remaja merupakan “window opportunity” periode waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai, norma dan kebiasaan yang baik agar tidak mengalami maslah kesehatan dikemudian hari, dan menjadi manusia dewasa yang sehat dan produktif.
Pengetahuan yang harus dimiliki remaja tentang kesehatan reproduksi remaja antara lain tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi remaja, IMS/ISR, HIV/AIDS, penyalahgunaan NAPZA, komunikasi dan konseling pendidikan keterampilan hidup sehat/PKHS.
b. Perkawinan yang Sehat Perkawinan adalah merupakan ikatan yang suci, yang dibangun dengan bertujuan untuk :
Meneruskan keturunan atau melangsungkan reproduksi Membentuk generasi yang berkualitas Mencapai kebahagiaan Merupakan bagian dari ajaran agama Menjadi dasar untuk membentuk keluarga yang sehat
10
Perkawinan yang sehat memenuhi kriteria umur calon pasangan suami isteri ketika akan melangsungkan perkawinan adalah memenuhi umur kurun waktu reproduksi sehat, yaitu umur 20-35 tahun, terutama untuk calon istri atau calon ibu, karena hal ini berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita. Secara biologis organ reproduksi sudah cukup matang apabila terjadi proses reproduksi obstetri, yaitu kehamilan, persalinan, nifas, menyusui. Secara psikologis pada kisaran umur tersebut. Wanita mempunyai kematangan mental yang cukup memadai untuk menjadi ibu dan dan membina perkawinan yang sehat, mampu menjadi interaksi dangan keluarga dan masyarakat. Secara sosial demografi pada kelompok umur tersebut, wanita karir, sehingga dapat menjadi salah satu modalitas membina perkawinan dalam aspek sosial, ekonomi. Perkawinan sehat memenuhi kaidah kesiapan pasangan suami istri dalam aspek biopsikososial, ekonomi dan spiritual. Perkawinan yang sehat juga didasari landasan agama sebagai dasar spiritual rumah tangga. Secara komprehensif perkawinan yang sehat akan membentuk kebahagiaan lahir dan batin. c.
Keluarga sehat
Keluarga terdiri pasangan suami isteri yang sah dan anak. Hal ini merupakan penegertian dari keluarga inti (nueclear family). Adapun cakupan pengertian keluarga secara luas adalah keluarga terdiri dari pasangan suami istri yang sah, anak serta anggota keluarga yang lain yang tinggal didalam keluarga tersebut. Hal ini disebut juga keluarga dalam arti lebih luas atau extended family. Keluarga yang sehat tentunya harus dibentuk oleh individu-individu yang sehat dalam keluarga tersebut. Dilihat dari aspek kesehatan reproduksi ada beberapa fase dalam keluarga.
Fase menunda atau mencegah kehamilan bagi pasangan suami isteri dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda atau mencegah kehamilan adalah umur kurang dari 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dahulu, karena organ reproduksi belum matang, sehingga resiko penyulit atau komplikasi terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas sangat tinggi.
Fase menjarangkan kehamilan pada periode usia isteri antara 20-30 atau 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk hamil, melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun
Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan adalah periode usia isteri diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak, karena jika terjadi kehamilan, persalinan pada
11
periode ini, ibu mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi seperti obstetri, misalnya perdarahan, pre-eklampsi, eklampsi, persalinan lama, atonia uteri dan lain-lain. Pada usia yang lebih tua juga mempunyai resiko untuk terjadinya penyakit yang lain, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, keganasan dan kelainan metabolik biasanya meningkat.
Keluarga yang sehat membentuk masyarakat dan bangsa yang sehat dan generasi penerus bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
d. Sistem Reproduksi dan Masalahnya Masalah kesehatan reproduksi mempunyai dampak yang sangat luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan, dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Sehingga kesehatan sistem reproduksi sangat erat kaitannya dengan angka kematian ibu dan anakk. Indonesia mempunyai angka kematian ibu tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Hasil survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2003 anka kematian ibu berkisar 307/100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 adalah berkisar 248/100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari angka tersebut belum menunjukkan penurunan angka kematian ibu yang bermakna, atau dapat dikatakan masih sangat lamban. Kesehatan reproduksi merupakan kemampuan seorang wanita untuk memanfatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta dapat melahirkan bayi tanpa resiko dan komplikasi (well health mother and well born baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan reproduksi dalam batas normal. e.
Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan dan sebaliknya.
Kondisi yang mempengaruhi kehamilan dibedakan menjadi 2 yaitu,
Penyulit kehamilan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin, merupakan penyulit yang terjadi hanya pada peristiwa kehamilan atau berhubungan kehamilan. Penyulit ini tidak akan terjadi pada wanita diluar kehamilan. Beberapa contoh penyulit yang berpengaruh terhadap kehamilan adalah hiperemesis gravidarum, kelaianan dalam waktu tenggang umur kehamilan, abortus, kehamilan pre term, ketubahn pecah dini, kehamilan ektopik, penyakit dan kelainan pada plasenta dan tali pusat, preeklampsia, eklampsia, perdarahan antepartum dan gemeli.
12
Penyakit atau keadaan alat kandungan yang dapat mempengaruhi kehamilan. Beberapa penyakit mempunyai hubungan timbal balik terhadap peristiwa obsetrik kehamilan. Penyakit tersebut dapat memperberat kehamilan dan persalinan, demikian pula sebaliknya kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi atau mmemperberat penyakit pada ibu. Penyakit-penyakit atau kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya: kelainan alat reproduksi, kehamilan dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit paruparu, penyakit infeksi, penyakit endokrin, dan penyakit jiwa dalam kehamilan.
Penyulit yang terjadi dalam persalinan adalah kelainan yang terdapat pada masingmasing faktor yang dpat diperinci sebagai berikut :
Kelainan power, merupakan kelainan kekuatan his dan tenaga mengejan. Beberapa contoh keadaan diamna his mengedan adalah inersia uteri, his yang tidak terkoordinasi, kelelahan ibu mengedan, salah pimpinan ibu kala II. Kelainan passage, kelainan jalan lahir Contoh kelainan jalan lahir adalah kelainan bentuk panggul, kesempitan panggul, ketidakseimbangan sefalopelvik dan kelainan jalan lahir lunak. Kelainan passanger, kelainan isi dari kehamilan
Contoh kelainan passanger adalah kelainan bentuk dan besar janin, misalnya anensefalus, hidrosephalus, makrosomia janin, kelainan presentasi (presentasi puncak kepala, presentasi muka, posisio oksipito posterior), dan kelainan letak janin (letak sungsang, letak melintang, letak mengolak, presentasi rangkap). Masalah psikologis ibu. Terdapat lingkaran setan antara masalah psikologis ibu dengan his ibu bersalin. Ibu bersalin yang cemas, ketegangan meningkat, mempengaruhi kontraksi uterus, dapat terjadi his yang lemah atau jelek (inersia uteri), sehingga terjadi persalinan lama atau tidak maju. Tumor pada jalan lahir, dapat berupa: kelainan tulang pada jalan lahir, tumor yang berasal dari ovarium, dan tumor yang berasal dari vagina. 5. Langkah-langkah Peran Serta Masyarakat a.
Pertemuan atau pendekatan tingkat desa
b.
Survey mawas diri
c.
Musyawarah Masyarakat Desa
d.
Pelatihan Kader 13
e.
Pelaksanaan Upaya Kesehatan oleh Masyarakat
f.
Pembinaan kelestarian kegiatan.
14
BAB III PENUTUP 1.KESIMPULAN Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan Anak ini merupakan salah satu bentuk integrasi promosi kesehatan dengan program kesehatan ibu dan anak. Diharapkan dengan adanya keterpaduan dan sinkronisasi program dapat meningkatkan pelayanan KIA dalam upaya mencapai indikator MDG’s.Peningkatan pelayanan KIA harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh antara pusat, provinsi, kabupaten/kota dengan melibatkan kalangan swasta, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan guna memperoleh dukungan dan suasana yang kondusif serta peran aktif masyarakat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak.Untuk itu, Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan Anak dijadikan acuan dalam pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bagi program kesehatan Ibu dan anak tahun 2010-2014 di pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dalam rangka pencapaian indikator Kesehatan Ibu dan anak. 2.SARAN Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari tentang Advokasi, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mendukung Upaya-Upaya Kesehatan Ibu dan Anak.Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari
15
DAFTAR PUSTAKA Notoadmodjo,Soekadjo Prof Dr.2008.Promosi Kesehatan Dan iLmu Perilaku;Rineka Cipta.Jakarta Puji Wahyuningsih, Heni.dkk. Hen.2009.Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan;Fitramaya,Jogjakarta Iqbal Mubarak,Wahid.2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat:Konsep dan Aplikasi Dalam Kebidanan;Salemba Medika,Jakarta Syafrudin,dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan;CV.Trans Info Media, Jakarta.
16