1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa salah satu tujuan nasional
Bangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan, di mana salah satunya adalah pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan
kesehatan
bertujuan
meningkatkan
kesadaran,
kemauan
dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Selain itu, program-program kesehatan di Indonesia banyak yang menitik beratkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Badan Pusat Statistik mengestimasikan AKB pada tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002 – 2003 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2008). Sedangkan AKB di Indonesia menurut Survei Demografi dan
2
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak di Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Angka kematian bayi terjadi penurunan menjadi 33 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan persentase bayi dengan berat badan lahir rendah di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 sebesar 1,78% . Hal ini tidak berbeda dengan tahun 2005 yang mencapai sebesar 1,74%. Bayi dengan berat badan lahir rendah yang berhasil ditangani di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 99,54% dengan kisaran rentang antara yang terrendah 95,92% (Kabupaten Cilacap) dengan yang tertinggi 100%. Mengalami peningkatan dibanding tahun 2005 yang mencapai 90,86%. Bila dibandingkan dengan target bayi dengan berat badan lahir rendah yang ditangani Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebesar 25%, maka seluruh kabupaten/kota telah jauh melampaui target, bahkan ada yang telah mencapai target 2010 sebesar 100% sebanyak 30
3
kabupaten/kota (85,71%). Secara keseluruhan di tingkat Provinsi Jawa Tengah cakupan penanganan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebesar 74,45% menjadi 90,86% pada tahun 2005 dan 99,54% pada tahun 2006. (Depkes RI, 2006). Menurut data rekam medis RSUD Teluk Kuantan Januari sampai dengan Desember 2014 menunjukkan bahwa jumlah kasus BBLR sebanyak 119 kasus dari seluruh persalinan. Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006). BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemi, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau saat kehamilan. (Depkes RI, 2006).
4
B.
Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR 2. Untuk mengetahui etiologi BBLR 3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR 4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR 5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR 6. Untuk megetahui penatalaksanaan pada BBLR 7. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada BBLR b. Tujuan Khusus 1.
Untuk memenuhi tugas seminar dalam praktek klinik profesi Ners Al Insyirah Pekanbaru
2.
Menerapkan teori yang sudah di dapatkan di bangku kuliah untuk di terapkan pada praktek
5
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu istilah yang dipakai
bagi bayi prematur, atau low birth weight, atau sering disebut bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram bukan bayi prematur (WHO. 1961) BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2. 500 gram (sampai dengan 2. 499 gram). (Prawirohardjo, 2006 : 376). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006). Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
6
Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku Nanda, (2013).
B. Klasifikasi Menurut (Atikah, 2010) klasifikasi BBLR, yaitu: 1.
Menurut harapan hidupnya: Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram
2.
Menurut masa gestasinya BBLR dapat digolongkan sebagai berikut : a.
Prematuritas murni Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKBSMK). Karakteristik bayi premature adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Lebih dari 60% BBLR terjadi akibat bayi lahir premature. Semakin awal bayi lahir, semakin
7
belum sempurna perkembangan organ-organnya, semakin rendah berat badannya saat lahir dan semakin tinggi resikonya untuk mengalami berbagai komplikasi berbahaya. b.
Dismaturitas Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10 th persentil untuk masa kehamilan pada Denver intra uterin growthcurves, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). (FKUI. 1985)
C.
Etiologi Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR, yaitu: 1.
factor ibu a. Gizi ibu hamil yang kurang Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat
8
untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). b.
Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c.
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
9
d.
Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
e.
Penyakit menahun ibu seperti hypertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok)
2. Faktor kehamilan a) Hamil dengan hydramnion Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak. b) Hamil ganda Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus. c) Perdarahan antepartum Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin
10
jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia. d) preeklamsi dan eklampsi Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang. e) ketuban pecah dini Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
11
3. Faktor janin a. Cacat bawaan / kelainan congenital Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya . b.
infeksi dalam Rahim Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.
D.
Patofisiologi BBLR Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu, usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, keadaan sosial ekonomi. Faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal, radiasi, dan zat- zat
12
beracun. Dimana faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal.
E.
Manifestasi Klinis 1. Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan : a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati. b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan. c) Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut. d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. e) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum. 2. Setelah bayi lahir dibedakan antara bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, bayi prematur, bayi prematur dan bayi KMK a. Bayi premature
13
1) Vernik kaseosa sedikit/tidak ada 2) Jaringan lemak bawah kulit sedikit 3) Tulang tengkorak lunak mudah bergerak 4) Menangis lemah 5) Kulit tipis, merah dan stranparan 6) Tonus otot hipotoni b. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin 1) Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas 2) Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat 3) Abdomen cekung atau rata 4) Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan 5) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin sama dengan bayi KMK (Mochtar, 1998) F.
Pemeriksaan Diagnostik 1) Studi cairan amniotic, dilakukan selama kehamilan untuk mengkaji maturitas janin. 2) Darah lengkap : penurunan hemoglobin/hemotrokrit (Hb/Ht) mungkin kurang dari 10.000 /m3 dengan pertukaran ke kiri (kelebihan dini netrofil dan pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat. 3) Golongan darah : menyatakan potensial inkompatibilitas ABO. 4) Kalsium serum : mungkin rendah. 5) Elektrolit (Na, k, cl).
14
6) Penentuan RH dan contoh langsung (bila ibu Rh negatif positif) : menentukan inkompatabilitas. 7) Gas darah arteri (GDA) : PO2 menurun, PCO2 meningkat, asidosis, sepsis, kesulitan nafas yang lama. 8) Laju sedimentasi elektrolit : meningkat menunjukan respon inflamasi akut. 9) Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya proses radana enfeksius. 10) Trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis. 11) Test shoke aspirat lambung : menentukan ada/tidaknya surfaktan. (Doengoes, 2006) G. Penatalaksanaan Medis 1.
Pengaturan suhu lingkungan Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu BB < 2 kg BB 2 kg – 2,5 kg
: 35 : 34 oC,
suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan setiap 24 – 27 oC. 2.
Makanan bayi berat badan baru lahir (diet) Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan(lipase) masih kurang,
sedangkan
kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB sehingga
15
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan di minumkan perlahanlahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi). (Wiknjosastro H, 2007) H.
Prognosis BBLR Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognasis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah. (Mochtar, 1998)
I.
Komplikasi Beberapa penyakit yang ada hubungannya dengan bayi prematur yaitu : 1) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
16
2) Pneumonia Aspirasi Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering ditemukan pada bayi prematur. 3) Perdarahan intra ventikuler Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi. 4) Hyperbilirubinemia Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna. 5) Masalah suhu tubuh Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,50C) (Manuaba, 1998 )
17
J.
WOC
18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN 1) Data Subyektif Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Data subyektif terdiri dari: Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat Riwayat kesehatan a) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu: Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
19
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm). Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji : Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa. Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan. b. Riwayat post natal Yang perlu dikaji antara lain : a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan. b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
20
Pola nutrisi Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena. Pola eliminasi Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah Latar belakang sosial budaya Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu. Hubungan psikologis Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
21
2. Data Obyektif Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku. a.
Keadaan umum Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan
usianya
tidak
ada
pembesaran
lingkar
kepala
dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik. b. Tanda-tanda Vital Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur . c.
Kulit Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
22
d. Kepala Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar
cekung
atau
cembung
kemungkinan
adanya
peningkatan tekanan intrakranial. e.
Mata Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
f.
Hidung Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g. Mulut Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak. h. Telinga Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan i.
Leher Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
j.
Thorax Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
k.
Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
23
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. l.
Umbilikus Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
m. Genitalia Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan. n. Anus Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses. o. Ekstremitas Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya. p. Refleks Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
24
3. Data Penunjang Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah : Darah : GDA > 20 mg/dl Test kematangan paru CRP Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru b. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan c. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat e. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan f. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler
25
3. INTERVENSI KEPERAWATAN No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria
Rencana Tindakan
Rasional
Keperawatan 1.
Ketidakefektifan pola Pola nafas yang efektif nafas
b/d
adekuatnya
tidak Kriteria : ekspansi Kebutuhan
paru
oksigen
menurun
b/d
kepala
2) Berikan oksigen dengan
3) Observasi
irama,
kedalaman dan frekuensi
Tidak ada retraksi
pernafasan.
kurangnya Kriteria :
isap
alveolar
Tidak sianosis.
sekunder
terhadap
Analisa
gas
2) Berikan oksigen dengan darah
irama,
kedalaman dan frekuensi pernafasan.
lendir 1) Melancarkan jalan nafas.
kalau perlu
ventilasi
kecukupan
oksigen dalam tubuh 3. Mengetahui
Tidak sesak.
1) Lakukan
1. Melancarkan jalan nafas 2. Memenuhi
metode yang sesuai.
Gangguan pertukaran Pertukaran gas adekuat gas
posisi
sedikit ekstensi
Nafas spontan, adekuat
2
1) Berikan
metode yang sesuai.
2) Memenuhi
kebutuhan
oksigen dalam tubuh 3) Mengetahui
adanya
26
defisiensi surfaktan
normal Saturasi
3) Observasi warna kulit. oksigen 4) Ukur saturasi oksigen
normal.
5) Observasi
dokter
terdapat
3
Risiko
tinggi Hidrasi baik
gangguan
Kriteria:
keseimbangan
Turgor kulit elastik
keseimbangan cairan
Tidak ada edema
5) Mengetahui
pernafasan. 6) Mendapatkan
dalam
Memantau
darah.
laboratorium.
3) Kolaborasi
tindakan
yang tepat.
pemeriksaan analisa gas 7)
2) Catat intake dan output.
adanya
tanda-tanda perburukan
tanda-tanda
1) Observasi turgor kulit.
kebutuhan
saturasi oksigen
apabila
perburukan pernafasan 7) Kolaborasi
4) Memantau
tanda-tanda
perburukan pernafasan 6) Lapor
sianosis.
1) Mengetahui
hasil
keadaan
turgor kulit.
dalam 2) Memantau cairan masuk
pemberian cairan intra
dan cairan keluar.
27
dan
elektrolit
b/d
ketidakmampuan
urin 1-2
cc/kgbb/jam
ginjal mempertahankan
4
Produksi
Elektrolit
vena dan elektrolit. 4) Kolaborasi
darah
pemeriksaan
dalam batas normal
dalam elektrolit
darah
3) Memenuhi
kebutuhan
cairan
elektrolit
dan
dalam tubuh. 4) Memantau
keseimbangan cairan
pemeriksaan
dan elektrolit
darah.
Perubahan
nutrisi Nutrisi adekuat
1.
kurang dari kebutuhan Kriteria : tubuh
berhubungan
dengan
tidak
adekuatnya persediaan zat
besi,
metabolisme
kalsium, yang
tinggi dan intake yang
ASI/PASI 1) Memenuhi
dengan metode yang
Berat badan naik 1030 gram / hari
Berikan
tepat. 2.
Timbang berat badan setiap hari
Protein dan albumin 3.
Catat intake dan output
darah
Kolaborasi
dalam
pemberian
total
normal
batas 4.
elektrolit
kebutuhan
nutrisi tubuh. 2) Mengetahui peningkatan
Tidak ada edema
dalam
hasil
/ penurunan berat badan. 3) Memantau jumlah cairan masuk dan keluar. 4) Memenuhi
kebutuhan
cairan dan nutrisi.
28
kurang adekuat
parenteral
nutrition
kalau perlu. 5
Risiko hipotermi hipertermi imaturitas
tinggi Suhu bayi stabil atau Kreteria: b/d fungsi
termoregulasi
atau
perubahan
suhu
lingkungan
Suhu 36,5 0C -37,5 0
C
Akral hangat
1) Rawat bayi dengan suhu 1) Menurunkan lingkungan sesuai.
hipotermi / hipertermi.
2) Hindarkan bayi kontak 2) Menurunkan langsung dengan benda sebagai
3) Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu. 4) Ganti popok bila basah.
risiko
hipotermi / hipertermi.
sumber 3) Memantau
dingin/panas.
risiko
terjadinya
peningkatan / penurunan suhu tubuh. 4) Menghindarkan langsung kelembaban.
kontak dengan
29
4. IMPLEMENTASI Menurut Nursalam (2001) pelaksanaan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Lyer et al, 1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan dengan harapan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan BBLR yang harus diperhatikan adalah timbang berat badan setiap hari dan observasi tanda-tanda vital, memberikan minum, rawat klien dalam inkubator, berikan posisi semi fowler dan kolaborasi pemberian oksigen tambahan 5. EVALUASI Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor”kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah oksigenisasi klien kembali adekuat, klien dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil, klien tidak mengalami infeksi, kebutuhan nutrisi klien
30
kembali terpenuhi, kebutuhan cairan klien kembali seimbang, integritas kulit klien tetap utuh, klien tidak mengalami cidera, klien mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal, keluarga klien menunjukkan perilaku kedekatan yang positif.
31
BAB IV TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI .L 1.PENGKAJIAN A. IDENTITAS KLIEN Inisial Nama
: By. L
Tempat/Tanggal Lahir
: Klinik M, 28/12/2016 (9 Hari)
Jenis Kelamin
: Laki- Laki
Nama Ayah/Ibu
: Tn. N/ Ny.L
Pekerjaan Ayah
: Wiraswasta
Pekerjaan Ibu
: IRT
Alamat
: Inuman
Suku Bangsa
: Melayu
Agama
: Islam
Biaya Ditanggung Oleh : BPJS
B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan Umum Kesadaran
: Compos Mentis
BB/TB/PB
: 1410 gr/ 47 cm
Tekanan Darah
: Pada bayi tidak di ukur
Nadi
: 120 x/m
32
Pernafasan
: 65 x/m
Suhu
: 36,0 C
Lingkar Kepala
: 35 cm
Fontanel
: Ubun- Ubun dan sutura Lebar,datar (tidak cekung)
2. Genogram Keluarga
Keterangan: : Laki- Laki : Perempuan
: Pasien : Serumah
Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga: Keluarga pasien mengatakan keluarganya
tidak
ada
mengalami bayi kecil (BBLR) 3. Gastro Intestinal/Nutrisi Reflek hisap belum ada pemberian makanan / Pasi / Susu formula 2,5 0 / 3 jam diberikan melalui OGT.Bising usus 10 x/m, Feses Lancar (warna kuning)
33
4. Mata Dan Telinga Mata :Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik Telinga: Simetris kanan kiri, telinga bersih / tidak ada serumen 5. Sistem Respirasi I
: Hidung simetris, Bayi tampak sesak RR: 65 x/m tampak pernapasan cuping hidung. nafas cepat dan dangkal, batuk dada cekung bayi terpasang oksigen nasal ½ liter/m, retraksi dada (+).
A :
suara nafas vesikuler wheezing(-), Ronchi (-)
6. Sistem Persyarafan/GCS I
:
compos metis / GCS 15
7. Sistem Endokrin I : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis 8. Sistem Kardiovaskuler I
: Iktus kordis tidak terlihat
P : Di palpasi nadi brachalis dan karotis teraba 148 x/m, lemah dan ireguler, IC teraba pada R costal IV Medial linea midklavikularis sinistra. A : Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 terdengar jelas, tidak terdapat bunyi tambahan, tidak terdapat kardiomegali. 9. Sistem Urinary
34
Bayi sudah BAK, frekuensi tidak bias dihitung karena menggunakan pampers. 10. Sistem Muskuloskeletal/Imobilitas I
: Gerakan bayi lemah/ kurang aktif
11. Sistem Hematologi/Imun System imun bayi masih rendah karena
system imunologi yang kurang
berkembang. Bayi belum ada dapat imunisasi 12. Cairan / Elektrolit Reflek hisap dan menelan kurang baik, bayi dapat ASI/PASI 2,5 cc/3 jam, Pemberian ASI melalui OGT. bayi juga dapat cairan parenteral(infuse) dextrose 10 % 5 cc/jam 13. Informasi Penting pemeriksaan fisik lainnya: Bayi lahir spontan ditolong dokter,umur kehamilan ibu 33-34 minggu 14. Pemeriksaan DDST Belum bisa dikaji karena usia bayi masih 9 hari 15. Riwayat Penyakit Sebelumnya Penyakit yang pernah di derita : tidak ada Pernah dirawat di RS
: tidak pernah
Obat-Obatan yang digunakan : tidak ada Tindakan(Operasi)
: tidak ada
Alergi
: tidak ada
Kecelakaan
: Tidak pernah
35
16. Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang Tidak ada dilakukan peeriksaan penunjang pada bayi 17. Obat- Obatan yang di berikan: IVFD Dextrose 10 % 5 cc/jam ASI/PASI 2,5 cc/ 3 jam/OGT Interlac 1x 5 tts Ampicillin 2x 75 mg Oksigen ½ l/ml Pasang OGT 18. Data Fokus DS:
Dari anamnesa ke keluarga pasien diketahui bayi lahir belum cukup bulan ( keluarga mengatakan umur kehamilan ibu masih 33-34 mgg)
Keluarga bayi mengatakan bahwa bayinya kecil saat lahir dan tidak menangis
DO: Bayi tampak sesak TTV ( RR:65 x/m, SH: 36,0 C, Nadi: 120 x/m, BB Bayi :1410 gr) Reflek hisap dan reflek menelan belum ada Pemberian ASI/PASI 2,5 cc/3 jam, pemberian melalui OGT Oksigen terpasang ½ liter/ menit Pernafasan cuping hidung
36
Nafas cepat dan dangkal by dirawat di incubator IVFD terpasang Dextrose 10 % 5 cc/jam Sianosis (-)
37
ANALISA DATA Data Klien
Etiologi BBLR
DS:
keluarga
mengatakan
umur kehamilan ibu masih 33-34 mgg
Keluarga mengatakan
Imaturitas organ pernafasan termasuk
bayi
alveoli
bahwa
bayinya kecil saat lahir dan tidak menangis
Ventilasi alveolar kurang terhadap defisiensi surfaktan
DO: Bayi tampak sesak Pernafasan cuping hidung Nafas cepat dan dangkal TTV ( RR:65 x/m, SH: 36,0 C, Nadi: 120 x/m) Oksigen terpasang ½ liter/ menit( Nasal)
Pola nafas tidak efektif
Masalah Keperawatan Pola nafas tidak efektif
38
DS:-
BBLR
DO: Bayi :1410 gr Reflek hisap dan
ketidakseimbangan Imaturitas organ pencernaan
reflek menelan belum ada
IVFD terpasang Dextrose 10 % 5
nutrisi
kurang
kebutuhan
tubuh
ketidakmampuan Motilitas usus rendah
Pemberian ASI/PASI 2,5 cc/3 jam/OGT
Resiko
Daya mencerna dan mengabsorbsi makanan rendah
cc/jam Kerja otot spingter kardio esefagus berkurang
Intake nutrisi kurang
ingest/digest/absorb
dari b.d
39
DS:-
BBLR
Gangguan
DO:
thermoregulasi
TTV ( RR:65 x/m,
Imaturitas jaringan lemak
SH: 36,0 C, Nadi: 120 x/m, BB Bayi
Mekanisme penguapan
:1410 gr)
panas
by dirawat di incubator
Gg termoregulasi:resiko hipotermi
Diagnosa Keperawatan: 1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan 2. Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
ketidakmampuan ingest/digest/absorb 3. Gangguan thermoregulasi ;hipotermi b/d kurangnya lemak sub kutan
tubuh
b.d
40
RENCANA KEPERAWATAN Tanggal Pengkajian : 06 Januari 2017 Nama Mahasiswa : Kelompok Ruang Rawat : Ruang Perinatologi Inisial Klien : By.L Umur : 9 Hari Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal Dx.Kep Tgl ( DO Dan DS)
Tujuan dan Kriteria Hasil 06 Januari Pola nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan imaturitas organ pernafasan 2017 Tindakan Keperawatan selama 2x 24 Jam Diharapkan pola nafas kembali efektif dengan KH : - Nafas spontan -O2 tidak terpasang -frekuensi nafas normal 30-60 x/i
No.Rekam Medik Diagnosa Medis Alamat Keluarga Terdekat No Telpon
: 08.34.49 : BBLR : Inuman :Orang Tua :
Intervensi Rasional Tindakan Keperawatan 1. Atur posisi kepala 1. Untuk membuka jalan bayi sedikit ekstensi nafas 2. terapi O2 sesuai 2. untuk mempertahankan kebutuhan kadar O2 dalam jaringan 3. monitor irama, 3. mengetahui perubahan kedalaman, yang terjadi apakah frekuensi pernafasan dala batas pernafasan normal atau tidak 4. Monitor saturasi O2 4. Untuk mengetahui tiap 2 jam kadar O2 dalam jaringan 5. Kolaborasi dalam 5. bronkodilator berfungsi pemberian obat untuk menurunkan bronkodilator sesuai sesak kebutuhan
41
06 Januari Resiko ketidakseimbangan Setelah 2017 nutrisi: kurang dari kebutuhan dilakukan tubuh b/d ketidakmampuan Tindakan ingest/digest/absorb Keperawatan selama 2x 24 Jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan KH : -turgor kulit elastis -tidak terjadi penurunan BB
1. Kaji reflek hisap 1. Mengetahui bayi sudah dan menelan dapat diberi asupan per oral 2. Timbang BB tiap 2. mengientifikasi status hari nutrisi 3. Beri Asi / Pasi per 3 3. Asi / Pasi sebagai jam nutrisi utama pada bayi 4. Lakukan hygiene
oral 4. Mencegah kebasian sisa makanan
5. Kolaborasi dengan 5. Untuk dokter dalam cairan pemberian cairan (IVFD)
keseimbangan
6. Kolaborasi dengan 6. Bila tidak mau oral dokter dalam berikan melalui OGT pemasangan OGT 06 Januari Gangguan termoregulasi Setelah dilakukan 1. Atur susu incubator 2017 hipotermi b/d kurangnya lemak tindakan sesuai dengan keperawatan sub kutan keadaan bayi selama 2x24 jam 2. Observsi TTV diharapkan gangguan termoregulasi teratasi dengan 3. Segera ganti popok bayi bila basah criteria hasil : 4. Awasi tanda-tanda -suhu dalam batas
1. mencegah hipotermi
2. Untuk mengetahui ada gangguan atau tidak 3. Popok yang basah akan menurunkan suhu bayi 4. mengetahui penurunan
42
normal 37,3)
(
36,3-
hipotermi ( sianosis)
suhu bayi.
43
CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal Pengkajian Nama Mahasiswa Ruang Rawat Inisial Klien Umur Jenis Kelamin Diagnosa Medis No.Rekam Medis Tgl/Jam 06/01/17
: : : : : : : :
06 Januari 2017 Kelompok Ruang Perinatologi By.L 9 Hari Laki- Laki BBLR 08.34.49
No.Dx (DO & DS) I 08.00
Implementasi Keperawatan
1. Mengatur
posisi
kepala S : -
ekstensi 08.15
2. Memasang
O: - Bayi bernafas O2
NK
½
liter/i 09.00
3. Memonitor kedalaman pernafasan
Evaluasi Keperawatan (SOAP) 07/01/2017
normal : RR 54x/i - nafas cuping hidung
irama
dan
frekuensi cepat
dangkal RR : 60x/i
dan
(-) - O2 sudah tidak terpasang A: Masalah teratasi P: Terus pertahankan intervensi
Paraf & Nama
44
06/01/17
II 08.15
07/01/2017 1) Melakukan
pengkajian S : -
reflek hisap dan menelan
O:
H/
reflek
hisap
masih
lemah 08.30
kurang
2) Menimbang BB bayi H/BB 1960 gr
09.00
BB bayi turun
IVFD masih
3) Memberikan susu formula
terpasang Dekstrose
H/(pasi) 2,5 cc/ OGT
10 % 5 cc/jam
4) Memasang Infus Dekstrose
A: Masalah belum
10 % 5 cc/jam 12.00
teratasi
5) Memberikan susu formula
P: Intervensi
2,5 cc/OGT, residu bersih 15.00
reflek hisap masih
dilanjutkan
6) Memberikan susu formula 2,5 cc/OGT, residu bersih
06/01/17
III
1) Mengatur suhu Inkubator h/ 36,0 oC 2) Mengobservasi TTV - TTV : sh : 36,2 oC RR: 65x/i 3) Mengganti Pampers/popok
07/01/2017 S:O:
Suhu masih 36,2
bayi masih dirawat dalam incubator
45
bayi
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan
46
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara.
B. Saran 1. Intitusi Pendidikan. Diharapkan agar lebih mempersiapkan mahasiswa yang terjun ke lahan praktek, agar lebih bisa menerapkan apa yang telah didapat dari institusi pendidikan, dan lebih memantau kinerja mahasiswa selama di lahan praktek, melalui bimbingan secara intensif. 2. Lahan Praktek. Disarankan untuk dapat meningkatkan pengawasan (bimbingan) kepada Mahasiswa Praktikan yang selanjutnya, agar lebih baik, terarah, dalam
47
mengaplikasikan materi yang sudah didapat dari kampus di lahan praktek sehingga lebih meningkatkan mutu keperawatan khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan menurunkan angka kematian neonatus. 3. Mahasiswa Diharapkan agar lebih mendalami ilmu keperawatan, khususnya pada kasuskasus BBLSR dengan Asfiksia dan perinatal, juga diharapkan mampu menerapkan teori secara aplikatif sebisa mungkin yang telah didapatkan
48
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia Donna L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Hudak C.M., 1994, Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia. Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby YearBook, St. Louis Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 20012002, NANDA