Multiple Sklerosis.docx

  • Uploaded by: Yuni Ariani Yuni
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Multiple Sklerosis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,146
  • Pages: 25
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sklerosis Multipel adalah suatu kelainan dimana saraf-saraf pada mata, otak dan tulang belakang kehilangan selubung sarafnya (mielin).System saraf perifer tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada myelin. Mutiple sclerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Multiple sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan bias hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan. Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan

dengan

virus

dan

mekanisme

autoimun

(Clark,

1991)

2

B. Tujuan 1) Umum Tujuan umum makalah ini ntuk mengetahui penyakit multiple sclerosis secara menyeluruh. 2) Khusus a. Untuk mengetehui gejala gejala penyakit multiple sclorosis. b. Untuk mengetahui hal hal yang menyebabkan penyakit multiple sclerosis. c. Untuk mengetahui resiko yang akan terjadi pada penyakit multiple sclerosis.

3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian  Sklerosis multipel (MS) merupakan kadaan kronis, panyakit sisten saraf pusat deganeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan

medulla

spinalis.(Brunner

&

suddarth,

keperawatan

medikal

bedah,(2002) hal 2182 )  Sklerosis multipel adalah penyakit degenerative system syaraf pusat (ssp) kronis yang meliputi kerusakan (material lemak dan protein ).

B. Etiologi Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor genetic. Ada beberapa factor pencetus, antara lain : 

Kehamilan



Infeksi yang disertai demam



Stress emosional



Cedera

4

Faktor presipitasi yang mungkin termasuk infeksi, cedera fisik dan strees emosional, kelelahan berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini : 

Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi virus)



Kelainan pada unsur pokok lipid myelin



Racun yang beredar dalam CSS



Infeksi virus pada SSP

C. Patofisiologi Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun. Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , atau sklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif

5

saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan). Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.

6

7

D. Manifestasi Klinis o Kelelahan o Kehilangan keseimbangan o Lemah o Kebas, kesemutan o Kesukaran koordinasi o Gangguan penglihatan – diplobia, buta parsial / total o Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen o Depresi o Afaksia

E. Klasifikasi Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori sklerosis

multipel berdasarkan progresivitasnya adalah :

 Relapsing Remitting sklerosis multiple Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan kesembuhan semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah

setelah

serangan

hebat

penderita

terlihat

pulih.Namun

sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita

8

memiliki kemampuan motorik dan sensorik, Hampir 70% penderita sklerosis multipel pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis sklerosis multipel ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv sklerosis multiple.  Primary Progresssiv MS Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat – saat penderita tidak mengalami penurunan kondisi, namun jenis sklerosis multipel ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah, penderita sklerosis multipel jenis ini biasa berakhir dengan kematian.  Secondary Progressiv sklerosis multiple Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting sklerosis multipel. Pada jenis ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv sklerosis multipel.  Benign sklerosis multiple Sekitar 20% penderita sklerosis multipel jinak ini. Pada jenis sklerosis multipel ini penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun. Serangan – serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah berat sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya menderita sklerosis multipel.

9

F. Komplikasi o Infeksi saluran kemih o Konstipasi o Dekubitus o Edema pada kaki o Pneumonia

G. Pemeriksaan penunjang  Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS : untuk mengungkapkan adanya ikatan oligoklonal ( beberapa pita imunoglobulin G [ IgG ] ), yang menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.  Pemeriksaan potensial bangkitan : dilakukan untuk memebantu memastikan luasnya proses penyakit dan dan memantau perubahan penyakit.  CT scan : dapat menunjukkan atrofi serabral  MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek pengobatan.  Pemeriksaan urodinamik untuk mengetahui disfungsi kandung kemih.  Pengujian neuropsikologik dapat diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif.

10

H. Penatalaksanaan a. Farmakoterapi  Kortikosteroid dan ACTH : digunakan sebagai agens anti-inflamasi yang dapat meningkatkan konduksi saraf.  Beta interferon ( betaseron ) : digunakan dalam perjalanan relapsingremittting, dan juga menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya eksaserbasi.  Modalitas lain ( radiasi, kopolimer, dan kladribin ) sebagai pengobatan yang mungkin untuk bentuk multipel sclerosis progresif  Baklofen : sebagai agens antispasmodic merupakan pengobatan yang dipilih untuk spastisitas. b. Keperawatan  Meningkatkan mobilitas fisik ( relaksasi dan koordinasi latihan otot ).  Pasien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat.

11

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian a) Identitas klien Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no. register, dan diagnosis medis. b) Keluhan utama Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan medis adalah kelemahan anggota gerak, penurunan daya ingat, gangguan sensorik, dan penglihatan. c) Keluhan utama Pada anamesis sering klien mengeluhkan parestesia ( baal, perasaan geli, perasaan mati atau tertusuk-tusuk jarum dan peniti ), kekaburan penglihatan lapang pandang yang makin menyempit dan klien sering mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara sepontan terutama apabila ia sedang berada di tempat tidur. Mersa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolannya kurang sekali dan sering juga mengeluh retensi akut dan inkontinensial. d) Riwayat penyakit dahulu Pengkajian yang perlu dikaji meliputi : adanya riwayat infeksi virus pada masa kanak-kanak yang menyebabkan multipel sklerosis pada waktu mulai

12

menginjak usia pada masa dewasa muda. Virus campak (rubella) diduga menjadi penyebab penyakit ini. e) Riwayat penyakit keluarga Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan diantara keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 5-8 kali lebih sering pada keluarga dekat. f) Pengkajian psikososiospritual Pangakjian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhdap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengarunya dalam kehidupan seharihari, baik dalam kelurga maupun dalam masyarakat. g) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Klien dengan multipel sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada TTV, meliputi : bradikardia, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan berhubungan dengan bercak lesi di medulla spinalis. B1 ( Breathing ) Pada umunya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada system pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai berikut.

13

B2 ( Blood ) Pada umumnya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada system kardiovaskular. Akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami hipotensi postural. B3 ( Brain ) Pengkajian B3 atau Brain merupakan pemeriksaan vokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lain. Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat dari perubahan tingka laku. b) Pengkajian tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien biasanya komposmentis c) Pengkajian fungsi saraf serebral Status mental : biasanya sttus mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif penurunan persepsi dan penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang. d) Pengkajian saraf kranial Pengkajian ini meliputi : pengkajian saraf kranial I- XII a. Saraf I : biasanya pada klien multipel sklerosis tidak memiliki kelainan fungsi penciuman. b. Saraf II : tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan penurunan ketajaman penglihatan. c. Saraf III, IV, dan VI : pada beberapa kasus penyakit multipel sklerosis biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.

14

d. Saraf V : wajah simetris dan tidak ada keleinan. e. Saraf VII : presepsi pengecapan dalam batas normal. f. Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli kondusif dan tuli presepsi. g. Saraf IX dan X : didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan status kognitif. h. Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. i. Saraf XII : lidah simetris, tidak ada defiasi pda satu sisi dan tidak ada vasikulasi, indra pengecapan normal e) Pengkajian system motorik a. Kelemahan spastik anggota gerak, dengan manifestasi berbagai gejala, meliputi kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat anggota gerak. b. Merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas yang sebekah terseret maju,serta pengontrolan yang buruk. c. Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara trauma spontan terutama jika pasien sedang berada di tempat tidur f) Keadaan spastis yang lebih berat disertai spasme otot yang nyeri. g) Pengkajian refleks

15

Berikut dijelaskan beberapa pengkajian refleks :  Refleks tendon hiperaktif dan refleks-refleks abdominalis tidak ada  Respon plantar berupa ekstensor ( tanda Babinski). Tanda ini merupakan indikasi terseranganya lintasan kortikospinsl. h) Pengkajian system sensorik Gangguan sensorik. Parestesia ( baal, perasaan geli, perasaan mati rasa atau tertususk-tusuk jarum dan peniti ). Gangguan proprioseptif sering menimbulkan ataksia sensori dan inkoordinasi lengan. Sensasi getar serigkali menghilang. B4 ( Bladder ) Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortikospinalis menimbulkan gangguan pengaturan sfingter sehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi yang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spastis. Selain itu juga sering menimbulkan retensi akut dan inkontinensial. B5 ( Bowel ) Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan akitfitas umum klien sering mengalami konstipasi. B6 ( Bone ) Pada beberapa keadaan klien multipel sclerosis bisanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktifitas karena kelemahan spastik anggota gerak. Kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetri

16

pada keempat anggota gerak. Resiko dari multipel sklrosis terhadap system ini berupa komplikasi sekunder, seperti resiko kerusakaan integritas jaringan kulit ( decubitus ) akibat penekanan tempat dari tirah baring lama, deformitas kontraktur, dan edema dependen pada kaki.

B. Diagnosa keperawatan 1. Hambatan mobilitas fisik yang b.d kelemahan, paresis, dan spastisitas 2. Resiko tinggi kontraktur sendi yang b.d penurunan aktifitas sekunder hambatan mobilitas fisik 3. Resiko terhadap cedera yang b.d kerusakan sensori penglihatan 4. Defisi perawatan diri ( makan, minum, berpakaian , higiene ) yang b.d perubahan kemampuan merawat diri sendiri, kelemahan fisik spastis 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d asupan nutrisi yan tidak adekuat 6. Perubahan eliminasi urin dan fekal yang b.d disfungsi medulla spinalis 7. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan yang b.d tirah baring lama 8. Perubahan proses pikir ( kehilangan memori, demensia, euphoria ) yang b.d disfungsi serebral 9. Kerusakan penataklaksanaan pemeliharaan di rumah yang b.d keterbatasan fisik, psikologis, dan social 10. Resiko disfungsi seksual yang b.d keterlibatan atau reaksi psikologis terhadap kondisi

17

C. Perencanaan Sasaran utama untuk klien mencakup peningkatan mobilitas fisik, menghindari cedera, pencapaian kontinens kandung kemih dan usus, perbaikan funsi kognitif, perkembangan kekuatan koping, perbaikan perawatan diri, dan adaptasi terhadap difungsi seksual. Dix 1 : Hambatan mobilitas fisik yang b.d kelemahan, paresis, dan spastisitas Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria : 

Klien dapat ikut serta dalam program latihan



Tidak terjadi kontraktor sendi



Bertambahnya kekuatan otot



Klien menunjukkan tindakkan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi 1) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji secara teratur fungsi motoric R/ mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas 2) Modifikasi peningkatan mobilitas fisik R/ relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien multipel sklerosis.

18

3) Anjurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat R/ klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat, karena lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan paresis, kebas, atau tidak ada koordinasi. 4) Ajarkan teknik latihan jalan R/ Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif. 5) Ubah posisi klien tiap 2 jam R/ menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan. 6) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki funsi jantung dan pernapasan 7) Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakit. R/ otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakan. 8) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi R/ untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya 9) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien R/ peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

19

Dix 2 : Resiko cedera yang b.d kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah baring lama dan kelemahan spastis Tujuan : dalam waktu 3x 24 jam resiko trauma tidak terjadi Kriteria : 

Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma



Decubitus tidak terjadi



Kontraktur sendi tidak terjadi



Klien tidak jatuh dari tempat tidur

Intervensi 1) Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi R/ meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak disekitarnya 2) Berikan kacamata yang sesuai dengan klien R/ tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok implus penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau penglihatan ganda 3) Minimalkan efek imobilitas. R/ oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel sklerosis, maka komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup dekubitus dan langka untuk mencegahnya

20

4) Modifikasi pencegahan cedera : R/ pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi motorik menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya kekakuan atau jika ataksia ada, klien resiko jatuh. 5) Modifikasi lingkungan R/ untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki kosong pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk meningkatkan kemampuan berjalan dengan stabil 6) Ajarkan teknik berjalan R/ jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk melihat kaki sambil berjalan 7) Berikan terapi okupasi R/ terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi anjuran dan menjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian 8) Meminimalkan resiko decubitus R/ oleh karena hilangnya sensori dapat menyebabkan bertambahnya kehilangan gerakkan motoric. Decubitus terus diatasi untuk inegritas kulit. Penggunaan kursi roda meningkatkan resiko. 9) Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari ( pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet ) R/ deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi

21

10) Minimalkan spastisitas dan kontraktur R/ spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat dalam bentuk addukor yang berat pada pinggul, dengan spasme fleksor pada pinggul dan lutut. 11) Ajarkan teknik latihan R/ latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan kontraktur sendi. Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot gatroknemeus, adductor, biseps dan pergelangan tangan, serta fleksor jari-jari 12) Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki R/ telapak kaki dalam posisi 90 derajad dapat mencegah footdrop 13) Evaluasi tanda / gejala perluasan cedera jaringan ( peradangan lokal / sistemik, sperti peningkatan nyeri, edema dan demam ) R/ menilai perkembangan masalah klien

Dix 3 : Perubahan pola eliminasi urin yang b.d kelumpuhan saraf perkemihan Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam eliminasi urin terpenuhi Kriteria hasil : 

Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak mengguanakan keteter



Produksi 50 cc/jam



Keluhan eliminasi urin tidak ada

22

Intervensi 1) Kaji pola berkemih dan catat urin setiap 6 jam R/ mengetahui fungsi ginjal 2) Tingkatkan kontrol berkemih : a. Berikan dukungan pada klien tentang pemenuhan eliminasi urin b. Modifikasi kebutuhan untuk berkemih c. Lakukan jadwal berkemih d. Ukur jumlah urin tiap 2 jam e. Bantu cara penggunaan obat-obatan f. Keteter intermiten R/ jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan perpanjangan interfal waktu bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah air yang di minum setiap 2 jam dan mencoba untuk berkemih 30 menit setelah minum. 3) Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih R/ menialai perubahan akibat dari inkontinensial urin 4) Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hari R/ mempertahankan funsi ginjal

23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (ssp) kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ).Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri,. Gejala biasanya muncul pada usia 20-40 tahun, lebih sering terjadi pada wanita. Demielinasi bisa terjadi pada bagian otak atau tulang belakang mana saja, dan gejalanya tergantung kepada daerah yang terkena. Demielinasi pada jalur saraf yang membawa sinyal ke otot menyebabkan kelainan gerak (gejala motorik), sedangkan jika terjadi pada jalur saraf yang menuju ke otak menyebabkan kelainan sensasi (gejala sensorik). Gejala awal yang sering terjadi adalah kesemutan, mati rasa atau perasaan aneh pada lengan, tungkai, batang tubuh atau wajah. Ketangkasan dan kekuatan tungkai atau tangan bisa hilang. Beberapa penderita hanya memiliki gejala pada mata berupa penglihatan ganda, kebutaan parsial dan nyeri pada satu mata, penglihatan kabur atau suram atau hilangnya penglihatan pusat (neuritis optikus). Sampai saat ini multiple sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita dari pada pria.yang terserang biasanya orang – orang yang berumur antar 20 – 50 tahun.penderita multiple sclerosis banyak ditemukan di daerah – daerah beriklim

24

dingin dan pada umumnya berasal dari ras kaukasoid ( bangsa kulit putih).sedangkan di daerah yang beriklim panas seperti di Indonesia dan pada bangsa kulit berwarna lainya.Multiuple sclerosis menjadi penyakity yang amat sangat langka.

B. Saran Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penyusun menyarankan kepada pembaca sekalian agar dapat menjaga kesehatan terutama dalam menghindari penyakit sklerosis . Ada beberapa pemicu serangan Ms yang harus dihindari : Panas,KerjaBerat,Stress. Kami berharap, dengan adanya penulisan makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.Terima kasih kami ucapkan atas perhatiannya.

25

DAFTAR PUSTAKA Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan,( 2008 ),ed 6 vol.2 salemba medical. Jakarta Brunner & suddarth, keperawatan medikal bedah,(2002),ed 8 vol.3 EGC. Jakarta

Related Documents

Multiple
May 2020 27
Multiple
June 2020 31
Antahkarana Multiple
November 2019 16
Multiple Ks
April 2020 13
Multiple Integrals
May 2020 10

More Documents from ""

Lk Asfiksia.docx
November 2019 30
Sap Herlina Tb Paru.docx
November 2019 35
Lambang Stifar.docx
May 2020 17