BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah di bawah normal. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa darah < 50 mg% (2,8 mmol/L) atau bahkan <40 mg% (2,2 mmol).(dikutip oleh Djoko Wahono S, 2006). Hipoglikemi ada tiga tingkatan yaitu dari ringan: simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata, sedang : simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata, da berat : sering (tidak selalu ) tidak simptomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri.pada tingkatan berat, membutuhkan pihak ketiga tetapi membutuhkan terapi parenteral,tetapi di sisi lain Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intramuskular atau glukosa intravena) ,disertai koma atau kejang. Munculnya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bagi. Gejala biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat. Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar
45
mg/dL
atau
lebih
adalah
hasil
yang
diharapkan
tanpa
mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minum ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus. Jika bayi hipiglikemia dibiarkan tidak mendapat terapi dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah: 1.1 Hipoglikemi murni : Ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl 1.2 Reaksi hipoglikemi Gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl 1.3 Koma hipoglikemi : Koma akibat gula darah < 30 mg/dl
1.4 Hipoglikemi reaktif : Gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.
B. Rumusan Masalah 1. Apa konsep dasar hipoglikemi ? 2. Apa saja klasifikasi hipoglikemi ? 3. Apa penyebab hipoglikemi ? 4. Apa langkah promotif dan preventif hipoglikemi ? 5. Bagaimana diagnosis hipoglikemi ? 6. Bagaimana Pemeriksaan Klinispada hipoglikemi? 7. Bagaimana manajemen hipoglikemi ? 8. Bagaimana penanganan kadar gula darah rendah ? 9. Bagaimana pengobatan hipoglikemi ? 10. Bagaimana intervensi keperawatan C. Tujuan 1. Dapat mengetahui konsep dasar hipoglikemi 2. Dapat mengetahui klasifikasi hipoglikemi 3. Dapat mengetahui penyebab hipoglikemi 4. Dapat mengetahui langkah promotif/preventif hipoglikemi 5. Dapat mengetahui diagnosis hipoglikemi 6. Dapat mengetahui Pemeriksaan Klinis hipoglikemi 7. Dapat mengetahui manajemen hipoglikemi 8. Dapat mengetahui penanganan hipoglikemi 9. Dapat mengetahui pengobatan hipoglikemi 10. Dapat melakukan intervensi keperawatan
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah masalah serius yang dialami bayi baru lahir karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Dalam keadaan normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi, pada hipoglikemia kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem saraf merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan adrenalin. Hal ini akan merangsang untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak. Kejadian hipoglikemi lebih sering terjadi pada bayi dengan ibu diabetes melitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipetermi, gangguan pernapasan.
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dl. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kadar gula darah. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati. Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan yang mengandung fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati, leusin meragsang pembentukan insulin yang berlebihan dari pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin. Penyebab lainnya adalah penyakit autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang menyerang insulin. Berdasarkan patofisiologi ada 4 golongan anak yang beresiko terjadinya hipoglikemi, yaitu:
Bayi dari ibu diabetes, atau diabetes selama kehamilan.
BBLR yang mingkin mengalami mal nitrisi intra uterine
Bayi sangat kecil atau sakit berat yang mengalami hipoglikemia karena respon terhadap kebutiuhan metabolisme yang lebih tinggi atau melebihi cadangan kalori.
Bayi dengan kelainan geneitik atau gangguan kelainan metabolik primer.
Frekuensi hipoglikemia secara keseluruhan berkisar 2-3/1000 kelahiran hidup, secara bermakna lebih tinggi pada BBLR dengan riwayat komplikasi dan sakit berat.
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
Kelompok umur
Glukose
Darah
<mg/dl
Plasma/serum
Bayi/anak Neonatus
<40 mg/100 ml <20 mg/100 ml
<45 mg/100 ml <25 mg/100 ml
* BBLR
<30 mg/100 ml
<35 mg/100 ml
* BCB
<40 mg/100 ml
<45 mg/100 ml
0 – 3 hr 3 hr
Hipoglikemia pada neonates : 1. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal 2. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL 3. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai kemungkinan adanya hipoglikemia 4. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
B. Klasifikasi Hipoglikemi Klasifikasi Klinis Hipoglikemia Akut
Ringan
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata
Sedang
Sering tidak simtomatik, pasien tidak dapat mengatasi sendiri karena adanya gangguan kognitif 1. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak membutuhkan terapi parenteral 2. Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intramuskuler atau intravena) 3. Disertai kejang atau koma
Berat
C. Etiologi Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang. 1. Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan Hiperinsulinisme
(bayi
dari
ibu
penderita
diabetes),
hipoglikemia
hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”). Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat tinggi
Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism
1.
Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi,
hipoglikemia ketotik) Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis
2. Kelainan pada produksi glukosa hepar Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan
3. Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder. Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat penting adalah diagnosis dini
D. Manifestasi klinis Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko: 1.
Tremor
2.
Sianosis
3.
Apatis
4.
Kejang
5.
Apnea intermitten
6.
Tangisan lemah/melengking
7.
Letargi
8.
Kesulitan minum
9.
Gerakan mata berputar/nistagmus
10. Keringat dingin 11. Pucat 12. Hipotermi 13. Refleks hisap kurang 14. Muntah Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah lahir. Berikut ini merupakan gejala klinis yang dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor, serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan putar mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung. Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah pemberian glukosa yang adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain.
E. Patofisiologi Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.
F. Komplikasi 1. Kerusakan otak 2. Gangguan pernapasan 3. Koma 4. Kematian
G. Penatalaksanaan Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis: 1.
Pada saat lahir
2.
30 menit setelah lahir
3.
Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai
Kejadian hipoglikemia dapat dicegah dengan: 1.
Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia
2.
Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting
3.
Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
4.
Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL
5.
Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa dipantau
Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan dengan: 1.
Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :
Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan
Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai
Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
Atau cara lain dengan GIR. Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral. Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR. Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate, contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari, Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam :
a. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam b. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
Infus D10 diteruskan
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
ASI diberikan bila bayi dapat minum
Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelanpelan
Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala:
ASI teruskan
Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
a. Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi b. Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum c. Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal Kadar glukosa normal
IV teruskan
Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
2. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
Konsultasi endokrin
Terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
3. Hipoglikemia refraktori Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan:
Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam
Glukagon 200 ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam)
Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pankreas Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai. Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia
H. Pemeriksaan Penunjang 1. Kadar glukosa darah (GD) 2. Tes fung fungsi ginjal 3. Tes fungsi hati 4. C- peptida
I. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma rendah 2. Resiko infeksi b/d penurunan daya tahan tubuh 3. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d peningkatan pengeluaran keringat 4. Pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan 5. Hipotermi b/d terpapar lingkungan dingin J. Intervensi Keperawatan a. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma rendah Rencana tindakan : -
Cek serum glukosa sebelum dan setelah pemberian ASI
-
Monitor tanda-tanda hipoglikemi: pucat, keringat dingin, kebiruan
-
Monitor vital sign : N, S, R, CRT
-
Monitor kesadaran
-
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI setiap 2 jam
-
Cek BB setiap hari
-
Cek tanda-tanda infeksi
-
Hindari terjadinya hipotermi
-
Kolaborasi pemberian Insulin
-
Kolaborasi pemberian D 10%
b. Resiko infeksi b/d penurunan daya tahan tubuh -
Cuci tangan sebelum kontak dengan dengan bayi
-
Pastikan semua alat yang di pakai untuk bayi dalan keadaan bersih dan steril
-
Cegah kontak dengan petugas/pihak lain yang menderita ISPA
-
Perhatikan kondisi feces bayi
-
Anjurkan orang tua agar mengikuti prosedur aseptik dan septik
-
Kolaborasi pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur
-
Kolaborasi pemberian antibiotik
c. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d peningkatan pengeluaran keringat -
Monitor intake dan output
-
Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi kg/BB/24 jam
-
Cek turgor kulit bayi
-
Kaji intoleransi minum bayi
-
Jika menghisap sudah baik anjurkan ibu memberikan ASI
d. Pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan -
Auskultasi bunyi napas tambahan : ronchi, wheezing
-
Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea
-
Anjurkan asupan cairan yang adekuat
-
Kolaborasi pemberian oksigen
-
Kolaborasi pemberian bronchodilator sesuai indikasi
e. Hipotermi b/d terpapar lingkungan dingin -
Kaji tanda-tanda yang menyebabkan hipotermi
-
Atur suhu ruangan sesuai kebutuhan bayi
-
Anjukan skin to skin antara bayi dan orang tua
-
Gunakan pakaian yang hangat dan kering
-
Monitor suhu tubuh tia 2 jam
-
Kolaborasi pemberian oksigen
BAB III PENUTUP B. Kesimpulan Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak belum diketahui pasti. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin. Hipoglikemia simtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan. Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan bayi dari ibu DM. Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat.
C. Saran Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang pengertian, etiologi, manifestasi klinik, penanganan dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA M Sacharin, Rosa. 2005. Prinsip Keperawatan Pediatrik., Jakarta: EGC. Markun. AH.2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Masjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus. Nelson Waldo E. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Jakarta : EGC Saifudin, Abdul Bari, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2012
KATA SULIT 1. Frontal bossing : Frontal bossing adalah dahi yang luar biasa menonjol. Kadang-kadang dikaitkan dengan alis yang lebih berat dari biasanya. 2. FFA/ free fatty acid : Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. 3. Mikropenis : Mikropenis adalah fenomena penis anak yang sangat kecil. ... Umumnya, panjang penis pada anak yang baru lahir mencapai 3-4 cm. Sedangkan pada umur 1 tahun, rata-rata panjang penis anak mencapai 3-5 cm. Jika ukuran kurang dari ukuran normal bisa jadi anak mengalami mikropenis. 4. Kortisol : hormon yang memicu stress 5. Keton urin : Keton adalah asam yang dibuat ketika tubuh Anda mulai menggunakan lemak, bukan karbohidrat, untuk energi. 6. C- peptida : Tes C-peptida mengukur tingkat peptida dalam darah. Peptida biasanya ditemukan dengan jumlah yang sama dengan insulin, karena insulin dan C-peptidaterikat ketika pertama kali diproduksi oleh pankreas. Insulin membantu tubuh menggunakan serta mengontrol jumlah gula (glukosa) dalam darah. 7. Laktat : Asam laktat adalah produk dari penguraian karbohidrat tanpa melibatkan oksigen. Asam laktat di produksi di sel otot dan baru di produksi apabila tubuh kekurangan oksigen. Produksi asam laktat dalam tubuh yang berlebihanlah yang menyebabkan otot menjadi lelah, sehingga terasa nyeri hingga berhari-hari.