Makalah Abk Cerebral Palsy.docx

  • Uploaded by: agustinus putra001
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Abk Cerebral Palsy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,557
  • Pages: 19
MAKALAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS “CEREBRAL PALSY” Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dosen Pengampu : Zenni Puspitarini S. Kep.,Ns.M.Kep

DI SUSUN OLEH : YOHANA KAMAGAI NIM : 18130151

PROGRAM STUDI S-I ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi system dan penyebab anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari karakterkarakter tersebut (Hidayat, 2010). Berdasarkan gejala klinis dan fisiologis gangguan gerak spastik ditandai dengan adanya kekakuan pada sebagian atau seluruh otot. Letak kelainan cerebral palsy jenis ini ada di tractus pyramidalis (motor cortex). American Academy for Cerebral Palsy mengemukakan klasifikasi gambaran klinis cerebral palsy sebagai berikut: klasifikasi neuromotorik yaitu, spastik, atetosis, rigiditas, ataxia, tremor, dan mixed. Klasifikasi distribusi topografi keterlibatan neumotorik: diplegi, hemiplegi, triplegi dan quadriplegi yang pada masing-masing dengan tipe spastik (Sunusi danNara, 2007). Berdasarkan penelitian National Intitute of Neurological Disorder and Stroke (NINDS) pada tahun 2000, menyatakan bahwa 2-3 bayi per 1000 kelahiran menderita cerebral palsy. Menurut Garrison pada 2005, angka kejadiannya adalah kurang lebih 5,5 per 1000 kelahiran dan tersebar merata pada kedua jenis kelamin, segala ras dan berbagai negara. Resiko terkena cerebral palsy meningkat tajam seiring dengan berat badan lahir rendah, bayi yang berat badan lahir kurang dari 1000 gram mempunyai resiko tinggi 40 kali lipat dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal (2,5 kg - 4kg). Serta menurut Trombly (1989), usia ibu saat hamil >40 tahun lebih beresiko melahirkan anak dengan cerebral palsy dibandingkan ibu hamil < 40 tahun.

Permasalahan yang sering terjadi pada kasus diatas adalah gangguan postur dan kontrol gerakan yang bersifat non progesif yang disebabkan oleh karena lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya yang ditandai dengan meningkatnya reflek tendon, stretch reflek yang berlebihan, lingkup gerak sendi menurun,gangguan keseimbangan hipertonus dan spasme otot pada keempat ekstremitas dan klonus yang terjadi pada anggota gerak bawah. Pada kasus cerebral palsy tipe spastic quadriplegy permasalahan utama yang terjadi adalah gangguan motoris berupa spastisitas antara lain peningkatan ketegangan otot pada keempat anggota gerak seperti lengan atas, lengan bawah, wrist, trunk, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Selain itu juga menghambat tumbuh kembang motorik pada anak dimana terjadi keterbatasan untuk melakukan aktivitas-aktivitas sehari-hari yang seharusnya bisa dilakukan sesuai dengan umur perkembangan anak. Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan, (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi (Permenkes No. 80 Tahun 2013). Maka dari itu peranan fisioterapi sangat penting pada kasus diatas dalam membantu pasien untuk dapat beraktifitas secara mandiri melalui latihan dan penanaman pola gerak yang fungsional dengan baik dan benar. Pada kasus diatas, terapi alternatif yang digunakan adalah Hidrotherapy sebagai salah satu metode/modalitas yang dianggap efektif dalam penanganan pada anak cerebral palsy spastic quadriplegy dengan kondisi gangguan fungsional berdiri dan berjalan. Hidrotherapy (juga dikenal sebagai aquatic therapy, pool therapy dll.) dapat membantu anak-anak dengan cerebral palsy melalui serangkaian gerakan latihan yang lembut dapat meregangkan otot-otot yang kaku didalam air, hidrotherapy juga dapat mengurangi rasa nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan sekaligus meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan keseimbangan dan koordinasi, fleksibilitas serta daya tahan tubuh, dengan berbagai gerakan yang dilakukan di dalam air, Salah satu keuntungan ini

adalah adanya buoyancy/daya apung yang disediakan oleh air. Dengan demikian pergerakan sendi dan otot menjadi lebih mudah, yang akan membantu pasien dalam melakukan gerakan menuju fungsional, sesuai dengan teori bouyancy, semakin tinggi air merendam tubuh manusia maka semakin tinggi pula daya apung yang ditimbulkan dari air itu sendiri, oleh sebab itu pemberian latihan yang sulit dilakukan didarat akan mudah dapat dilakukan didalam air. Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas penatalaksanaan fisioterapi pada anak penderita cerebral palsy spastic quadriplegy di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah 1.

Apa pengertian dari Cerebral Palsy?

2.

Apa penyebab dari cerebral palsy?

3. Bagaimana karakteristik dari Cerebral Palsy? 4. Bagaimana tipe-tipe dari anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy? 5. Apa yang menjadi faktor penyebab dari Cerebral Palsy? 6. Apa penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral

Palsy?

C. Tujuan 1.

Mengetahui pengertian dari Cerebral Palsy.

2.

Mengetahui penyebab dari cerebral palsy

2. Mengetahui karakteristik dari Cerebral Palsy. 3. Mengetahui tipe-tipe dari anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy. 4. Mengetahui faktor penyebab dari Cerebral Palsy. 5. Mengetahui penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khususCerebral Palsy.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Cerebral Palsy

Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena kerusakan otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya. Kerusakan otaknya juga akan mempengaruhi keseimbangan tubuh juga pada keterampilan motorik halusnya atau kasarnya dan bahkan fungsi motorik oralnya. Kelainan yang disebabkan adanya kerusakan otak ini tidak dapat disembuhkan atau dibentuk normal kembali karena sifatnya yang permanen dan sulit untuk diperbaiki. Yang berarti bahwa belum ditemukannya obat atau bahan pemulih bagi mereka yang mengalami kelainan karena kerusakan otak. Namun, untuk membantu dalam pengelolaan tubuh yang menderita Cerebral Palsy, terapi menjadi salah satu hal yang diperlukan. Cerebral Palsy tidak akan berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk selama masa hidupnya. Akan tetapi, jika kondisi asosiatifnya tidak mendapat perawatan yang intensif serta benar dan disesuaikan dengan tingkatan kerusakan

otak seorang penderita tersebut, kondisinya akan menjadi buruk dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, mereka yang menderita Cerebral Palsy membutuhkan terapi pengobatan seperti operasi, obat-obatan serta teknologi yang dapat membantu mereka memaksimalkan kemandirian, mengurangi kesulitan yang menjadi hambatan mereka, dan meningkatkan inklusi mereka, karena hal itulah yang membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam kebanyakan kasus Cerebral Palsy yang terjadi, kerusakan otak seorang penderita terjadi pada saat otak sedang mengalami perkembangannya. Efek besar bagi penderita Cerebral Palsy adalah mereka mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuhnya akibat koordinasi dan keseimbangan yang tidak bisa mereka dapatkan. Ini terjadi akibat adanya kesalahan dari otot-otot yang menerima perintah karena motor korteks serebral mereka tidak berkembang secara normal kemungkinan pada saat perkembangan janin. Kemudian penderita mengalami cedera otak baik sebelum, selama atau setelah bayi lahir. Penemu pertama penyakit cerebralm palsy, yaitu William John Little pada tahun 1943, namun ia masih menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia. Sedangkan orang yang pertama kali menggunakan istilah cerebral palsy Sir William Olser. B. Penyebab anak mengalami cerebral palsy Penyebab anak mengalami cerebral palsy terjadi akibat kerusakan otak. Kerusakan otak dapat terjadi sebelum, semasa, atau setelah kelahiran. Terdapat dua masalah yang menyebabkan kerusakan otak yang menyebabkan cerebral palsy, yaitu: 1.

Ketidakmampuan otak untuk berkembang dengan baik

2.

Kerusakan saraf di dalam otak bayi yang sedang berkembang

Tahap kerusakan orak biasanya bergantung pada jenis dan masa terjadinya kecelakaan tersebut terjadi. Pada bayi prematur, pendarahan ke dalam otak dapat menyebabkan kerusakan yang serius jika bayi di dalam kandungan terlalu lama tidak mendapatkan oksigen, akan lebih besar kesempatan untuk terjadi kerusakan dalam jaringan otak.

C. Karakteristik Cerebral Palsy Mereka yang menderita Cerebral Palsy tidak serta-merta gejalanya dapat dilihat begitu saja setelah bayi dilahirkan. Ciri-ciri cerebral palsy akan diketahui saat bayi berusia hampir satu tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan

ortopedi.

Dan

ciri-ciri

yang

biasa

tampak

pada

anak

pengidap Cerebral Palsy antara lain : 1. Gangguan Tonus Otot Ciri ini akan begitu mencolok terlihat karena mereka yang mengidapCerebral Palsy akan mengalami kesulitan dalam mengontrol kemampuan otot mereka untuk bekerja sama dalam mempertahankan stabilitas tubuhnya. Otot-otot mereka akan melakukan koordinasi dengan otot lain yang menjadi pasangannya untuk berkontraksi dalam bekerja atau sekadar rileks. Walaupun hanya melakukangerakan yang sederhana seperti duduk, hal ini juga membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak, di mana satu sisi berkontraksi dan sisi lain mengendur (rileks). Cedera otak atau pun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab Cerebral Palsy akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot. Tonus otot yang normal mempunyai efek pada kemampuan tungkai untuk bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan sehingga memungkinkan orang itu untuk duduk, berdiri, dan menjaga posturnya tanpa bantuan. Kelainan tonus otot ini dapat terjadi saat melakukan koordinasi. Hal yang yang terjadi, otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama. Ketika ini terjadi, otot yang bekerja secara berpasangan mengalami kontraksi secara bersamaan dan bahkan refleks bersamaaan sehingga terjadi ketidakseimbangan pada pergerakan otot tersebut. Meski hanya melakukan gerakan yang sederhana, misalnya duduk, membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak yang satu sisi harus berkontraksi dan sisi lain harus mengendur (rileks). Cedera otak ataupun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab Cerebral Palsy akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan

otot. Tonus otot yg normal akan berefek pada kemampuan tungkai untuk bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan, memungkinkan seseorang untuk duduk, berdiri dan menjaga postur tanpa bantuan. Kelainan tonus otot terjadi pada saat melakukan koordinasi. Saat hal ini terjadi, Otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama . Ketika ini terjadi , otot yg bekerja secara berpasangan, misalnya biceps dan triceps, mungkin berkontraksi bersamaan, atau justru rileks dua-duanya. Otot penyangga tulang belakang mungkin terlalu rileks, yg membuat control batang tubuh kesulitan untuk tegak, postur yg buruk dan kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri. Anak Cerebral Palsy mempunyai kombinasi tanda-tanda sebagai berikut. Adanya perbedaan anggota gerak diakibatkan oleh perbedaan kerusakan di sruktur otak.dua gejala utama dari tonus abnormal adalah hypotonia dan hypertonia, tetapi, tonus dapat dijelaskan pula dengan cara perbandingan berikut : 



Hypotonia; penurunan tonus otot atau ketegangannya (flasid, rileks atau floppy)





Hipertonia, meningkatnya tonus otot / ketegangan (lengan / tungkai menjadi kaku)





Distonia, naik turunnya tonus otot





Campuran , adanya hipotonus pada otot penyangga postur tubuh, sementara lengan dan tungkai hipertonus





Spasme otot, kontraksi otot yang tidak disadari, biasanya ada nyeri





Kaku sendi, sendi yang terkunci sehingga mencegah gerakan leluasa





Tonus leher dan batang tubuh abnormal- menurun menjadi hipotonia atau meninggi menjadi hipertonia sesuai tipe kelainanCerebral Palsy nya





Klonus : spasme otot dengan kontraksi biasa. Ada di ankle dan telapak tangan

2.

Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi Gangguan pada tonus otot mempengaruhi gerakan tubuh dan anggota gerak, sehingga semua anak Cerebral Palsy akan bisa merasakan control otot dan koordinasinya

yang buruk. Gangguan control gerakan ortot dapat

menyebabkan komplikasi anggota gerak yang selalu lurus / ekstensi,

berkontraksi terus menerus, selalu bergerak atapun pola ritmik menyerupai spastic. Gejala lain akan lebih terlihat saat anak dalam kesulitan / stress, juga pada saat diberikan tugas motorik seperti mengambil dan meraih objek. Kadang –kadang gejala tidak terlihat saat anak tertidur dan otot menjadi rileks. 3.

Gangguan Refleks Reflex adalah gerakan tidak disadari dari tubuh sebagai respons dari sebuah stimulus/rangsangan. Reflex tertentu akan muncul pada saat lahir atau beberapa bulan setelah lahir lalu hilang secara terprediksi sebagai tanda perkembangan bayi. Pada reflex tertentu tidak akan hilang pada anak cerebral palsy. Beberapa reflex tertentu mengindikasikan kelainan Cerebral Palsy. Hiper refleksia yaitu merupakan tanda eksesif yang menyebabkan kedutan dan spastisitas. Kurang berkembangnya reflex postural dan reflex protektif adalah

rambu-rambu

tanda

perkembangan

abnormal,

termasuk Cerebral Palsy . Reflex primitive abnormal tidak terjadi pada anak Cerebral Palsy, atau tidak terlihat secara spesifik seperti yang nampak pada anak dengan perkembangan normal. Reflex primitive yg biasanya tidak berfungsi dengan baik antara lain : D. Tipe-tipe Cerebral palsy Klasifikasi berdasarkan keekstriman : a.

Hemiplegia Gangguan hanya terjadi pada setengah badan.

b.

Diplegia Gangguan pada kaki lebih parah daripada tangan.

c.

Quadriplegia Gangguan terjadi pada kaki dan tangan.

d.

Paraplegia Gangguan terjadi hanya pada kaki.

e.

Monoplegia Gangguan terjadi hanya pada tangan. Jenis ini jarang terjadi.

f.

Double Hemiplegia

Gangguan pada kedua bagian tubuh tetapi kanan dan kiri berbeda tingkat keparahannya. g.

Triplegia Gangguan terjadi pada 3 bagian dari kaki dan tangan. Contoh gangguan terjadi pada kedua tangan dan satu kaki.

Klasifikasi menurut tipe gangguan motorik a.

Spasticity Mengacu pada ketidakharmonisan otot motorik. Otot anak yang mengalami spasicity tidak langsung bergerak ketika tiba-tiba direntangkan atau digerakkan. Kontraksi spastik mengakibatkan ketegangan otot dan membuat gerak tidak akurat. 50% dari penderita Cerebral Palsy memperlihatkan gejala ini.

b. Athetosis Mengacu pada gerakan reflek, gerakan tersentak-sentak, menggeliat terutama pada jari dan pergelangan tangan. Gerakan yang berlangsung berturu-turut ini tidak bisa dikontrol pleh beberapa kelompok otot. Gejala ini akan berhenti ketika

penderita

tidur.

25%

dari

penderita Cerebral Palsymengalami

gangguan ini. c.

Ataksia Ataksia adalah gangguan pada koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. 25% penderita CerebralPalsy mengalami gangguan ini.

d. Rigidity Cerebral Palsy Mengacu pada kekakuan otot. Tipe ini jarang terjadi. e.

Tremor Cerebral Palsy Mengacu pada gangguan syaraf yang menyebabkan tidak terkontrolnya gerakan pada bagian otot tertentu. Gerakan tersebut terjadi berulang-ulang dalam selang waktu tertentu.

f.

Mixed Cerebral Palsy

Jenis Cerebral Palsy ini merupakan gabungan dari dua atau tiga tipe gangguan di atas.

E. Faktor Penyebab Cerebral palsy Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan). Kasuskasus tersebut dapat di lihat sebagai berikut : 1.

Pranatal ( Proses ketika bayi berada di dalam kandungan) Pada saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang menyebabkan otak bayi menjadi abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat terjadi apabila ibu hamil terkena infeksi toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air, atau herpes sangat rentan sekali mempengaruhi keadaan bayi di dalam kandungan.

Hal

ini

akan

menyebabkan

bayi

mengalami

masalah

perkembangan jaringan otak. 75% dari kasusCerebral Palsy terjadi saat berada dalam masa Pranatal seperti itu. 2.

Perinatal (Proses Persalinan) Ketika bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang lama bahkan sulit kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan terjadi luka di kepala bayi juga dapat dijadikan penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Kemudian terjadi tali pusar yang melilit bayi yang menyebabkan bayi kesulitan bernapas dapat menyebabkan cedera otak akibat kekurangan asupan oksigen yang membuat bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan. Bayi prematur

juga

rentan

terkena

infeksi

otak

dan

pendarahan

otak.

Kasus Cerebral Palsy pada masa Perinatal ini terjadi sampai 10-15%. 3.

Pascanatal (Proses sesudah dilahirkan/di luar kandungan) Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg akan rentan terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan infeksi otak seperti meningitis, radang selaput otak lalu mengalami panas tinggi dan juga mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya seperti

terjatuh yang kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak sehingga menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya Cerebral Palsy. Bayi yang kekurangan asupan oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui penyebabnya juga merupakan faktor dari Cerebral Palsy dan 10% kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca dilahirkan ke dunia. F. Pendampingan yang dapat di lakukan Anak dengan Cerebral Palsy membutuhkan pendampingan secara intensif. Dalam hal ini perhatian dari orang tua harus mampu memantau perkembangan anak itu sendiri. Ketika anak menunjukkan gejala kelemahan atau kelumpuhan fisik, orangtua seharusnya cepat tanggap dan memeriksakan anaknya. Pada awalnya, gejala Cerebral Palsy mungkin sangat ringan dan hanya terdeteksi dengan kesulitan gerak. Namun anak dengan Cerebral Palsy juga dapat menunjukkan segala yang lebih dalam seperti fisik yang sama sekali tidak dapat berbuat apapun. Pada umumnya penanganan penderita Cerebral Palsy meliputi : 1.

Medik Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orangtua pasien.

2.

Aspek non medis yang dilakukan Untuk mengatasi kecacatan motorik yang disertai kecacatan mental memerlukan pendidikan yang khusus. Kesembuhan dalam arti regenerasi otak yang sehat dapat diraih dengan pengobatan dan perawatan yang tepat.

3.

Fisioterapi Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.

4.

Tindakan bedah

Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan. Bertujuan untuk mengurangi spasme otot, menyamakan kekuatan otot yang antagonis, menstabilkan sendi-sendi dan mengoreksi deformitas. Tindakan operasi lebih sering dilakukan pada tipe spastik dari pada tipe lainnya. Juga lebih sering dilakukan pada anggota gerak bawah dibanding -dengan anggota gerak atas. Prosedur operasi yang dilakukan disesuaikan dengan jenis operasinya, apakah operasi itu dilakukan pada saraf motorik, tendon, otot atau pada tulang. 5.

Obat-obatan Pasien Cerebral Palsy yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung pasien ini. Pemberian obat-obatan pada Cerebral Palsy bertujuan untuk memperbaiki gangguan tingkah laku, neuro-motorik

dan

penderita Cerebral

untuk

Palsy yang

mengontrol kejang.

serangan

pemberian

kejang.

obat

anti

Pada kejang

memeerkan hasil yang baik dalam mengontrol kejang, tetapi pada Cerebral Palsy tipe spastik dan atetosis obat ini kurang berhasil. Demikian pula obat muskulorelaksan kurang berhasil menurunkan tonus otot padaCerebral Palsy tipe

spastik

dan

atetosis.

Pada

penderita

dengan

kejang

diberikanmaintenance anti kejang yang disesuaikan dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot yang berlebihan, obat golongan benzodiazepine, misalnya : valium, librium atau mogadon dapat dicoba. Pada keadaan choreoathetosis diberikan artane. Tofranil (imipramine) diberikan pada keadaan depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat diberikan dextroamphetamine 5 – 10 mg pada pagi hari dan 2,5 – 5 mg pada waktu tengah hari. 6.

Tindakan keperawatan Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi yang baru lahir yang beresiko (baca status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan/ kelahirannya). jika

dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter. 7.

Terapi SI Terapi SI adalah terapi yang sering digunakan sebagai pendampingan utama penderita Cerebral Palsy. Terapi ini menggunakan permainan yang dirancang khusus untuk penderita Cerebral Palsy, contohnya permainan perosotan dengan derajat kemiringan tertentu agar fisik anak terlatih dan dapat mengurangi kekakuan atau kelemahan.

8.

Occupational therapy Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri, memperbaiki kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan keterampilan lainnya.

9.

Redukasi dan rehabilitasi. Dengan

adanya

kecacatan

yang

bersifat

multifaset,

seseorang

penderita Cerebral Palsy perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan perlu dibuat oleh masingmasing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan perawatan tadi di lingkungan hidupnya sendiri. Fisio terapi bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independent untuk aktivitas sehari-hari. Fisio terapi ini harus segera dimulai secara intensif. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisio terapi dilakukan sepanjang hidup penderita. Selain fisio terapi, penderita Cerebral Palsy perlu dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang

normal.

Di

Sekolah

Luar

therapy dan occupational therapy yang

Biasa

dapat

disesuaikan

dilakukan speech dengan

keadaan

penderita. Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke rumah dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1.

Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena kerusakan otak sehingga gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya.

2.

Karakteristik atau ciri-ciri penderita Cerebral Palsy akan diketahui saat bayi berusia hampir satu tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan ciri-ciri yang biasa tampak pada anak pengidap Cerebral Palsy antara lain Gangguan Tonus Otot, Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi, dan Gangguan Refleks.

3.

Tipe-tipe

anak

berkebutuhan

khusus Cerebral

Palsy digolongkan

berdasarkan tingkat keekstriman dan gangguan motoriknya. 4.

Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan).

5.

Penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy adalah

dengan pendampingan

orangtua sangat sendiri. Sedangkan

penting

secara

dalammemantau

penanganan

yang

dapat

intensif. Perhatian perkembangan dilakukan

pengidap Cerebral Palsy adalah dengan berbagai terapi.

anak untuk

dari itu anak

DAFTAR PUSTAKA Ayres. A. J.(2019). Sensory Integration and Practice Test. Los Angeles: Western Psychological Services. Anderson. J. M. (2010).Sensory Motor Issues in Autism. Texas: Therapy Skill Builders. Kimbal. J. G. (2009). Sensory Integration Frame of Reference. Philadelphia: Lipincot Williams&Wilkins. Casey, Kevin. 2009. Teaching Children with Special Need. Claremont Teachers College : Clarement, Western Australia. Hallahan, Daniel P. & James M. Kauffman. 2009. Exceptional Children Introduction to Special Education. Prentice-Hall, INC.: Englewood, New Jersey. Friend, Marilyn dan Bursuck, William D. 2012. Special Education for Special Children.Jakarta: Hikmah Smith, J. David. 2012. Sekolah Inklusi. Bandung: Nuansa Cendekia Muhammad, Jamila K. D. 2015. Menuju Sekolah Inklusi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Related Documents

Abk Drg.elia.xlsx
April 2020 26
Abk Wulan.docx
October 2019 30
Test Cerebral
October 2019 29
Cerebral Infxn
May 2020 19
Libertad Cerebral
November 2019 27

More Documents from ""