MAKALAH HIV/AIDS PADA ANAK
Di Susun Oleh: Rinawati Yuli G2A218092 Riana Dewi G2A218093 Nurul Laili G2A218094 Nur Alamah G2A218095 Nanik S G2A218096
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2018
BAB I KONSEP DASAR HIV/AIDS PADA ANAK A. DEFINISI HIV(Human Immunodeficiency Virus)adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia,sehingga tubuh tidak mampu lagi melindungi dari berbagaipenyakit lain yang menyertainya (infeksi oportunistik). AIDS(AcquiredImmunoDeficiency Syndrome) adalah kumpulan dari gejala penyakit yang muncul akibat menurunnya sistemm kekebalan tubuh yang disebabka oleh HIV. Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang umumnya tidak berbahaya pada orang dengan tbuh normal namun dapat berakibat fatal pada ODHA karena sistem kekebalan tubuhnya lemah. HIV pada anak biasanya ditularkan dri ibunya. B. ETIOLOGI Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : 1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala. 2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness. 3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada. 4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut. 5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
Kebanyakan infeksi HIV pada anak adalah diturunkan melalui ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, dan menyusui. Namun, rejimen pengobatan bisa mencegahnya, sehingga insidensi penularan dari ibu ke anak untuk HIV menurun. Penyebab lain HIV meliputi: -
Transfusi darah. Tranfusi darah menggunakan darah yang terinfeksi atau suntikan dengan jarum suntik yang tidak steril mampu menyebabkan infeksi HIV dan AIDS pada anak. Di Amerika Serikat dan negara maju lainnya, masalah ini telah sepenuhnya tereliminasi, namun pada negara miskin hal ini masih terjadi.
-
Penggunaan obat terlarang dengan cara suntikan. Pada area Eropa Timur dan Tengah, penggunaan obat suntik akan melanjutkan penyebaran HIV di antara orangorang muda yang hidup di jalanan. Penelitian di Ukraina, prilaku berisiko tinggi seperti penggunaan jarum suntik bergantian, juga terjadi pada anak di bawah usia 10 tahun.
-
Transmisi seksual. Meksipun pada anak penularan dengan hubungan seks bukan merupakan penyebab utama HIV/AIDS di antara anak-anak, hal ini terjadi ketika anak-anak menjadi aktif secara seksual di usia awal-awalnya. Anak juga mampu terinfeksi melalui tindakan kek erasan seksual atau pemerkosaan.
C. TANDA DAN GEJALA Gejala infeksi HIV pada anak sudah mulai tampak sejak awal terinfeksi hingga usia 8 tahun. Gejala tersebut terutama sangat terlihat pada tahun pertama kehidupannya. Beberapa di antaranya adalah 1. Berat badan tidak bertambah Tanda awal yang cukup jelas adalah berat badan yang sulit bertambah. Idealnya, bayi akan terus bertambah berat badannya setiap bulan hingga mencapai tiga kali berat lahir pada usia satu tahun. Namun, bayi yang terinfeksi HIV akan sulit bertambah berat badannya. Pada grafik pertumbuhan akan cenderung tampak mendatar atau bahkan menurun. Hal ini disebabkan karena infeksi HIV menyebabkan metabolisme lemak tubuh terganggu, sehingga berat badan anak akan sulit bertambah dan tampak kurus. Infeksi HIV juga mengakibatkan resistensi terhadap insulin
sehingga gula dari makanan tidak dapat diserap dan digunakan untuk pertumbuhan. 2. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan Bila dibandingkan dengan anak lain seusianya, anak yang terinfeksi HIV akan lebih lambat perkembangannya. Ia akan lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar seperti duduk, tengkurap, merangkak, berdiri atau berjalan. Kondisi ini sudah bisa diamati sejak masih bayi. Hal ini sebenarnya masih berhubungan dengan gangguan pertumbuhan yang dialaminya. Berat badan yang sulit bertambah menyebabkan otot anak cenderung lebih kecil sehingga secara tidak langsung akan menghambat perkembangan motoriknya. 3. Sariawan berulang Sama halnya dengan infeksi HIV pada orang dewasa, anak yang terinfeksi HIV pun akan sering mengalami gangguan mulut dan gusi .Saah satunya adalah akan sering mengalami sariawan. Berbeda dengan sariawan biasa, sariawan pada pasien HIV sering kali disebabkan oleh jamur Candida, bersifat berat, dan menyebabkan penderitanya kesulitan makan. Ketika anak terkena HIV maka sistem kekebalan dalam tubuh akan sangat lemah sehingga anak menjadi lebih mudah terkena sariawan. Kondisi ini bisa diamati dengan munculnya bercak putih pada bagian lidah, mulut dan gusi. Terkadang sariawan akan berkembang hingga ke saluran pencernaan seperti usus. 4. Kejang Anak dengan infeksi HIV akan sering mengalami kejang dan gangguan saraf lainnya seperti gangguan berjalan. Kejang dapat terjadi kapan saja tanpa didahului demam, sehingga berbeda dengan kejang demam yang dialami anakanak pada umumnya.
5. Ruam kemerahan Kulit anak yang mengalami infeksi HIV sering kali tampak ruam kemerahan yang tidak menonjol. Selain itu, berbagai infeksi kulit juga dapat terjadi seperti herpes zoster, infeksi jamur (tinea), dan infeksi bakteri (pioderma). Hampir semua orang yang terkena HIV akan mengalami ruam kulit dan ini juga terjadi pada anak-anak. Ruam kulit berbeda dengan bintik merah pada kulit atau kulit kering. Awalnya ditandai dengan beberapa gejala seperti kulit yang sangat kering, bercak merah pada kulit, gatal di semua bagian tubuh lalu ruam bisa membuat kulit anak terluka. Ketika sudah ada luka maka bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama. Ruam kulit juga bisa menyebabkan eksim dan kondisi penyakit kulit pada anak yang parah. Bila anak mengalami cacar air (varicella) umumnya akan bersifat berat dan dapat berulang. Hal ini lagi-lagi terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun, sehingga menjadikan anak yang terinfeksi HIV mudah terserang penyakit infeksi. 6. Anak menjadi lebih mudah sakit Anak yang terkena HIV juga akan sangat mudah sakit. Berbagai penyakit menular dan infeksi yang menyebar dengan cepat bisa terjadi pada anak dan itu terjadi kapan saja. Kondisi ini dipengaruhi oleh masalah sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Anak bisa sangat jarang terlihat sehat sehingga tubuh anak juga akan mudah lemah dan cepat lelah. 7. Batuk dan diare berkepanjangan Infeksi jamur yang menyebar dalam tubuh anak bisa menyebabkan bayi mengalami batuk dan diare yang sangat lama. Kondisi ini terjadi ketika infeksi sudah menyebar ke pencernaan dan saluran pernafasan. Paru-paru anak terkena infeksi yang berat sehingga akan lebih sering batuk. Batuk bisa diobati sesuai dengan penyebabnya, namun terkadang batuk selalu muncul terus. Diare juga bisa terjadi akibat jamur telah melukai usus. Terkadang diare bisa menyebabkan BAB anak berdarah.
8. Perut bengkak Ketika pada tahap awal maka HIV sering menyebabkan perut anak membengkak. Ini bukan termasuk gejala cacingan pada anak yang paling sering ditemukan dengan kondisi perut yang bengkak. Perut bengkak pada anak yang terkena HIV merupakan perkembangan gejala lebih lanjut seperti sudah terjadi pembengkakan hati atau limpa. Virus telah menyerang hati sehingga membuat fungsi hati anak juga tidak normal. Biasanya ketika sudah terjadi pembengkakan perut maka gerakan anak akan sulit untuk normal lagi. 9. Infeksi telinga berulang-ulang Pada tahap awal HIV juga akan sering menyebabkan anak terkena infeksi telinga secara berulang-ulang. Kondisi ini sangat rentan untuk anak karena anak mungkin telah memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat buruk. Infeksi telinga bisa menyebabkan anak mengalami gangguan pendengaran. Terkadang infeksi selalu diawali dengan demam, cairan yang keluar dari telinga dan rasa sakit yang berat pada telinga. 10. Sinusitis berulang Anak juga bisa mengalami sinusitis berulang dan sangat alam. Penyakit ini ditandai dengan pilek atau flu biasa. Anak juga akan merasa demam, batuk, sakit tenggorokan dan sulit untuk menelan makanan atau minuman. Badan anak menjadi sangat lemah dan infeksi pada bagian sinus yang sangat lama. Kemudian anak mengalami batuk dan hidung meler yang sangat lama. Dalam waktu yang lebih lama maka cairan hidung akan berwarna hijau atau kuning. Jika seperti ini terus maka anak akan sangat lemah. 11. Infeksi paru-paru berulang Anak yang terkena HIV juga akan mengalami infeksi paru-paru secara berulang. Kondisi ini bisa berawal sejak masih bayi dan terus berlanjut hingga menjadi anak-anak. Biasanya infeksi paru bisa membuat anak terkena pneumonia atau radang paru-paru. Pada tahap awal selalu disertai dengan gejala flu, pilek, batuk, sakit kepala lalu menjadi sesak nafas. Kondisi ini akan membuat anak terlihat sangat kurus.
12. Tubuh anak sangat kurus Anak yang terkena HIV akan terlihat sangat kurus. Penyebabnya adalah karena virus dalam tubuh anak terus menghabiskan sistem kekebalan tubuh anak sehingga anak menjadi lemah dan mudah sakit-sakitan. Kemudian anak mengalami gangguan nafsu makan yang menyebabkan anak tidak memiliki nafsu makan yang baik. Anak akan sulit untuk makan sehingga pertumbuhan anak juga akan terganggu 13. Anak terkena hepatitis Virus HIV yang menyerang tubuh anak juga bisa menyebabkan infeksi pada bagian hati. Kemudian virus akan berkembang menjadi hepatitis. Ini masih berhubungan dengan penyebab perut anak dengan HIV selalu membengkak baik pada tahap awal atau tahap akhir. Untuk menjaga agar kondisi anak stabil maka persawatan hepatitis pada anak diperlukan. Namun biasanya kondisi ini tidak bisa dicegah sehingga infeksi akan terus memburuk sebelum HIV berkembang menjadi AIDS. 14. Pembengkakan kelenjar getah bening Dalam tiga bulan pertama setelah infeksi maka kelenjar getah bening anak akan menjadi lebih besar. Kondisi ini disebabkan karena infeksi virus yang sudah terjadi dengan cepat dalam tubuh anak. Kelenjar getah bening berfungsi untuk mengatasi virus atau infeksi dalam tubuh, tapi karena virus terus bekerja dalam tubuh anak maka kelenjar juga membengkak dan tidak mampu bekerja dengan baik. 15. Ingatan anak sangat buruk dan tidak fokus Anak yang terkena HIV biasanya juga memiliki ingatan yang buruk dan sulit untuk berkonsentrasi. Kondisi ini disebabkan karena masalah sistem kekebalan tubuh yang buruk dan bagian otak serta syaraf juga terkena pengaruh. Anak tidak akan terlihat ceria seperti anak yang lain sehingga kondisi anak terlihat seperti sangat lemah.
16. Gangguan fungsi ginjal Virus yang menyerang tubuh juga bisa menyebabkan anak terkena penyakit gangguan ginjal. Pada tahap awal maka anak tidak terlihat dengan gangguan ini. Namun dalam waktu yang lebih lama maka anak mengalami infeksi ginjal. Hal ini bisa menyebabkan urin anak keruh dan berdarah. Kemudian tubuh anak juga akan bengkak akibat akumulasi cairan dalam tubuh anak. Ketika sudah parah maka kemungkinan ginjal anak tidak berfungsi dengan baik sehingga anak membutuhkan perawatan dan alternatif tindakan cuci darah jika sudah terkena gagal ginjal. Gejala HIV pada anak dalam tahap awal bisa membuat anak terlihat seperti terkena penyakit infeksi biasa. Namun dalam waktu yang lebih lama maka infeksi bisa berkembang menjadi lebih serius dan anak terkena penyakit HIV/AIDS Selain melihat beberapa gejala di atas, untuk mendiagnosis adanya infeksi HIV pada seorang bayi dan anak diperlukan serangkaian pemeriksaan laboratorium. Karenanya, bila anak sudah diketahui memiliki risiko, yaitu lahir dari ibu yang terinfeksi HIV dan mengalami gejala-gejala di atas, saatnya membawa anak untuk melakukan pemeriksaan lebih lengkap. Diagnosis penyakit sedini mungkin akan memperlambat terjadinya infeksi HIV tahap lanjut atau AID D. ANATOMI FISIOLOGI Human immunodeficiency virus adalah virus penyebab Acquired mmunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy Virus) adalah virus sitopatik dari retrovirus. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Virus ini memiliki kemampuan unik untuk mentransfer informasi mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya. AIDS, Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Centers
for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi virus HIV, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki sistem imun positif terhadap HIV. E. PENGKAJIAN FOKUS Pengkajian fokus dengan menggunakan 13 domain Nanda 1. Identitas 2. Pengakajian 13 Domain Nanda a. Healht Promotion 1) Keluhan utama 2) Riwayat masa lalu 3) Riwayat pemerian ASI 4) Kemampuan mengonrol kesehatan 5) Sosial ekonomi 6) Nutrisi a) Antropometri, BB,LILA,IMT b) Biochemical c) Clinical Meliputi tanda-tanda klinis rambut,turgor kulit,mukosa bibir,conjungtiva anemis /tidak. d) Diet Meliputi nafsu makan,jenis,frekuensi makan e) Energy Kemampuan dalam beraktifitas f) Faktor Meliputi penyebab masalah nutrisi (kemempuan menelan,mengunyah dll) 7) Eliminasi a) Sistem urinary b) Sistem gastrointestinal c) Riwayat sering diare d) Sistem integument e) Integritas kulit,turgor kulit
8) Aktivity/Rest a) Istirahat /tidur b) Aktifitas c) Cardio respon d) Pulmonary respon o Penyakit sstem pernafasan o Pemeriksaan paru 9) Perception/cognition Orientasi/kognisi 10) Sensasi/persepsi 11) Communication 12) Self perception a) Perasaan cemas/takut b) Perasaan putus asa c) Keinginan untuk mencederai 13) Role Relationship a)
Status hubungan
b)
Orang terdekat
c)
Perubahan konflik
d)
Perubahan gaya hidup
e)
Interaksi dengan orang lain
14) Sexsuality 15) Coping /Stress Tolerance a) Rasa sedih/takut/cemas b) Kemampuan untuk mengatasi c) Prilaku yang menampakkan cemas 16) Life Principles 17) Safety /Protection a) Alergi b) Penyakit autoimun c) Tanda infeksi d) Gangguan termoregulasi
18) Comfort Kenyamanan /nyeri PQRST 19) Growt /Development a) b)
Pertumbuhan yang lambat Perkembangan yang lambat/ada gangguan
F. PATOFISIOLOGI Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse ias olism se, yang akan melakukan pemograman ulang materi ias ol dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat doublestranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam ias ol sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi ias oli, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
G. PATWAYS
Tranfusi darah yang terpapar HIV Aids
Pasien terinfeksi HIV
Resiko penularan Infeksi Isolasi sosial
Secara parenteral melalui tusukan jarum
Penularan secara vertikal dari ibu dengan HIV
Kurangnya informasi
Virus beredar dalam darah atau jaringan mukosa Virus meginfeksisel yang mempunyai molekulCD4 (Limfosit T4,Monosit,Sel dendrit,Sel Langerhans) Masuk kedalam sel target dan mereplikasi diri Sel yang terinfeksi mengalami apoplosis mati Imuntas tubuh menurun
Tubuh rentan terhadap infeksi
Defisien pengetahuan
Infeksi pada sistem pernafasan
Hipertermi
Suhu
Infeksi pada sistem pencernaan
Peradangan saluran pernafasan dan jaringan paru Lesi dinding Alveoli
Peradangan dikulit Muncul ruam ruam dikulit
Infeksi bakteri Infeksi jamur
Kerusakan Integritas Kulit
Kerusakan Alveoli
DIARE
Diare kronis
Peradangan mulut
Kolaps saluran nafas kecil Saat ekspirasi
Gangguan pertukaran O2 dan CO2
Output cairan
Sulit menelan
Turgor kulit menurun, Mukosa kering
Berat badan tidak naik
Ketidak Nutrisi ke otak berkurang seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan perkembangan
Gangguan pertukaran Gas Defisien Volume cairan Penurunan perfusi O2 ke jaringan
Mengantuk,Lesu
Intoleransi aktifitas
Gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Adanya peningkatan Sekresi dijalan nafas
Batuk dahak
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi 2. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltika usus 3. Defisien volume cairan berhubngan dengan output meningkat 4. Defisen pengetahuan berhubungan informasi yang kurang 5. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang 6. Ketidakefekitfan bersihan jalan nafas berhubngan dengan akumulasi sekret berlebih 7. Gangguan pertukaran gas berhubungan berhubungan degan penurunan kadar O2 8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan 9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam dikulit 10. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan 11. Isolasi sosial berhubungan dengan 12. Resiko penularan infeksi kepada orang lain
I.
FOKUS NTERVENSI DAN RASIONAL
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1
Hipertemia
KRITERIA HASIL NOC
INTERVENSI NIC
b/d Setelahdilakukantindakankepera 1
x
24
RASIONAL
PerawatanDemam
PeningkatanlajuMe
watanselama
jam 1. Monitor TTV (Suhu, RR, HR)
tabolisme
Termoregulasikliendapatmemb
2. Monitor warnakulit
aikdengankriteriahasil :
3. Dorongkonsumsicairan
1. Klientidakberkeringatsaatpana 4. Dorongistirahat yang cukup s 2. Nadidanpernafasanpasiendala
5. Berikankompreshangat 6. Kolaborasipemberianparacetamol
mrentang normal 3. Ibukliendapatmelaporkankeny amananklien 4. Suhukulitpasienmenrudari 38,1 ºC menjadi (36,5-37,5 ºC)
2
Diare b/d proses inflamasi gastrointestinal
Domain II: Class : Elimination management Gastrointestinal Function 0460: diarrhea management. (1015) 1.Identifikasi factor penyebab diare
-
Menentukan selanjutnya
intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien dapat mencapai criteria hasil: 1. Konsentrasi feses dari cair menjadi lunak 2. BAB berkurang dari 5-10x/ hari menjadi 1-2x/hari 3. Muntah setiap kali makan atau minum menjadi tidak ada muntah 4. Penurunan suara bising usus menjadi 5-30x/menit (normal) Domain II : Physicologic Health Class : Elimination 501 bowel Elimination Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah diare dapat teratasi dengan criteria hasil: 1. Frekuensi BAB pasien dari 5-10 x/hari menjadi 1-2x/hari 2. Bising usus meningkat dari 40 x/menit menjadi. 5-30 x/menit 3. Konsistensi feses cair menjadi lunak
2.Monitor tanda dan gejala diare 3.Monitor kulit perineum 4.Monitor turgor kulit/ Ukur diare/output pencernaan 5.Ajarkan pasien untuk minum obat antidiare dengan tepat Ajarkan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses. 6.Ajarkan pasien dan keluarga untuk makan rendah serat, tinggi protein dan kalori. 7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antidiare
-
Mengetahui keseimbangan cairan
-
Mengurangi
kehilangan
cairan -
Mengganti cairan yang keluar
dan
mengatasi
diare -
Sebagai upaya rehidrasi yang
keluar
bersama
feses -
Memberikan status
informasi
keseimbangan
cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan
pengganti. -
Menilai status elektrolit,
hidrasi, dan
keseimbangan asambasa
4. Warna feses dari kuning kehijauan menjadi kuning kecoklatan 5. Tidak ada iritasi di daerah anus dan perineal 6. Turgor kulit membaik 3
Isolasi
Sosial
perubahan
b/d Setelah
dilakukantindakan Sosial Enhancement (5100)
status keperawatan kepadaNy. dengan
W (35
1. Bina hubungan saling percaya
keaktifan
masalah
2. Identifikasi
berinteraksi dengan temannya
mental
tahun)
(00053)
keperawatanisolasi sosial selama
social
7x24 jam, klien dapat mencapai
3. Diskusikan
isolasi
dalam
2. Membuat grup dapat melatih bersama
pasien
klien
dalam
berinteraksi
keuntungan berinterkasi dengan
dengan teman dan juga berlatih
Social Involvement (1503)
orang lain
dalam
mampu
berinteraksi
4. Diskusikan dengan orang lain
dengan lingkungannya (1-3) 2. Klien
mampu
3. Klien
mampu
mampu
dengan orang lain
berkenalan dengan satu orang 6. Anjurkan kepada klien untuk
megikuti
memasukkan
kegiatan
kegiatan olahraga di rumah
berkenalan dengan orang lain
sakit (1-3)
dalam kegiatan jadwal harian
Ketidakseimbangan NOC :
NIC : Nutrition Management
menghargai
teman
ketika bercerita 3. Untuk mengetahui keterlibatan dan juga perhatian keluarga
5. Ajarkan kepada pasien cara
mengikuti
aktivitas kelompok 4. Klien
kerugian jika tidak berhubungan
berinteraksi
dengan anggota keluarga (2-4)
nutrisi kurang dari
penyebab
klien
criteria hasil ;
1. Klien
4
1. Untuk mengetahui cara dan
dalam pencapaian pengobatan klien. 4. Untuk melatih meningkatkan kemampuan
klien
dalam
bekerja sama dengan temannya
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan ingest/digest/absor b
5
Defisien
volume Domain
cairan
II
:
d/d
602 ydration
gelas
setiap
kali watanselama
1
x
24
kalori (Cahyani, Artana&Sumawati, 2014) b. Mensuplai asupan gizi (Cahyani, Artana&Sumawati, 2014) c. Mengetahui masukan nutrisi pasien (Cahyani, Artana&Sumawati, 2014)
nutrisi (Cahyani, Artana&Sumawati, 2014)
management 2080
pipis lebih dari satu Setelahdilakukantindakankepera
a. Mencegah dan mensuplay
d. Mengevaluasi masukan
Class : Electrolytes and acid base
cairan Class : Fluid & Electrolytes jumlah
a. Berikan substansi gula b. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) c. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori d. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi e. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Physicologic Domain II : Physicological Health
b/d Health
kehilangan aktif
Nutritional Status : food and Fluid Intake Nutritional Status : nutrient Intake Weight control Kriteria Hasil : - Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan - Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan - Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi - Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan - Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
:
management.
jam O :
fluid/
electrolyte
2
pipis,
haus terus diharapkan masalah kekurangan 1. Monitor status hidrasi
menerus meskipun volume cairan dapat teratasi
(membrane mukosalembab, turgor
sudah
dengan criteria hasil:
kulit)
mengkonsumsi
1. turgor kulit pasien dari jelek 2. Monitor TTV pasien
banyak
minum,
menjadi baik
Turgor kulit terlihat 2. Membrane kering,
Mukosa
bibir pasien kering
3. Monitor mukosa
mulut
makanan/cairan
yang
dikonsumsi
pasien dari kering menjadi lembab
N:
3. Asupan
yang Jaga
cairan
masuk/intake
oral
dan
urine
dari
yang
akuratdancatat output pasien Berikanterapicairan RL melalui
intravena adekuat 4. Output
intake/asupan
sedikit
menjadi output urine normal
IV. Tingkatkanasupan oral
5. warna urine kuning pekat E : menjadi warna kuning bening Dukungpasiendankeluargauntukm 6. Nadi
dari
105
x/menit
menjadi 60-100 x/menit .
embantudalampemberianmakanan denganbaik
7. Suhu 37,7 C menjadi 36,5- Edukasimakananbuah37,5 C. buahansegar/ jus buah. Domain 2 : Physicological C : Health
Konsultasikandengandokterjikatan
Class : Fluid and Electrolytes
dadangejalakelebihan
Fluid Balance (0601)
cairanmenetapataumemburuk.
Setelahdilakukantindakankepera
volume
Fluid Monitor (4136)
watan selama 1 x 24 jam. O : Kekurangan volume cairan dapat
1. Monitor asupandan output
teratasi dengan criteria hasil: 1. Tekanan darah dalam batas normal menjadi
(130/80
mmHg
140-150/90–100
mmHg)
pasien 2.Monitor tanda-tanda vital pasien (TD, HR, RR) 3.Monitor
membrane
mukosa,
turgor kulitdanresponhauspasien
2. Turgor kulit menjadi elastis 3. Keseimbangan Asupan dan outpun dalam 24 jam
4.Monitor
warna,
kuantitas,
danberatjenisurin N:
4. Denyut nadi radial dalam Berikan cairan dengan tepat batas
normal
(105x/menit C:
menjadi 60-100x/menit)
Kolaborasi kepada dokter jika pengeluaran urin kurang dari 0,5ml/kg/jam atau asupan cairan pada orang dewasa Kolaborasi kepada dokter terkait pemberian antibiotiK
6
KetidakefektifanBe
Setelahdilakukanasuhankeperaw
rsihanJalanNafasb/
atanselama
d
diharapkanstatus
3x24
jam
pernafasan:
Obstruksijalannafas KepatenanJalanNafasanakmen
ManajemenJalanNafas Lakukanfisioterapi dada Auskultasisuaranafas, catat area yang
ingkatdengankriteriahasil :
ventilasinyamenurnatautdakadada
- Frekuensipernafasananak
nadanyasuaratambahan
normal ( 20-30x/menit) - Iramapernafasananakstabil (tidakterlalucepat) - Anakdapatmengeluarkan secret - Anaktidakgelisahdanrewel - Tidakadasuaranafastambahan
Anjurkankeluargauntukmemberik anminum air hangat Kelolapemberian nebulizer Posisikanuntukmeringankansesak nafas Monitor Tanda- Tanda Vital Monitor nadi, suhudan status pernafasandengantepat Monitor abnormal
polapernafasan (
kusmaulbiot,
apneudanbernafasberlebihan) 7
Kurang pengetahuan
NIC: NOC: - Knowlede disease process - Knowledge health behaviour
Teaching :disease Process 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang Kriteria hasil: - Pasien dan keluarga
penyakit dan bagaimana hal
tentang
ini berhubungan dengan
penyakit,kondisi,prognosis dan
anatomidan fisiologi dengan
program pengobatan
cara yang tepat 3. Gambarkan tanda dan gejala
melaksanakan prosedur yang
yang biasa muncul pada
dijelaskan dengan benar
penyakit dengan cara yang
- Pasien dn keluarga mampu menjelaskan kembaliapa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
-
2. Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan pemahamam
- Pasien dan keluarga mampu
-
spesifik
tepat 4. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyabab dengan cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasiententang kondisi dengan cara yang tepat 7. Hindari harapan yang kosong 8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajua pasien dengan cara yang tepat 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit 10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasiatau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 12. Eksplorasi kemungkinan umber atau dukungan dengan cara yang tepat 13. Rujuk pasien pada grup atau agensi dikomunitas lokal dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat. 8
ketidakefektifannut
Nutritional Status : food and
risi:
Fluid Intake
kurangdarikebutuh antubuh
Nutrition Management
1. Berikanmakanan yang terpilih ( Setelahdilakukantindakankepera
sudahdikonsultasikandenganahlig
watan 3x24 jam,Nutritional
izi)
Status : food and Fluid Intake adekuatdengankriteriahasil : 1. Adanyapeningkatanberat
2. Berikaninformasitentangkebutuh annutrisi Nutrition Monitoring
badansesuaidengantujuan 1. Monitor 2. Tidak adatandatandamalnutrisi 3. Tidakterjadipenurunanbe ratbadan yang berarti
adanyapenurunanberatbadan 2. Monitor mualdanmuntah 3. Monitor
pucat,
kemerahan,
dankekeringanjaringankonjungtiv a
9
Intoleran aktvitas
NOC: - Energy conservation - Self care ;ADLs
NIC: Energy management - Observasi adanya pembatasan
Kriteria hasil: - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah ,Nadi dan RR - Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs)secara mandiri
klien dalam melakukan aktivitas - Dorong untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan - Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan - Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebih - Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas - Monitor pola tidur dan lamanya tidur /istirahat pasien ACTIVITY THERAPY - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepat - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,psikologi dan social - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktvitas yang diinginkan - Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai - Bantu klien untk membuat jadwal latihan diwaktu luang - Bantu pasien /keluarga untuk mengidentifikasi kekuragan dalam beraktivitas - Bantu pasien untuk mengembagkan motivasi diri dan penguatan - Monitor respon fisik,emosi ,social dan spiritual 10
Gangguan pertukaran gas
NOC: -Respiratory status:Gas exchange -Respiratory status:Ventilation -Vital sign status Kriteria hasil : - Mendemonstrasikan peningkatan vetilasi dan oksigenasi yang adekuat - Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda disters respirasi
NIC; AIRWAY MANAGEMENT - Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift atau jaw thrus bila perlu - Posisikan untuk memaksimalkan ventilasi - Identifikasi pasien perlu pemasangan alat jalan nafas buatan - Pasang mayo bila perlu - Lakukan fisioterapi dada bila perlu - Keluarkan sekret dengan batuk
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,tidak ada sianosis,dan dypsneu(mampu mengeluarkan sputum,mampu bernafas dengan mudah tidak ada pursed lips) - Tanda tanda vital dalam rentang normal
atau suction - Auskultasi jalan nafas,catat adanya suara tambahan - Lakukan suction pada mayo - Berikan bronkhodilator bila perlu - Berikan pelembab udara - Atur intake cairan untuk memaksimalkan keseimbangan - Monitor respirasi dan status O2 RESPIRATORY MONITORING - Monitor rata-rata kedalaman,irama dan usaha respirasi - Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan penggunaan otot tambahan retraksi supraclavikural dan interkosta - Monitor suara nafas seperti dengkur - Monitor pola nafas,bradipneu,takipneu,kussmau l,hiperventilasi,cheyne stoks,biot - Catat lokasi trakhea - Monitor kelelahan otot diagfarma(gerakan paradoksis) - Auskultasi suara nafas catat area`penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahan - Tentukan kebutuhan suction dengan mengaulkulasi crakles dan Ronchi pada jalan nafas utama. - Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui hasilnya
12
Kerusakan integritas kulit
NOC: tissue Integrity: Skin and Mucou Membranes Kriteria hasil: - Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan(sensasi,elastisit as,temperatur,hidrasi,pigmenta si) - Tidak ada luka/lesi pada kulit - Perfusi jaringan baik - Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang - Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
NIC:Pressure Management - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar - Hindari kerutan pada tempat tidur - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali - Memonitor kulit akan adanya kemerahan - Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien - Monitor status nutrisi pasien
BAB 2 FENOMENA HIV/AIDS A. Fenomena Hiv Anak Di Indonesia Hasil pemodelan tahun 2008-2014 menunjukkan estimasi ODHA sebanyak 293.200 untuk tahun 2008 dan 842.800 untuk tahun 2013. Sedangkan estimasi jumlah infeksi baru sebanyak 51.300 untuk tahun 2008 dan 63.000 untuk tahun 2013. Hasil pemodelan tahun 2011-2016 menunjukkan hasil estimasi ODHA sebanyak 591.823 untuk tahun 2012 dan 735.256 untuk tahun 2015. Sedangkan estimasi jumlah infeksi baru sebanyak 71.879 untuk tahun 2012 dan 85.523 untuk tahun 2015. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006:3), pola penularan HIV pada pasangan seksual berubah pada saat ditemukan kasus seorang ibu yang sedang hamil diketahui telah terinfeksi HIV. Bayi yang dilahirkan ternyata juga positif terinfeksi HIV. Ini menjadi awal dari penambahan pola penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayiyang dikandungnya. Halserupa digambarkan dari hasil survey pada tahun 2000 dikalangan ibu hamil di Provinsi Riau dan Papua yang memperoleh angka kejadian infeksi HIV 0,35% dan 0,25%. Sedangkan hasil tes suka rela pada ibu hamil di DKI Jakarta ditemukan infeksi HIV sebesar 2,86%. Berbagai data tersebut membuktikan bahwa epidemi AIDS telah masuk kedalam keluarga yang selama ini dianggap tidak mungkn tertular infeksi. Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006, diprediksi 4.360 anak terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2320 anak yang terinfeksi HIV. Anak yang didiagnosis HIV juga akan menyebabkan terjadinya trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam perawatan anak, pemberian kasih sayang,dan sebagainya dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak (Nurs dan Kurniawan, 2013:161).Hal tersebut menyebabkan beban negara bertambah dikarenakan orang yangterinfeksi HIV telah masuk kedalam tahap AIDS, yang ditularkan akibat hubungan Heteroseksual sebesar 36,23%. Permasalahan bukan hanya sekedar pada pemberian terapi anti retroviral (ART), tetapi juga harus memperhatikan permasalahn pencegahan penularan walaupun sudah mendapat ART (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006:7).
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat risiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah ada gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa bayi Kasus anak yang meninggal terkait penyakit AIDS pada tahun 2012 di seluruh dunia mencapai 260.000 (UNAID , 2010). Risiko kematian secara umum bayi dengan HIV positif sangat besar. Hanya sejumlah kecil bayi yang lahir dengan HIV positif bisa bertahan hidup sampai usia 6 tahun ( UNICEF, 2011). Di Indonesia rata-rata meninggal sebelum usia 5 tahun (Mboi, 2011). Tingginya resiko kematian ini karena infeksi HIV tidak diobati dan tidak mendapatkan perawatan optimal atau penolakan dari orang yang seharusnya menjaga dan merawatnya seperti orang tua, wali dan kerabat (Avert, 2011). Penelitian yang dilakukan PKBI Jawa Tengah tahun 2010 menemukan anak terdampak dan terinfeksi HIV/AIDS pada rentang usia 0–5 tahun menempati prosentase tertinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia anak yang lain yaitu 42,5% (Djati; dkk, 2011). Fenomena peningkatan kasus HIV/AIDS pada anak Balita juga terlihat dari laporan Komite Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Jawa Tengah tahun 2010, bahwa kelompok usia 0-4 tahun mempunyai prosentase kasus AIDS paling banyak dibandingkan kelompok usia anak yang lain yaitu sebesar 3,36%. Sementara usia 5-9 tahun sebesar 0,88%, 10- 14 tahun sebanyak 0,44% dan usia 1519 tahun sebanyak 1,09%. Kasus anak balita terinfeksi HIV terbanyak ditemukan di kabupaten Temanggung yaitu sebanyak 5 kasus. Sedangkan klinik VCT RSUP dr.Kariadi Semarang mencatat kasus anak balita dari kabupaten Kudus sebanyak 4 anak dalam satu tahun terakhir 2011. Data kasus anak terinfeksi HIV/AIDS diperkirakan lebih besar lagi yang belum terlaporkan atau terdata karena masih adanya stigma dan diskriminasi (Muhaimin, 2009)
BAB 3 PEMBAHASAN
KASUS 2 Seorang anak x berusia 3 tahun diasuh oleh kakeknya karena kedua orang tua sudah meninggal dengan HIV/Aids. Anak mengalami diare kronis sudah 2 bulan ini. Mukokutan pada seluruh tubuh dan riwayat batuk lama.anak sering sakit-sakitan, hal seperti ini sering dialami anak x. Manager kasus telah menyarankan untuk anak segera dibawa periksa ke klinik VCT dan rontgen paru. Namun kakek yang mengasuh t ersebut menolak dengan alasan “anak sekecil itubelum punya dosa , tidak mungkin kena penyakit kutukan” Diskusi : 1. Apa saja tanda dan gejala anak HIV/Aids? a. Berat badan tidak bertambah Tanda awal yang cukup jelas adalah berat badan yang sulit bertambah. Idealnya, bayi akan terus bertambah berat badannya setiap bulan hingga mencapai tiga kali berat lahir pada usia satu tahun. Namun, bayi yang terinfeksi HIV akan sulit bertambah berat badannya. Pada grafik pertumbuhan akan cenderung tampak mendatar atau bahkan menurun. Hal ini disebabkan karena infeksi HIV menyebabkan metabolisme lemak tubuh terganggu, sehingga berat badan anak akan sulit bertambah dan tampak kurus. Infeksi HIV juga mengakibatkan resistensi terhadap insulin sehingga gula dari makanan tidak dapat diserap dan digunakan untuk pertumbuhan. b. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan Bila dibandingkan dengan anak lain seusianya, anak yang terinfeksi HIV akan lebih lambat perkembangannya. Ia akan lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar seperti duduk, tengkurap, merangkak, berdiri atau berjalan. Kondisi ini sudah bisa diamati sejak masih bayi.
Hal ini sebenarnya masih berhubungan dengan gangguan pertumbuhan yang dialaminya. Berat badan yang sulit bertambah menyebabkan otot anak cenderung lebih kecil sehingga secara tidak langsung akan menghambat perkembangan motoriknya. c. Sariawan berulang Sama halnya dengan infeksi HIV pada orang dewasa, anak yang terinfeksi HIV pun akan sering mengalami gangguan mulut dan gusi .Saah satunya adalah akan sering mengalami sariawan. Berbeda dengan sariawan biasa, sariawan pada pasien HIV sering kali disebabkan oleh jamur Candida, bersifat berat, dan menyebabkan penderitanya kesulitan makan. Ketika anak terkena HIV maka sistem kekebalan dalam tubuh akan sangat lemah sehingga anak menjadi lebih mudah terkena sariawan. Kondisi ini bisa diamati dengan munculnya bercak putih pada bagian lidah, mulut dan gusi. Terkadang sariawan akan berkembang hingga ke saluran pencernaan seperti usus. d. Kejang Anak dengan infeksi HIV akan sering mengalami kejang dan gangguan saraf lainnya seperti gangguan berjalan. Kejang dapat terjadi kapan saja tanpa didahului demam, sehingga berbeda dengan kejang demam yang dialami anakanak pada umumnya. e. Ruam kemerahan Kulit anak yang mengalami infeksi HIV sering kali tampak ruam kemerahan yang tidak menonjol. Selain itu, berbagai infeksi kulit juga dapat terjadi seperti herpes zoster, infeksi jamur (tinea), dan infeksi bakteri (pioderma). Hampir semua orang yang terkena HIV akan mengalami ruam kulit dan ini juga terjadi pada anak-anak. Ruam kulit berbeda dengan bintik merah pada kulit atau kulit kering. Awalnya ditandai dengan beberapa gejala seperti kulit yang sangat kering, bercak merah pada kulit, gatal di semua bagian tubuh lalu ruam bisa membuat kulit anak terluka. Ketika sudah ada luka maka bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama. Ruam kulit juga bisa menyebabkan eksim dan kondisi penyakit kulit pada anak yang parah.
Bila anak mengalami cacar air (varicella) umumnya akan bersifat berat dan dapat berulang. Hal ini lagi-lagi terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun, sehingga menjadikan anak yang terinfeksi HIV mudah terserang penyakit infeksi. f. Anak menjadi lebih mudah sakit Anak yang terkena HIV juga akan sangat mudah sakit. Berbagai penyakit menular dan infeksi yang menyebar dengan cepat bisa terjadi pada anak dan itu terjadi kapan saja. Kondisi ini dipengaruhi oleh masalah sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Anak bisa sangat jarang terlihat sehat sehingga tubuh anak juga akan mudah lemah dan cepat lelah. g. Batuk dan diare berkepanjangan Infeksi jamur yang menyebar dalam tubuh anak bisa menyebabkan bayi mengalami batuk dan diare yang sangat lama. Kondisi ini terjadi ketika infeksi sudah menyebar ke pencernaan dan saluran pernafasan. Paru-paru anak terkena infeksi yang berat sehingga akan lebih sering batuk. Batuk bisa diobati sesuai dengan penyebabnya, namun terkadang batuk selalu muncul terus. Diare juga bisa terjadi akibat jamur telah melukai usus. Terkadang diare bisa menyebabkan BAB anak berdarah. h. Perut bengkak Ketika pada tahap awal maka HIV sering menyebabkan perut anak membengkak. Ini bukan termasuk gejala cacingan pada anak yang paling sering ditemukan dengan kondisi perut yang bengkak. Perut bengkak pada anak yang terkena HIV merupakan perkembangan gejala lebih lanjut seperti sudah terjadi pembengkakan hati atau limpa. Virus telah menyerang hati sehingga membuat fungsi hati anak juga tidak normal. Biasanya ketika sudah terjadi pembengkakan perut maka gerakan anak akan sulit untuk normal lagi. i. Infeksi telinga berulang-ulang Pada tahap awal HIV juga akan sering menyebabkan anak terkena infeksi telinga secara berulang-ulang. Kondisi ini sangat rentan untuk anak karena anak mungkin telah memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat buruk. Infeksi telinga bisa menyebabkan anak mengalami gangguan pendengaran. Terkadang infeksi selalu
diawali dengan demam, cairan yang keluar dari telinga dan rasa sakit yang berat pada telinga. j. Sinusitis berulang Anak juga bisa mengalami sinusitis berulang dan sangat alam. Penyakit ini ditandai dengan pilek atau flu biasa. Anak juga akan merasa demam, batuk, sakit tenggorokan dan sulit untuk menelan makanan atau minuman. Badan anak menjadi sangat lemah dan infeksi pada bagian sinus yang sangat lama. Kemudian anak mengalami batuk dan hidung meler yang sangat lama. Dalam waktu yang lebih lama maka cairan hidung akan berwarna hijau atau kuning. Jika seperti ini terus maka anak akan sangat lemah. k. Infeksi paru-paru berulang Anak yang terkena HIV juga akan mengalami infeksi paru-paru secara berulang. Kondisi ini bisa berawal sejak masih bayi dan terus berlanjut hingga menjadi anak-anak. Biasanya infeksi paru bisa membuat anak terkena pneumonia atau radang paru-paru. Pada tahap awal selalu disertai dengan gejala flu, pilek, batuk, sakit kepala lalu menjadi sesak nafas. Kondisi ini akan membuat anak terlihat sangat kurus. l. Tubuh anak sangat kurus Anak yang terkena HIV akan terlihat sangat kurus. Penyebabnya adalah karena virus dalam tubuh anak terus menghabiskan sistem kekebalan tubuh anak sehingga anak menjadi lemah dan mudah sakit-sakitan. Kemudian anak mengalami gangguan nafsu makan yang menyebabkan anak tidak memiliki nafsu makan yang baik. Anak akan sulit untuk makan sehingga pertumbuhan anak juga akan terganggu m. Anak terkena hepatitis Virus HIV yang menyerang tubuh anak juga bisa menyebabkan infeksi pada bagian hati. Kemudian virus akan berkembang menjadi hepatitis. Ini masih berhubungan dengan penyebab perut anak dengan HIV selalu membengkak baik pada tahap awal atau tahap akhir. Untuk menjaga agar kondisi anak stabil maka persawatan hepatitis pada anak diperlukan. Namun biasanya kondisi ini tidak bisa
dicegah sehingga infeksi akan terus memburuk sebelum HIV berkembang menjadi AIDS. n. Pembengkakan kelenjar getah bening Dalam tiga bulan pertama setelah infeksi maka kelenjar getah bening anak akan menjadi lebih besar. Kondisi ini disebabkan karena infeksi virus yang sudah terjadi dengan cepat dalam tubuh anak. Kelenjar getah bening berfungsi untuk mengatasi virus atau infeksi dalam tubuh, tapi karena virus terus bekerja dalam tubuh anak maka kelenjar juga membengkak dan tidak mampu bekerja dengan baik. o. Ingatan anak sangat buruk dan tidak fokus Anak yang terkena HIV biasanya juga memiliki ingatan yang buruk dan sulit untuk berkonsentrasi. Kondisi ini disebabkan karena masalah sistem kekebalan tubuh yang buruk dan bagian otak serta syaraf juga terkena pengaruh. Anak tidak akan terlihat ceria seperti anak yang lain sehingga kondisi anak terlihat seperti sangat lemah. p. Gangguan fungsi ginjal Virus yang menyerang tubuh juga bisa menyebabkan anak terkena penyakit gangguan ginjal. Pada tahap awal maka anak tidak terlihat dengan gangguan ini. Namun dalam waktu yang lebih lama maka anak mengalami infeksi ginjal. Hal ini bisa menyebabkan urin anak keruh dan berdarah. Kemudian tubuh anak juga akan bengkak akibat akumulasi cairan dalam tubuh anak. Ketika sudah parah maka kemungkinan ginjal anak tidak berfungsi dengan baik sehingga anak membutuhkan perawatan dan alternatif tindakan cuci darah jika sudah terkena gagal ginjal. Gejala HIV pada anak dalam tahap awal bisa membuat anak terlihat seperti terkena penyakit infeksi biasa. Namun dalam waktu yang lebih lama maka infeksi bisa berkembang menjadi lebih serius dan anak terkena penyakit HIV/AIDS Selain melihat beberapa gejala di atas, untuk mendiagnosis adanya infeksi HIV pada seorang bayi dan anak diperlukan serangkaian pemeriksaan laboratorium. Karenanya, bila anak sudah diketahui memiliki risiko, yaitu lahir
dari ibu yang terinfeksi HIV dan mengalami gejala-gejala di atas, saatnya membawa anak untuk melakukan pemeriksaan lebih lengkap. Diagnosis penyakit sedini mungkin akan memperlambat terjadinya infeksi HIV tahap lanjut atau AID 2. Bagaimana rute HIV/Aids bisa menular ke anak? Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat risiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah ada gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan . semakin lama proses kelahiran, semakin besar pula risiko penularan, sehingga lama persalinanbisa dicegah dengan operasi sectio caecaria. Transmisi lain juga terjadi selama periode postpartum melalui ASI, risiko bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10% (Nurs dan Kurniawan, 2013:161).
3. Apa sebenarnya kondisi yang dialami oleh kakek tersebut sebagai pengasuh? Kakek tersebut mengalami stigma HIV terkait dengan kurang pengetahuan terhadap HIV/AIDS. Ketakutan akan stigma pengasuh ini bukan tanpa alasan. Pengasuh 2 merasa takut tidak diterima oleh masyarakat karena tidak ada kasus yang sama di lingkungan sekitar rumah. Pengasuh merasa sendiri dan menutup diri karena tidak pernah mengikuti pertemuan kelompok dukungan sebaya (KDS). Sikap pengasuh tentang HIV dan stigma terkait HIV adalah dua hal yang dapat mempengaruhi pengasuhan. Pengasuh yang hidup dengan HIV tidak hanya harus mengatasi gejala-gejala kesehatan fisik mereka sendiri, rejimen obat kompleks (Gwadz; et all, 1999) stigma dan takut kematian terkait AIDS, tetapi juga harus merawat keluarga mereka. Banyak pengasuh mengalami beban psikologis dan stress yang mempengaruhi kesehatan
mental secara keseluruhan. Depresi biasanya umum terjadi diantara pengasuh saat mereka berjuang dengan keterbatasan keuangan dan menyediakan dukungan keluarga dan anak- anak mereka. Banyak pengasuh tidak dapat bekerja karena kesehatan fisik mereka yang buruk, menciptakan kesulitan ekonomi yang dapat menghancurkan (UNGASS, 2005) 4. Bagaimana cara merawat anak supaya tidak sakit-sakitan? a.
Pengobatan pada Anak dengan HIV/AIDS Prinsip pemberian ART pada anak hampir sama dengan dewasa, tetapi pemberian ART pada anakmemerlukan perhatian khusus tentang dosisi dan toksisitasnya. Pada bayi, sistem kekebalannya mulai dibentuk dan berkembang selama beberapa tahun pertama. Efek obat pada bayi dan anak juga akan berbeda dengan orang dewasa (Nurs dan Kurniawan, 2013:168). Pedoman pengobatan HIV/AIDS pada Anak
menurut
(Departemen
Kesehatan
Indonesia:
Direktotat
Jendran
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2008:35) yaitu Rejimen Lini pertama yang direkomendasikan adalah 2 Nucleosida Reverse Transkriptase Inhibitor (NRTI) + 1 Non Nucleosida Reverse Transkriptase Inhibitor (NNRTI): b. Perawatan pada Anak dengan HIV/AIDS 1.
Nutrisi pada Anak dengan HIV/AIDS
Pemberian Nutrisi pada bayi dan anakdengan HIV/AIDS tidak berbeda dengan anak yang sehat, hanya saja asupan kalori dan proteinnya perlu ditingkatkan. Selain itu perlu juga diberikan multivitamin, dan antioksidan untuk mempertahankan kekebalan tubuh dan menghambat replikasi virus HIV. sebaiknya dipilih bahan makanan yang risiko alerginya rendah dan dimasak dengan baik untuk mencegah infeksi oportunistik. Sayur dan buah-buahan juga harus dicuci dengan baik dan sebaiknya dimasak sebelum diberikan kepada anak. Pemberian (Nurs dan Kurniawan, 2013:167). 2. Dukungan sosial spiritual pada Anak dengan HIV/AIDS Anak yang didiagnosis HIV juga mendatangkan trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam perawatan anak, pemberian kasih sayang, dan sebagainya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Orang tua memerlukan waktu untuk
mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan, penolakan, perasaan berdosa, cemas, marah, dan berbagai perasaan lain. Anak perlu diberikan dukungan terhadap kehilangan dan perubahan mencaku (1) memberi dukungan dengan memperbolehkan pasien dan keluarga untuk membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaan keluarga, (2) membangkitkan harga diri anak serta keluarganya dengan melihat keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang indah, (3) menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya, (4) mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain (Nurs dan Kurniawan, 2013:169). 5. apalagi yang harus didapatkan perawat? -
Pemeriksaan fisik:Antropometri
-
Riwayat tumbag
-
Riwayat nutrisi
-
Tingkat pengetahuan kakek
6. Apa diagnosa keperawatannya?
7.
a.
Diare
b.
Ketidak sembangan nutrisi kurang dari kebutuhhan tubuh
c.
Risiko kekurangan volume cairan
d.
Kurang pengetahuan
Apa saja rencana dan tindakan keperawatan yang harus segera
dilakukan? a.
Diare b/d proses inflamasi gastrointestinal
Domain II: Gastrointestinal Function (1015)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien dapat mencapai criteria hasil : 5. Konsentrasi feses dari cair menjadi lunak 6. BAB berkurang dari 5-10x/ hari menjadi 1-2x/hari 7. Muntah setiap kali makan atau minum menjadi tidak ada muntah 8. Penurunan suara bising usus menjadi 5-30x/menit (normal) Domain II : Physicologic Health Class : Elimination bowel Elimination Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah diare dapat teratasi dengan criteria hasil: -
Frekuensi BAB pasien dari 5-10 x/hari menjadi 1-2x/hari
-
Bising usus meningkat dari 40 x/menit menjadi. 5-30 x/menit
-
Konsistensi feses cair menjadi lunak
-
Warna feses dari kuning kehijauan menjadi kuning kecoklatan
-
Tidak ada iritasi di daerah anus dan perineal
-
Turgor kulit membaik Class : Elimination management 0460: diarrhea management. 1. Identifikasi factor penyebab diare 2. Monitor tanda dan gejala diare 3. Monitor kulit perineum terhadap adanya iritasi 4. Monitor turgor kulit/Ukur diare/output pencernaan 5. Ajarkan pasien untuk minum obat antidiare dengan tepat 6. Ajarkan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dankonsistensi feses. 7. Ajarkan pasien dan keluarga untuk makan rendah serat, tinggi protein dan kalori. 8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antidiare
b.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan ingest/digest/absorb NOC : 1.
Nutritional Status : food and Fluid Intake
2.
Nutritional Status : nutrient Intake
3.
Weight control
Kriteria Hasil : - Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan - Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan - Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi - Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan - Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti NIC : Nutrition Management - Berikan substansi gula - Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
c. Kurang pengetahuan NOC: - Knowlede disease process - Knowledge health behaviour Kriteria hasil: - Pasien
dan
keluarga
menyatakan
pemahamam
tentang
penyakit,kondisi,prognosis dan program pengobatan - Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan dengan benar - Pasien dn keluarga mampu menjelaskan kembaliapa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya. NIC: Teaching :disease Process 1
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomidan fisiologi dengan cara yang tepat
3
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
4
Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
5
Identifikasi kemungkinan penyabab dengan cara yang tepat
6
Sediakan informasi pada pasiententang kondisi dengan cara yang tepat
7
Hindari harapan yang kosong
8
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajua pasien dengan cara yang tepat
9
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11 Dukung pasien untuk mengeksplorasiatau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 12 Eksplorasi kemungkinan umber atau dukungan dengan cara yang tepat 13 Rujuk pasien pada grup atau agensi dikomunitas lokal dengan cara yang tepat 14 Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat. d. Defisien volume cairan b/d kehilangan cairan aktif d/d jumlah pipis lebih dari satu gelas setiap kali pipis, haus terus menerus meskipun sudah mengkonsumsi banyak minum, Turgor kulit terlihat kering, Mukosa bibir pasien kering Domain II : Physicologic Health Class : Fluid & Electrolytes Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan masalah kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan criteria hasil: - turgor kulitpasiendarijelekmenjadibaik - Membrane mukosamulutpasiendarikeringmenjadilembab - Asupancairan yang masuk/intake oral danintravenaadekuat - Output urine darisedikitmenjadi output urine normal - warna urine kuningpekatmenjadiwarnakuningbening - Nadidari 105 x/menitmenjadi 60-100 x/menit . - Suhu 37,7 C menjadi 36,5-37,5 C. Domain 2 : Physicological Health Class : Fluid and Electrolytes Fluid Balance (0601) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. Kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan criteria hasil: - Tekanan darah dalam batas normal (130/80 mmHg menjadi 140-150/90–100 mmHg) - Turgor kulit menjadi elastis - Keseimbangan asupan dan outpun dalam 24 jam
- Denyut nadi radial dalam batas normal (105x/menit menjadi 60-100x/menit) Domain II : Physicological Health Class : Electrolytes and acid base management 2080 : fluid/ electrolyte management. O: 4. Monitor status hidrasi (membrane mukosalembab, turgor kulit) 5. Monitor TTV pasien 6. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi N: Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien Berikan terapi cairan RL melalui IV. Tingkatkan asupan oral E: Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makanan dengan baik Edukasi makanan buah-buahan segar/ jus buah. C: Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala kekurangan volume cairan menetap atau memburuk. Fluid Monitor (4136) O: 5. Monitor asupandan output pasien 6. Monitor tanda-tanda vital pasien (TD, HR, RR) 7. Monitor membrane mukosa, turgor kulitdanresponhauspasien 8. Monitor warna, kuantitas, danberatjenisurin N:
Berikancairandengantepat C: Kolaborasi kepada dokter jika pengeluaran urin kurang dari 0,5ml/kg/jam atau asupan cairan pada orang dewasa Kolaborasi kepada dokter terkait pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Medikal Bedah II ,Hadi purwanto2016 Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. Buku PATOFISIOLOGI, konsep klinis & proses-proses penyakit, edisi 4