Laporan Tutorial Gadar 1 Skenario 2.docx

  • Uploaded by: ely purnama
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Tutorial Gadar 1 Skenario 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,055
  • Pages: 19
LAPORAN TUTORIAL KEGAWATDARURATAN SISTEM I SKENARIO II

OLEH : KELOMPOK 5 B

FASILITATOR: Hanura Aprilia. Ns., M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2018/2019

Nama Kelompok No.

Nama

NPM

Jabatan

1.

Ely Purnama

1614201120693

Ketua

2.

Aina Al Mardiah

1614201120692

Notulen

3.

Adelia Ramadhanti

1614201120653

Anggota

4.

Yunida Listiana

1614201120654

Anggota

5.

Rio Renaldy

1614201120655

Anggota

6.

Ayu Novie Lestari

1614201120656

Anggota

7.

Yuli Yanti

1614201120657

Anggota

8.

Yuliana Pratiwi

1614201120687

Anggota

9.

Zaqiatul Hayati

1614201120689

Anggota

10.

Monalisari

1614201120691

Anggota

11.

Lutfi Alfia

1614201120699

Anggota

12.

Dania Nur Najmina

1614201120700

Anggota

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dariNya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial Kegawatdaruratan Sistem 1 tentang “Syok Anafilaktik” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan laporan tutorial yang menjadi tugas mata kuliah blok Kegawatdaruratan Sistem I ini. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan laporan tutorial ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah laporan tutorial ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap laporan tutorial ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, laporan tutorial yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya dan keterbatasan pengetahuan yang kami dapat. Wasalamu’alaikum Wr.Wb

Banjarmasin, 15 Oktober 2018 Hormat Kami,

Penyusun

DAFTAR ISI JUDUL ......................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ................................................................................................ 1 BAB I PENDAHULUAN1 1.1 Skenario Kasus ................................................................................. 1 1.2 Analisa Kasus ................................................................................... 1 1.3 Jawaban Dari Daftar Pertanyaan ...................................................... 1 1.4 Skema, Pohon Masalah, Alur Pikir sistematis ................................. 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Syok .................................................................................... 1 2.1.1 Definisi Syok Anafilaktif ........................................................ 1 2.1.2 Etiologi Syok Hipovolemik .................................................... 1 2.1.3 Manifestasi Klinis Syok Anafilaktif ........................................ 1 2.1.4 Patofisiologi Syok Anafilaktik ................................................. 2.1.5 Pemeriksaan Penunjang Syok Anafilaktif` .............................. 1 2.1.6 Penatalaksanaan Syok Anafilaktif ........................................... 1 2.1.7 Komplikasi Syok Anafilaktik .................................................. 1 2.2 Asuhan Keperawatan Syok Anafilaktif ............................................. 1 2.2.1 Pengkajian pada syok Anafilaktik ........................................... 1 2.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................ 1 2.2.3 Intervensi ................................................................................. 1 2.3 Pertolongan Pertama Pada Saat di Rumah Syok Anafilaktik ........... 1 BAB III PENUTUP1 3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 1 3.2 Saran ................................................................................................. 1 Daftar Pustaka .............................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Skenario Kasus “apa yang salah”

Seorang laki-laki 20 Tahun di bawa ke IGD Rumah Sakit UM Banjarmasin, penderita merasakan nyeri tenggorokan, 3 jam yang lalu klien minum obat antiflu dan tablet hisap yang di beli di apotek tanpa resep, namun nyeri tenggorokannya tidak berkurang dan bertambah panas. Karena tidak kunjung sembuh maka ayah klien mengantarkan ke puskesmas, kemudian di periksa oleh dokter puskesmas dan di diagnosa radang tenggorokan akut, kemudian klien di beri terapi antibiotic golongan penicillin dan antipieritik dan anti inflamoral serta Vit C, setelah minum obat tersebut 10 menit kemudian klien mengeluh mual, kemudian muntah, sesak nafas, keringat dingin, kemudian klien tidak sadarkan diri dan di rujuk ke IGD : Hasil pemeriksaan sementara : Kesadaran spoor, nafas sesak, RR : 32 – 26x/menit, cepat dan dangkal, suara nafas ngorok, tekanan darah 60 mmHg palpasi, nadi 140x/menit, kecil, keringat dingin.

1.2 Analisa Kasus 1.1 Daftar Istilah atau Kata Sulit 1.2 Daftar Pertanyaan 1.2.1

Apa masalah yang menyebabkan klien memiliki tanda dan gejala seperti di kasus ?

1.2.2

Bagaimana mekanisme dari tanda dan gejala setelah 10 menit klien minum obat berian dari puskesmas ?

1.2.3

Bagaimana proses terjadinya keluhan seperti di kasus secara spesifik ?

1.2.4

Apakah klien mengalami overdosis / keracunan obat ?

1.2.5

Organ apa saja yang terganggu ?

1.2.6

Pertolongan pertama waktu masih di rumah ?

1.2.7

Pertolongan pertama pada kasus ?

1.2.8

Bagaimana memberikan penyuluhan kesehatan pada klien post syok ?

1.2.9

Peran perawat untuk mencegah masyarakat beli obat sembarangan?

1.2.10 Diagnosa keperawatan apa saja untuk kasus diatas ? 1.2.11 Pengkajian pada kasus 1.2.12 Intervensi pada kasus

1.3 Jawaban Dari Daftar Pertanyaan 1.3.1

Syok Anafilaktif adalah alergi berat yang menyebabkan terjadi penyempitan saluran nafas, ruam kulit, gatal-gatal, terjadi perubahan tanda-tanda vital.

1.3.2

Syok Anafilaktif terjadi karena allergen masuk dalam tubuh sehingga sistem imun bereaksi berlebihan dan terjadi penurunan kesadaran dan gejala lainnya

1.3.3

Proses alergi -

Reaksi alergi yang dimana sistem imun melepaskan zat kimia yang menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah secara mendadak.

-

Jantng memompa lebih cepat sehingga jantung tidak melakukan fungsinya dengan benar dan terjadilah perubahan dari tandatanda vital.

-

Saluran nafas mengalami vasokontriksi yang mengakibatkan perubahan suara nafas.

1.3.4

Keracunan obat akibat alergi yang dipicu dari obat-obatan yang di konsumsi

1.3.5

Jantung, saluran nafas, otak, ginjal, lambung, sistem imun.

1.3.6

Menurut cara tradisional bisa dilakukan pembilasan lambung dengan cara meminum soda kue karena soda kue mengandung asam

yang menyebabkan terjadinya peningkatan. Untuk kesadaran klien : baringkan klien dengan kaki lebih tinggi daripada kepala. 1.3.7

Airway (jaga jalan nafas klien), Breathing (beri oksigen), Circulation (pemasangan infus), diet makanan lunak.

1.3.8

Beri cara untuk mencegah syok dengan menanyakan klien mengalami alergi akibat apa, rujuk ke pelayanan kesehatan untuk mengetahui obat yang cocok untuk klien yang sudah sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh dokter.

1.3.9

Dengan cara lakukan penyuluhan kesehatan dan ajak masyarakat untuk berobat ke puskesmas karena puskesmas sendiri memiliki gerakan untuk masyarakat sehat dengan cara menjelaskan obatobatan sesuai penykit dan kalau penyakit ringan bisa juga lakukan dengan pengobatan tradisional terlebih dahulu.

1.3.10 Diagnosa keperawatan apa saja untuk kasus diatas -

Kekurangan volume cairan b.d outfut berlebih

-

Bersihan jalan nafas tidak afektif b.d sekret yang berlebih

-

Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan curah jantung.

-

Hipetermi b.d proses prnyakit

1.3.11 Pengakajian pada kasus -

Identitas klien (nama, umur, alamat dll)

-

Data subjektif dengan data objektif

-

Pemeriksaan penunjang

-

Kaji sistem pernafasan dan sistem perencanaan

-

Kaji jenis obat, waktu, terakhir minum obat dan dosisnya.

1.3.12 Intervensi pada kasus Beri cairan yang adekuat, diet, minum air hangat, beri oksigen serta pelihara saluran nafas, bersihkan jalan nafas.

1.4 Skema, Pohon Masalah, Alur Pikir sistematis

KONSEP SYOK ANAFILAKTIF

DEFINISI ETIOLOGI

PERTOLONGAN PERTAMA SAAT DI RUMAH

MANIFESTASI KLINIS PATOFISIOLOGI

PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI

PEMERIKSAAN PENUNJANG PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI

1.5 Learning Objektive 1.5.1

Laporan Pendahuluan Syok Anafilaktif

1.5.2

Asuhan Keperawatan Syok Anafilaktif

1.5.3

Pertolongan pertama pada saat di rumah

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Syok 2.1.1

Definisi Syok Anafilaktif Syok Anafilaktit merupakan suatu risiko pemberian obat, baik melalui suntikan atau cara lain, reaksi tersebut dapat berkembang menjadi suatu kegawatan berupa syok, gagal napas, henti jantung, dan kematian mendadak. (Kapita Selekta, 2014) Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan dapat menimbulkan “bencana”, yang dapat terjadi dalam beberapa detikmenit sebagai akibat reaksi antigen antibodi pada orang-orang yang sensitive setelah pemberian obat-obat secara parental, pemberian serum/vaksin atau setelah digigit serangga. (Lumbantoruan, Pirton & Nazmudin. 2015) Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedua atau pada pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh. (Pearce C, Evelyn.2009) Jadi, syok anafilaktik adalah suatu kondisi dimana terjadinya reaksi alergi pada kontak pertama dengan reaksi yang merespon berlebihan baik alergi yang disebabkan oleh obat, makanan ataupun gigitan serangga.

2.1.2

Etiologi Syok Hipovolemik 2.1.2.1 Obat-obatan -

Protein : vaksin, ekstrak allergen

-

Non protein : antibiotika (penisilin, ampisilin, sulfanamid), sulfonamid, anestesi lokal

2.1.2.2 Makanan : kacang-kacangan wijen, ikan laut, putih telur, susu, coklat, dan lain-lain 2.1.2.3 Serangga lebah, ular, laba-laba, ubur-ubur dan lain-lain. (Hardisman, 2014).

2.1.3

Manifestasi Klinis Syok Anafilaktif Tanda dan gejala syok anafilaktik turut mencakup gejala syok pada umumnya: hipotensi, takikardia, akral dingin, oliguria, sensasi hangat, rasa sesak dimulut dan tenggorokan, kram pada abdomen, mual dan muntah. Namun dapat juga disertai oleh gejala klinis akibat reaksi sistemik anafilaktik : 2.1.3.1 Reaksi sistemik ringan Rasa gatal serta hangat, rasa penuh di mulut dan tenggorokan, hidung tersumbat dan terjadi edema disekitar mata, kulit gatal, mata berair, bersin. Biasanya gejala terjadi dua jam setelah paparan antigen. 2.1.3.2 Reaksi sistemik sedang Gejala sistemik ringan ditambah spasme bronkus dan/atau edema saluran napas sehingga muncul keluhan sesak,batuk, atau mengi. Dapat pula berupa urtikaria menyeluruh, mual, muntah, gatal, gelisah. Biasanya awitan muncul seperti reaksi anafilaktik ringan. 2.1.3.3 Reaksi sisemik berat Gejala sistemik ringan dengan sedang yang lebih berat. Spasme bronkus,edema laring, suara sesak, stridor, sianosis, hingga terjadi henti napas. Edema dan hipermortilitas saluran cerna sehingga nyeri menelan, spasme otot perut, diare, dan muntah. Dapat pula terjadi spasme otot uterus, hingga kejang. Gangguan kardiovaskular, aritmia, hingga koma. (Kapita selecta kedokteran, 2014)

2.1.4

Patofisiologi Syok Anafilaktik Syok anafilaktik terjadi setelah pajanan antigen terhadap sistem imun yang menghasilkan dreganulasi sel mast dan pelepasan mediator. Aktivasi sel mast dapat terjadi baik oleh jalur yang dimediasi imunoglobulin E (IgE) (anafilaktik) maupun yang tidak dimediasi IgE (anafilaktoid ). Pencetus syok anafilaktik meliputi gigitan atau sengatan serangga, obat-obatan dan makanan; anafilaksis dapat juga bersifat idiopatik. Mediator gadar meliputi histamine, leukotriene, triptase, dan prostaglandin. Bila dilepaskan,

mediator menyebabkan peningkatan sekresi mucus, peningkatan tonus otot polos bronkus, edema saluran napas, penurunan tonus vascular, dan kebocoran kapiler. Konstelasi mekanisme tersebut menyebabkan gangguan pernapasan dan kolaps kardiovaskular. Antigen masuk ke dalam tubuh dapat melalui bermacam cara yaitu kontak langsung melalui kulit, inhalasi, saluran cerna dan melalui tusukan / suntikan. Pada reaksi anafilaksis, kejadian masuknya antigen yang paling sering adalah melalui tusukan / suntikan. Begitu memasuki tubuh, antigen akan diikat langsung oleh protein yang spesifik (seperti albumin). Hasil ikatan ini selanjutnya menempel pada dinding sel makrofag dan dengan segera akan merangsang membrane sel makrofag untuk melepaskan sel precursor pembentuk reagen antibody immunoglobulin E atau reagenic ( IgE) antibody forming precursor cell. Sel-sel precursor ini lalu mengadakan mitosis dan menghasilkan serta membebaskan antibody IgE yang spesifik. IgE yang terbebaskan ini akan diikat oleh reseptor spesifik yang berada pada dinding sel mast dan basofil membentuk reseptor baru yaitu F ab. Reseptor F ab ini berperan sebagai pengenal dan pengikat antigen yang sama. Proses yang berlangsung sampai di sini disebut proses sensitisasi. Pada suatu saat dimana tubuh kemasukan lagi antigen yang sama, maka antigen ini akan segera sikenali oleh reseptor F ab yang telah terbentuk dan diikat membentuk ikatan IgE – Ag. Adanya ikatan ini menyebabkan dinding sel mast dan basofil mengalami degranulasi dan melepaskan

mediator-mediator

endogen

seperti

histamine,

kinin,

serotonin, Platelet Activating Factor (PAF). Mediator-mediator ini selanjutnya menuju dan mempengaruhi sel-sel target yaitu sel otot polos. Proses merupakan reaksi hipersensitivitas. Pelepasan endogen tersebut bila berlangsung cepat disebut fase akut dan karena dapat dilepaskan dalam jumlah yang besar, maka biasanya tidak dapat diatasi dengan hanya memberikan antihistamin. Pada saat fase akut ini berlangsung, pada membran sel mast dan basofil terjadi pula proses yang lain. Fosfolipid yang terdapat di membrane sel mast dan basofil oleh

pengaruh enzim fosfolipase berubah menjadi asam arakidonat dan kemudian akan menjadi prostaglandin, tromboksan dan leukotrien / SRSA ( Slow Reacting Substance of Anaphylaxis) yang juga merupakan mediatormediator endogen anafilaksis. Karena proses terbentuknya mediator yang terakhir ini lebih lambat, maka disebut dengan fase lambat anafilaksis. Melalui mekanisme yang berbeda, bahan yang masuk ke dalam tubuh dapat lasung mengaktivasi permukaan reseptor sel plasma dan menyebabkan pembebasan histamine oleh sel mast dan basofil tanpa melalui pembentukan IgE dan reaksi ikatan IgE-Ag. Proses ini disebut reaksi anafilaktoid, yang memberikan gejala dan tanda serta akibat yang sama seperti reaksi anafilaksis. (Greenberg, 2008)

2.1.5

Pemeriksaan Penunjang Syok Anafilaktif 2.1.5.1 Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena sangat membantu menentukan diagnosa, memantau keadaan awal dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil pengobatan serta mendeteksi komplikasi lanjut, hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE spesifik dengan RAST (Radio immunosorbent test) dan ELISA (Enzim Linked Immunossorbent Assay tes), namun memerlukan biaya yang mahal. (Anonim syok dan penanganannya, 2009) 2.1.5.2 Pemeriksaan invivo dengan uji kulit untuk mencari penyebab alergi, uji cukit (pricktest), uji gores (scratchtest), dan uji intrakutan

2.1.6

Penatalaksanaan Syok Anafilaktif 2.1.6.1 Penatalaksanaan yang dapat dilakukan;

-

Hentikan pemberian obat atau hindari kontak dengan penyebab alergi,

-

Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign (tekanan darah, frekuensi, nadi dan respirasi) sampai syok teratasi,

-

Pastikan airway dan breathing dalam kondisi baik. Bila pasien tampak sesak, mengi, atau sianosis, berikan Oksigen 3-6 L/menit dengan sungkup atau kanul nasal,

-

Pasang akses vena untuk resusitasi cairan atau pemberian obatobatan.

-

Berikan epinefrin,

-

Bila di perlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tenaga medis. (Kapita selecta kedokteran, 2014; Hardisman, 2014)

2.1.7

Komplikasi Syok Anafilaktik 2.1.7.1 Bronkospasme persisten 2.1.7.2 Odema larynx (dapat menyebabkan kematian) 2.1.7.3 Kerusakan otak permanen akibat syok 2.1.7.4 Henti jantung (cardiac arrest) 2.1.7.5 Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). (Syok dan penangannya 2009)

2.2 Asuhan Keperawatan Syok Anafilaktif 2.2.1

Pengkajian pada syok Anafilaktik

2.2.1.1 Riwayat Kesehatan 2.2.1.1.1. Riwayat kesehatan : Keluhan utama klien terlihat sesak. 2.2.1.1.2. Riwayat kesehatan masa lalu : Klien sebelumnya pernah mengalami riwayat alergi baik obat, makanan, atau debu. 2.2.1.1.3. Riwayat keluarga : Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu atau bapak klien mempunyai riwayat alergi yang sama. 2.2.1.2 Data fokus

2.2.1.2.1

Data subjektif :

-

Pasien mengeluh mual, muntah

-

Pasien mengeluh sesak napas

-

Pasien mengeluh keringat dingin

2.2.1.2.2

Data objektif :

-

Kesadaran spoor

-

Nafas sesak dan suara nafas ngorok

-

RR : 32 – 36 x/menit, cepat dan dangkal

-

Tekanan darah 60 mmHg

-

Nadi 140x/menit.

2.2.1.3 Pemeriksaan fisik 1. Kepala Inspeksi : Bentuk semestris / tidak, warna rambut hitam / tidak, distribusi rambut merata / tidak. Palpasi : rambut rontok / tidak, kulit kepala kotor / tidak, ada benjolan / tidak , tekstur rambut kasar / halus. 2. Mata Inspeksi : bentuk mata simetris / tidak, reflek kedip baik / tidak Palpasi : konjungtiva merah muda / tidak, adanya nyeri tekan /tidak 3. Hidung Inspeksi : hidung simetris / tidak,adanya inflamasi / tidak, adanya sekret / tidak. Palpasi : adanya nyeri tekan / tidak pada daerah sinus, adanya massa / tidak. 4. Mulut Inspeksi : bentuk mulut simetris / tidak, andanya kelainan kongenental / tidak seperti bibir sumbing, mukosa bibir kering / tidak, gigi ada yang berlubang / tidak, adanya caries gigi atau tidak. Palatum berada di tengah / tidak. 5. Leher

Inspeksi : bentuk leher simetris / tidak, leher bersih / tidak, adanya lesi / tidak. Palpasi : adanya benjolan / tidak, adanya pembesaran kelenjar tiroid / tidak, adanya bendungan vena jugularis / tidak. 6. Dada Paru – paru Inspeksi : bentuk dada simetris / tidak,adanya interaksi interkosta / tidak, amati klavikula dan scapula simetris / tidak. Palpasi : merasakan paru kanan / kiri sama / tidak. Auskultasi : apakah suara paru vesikuler/ wheezhing / creckles Perkusi : suara paru sonor / tidak. Jantung Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak Palpasi : adanya nyeri tekan / tidak Auskultasi : bunyi S1LUB, adanya suara tambahan / tidak. Bunyi S2 DUB adanya suara tambahan / tidak Perkusi : bunyi jantung normal / tidak adanya sura tambahan. 7. Abdomen Inspeksi : bentuk perut simetris / tidak, adanya massa / tidak, adanya benjolan / tidak. Palpasi

: adanya nyeri tekan / tidak

Auskultasi :mendengarkan peristaltic usus 5 – 35 kali/ menit atau tidak 8. Ektremitas Inspeksi : Kaki kiri dan kanan simetris / tidak Palpasi : adanya lesi atau tidak 9. akral Palpasi : Dingin, hangat / tidak. (TabraniRab, 2007).

2.2.2

Diagnosa Keperawatan

2.2.2.1 Gangguan pertukaran gas b.d penurunan curah jantung dan vasodilatasi arteri 2.2.2.2 Ketidakseimbangan volume cairan b.d peningkatan kapastitas vaskuler. 2.2.2.3 Penurunan kesadaran b.d depresi sistem saraf pusat

2.2.3

Intervensi

2.2.3.1 Gangguan pertukaran gas b.d penurunan curah jantung dan vasodilatasi arteri. Intervensi : -

Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi

-

Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

-

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

-

Monitor respirasi dan oksigen.

2.2.3.2 Ketidakseimbangan volume cairan b.d peningkatan kapasitas vaskuler Intervensi : -

Catat tanda vital pasien

-

Catat peningkatan suhu dan durasi demam.berikan kompres hangat sesuai indikasi pertahankan pakaian tetap kering,

-

Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan

-

Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnyua 2500 ml/hari

-

Kolaborasi : berikan obat obatan sesuai indikasi

2.2.3.3 Penurunan kesadaran b.d depresi sistem saraf pusat Intervensi : -

Kaji vital sign 15 menit

-

Catat tingkat kesadaran pasien

-

Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan

-

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.

2.3 Pertolongan Pertama Pada Saat di Rumah Syok Anafilaktik Tanpa intervensi yang benar, bisa berkembang menjadi syok anafilaktik. Berikut cara menegenai korban reaksi alergi berat yang syok : 2.3.1

Tetap tenang: kita sebagai penolong yang menggunakan P3K tidak boleh panik.

2.3.2

Langsung telpon nomor darurat.

2.3.3

Segera periksa ABC (jalan udara, pernafasan, sirkulasi darah)

2.3.4

Untuk mencegah syok, jika korban bisa bernapas dengan mudah baringkan dia ditempat datar dengan kepala sedikit mendongkak (jangan alasi kepala dengan bantal karena bisa menghalangi nafasnya) dan naikan kaki kira-kira 12-18cm (lebih tinggi dari jantung) tutupi korban dengan selimut agar badannya tetap hangat, jika korban kesulitan bernafas letakan dia dalam posisi duduk dan tenangkan mereka hingga bantuan tim medis tiba.

2.3.5

Jangan beri korban minum atau makanan jika mereka kesulitab dalam bernafas, menelan atau nafasnya mendecit.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Syok anafilaktik adalah syok yang terjadi secara akut yang disebabkan oleh reasi alergi yang diperantai oleh IgE menyebabkan vasodilatasi sistemik dan peningkatan permeabilitas vascular. Hal ini dapat disebabkan oleh reaksi obat, makanan, serta gigitan serangga. Penatalaksaan dari syok anafilaktik mengacu pemfokusan pada sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Reaksi ini menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah, spasme pada bronkus, edema pada laring, dan mengenai hampir diseluruh sistem. Hal inilah yang menyebabkan syok anfilaktik masuk dalam tindakan kegawat daruratan yang harus cepat ditangani. 3.2 Saran Sebab gawat dan darurat adalah kondisi dimana perlu pertolongan secara cepat dan tepat dalam penanganannya. Penulis berharap melalui laporan ini pengetahuan pembaca lebih bertambah dan dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran, kritik dan saran sangat diharapkan untuk laporan lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga Jilid 1. Media Aesculapius: Jakarta Arifputera, Andy dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 2014. Media Aescalapius: Jakarta Zaen, Arifin dkk. 2014. Semua Yang Harus Anda Ketahui Tentang P3K. Palmall:Yogyakarta Ran, H. Tabrani. 2007. Ageda Gawat Darurat (Critical Care) Jilid 3. Penerbit P.T. Alumni : Bandung Badan POM RI. 2014. Jurnal Buletin Berita MESO Vol. 32 No. 2. Reaksi Anafilaktik Hardisman, 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Gosyen Publishing: Yogyakarta Greenberg, MI. 2008. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan. Alih bahasa: dr. Huriawati Hartanto M. Erlangga: Jakarta

Related Documents


More Documents from "Muhammad Norhidayat"