LAPORAN TUTORIAL BLOK 18 PARADIGMA SEHAT Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial SKENARIO 2 PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN
Oleh Kelompok Tutorial XI :
Ketua
: Radin Ahmad
(NIM : 161610101083)
Scribber
: Nancy Amelia R
(NIM: 161610101082)
Anggota
: Alfan Maulana Erdiansyah (NIM : 161610101081) Dara Kartika H
(NIM : 161610101084)
Nailah Rahmadani
(NIM : 161610101085)
Savira Aulia Rachim
(NIM : 161610101086)
Ni Luh Putu Diah Laksmi
(NIM : 161610101087)
Suci Hidayatur
(NIM : 161610101088)
Tri Oktaviani
(NIM : 161610101089)
Adilia Putri Istadi
(NIM : 161610101090)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER TAHUN 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Perubahan Perilaku Kesehatan ”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I pada skenario terakhir. Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. drg.Niken Probosari, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan member masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, Maret 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .. ........................................................................................... 2 Daftar isi.. ...................................................................................................... 3 I.
Pendahuluan
1.1 Skenario .................................................................................................. 4 II. Pembahasan 2.1 Step 1 ...................................................................................................... 5 2.2 Step 2 ...................................................................................................... 5 2.3 Step 3 ...................................................................................................... 5 2.4 Step 4 ...................................................................................................... 11 2.5 Step 5 ...................................................................................................... 11 2.6 Step 7 ...................................................................................................... 12 III. Kesimpulan ........................................................................................... Daftar Pustaka ............................................................................................... 3
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Skenario Seorang dokter gigi bekerja di puskesmas melihat kondisi kebersihan rongga mulut di masyarakat rendah, terutama pada anak-anak. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa banyak anak-anak yang melakukan kebiasaan sikat gigi hanya pada saat mandi. Dokter gigi mempunyai tanggung jawab untuk merubah perilaku gosok gigi tersebut kearah perilaku sehat. Teori-teori perubahan perilaku dan bentuk perubahan perilaku dipelajarinya kembali untuk memahami situasi yang dihadapinya dan menentukan langkah-langkah agar strategi yang diterapkannya berhasil. Strategi yang dipilihnya untuk mendapatkan perubahan perilaku sikat gigi tersebut adalah memberikan penyuluhan dan gosok gigi bersama di sekolah sekolah. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah memberikan informasi untuk
memotivasi
warga sekolah agar memilki perilaku yang mendukung status kesehatan gigi mulutnya. Selain itu, drg juga memberikan hadiah sikat gigi pada siswa sebagai motivasi untuk berperilaku sehat
4
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 STEP 1 Clarifying Unfamiliar Terms 1. Perubahan perilaku sehat : perubahan yang terjadi pada seseorang yang terjadi karena beberapa faktor seperti keadaan lingkungan, pengetahuan, dan sikap. Perubahan nya lebih mengarah pada perubahan menjadi lebih sehat. 2. Motivasi : sesuatu yang dapat mendorong keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan dapat berupa secara sadar maunpun tidak sadar 3. Strategi: pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan gagasan, perencanaan suatu aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Biasanya pada kebijakan kebijakan publik agar dapat memberdyakan masyarakat di lingkungan sekitar. 4. Penyuluhan : suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan untuk masyarakat melaui penyebaran pesan yang tujuannya untuk mencapai kehidupan yang sehat.
2.2. STEP 2 Problem Definition 1. Apa saja teori dan bentuk dari perubahan perilaku? 2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku? 3. Bagaimana cara kita mengamati perubahan perilaku kesehatan? 4. Bagaimana cara memilih strategi yang terbaik dalam merubah perilaku masyrakat? 5. Apa saja jenis dan teori motivasi yang dapat di lakukan untuk merubah perilaku kesehatan?
2.3. STEP 3 Brainstorming 1. Apa saja teori dan bentuk dari perubahan perilaku? a. Teori perubahan perilaku 6
●
Teori SOR Pada teori SOR, perubahan perilaku seseorang itu tergantung dari stimulus yang di berikan. Apabila rangsangan yang di terima lebih besar dari stimulus yg di terima di masyarakat maka akan terjaddi suatu perubahan perilaku. Teori ini menyebutkan bahwa cara merubah suatu perilaku dengan meyakinkan seseorang untuk berubah. Caranya dengan gaya bicara yang baik sesuai dengan kemampuan bahasa masyarakat sekitar, percaya diri, pengetahuan yang kita miliki.
●
Teori Festingger/ dissonens Pada teori ini perilaku seseorang dapat berubah apabila terterjadi jika ada perbedaan yang terjadi dalam status kesehatannya dan keinginannya. Contoh : ibu hamil yang memeriksakan keadaan kehamilannya karena terdapat gangguan pada kehamilannya.
●
Teori kaatz Perubahan perilaku seseorang tergantung dengan stimulus yang di butuhkan. . Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). Jika melakukan penyuluhan materi yang kita bawakan harus sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat
●
Teori driving force Selama proses perubahan perilaku pasti akan terdapat dua kekuatan yang saling bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang menolak. Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a)
Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.
b)
Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
c)
Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. 7
Tori health bealive models Model perilaku ini didasarkan atas partisipasi masyarakat. Perilaku dalam masyarakat di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu factor Individu, Lingkungan, Perilaku. Biasanya ketiga factor tersebut dapat di pengaruhi sarana prasarana kesehatan yang terdapat di lingkungan tersebut.
Teori model komunikasi/ persuasi Pada teori ini, dilakukan sebuah pendekatan melalui adat atau kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Yaitu dengan cara teori kognitif. Dengan argumen argumen teoritis yang sesuai dan dapat di terima
dengan
masyarakat sekitar. b. Bentuk Perubahan Paerilaku Menurut who
perubahan perilaku kelompokkan menjadi
3 jenis yaitu
perubahan alami dan perubahan yang di rencanakan dan kesediaan untuk berubah. -
Peubahan alami merupakan perubahan yang didasari oleh kebutuhan biologis seseorangdan tidak ada faktor lain yang mendukung. Contohnya perilaku keseorang karena usia.
-
Perubahan yang di rencanakan merupakan perubahan yang dari subyeknya sendiri mau berubah untuk tujuan tertentu
-
Kesediaan untuk berubah Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu.
2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku?
perilaku individu dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: a. Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi individu untuk berperilaku. Faktor ini terwujud dalam ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku
8
sehat. Ketiadaan fasilitas dapat menurunkan niat individu untuk berperilaku sehat. c. Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini terwujud dalam adanya dukungan sosial, sikap dan perilaku petugas kesehatan serta adanya referensi dari pribadi yang dipercaya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: a. Faktor sisoal : eksternal. Lingkungan yang baik mendukung perilaku kesehatan b. Faktor kepribadian : karakteristik individu dan penilaian suatu pada individu tersebut dan pengalaman c. Faktor emosi : ketakutan subyek dan harapan yang ingin di capai seseorang untuk merubah perilaku.
Pendapat lain mengatakan bahwa perilaku di pengaruhi oleh faktor intern dan ekstern a. Factor Intern adalah factor dari dalam diri manusia sendiri b. Factor Eksternal merupakan factor yang berasal dari lingkungan. Factor eksternal terdiri dari 2 faktor: -
faktor ketertutupan masyarakat adalah minat masyarakat dalam menerima penyuluhan tidak terlalu besar
-
keterbukaan masyarakat adalah minat masyarakat dalam menerima penyuluhan besar
3. Bagaimana cara kita mengamati perubahan perilaku kesehatan? Dalam mengamati perubahan perilaku manusia terdapat 5 tahapan hingga terjadi suatu perubahan perilaku. 5 tahapan ersebut adalah : a. Prekontemplasi: belum ada niatan perubahan perilaku b. Kontemplasi: individu sudah sadra terhadap masalahnya namun tidak ingin merubah perilaku c. Persiapan: individu sudah inginmerubah dan sudah melakukan namun gagal d. Tindakan: individu sudah melakukan perubahan sekurang kurangnya 6 bulan 9
e. Pemeliharaan: individu sudah melakukan perilaku hidup sehat sudah lebih dari 6 bulan Dalam melakukan suatu edukasi kepada masyarakat, sebagai tenaga kesehatna kami membutuhkan suatu evaluasi untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mengetahui apakah materi yang kita berikan dapat diterima dengan baik oleh peserta. Berikut cara mengamati perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan -
Perubahan pengetahuan : dengan pretest dan post test penyuluhan ( apa yang ada di pikiran seseorang) dengan membandingkan pretest, post test dan evaluasi.
-
Mengamati perubahan sikap : dilakukan dengan kuisioner setuju / tidak setuju / kurang setuju / sangat setuju dengan evaluasi menggunakan skor. Menilai mindset seseorang terhadap masalah.
-
Mengamati perubahan keterampilan : membuat pedoman sesuai dengan usia dan ceklist. Misal : melakuakn penyuluhan menggosok gigi dengan benar. Dengan melihat seseorang tersebut saat melakukan gosok gigi dengan ceklist seseorang tersebut
melakukan
atau tidak
melakuakn sesuai
dengan
keterampilan yang kita ajarkan. 4. Bagaimana cara memilih strategi yang terbaik dalam merubah perilaku masyrakat? Berikut Macam macam strategi untuk merubah perilaku kesehatan : -
Paksaan : dengan memaksa khalayak seperti dengan cara peraturan perundang udangan dll. Ex : peraturan imunisasi wajib bagi masyarakat
-
Persuasif : mengajak dengan cara iklan, poster, diskusi, face to face, pamflet.
-
Fasilitasi : dengan sarana praasarana. Contoh : baksos
-
Edukasi : dengan penyuluhan
-
Diskusi partisipatif : komunikasi secara 2 arah. Tidak hanya kita yang memberikan edukasi, namun ada feedback Strategi yang terbaik yaitu dengan mengedukasi/ memberikan pengetahuan
kepada masyrakat. Dengan edukasidapat menghasilkan perubahan perilaku yang 10
panjang namun tidak mudah kembali ke perilaku semula. Namun jika perubahan perilaku dengan paksaan dapat menghasilkan perubahan perilaku yang cepat namun cepat kembali kepada perilaku semula. Pendapat lain mengatakan bahwa strategi perubahan perilaku yang lebih baik adalah melalui fasilitas. Yaitu dengan adanya fasilitas yang memadai maka masyarakat akan lebih cepat untuk merubah kebiasaan. Contohnya yaitu dengan adanya puskesmas, maka merubah suatu perilaku masyarakat yang biasanya berobat ke dukun atau pengobatan alternative lebih memilih untuk ke puskesmas. Pendapat lain mengatakan bahwa strategi terbaik dalam merubah suatu perilaku adalah dengan adanya kebijakan yang di lakukan kepala suatu instansi. Contohnya adalah dengan adanya peraturan dilarang merokok di kereta api yang diterapkan oleh kepala KAI. Hal tersebut dapat mengubah perilaku masyarakat yang terbiasa merokok di kereta api. 5. Apa saja jenis dan teori motivasi yang dapat di lakukan untuk merubah perilaku kesehatan? (PR)
11
2.4.STEP 4 Mapping Peilaku awal
stimulus
Respon
Teori/jenis perubahan perilaku
strategis perubahan perilaku
motivasi
jenis
Perubahan Perilaku Kesehatan
teori
Bentuk Perubahan Perilaku
2.5. STEP 5 LEARNING OBJECTIVES
Learning Objective 1 : Mahasiswa mampu memahami definisi perubahan perilaku dan motivasi
Learning Objective 2 : Mahasiswa mampu memahami mengetahui teori perubahan perilaku dan motivasi
Learning Objective 3 : Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji bentuk
dan jenis perubahan
perilaku dan motivasi
Learning Objective 4 : Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji strategi perubahan perilaku
12
2.6. STEP 7 2.6.1. Learning
Objective
1.
Mahasiswa
mampu
memahami
definisi
perubahan perilaku dan motivasi A. Definisi Perubahan Perilaku Kesehatan Perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang menyangkut tentang perilaku hidup sehat ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku merupakan tujuan utama dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya (Nugroho, 2008). B. Definisi Motivasi Motivasi berasal dari kata latin “MOREVE” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Secara etimologis, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive, berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. (Sobur, 2009). Motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menujuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. (Sobur, 2009).Sobur (2009) juga mengatakan bahwa motivasi itu berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Sehingga dapat diartikan bahwa motivasi dalam kesehatan artinya suatu gerakan atau dorongan yang muncul baik dari dalam diri seseorang ataupun dari lingkungan mereka untuk dapat meningkatkan taraf kesehatan hidup dirinya sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya.
2.6.2. Learning Objective 2. Mahasiswa mampu memahami mengetahui teori perubahan perilaku dan motivasi I. Teori Perubahan Perilaku a. Teori Adopsi Inovasi (Rogers) 13
Ahli ilmu sosial Rogers menamakan teorinya sebagai teori innovation decision process yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh seorang individu, sejak menerima informasi atau pengetahuan tentang suatu hal yang baru, sampai dengan pada saat dia menerima atau menolak ide baru tersebut. Mula-mula Rogers dibantu oleh rekannya bernama Shoemaker (1971), menyatakan bahwa proses adopsi inovasi itu melalui 5 tahapan, yaitu : mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh perhatian terhadap ide tersebut (interest), memberikan penilaian (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka individu tersebut setuju untuk menerima ide/hal baru tersebut (adoption) (Sarwono, 1997). Dari pengalaman di lapangan serta penelitian mengenai penerapan teori ini ternyata Rogers dan Shoemaker menyimpulkan bahwa proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Oleh karenanya, maka Rogers dan Shoemaker (1978) mengubah teori mereka dengan membagi proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi 4 tahap utama, yaitu:
Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide baru (knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek/topik tersebut dan fase ini dipergunakan oleh petugas kesehatan untuk membujuk atau meningkatkan inovasinya guna bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan tersebut (persuasion). Tergantung kepada hasil persuasi petugas dan pertimbangan pribadi individu, maka dalam tahap decision dibuatlah 14
keputusan untuk menerima atau justru menolak ide baru tersebut. Namun, sebaiknya petugas/pendidik kesehatan tidak cepat merasa puas jika suatu ide telah diterima, sebab kini individu mulai memasuki tahap penguatan (confirmation), dimana dia meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang telah diambilnya itu. Bila lingkungan memberikan dukungan positif maka perilaku yang baru itu (adopsi) tetap dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan dan kritik dari lingkungan, terutama dari kelompok acuannya, maka adopsi itu tidak jadi dipertahankan dan individu kembali lagi ke perilakunya yang semula. Sebaliknya, suatu penolakan pundapat berubah menjadi adopsi apabila lingkungannya justru memberikan dukungan agar individu menerima ide baru tersebut (Sarwono, 1997). b. Teori S-O-R Merupakan perubahan perilaku yang didasari oleh: Stimulus – Organisme – Respon (S-O-R). Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process). Materi pembelajaran di sini diartikan sebagai stimulus. Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R adalah sebagai berikut: a. Adanya stimulus (rangsangan) → diterima atau ditolak. b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus. c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya berupa kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude) dan bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice) (Priyono, 2014). c. Teori “Dissonance” oleh Festinger Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil
15
perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance) (Priyono, 2014). Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: “Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang”. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil) (Priyono, 2014). d. Teori Fungsi oleh Katz Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). Prinsip teori fungsi (Priyono, 2014) : a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek). b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas). c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial). d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah, senang).
e. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan) HBM adalah salah satu model yang pertama kali digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan variasi dalam perilaku kontrasepsi di kalangan perempuan pada 1970-an
dan
1980-an
(Hall,
2012).
HBM
digunakan
untuk
membantu
mengidentifikasi dan memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kontrasepsi modern saat ini (Hall, 2012). Menurut Rosenstock, Cullen, Brodkin, dan Redlich (2005), HBM menyatakan bahwa individu akan mengambil tindakan untuk mencegah kerusakan kesehatan mereka, sebagai monitor untuk penyakit atau kerentanan, atau untuk mengontrol penyakit, jika mereka: (1) menganggap diri mereka sebagai pribadi rentan terhadap kondisi tertentu, (2) percaya bahwa kondisi 16
tertentu memiliki konsekuensi yang serius, (3) percaya bahwa tindakan baik akan mengurangi kerentanan mereka atau mengurangi keparahan kondisi, dan (4) percaya bahwa kondisi tertentu dapat mengantisipasi hambatan (atau biaya) dengan mengambil tindakan yang sebanding dengan keuntungan dan (5) kombinasi kerentanan yang dirasakan dan tingkat keparahan yang dirasakan atau sering disebut sebagai ancaman. Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu : 1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan. 2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku. 3. Perilaku itu sendiri. Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa. Champion dan Skinner (dalam Glanz, 2008) mengemukakan adanya enam aspek dari health belief model (HBM), yaitu: 1. Perceived suspectibility, yaitu mengukur persepsi kerentanan mengacu pada keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan penyakit atau kondisi. Misalnya, seorang wanita harus percaya ada kemungkinan terkena kanker payudara sebelum ia akan tertarik untuk memperoleh mammogram. 2. Perceived severity, yaitu mengukur perasaan tentang keseriusan tertular penyakit atau membiarkannya tidak diobati meliputi evaluasi dari kedua konsekuensi medis dan klinis (misalnya, kematian, cacat, dan nyeri) dan konsekuensi sosial yang mungkin (seperti dampak kondisi pada pekerjaan,
17
kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Kombinasi kerentanan dan keparahan telah diberi label sebagai ancaman. 3. Perceived benefits, yaitu mengukur keyakinan orang mengenai manfaat yang dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman penyakit. Persepsi non-kesehatan lainnya, seperti penghematan keuangan yang berkaitan dengan berhenti merokok atau menyenangkan keluarga anggota dengan memiliki mammogram, juga dapat mempengaruhi keputusan perilaku. Dengan demikian, individu menunjukkan keyakinan optimal dalam kerentanan dan keparahan yang tidak diharapkan untuk menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan dan mereka juga menganggap tindakan yang dilakukan sebagai sesuatu yang berpotensi menguntungkan dan mengurangi ancaman. 4. Perceived barriers, yaitu mengukur penilaian individu mengenai besar hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial (Rosenstock, 1966). 5.
Cues to action, yaitu mengukur peristiwa-peristiwa, orang-orang, atau hal-hal yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka. Mendengar cerita TV atau berita radio tentang penyakit bawaan makanan dan membaca petunjuk penanganan yang aman untuk paket daging mentah dan unggas merupakan isyarat untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku yang terkait dengan perilaku penanganan makanan yang lebih aman (Hanson & Benediktus dalam Turner dkk, 2008).
6. Self-efficacy, yaitu mengukur keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil (Bandura, dalam Glanz, 2008). Bandura membedakan harapan self-efficacy dari harapan hasil, dimana harapan dari self-efficacy didefinisikan sebagai seseorang yang memperkirakan bahwa perilaku tertentu akan menyebabkan hasil tertentu. Harapan hasil yang mirip tapi berbeda dari konsep HBM dirasakan manfaatnya. Pada tahun 1988, Rosenstock, Strecher, dan Becker (dalam Glanz, 2008) menyarankan bahwa self efficacy ditambahkan ke HBM sebagai konstruk yang terpisah, dan sementara kerentanan, keparahan, dan manfaat termasuk dalam konsep asli HBM
18
f. Force Field Analysis Selama proses perubahan pasti akan terdapat dua kekuatan yang saling bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang menolak. Force Field Analysis adalah teknik manajemen yang dikembangkan oleh Kurt Lewin untuk mendiagnosa
situasi
lingkungan/kekuatan-kekuatan
yang
ada
pada
saat
dijalankannya perubahan. Kekuatan yang mendukung perubahan (Driving Forces) adalah kekuatan-kekuatan yang terus menekan dan mempunyai inisiatif untuk melakukan perubahan. Sedangkan kekuatan yang menolak perubahan (Restraining Forces) adalah kekuatan-kekuatan yang menolak adanya perubahan dengan menahan atau mengurangi kekuatan yang mendukung perubahan. Pada saat perubahan terjadi, kekuatan – kekuatan tersebut saling menekan dan pada akhirnya kekuatan yang mendukung akan semakin banyak dan kekuatan yang menolak akan semakin sedikit (Irina, 2011) Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku: a) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahanperubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. b) Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. c) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. g. Teori Lippitt Proses perubahan lain adalah fase perubahan Lippit, yang memfokuskan pada peran agen pengubah (change agent) dan hal ini dijelaskan oleh Sullivan & Decker (1992). Strategi pemecahan masalah, berhubungan, dan kemahiran berkomunikasi digunakan selama proses perubahan dengan anggota system sebagai target utama. Teori Lewin dikembangkan menjadi tujuh tahapan proses berikut ini:
19
- Miliki kumpulan data individu yang penting, pemecahan masalah, dan berikan diagnosis pada masalah. - Pertimbangkan berbagai hambatan keuangan dan sumber daya manusia yang ada. Analisis fungsi organisasi dan strukturnya. Perkirakan kapasitas seluruh perubahan dengan motivasi. Bandingkan solusi dan tentukan prioritas. - Sumber dan motivasi agen perubahan dapat dijadikan modal. Analisis penilaian diri dan pertimbangkan kekuatan dasar, tingkat energy, rencana ke depan, dan komitmen untuk berubah. - Seleksi sasaran perubahan yang progresif. Tetapkan strategi, rencana tindakan dan metode evaluasi. - Seleksi peran agen pengubah: penggembira (cheersleader) fasilitator kelompok, keahlian, atau konsultan. Buatlah harapan yang jelas dengan mengidentifikasi peran yang telah dipilih untuk agen pengubah. - Pertahankan perubahan dengan komunikasi, umpan balik, revisi, dan koordinasi. - Setelah perubahan diterima dan melembaga, agen pengubah menarik diri.
II.
Teori Motivasi Beberapa teori motivasi yang pada umumnya dikenal dan dikemukakan oleh
para ilmuwan yang menekuni kegiatan pengembangan teori motivasi. Dikutip dalam buku Donni Juni Priansa (2014:205-212) beberapa teori motivasi tersebut antara lain: 1. Teori Abraham Maslow Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow, ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan ekternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan dirisendiri). 20
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan, kebutuhan fisiologis dan rasa aman di deskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara ekternal. 1. Kebutuhan fisiologis ( rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya) 2. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) 3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi denga orang lain,diterima, memiliki) 4. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan) 5. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjajahi,kebutuha estetik: keserasian, keteraturan dan keindahan:kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya). Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-mtif yang lebih tinggi akan menjadikurang signfikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari maka, perlindungan, dan rasa aman. Prinsip pikiran Abraham Maslow berangkat dari kebutuhan manusia yang disusun secara hierarki fisiologis sampai kebutuhan pemenuhan diri. Abraham Maslow menekankan perilaku manusia disebabkan oleh motivasi tertentu yang bergerak secara sistematis demi sebuah “grows need” atau pemuasan kebutuhan. Hirarki kebutuhan Abraham H Maslow ditunjukan dengan bentuk piramida pada gambar 1.2 yaitu:
21
2. Teori X Dan Teori Y (Douglas McGregor) Menurut Hasibuan (2012: 160), Douglas Mc. Gregor adalah seorang psikolog sosial Amerika yang memimpin suatu varietas proyek riset dalam hal motivasi dan tingkah laku umum dari para anggota organisasi. Mc. Gregor terkenal dengan teori X dan teori Y-nya, dalam bukunya The Human Side of Enterprise (Segi Manusiawi Perusahaan). Afin Murty (2012: 68) menyebutkan bahwa menurut Mc. Gregor, dalam berhubungan dengan karyawannya, manajer memiliki asumsi-asumsi yang digolongkan dalam teori X sebagai berikut: 1. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya. 2. Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. 3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal 4. Sebagian karyawan menempatkan keamanan diatas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
22
Disamping teori X yang sepertinya hanya memandang seorang karyawan dari sisi negatifnya saja, ada pula teori Y yang dapat mengimbangi teori X. Teori Y terdiri atas empat asumsi, yaitu sebagai berikut: 1. Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain. 2. Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan. 3. Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari dan bertanggung jawab. 4. Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang
di
edarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisimanajemen. 3. Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg) Frederick Herzberg (1950) dalam Hasibuan (2012: 157), seorang profesor ilmu jiwa pada Universitas di Cleveland, Ohio, mengemukakan Teori Motivasi Dua Faktor atau Herzberg's Two Factors Motivation Theory. Menurut Frederick Herzberg (1996) dalam Robbins (2008: 218) ada dua jenis faktor yang mempengarhi motivasi kerja, yaitu faktor Intrinsik dan faktor ekstrinsik. 1) Faktor-Faktor Intrinsik yang berkaitan dengan isi pekerjaan, antara lain: a. Tanggung Jawab (Responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan dan diberikan kepada seorang karyawan. b. Kemajuan (Advancement), besar kecilnya kemungkinan karyawan dapat maju dalam pekerjaannya. c. Pekerjaan Itu Sendiri (The work itself), besar kecilnya tantangan yang dirasakan oleh karuawan dari pekerjaannya. d. Pencapaian (Achievement), besar kecilnya kemungkinan karyawan mendapatkan prestasi kerja, mencapai kinerja tinggi. e. Pengakuan (Recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada karyawan atas kinerja yang dicapai.
23
2) Faktor-Faktor Ekstrinsik yang menimbulkan ketidakpuasan sertaberkaitan dengan konteks pekerjaan, antara lain: a. Kebijakan dan Administrasi perusahaan (Company Policy and Administration), derajat kesesuaian yang dirasakan karyawan dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam organisasi. b. Kondisi kerja (Working Condition), derajat kesesuaian kondisi kerja dengan pelaksanaan tugas pekerjaannya. c. Gaji dan Upah (Wages and Salaries), derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan kinerjanya. d. Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Relation), derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan karyawan lain. e. Kualitas supervisi (Quality Supervisor), derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan dan diterima oleh karyawan. (Michael dan Intan, 2010: 25-26) 4. Teori David McClelland Anwar Prabu (2010:68), mengemukakan enam karakteristik orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi, yaitu: 1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi 2. Berani mengambil dan memikul resiko Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan rasa aman dan keamananan Kebutuhan sosial Kebutuhan ego Aktualisasi 3. Memiliki tujuan yang realistik 4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan 5. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan 6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Teori Motivasi Berprestasi McClelland dalam Anwar Prabu (2011:94) mengemukakan bahwa motivasi seseorang sangat ditentukan oleh “virus mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang
24
yang mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Virus mental yang dimaksud terdiri dari 3 dorongan kemampuan, yaitu: 1. Kebutuhan untuk berprestasi (Need of achievement) 7. Kebutuhan untuk memperluas pergaulan (Need of affiliation) 8. Kebutuhan untuk menguasai sesuatu (Need of power) Berdasarkan teori McClelland tersebut sangat penting dibinanya virus mental manajer denga
cara mengembangkan potensi mereka melalui lingkungan
kerja secara efektif agar terwujudya produktifitas perusahaan yang berkualitas tinggi dan tercapainya tujuan utama organisasi. 1. Need For Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggungjawab untuk pemecahan masalah. Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan akan berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi. 2. Need For Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. 3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dan dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. David
McClelland
dalam
Anwar
Prabu
Mangkunegara
(2011:103),
mengemukakan enam karakteristik orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi, sebagai berikut: a. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi b. Berani mengambil dan memikul resiko c. Memiliki tujuan yang realistik d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan
25
e. Memanfaatka umpan balik yang konkrit dalam semua kegiata yang dilakukan. f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan recana yang telah diprogramkan Edi sutrisno (2011:129), menyatakan bahwa tingkah laku individu yang didorong oleh kebutuhan pergaulan atau persahabatan (N.Aff) akan tampak sebagai berikut: a. Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya daripada tugas-tugas yang ada pada pekerjaan. b. Melakukan pekerjaan lebih efekktif apabila bekerja sama dengan orang lain dalam susunan lebih kooperatif c. Mencari persetujuan atas kesepakatan dari orang lain d. Lebih suka dengan orang lain. Edi Sutrisno (2011:130), mengemukakan juga mengenai tingkahlaku yang didorong oleh kebutuhan berkuasa akan tampak sebagai berikut: a. Berusaha menolong orang lain walaupn pertolongan itu tidak diminta b. Sangat aktif menentukan arah kegiatan organisasi tempat berada c. Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestasi d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antara pribadi dari kelompok atau organisasi. 5. Teori ERG dari Clayton P.Alderfer Apabila kita mengutarakanya menurut kebutuhan tingkat terendah tingkat tertinggi, maka kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud adalah: a. Kebutuhan-kebutuhan akan eksistensi (Existence=E) b. Kebutuhan-kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain (Relatedness=R) c. Kebutuhan-kebutuhan akan pertumbuhan (Growth Needs=G) 6. Teori Dua Faktor Herzberg
26
Sondang P. Siagian (2011:146) mengatakan baha teori motivasi–Higiene dikemukakan oleh fredrick Herzberg. Orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan yaitu: a. Faktor Motivator, adalah hal-hal pendorong berprestasi yang bersifat ekstrinsik, yang berarti bersumber dari luar diri seseorang. Yang tergolong sebagai faktor motivator antara lain: prestasi, pengakuan pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kesempatan serta penghargaan. b. Faktor
higiene,
adalah
faktor-faktor
yang
sifatnya
intrinsik,
yaitu
menyenangkan para pekerja, faktor higiene antara lain:upah/gaji, lingkungan kerja, interpersonal serta kebijakan perusahaan. 7. Teori Motivasi Fisiologis Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan Central Motive State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini bertumpu pada proses fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari perilaku manusia atau pusat dari semua kegiatan manusia. Ciri-ciri CMS adalah bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu ada secara terus menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh faktor luar maupun dalam diri individu yang bersangkutan. 8. Teori X-Y Mengatakan bahwa terdapat dua sikap dasar pada manusia. Sikap seseorang akan mempengaruhi produktivitasnya. Sikap dasar tersebut adalah: 1) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori X Asumsi dari teori ini bahwa pada hakekatnya manusia kebanyakan lebih suku diawasi daripada diberi kebebasan, tidak senang menerima tanggung jawab, malas dan selalu ingin aman saja. Motivasi kerjanya yang utama adalah uang dan keuntungan finansial. Kelompok ini mau bekerja karena adanya imbalan atau hadiah. 2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y Asumsi dari teori ini adalah bahwa hakekatnya kebanyakan manusia suka bekerja. Bekerja merupakan kegiatan alami seperti halnya bermain dan kontrol terhadap diri sendiri merupakan suatu hal yang esensial. 27
9. Teori motivasi Kebutuhan Teori motivasi kebutuhan muncul didasarkan bahwa individu dalam hidupnya ingin memenuhi kebutuhannya, baik fisiologis maupun psikologis. Kebuthan diartikan sebagai kekurangan fisiologis atau psikologis yang mendorong timbulnya perilaku (Asmuji,2012). Beberapa teori keburuhan motivasi yang terkenal antara lain yaitu teori motivasi Maslow, teori kebutuhan McClelland, teori motivasi Herzberg, dan teori ERG(Asmuji,2012).
10. Teori Penguatan Thorndike dan Skinner berpendapat bahwa perilaku individu dikendalikan oleh konsekuensinya. Individu akan mengulangi perilaku yang diikuti oleh konsekuensi yang mendukung dan menghindari perilaku yang mengakibatkan konsekuensi yang tidak mendukung. Dalam teori ini sebutkan bahwa penghargaan juga dapat mempengaruhi motivasi individu (Asmuji,2012).
11. Teori Keadilan Teori
keadilan
mengemukakan
bahwa
individu
akan
cenderung
membandingkan antara segala sesuatu yang diberikan dan penghargaan yang didapatkan. Individu jga akan membandingkan penghargaan yang dia terima dengan yang diterima individu lain dalam pekerjaan dan tanggung jawab yang sama. Individu akan mempunyai motivasi tinggi jika penghargaan dirasa memenuhi keadilan (Asmuji,2012). 2.6.3. Learning Objective 3 . Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji bentuk dan jenis perubahan perilaku dan motivasi I. Bentuk perubahan perilaku a. Perubahan alamiah (natural change) Perubahan perilaku terjadi karena perubahan alam (lingkungan) secara alamiah. Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar
terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan. Contohnya apabila terjadi perubahan 28
lingkungan fisik seperti halnya perubahan musim kemarau menjadi musim penghujan yang dampaknya terjadi peningkatan penyakit demam berdarah, maka anggota masyarakat akan melakukan hal – hal untuk mencegah penyakit tersebut dengan cara melakukan fogging, gerakan membasmi jentik-jentik nyamuk, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2003). b. Perubahan terencana (planned change) Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan atau subyek. Contohnya apabila seseorang merasakan sesuatu hal yang tidak mengenakkan akibat kebiasaan buruk yang dilakukannya, misalnya merasa sesak akibat kebiasaan buruk merokok, maka seseorang tersebut akan mengubah perilakunya dan berusaha untuk berhenti merokok (Notoatmodjo, 2003). c.
Kesiapan berubah (readiness to change) Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang
bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu. Contohnya apabila terjadi suatu inovasi atau program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahantersebut (berubah perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003). Misalnya pada saat instansi kesehatan melakukan rehabilitasi pada perokok dengan berbagai pendekatan supaya individu perokok tersebut berubah, maka tidak semua individu perokok tersebut memiliki kecepatan yang sama dalam berubah (Saputra&Sary, 2013).
II.
Bentuk motivasi berdasarkan aspeknya
Ada dua aspek yang dikenal yaitu aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis (Hasibuan, 1996). 1. Aspek aktif/dinamis yaitu motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.
29
2. Aspek pasif/statis yaitu motivasi tampak sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu kearah perubahan perilaku yang diinginkan. Keinginan dan kegairahan kerja ini dapat ditingkatkan berdasarkan pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu: a. Aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya perubahan perilaku. b. Aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsangan/insentif yang diharapkan akan dapat memenuhi perubahan perilaku yang diharapkannya tersebut. c. III.
Jenis motivasi Menurut Sardiman (2011), jika berbicara tentang macam atau jenis motivasi
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sehingga motivasi itu sangat bervariasi. a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1. Motif-motif bawaan. Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari, contohnya : dorongan untuk makan dan minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual, dll. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang diisyaratkan secara biologis. 2. Motif-motif yang dipelajari. Motif-motif yang timbul karena telah dipelajari, contoh : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. Motif ini sering disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial, sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial sehingga motivasi itu terbentuk. b. Motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis 1. Motif atau kebutuhan organis Meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual dan berbuat 2. Motif-motif darurat 30
Meliputi dorongan untuk menyelematkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu, dan motif ini timbul karena adanya rangsangan dari luar. 3. Motif-motif objektif Menyangkut
kebutuhan
untuk
melakukan
eksplorasi,
melakukan
manipulasi, untuk menahan minat. Motif ini muncul karena adanya dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif. 4. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Yang tergolong motivasi jasmaniah adalah refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan. Kemauan itu sendiri terbentuk dari empat momen yaitu : a) Momen timbulnya alasan b) Momen pilih c) Momen putusan d) Momen terbentuknya kemauan c. Motivasi dilihat dari aspek rangsangan a) Motivasi Intrinsik Merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan secara sadar melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dan belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif. Yang termasuk motivasi intrinsik dalam Susilawati (2008) antara lain :
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
Adanya keinginan untuk mencapai prestasi.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu pengetahuan.
b) Motivasi Ekstrinsik 31
Merupakan kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi perubahan perilaku dikatakan ekstrinsik bila individu atau suatu kelompok menempatkan perilakunya di luar faktor-faktor situasi perubahan perilaku (resides in some factors outside the learning situation). Baik motivasi ektrinsik positif maupun motivasi ekstrinsik negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku.
2.6.4. Learning Objective 4. Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji strategi perubahan perilaku Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip (Notoatmodjo, S., 2003). Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian : 1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri (keemahan). Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat. 2) Pemberian informasi Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat.
Selanjutnya
diharapkan
pengetahuan
tadi
menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam 32
ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng. 3) Diskusi partisipatif Cara ini merupakan
pengembangan dari cara kedua dimana
penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap. Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng (Notoatmodjo, S., 2003).
33
BAB III KESIMPULAN
Perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang menyangkut tentang perilaku hidup sehat ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku merupakan tujuan utama dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya (Nugroho, 2008). Motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menujuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. (Sobur, 2009).Sobur (2009) juga mengatakan bahwa motivasi itu berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Sehingga dapat diartikan bahwa motivasi dalam kesehatan artinya suatu gerakan atau dorongan yang muncul baik dari dalam diri seseorang ataupun dari lingkungan mereka untuk dapat meningkatkan taraf kesehatan hidup dirinya sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya.
34
Daftar Pustaka A.M. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Asmuji.2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Glanz, K., Rimer, B.K., & Viswanath, K. (2008). Health behavior and health education (4th ed). San Fransisco: Jossey-Bass. Hall, K.S. 2012. The health belief model can guide modern contraceptive behavior research and practice. Journal Midwifery Womens Health. 57(1). 74–81. Hasibuan, Malayu S.P., 1996, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi Kedua, Jakarta: PT Toko Gunung Agung. Ircham Machfoedz dan Eko Suryani dan.2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan.Yogyakarta :Fitramaya. Irina, A. 2011. Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Motivasi Gamers Ragnarok Pada Komunitas Evolution. Jakarta, Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara Muzaham,Fauzi.1995.Sosiologi Kesehatan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hlm. 23 Nugroho, Rahim Arsad. 2008. Perilaku Kesehatan dan Proses Perubahannya. Sulawesi Barat: Dinas Kesehatan Polewali Mandar Rosenstock, L., Cullen, M.R., Brodkin, C.A., & Redlich, C.A. 2005. Textbook of clinical occupational and enviromental medicine. Philadelphia: Elsevier Saunders. 35
Saputra MA&Sary NM. 2013. Konseling Model Transteoritik dalam Perubahan Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 4 Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia Suarli, S & Bachtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik. Jakarta : Erlanggga Turner, L.W., Hunt, S.B., Dibrezzo, R., & Jones, C. 2004. Design and implementation of an osteoporosis prevention program using the health belief model. American Journal of Health Studies. 19(2), 115-121.
36