Laporan Rumah Sakit.docx

  • Uploaded by: Irma Kenanti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Rumah Sakit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 15,204
  • Pages: 81
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifactor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sector terkait. Anemia yang sering dikenal dengan “kurang darah” masih menjadi masalah kesehatan global, baik di negara berkembang maupun negara maju. Di negara berkembang seperti negara kita contohnya, Indonesia, prevalensi anemia masih cukup tinggi yaitu 11,3% pada perempuan dewasa; 12,2% pada laki-laki dewasa dan 12,8% pada anak-anak (Riskesdas, 2007). Dalam skala dunia, Wieringa dkk. (2007) menyatakan bahwa lebih dari 3 juta penduduk dunia menderita defisiensi zat besi. Pada wanita hamil dan wanita usia subur, penderita AGB mencapai berturut-turut 40 dan 27,9 % (Atmarita, 2005). Hal tersebut merupakan permasalahan yang besar dan akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di generasi mendatang, apabila anemia tidak diatasi dengan cara yang tepat. Selain itu, kurangnya zat gizi mikro seperti anemia dapat mengakibatkan ketidakmampuan belajar dengan baik, keterlambatan mental, kesehatan yang buruk, kapasitas kerja yang rendah, kebutaan, dan kematian yang prematur. Hal ini mengakibatkan kehilangan potensi sosial ekonomi dari masyarakat (Siagian, 2003). Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya penanggulangan permasalahan anemia pada wanita usia subur (WUS), karena anemia banyak terjadi pada wanita usia subur (WUS) yang merupakan pemegang kunci lahirnya generasi mendatang. Masalah gizi seperti anemia dapat dipecahkan dengan asuhan NCP atau Nutrition Care Process yang dapat menunjang kesembuhan dan perbaikan gizi dari penderita. Proses NCP terdiri dari assessment, diagnose gizi, intervensi gizi dan monitoring & evaluasi. NCP sendiri merupakan kegiatan yang harus terus menerus dan tidak terputuskan hingga problem gizi dapat terselesaikan. Dalam melaksanakan NCP Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagaian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit.

Pelayanan gizi dirumah sakit bertujuan untuk mencapai terciptanya system pelayanan gizi dirumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit.

B. TUJUAN 1. Tujuan umum Melakukan proses asuhan gizi terstandar pada pasien dengan diagnosis Anemia + Susp Mioma uteri + Obs. Perdarahan pervaginaan + ashtma bronchitis B12 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. 2. Tujuan khusus a. Melakukan skrinning gizi pada pasien perempuan di ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. b. Melakukan assessment (antropometri, biokimia, klinis/fisik, dietary history) pada pasien penyakit Anemia + Susp Mioma uteri + Obs. Perdarahan pervaginaan + ashtma bronchitis B12 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. c. Menetapkan diagnose gizi pada pasien perempuan di ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. d. Mampu menyusun NCP pada pasien perempuan di ruang Cempaka yang terdiri dari assessment, diagnose gizi, intervensi, monitoring dan evaluasi gizi. e. Mampu melakukan edukasi/konsultasi gizi.

BAB II GAMBARAN UMUM PASIEN A. NARASI KASUS Ny. S umur 38 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 7 Maret 2018, TB estimasi 162,7 cm, BB 62,809 kg, LILA : 32 cm, status menikah mempunyai 2 orang anak. Ny. S masuk rumah sakit dengan rujukan dari rumah sakit lain. Masuk dengan keluhan awal seperti Keluar darah dikemaluan ± 1 bulan, mual, nyeri perut, sering pusing saat beraktifitas. Didiagnosa dokter yaitu Ny. S mengalami Anemia + Susp Mioma uteri + Obs. Perdarahan pervaginaan + ashtma bronchitis. Saat masuk rumah sakit tekanan darah Ny. S 90/60 mmHg. Ny. S beragama Islam. Ny. S merupakan ibu rumah tangga dan suaminya sebagai seorang petani. Pendidikan terakhir pasien SD dan suami pasien Pendidikan terakhirnya SD. Keduanya bersuku Dayak.

1.1 Ulasan kasus 1.2.1 Identitas pasien Nama

: Ny. S

No. RM

: 28.63.96

Ruang/ Kelas

: Cempaka/Kelas III (B 12)

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 38 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SD

Tgl MRS

: 7 Maret 2018

Diagnosa

: Anemia + Susp Mioma uteri + Obs. Perdarahan pervaginaan +

ashtma bronchitis 1.2.2. Data Subyektif 1. Data Riwayat Gizi  Memiliki masalah gastrointestinal seperti mual dan nyeri perut  Frekuensi makan Ny. S sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x/hari (pagi, siang, malam)

 Tidak terjadi penurunan nafsu makan  Konumsi cairan sebanyak 2-3x/hari (aqua gelas)  Tidak suka mengkonsumsi sayuran  Memiliki alergi makanan seperti ayam ras, ikan patin, telur ayam dan ikan nila.  Sebelum masuk RS, klien sering mengkonsumsi kopi. Klien menyuki lauk hewani yang berasal dari sungai.  Konsumsi makanan klien kurang bervariasi dan tidak seimbang

Tabel 1.1 Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Berdasarkan Menu dan Pola Makan klien saat awal masuk RS Waktu

Bahan

Energi

makan

Makanan

Makan pagi

Nasi lunak (300 262,5 kkal

Protein

Lemak

Karbohidrat

6 gr

-

60 gram

7 gr

5 gr

-

9,54 gr

6,81 gr

-

gr) Telur ayam (55 75 kkal gr) Ayam

(paha) 204,54 kkal

75 gr

Makan siang

Sayur (10 gr)

2,5 kkal

0,1 gr

-

0,5 gr

Tempe (50 gr)

75 kkal

5 gr

3 gr

7 gr

6 gr

-

60 gram

7 gr

5 gr

-

-

-

12,72 gr

6 gr

-

60 gr

7 gr

5 gr

-

24,81 gr

200,22 gr

Nasi lunak (300 262,5 kkal gr) Telur bebek (55 75 kkal gr) Pisang (53 gr)

53 kkal

Makan

Nasi lunak (300 262,5 kkal

malam

gr) Telur bebek

Total

75 kkal

1.347,54 kkal 53,64 gr

Tabel 1.2 Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Zat Gizi

Asupan

Kebutuhan

Makanan

Tingkat Kons. Interprestasi (%)

Energi (kkal)

1.347,54 kkal

2.316,216 kkal

58,17%

Defisit berat

Protein (gram)

53,64 gr

125,59 gram

42,71%

Defisit berat

Lemak (gram)

24,81 gr

38,60 gram

64,27%

Defisit berat

Karbohidrat

200,22 gr

366,59 gram

54,61%

Defisit berat

(gram) 2. Data Riwayat Gizi  Ny. S mempunyai alergi/pantangan makanan berupa ayam ras, ikan patin, telur ayam dan ikan nila.  Diet yang diberikan berupa diet ETPT I karena nilai Hb Ny. S sangat rendah yaitu 6,0 g/dl.  Kebiasaan makan Ny. S yaitu mengkonsumsi makanan pokok berupa nasi 34x/hari, lauk hewani berupa ikan sungai 2-3x/hari, lauk nabati berupa tahu dan tempe 1-2x hari, Ny. S tidak suka mengkonsumsi sayur dan jarang mengkonsumsi buah.  Makanan kesukaan Ny. S adalah luk hewani yang berasal dari sungai seperti ikan haruan (gabus). Sebelum masuk rumah sakit Ny. S sering mengkonsumsi kopi.  Frekuensi makan sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x makanan utama (pagi, siang, malam) (sumber rekam medik dan wawancara) 3. Data Riwayat Penyakit  Dahulu Pasien menderita asthma bronchitis dan maag.  Sekarang Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervagina ±1bulan 4. Data Sosial Ekonomi Pendidikan terakhir

: SD

Pekerjaan istri

: Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Suami

: Petani

Suku

: Dayak

5. Personal History  Keluar darah dikemaluan ± 1 bulan akibat penyakit susp mioma uteri  lemah letih lesu  sering pusing pada saat beraktifitas  mengalami masalah gastrointestinal seperti mual dan nyeri perut akibat penyakit maag yang diderita pasien  Ny. S memiliki riwayat kuratase  Ny. S belum pernah mendapatkan edukasi gizi sebelumnya

1.2.3 Data Obyektif 3.1 Data Antropometri -

TB estimasi

: 162,7 cm

-

BB estimasi

: 62,809 kg

-

LILA

: 32 cm

-

LILA/ U

: hasil pengukuran X 100% Nilai standar : 32 cm/ 29,0 = 110, 34 % (gizi baik)

Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U Klasifikasi

Nilai

Gizi baik baik

>85%

Gizi kurang

70,1 – 84,9%

Gizi buruk

<70%

3.2 Data Biokimia Data laboratorium

Hasil lab

Nilai normal

Interpretasi

Hb

6,0 gr/dl

11 – 15 dr/dl

Deficit

Eritrosit

2,94 juta/UL

3,50 – 5 juta/UL

Deficit

3.3 Data Fisik/Klinis -

Keadaan umum

: Sadar penuh

-

Suhu

: 36,8 0C

-

Tekanan darah

: 90/60 mmHg

-

Nadi

: 112x/mnt

-

Pernafasan

: 20x/mnt

-

SPO2

: 98%

1.2.4 Obat yang Digunakan Nama Obat

Indikasi

Infus RL 20 TPM

Memenuhi kebutuhan cairan d an elektrolit tubuh

Ranitidine 2x1

Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam lambung. Konsumsi bersamaan dengan makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% dan konsentrasi puncak dalam serum menurun hingga 432613 ng/ml serta mengganggu absorpsi Fe.

Pro transfuse WB 1 Kolf

Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia

Metylpredi 2x½

Obat untuk mengatasi peradangan (inflamasi)

Ventoli nebul tahali 3x1

Untuk mengobati penyakit saluran pernafasan seperti asthma bronchitis

n-acetylcysteine

Untuk mengobati penyakit saluran pernafasan

B. TERAPI DIET RS Terapi diet yang diberikan adalah teripi diet ETPT I (Energi Tinggi Protein Tinggi)

BAB III PELAKSANAAN ASUHAN GIZI RAWAT INAP SKRINNING GIZI Nama

: Ny. S

No. RM

: 28.63.96

Ruang/ Kelas

: Cempaka/Kelas III (B 12)

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 38 tahun

Berat Badan

: 62,809 kg (BB estimasi)

Tinggi Badan

: 162,7 cm (B estimasi)

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SD

Tgl MRS

: 7 Maret 2018

Tgl pemeriksaan

: 9 maret 2018

Status gizi

: Baik

Diagnosa

: Anemia + Susp Mioma uteri + Obs. Perdarahan pervaginaan +

ashtma bronchitis Dari hasil skrinning total skor yang didapat yaitu skor 2 (resiko sedang). Artinya, perlu dilakukan assesmen lanjut oleh Ahli Gizi.

ASSESSMENT GIZI TANGGAL 9 MARET 2018

RIWAYAT PERSONAL CH.1.1 Data Personal  Klien berusia 38 tahun. CH 1.1.2 Jenis Kelamin  Klien berjenis kelamin perempuan CH.1.1.3 Suku/Etnic

 Klien termasuk suku Dayak CH.1.1.4 Bahasa  Bahasa yang di gunakan adalah bahasa Indonesia CH.1.1.6 Edukasi  Klien hanya tamatan SD dan tidak penah mendapatkan edukasi gizi sebelumnya. CH.1.1.7 Peranan dalam keluarga  Klien seorang Ibu Rumah Tangga

CH 2.1 Riwayat Medis/Kesehatan Terkait Gizi Dari Pasien CH 2.1.1 Keluhan pasien/klien terkait gizi  Ada perdarahan keluar dari vagina ± 1 bulan, lemas akibat penyakit anemia yang diderita. CH 2.1.5 Gastrointestinal  Klien memiliki masalah gastrointestinal berupa nafsu dan mual nyeri perut CH 3.1 Riwayat Sosial CH 3.1 Situasi rumah/hidup  Klien tinggal ber- 6 dalam satu rumah yang teridiri dari, suami, 2 orang anak, 1 menantu dan 1 orang cucu. CH 3.1.6 Pekerjaan  Klien merupakan ibu rumah tangga CH 3.1.7 Agama  Klien beragama Islam

DIETERY HISTORY (RIWAYAT GIZI ) FH 1.1.1 Asupan energy FH 1.1.1.1 Asupan energy total  Asupan energy klien saat di lakukan recall yaitu 1.347,54 kkal (58,17% dari kebutuhan energi total) Identifikasi : diketahui bahwa asupan gizi klien masuk ke dalam kategori deficit berat.

FH.1.2.2 Asupan makanan

FH 1.2.2.1 Jumlah makanan  Saat di lakukan recall jumlah asupan nya yaitu : a. Makanan pokok i. Nasi 200 gram 3x/hari b. Lauk hewani i. Ayam goreng 1ptg seberat 75 gram 1x/hari ii. Minyak ayam goreng 5,3 gr iii. telur ayam 1x/hari sebanyak 55 gram iv. telur bebek 2x/hari sebanyak 55 gram c. Lauk nabati i. Tempe 1ptg sebanyak 40 gram 1x/hari d. Sayuran i. Wortel 1sdm sebanyak 10 gram 1x/hari e. Buah i. Pisang mahuli 1 buah sebanyak 53 gram 1x/hari FH 1.2.2.2 Jenis makanan  Makanan yang di konsumsi klien dalam bentuk makanan lunak yaitu nasi tim. FH 1.2.2.5 Variasi Makanan  Makanan yang dikonsumsi klien kurang bervariasi. FH 1.3.2 Parenteral FH 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV)  Klien diberikan infus RL 20 TPM FH 1.5 Asupan zat gizi makro FH 1.5.1 Asupan Lemak dan kolestrol FH 1.5.1.1 Lemak Total  Asupan Lemak total klien saat di lakukan recall yaitu 24,81 gr (64,27% dari total kebutuhan lemak) FH 1.5.2 Asupan Protein FH 1.5.2.1 Protein Total  Asupan protein total klien saat dilakukan recall yaitu 53,64 gr. (42,71% dari total kebutuhan protein)

FH 1.5.3 Asupan karbohidrat FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total  Asupan karbohidrat total klien saat dilakukan recall yaitu 200,22 gr (54,61% dari total kebutuhan karbohidrat)

Identifikasi: dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro yaitu: a. Asupan lemak total klien 24,81 gr masuk ke dalam kategori deficit berat dengan persentase 64,27% dari lemak total kebutuhan 38,60 gr. b. Asupan protein total klien 53,64 gr masuk ke dalam kategori deficit berat dengan persentase 42,71% dari protein total kebutuhan 125,59 gr. c. Asupan karbohidrat total klien yaitu 200,22 gr masuk ke dalam kategori deficit berat dengan persentase 54,61% dari karbohidrat total kebutuhan 366,59 gr. FH 2. Pemberian makanan dan zat gizi FH 2.2.1.2 Pengalaman Diet FH 2..2.1.2.5 Alergi makanan  Pasien alergi dengan ikan patin, ayam ras dan telur ayam ras. FH 2.1.4 Pemberian makanan enteral dan parenteral FH 2.1.4.2 Akses parenteral  Klien diberikan makanan parenteral berupa infus RL 20 TPM FH 3. Penggunaan obat obatan atau obat alternative/pelengkap FH 3.1 Suplemen Obat dan Jamu FH 3.1.1 Penggunaan obat yang diresepkan  Klien mengkonsumsi obat-obatan seperti Ranitidine 2x1, Metylpredi 2x½, Ventoli nebul tahali 3x1, n-acetylcysteine. Interaksi obat ranitidine dengan penyakit pasien yaitu anemia. Obat ranitide menjadi pengganggu penyerapan zat besi dalam makanan. Obat Metylpredi apabila di berengi dengan konsumsi alcohol atau tembakau akan menyebabkan interaksi yang tidak diinginkan. Obat Ventoli nebul tahali sebaiknya dikonsumsi pada saat perut kosong dan diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Pemberiaan Bersama dengan metildopa dapat menyebabkan hipotensi. FH 4.2 Kepercayaan dan sikap

FH 4.2.12 Kesukaan makanan  Klien suka mengkonsumsi hewan sungai dan sering mengkonsumsi kopi

ANTROPEMETRI AD.1.1 Komposisi/Pertumbuhan Tubuh/Riwayat Berat Badan AD.1.1.1 TB/PB  Tinggi badan estimasi klien yaitu 1162,7 cm AD.1.1.2 Berat Badan  Berat badan estimasi klien yaitu 62,809 kg AD 1.1.3 Ukuran rangka (frame size)  LILA : 32 cm  LILA/U :

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

x 100%

32 𝑐𝑚

= 29,0 𝑐𝑚 = 110, 34 %  klien tergolong kategori normal

BIOKIMIA BD 1.10 Profil anemia gizi BD 1.10.1 Hemoglobin  Data hemoglobin klien 6,0 g/dL masuk ke dalam interpetasi defisit dengan nilai Hb normal 11 – 15 g/dL. BD 1.10.4 Red blood cell folate  Data erirosit klien 2,94 juta/UL masuk ke dalam interpretasi deficit dengan nilai eritrosit normal 3,50 - 5 juta/UL

FISIK KLINIS PD 1.1.Nutrition-Focused Physical Findings PD 1.1.1 Penampilan Keseluruhan  Keadaan umum klien sadar/baik  Klien dapat berkomunikasi dengan baik

PD 1.1.4 Extremites, otot dan tulang  Aurel pucat  Perdarahan tidak aktif (genital) PD 1.1.5 Sistem Pencernaan  Klien mengalami masalah gastrointestinal seperti mual dan nyeri perut akibat penyakit maag yang diderita pasien PD 1.1.6 Kepala dan Mata  Kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang. PD 1.1.9 Tanda-Tanda Vital  Suhu tubuh klien yaitu 36,80C  Tekanan darah 90/60 mmHg  Nadi 112 x/mnt  Pernafasan 20 x/mnt  SPO2 98% Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu dalam keadaan sadar/baik. Namun, pada bagian sistem pencernaan klien mengalami gangguan gastrointestinal seperti mual dan nyeri perut terkait penyakit klien yaitu maag. Tekanan darah klien termasuk rendah dan nadi pasien tinggi yang menandakan bahwa pasien mengalami infeksi.

DIAGNOSA GIZI TANGGAL 9 MARET 2018 A. Domain Intake 1. NI -2.2.1 Kekurangan makanan dan minuman oral berkaitan dengan factor fisiologis dibuktikan dengan asupan energi protein lemak dan karbohidrat dalam kategori deficit berat. 2. NI -5.5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (Energi dan Protein) berkaitan dengan peningkatan kebutuhan zat gizi akibat perdarahan pervaginaan dibuktikan dengan nilai Hb 6,0 g/dl. B. Domain Klinik 1. NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien dibuktikan dengan pasien mengalami mual dan nyeri perut. 2. NC 2.2.2 Perubahan nilai laboratorium khusus berkaitan dengan data biokimia pasien dibuktikan dengan Hb pasien yaitu 6,0 g/dl. 3. NC 2 .2.3 Interaksi obat dan makanan berkaitan dengan pemberian obat dan makanan yang menyebabkan interaksi yang tidak diinginkan dibuktikan dengan pasien diberi ranitidine (obat maag) padahal obat tersebut merupakan penghambat penyerapan zat besi. C. Domain Behavior 1. NB 1.1.1 Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan gizi berkaitan dengan kurangnya informasi dibuktikan dengan klien tidak pernah mendapatkan konseling gizi sebelumnya. 2. NB-1.1.7 ketidaksesuaian dalam pemilihan bahan makanan berkaitan dengan dengan klien memiliki alergi makanan dibuktikan dengan klien masih sering mengkonsumsi ayam ras, telur ayam ras, ikan patin dan ikan nila.

Prioritas Diagnosa Gizi Dari 3 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake karena pasien memiliki kekurangan intake makanan dan minuman oral pada zat gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan. Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi, karbohidrat, lemak dan protein mengalami defisit berat. Oleh karena itu, klien perlu menerapkan edukasi atau konseling gizi mengenai pengaturan asupan

makanan atau perubahan pola makan serta perilaku yang sesuai dengan kebutuhan seimbang klien. Jadi, untuk itu klien harus meningkatkan asupan Energi dan zat gizi makro seperti, protein, karbohidrat, lemak dan cairan. Perubahan pola makan seperti mengurangi mimunan kopi dikarenakan dapat kopi mengandung zat tannin yang dapat menghmbat penyerapan zat besi. Konsumsi kopi sangat tidak disarankan apabila diketahui pasien dalam kondisi kekurangan zat besi (anemia). Serta meningkatkan asupan zat gizi mikro seperti fe melalui transfuse darah ataupun makanan sehingga anemia yang diderita klien berangsur membaik dan pulih.

INTERVENSI GIZI UNTUK HARI SABTU 10 MARET 2018

A. Tujuan Diet Jangka pendek 3 hari : 1. Meningkatkan secara bertahap sebanyak 75% asupan makanan dan minuman oral meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat dan cairan yang sesuai dengan kebutuhan klien. 2. Memberikan makanan yang dapat memperbaiki anemia dan susp mioma uteri klien dari segi masukan dan penyembuhan B. Jenis Diet “Energi Tinggi Protein Tinggi I (ETPT I) ” C. Perhitungan Zat Gizi Dan Cairan Diketahui : 1. BBA estimasi

= (2.001 x LILA ) -1.223 = (2.001 x 32 cm) – 1.223 = 62,809 kg

2. TB estimasi

= (1,35 x demispan ) + 60,1 = (1,35 x 76 cm ) + 60,1 = 162,7 cm

*Diketahui : n: umur klien 38 tahun 

LLA/U =

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

x 100%

32 𝑐𝑚

= 29,0 𝑐𝑚 = 110, 34 %  klien tergolong kategori normal 

BBI

= (TB-100) – 10% (TB-100) = (162,7 – 100) – 10% (162,7 – 100) = 62,7 – 6,27 = 56,43 kg



Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makro BEE (wanita) = 655,1 + 9,56.BB + 1,85.TB – 4,68.U = 655,1 + 9,56 x 62,809 + 1,85 x 162,7 – 4,68 x 38 = 655,1 + 600,45+ 300,99 – 177,84 = 1.378,7 kkal



Kebutuhan energi total = FA (1,2) x BEEx FI(1,4) = 1,2 x 1. 378,7 x 1,4 = 2.316,216 kkal Ingin meningkatkan sebanyak 75% menjadi 1737,16 gram.  ±5 %= 86,86 kkal (1.650,3 – 1.824,02) kkal 1. Protein = 2 gram/kg BB = 2 gram x 62,809 kg = 125,618 x 4 kkal/ 2.316,216 x 100% = 21,69% = =

21,69% 𝑥 𝑇𝐸 4 21,69% 𝑥 2316,216 4

= 125,59 gram Ingin meningkatkan sebanyak 75% menjadi 94,19 gram.  ±5% = 4,71 gram (89,48 – 98,9) gram

2. Lemak = =

15% 𝑥 𝑇𝐸 9 15% 𝑥 2316,216 9

= 38,60 gram Ingin meningkatkan sebanyak 75% menjadi 28,95 gram.  ±5%= 1,45 gram (27,5 – 30,4) gram

3. Karbohidrat = =

63,31% 𝑥 𝑇𝐸 4 63,31% 𝑥 2316,216 4

= 366,59 gram Ingin meningkatkan sebanyak 75% menjadi 274,94 gram.  ±5% 

= 13,75 gram (261,19 – 288,69) gram

BBA = 62,809 kg 10 kg pertama = 10 x 100 = 1000 10 kg kedua

= 10 x 50 = 500

Sisa BB

= 42,809 x 20 = 856,18 + 2.356,18 ml

Kebutuhan cairan : Cairan = 2.356,18 ml atau 2,3 liter/hari 

Kebutuhan Zat Gizi Mikro 1) Besi

= =

𝐵𝐵𝐴 𝐵𝐵 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 62,809 55

x Besi (Akg)

x 13 mg

= 14,85 mg



2) Vitamin C

= 75 mg

3) Vitamin B12

= 2,4 mg

4) Folat

= 400 mg

Menghitung infus RL 20 TPM Cairan infus RL = 20 x 60 x 24 = 28.800/20 = 1.440 cc Kandungan gizi infus RL 1) Na

= 1,44 x 130 = 187,2 mEq/L

2) Cl

= 1,44 x 5

= 7,2 mEq/L

3) K

= 1,44 x 4

= 5,76 mEq/L

4) Ca

= 1,44 x 3

= 4,32 mEq/L

5) Tekanan osmolaritas = 393,12 mOsm/L D. Prinsip Diet 1. Energi tinggi 2. Protein tinggi 3. Lemak cukup 4. Karbohidrat cukup 5. Cairan cukup E. Syarat Diet 1. Energi tinggi, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. 2. Protein tinggi, yaitu 15% dari kebutuhan energi total. Ditujukan Karena protein dapat mengganti sel yang rusak dan membentuk sel baru yang berguna pada pasien yang mengalami infeksi. Sehingga protein juga berfungsi sebagai zat pembangun terutama sel otot. 3. Lemak cukup, yaitu 21,69% dari kebutuhan energi total. Ditujukan sebagai sumber tenaga serta bahan bakar di dalam tubuh. 4. Karbohidrat tinggi, yaitu 63,31% dari kebutuhan energi total. Peran penting karbohidrat yaitu untuk proses metabolisme serta proses pembentukkan jaringan sel, struktur dan juga organ-organ dalam tubuh 5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal 6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna 7. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama F. Bentuk Makanan  Makanan lunak (nasi tim) G.

Frekuensi •

3 kali makanan utama (pagi,siang,malam)

H. Rute  Oral I. Edukasi Sasaran : diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang menunggu

Waktu : penyampaian edukasi kepada pasien yaitu ketika pasien mendpatkan makanan atau sudah mnghabiskan makanannya Tempat : Ruang Cempaka Kelas III (B 12) Edukasi yang diberikan : Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling untuk tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dan tanyakan apakah pasien ada mengkonsumsi makanan dari luar. Menanyakan alasan apabila pasien tidak menghabiskan makanannya dan tanyakan kondisi pasien sekarang.

PERENCANAAN MENU A. Pembagian Kedalam Penukar 

Energi = 1737,16 kkal (1.650,3 – 1.824,02) kkal



Protein = 94,19 gram (89,48 – 98,9) garm



Lemak = 28,95 gram (27,5 – 30,4) gram



Karbohidrat = 274,94 gram (261,19 – 288,69) gram Bahan

Penukar Energi

Protein Lemak Karbohidrat

5½ P

22 gr

-

220 gr

49 gr

14 gr

-

15 gr

9 gr

21 gr

Makanan Makanan Pokok Lauk

kkal 7P

Hewani Lauk

962,5

350 kkal

3P

Nabati

225 kkal

Sayuran

3P

75 kkal 3 gr

-

15 gr

Buah

2P

100

-

24 gr

50 kkal -

5 gr

-

1.750

28 gr

-

kkal Minyak

1P

Jumlah

89 gr

kkal B. Pembagian Penukar Dalam Sehari Bahan Makanan

Penukar

Pagi

Siang

Malam

280 gr

Makanan Pokok

5½P

2

2



Lauk Hewani

7P

2





Lauk Nabati

3P

1

1

1

Sayuran

3P

½

1



Buah

2P

-

2

-

Minyak

1P

¼

¼

½

PENUKAR PAGI 30% Bahan

Penukar

Energi

Protein

Lemak

KH

2

350 kkal

8 gr

-

80 gr

Lauk hewani

2

100 kkal

14 gr

4 gr

-

Lauk nabati

1

75 kkal

5 gr

3 gr

7 gr

Sayur

½

12,5 kkal

0,5 gr

-

2,5 gr

Buah

-

-

-

-

-

Minyak

¼

12,5 kkal

-

1,25 gr

-

550 kkal

27,5 gr

8,25 gr

89,5 gr

makanan Makanan pokok

Total

PENUKAR SIANG 40% Bahan

Penukar

Energi

Protein

Lemak

KH

2

350 kkal

8 gr

-

80 gr

Lauk hewani



125 kkal

17,5 gr

5 gr

-

Lauk nabati

1

75 kkal

5 gr

3 gr

7 gr

Sayur

1

25 kkal

1 gr

-

5 gr

Buah

2

100 kkal

-

-

24 gr

Minyak

¼

12,5 kkal

-

1,25 gr

-

687,5 kkal

31,5 gr

9,25 gr

116 gr

makanan Makanan pokok

Total

PENUKAR MALAM 30% Bahan

Penukar

Energi

Protein

Lemak

KH



262,5 kkal

6 gr

-

60 gr

Lauk hewani



125 kkal

17,5 gr

5 gr

-

Lauk nabati

1

75 kkal

5 gr

3 gr

7 gr

Sayur



37,5 kkal

1,5 gr

-

7,5 gr

Buah

-

-

-

-

-

Minyak

½

12,5 kkal

-

1,25 gr

-

512,5 kkal

30 gr

9,25 gr

74,5 gr

makanan Makanan pokok

Total

Perencanaan Menu Dalam Sehari Waktu

Menu

Pagi

Nasi tim + ikan haruan Nasi tim

Penukar

400 gr

2P

Ikan haruan

80 gr

2P

Tahu

110 gr

1P

Minyak

1,25 gr

¼P

Labu air

25 gr

¼P

Wortel

25 gr

¼P

Nasi tim

Nasi tim

300 gr

1½P

Ikan haruan

Ikan haruan

100 gr

2½P

Minyak

1,25 gr

¼P

Wortel

100 gr

1P

Kentang

105 gr

½P

Tempe

50 gr

1P

Minyak

1,25 gr

¼P

06.30 WIB kecap Tahu goreng bb kemangi

Cah labu air

Siang

Bahan Makanan Berat

10.00 WIB

Sup sayuran

Tempe bb saos

Sore

Buah

Pisang

140 gr

2P

Nasi tim

Nasi tim

300 gr

1½P

Tumis sawi sendok

Sawi putih

50 gr

1½P

Wortel

50 gr

½P

Jagung muda

50 gr

½P

Ikan haruan

Ikan haruan

156,25 gr

2½P

Tahu

Tahu

110 gr

1P

Minyak

2,5 gr

½P

16.00 WIB

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI PEMORSIAN HARI 1 (10 MARET 2018) Waktu

Makan pagi

Menu

Bahan

masakan

makanan

Nasi tim

Nasi

Ikan

Pemorsian

Asupan

Sisa

400 gr

400 gr

-

150 gr

150 gr

-

109 gr

78 gr

31 gr

Labu air

25 gr

25 gr

-

Wortel

25 gr

25 gr

-

Nasi

300 gr

150 gr

150 gr

150 gr

150 gr

-

Wortel

100 gr

100 gr

-

Kentang

105 gr

105 gr

-

53 gr

53 gr

-

haruan Ikan haruan

goreng Tahu goreng Tahu bb kemangi Cah labu air

Makan siang

Nasi tim Ikan

haruan Ikan haruan

bb kuning Sup sayuran

Tempe saos

bb Tempe

Makan

Nasi tim

Nasi tim

300 gr

300 gr

-

50 gr

50 gr

Wortel

50 gr

50 gr

Jagung muda

50 gr

50 gr

150 gr

150 gr

-

110 gr

65 gr

45 gr

malam Tumis

sawi Sawi putih

sendok

Ikan

haruan Ikan haruan

bb kuning Tahu

bb Tahu

goreng

JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 10 MARET 2018 Waktu

Menu

Bahan

Berat

Energi

Protein

Lemak

KH

makanan Pagi

Nasi tim

Nasi

400 gr

350 kkal

8 gr

-

80 gr

Ikan

Ikan

150 gr

144 kkal

20,16 gr

5,76 gr

-

haruan

haruan

78 gr

53,18

3,54 gr

2,13 gr

4,96 gr

goreng Tahu

Tahu

goreng bb

kkal

kemangi Minyak

1,56 gr

15,6 kkal

-

1,56 gr

-

25 gr

6,25 kkal

0,25 gr

-

1,25 gr

Wortel

25 gr

6,25 kkal

0,25 gr

-

1,25 gr

Nasi

150 gr

131,25

3 gr

-

30 gr

20,16 gr

5,76 gr

-

Cah labu Labu air air

Siang

Nasi tim

kkal Ikan

Ikan

haruan bb haruan kuning

150 gr

144 kkal

Sup

Wortel

100 gr

25 kkal

1 gr

-

5 gr

Kentang

105 gr

87,5 kkal

2 gr

-

20 gr

53 gr

79,5 kkal

5,3 gr

3,18 gr

7,42 gr

Minyak

5,3 gr

53 kkal

-

5,3 gr

-

Nasi tim

300 gr

262,5

6 gr

-

60 gr

sayuran

Tempe bb Tempe saos

Malam

Nasi tim

kkal Tumis

Sawi

50 gr

12,5 kkal

0,5 gr

-

2,5 gr

sawi

putih

Wortel

50 gr

12,5 kkal

0,5 gr

-

2,5 gr

Jagung

50 gr

12,5 kkal

0,5 gr

-

2,5 gr

150 gr

144 kkal

20,16 gr

5,76 gr

-

65 gr

44,32

2,95 gr

1,77 gr

4,14 gr

sendok

muda Ikan

Ikan

haruan bb haruan kuning Tahu bb Tahu goreng

kkal Minyak

Ikan peda Ikan peda

1,3 gr

13 kkal

-

1,3 gr

-

40 gr

40 kkal

5,6 gr

1,6 gr

-

6,6 gr

66 kkal

-

6,6 gr

-

1.702,85

99,87 gr

40,72 gr

221,52 gr

goreng Minyak Total

kkal

Perhitungan BDD dan penyerapan minyak bahan makanan : 1. Ikan haruan Berat mentah = berat matang x factor konversi = 150 gr x 1,2 = 180 gr BDD

= factor konversi BDD x berat mentah kotor = 64/100 x 180 gr = 115,2 gr

1. Tahu kuning goreng cetak lunak Berat mentah = berat matang x factor konversi = 78 gr x 1,1 = 85,8 gr Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Tahu kuning, goreng lunak

= 2/100 x 78 = 1,56 gr

2. Tempe goreng Berat mentah = berat matang x factor konversi = 53 gr x 1,0 = 53 gr Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Tempe goreng

= 10/100 x 53 = 5,3 gr

3. Tahu kuning goreng cetak lunak Berat mentah = berat matang x factor konversi = 65 gr x 1,1 = 71,5 gr Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Tahu kuning, goreng lunak

= 2/100 x 65 = 1,3 gr

4. Ikan kembung BDD

= factor konversi BDD x berat mentah kotor = 80/100 x 40 gr = 32 gr

Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Tahu kuning, goreng lunak

= 16,5/100 x 40 = 6,6 gr

MONITORING EVALUASI TANGGAL 11 MARET 2018

Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek Outcome

a. Kekurangan intake makanan oral b. Hb klien tergolong deficit

Indicator Outcome

Jangka pendek a. Asupan energi saat recall, 58,17 % b. Asupan protein saat recall yaitu 42,71% c. Asupan lemak saat recall yaitu 64,27% d. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 54,61% e. Nilai Hb klien yaitu 6,0 g/dl

Kriteria

Jangka pendek a. Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall energi, protein, lemak, karbohidrat dan cairan klien termasuk kategori deficit berat b. Berdasarkan nilai rujukan kadar Hb klien masuk kategori rendah

Dokumentasi

Pada kunjungan awal

Monitoring Evaluasi

Jangka pendek -

Energi 58,17% (DB)

-

Protein 42,71% (DB)

-

Lemak 64,27% (DB)

-

Karbohidrat 54,61% (DB)

-

Nilai Hb 6,0 g/dl (rendah)

Dokumentasi

Jangka pendek

Monitoring Evaluasi

a. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan telah tercapai yaitu energi 98,02%, protein 106,03%, lemak 140,65% dan karbohidrat 80,57% b. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan belum tercapai yaitu nilai Hb masih rendah.

PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (11 MARET 2018) Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

Tingkat Kons.

Interpretasi

Energi

1.702,85 kkal

2.316,216 kkal

73,52%

Deficit sedang

Protein

99,87 gr

125,59 gr

79,52%

Deficit sedang

Lemak

40,72 gr

38,60 gr

105,49%

Normal

Karbohidrat

221,52 gr

366,59

60,42%

Deficit berat

ASSESSMENT GIZI TANGGAL 11 MARET 2018

RIWAYAT PERSONAL CH.1.1 Data Personal  Klien berusia 38 tahun. CH 1.1.2 Jenis Kelamin  Klien berjenis kelamin perempuan CH.1.1.3 Suku/Etnic  Klien termasuk suku Dayak CH.1.1.4 Bahasa  Bahasa yang di gunakan adalah bahasa Indonesia CH.1.1.6 Edukasi  Klien hanya tamatan SD CH.1.1.7 Peranan dalam keluarga  Klien seorang Ibu Rumah Tangga

CH 2.1 Riwayat Medis/Kesehatan Terkait Gizi Dari Pasien CH 2.1.1 Keluhan pasien/klien terkait gizi  Ada perdarahan keluar dari vagina ± 1 bulan, lemas akibat penyakit anemia yang diderita. CH 3.1 Riwayat Sosial CH 3.1 Situasi rumah/hidup  Klien tinggal ber- 6 dalam satu rumah yang teridiri dari, suami, 2 orang anak, 1 menantu dan 1 orang cucu. CH 3.1.6 Pekerjaan

 Klien merupakan ibu rumah tangga CH 3.1.7 Agama  Klien beragama Islam

DIETERY HISTORY (RIWAYAT GIZI ) FH 1.1.1 Asupan energy FH 1.1.1.1 Asupan energy total  Asupan energy klien saat di lakukan recall yaitu 1. 702,85 kkal (73,52% dari kebutuhan energi total) Identifikasi : diketahui bahwa asupan gizi klien masuk ke dalam kategori deficit berat. FH.1.2.2 Asupan makanan FH 1.2.2.1 Jumlah makanan  Saat di lakukan recall jumlah asupan nya yaitu : f. Makanan pokok i. Nasi 300-400 gram 3x/hari ii. Kentang 105 gram 1x/hari g. Lauk hewani i. Ikan haruan bb kuning 3x/hari ii. Ikan peda goreng 1x/hari iii. Minyak 6,6 gram/hari h. Lauk nabati i. Tempe 1ptg sebanyak 40 gram 1x/hari ii. Tahu 2 ptg sebanyak 110 gram 2x/hari i. Sayuran i. Wortel sebanyak 25-100 gram 3x/hari ii. Labu air 25 gram 1xhari iii. Jagung muda 50 gram 1x/hari iv. Sawi putih 50 gram 1x/hari

FH 1.2.2.2 Jenis makanan  Makanan yang di konsumsi klien dalam bentuk makanan lunak yaitu nasi tim. FH 1.2.2.5 Variasi Makanan  Makanan yang dikonsumsi klien sudah bervariasi. FH 1.3.2 Parenteral FH 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV)  Klien diberikan infus RL 20 TPM FH 1.5 Asupan zat gizi makro FH 1.5.1 Asupan Lemak dan kolestrol FH 1.5.1.1 Lemak Total  Asupan Lemak total klien saat di lakukan recall yaitu 40,72 gr (105,49% dari total kebutuhan lemak) FH 1.5.2 Asupan Protein FH 1.5.2.1 Protein Total  Asupan protein total klien saat dilakukan recall yaitu 99,87 gr (79,52% dari total kebutuhan protein) FH 1.5.3 Asupan karbohidrat FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total  Asupan karbohidrat total klien saat dilakukan recall yaitu 221,52 gr (60,42% dari total kebutuhan karbohidrat)

Identifikasi: dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro yaitu: d. Asupan lemak total klien 40,72 gr masuk ke dalam kategori deficit berat dengan persentase 105,49% dari lemak total kebutuhan 38,60 gr. e. Asupan protein total klien 99,87 gr masuk ke dalam kategori deficit berat dengan persentase 79,52% dari protein total kebutuhan 125,59 gr. f. Asupan karbohidrat total klien yaitu 221,52 gr masuk ke dalam kategori deficit berat dengan persentase 60,42% dari karbohidrat total kebutuhan 366,59 gr. FH 2. Pemberian makanan dan zat gizi FH 2.2.1.2 Pengalaman Diet

FH 2..2.1.2.5 Alergi makanan  Pasien alergi dengan ikan patin, ayam ras dan telur ayam ras. FH 2.1.4 Pemberian makanan enteral dan parenteral FH 2.1.4.2 Akses parenteral  Klien diberikan makanan parenteral berupa infus RL 20 TPM FH 3. Penggunaan obat obatan atau obat alternative/pelengkap FH 3.1 Suplemen Obat dan Jamu FH 3.1.1 Penggunaan obat yang diresepkan  Klien mengkonsumsi obat-obatan seperti Ranitidine 2x1, Metylpredi 2x½, Ventoli nebul tahali 3x1, n-acetylcysteine. Interaksi obat ranitidine dengan penyakit pasien yaitu anemia. Obat ranitide menjadi pengganggu penyerapan zat besi dalam makanan. Obat Metylpredi apabila di barengi dengan konsumsi alcohol atau tembakau akan menyebabkan interaksi yang tidak diinginkan. Obat Ventoli nebul tahali sebaiknya dikonsumsi pada saat perut kosong dan diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Pemberiaan Bersama dengan metildopa dapat menyebabkan hipotensi. FH 4.2 Kepercayaan dan sikap FH 4.2.12 Kesukaan makanan  Klien suka mengkonsumsi hewan sungai dan sering mengkonsumsi kopi

ANTROPEMETRI AD.1.1 Komposisi/Pertumbuhan Tubuh/Riwayat Berat Badan AD.1.1.1 TB/PB  Tinggi badan estimasi klien yaitu 162,7 cm AD.1.1.2 Berat Badan  Berat badan estimasi klien yaitu 62,809 kg AD 1.1.3 Ukuran rangka (frame size)  LILA : 32 cm  LILA/U :

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 32 𝑐𝑚

x 100%

= 29,0 𝑐𝑚 = 110, 34 %  klien tergolong kategori normal

BIOKIMIA BD 1.10 Profil anemia gizi BD 1.10.1 Hemoglobin  Data hemoglobin klien 6,0 g/dL masuk ke dalam interpetasi defisit dengan nilai Hb normal 11 – 15 g/dL. BD 1.10.4 Red blood cell folate  Data erirosit klien 2,94 juta/UL masuk ke dalam interpretasi deficit dengan nilai eritrosit normal 3,50 - 5 juta/UL

FISIK KLINIS PD 1.1.Nutrition-Focused Physical Findings PD 1.1.1 Penampilan Keseluruhan  Keadaan umum klien sadar/baik  Klien dapat berkomunikasi dengan baik PD 1.1.5 Sistem Pencernaan  Klien mengalami masalah gastrointestinal seperti mual dan nyeri perut akibat penyakit maag yang diderita pasien PD 1.1.6 Kepala dan Mata  Kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang. PD 1.1.9 Tanda-Tanda Vital  Suhu tubuh klien yaitu 36,80C  Tekanan darah 90/60 mmHg  Nadi 112 x/mnt  Pernafasan 20 x/mnt  SPO2 98% Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu dalam keadaan sadar/baik. Namun, pada bagian sistem pencernaan klien mengalami gangguan gastrointestinal seperti mual dan nyeri perut terkait penyakit klien yaitu maag. Tekanan darah klien termasuk rendah dan nadi pasien tinggi yang menandakan bahwa pasien mengalami infeksi.

DIAGNOSA GIZI TANGGAL 11 MARET 2018 Domain Intake 1. NI -2.2.1 Kekurangan makanan dan minuman oral berkaitan dengan factor fisiologis dibuktikan dengan asupan energi dan protein dalam kategori deficit sedang dan karbohidrat dalam kategori deficit berat. 2. NI -5.5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (Energi dan Protein) berkaitan dengan peningkatan kebutuhan zat gizi akibat perdarahan pervaginaan dibuktikan dengan nilai Hb 6,0 g/dl. Domain Klinik 1. NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien dibuktikan dengan pasien mengalami mual dan nyeri perut. 2. NC 2.2.2 Perubahan nilai laboratorium khusus berkaitan dengan data biokimia pasien dibuktikan dengan Hb pasien yaitu 6,0 g/dl. 3. NC 2 .2.3 Interaksi obat dan makanan berkaitan dengan pemberian obat dan makanan yang menyebabkan interaksi yang tidak diinginkan dibuktikan dengan pasien diberi ranitidine (obat maag) padahal obat tersebut merupakan penghambat penyerapan zat besi.

Prioritas Diagnosa Gizi Dari 3 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake karena pasien memiliki kekurangan intake makanan dan minuman oral pada zat gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan. Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi, karbohidrat, lemak dan protein mengalami defisit berat. Oleh karena itu, klien perlu menerapkan edukasi atau konseling gizi mengenai pengaturan asupan makanan atau perubahan pola makan serta perilaku yang sesuai dengan kebutuhan seimbang klien. Jadi, untuk itu klien harus meningkatkan asupan Energi dan zat gizi makro seperti, protein, karbohidrat, lemak dan cairan. Perubahan pola makan seperti mengurangi mimunan kopi dikarenakan dapat kopi mengandung zat tannin yang dapat menghmbat penyerapan zat besi. Konsumsi kopi sangat tidak disarankan apabila diketahui pasien dalam kondisi kekurangan zat besi (anemia). Serta meningkatkan asupan zat gizi mikro seperti fe melalui

transfuse darah ataupun makanan sehingga anemia yang diderita klien berangsur membaik dan pulih.

INTERVENSI GIZI UNTUK HARI MINGGU 11 MARET 2018

Tujuan Diet Jangka pendek 1-2 hari : 1. Meningkatkan secara bertahap sebanyak 80% asupan makanan dan minuman oral meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat dan cairan yang sesuai dengan kebutuhan klien. 2. Memberikan makanan yang dapat memperbaiki anemia dan susp mioma uteri klien dari segi masukan dan penyembuhan Jenis Diet “Energi Tinggi Protein Tinggi I (ETPT I) ” Perhitungan Zat Gizi Dan Cairan Diketahui : BBA estimasi = (2.001 x LILA ) -1.223 = (2.001 x 32 cm) – 1.223 = 62,809 kg TB estimasi

= (1,35 x demispan ) + 60,1 = (1,35 x 76 cm ) + 60,1 = 162,7 cm

*Diketahui : n: umur klien 38 tahun 

LLA/U =

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

x 100%

32 𝑐𝑚

= 29,0 𝑐𝑚 = 110, 34 %  klien tergolong kategori normal 

BBI

= (TB-100) – 10% (TB-100) = (162,7 – 100) – 10% (162,7 – 100) = 62,7 – 6,27 = 56,43 kg



Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makro BEE (wanita) = 655,1 + 9,56.BB + 1,85.TB – 4,68.U

= 655,1 + 9,56 x 62,809 + 1,85 x 162,7 – 4,68 x 38 = 655,1 + 600,45+ 300,99 – 177,84 = 1.378,7 kkal 1. Kebutuhan energi total = FA (1,2) x BEEx FI(1,4) = 1,2 x 1. 378,7 x 1,4 = 2.316,216 kkal Ingin meningkatkan sebanyak 80% menjadi 1.852,97 kkal.  ±5 %= 92,65 kkal (1.760,32 – 1.945,62) kkal 2. Protein = =

21,69% 𝑥 𝑇𝐸 4 21,69% 𝑥 2316,216 4

= 125,59 gram Ingin meningkatkan sebanyak 80% menjadi 100,47 gram.  ±5% = 5,02 gram (95,45 – 105,49) gram

3. Lemak = =

15% 𝑥 𝑇𝐸 9 15% 𝑥 2316,216 9

= 38,60 gram Ingin meningkatkan sebanyak 80% menjadi 30,88 gram.  ±5%= 1,54 gram (29,34 – 32,42) gram

4. Karbohidrat = =

63,31% 𝑥 𝑇𝐸 4 63,31% 𝑥 2316,216 4

= 366,59 gram Ingin meningkatkan sebanyak 80% menjadi 293,27 gram.  ±5% 

= 14,66 gram (278,61 – 307,93) gram

BBA = 62,809 kg 10 kg pertama = 10 x 100 = 1000 10 kg kedua

= 10 x 50 = 500

Sisa BB

= 42,809 x 20 = 856,18 + 2.356,18 ml

Kebutuhan cairan : Cairan = 2.356,18 ml atau 2,3 liter/hari 

Kebutuhan Zat Gizi Mikro 𝐵𝐵𝐴

5) Besi

= 𝐵𝐵 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x Besi (Akg) =

62,809 55

x 13 mg

= 14,85 mg



6) Vitamin C

= 75 mg

7) Vitamin B12

= 2,4 mg

8) Folat

= 400 mg

Menghitung infus RL 20 TPM Cairan infus RL = 20 x 60 x 24 = 28.800/20 = 1.440 cc Kandungan gizi infus RL : a) Na

= 1,44 x 130 = 187,2 mEq/L

b) Cl

= 1,44 x 5

= 7,2 mEq/L

c) K

= 1,44 x 4

= 5,76 mEq/L

d) Ca

= 1,44 x 3

= 4,32 mEq/L

e) Tekanan osmolaritas = 393,12 mOsm/L Prinsip Diet 1. Energi tinggi 2. Protein tinggi 3. Lemak cukup 4. Karbohidrat cukup 5. Cairan cukup Syarat Diet 1. Energi tinggi, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

2. Protein tinggi, yaitu 15% dari kebutuhan energi total. Ditujukan Karena protein dapat mengganti sel yang rusak dan membentuk sel baru yang berguna pada pasien yang mengalami infeksi. Sehingga protein juga berfungsi sebagai zat pembangun terutama sel otot. 3. Lemak cukup, yaitu 21,69% dari kebutuhan energi total. Ditujukan sebagai sumber tenaga serta bahan bakar di dalam tubuh. 4. Karbohidrat tinggi, yaitu 63,31% dari kebutuhan energi total. Peran penting karbohidrat yaitu untuk proses metabolisme serta proses pembentukkan jaringan sel, struktur dan juga organ-organ dalam tubuh 5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal 6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna 7. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama Bentuk Makanan  Makanan lunak (nasi tim) Frekuensi  3 kali makanan utama (pagi,siang,malam) Rute  Oral Edukasi Materi : Diet Energi Tinggi Protein Tinggi I Sasaran : pasien dan keluarga pasien yang menunggu Waktu : edukasi diberikan dalam waktu 7 menit Tempat : Ruang Cempaka Kelas III (B 12) Metode : penyuluhan individu dan konsultasi gizi Alat bantu : leaflet Materi : Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling untuk tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dan tanyakan apakah pasien ada mengkonsumsi makanan dari luar. Menanyakan alasan apabila pasien tidak menghabiskan makanannya dan tanyakan kondisi pasien sekarang. Pujilah pasien apabila menghabiskan makanan yang diberikan dan memberi motiviasi agar pasien lekas sembuh. Berikan informasi tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pasien sesuai diet ETPT I dan sesuai dengan penyakit pasien.

PERENCANAAN MENU A. Pembagian Kedalam Penukar 

Energi = 1.852,97 kkal (1.760,32 – 1.945,62) kkal



Protein = 100,47gram (95,45 – 105,49) garm



Lemak = 30,88 gram (29,34 – 32,42) gram



Karbohidrat = 293,27 gram (278,61 – 307,93) gram Bahan

Penukar Energi

Protein Lemak Karbohidrat

6P

24 gr

-

240 gr

49 gr

14 gr

-

20 gr

12 gr

28 gr

Makanan Makanan

1050

Pokok Lauk

kkal 7P

350

Hewani Lauk

kkal 4P

300

Nabati

kkal

Sayuran

3P

75 kkal 3 gr

-

15 gr

Buah

2P

100

-

24 gr

50 kkal -

5 gr

-

1.925

31 gr

-

kkal Minyak

1P

Jumlah

96 gr

kkal C. Pembagian Penukar Dalam Sehari Bahan Makanan

Penukar

Pagi

Siang

Malam

Makanan Pokok

6P

2

2

2

Lauk Hewani

7P

2





Lauk Nabati

4P



1



Sayuran

3P

1

1

1

Buah

2P

-

2

-

Minyak

1P

½

-

½

307 gr

PENUKAR PAGI 30% Bahan

Penukar

Energi

Protein

Lemak

KH

2

350 kkal

8 gr

-

80 gr

Lauk hewani

2

100 kkal

14 gr

4 gr

-

Lauk nabati



112,5 kkal

7.5 gr

4,5 gr

10,5 gr

Sayur

1

25 kkal

1 gr

-

5 gr

Buah

-

-

-

-

-

Minyak

½

25 kkal

-

2,5 gr

-

612,5 kkal

30,5 gr

11 gr

95,5 gr

makanan Makanan pokok

Total

PENUKAR SIANG 40% Bahan

Penukar

Energi

Protein

Lemak

KH

2

350 kkal

8 gr

-

80 gr

Lauk hewani



125 kkal

17,5 gr

5 gr

-

Lauk nabati

1

75 kkal

5 gr

3 gr

7 gr

Sayur

1

25 kkal

1 gr

-

5 gr

Buah

2

100 kkal

-

-

24 gr

Minyak

-

-

-

-

-

675 kkal

31,5 gr

8 gr

116 gr

makanan Makanan pokok

Total

PENUKAR MALAM 30% Bahan

Penukar

Energi

Protein

Lemak

KH

2

300 kkal

8 gr

-

80 gr



125 kkal

17,5 gr

5 gr

-

makanan Makanan pokok Lauk hewani

Lauk nabati



112,5 kkal

7,5 gr

4,5 gr

10,5 gr

Sayur

1

25 kkal

1 gr

-

5 gr

Buah

-

-

-

-

-

Minyak

½

12,5 kkal

-

1,25 gr

-

575 kkal

34 gr

10,75 gr

95,5 gr

Total

Perencanaan Menu Dalam Sehari Waktu

Menu

Bahan Makanan Berat

Penukar

Pagi

Nasi tim

Nasi tim

400 gr

2P

Ikan haruan

Ikan haruan

125 gr

2P

60 gr

1½P

Minyak

1,25 gr

¼P

Kacang panjang

50 gr

½P

Wortel

50 gr

½P

Minyak

1,25 gr

¼P

Nasi tim

Nasi tim

400 gr

2P

Ikan haruan

Ikan haruan

156,25 gr

2½P

Tahu

Tahu bumbu

110 gr

1P

Gambas bening

Wortel

100 gr

1P

Gambas

50 gr

½P

Buah

Semangka

110 gr

2P

Nasi tim

Nasi tim

300 gr

1½P

Sup sayuran

Kentang

50 gr

½P

Wortel

100 gr

1P

Ikan haruan

156,25 gr

2½P

06.30 WIB

Tumis

tempe

bawang Tempe

bombai

Oseng kacang panjang

Siang 10.00 WIB

Sore 16.00 WIB

Ikan haruan

Bacem tempe goreng

Tempe

60 gr

1½ P

Minyak

2,5 gr

½P

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI PEMORSIAN HARI 2 (11 MARET 2018) Waktu

Makan pagi

Menu

Bahan

Pemorsian

Asupan

Sisa

masakan

makanan

Nasi tim

Nasi

400 gr

400 gr

-

132 gr

132 gr

-

63 gr

63 gr

-

50 gr

17 gr

33 gr

Wortel

50 gr

50 gr

-

Nasi

400 gr

400 gr

400 gr

159 gr

150 gr

-

Gambas

50 gr

50 gr

-

Wortel

100 gr

100 gr

-

Tahu bumbu

Tahu

112 gr

112 gr

-

Pisang

Pisang

121 gr

121 gr

-

Ikan

haruan Ikan haruan

goreng Tumis tempe Tempe bawang bombai Oseng kacang Kacang panjang

Makan siang

Nasi tim Ikan

panjang

haruan Ikan haruan

bb kuning Gambas bening

mahuli Makan

Nasi tim

Nasi tim

300 gr

187 gr

113 gr

Sup sayuran

Kentang

105 gr

43 gr

62 gr

Wortel

100 gr

100 gr

-

150 gr

150 gr

-

malam

Ikan

haruan Ikan haruan

bb kuning

Bacem tempe Tempe

78 gr

78 gr

-

goreng

JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 11 MARET 2018 Waktu

Menu

Bahan

Berat

Energi

Protein

Lemak

KH

makanan Pagi

Nasi tim

Nasi

400 gr

350 kkal

8 gr

-

80 gr

Ikan

Ikan

132 gr

126,73

17,74 gr

5,07 gr

-

haruan bb haruan

kkal

kuning Tumis

Tempe

63 gr

94,5 kkal

6,3 gr

3,78 gr

8,82 gr

Minyak

6,3 gr

63 kkal

-

6,3 gr

-

Oseng

Kacang

17 gr

4,25 kkal

0,17 gr

-

0,85 gr

kacang

panjang

Wortel

50 gr

12,5 kkal

0,5 gr

-

2,5

Minyak

9,78 gr

97,8 kkal

-

9,78 gr

-

Nasi tim

Nasi

400 gr

350 kkal

8 gr

Ikan

Ikan

159 gr

152,63

21,36 gr

6,10 gr

-

tempe bawang bombai

panjang

Siang

haruan bb haruan

-

80 gr

kkal

kuning Gambas

Gambas

50 gr

-

-

-

-

Wortel

100 gr

25 kkal

1 gr

-

5 gr

Tahu

112 gr

76,36

5,09 gr

3,05 gr

7,13 gr

bening

Tahu bumbu

kkal

Pisang

Pisang

121 gr

121 kkal

-

-

29,04 gr

Nasi

187 gr

163,63

3,74 gr

-

37,4 gr

0,82 gr

-

8,19 gr

mahuli Malam

Nasi tim

kkal Sup

Kentang

43 gr

sayuran

Ikan

35,83 kkal

Wortel

100 gr

25 kkal

1 gr

-

5 gr

Ikan

150 gr

144 kkal

20,16 gr

5,76 gr

-

Tempe

78 gr

117 kkal

7,8 gr

4,68 gr

10,92 gr

Minyak

7,8 gr

78 kkal

-

7,8 gr

-

2.037,23

101,68 gr

52,32 gr

274,85 gr

haruan bb haruan kuning Bacem tempe goreng

Total

kkal

Perhitungan BDD dan penyerapan minyak bahan makanan : 1. Ikan haruan Berat mentah = berat matang x factor konversi = 132 gr x 1,2 = 158,4 gr BDD

= factor konversi BDD x berat mentah kotor = 64/100 x 158,4 gr = 101,38 gr

2. Ikan haruan Berat mentah = berat matang x factor konversi = 150 gr x 1,2 = 180 gr BDD

= factor konversi BDD x berat mentah kotor = 64/100 x 180 gr = 115,2 gr

3. Ikan haruan Berat mentah = berat matang x factor konversi = 159 gr x 1,2 = 190,8 gr

BDD

= factor konversi BDD x berat mentah kotor = 64/100 x 190,8 gr = 122,11 gr

4. Tahu kuning goreng cetak lunak Berat mentah = berat matang x factor konversi = 112 gr x 1,1 = 123,2 gr Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Tahu kuning, goreng lunak

= 2/100 x 123,2 = 2,46 gr

5. Tempe goreng Berat mentah = berat matang x factor konversi = 63 gr x 1,0 = 63 gr Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Tempe goreng

= 10/100 x 63 = 6,3 gr

6. Bacem tempe goreng Berat mentah = berat matang x factor konversi = 78 gr x 1,0 = 78 gr Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Bacem tempe goreng

= 10/100 x 78 = 7,8 gr

7. Wortel tumis Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Wortel tumis

= 13/100 x 50 = 6,5 gr

8. Kacang panajng tumis Penyerapan minyak

= % serapan x berat makanan matang

Bacem tempe goreng

= 19,3/100 x 17 = 3,28 gr

PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (12 MARET 2018) Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

Tingkat Kons.

Interpretasi

Energi

2.037,23 kkal

2.316,216 kkal

87,95%

Deficit ringan

Protein

101,68 gr

125,59 gr

80,96%

Deficit ringan

Lemak

52,32 gr

38,60 gr

135,54%

Di

atas

kebutuhan Karbohidrat

274,85 gr

366,59

74,97%

Deficit sedang

MONITORING EVALUASI TANGGAL 12 MARET 2018 Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek Outcome

c. Kekurangan intake makanan oral d. Hb klien tergolong deficit

Indicator Outcome

Jangka pendek f. Asupan energi saat recall, 73,52% g. Asupan protein saat recall yaitu 79,52% h. Asupan lemak saat recall yaitu 105,49% i. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 60,42% j. Nilai Hb klien yaitu 6,0 g/dl

Kriteria

Jangka pendek c. Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall energi, protein, dan karbohidrat klien termasuk kategori deficit. d. Berdasarkan nilai rujukan kadar Hb klien masuk kategori rendah

Dokumentasi

Pada kunjungan awal

Monitoring Evaluasi

Jangka pendek -

Energi 73,52% (DS)

-

Protein 79,52% (DS)

-

Lemak 105,497% (N)

-

Karbohidrat 60,42% (DB)

-

Nilai Hb 6,0 g/dl (rendah)

Dokumentasi

Jangka pendek 3 hari

Monitoring Evaluasi

c. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan telah tercapai yaitu energi 109,94%, protein 101,20%, lemak 169,43% dan karbohidrat 93,72% d. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang

direncanakan

belum

tercapai

peningkatan nilai Hb menjadi 9,9 g/dl.

namun

terjadi

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian anemia Anemia didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah sesuai batas yang direkomendasikan (WHO, 2007). Anemia gizi merupakan kekurangan zat besi dalam tubuh, merupakan masalah gizi yang paling tinggi di Indonesia, selain itu mempengaruhi pembentukan hemoglobin yaitu besi, protein, vitamin C, Piridoksin, vitamin E (Almatsier, 2009). Anemia Gizi Besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar besi dalam darah. Semakin berat kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia yang diderita (Gibney,2008). Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari penyakit lainnya (Kiswari,2014). Anemia berarti kurang darah. Fungsi sel darah merah sebenarnya dijalankan oleh hemoglobin dan akibat yang ditimbulkan oleh anemia sebenarnya adalah konsekuensi dari kurangnya hemoglobin untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke berbagai jaringan, maka anemia diartikan sebagai keadaan dengan konsentrasi hemoglobin kurang dari normal (Sadikin, 2002). Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin dalam darah kurang dari 13,5g/dl pada laki-laki dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa. Umur 3 bulan sampai akil balik kurang dari 11,0 g/dl menunjukkan anemia. Bayi yang baru lahir mempunyai kadar hemoglobin tinggi 15,0 g/dl dianggap sebagai batas terendah waktu lahir. Penurunan hemoglobin biasanya disertai oleh penurunan jumlah sel darah merah dan hematokrit. Pada sebagian pasien dengan anemia yang betul-betul berat bisa tanpa gejala sedangkan orang lain dengan anemia ringan bisa sangat lemah (Hoffbrand, 2005). Gejala anemia dapat timbul apabila hemoglobin menurun kurang dari 7 atau 8 gr/dl. Berat ringannya gejala tergantung pada: beratnya penurunan kadar hemoglobin, kecepatan penurunan hemoglobin, umur, adanya kelainan kardiovaskuler (Bakta,2006).

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2008). Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007). Menurut Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik, penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi Zat besi (Murgiyanto, 2006). Menurut Wirakusumah, anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin di bawah normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah

merah

hipokrommikrositer, kadar besi serum dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Oppusungu, 2009). Menurut Soekirman, anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah, dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi saja ( tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru (Wulansari, 2006).

B. Etiologi Menurut Mansjoer (2008), etiologi anemia, meliputi : a. Asupan besi yang berkurang pada jenis makanan yang mengandung Fe. b. Kehilangan/pengeluaran besi berlebihan pada perdarahan saluran cerna kronis. c. Kebutuhan energi dan zat besi yang meningkat oleh karena pertumbuhan pada bayi, remaja, dan ibu hamil. d. Asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat. Klasifikasi anemia menurut etiologi penyebab utamanya a. Meningkatnya kehilangan sel darah merah Kehilangan sel darah merah disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma, atau akibat perdarahan kronis karena polip pada kolon, penyakit-penyakit keganasan, hemoroid, atau menstruasi. b. Penurunan atau gangguan pembentukan sel (Muttaqin, 2009). Penyebab Umum Anemia Gizi Besi Zat gizi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi besi adalah zat besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi lain, seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin, dan trace elements lainnya. Itulah sebabnya anemia gizi sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Wirakusumah (1998) menyatakan secara umum, faktor utama yang menyebabkan anemia gizi besi adalah; 1. Kurangnya konsumsi zat besi dan zat gizi lainnya yang berasal dari makanan terkait proses pembentukan sel darah merah. Apabila zat-zat gizi tersebut tidak terpenuhi kecukupannya berdampak terhadap kurangnya prosuksi sel darah merah dalam tubuh sehingga mengakibatkan anemia. 2. Tidak terpenuhinya kebutuhan zat besi selama masa kehamilan sebab rendahnya absorpsi zat besi yang ada dalam makanan ke dalam tubuh. Pangan protein nabati sebagai sumber zat besi non heme memiliki penyerapan yang lebih rendah dibandingkan dengan pangan protein hewani sebagi sumber zat besi heme. Zat besi non heme harus dibantu penyerapannya dengan vitamin C. Oleh karena itu tingkat kecukupan vitamin C harus terpenuhi tingkat kecukupannya agar penyerapannya optimal dan terhindar dari anemia. 3. Pendarahan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak sel darah merah. Pendarahan dapat terjadi secara mendadak dan dalam jumlah banyak yang bisa disebut pendarahan ekternal. Selain itu, pendarahan kronis juga dapat mengakibatkan

kehilangan sel darah merah dalam jumlah banyak. Yang dimaksud pendarahan kronis adalah pendarahan yang sedikit demi sedikit, tetapi berlangsung secara terus menerus. Pendarahan jenis ini dapat disebabkan oleh wasir, atau peptik ulser. 4. Investasi cacing tambang pada masyarakat di daerah tertentu menyebabkan banyak darah yang keluar, karena cacing tambang menghisap darah. Selain itu, pada gadis remaja dan wanita dewasa, kehilangan darah dalam jumlah banyak bisa terjadi akibat menstruasi. Penyebab Anemia Ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu : (Arisman, 2008). a. Kehilangan darah secara kronis Pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan akibat penyakit atau akibat pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama haid banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Selain itu, kehilangan zat besi dapat diakibatkan karena perdarahan selama persalinan dan setelah persalinan. b. Asupan dan serapan tidak adekuat Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%. Sebagian besar penduduk di Negara yang sedang berkembang tidak mampu menghadirkan bahan makanan tersebut. Kebiasaan konsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah. c. Peningkatan kebutuhan Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air seni dan kulit. Berdasarkan jenis kelamin, kehilangan zat besi untuk pria dewasa mendekati 0,9 mg dan 0,8 mg untuk wanita. Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan zat besi,serta peningkatan adaptif jumlah persentasi zat besi yang terserap melalui saluran cerna. Namun, jika cadangan zat besi sangat sedikit sedangkan kandungan dan serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi pada masa-masa ini menjadi sangat penting.

C. Tanda-tanda anemia Gejala atau tanda-tanda yang dapat dilihat menurut Helen Varney (2009), adalah : a. Letih, mengantuk, malas b. Lemah c. Sakit kepala d. Kulit pucat e. Kehilangan nafsu makan, mual, muntah. Gejala umum anemia, disebut juga sebagai mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb <7 g/dl). Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu cepat Lelah, telingan mendinging, mata berkunag-kunang kaki terasa dingin dan sesak nafas. Pada pemeriksaan pasien tampak pucat yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah kuku ( Bakta, 2001).

D. Batasan Anemia Menurut Manuaba (2010), batasan anemia adalah sebagai berikut: 1. Tidak anemia Hb > 11 gr % b. 2. Anemia Ringan Hb 9-10 gr % 3. Anemia Sedang Hb 7-8 gr % 4. Anemia Berat Hb < 7 gr %

E. Macam-macam Anemia Menurut Prawirohardjo (2009), macam-macam anemia adalah sebagai berikut: a. Anemia defisiensi besi Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan absorbsi, atau terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan (Prawirohardjo, 2009). b. Anemia megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering ditemukan pada wanita yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein hewani tinggi (Walsh,2008). c. Anemia hemolitik Adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya (Prawirohardjo, 2009). d. Anemia Hipoplastik dan Aplastik Adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel

darah yang baru (Prawirohardjo 2005). Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukimia, dan gangguan imunologis (Myles, 2009).

F. Penyebab Anemia Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah (Almatsier, 2009). Penyebab lainnya kurangnya asupan zat besi adalah karena pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi (non heme iron). Sedangkan daging dan protein hewani lain (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi (Sediaoetama, 2003).

G. Penyerapan zat Besi Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya. Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status zat besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%. Penyerapan zat besi di dalam usus yang kurang baik (terganggu) juga merupakan penyebab terjadinya anemia (Gibney,2008). a. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Penyerapan Zat besi : Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh kombinasi makanan yang disantap pada waktu makan ( De Maeyer,1993). Faktor-faktor tersebut diantaranya : 1. Zat Pemacu (enchanchers) Zat Besi : - Vitamin C (Askorbat) pada buah - asam malat dan tartarat pada sayuran, seperti : wortel, brokoli, tomat, kol, labu kuning - Asam amino cystein pada daging sapi, kambing, ayam, hati, ikan. Suatu hidangan yang mengandung salah satu atau lebih dari jenis makanan tersebut akan membantu optimalisasi penyerapan zat besi. 2. Zat Penghambat (Inhibitors) Zat Besi -Fitat yang terdapat pada dedak, katul, jagung kedelai, kacang - kacangan. - Polizat besinol (termasuk tanin) ada teh, kopi, dan bayam. Zat kapur/ kalsium pada susu, keju. (Soekirman,2000).

H. Penyerapan Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu : 1) Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat. 2) Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan penyerapan Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah diserap oleh mukosa usus. 3) Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat meningkatkan bsorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 – 50 persen. 4) Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentukny kompleks besi fosfat yang tidak dapat diserap. 5) Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe a) Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe b) Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe. c) Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe.

I. Pemeriksaan Lab Kadar Hb Hemoglobin (Hb) Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L Deskripsi: Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah. Penurunan protein Hb normal tipe A1, A2, F (fetal) dan S berhubungan dengan anemia sel sabit. Hb juga berfungsi sebagai dapar melalui

perpindahan klorida kedalam dan keluar sel darah merah berdasarkan kadar O2 dalam plasma (untuk tiap klorida yang masuk kedalam sel darah merah, dikeluarkan satu anion HCO3). Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit paru-paru, olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL menunjukkan anemia. Pada penentuan status anemia, jumlah total hemoglobin lebih penting daripada jumlah eritrosit Implikasi klinik : a. Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan. b. Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi. c. Konsentrasi Hb berfl uktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar. d. Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia. Faktor pengganggu e. Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb demikian juga Hct dan sel darah merah. f. Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb g. Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai aktif) h. Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat peningkatan volume plasma i. Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang dapat meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa j. Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb Hal yang harus diwaspadai k. Implikasi klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb, Hct dan sel darah merah. Kondisi gangguan produksi eritrosit dapat menyebabkan penurunan nilai ketiganya.

l. Nilai Hb 20g/dL memicu kapiler clogging sebagai akibat hemokonsenstrasi Tatalaksana Manajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya nilai hemoglobin. Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut, transfuse merupakan terapi pilihan. Dalam situasi terjadi kekurangan atau penurunan nutrisi maka diperlukan penggantian besi, vitamin B12 atau asam folat. Pada penurunan fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika, anemia biasanya terjadi karena menurunnya produksi eritropoetin sehingga terapi yang tepat adalah pemberian eritropoetin, namun apabila ada kendala biaya yang mahal, dapat diganti dengan tranfusi darah. Jika anemia terjadi akibat menurunnya produksi eritropoetin maka terapi penggantian eritropoetin dapat mengurangi kebutuhan tranfusi. Eritrosit (sel darah merah) Nilai normal: Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L Deskripsi: Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk bikonkaf juga memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih mudah melewati kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit. Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (sistem retikuloendotelial). Proses eritropoiesis pada sumsum tulang melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Hemocytoblast (prekursor dari seluruh sel darah); 2. Prorubrisit (sintesis Hb); 3. Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb meningkat); 4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa Hb meningkat; 5. Retikulosit (inti diabsorbsi); 6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti). Implikasi klinik : • Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta respon terhadap terapi anemia • Jumlah sel darah merah menurun pada pasien

anemia leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral. • Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi. (Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011) J. Hemoglobin Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin tidak selalu meningkat atau menurun bersamaan ( Kee, 2008). Seseorang mengalami kekurangan darah atau tidak dapat diketahui dengan mengukur kadar hemoglobin.Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah, suatu kondisi yang disebut anemia ( Kiswari,2014). Kandungan hemoglobin dalam sel darah merah bervariasi pada periode kehidupan yang berbeda. Saat lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi daripada periode lain dan turun pada periode pascanatal dini. Angka 10,0 sampai 11,0 gr/dl merupakan angka normal untuk bayi yang berusia 3 bulan (McPherson, 2004). Hemoglobin adalah pigmen pengangkut oksigen utama dan terdapat di eritrosit. Hemoglobin adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm. Sel darah merah dalam konsentrasi tertentu mengalami

lisis,

terjadi

pembebasan

hemoglobin

yang

dapat

diukur

secara

spektrofotometer pada panjang gelombang ini, yang konsentrasinya setara dengan densitas optis. Semua bentuk hemoglobin, termasuk oksihemoglobin, deoksihemoglobin, methemoglobin, dan karboksihemoglobin, diubah menjadi suatu bentuk yang stabil. Perubahan menjadi sianmethemoglobin adalah metode yang paling luas digunakan karena reagen dan instrument dapat dengan mudah dikontrol terhadap standart yang stabil dan handal. Laki-laki 13,5 gr/dl – 18,0 gr/dl Perempuan 12,0 gr/dl - 16,0 gr/dl (McPherson, 2004). Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin rendah yaitu kehilangan darah misalnya sering mimisan, menstruasi banyak, wasir berdarah, perdarahan tukak lambung (Ide, 2007).

K. Transfuse darah Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang

akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010). Proses transfusi darah harus memenuhi persyaratan yaitu aman bagi penyumbang darah dan bersifat pengobatan bagi resipien. Transfusi darah bertujuan memelihara dan mempertahankan kesehatan donor, memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap bermanfaat, memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah), mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, meningkatkan oksigenasi jaringan, memperbaiki fungsi hemostatis, tindakan terapi kasus tertentu (PMI, 2007). Dasar-dasar pemberian transfusi darah secara rasional adalah pemilihan bahan transfusi yang tepat, jumlah sesuai dengan kebutuhan, pada saat yang tepat dan dengan cara yang benar, tepat klien dan waspada efek samping yang terjadi. Sehubungan dengan hal tersebut petugas kesehatan yang mempunyai kewenangan pemberian transfusi darah perlu memahami tentang transfusi darah antara lain berbagai komponen darah, manfaat masing-masing komponen,sirkulasi peredaran darah, stabilitas dan umur berbagai komponen darah dalam tubuh serta adanya indikasi transfusi itu sendiri. Ada 5 indikasi umum transfusi darah adalah sebagai berikut : a. Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih terus terjadi. b. Anemia berat. c. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai tambahan dari pemberian antibiotik). d. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena komponen darah spesifik yang lain tidak ada. e. Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat

L. Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri atas otot polos dengan beberapa jaringan ikat. Kira-kira 95% berasal dari korpus uteri dan 5% dari serviks. Hanya kadangkadang saja berasal dari tuba fallopi atau ligamentum rotundum. Mioma uteri adalah tumor pelvis yang paling sering terjadi pada kira-kira 25% wanita kulit putih dan 50% kulit hitam

pada umur 50 tahun ( Benson & Pernoll, 2008 : 548). Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium dan merupakan tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun. Angka kejadiannya diperkirakan 3 dari 10 wanita berusia > 30 tahun menderita mioma uteri ( Endjun, 2008 : 271). Menurut (Anwar, 2011) tanda dan gejala mioma uteri yaitu : 1) Perdarahan abnormal uterus Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. 2) Nyeri Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subrerosa dari kavum uteri. 3) Efek tekanan Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum (prawiroharjo 2011).

M. Diet ETPT I Diet ETPT merupakan singkatan dari Diet Energi Tinggi Protein Tinggi. Diet ini sering juga disebut Diet TKTP atau Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein. Diet ETPT adalah diet yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal seseorang. Biasanya, Diet ETPT diberikan seperti makanan biasa akan tetapi disertai dengan bahan makanan sumber protein tinggi, misalnya susu, telur, dan daging. Diet ETPT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Selain itu, diet ETPT dapat digunakan untuk menambah berat badan agar kembali mencapai berat badan normal. Pasien yang mendapat Diet ETPT adalah pasien dengan indikasi KEP (Kurang Energi Protein), luka bakar berat, hipertiroid, hamil, post-partum, sebelum dan setelah

operasi tertentu, trauma, pasien yang sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi, ataupun keadaan lainnya dimana kebutuhan energi dan protein meningkat. Syarat Diet ETPT diantaranya energi tinggi (40-45 kkal/kg berat badan), protein tinggi (2.0 – 2.5 g/kg berat badan), lemak cukup (10-25% dari kebutuhan energi total), karbohidrat cukup, serta vitamin dan mineral cukup (sesuai kebutuhan). Terdapat dua macam Diet ETPT, yaitu Diet ETPT I dan II. Perbedaannya adalah kandungan energi dan proteinnya. Diet ETPT I mengandung energi 2600 kkal dan protein 100 gram (2 g/kg berat badan), sedangkan Diet ETPT II mengandung energi 3000 kkal dan protein 125 gram (2.5 g/kg berat badan). Diet ETPT memang mengandung kalori yang tinggi, akan tetapi bukan berarti kalori yang dikonsumsi sembarangan dan hanya mengedepankan jumlahnya. Terdapat bahan makanan yang tidak dianjurkan dalam Diet ETPT ini makanan yang diolah dengan banyak minyak atau kelapa/santan kental serta minuman rendah energi. Penggunaan bumbu yang tajam seperti cabe dan merica juga tidak dianjurkan dalam diet ini. (Almatsier S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): Grameda Pustaka Utama)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN (TABEL,GRAFIK) A. HASIL Asuhan Gizi Hari I (9 Maret 2018) Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Zat Gizi

Asupan

Kebutuhan

Makanan

Tingkat Kons. Interprestasi (%)

Energi (kkal)

1.347,54 kkal

2.316,216 kkal

58,17%

Defisit berat

Protein (gram)

53,64 gr

125,59 gram

42,71%

Defisit berat

Lemak (gram)

24,81 gr

38,60 gram

64,27%

Defisit berat

Karbohidrat

200,22 gr

366,59 gram

54,61%

Defisit berat

(gram) Data Antropometri -

TB estimasi

: 162,7 cm

-

BB estimasi

: 62,809 kg

-

LILA

: 32 cm

-

LILA/ U

: hasil pengukuran X 100% Nilai standar : 32 cm/ 29,0 = 110, 34 % (gizi baik)

Data Biokimia Data laboratorium

Hasil lab

Nilai normal

Interpretasi

Hb

6,0 gr/dl

11 – 15 dr/dl

Deficit

Eritrosit

2,94 juta/UL

3,50 – 5 juta/UL

Deficit

Data Fisik/Klinis -

Keadaan umum

: Sadar penuh

-

Suhu

: 36,8 0C

-

Tekanan darah

: 90/60 mmHg

-

Nadi

: 112x/mnt

-

Pernafasan

: 20x/mnt

-

SPO2

: 98%

Obat yang Digunakan : Nama Obat

Indikasi

Infus RL 20 TPM

Memenuhi kebutuhan cairan d an elektrolit tubuh

Ranitidine 2x1

Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam lambung. Konsumsi bersamaan dengan makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% dan konsentrasi puncak dalam serum menurun hingga 432613 ng/ml serta mengganggu absorpsi Fe.

Pro transfuse WB 1 Kolf

Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia

Metylpredi 2x½

Obat untuk mengatasi peradangan (inflamasi)

Ventoli nebul tahali 3x1

Untuk mengobati penyakit saluran pernafasan seperti asthma bronchitis

n-acetylcysteine

Untuk mengobati penyakit saluran pernafasan

Asuhan gizi hari II (11 Maret 2018) Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek Outcome

e. Kekurangan intake makanan oral f. Hb klien tergolong deficit

Indicator Outcome

Jangka pendek k. Asupan energi saat recall, 58,17 % l. Asupan protein saat recall yaitu 42,71% m. Asupan lemak saat recall yaitu 64,27% n. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 54,61% o. Nilai Hb klien yaitu 6,0 g/dl

Kriteria

Jangka pendek e. Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall energi, protein, lemak, karbohidrat dan cairan klien termasuk kategori deficit berat f. Berdasarkan nilai rujukan kadar Hb klien masuk kategori rendah

Dokumentasi

Pada kunjungan awal

Monitoring Evaluasi

Jangka pendek -

Energi 58,17% (DB)

-

Protein 42,71% (DB)

-

Lemak 64,27% (DB)

-

Karbohidrat 54,61% (DB)

-

Nilai Hb 6,0 g/dl (rendah)

Dokumentasi

Jangka pendek

Monitoring Evaluasi

e. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan telah tercapai yaitu energi 98,02%, protein 106,03%, lemak 140,65% dan karbohidrat 80,57% f. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan belum tercapai yaitu nilai Hb masih rendah.

Asuhan gizi hari III (12 Maret 2018) Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek Outcome

g. Kekurangan intake makanan oral h. Hb klien tergolong deficit

Indicator Outcome

Jangka pendek p. Asupan energi saat recall, 73,52% q. Asupan protein saat recall yaitu 79,52% r. Asupan lemak saat recall yaitu 105,49% s. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 60,42%

t. Nilai Hb klien yaitu 6,0 g/dl

Jangka pendek

Kriteria

g. Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall energi, protein, dan karbohidrat klien termasuk kategori deficit. h. Berdasarkan nilai rujukan kadar Hb klien masuk kategori rendah Dokumentasi

Pada kunjungan awal

Monitoring Evaluasi

Jangka pendek -

Energi 73,52% (DS)

-

Protein 79,52% (DS)

-

Lemak 105,497% (N)

-

Karbohidrat 60,42% (DB)

-

Nilai Hb 6,0 g/dl (rendah)

Dokumentasi

Jangka pendek 3 hari

Monitoring Evaluasi

g. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan telah tercapai yaitu energi 109,94%, protein 101,20%, lemak 169,43% dan karbohidrat 93,72% h. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang

direncanakan

belum

tercapai

namun

terjadi

peningkatan nilai Hb menjadi 9,9 g/dl.

B. PEMBAHASAN Dalam melakukan asuhan gizi terstandar khusunya di rumah sakit perlu adanya pelayanan yang lebih intensif terutama pada pasien rawat inap. Pemenuhan kebutuhan dan diet yang patuh kepada pasien sangat menentukan kesembuhan pasien yang dapat di lihat dari asupan nutrisi. Khususnya pada pasien yang mengalami infeksi berat dan juga trauma perlu di upayakan penangan secara maksimal. Pada saat praktek kerja lapapangan yang di lakukan di RSUD.dr. doris sylvanus, saya mendapatkan kasus di ruang Kandungan Cempaka di kelas III Bed 12 dengan asuhan

gizi pada pasien dengan diagnose anemia + susp Mioma uteri + Obs. Perdarahan pervaginaan yang telah di rawat sejak tanggal 07 maret 2018 dengan keterangan rujukan dari rumah sakit lain. Pada hari pertema saya melakukan anamnesa pasien dengan menggunakan skrining dari rumah sakit. Tujuan di lakukan di lakukannya skrining yaitu untuk mengetahui tingkat keparahan suatu penyakit atau keadaan seorang pasien yang telah di rawat di rumah sakit. Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium dan merupakan tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun salah satu tanda dan gejala mioma uteri yaitu perdarahan abnormal uterus. Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Diketahui pasien juga mengalami anemia dibuktikan dengan data laboratorium Hb klien yaitu 6,0 g/dl (rendah). (Anwar, 2011) Akibat Hb pasien yang terlalu rendah pasien mendapatkan transfuse darah. Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Indikasi pemberian transfuse darah yaitu karena pasien kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih terus terjadi serta pasien Anemia berat. (S etyati, 2010). Sehingga pada saat masuk rumah sakit pemberian diet untuk pasien yaitu diberikan diet ETPT I yang mana tujuan dari diet ini untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh akibat penyakit infeksi berat yang dialami pasien (anemia). Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai nafsu makan yang cukup dan dapat menerima makanan lengkap. Diet ETPT I memiliki energi sebesar 2.600 kkal dan protein sebanyak 100 gr atau 2g/kg BB. (Almatsier, 2005).

Saat saya melakukan asuhan gizi pada Ny. S selama 2 hari pada tanggal 10 maret 2018 sampai 11 maret 2018. Dengan proses asuhan gizi sebagai berikut : 1. Skringing gizi Ny. S pada saat di lakukan skrining awal yaitu untuk mengetahui apakah Ny.S beresiko tinggi atau tidak sehingga perlu di lakukan tindakan lebih lanjut. Dari hasil skrining yang di peroleh Ny. B memperoleh skor 2 yang mana Ny. S beresiko sedang dan perlu di lakukan assessment lanjut oleh ahli gizi dan kembali di assesmen setelah 3 hari. Dengan status gizi Ny. B yang di ukur dengan menggunkan LILA menunjukkan bahwa status gizi pasien termasuk Gizi Baik. Pada saat di tanyakan penurunan berat badan pada Ny. S dalam 6 bulan terkahir yaitu Ny. S tidak mengetahui berapa penurnan berat badanya (ragu-ragu). Ny. S tidak punya gangguan menelan dan mengunyah hanya saja merasakan mual dan nyeri perut akibat penyakit maag yang didertita pasien.

2. Antropometri Pada saat pengukuran antropometri untuk mengetahui tinggi badan saya menggunakan pengukuran panjang depa mengggunakan metlin di karenakan Ny. S tidak bisa berdiri sehingga di dapatkan hasil tinggi badan estimasi yaitu 162,7 cm. Untuk pengukuran berat badan saya menggunakan beat badan koreksi menggunakan Pita LILA sehingga di dapat berat badan estimasi 62,809 kg dengan nilai LILA yang di dapat yaitu 32,0 cm. Dan untuk mengetahui status gizi Ny. S saya menggunakan perhitungan LILA/U untuk perempuan. Dan hasil yang didapat yaitu 110,34% dengan interpretasi Ny. S termasuk status Gizi Baik.

3. Biokimia Hasil pemeriksaan laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien yaitu pemeriksaan hanya di lakukan sekali yaitu pada saat pasien msuk ruang IGD RSUD.dr.doris sylvanus palangka raya tanggal 07 Maret 2018 yang mana pemeriksaan di lakukan bertujuan apakah selain pasien mengalami anemia saja dan untuk mengetahui apakah pasien terdapat penyakit bawaan sehingga akan terdampak pada kondisi pasien. Hasil pemeriksaan tersebut hanya di lakukan sekali dan di lakukan lagi pada saat transfusi darah yang ketiga pada tanggal 12 maret 2018. Adapaun pemersiaan meliputi pemeriksaan HB dan eritrosit.

Tujuan di lakukan Pemersaan HB yaitu untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuh masih dalam batas normal atau tidak karena diketahui pasien mengalami perdarahan pervaginaan selama ± 1 bulan sehingga mengalami banyak kehilangan darah. Berikut data biokimia pasien : Data Biokimia Data laboratorium

Hasil lab

Nilai normal

Interpretasi

Hb

6,0 gr/dl

11 – 15 dr/dl

Deficit

Eritrosit

2,94 juta/UL

3,50 – 5 juta/UL

Deficit

(Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011) 4. Pemeriksaan fisik Pada saat di lakuakan pemeriksaan fisik klinis yaitu keadaan pasien dalam keadaan tekanan darah normali, nadi cepat yang mengindikasikan pasien mengalami infeksi, suhu normal, pernafasan normal, terdapat mual, muntah dan nyeri perut akibat maag serta kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang akibat anemia yang diderita pasien.

5. Pengobatan Nama Obat

Indikasi

Infus RL 20 TPM

Memenuhi kebutuhan cairan d an elektrolit tubuh

Ranitidine 2x1

Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam lambung. Konsumsi bersamaan dengan makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% dan konsentrasi puncak dalam serum menurun hingga 432613 ng/ml serta mengganggu absorpsi Fe.

Pro transfuse WB 1 Kolf

Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia

Metylpredi 2x½

Obat untuk mengatasi peradangan (inflamasi)

Ventoli nebul tahali 3x1

Untuk mengobati penyakit saluran pernafasan seperti asthma bronchitis

n-acetylcysteine

Untuk mengobati penyakit saluran pernafasan

Diketahui pasien masih mengkonsumsi obat ranitidine karena merasakan mual dan nyeru perut akibat penyakit maag yang diderita. Padahal obat tersebut kontraindikasi dengan penyakit yang diderita pasien yaitu anemia. Obat ranitidine membuat asam lambung menjadi basa sehingga menghambat penyerapan fe di lambung.

6. Monitoring evaluasi makanan pasien Perkembangan asupan makanan pasien dapat di lihat dari banyaknya pasien itu makanan, yang mana makanan yang di makanan dari rumah sakit. Apabila asupan makan pasein tinggi maka keadaan pasien dalam keadaan baik. Apabila asupan makanannya menurun maka keadaan pasien bisa di katakan dalam keadaan kurang baik. Untuk melihat asupan makanan pasien maka perlu di lakukan evaluasi terkait dengan asupan makan yang pasien makan dari rumah sakit yaitu di lakukannya dengan metode berat saat pemorsian – berat sisa (berat makanan yang tidak di habiskan). Pada saat asupan makanan pasein, pasien hanya mengkonsumsi makanan dari dalam rumah sakit saja, karena kepatuhan pasien terhadap anjuran dari ahligizi bahwasanya pasien harus mengkonsumsi makanan yang di berikan dari rumah sakit dan harus di habiskan sendiri.

Chart Title 450 400 400

400

366

350 300 250 200 200

125

150 100

53

50 58%

42%

24

38 64%

54%

0 energi

protein asupan

kebutuhan

lemak tingkatan

karbohidrat

Grafik 1.1 %Tingkat Konsumsi Recall sebelum pemorian 09 maret 2018 Pada hari pertama atau sebelum pemorsian dapat di lihat audit gizi tingkat konsumsi pasien lebih menunjukkan bahwa asupan gizi pasien dalam kategori deficit berat dan masih jauh dari kebutuhan. Hal tersebut di karnakan pada saat itu pasien tidak nafsu makan akibat rasa nyeri dan mual serta ingin muntah jadi pasien hanya makan sedikti/ tidak menghabiskan makanannya. Saat ditanyakan kembali ternyata pasien memiliki alergi makanan seperti ayam ras, telur ayam ras, ikan patin dan ikan nila yang mana menu lauk hewani tersebut selalu disediakan pihak rumah sakit. Oleh karena itu pasien selalu tidak menghabisi makanannya kecuali nasi lunak. Keterangan grafik : Asupan energi mengalami defisit berat dengan tingkat konsumsi 58,17% Asupan protein mengalami defisit berat dengan tingakt konsumsi 42,71% Asupan lemak mengalami defisit berat dengan tingkat konsumsi 64,27% Asupan karbohidrat mengalami defisit berat dengan tingkat konsumsi 54,61% Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam pada hari Jum’at 09 maret 2018 Zat Gizi

Asupan

Kebutuhan

Makanan

Tingkat Kons. Interprestasi (%)

Energi (kkal)

1.347,54 kkal

2.316,216 kkal

58,17%

Defisit berat

Protein (gram)

53,64 gr

125,59 gram

42,71%

Defisit berat

Lemak (gram)

24,81 gr

38,60 gram

64,27%

Defisit berat

Karbohidrat

200,22 gr

366,59 gram

54,61%

Defisit berat

(gram)

Chart Title 450 400 400 400

366

350 300 250

221

200 125

150 99 100

40

50

38 105%

79%

73%

60%

0 energi

protein asupan

lemak kebutuhan

karbohidrat

tingkatan

Grafik 1.2 %Tingkat Konsumsi Recall pada pemorian hari pertama 10 maret 2018 Pada hari kedua atau pada pemorsian pertama dapat di lihat audit gizi % tingkat konsumsi pasien mengalami peningkatan pasien hampir menghabiskan makanannya. Hanya ada sedikit sisa makanan seperti tahu dan nasi tim yang tidak dihabiskan oleh pasien. Setelah ditanyakan apakah pasien menyukai lauk nabati atau tidak karena pada pemorsian pagi dan malam, yang tidak dihabiskan selalu lauk nabati yaitu tahu. Setelah ditanyakan, pasien menjawab menyukai lauk nabati seperti tahu namun karena terlalu banyak maka tidak dihabiskan. Dan untuk nasi tim, pada pemorsian siang pasien mengaku memakan makanan dari luar rumah sakit (dibawakan keluarga yang berkunjung) berupa nasi sekitar 2-3 sendok makan dan ikan peda goreng 1ptg (bagian buntut) sehingga pada saat makan siang, pasien merasa masih kenyang sehingga tidak menghabiskan nasi lunak yang diberikan rumah sakit. Keterengan table grafik : Asupan energi mengalami defisit sedang dengan tingkat konsumsi 73,52% Asupan protein mengalami defisit sedang dengan tingakt konsumsi 79,52% Asupan lemak mengalami normal dengan tingkat konsumsi 105,49% Asupan karbohidrat mengalami defisit berat dengan tingkat konsumsi 60,42%

PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (11 MARET 2018) Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

Tingkat Kons.

Interpretasi

Energi

1.702,85 kkal

2.316,216 kkal

73,52%

Deficit sedang

Protein

99,87 gr

125,59 gr

79,52%

Deficit sedang

Lemak

40,72 gr

38,60 gr

105,49%

Normal

Karbohidrat

221,52 gr

366,59

60,42%

Deficit berat

Chart Title 450 400 400 400

366

350 300

274

250 200 150

101

125

100

52

50

87%

38 5

135%

80%

0 energi

protein asupan

lemak kebutuhan

karbohidrat

tingkatan

Grafik 1.3 %Tingkat Konsumsi Recall pada pemorian hari kedua 11 maret 2018 Pada hari ketiga atau pada pemorsian kedua dapat di lihat audit gizi % tingkat konsumsi pasien mengalami peningkatan pasien hampir menghabiskan makanannya. Hanya ada sedikit sisa makanan seperti kentang, kacang panjang dan nasi tim yang tidak dihabiskan oleh pasien. Setelah ditanyakan mengapa kacang panjang nya tidak dihabiskan, pasien menjawab bahwa apabila mengkonsumsi kacang panjang akan menyebabkan kakinya sakit. Pasien mengeluh memiliki riwayat asam urat. Dan untuk nasi tim dan kentang, pasien merasa masih kenyang sehingga tidak menghabiskan nasi lunak serta kentang rebus yang diberikan rumah sakit. Terjadi peningkatan persentase asupan makan pasien dari pemorsian pertama hingga pemorsian kedua. Peningkatan terjadi secara signifikan dan bertahap sesuai dengan tujuan diet yang diberikan.

Keterangan table grafik : Asupan energi mengalami defisit ringan dengan tingkat konsumsi 87,95% Asupan protein mengalami defisit ringan dengan tingakt konsumsi 80,96% Asupan lemak mengalami di atas kebutuhan dengan tingkat konsumsi 135,54% Asupan karbohidrat mengalami defisit sedang dengan tingkat konsumsi 74,97%

PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (12 MARET 2018) Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

Tingkat Kons.

Interpretasi

Energi

2.037,23 kkal

2.316,216 kkal

87,95%

Deficit ringan

Protein

101,68 gr

125,59 gr

80,96%

Deficit ringan

Lemak

52,32 gr

38,60 gr

135,54%

Di

atas

kebutuhan Karbohidrat

274,85 gr

366,59

74,97%

Deficit sedang

Biokimia Hasil pemeriksaan laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien pada tanggal 12 maret 2018 yaitu setelah pasien menerima transfuse darah yang ketiga, nila Hb pasien mengalami perubahan yaitu nilai Hb pasien meningkat menjadi 9,9 g/dl dari yang sebelumnya yaitu 6,0 g/dl.

BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium dan merupakan tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun salah satu tanda dan gejala mioma uteri yaitu perdarahan abnormal uterus. Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Diketahui pasien juga mengalami anemia dibuktikan dengan data laboratorium Hb klien yaitu 6,0 g/dl (rendah). 2. Dari hasil skrining yang di peroleh Ny. B memperoleh skor 2 yang mana Ny. S beresiko sedang dan perlu di lakukan assessment lanjut oleh ahli gizi dan kembali di assesmen setelah 3 hari. 3. Diet untuk pasien yaitu diberikan diet ETPT I yang mana tujuan dari diet ini untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh akibat penyakit infeksi berat yang dialami pasien (anemia). 4. Pengukuran antriopometri hanya untuk mengetahui berat badan, tinggi badan, dan status gizi. Yang masing masing di lakukan dengan pengukuran panjang depa, pengukuran LILA dan LILA/U untuk mengetahui status gizi. Diketahui TB estimasi pasien 162,7 cm, BB estimasi 62,809 kg dan status gizi pasien terholong gizi baik yaitu 110,34%. 5. Pemeriksaan yang di lakukan pemeriksaan HB dan RBC. Dimana keduanya tergolong deficit yang menandakan pasien menderita anemia. 6. Obat yang di berikan adalah ranitidin sebagai obat peredam mual, metylpredi sebagai Obat untuk mengatasi peradangan (inflamasi), ventoli nebul tahali sebagai Untuk mengobati penyakit saluran pernafasan seperti asthma bronchitis dan nacetylcystein sebagai Untuk mengobati penyakit saluran pernafasan. 7. Monetoring dan evaluasi yang di lakukan pada hari pertama dan hari kedua telah tercapai yaitu pasien mengalami peningkatan yang signifikan dan bertahap sesuai dengan tujuan diet yang diberikan. B. SARAN Di harapkan kepada mahasiwa agar lebih teliti dalam melakukan posedur asuhan gizi standar di rumah sakit baik dari melakukan skrining gizi, antropometri, menghitung kebutuhan dan pemorsian.

DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): Grameda Pustaka Utama) Setyati, J. soemantri A. 2010. Transfuse darah yang rasional. Pelia Insani Semarang. Ide, Pangkalan. 2007. Seri Diet Korektif : Diet Atkins. Jakarta : PT Alex Media Komputindo Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007. Kiswari, dr. Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga, 2014. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Achmad Djaeni Sediaoetama. (2004). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Edisi kelima. Jakarta : Dian Rakyat. Hal. 1-244. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Myles. 2008. Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC. Varney, Helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC McClatchey, Kenneth. D. 2002. Clinical Laboratory Medicine. http://books.google.co.id/books [diakses tanggal 07 september 2014] Oppusungu, R. 2009. Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah (fe) terhadap Produktifitas kerja Wanita Pensortir Daun Tembakau di PT X. Kabupaten Deli Serdang.Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.www.usu.library.com. [Diakses tanggal 20 desember 2014] Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.1-2,9.11. Gibney, J. Michael, et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: ECG.

LAMPIRAN PEMORSIAN 1

Nasi lunak 400 gram

Labu air 25 gram

Wortel 25 gram

Ikan haruan 150 gram

Tahu 109 gram

Porsi untuk makan pagi

SISA DARI PEMORSIAN 1

Tahu 31 gram

Sisa makanan pada pemorsian pagi

PEMORSIAN 2

Nasi lunak 300 gram

Tempe 53 gram

Ikan haruan 150 gram

Wortel 100 gram

Kentang 105 gram

Porsi untuk makan siang

SISA DARI PEMORSIAN 2

Nasi lunak 150 gram

Sisa dari pemorsian siang

PEMORSIAN 3

Nasi lunak 300 gram

Tahu 110 gram

Jagung muda 50 gram

Sawi putih 50 gram

Wortel 50 gram

Ikan harusn 150 gram

Porsi untuk makan sore

SISA DARI PEMORSIAN 3

Tahu 45 gram

Sisa dari pemorsian sore

PEMORSIAN 4

Nasi lunak 400 gram

Ikan harian 132 gram

Tempe 63 gram

Kacang panjang 50 gram

Wortel 50 gram

Porsi untuk makan pagi

SISA DARI PEMORSIAN 4

Kacang panjang 33 gram

Sisa dari pemorsian pagi

PEMORSIAN 5

Nasi lunak 400 gram

Tahu 112 gram

Ikan haruan 159 gram

Wortel 100 gram

Pisang mahuli 121 gram

Porsi untuk makan siang

SISA DARI PEMORSIAN 5

Tidak terdapat sisa pada pemorsian 5 (makan siang)

PEMORSIAN 6

Nasi lunak 300 gram

Tempe 78 gram

Ikan haruan 150 gram

Kentang 105 gram

Wortel 100 gram

Porsi untuk makan sore

SISA DARI PEMORSIAN 6

Nasi lunak 113 gram

Sisa dari pemorsian sore

Kentang 62 gram

Related Documents


More Documents from "Muhammad Rifqi"

Lampiran Menu.docx
November 2019 16
Laporan Rs Cempaka.docx
November 2019 15
Urt Ibu Pitri.docx
November 2019 12
Laporan Dinas Rs Pepi.docx
November 2019 23