BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian status gizi merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengetahu keadaan gizi seseorang yang berhubungan dengan pola makan dan aktivitasnya. Melalui penilaian status gizi dapat diketahui apakah seseorang termasuk dalam kelompok gizi kurang, normal, dan gizi lebih. Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 4 (empat) metode atau cara penilaian yakni antropometri, biokimia, klinis dan biofisik (Supariasa, 2012). Hipertensi adalah masalah medis umum yang mempengaruhi 20% - 30 % populasi orang dewasa dan 5% - 8% dari semua kehamilan di dunia. Di Iran, ditemukan 9,8% kasus kelahiran mengalami hipertensi dan 14,8% diantaranya mengalami preeklamsia-eklampsia (Khosravi, et. al, 2014) Eklampsia adalah kejang pada kehamilan dengan gejala preeklampsia. Preeklampsia merupakan suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 mmHg dan proteinuria pada usia kehamilan ≥ 20 minggu. Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum, eklampsia intrapartum, dan eklampsia pospartum. Kejadian eklampsia sekitar 2-8% diseluruh dunia dan merupakan penyebab kematian 500.000 ibu melahirkan setiap tahunnya. Angka kejadian eklampsia di Indonesia mencapai128.273 kasus setiap tahun. Di RSUZA pada tahun 2012 terdapat 142 kasus, dari profil kesehatan kota Banda Aceh tahun 2012 eklampsia dan preeklampsia merupakan penyebab 20% kematian ibu hamil setiap tahunnya. Berikut dibahas kasus seorang wanita Indonesia 37 tahun dengan usia kehamilan 39-40 minggu, pasien dengan pre eklampsia berat, inpartu, pembukaan lengkap 10cm, dan ditatalaksana dengan protap preeclampsia berat menggunakan MgSO4 4 gram bolus lambat dilanjutkan 6 gram MgSO4 40% dalam 500 ml cairan RL, dilakukan pimpinan persalinan dan bayi lahir normal. Pascapersalinan kala tiga pasien mengalami kejang selama 15 detik. Kasus membahas mengapa eklampsia dapat terjadi setelah tatalaksana MgSO4, hal ini dihubungkan dengan rendahnya kadar ion Mg2+ yang terionisasi di dalam darah tidak mampu memberikan efek ini bisa pada potensial post junctional dan menyebabkan peningkatan eksitabilitas dari serabut otot dan berefek terhadap kejang (Andalas.M 2017)
B. Tujuan 1. Tujuan umum Melakukan proses asuhan gizi terstandar pada pasien dengan diagnose P2O0 Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan skrinning gizi pada pasien perempuan dengan diagnose P2O0 Eklamsia +Hellp Syndrome post SC ruang Cempaka/kelas 1 di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya. b. Melakukan assessment (antropometri,biokimia,klinik/fisik,dietary history) pada pasien perempuan dengan diagnose P2O0 Eklamsia +Hellp Syndrome post SC ruang Cempaka/kelas 1 di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya. c. Menetapkan diagnose gizi pada pasien perempuan dengan diagnose P2O0 Eklamsia +Hellp Syndrome post SC ruang Cempaka/kelas 1 di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya. d. Mampu menyusun NCP pada pasien perempuan dengan diagnose P2O0 Eklamsia +Hellp Syndrome post SC ruang Cempaka/kelas 1 di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya e. Mampu melakukan edukasi/konsultasi gizi.
BAB II GAMBARAN UMUM PASIEN
A. Narasi Kasus Ny.P berumur 30 tahun masuk rumah sakit RSUD.dr.Doris Sylvanus Palangkaraya rujukan dari RS.Muhamadiyah pada tanggal 14 Maret 2019. Pada tanggal 15 Maret dilakukan pengukuran antropometri dan didapatkan hasil LILA 32,4 cm, TB estimasi tinggi lutut 162,7 cm dan BB estimasi LILA 63,6 kg. Status menikah dan mempunyai 2 orang anak. Ny.P masuk dengan keluhan awal kejang-kejak,kaki bengkak,pusing,mual dan wajah pucat tampak lemah dan dengan diagnose dokter mengalami Eklamsia +Hellp Syndrome post SC. TD: 140/90 mmHg ,N: 100x/meniit, S: 360oC, R: 22x/menit, HB:8,8 g/dL. Ny.P beragama Kristen seorang PNS bekerja di Puskesmas, pendidikan terakhir DIII Gizi dan bersuku Dayak.
1.1 Ulasan kasus 1.1.1
Identitas pasien Nama
: Ny.P
No.RM
: 31.71.12
Ruang/kelas
: Cempaka/1
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 30 tahun
Agama
: Kristen
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Jl.Kalingu II No.35
Suku
: Dayak
Status ekonomi : Menengah ke atas Diagnosa medis : P2O0 Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli (sumber : Data rekam medik 2019)
1.1.2 Data Subjektif 1. Data Riwayat Gizi Dahulu Frekuensi makan Ny.P sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x/hari (pagi,siang,malam) Klien jarang sarapan pagi Klien suka makan ikan,sayur dan lauk nabati Klien memiliki alergi makanan yaitu seafood Tidak terlalu suka dengan cemilan Klien tidak terlalu menyukai daging-dagingan
Sekarang Frekuensi makan Ny.P teratur 3x/hari makanan utama (pagi,siang,malam) Klien tidak terlalu suka makan di pagi hari Klien suka makan ikan dan lauk nabati Nafsu makan berkurang Sering mengalami mual dan muntah Tabel 2.1 Hasil Recall Asupan Makanan Klien selama 24 jam (15 maret 2019) Zat Gizi
Asupan
Kebutuhan
makanan
Tingkat
Interpretasi
Kons.(%)
Energi (kkal)
546,1 kkal
2808,1 kkal
19,4%
Defisit berat
Protein (gr)
22,6 gr
140,4 gr
16,0%
Defisit berat
Lemak (gr)
13,2 gr
62,4 gr
21,1%
Defisit berat
Karbohidrat (gr)
87,3 gr
421,2 gr
20,7%
Defisit berat
2. Data riwayat penyakit Dahulu Pasien mengalami penyakit hipertensi Sekarang Pasien mengalami penyakit Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli 3. Personal History Ny. P pada saat kunjungan awal terlihat lemah,letih dan lesu dan hanya bisa berbaring di tempat tidur saja Ny.P mengalami penurnan nafsu makan dan hanya menghabiskan makan ± sebanyak 2-3 sendok makan Ny.P sering mengalami mual dan muntah dan nyeri dibagian perut Ny.P tidak mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan
1.1.2
Data Objektif 1. Data Antropometri -
TB Estimasi
: 162,7 cm (estimasi menggunakan tinggi lutut)
Dihitung menggunakan rumus = (1,83 x Titut)-(0,24 x umur)+84,88 = (1,83 x 46,5 )-(0,24 x 30)+84,88 = 85,09 - 7,2 + 84,88 = 162,7 cm (sumber: Cumlea 1985,dalam otbook 2016)
-
BB Estimasi
: 63,6 kg (estimasi menggunakan LILA)
Dihitung menggunakan rumus = (2,001 X LILA) -1,223 = (2,001 X 32,4) -1,223 = 63,6 kg (sumber : Triatmaja et al 2013,dalam otbook 2016)
-
IMT
: 24,4 𝐵𝐵
63.6 𝑘𝑔
Dihitung menggunakan rumus = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚) = 1,62𝑚 𝑥 1,62𝑚
=
63,6 𝑘𝑔 2,6 𝑚
=24,4 (normal)
(sumber : WHO 2004,dalam otbook 2016)
-
Tinggi Lutut
: 46,5 cm
-
LILA
: 32,4 cm
-
LILA/U
: :
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 32,4 𝑐𝑚 27,7 𝑐𝑚
𝑋 100%
𝑋 100% = 116,9 % (gizi baik)
(sumber : Erisanco 1981,dalam otbook 2016)
Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U Klasifikasi
Nilai
Gizi baik
>85%
Gizi kurang
70,1-84,9%
Gizi buruk
<70%
(sumber :Anggraeni 2012 dalam Asesmen gizi 2017)
2. Data Biokimia Tabel 2.2 data biokimia pasien selama 3 hari Data
Hasil lab
Hasil lab
Hasil lab
laboratorium
15 maret 2019
16 maret 2019
17 maret 2019
HGB
8,8 g/dL
10 g/Dl
10,7 g/dL
11-15 g/Dl
RBC
3,26 x10^6/uL
4,01 x10^6/uL
-
3,50-5,00
WBC
23,06 x ^3/uL
26,72 x 10^3/uL
-
4-10 rb jt/Ul
GDS
165 mg/dL
-
-
<200 mg/dL
Ca (kalsium)
1,02
-
-
0,98-1,2 mmol/L
Natrium
130
-
-
135-148 mmol/L
Kalium
5,3
-
-
3,5-5,3 mmol/L
(sumber: data rekam medik 2019)
Nilai normal
3. Data klinis Tabel 2.3 hasil pengamatan klinis pasien selam 3 hari Jenis
Hasil
Hasil
Hasil
Nilai normal
pemeriksaaan
pemeriksaan
pemeriksaan
pemeriksaan
15 maret 2019
16 maret 2019
17 maret 2019
Tekanan darah
140/90 mmHg
140/80 mmHg
130/80 mmHg
120/80 mmHg
Nadi
100 x/menit
78 x/menit
96 x/menit
60-80 x/menit
Suhu
36,0 oC
36,4 oC
36,6 oC
36,5-37,5 oC
Respirasi
22 x/menit
20 x/menit
23 x/menit
12-20 x/menit
(sumber: data rekam medik 2019)
4. Obat-obatan Tabel 2.4 tabel pengobatan/tindakan yang di berikan Pemberian
Pemberian
Pemberian
Fungsi
obat
obat
obat
15 maret 2019
16 maret 2019
17 maret 2019
Infus NaCl 0.9
Infus NaCl 0.9
Infus NaCl 0.9
% 16 TPM
% 16 TPM
% 16 TPM
RL drip
RL drip
-
mgSO4 40%
mgSO4 40%
(1 x 6 gr)
(1 x 10 gr)
Inj.
Inj.
Inj.
untuk mengobati berbagai macam infeksi
Cefotaxime
Cefotaxime
Cefotaxime
bakteri misalnya infeksi pernafasan bagian
(3x1)
(3x1)
(3x1)
bawah, infeksi saluran kemih, meningitis,
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh untuk mengurangi kejang dengan mengurangi impuls tertentu dalam tubuh.
dan gonore. Obat ini termasuk dalam kelas antibiotik bernama cephalosporin. Antibiotik ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
Inj.
Inj.
Inj.
Metronidazole
Metronidazole
Metronidazole
(3x500 gr)
(3x500 gr)
(3x500 gr)
Inj.
Inj.
Inj.
Dexametason
Dexametason
Dexametason
(3x 10 gr)
(3x 10 gr)
(3x 10 gr)
untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme protozoa dan bakteri anaerob untuk mengurangi beberapa keadaan inflamasi atau peradangan seperti pada asma, radang sendi, penyakit kulit, kelainan imunitas dan keganasan darah
Inj. Kalnex
Inj. Kalnex
(3x500 gr)
(3x500 gr)
-
untuk mengentikan atau mengurangi pendarahan yang disebabkan oleh berbagai kondisi
Nifedipine
Nifedipine
Nifedipine
untuk mencegah beberapa tipe nyeri dada
(3x10 mg)
(3x10 mg)
(3x10 mg)
tertentu (angina)
Dopamet
Dopamet
Dopamet
untuk mengobati hipertensi (tekanan
(3x500 mg)
(3x500 mg)
(3x500 mg)
darah) agar dapat kembali menjadi normal
Parasetamol
Parasetamol
-
untuk meredakan rasa sakit ringan (nyeri)
(1x1 tablet)
(1x1 tablet)
hingga menengah, serta menurunkan demam.
Ondansetron
Ondansetron
(1x1 amp)
(1x1 amp)
-
untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah yang disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi.
(sumber: data rekam medik 2019
B. Terapi diet RS Terapi diet yang diberikan adalah terapi diet RG (rendah garam )
BAB III PELAKSANAAN ASUHAN GIZI RAWAT INAP
SKRINNING GIZI Nama
: Ny.P
No. RM
: 31.71.12
Ruang/ Kelas
: Cempaka/1
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 30 tahun
Berat Badan
: 63,6 kg (BB estimasi)
Tinggi Badan
: 162,7 cm (TB estimasi)
Pekerjaan
: PNS
Pendidikan
: D3
Tgl MRS
: 14 Maret 2019
Tgl pemeriksaan
: 15 maret 2019
Status gizi
: Baik
Diagnosa
: P2O0 Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli
Skrining Gizi RSUD Doris Silvanus menggunakan Malnutrition Screenong Tool-MUST. Dari hasil skrinning total skor yang didapat yaitu skor 3 dengan kesimpulan (resiko sedang) dan perlu dilakukan assesmen ulang 3 hari kemudian.
ASSESSMENT GIZI TANGGAL 16 MARET 2019
1. CH. Client History CH.1 Riwayat Personal CH.1.1 Data Personal 1.1.1 Umur Ny. P Berumur 30 tahun 1.1.2 Jenis kelamin Ny. P berjenis kelamin perempuan 1.1.3 Keterbatasan fisik Normal 1.1.4 Suku/Etnic Ny. P bersuku Dayak 1.1.5 Bahasa Ny. P menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Daerah 1.1.6 Edukasi Ny. P lulusan D3 Gizi 1.1.7 Peranan dalam keluarga Ny. P merupakan ibu rumah tangga
CH.2 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga CH.2.1 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga 2.1.1. Keluhan pasien : Ny.P menderita Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli CH 2.1.5 Gastrointestinal
Ny.P diketahui memiliki masalah gastrointestinal yaitu nyeri perut post SC hari II
Pada tanggal 15 maret 2019 pasien mual ,muntah, pusing
Pada tanggal 16 maret 2019 pasien masih merasa mual
CH 2.1.8 Immune Ny.P diketahui memiliki alergi terhadap seafood CH 2.1.13 Respiratory
Pada tanggal 15 maret 2019 laju respirasi pasien tidak normal yaitu 22x/menit
Pada tanggal 16 maret 2019 laju respirasi pasien normal yaitu 20x/menit
CH.3.1 Riwayat Sosial CH 3.1.1 Faktor Sosial Ekonomi Ny.P termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke atas CH 3.1.2 Situasi Rumah Ny.P tinggal bersama suami dan dua anaknya yang beralamat di Jl.Kalingu II no.35, Kota Palangka Raya CH 3.1.6 Pekerjaan Ny.P bekerja sebagai pegawai PNS di sebuah puskesmas CH 3.1.7 Agama Ny.P beragama ksristen protestan. Identifikasi : Ny. P berumur 30 tahun, pasien menderita Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli ,bekerja sebagai pegawai PNS dan beragama Kristen 2. FH. Food History ( riwayat makanan ) 1. Asupan makan dan Zat Gizi 1.1 Asupan energi 1.1.1
Asupan Energi Asupan energi Ny.P saat dilakukan recall sebesar 546,1 kalori dengan tingkat konsumsi 19,4 % interpretasi defisit berat
1.2.2 Asupan Makanan
1. Jenis Makanan Jenis makanan yang dikonsumsi Ny. P merupakan makanan biasa 2. Pola makan / snack Pola makan Ny.P utama sebanyak 3 (tiga) kali sehari. Bahan makanan yang biasa dikonsumsi: Makanan pokok: Nasi, Lauk hewani : Ikan Sungai, Lauk nabati : tahu ,tempe ,sayuran : sawi,bayam Minuman: Teh Hangat,air putih hangat. Pasien tidak terlalu suka cemilan. 3. Variasi makanan Ny. P mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi dan kurang seimbang dibuktikan dengan Ny. P tidak menyukai daging-dagingan 1.3.2 Parenteral 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV) Pasien diberikan infuse NaCl 0,9% 16 TPM
1.5 Asupan Gizi Makro 1.5.1 Asupan lemak dan Kolesterol 1.5.1.1 Asupan Lemak Asupan lemak Ny. P saat dilakukan recall sebesar 13,2 gram dengan tingkat konsumsi 21,1% interpretasi defisit berat 1.5.2 Asupan Protein 1.5.2.1 Asupan Protein Total Asupan Protein Ny. P saat dilakukan recall sebesar 22,6 gram dengan tingkat konsumsi 19,4% interpretasi defisit berat 1.5.3 Asupan Karbohidrat 1.5.3.1 Asupan Karbohidrat Total Asupan karbohidrat Ny.P saat dilakukan recall sebesar 87.3 gr dengan tingkat konsumsi 20,7% interpretasi defisit berat
Identifikasi : asupan energi pasien Ny.P saat dilakukan recall sebesar 546,1 kkal , protein 22.6 gram, lemak 13,2 gram dan karbohidrat 87,3 gram dengan interpretasi defisit berat FH 2. Pemberian makanan dan zat gizi 2.2.1.2 Pengalaman Diet 2.1.2.5 Alergi makanan Pasien memiliki alergi makanan yaitu seafood 2.1.4 Pemberian makanan enteral dan parenteral 2.1.4.2 Akses parenteral Pasien diberikan makanan parenteral berupa infus NaCl 0,9% 16 tpm
FH 3. Penggunaan obat obatan atau obat alternative/pelengkap 3.1 Suplemen Obat dan Jamu 3.1.1 Penggunaan obat yang diresepkan Pemberian obat
Fungsi
16 maret 2019 Infus NaCl 0.9 % 16
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
TPM RL drip mgSO4 40% (1 x 10 gr) Inj. Cefotaxime (3x1)
untuk mengurangi kejang dengan mengurangi impuls tertentu dalam tubuh. untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri misalnya infeksi pernafasan bagian bawah, infeksi saluran kemih, meningitis, dan gonore. Obat ini termasuk dalam kelas antibiotik bernama cephalosporin. Antibiotik ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
Inj. Metronidazole (3x500 gr)
untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme protozoa dan bakteri anaerob
Inj. Dexametason (3x 10 gr)
untuk mengurangi beberapa keadaan inflamasi atau peradangan seperti pada asma, radang sendi, penyakit kulit, kelainan imunitas dan keganasan darah
Inj. Kalnex
untuk mengentikan atau mengurangi pendarahan yang
(3x500 gr)
disebabkan oleh berbagai kondisi
Nifedipine
untuk mencegah beberapa tipe nyeri dada tertentu
(3x10 mg)
(angina)
Dopamet
untuk mengobati hipertensi (tekanan darah) agar dapat
(3x500 mg)
kembali menjadi normal
Parasetamol
untuk meredakan rasa sakit ringan (nyeri) hingga
(1x1 tablet)
menengah, serta menurunkan demam.
Ondansetron
untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah yang
(1x1 amp)
disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi.
FH 4.2 Kepercayaan dan sikap 1.2.12 Kesukaan makanan Pasien suka mengkonsumsi makanan berupa lauk hewani seperti ikan,lauk nabati seperti tempe dan tahu serta sayuran 3. AD. Antropometri 1.1.Komposisi / pertumbuhan Tubuh / Riwayat berat badan 1.1.1
Tinggi / Panjang Badan Tinggi badan Estimasi Tinggi lutut Ny. P yaitu 162,7 cm
1.1.2
Berat Badan Berat badan Estimasi menurut LILA Ny.P yaitu 63,6 kg
1.1.4 LILA Lila Ny. P yaitu 32,4 cm 1.1.5 IMT IMT Ny. P adalah 24,4 maka Ny. P kedalam Kategori Normal 1.1.6
Indikator pola pertumbuhan level persentil Lila pasien 26.5 cm
% Presentase LILA
=
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 32,4 𝑐𝑚 27,7 𝑐𝑚
𝑋 100%
𝑋 100% = 116,9 % (gizi baik)
Identifikasi : tinggi badan pasien Ny.P yaitu 162,7 cm dan BB estimasi pasein adalah 63,6 kg dan status gizi pasien normal/baik .
4. BD.Data biokimia 1.10 Profil anemia gizi 1.10.1 Hemoglobin Data HBG Ny.P saat awal masuk rumah sakit adalah 8,8 g/dL Identifikasi : Ny.P menderita anemia karena nilai HBG yang rendah akibat adanya pendarahan yang dialami pasien
5.Fisik klinis PD. 1.1 Nutrition focus pada fisik/klinis 1.1.1 Penampilan Keseluruhan Keadaan umum pasien sadar 1.1.5 Sistem Pencernaan Pasien mengalami masalah gastrointestinal seperti nyeri perut akibat post SC hari ke II 1.1.6 Kepala dan Mata Kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang.
1.1.9 Tanda-Tanda Vital Tanggal 15 maret 2019 -
Suhu
: 36,0 0C
-
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
-
Nadi
: 100x/mnt
-
Pernafasan
: 22x/mnt
Tanggal 16 maret 2019 -
Suhu
: 36,4 0C
-
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
-
Nadi
: 78 x/mnt
-
Pernafasan
: 20x/mnt
Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu dalam keadaan sadar/baik. Namun, pada bagian sistem pencernaan klien mengalami gangguan gastrointestinal seperti nyeri perut akibat post SC hari ke II yang diderita pasien.Tekanan darah klien termasuk tinggi BIOKIMIA BD1.2 Electrolyte and renal profil 2.2 Kreatinin Kadar kreatinin klien adalah 2,83 mg/dl (N = 0,7 – 1,5) (tanggal 15/03/19) BD1.5 Profil glukosa/endokrin 1.5.2 Glukosa, sewaktu Kadar GDS klien yaitu 165 mg/dl (N = <200 mg/dl) (tanggal 15/03/19)
1.10 Profil anemia gizi BD1.10.1 Hemoglobin
Kadar HB klien sebesar 8,8 g/dL (tanggal 15/03/19)
Kadar HB klien sebesar 10,7 g/dL (tanggal 16/03/19)
BD1.12 Profil urin 1.12.1 warna urin
Warna urin klien berwarna kuning merah (tanggal 15/03/19)
Warna urin klien berwarna kuning (tanggal 16/03/19)
DIAGNOSA GIZI TANGGAL 16 MARET 2019
Domain Intake NI-2.1 Kekurangan Intake Makanan dan Minuman Oral Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan, kurangnya asupan makanan dan minuman, dibuktikan dengan hasil recall asupan makanan pasien yang semuanya masuk dalam kategori defisit berat (energi 19,4%, protein 16%, lemak 21,1%, karbohidrat 20,7%) Berkaitan dengan pasien mengalami mual dan muntah
Domain Klinik NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien yaitu nyeri perut post SC hari II NC-3.2 Penurunan Berat Badan yang Tidak Diharapkan Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan, adanya infeksi dibuktikan dengan hasil lab WBC yang tinggi yaitu 26,72 x10^3/Ul.
Prioritas Diagnosa Gizi Dari 2 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake karena pasien memiliki kekurangan intake makanan oral pada zat gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan. Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi, karbohidrat, lemak dan protein mengalami defisit berat. Oleh karena itu, klien perlu menerapkan edukasi atau konseling gizi mengenai pengaturan asupan makanan atau perubahan pola makan serta perilaku yang sesuai dengan kebutuhan seimbang klien. Jadi, untuk itu klien harus meningkatkan asupan Energi dan zat gizi makro seperti, protein, karbohidrat, lemak. Perubahan pola makan seperti mengurangi natrium/garam pada makanan dikarenakan jika mengkonsumsi natrium/garam secara berlebih dapat mengakibatkan odema dan tekanan darah semakin tinggi.
INTERVENSI GIZI 16 Maret 2018
1. Tujuan Diet Jangka pendek 1-3 hari 1. Memberikan diet rendah garam sesuai kebutuhan pasien selama 3 hari. 2. Membantu mengurangi retansi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah.
2. Jenis Diet “Diet Rendah Garam II”.
3. Perhitungan zat gizi dan cairan Diketahui : Nama : Ny.P Umur : 30 Tahun -
BBI
= TB – 100 x 90% = 162,7 – 100 x 90% = 62,7 x 90% = 56,43 kg
-
TB Estimasi
: 162,7 cm (estimasi menggunakan tinggi lutut)
Dihitung menggunakan rumus = (1,83 x Titut)-(0,24 x umur)+84,88 = (1,83 x 46,5 )-(0,24 x 30)+84,88 = 85,09 - 7,2 + 84,88 = 162,7 cm (sumber: Cumlea 1985,dalam otbook 2016)
-
BB Estimasi
: 63,6 kg (estimasi menggunakan LILA)
Dihitung menggunakan rumus = (2,001 X LILA) -1,223 = (2,001 X 32,4) -1,223 = 63,6 kg (sumber : Triatmaja et al 2013,dalam otbook 2016)
-
IMT
: 24,4 𝐵𝐵
63.6 𝑘𝑔
Dihitung menggunakan rumus = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚) = 1,62𝑚 𝑥 1,62𝑚 63,6 𝑘𝑔
=
2,6 𝑚
=24,4 (normal)
(sumber : WHO 2004,dalam otbook 2016)
-
Tinggi Lutut
: 46,5 cm
-
LILA
: 32,4 cm
-
LILA/U
: :
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 32,4 𝑐𝑚 27,7 𝑐𝑚
𝑋 100%
𝑋 100% = 116,9 % (gizi baik)
(sumber : Erisanco 1981,dalam otbook 2016)
Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U Klasifikasi
Nilai
Gizi baik
>85%
Gizi kurang
70,1-84,9%
Gizi buruk
<70%
(sumber :Anggraeni 2012 dalam Asesmen gizi 2017)
4. Kebutuhan energi dan zat gizi makro a. Energi
: BEE = (9,6 x BBA ) + (1,9 x TB) – (4,7 x U) + 655,1 = (9,6 x 63,6 ) + (1,9 x TB) – (4,7 x 30) + 655,1 = 610,56 + 309,13 -141 + 655,1 = 1433,8 kkal
HBE = BEE x FA x F1 = 1433,8 x 1,2 x1,4 = 2408 kkal
Penambahan kalori ibu menyusui a. HBE + 400 kkal = 2408 + 400 = 2808 Kkal 5% = 2667,6 kkal - 2948,4 kkal b. Protein =
20% 𝑥 2808
= 140,4 𝑔𝑟
4
5% = 133,4 gram – 147,4 gram c. Lemak =
20% 𝑥 2808
= 62,4 𝑔𝑟
9
5% = 59,28 gram – 65,5 gram d. KH
=
60% 𝑥 2808 4
= 421,2 𝑔𝑟
5% = 400,1 gram – 442,3 gram
5. Kebutuhan zat gizi Mikro 𝐵𝐵
a. Besi = 𝐵𝐵𝑆 x nilai zat gizi AKG 63,6
= 56,4 x 6 = 6,7 mg 𝐵𝐵
b. Vit. C = 𝐵𝐵𝑆 x nilai zat gizi AKG 63,6
= 56,4 x 25 = 28,1 mg 𝐵𝐵
c. Kalsium = 𝐵𝐵𝑆 x nilai zat gizi AKG 63,6
= 56,4 x 200 = 225,5 mg
6. Perhitungan kebutuhan cairan Berat badan idiel = 56,4 kg Cairan urine tampung = 450 ml
Rumus IWL = urine + 500 cc = 450 cc + 500 cc= 950 cc 7. Perhitungan cairan infus Menghitung infus NaCl 0,9% 16 TPM Cairan infus RL = 16 x 60 x 24 = 23,040/20 = 1.152 cc 8. Prinsip diet -Energi sesuai kebutuhan -Protein tinggi 15-20% -Lemak sedang 20-25% -Karbohidrat 60%
9. Syarat diet 1. Energi sesuai kebutuhan diberikan sebanyak 2667,6 kkal – 2948,4 kkal untuk digunakan sebagai sumber energi utama dan mencegah katabolisme protein. Dan juga ditujukan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. 2. Protein tinggi diberikan sebanyak 133,4 gr – 147,4 gr untuk memperbaiki dan mengganti sel serta jaringan yang rusak serta protein juga dapat membantu pembentukan Hb 3. Lemak sedang diberikan sebanyak 59,28 gr – 65,5 gr untuk menghindari terjadinya mual dan muntah 4. Karbohidrat diberikan sebanyak 400,1 gr – 442,3 gr untuk menghindari terjadinya pemecahan protein menjadi energi utama. 5. Cairan diberikan cukup sebanyak cc untuk menghindari mencegah terjadinya dehidrasi dan untuk menggantikan cairan yang hilang/keluar melalui muntah. 6. Vit C diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan yaitu sebanyak 28,1 mg guna membantu penyerapan zat besi 7. Besi (Fe) diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan yaitu sebanyak 6,7 mg untuk membantu pembentukan hemoglobin 8. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam/air
10. Bentuk Makanan Makanan biasa (nasi lunak) 11. Frekuensi 3 kali makanan utama (pagi,siang,malam) 12. Rute Oral 13. Edukasi Sasaran
: Pasien dan keluarga.
Tempat
: Ruang Campaka/K6
Metode
:Penyuluhan individu dan konsultasi gizi
Alat bantu
:Leaflet
Materi atau penjelasan yang diberikan yaitu “Diet rendah garam” : 1. Memberikan informasi kepada Ny P dan keluargnya tentang diagnose penyakit yang diderita dan hubungan dengan diet yang diberikan. 2. Memberikan informasi kepada Ny P dan keluarga tentang tujuan diet yang diberikan. 3. Memberikan motivasi kepada Ny N untuk mengikuti diet yang diberikan, agar lekas sembuh. 4. Memberikan pemahaman tentang syarat dan prinsip diet rendah garam. 5. Menjelaskan bahan makanan yang tidak dianjurkan pada diet rendah garam seperti sumber
karbohidrat
yang
di
masak
dengan
garam
dapur/natrium
seperti
roti,biskuit,Sumber protein yang di awetkan menggunakan garam dapur seperti daging asap,ikan asin,ikan kalengan ,telur asin serta sumber protein nabati seperti keju ,dan semua kacang-kacangan yang di masak menggunakan garam dapur natrium.Lalu sayuran yang di masak/diawetkan menggunakan garam dapur seperti sawi asin,sayura dalam kaleng serta buah-buahan yang diawetkan dengan garam seperti buah dalam kaleng. 6. Membantu pasien menyusun menu diet rendah garam untuk memenuhi kebutuhan Pasien.
Tabel 3.1 Tabel perencanaan menu dalam sehari
Bahan makanan
Penukar
Makan pagi
Makan siang
Makan Sore
Makanan pokok
1
1
7,5
24
3p
24
7
2
3
2
Lauk nabati
10
3
3
1
3
Sayur
10
3
32
1
3
Buah
1
-
1
-
Minyak
3
1
1,5
1
Lauk hewani rendah
2
Tabel 3.2 Tabel pembagian penukar dalam sehari
Bahan
Penukar
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
makanan Makanan
7,5
1312,5
30
-
300
7
350
49
14
-
Lauk nabati
10
750
50
30
70
Sayur
10
250
10
-
50
Buah
1
150
-
-
36
3,5
175
-
17,5
-
2887,5
139
61,5
432
pokok Lauk hewani rendah
Minyak Total
Perhitungan pembagian penukar dalam sehari Pagi dan sore 30% Energi = 30% x 2887 kkal = 866,25 kkal 5%
= 822,9 kkal – 909,5 kkal
Protein = 30% x 139 gr = 41,7 gr 5%
= 39,6 gr – 43,7 gr
Lemak = 30% x 61,5 gr = 18,45 gr 5%
= 17,5 gr – 19,32 gr
Karbohidrat = 30% x 432 gr = 129,6 gr 5%
= 123,1 gr – 139,1 gr
Siang 40% Energi = 40% x 2887 kkal = 1155 kkal 5%
= 1097,2 kkal – 1212,7 kkal
Protein = 40% x 139 gr = 55,6 gr 5%
= 52,82 gr – 58,4 gr
Lemak = 40% x 61,5 gr = 24,6 gr 5%
= 23,4 gr – 25,8 gr
Karbohidrat = 40% x 432 gr = 172,8 gr 5%
= 164,1 gr – 181,4 gr
Pagi 30% Bahan makanan
Penukar
Energi
Makanan pokok
2,5
437,5
10
-
100
Lauk hewani rendah
2.25
112,5
15,75
4,5
-
Lauk nabati
3
225
15
9
21
Sayur
3
75
3
-
15
Buah
-
-
-
-
-
Minyak
1
50
-
5
-
900
43,75
18,5
136
Total
Protein
Lemak
Karbohidrat
Siang 40% Bahan makanan Makanan pokok
Penukar
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
3
525
12
-
120
Lauk hewani rendah
3.5
175
24,5
7
-
Lauk nabati
3.5
262,5
17.5
10,5
24,5
Sayur
3.5
87,5
3.5
-
17,5
Buah
1
50
-
-
12
Minyak
1
50
-
5
-
1150
57,5
22,5
174
Total
Sore 30% Bahan makanan
Penukar
Makanan pokok
2,5
437,5
10
-
100
Lauk hewani rendah
2.25
112,5
15,75
4,5
-
Lauk nabati
3
225
15
9
21
Sayur
3
75
3
-
15
Buah
-
-
-
-
-
minyak
1
50
-
5
-
900
43,75
18,5
136
total
Energi
Protein
Lemak Karbohidrat
Tabel 3.3 Tabel perencanaan menu dalam sehari Makan Pagi pukul 06.00 wib Menu
Bahan makanan
URT
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH
(gr) 1. Nasi lunak
Beras
4 ½ gls
500
437,5
10
-
100
2. Nila bumbu
Ikannila,tomat,lombok 2 ¼ ptg
90
112,5
15.75
4,5
-
Rujak
merah kering
3. tahu bacem
sdg
Minyak
½ sdm
2,5
25
-
2,5
-
Tahu
3 ptg bj
330
225
15
9
21
3 gls
300
75
3
-
15
½ sdm
2,5
25
-
2,5
-
bsr 4.Cah labu
Labu siam,wortel,daun bawang Minyak
Makan siang pukul 11.00 wib Menu
Bahan makanan
URT
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH
(gr) 1. Nasi lunak
Beras
5 gls
600
525
12
-
120
2. ikan peda
Ikan peda,tomat hijau
3 ½ ptg
140
175
24,5
7
-
garang asam
belimbing waluh
ptg sdg
minyak
½ sdm
2,5
25
3. bacem
tempe,gula
3 ½ ptg
175
tempe kukus
merah,kecap manis
bj bsr
4.oseng
kacang panjang,labu
3½
kacang
-
2,5
-
262,5
17,5
10,5
24,5
350
87,5
3,5
-
17,5
gls
panjang
5.Pisang
minyak
½ sdm
2,5
25
-
2,5
-
pisang
1 biji
40
50
-
-
12
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH
mauli
Makan sore pukul 16.00 WIB Menu
Bahan makanan
URT
(gr) 1. Nasi lunak
Beras
4 ½ gls
500
437,5
10
-
100
2. ikan patin
Ikan patin
2 ¼ ptg
90
112,5
15.75
4,5
-
masak kuning
sdg Minyak
3. tahu bacem
Tahu
4.sayur asam Jakarta
1 sdm
5
50
-
5
-
3 ptg bj
330
225
15
9
21
300
75
3
-
15
bsr Labu siam,kacang panjang,daging sapi,wortel
3 gls
Tabel 3.4 Tabel analisis asupan zat gizi pemorsian hari 1 (16 maret 2018) Makan pagi pukul 06.00 wib Menu
Bahan makanan
1. Nasi lunak
Nasi lunak
2. Nila bumbu
Ikannila,tomat,lom
Rujak
bok merah kering Minyak
URT
Berat
Sisa
Asupan
(gr)
(gr)
(gr)
4 ½ gls
500
227
500
2 ¼ ptg sdg
90
15
91
½ sdm
2,5
3.tahu bacem
Tahu
3 ptg bj bsr
330
91
142
4.Cah labu
Labu
3 gls
300
139
300
½ sdm
2,5
URT
Berat
Sisa
Asupan
(gr)
(gr)
(gr)
5 gls
600
198
600
3 ½ ptg sdg
140
18
141
½ sdm
2,5
3 ½ ptg bj bsr
175
14
173
34
350
siam,wortel,daun bawang Minyak
Makan siang pukul 11.00 WIB Menu
Bahan makanan
1. Nasi lunak
Nasi lunak
2. ikan peda
Ikan peda,tomat
garang asam
hijau belimbing waluh minyak
3. bacem
tempe,gula
tempe kukus
merah,kecap manis
4.oseng
kacang panjang,labu
3 ½ gls
350
kacang
minyak
½ sdm
2,5
panjang 5.Pisang
pisang
1 biji
40
32
41
mauli
Makan sore pukul 16.00 WIB Menu
Bahan
URT
makanan
Berat
Sisa
Asupan
(gr)
(gr)
(gr)
1. Nasi lunak
Nasi lunak
4 ½ gls
500
261
501
2. ikan patin
Ikan patin
2 ¼ ptg sdg
90
6
89
masak kuning
Minyak
1 sdm
5
3. tahu bacem
Tahu
3 ptg bj bsr
330
68
259
4.sayur asam
Labu
3 gls
300
76
301
Jakarta
siam,kacang panjang,daging sapi,wortel
Tabel 3.5 Tabel recall 24 jam pemorsian hari 1 (16 maret 2019)
Zat gizi
Asupan
Kebutuhan
Tingkat Kons.
Interpretasi
Energi
2137,5 Kkal
2887,1 kkal
74,03%
Deficit sedang
Protein
118 gr
139 gr
84,9%
Deficit ringan
Lemak
55 gr
61,5 gr
89 %
Deficit ringan
Karbohidrat
293,3 gr
432 gr
67 %
Deficit berat
MONITORING EVALUASI Tabel 3.6 Tabel monitoring dan evaluasi (16 maret 2019) Dampak Asuhan
a. Kekurangan intake makanan dan minuman oral
Gizi Outcome
b. Tekanan darah pasien tinggi
Indicator Outcome Jangka pendek Asupan intake saat recall ,yaitu: Energi = 19,4% Protein = 16,4% Lemak = 21,1% Karbohidrat = 20,7% Kriteria
Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil recall asupan intake oral klien yaitu: Energi = Defisit berat Protein = Defisit berat Lemak = defisit berat Karbohidrat = Defisit berat
Dokumentasi
Pada kunjungan awal asupan intake oral, yaitu:
Monitoring
Energi = 19,4% (DB)
Evaluasi
Protein = 16,4% (DB) Lemak = 21,1% (DB) Karbohidrat = 20,7% (DB)
Dokumentasi
Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target
Monitoring
direncanakan yang telah tercapai yaitu:
Evaluasi
Energi = 74,03 %(DS) Protein = 84,9% (DR) Lemak = 89%(DR) Karbohidrat = 67%(DB)
ASSESSMENT GIZI TANGGAL 17 MARET 2019
1. CH. Client History CH.1 Riwayat Personal CH.1.1 Data Personal 1.1.8 Umur Ny. P Berumur 30 tahun 1.1.9 Jenis kelamin Ny. P berjenis kelamin perempuan 1.1.10 Keterbatasan fisik Normal 1.1.11 Suku/Etnic Ny. P bersuku Dayak 1.1.12 Bahasa Ny. P menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Daerah 1.1.13 Edukasi Ny. P lulusan D3 Gizi 1.1.14 Peranan dalam keluarga Ny. P merupakan ibu rumah tangga
CH.2 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga CH.2.1 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga 2.1.1. Keluhan pasien : Ny.P menderita Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli CH 2.1.5 Gastrointestinal
Ny.P diketahui memiliki masalah gastrointestinal yaitu nyeri perut post SC hari II
Pada tanggal 17 maret 2019 pasien masih merasa mual
CH 2.1.8 Immune Ny.P diketahui memiliki alergi terhadap seafood CH 2.1.13 Respiratory
Pada tanggal 17 maret 2019 laju respirasi pasien tidak normal yaitu 23x/menit
CH.3.1 Riwayat Sosial CH 3.1.1 Faktor Sosial Ekonomi Ny.P termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke atas CH 3.1.2 Situasi Rumah Ny.P tinggal bersama suami dan dua anaknya yang beralamat di Jl.Kalingu II no.35, Kota Palangka Raya CH 3.1.6 Pekerjaan Ny.P bekerja sebagai pegawai PNS di sebuah puskesmas CH 3.1.7 Agama Ny.P beragama ksristen protestan. Identifikasi : Ny. P berumur 30 tahun, pasien menderita Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli ,bekerja sebagai pegawai PNS dan beragama Kristen 2. FH. Food History ( riwayat makanan ) 2. Asupan makan dan Zat Gizi 2.1 Asupan energi 2.1.1
Asupan Energi Asupan energi Ny.P saat dilakukan recall sebesar 2137,5 kalori dengan tingkat konsumsi 74,03% interpretasi defisit sedang
1.2.2 Asupan Makanan 4. Jenis Makanan Jenis makanan yang dikonsumsi Ny. P merupakan makanan biasa
5. Pola makan / snack Pola makan Ny.P utama sebanyak 3 (tiga) kali sehari. Bahan makanan yang biasa dikonsumsi: Makanan pokok: Nasi, Lauk hewani : ikan nila,ikan patin ikan peda, Lauk nabati : tahu ,tempe ,sayuran : kacang panjang,labu siam,labu kuning,wortel ,Buah : pisang Minuman: air putih. Pasien tidak terlalu suka cemilan. 6. Variasi makanan Ny. P mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi dan kurang seimbang dibuktikan dengan Ny. P tidak menyukai daging-dagingan 1.3.2 Parenteral 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV) Pasien diberikan infuse NaCl 0,9% 16 tpm
1.5 Asupan Gizi Makro 1.5.1 Asupan lemak dan Kolesterol 1.5.1.1 Asupan Lemak Asupan lemak Ny. P saat dilakukan recall sebesar 55 gram dengan tingkat konsumsi 89% interpretasi defisit ringan 1.5.2 Asupan Protein 1.5.2.1 Asupan Protein Total Asupan Protein Ny. P saat dilakukan recall sebesar 118 gram dengan tingkat konsumsi 84,9% interpretasi defisit ringan 1.5.3 Asupan Karbohidrat 1.5.3.1 Asupan Karbohidrat Total Asupan karbohidrat Ny.P saat dilakukan recall sebesar 293,3 gr dengan tingkat konsumsi 67% interpretasi defisit berat
Identifikasi : asupan energi pasien Ny.P saat dilakukan recall sebesar kkal , protein gram, lemak gram dan karbohidrat gram dengan interpretasi defisit berat FH 2. Pemberian makanan dan zat gizi 2.2.1.2 Pengalaman Diet 2.1.2.5 Alergi makanan Pasien memiliki alergi makanan yaitu seafood 2.1.4 Pemberian makanan enteral dan parenteral 2.1.4.2 Akses parenteral Pasien diberikan makanan parenteral berupa infus NaCl 0,9% 16 tpm
FH 3. Penggunaan obat obatan atau obat alternative/pelengkap 3.1 Suplemen Obat dan Jamu 3.1.1 Penggunaan obat yang diresepkan Pemberian obat
Fungsi
16 maret 2019 Infus NaCl 0.9 % 16
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
TPM Inj. Cefotaxime (3x1)
untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri misalnya infeksi pernafasan bagian bawah, infeksi saluran kemih, meningitis, dan gonore. Obat ini termasuk dalam kelas antibiotik bernama cephalosporin. Antibiotik ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
Inj. Metronidazole (3x500 gr)
untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme protozoa dan bakteri anaerob
Inj. Dexametason (3x 10 gr)
untuk mengurangi beberapa keadaan inflamasi atau peradangan seperti pada asma, radang sendi, penyakit kulit, kelainan imunitas dan keganasan darah
Nifedipine
untuk mencegah beberapa tipe nyeri dada tertentu
(3x10 mg)
(angina)
Dopamet
untuk mengobati hipertensi (tekanan darah) agar dapat
(3x500 mg)
kembali menjadi normal
FH 4.2 Kepercayaan dan sikap 1.2.13 Kesukaan makanan Pasien suka mengkonsumsi makanan berupa lauk hewani seperti ikan,lauk nabati seperti tempe dan tahu serta sayuran 3. AD. Antropometri 1.2.Komposisi / pertumbuhan Tubuh / Riwayat berat badan 1.1.3
Tinggi / Panjang Badan Tinggi badan Estimasi Tinggi lutut Ny. P yaitu 162,7 cm
1.1.4
Berat Badan Berat badan Estimasi menurut LILA Ny.P yaitu 63,6 kg
1.1.4 LILA Lila Ny. P yaitu 32,4 cm 1.1.7 IMT IMT Ny. P adalah 24,4 maka Ny. P kedalam Kategori Normal 1.1.8
Indikator pola pertumbuhan level persentil Lila pasien 26.5 cm % Presentase LILA
=
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 32,4 𝑐𝑚 27,7 𝑐𝑚
𝑋 100%
𝑋 100% = 116,9 % (gizi baik)
Identifikasi : tinggi badan pasien Ny.P yaitu 162,7 cm dan BB estimasi pasein adalah 63,6 kg dan status gizi pasien normal/baik .
4. BD.Data biokimia 1.10 Profil anemia gizi 1.10.1 Hemoglobin Data HBG Ny.P saat awal masuk rumah sakit 14 maret 2019 adalah 8,8 g/dL Data HBG Ny P tanggal 17 maret 2019 adalah 10,9 g/dL Identifikasi : Ny.P menderita anemia karena nilai HBG yang rendah akibat adanya pendarahan yang dialami pasien pada awal masuk rumah sakit tetapi pada tanggal 17 maret 2019 HBG Ny.P sudah dalam keadaan normal/stabil
5.Fisik klinis PD. 1.1 Nutrition focus pada fisik/klinis 1.1.1 Penampilan Keseluruhan Keadaan umum pasien sadar 1.1.5 Sistem Pencernaan Pasien mengalami masalah gastrointestinal seperti nyeri perut akibat post SC hari ke II 1.1.6 Kepala dan Mata Kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang. 1.1.9 Tanda-Tanda Vital Tanggal 17 maret 2019 -
Suhu
: 36,6 0C
-
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
-
Nadi
: 96 x/mnt
-
Pernafasan
: 23 x/mnt
Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu dalam keadaan sadar/baik. Namun, pada bagian sistem pencernaan klien mengalami gangguan
gastrointestinal seperti nyeri perut akibat post SC hari ke II yang diderita pasien.Tekanan darah klien termasuk tinggi
BIOKIMIA BD1.5 Profil glukosa/endokrin 1.5.2 Glukosa, sewaktu Kadar GDS klien yaitu 165 mg/dl (N = <200 mg/dl) (tanggal 15/03/19) BD1.10.1 Hemoglobin
Kadar HB klien sebesar 10,7 g/dL (tanggal 17/03/19)
BD1.12 Profil urin 1.12.1 warna urin
Warna urin klien berwarna kuning merah (tanggal 15/03/19)
Warna urin klien berwarna kuning (tanggal 16/03/19)
DIAGNOSA GIZI TANGGAL 17 MARET 2019
Domain Intake NI-2.1 Kekurangan Intake Makanan dan Minuman Oral Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan, kurangnya asupan makanan dan minuman, dibuktikan dengan hasil recall asupan makanan pasien yang termasuk dalam kategori defisit berat (karbohidrat 67%),deficit sedang(energi 74,03%) dan deficit ringan (protein 84,9%, lemak 89%) berkaitan dengan pasien masih mengalami mual
Domain Klinik NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien yaitu nyeri perut post SC hari II NC-3.2 Penurunan Berat Badan yang Tidak Diharapkan Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan, adanya infeksi dibuktikan dengan hasil lab WBC (16 maret 2019) yang tinggi yaitu 26,72 x10^3/Ul.
Prioritas Diagnosa Gizi Dari 2 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake karena pasien memiliki kekurangan intake makanan oral pada zat gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan. Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi, karbohidrat, lemak dan protein mengalami defisit berat. Oleh karena itu, klien perlu menerapkan edukasi atau konseling gizi mengenai pengaturan asupan makanan atau perubahan pola makan serta perilaku yang sesuai dengan kebutuhan seimbang klien. Jadi, untuk itu klien harus meningkatkan asupan Energi dan zat gizi makro seperti, protein, karbohidrat, lemak. Perubahan pola makan seperti mengurangi natrium/garam pada makanan dikarenakan jika mengkonsumsi natrium/garam secara berlebih dapat mengakibatkan odema dan tekanan darah semakin tinggi.
INTERVENSI GIZI 17 MARET 2018
1. Tujuan Diet Jangka pendek 1-3 hari 1. Memberikan diet rendah garam sesuai kebutuhan pasien selama 3 hari. 2. Membantu mengurangi retansi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah.
2. Jenis Diet “Diet Rendah Garam II”.
3. Perhitungan zat gizi dan cairan Diketahui : Nama : Ny.P Umur : 30 Tahun -
BBI
= TB – 100 x 90% = 162,7 – 100 x 90% = 62,7 x 90% = 56,43 kg
-
TB Estimasi
: 162,7 cm (estimasi menggunakan tinggi lutut)
Dihitung menggunakan rumus = (1,83 x Titut)-(0,24 x umur)+84,88 = (1,83 x 46,5 )-(0,24 x 30)+84,88 = 85,09 - 7,2 + 84,88 = 162,7 cm (sumber: Cumlea 1985,dalam otbook 2016)
-
BB Estimasi
: 63,6 kg (estimasi menggunakan LILA)
Dihitung menggunakan rumus = (2,001 X LILA) -1,223 = (2,001 X 32,4) -1,223 = 63,6 kg (sumber : Triatmaja et al 2013,dalam otbook 2016)
-
IMT
: 24,4 𝐵𝐵
63.6 𝑘𝑔
Dihitung menggunakan rumus = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚) = 1,62𝑚 𝑥 1,62𝑚 63,6 𝑘𝑔
=
2,6 𝑚
=24,4 (normal)
(sumber : WHO 2004,dalam otbook 2016)
-
Tinggi Lutut
: 46,5 cm
-
LILA
: 32,4 cm
-
LILA/U
: :
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 32,4 𝑐𝑚 27,7 𝑐𝑚
𝑋 100%
𝑋 100% = 116,9 % (gizi baik)
(sumber : Erisanco 1981,dalam otbook 2016)
Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U Klasifikasi
Nilai
Gizi baik
>85%
Gizi kurang
70,1-84,9%
Gizi buruk
<70%
(sumber :Anggraeni 2012 dalam Asesmen gizi 2017)
4. Kebutuhan energi dan zat gizi makro : BEE = (9,6 x BBA ) + (1,9 x TB) – (4,7 x U) + 655,1
Energi
= (9,6 x 63,6 ) + (1,9 x TB) – (4,7 x 30) + 655,1 = 610,56 + 309,13 -141 + 655,1 = 1433,8 kkal HBE = BEE x FA x F1 = 1433,8 x 1,2 x1,4 = 2408 kkal
Penambahan kalori ibu menyusui
a. HBE + 400 kkal = 2408 + 400 = 2808 Kkal 5% = 2667,6 kkal - 2948,4 kkal b. Protein =
20% 𝑥 2808 4
= 140,4 𝑔𝑟
5% = 133,4 gram – 147,4 gram c. Lemak =
20% 𝑥 2808 9
= 62,4 𝑔𝑟
5% = 59,28 gram – 65,5 gram d. KH
=
60% 𝑥 2808 4
= 421,2 𝑔𝑟
5% = 400,1 gram – 442,3 gram
5. Kebutuhan zat gizi Mikro 𝐵𝐵
a. Besi = 𝐵𝐵𝑆 x nilai zat gizi AKG 63,6
= 56,4 x 6 = 6,7 mg 𝐵𝐵
b. Vit. C = 𝐵𝐵𝑆 x nilai zat gizi AKG 63,6
= 56,4 x 25 = 28,1 mg 𝐵𝐵
c. Kalsium = 𝐵𝐵𝑆 x nilai zat gizi AKG 63,6
= 56,4 x 200 = 225,5 mg
6. Perhitungan kebutuhan cairan Berat badan ideal = 56,4 kg Urine
= 450 cc
Rumus IWL = urine + 500 =450 cc + 500 cc= 950 cc 7. Perhitungan cairan infus Menghitung infus NaCl 0,9% 16 TPM Cairan infus RL = 16 x 60 x 24 = 23,040/20 = 1.152 cc 8. Prinsip diet -Energi sesuai kebutuhan -Protein tinggi 15-20% -Lemak sedang 20-25% -Karbohidrat 60% 9. Syarat diet 1. Energi sesuai kebutuhan diberikan sebanyak 2667,6 kkal – 2948,4 kkal untuk digunakan sebagai sumber energi utama dan mencegah katabolisme protein. Dan juga ditujukan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. 2. Protein tinggi diberikan sebanyak 133,4 gr – 147,4 gr untuk memperbaiki dan mengganti sel serta jaringan yang rusak serta protein juga dapat membantu pembentukan Hb 3. Lemak sedang diberikan sebanyak 59,28 gr – 65,5 gr untuk menghindari terjadinya mual dan muntah 4. Karbohidrat diberikan sebanyak 400,1 gr – 442,3 gr untuk menghindari terjadinya pemecahan protein menjadi energi utama. 5. Cairan diberikan cukup untuk menghindari mencegah terjadinya dehidrasi dan untuk menggantikan cairan yang hilang/keluar melalui muntah. 6. Vit C diberikan cukup dengan kebutuhan yaitu sebanyak 28,1 mg guna membantu penyerapan zat besi 7. Besi (Fe) diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan yaitu sebanyak 6,7 mg untuk membantu pembentukan hemoglobin
8. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam/air
10. Bentuk Makanan Makanan biasa (nasi lunak) 11. Frekuensi 3 kali makanan utama (pagi,siang,malam) 12. Rute Oral 13. Edukasi Sasaran
: Pasien dan keluarga.
Tempat
: Ruang Campaka/K6
Metode
:Penyuluhan individu dan konsultasi gizi
Alat bantu
:Leaflet
Materi atau penjelasan yang diberikan yaitu “Diet rendah garam” : 1. Memberikan informasi kepada Ny P dan keluargnya tentang diagnose penyakit yang diderita dan hubungan dengan diet yang diberikan. 2. Memberikan informasi kepada Ny P dan keluarga tentang tujuan diet yang diberikan. 3. Memberikan motivasi kepada Ny N untuk mengikuti diet yang diberikan, agar lekas sembuh. 4. Memberikan pemahaman tentang syarat dan prinsip diet rendah garam. 5. Menjelaskan bahan makanan yang tidak dianjurkan pada diet rendah garam seperti sumber
karbohidrat
yang
di
masak
dengan
garam
dapur/natrium
seperti
roti,biskuit,Sumber protein yang di awetkan menggunakan garam dapur seperti daging asap,ikan asin,ikan kalengan ,telur asin serta sumber protein nabati seperti keju ,dan semua kacang-kacangan yang di masak menggunakan garam dapur natrium.Lalu sayuran yang di masak/diawetkan menggunakan garam dapur seperti sawi asin,sayura dalam kaleng serta buah-buahan yang diawetkan dengan garam seperti buah dalam kaleng. 6. Membantu pasien menyusun menu diet rendah garam untuk memenuhi kebutuhan Pasien.
Pembagian Kedalam sehari
Energi = 2681 kkal
Protein = 113 gram
Lemak = 65,1 gram
Karbohidrat = 438,97 gram Tabel perencanaan menu dalam sehari 17 MARET 2019
Makan pagi pukul 06.00 wib Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
(gr)
(kkal)
(gr)
(gr)
(gr)
Nasi lunak
250
445
5,25
0,21
101,5
Ayam sop
50
151
9,10
12,50
-
Tempe bacem
75
111,75
13,73
3,00
9,53
Soto banjar = kentang
50
41,50
1,00
0,05
9,55
Wortel
25
10,50
0,30
0,08
2,33
Minyak
5
15,10
-
5,00
-
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
(gr)
(kkal)
(gr)
(gr)
(gr)
Nasi lunak
325
578,5
0,33
131,95
Patin bb pepes
100
113
17
4,51
-
Tahu bacem
150
100
11,7
6,9
2,4
Kacang panjang
25
11,00
0,68
0,08
1,95
Labu kuning
25
7,25
0,28
0,08
1,65
Jagung muda
25
8,25
0,56
0,03
1,85
Labu air
25
4,25
0,17
0,05
0,95
Pisang ambon
50
49,50
0,60
0,10
12,90
Makan siang pukul 11.00 wib Menu
6,83
Sayur bb kuning dayak
Minyak
5
45,10
-
5,00
-
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
(gr)
(kkal)
(gr)
(gr)
(gr)
Nasi lunak
250
445
0,21
101,5
Ayam masak kuning
150
453
27,3
37,5
-
Tumis tempe daun
75
149,00
18,30
4,00
12,70
Cah gambas
50
9,00
0,40
0,10
21,05
Wortel
50
21,00
0,60
0,15
4,65
Minyak
2,5
33,8
-
2,5
-
Makan sore pukul 16.00 wib Menu
5,25
kemangi
Tabel analisis asupan zat gizi pemorsian hari 2 17 MARET 2019 Makan pagi pukul 06.00 wib Menu
Berat
Sisa
Asupan
BDD
(gr) Nasi lunak
250
221
250
-
Ayam sop
50
50
90
46,4
Tempe bacem
75
37
78
-
Soto banjar = kentang
50
25
50
-
Wortel
30
25
30
Makan siang pukul 11.00 wib Menu
Berat
Sisa
Asupan
BDD
(gr)
(gr)
(gr)
Nasi lunak
325
-
Patin bb pepes
100
-
109
Tahu bacem
150
-
151
Kacang panjang
25
-
25
Labu kuning
25
-
25
Jagung muda
25
-
25
Labu air
25
-
25
Pisang ambon
50
-
87
Berat
Sisa
Asupan
(gr)
(gr)
(gr)
Nasi lunak
250
-
250
-
Ayam masak kuning
150
-
152
46,4
Tumis tempe daun
75
-
76
-
Cah gambas
50
60
50
-
Wortel
50
325
Sayur bb kuning dayak
Makan sore pukul 16.00 wib Menu
BDD
kemangi
50
Tabel recall 24 jam pemorsian hari 2 (17 maret 2019)
Zat gizi
Asupan
Kebutuhan
Tingkat Kons.
Interpretasi
Energi
1658 kkal
2887,1 kkal
57,4 %
Deficit berat
Protein
96,9 gr
139 gr
71 %
Deficit sedang
Lemak
54,9 gr
61,5 gr
89,2%
Deficit ringan
Karbohidrat
205 gr
432 gr
47,4%
Deficit berat
MONITORING EVALUASI Tabel monitoring dan evaluasi (17 maret 2019) Dampak Asuhan
Kekurangan intake makanan dan minuman oral
Gizi Outcome Indicator Outcome
Asupan intake makanan dan minuman saat recall ,yaitu: Energi = 74,03% Protein = 84,9% Lemak = 89% Karbohidrat = 67%
Kriteria
Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil
recall asupan intake
makanan dan minuman oral klien yaitu: Energi = Defisit sedang Protein = Defisit ringan Lemak = defisit ringan Karbohidrat = Defisit berat Dokumentasi
Pada kunjungan awal asupan intake makanan dan minuman oral,
Monitoring
yaitu:
Evaluasi
Energi = 74,03 %(DS) Protein = 84,9% (DR) Lemak = 89%(DR) Karbohidrat = 67%(DB)
Dokumentasi
Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target
Monitoring
direncanakan yang telah tercapai yaitu:
Evaluasi
Energi = 57% (DB) Protein = 71% (DS) Lemak = 89,2% (DR) Karbohidrat = 47,4 % (DB)
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi eklampsia Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis. 5 Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata-kata tersebut dipergunakan karena seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda lain. Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum (antepartum), eklampsia partuirentum (intrapartum), dan eklampsia puerperale (postpartum), berdasarkan saat timbulnya serangan. Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin meningkat saat mendekati kelahiran.Pada kasus yang jarang, eklampsia terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Sektar 75% kejang eklampsia terjadi sebelum melahirkan, 50% saat 48 jam pertama setelah melahirkan, tetapi kejang juga dapat timbul setelah 6 minggu postpartum. Sesuai dengan batasan dari National Institutes of Health (NIH) Working Group on Blood Pressure in Pregnancy preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan. Saat ini edema pada wanita hamil dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak spesifik dalam diagnosis preeklampsia. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Proteinuria adalah adanya protein dalam urin dalam jumlah ≥300 mg/dl dalam urin tampung 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dari urin acak tengah yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kencing. B. Diagnosis dan Gambaran Klinik Eklampsia Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeklampsia. Preeklampsia dibagi menjdai ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila ada satu atau lebih tanda dibawah ini : 1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5 gr atau lebih dalam24 jam; 3+ atau 4+ pada pemetiksaan kualitatif 3) Oliguria, diuresis 400 ml atau kurang dalam 24 jam 4) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium 5) Edema paru atau sianosis. Pada umumnya serangan kejang didahului dengan memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di daerah epigastrium, dan hiperrefleksia. Menurut Sibai terdapat beberapa perubahan klinis yang memberikan peringatan gejala sebelum timbulnya kejang, adalah sakit kepala yang berat dan menetap, perubahan mental sementara, pandangan kabur, fotofobia, iritabilitas, nyeri epigastrik, mual, muntah. Namun, hanya sekitar 50% penderita yang mengalami gejala ini. Prosentase gejala sebelum timbulnya kejang eklampsia adaah sakit kepala yang berat dan menetap (50-70%), gangguan penglihatan (20-30%), nyeri epigastrium (20%), mual muntah (1015%), perubahan mental sementara (5- 10%). Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemuadian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot-otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang-kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot-otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai satu menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tak bergerak. Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernapasan berhenti. Selama beberapa detik penderita seperti meninggal karena henti napas, namun kemudian penderita bernapas panjang dan dalam, selanjutnya pernapasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang-kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti, penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun, pada kasus-kasus yang berat, keadaan koma belangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama bahkan kematian. Frekuensi pernapasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50 kali per menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia dampai asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat ditemukan sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabla hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat. Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang – kadang sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikan kondisi penderita. Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu beberapa hari sampai dua minggu setelah persalinan apabila keadaan hipertensi menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler kronis. C. Faktor Resiko Praktisi kesehatan diharapkan dapat mengidentifikasi faktor risiko preeklampsia dan eklampsia dan mengontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan pencegahan primer. Dari beberapa studi dikumpulkan ada beberapa fakto risiko preeklampsia, yaitu : 1) Usia Duckitt melaporkan peningkatan risiko preeklampsia dan eklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih pada primipara maupun multipara. Usia muda tidak meningkatkan risiko secara bermakna (Evidence II, 2004). Robillard dkk melaporkan bahwa risiko preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan kedua meningkat dengan peningkatan usia ibu.23Choudhary P dalam penelitiannya menemukan bahwa eklampsia lebih banyak (46,8%) terjadi pada ibu dengan usia kurang dari 19 tahun.
2) Nulipara Hipertensi gestasional lebih sering terjadi pada wanita nulipara.8 Duckitt melaporkan nulipara memiliki risiko hampir tiga kali lipat (RR 2,91, 95% CI 1,28 – 6,61) (Evidence II, 2004). 3) Kehamilan pertama oleh pasangan baru Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap sebagai faktor risiko, walaupun bukan nulipara karena risiko meningkat pada wanita yang memiliki paparan rendar terhadap sperma. 4) Jarak antar kehamilan Studi melibatkan 760.901 wanita di Norwegia, memperlihatkan bahwa wanita multipara dengan jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko preeklampsia dan eklampsia hampir sama dengan nulipara. Robillard dkk melaporkan bahwa ririko preeklampsia dan eklampsia semakin meningkat sesuai dengan lamanya interval dengan kehamilan pertama (1,5 setiap 5 tahun jarak kehamilan pertama dan kedua; p<0,0001 5) Riwayat preeklampsia eklampsia sebelumnya Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor risiko utama. Menurut Duckitt risiko meningkat hingga tujuh kali lipat (RR 7,19 95% CI 5,85-8,83). Kehamilan pada wanita dengan riwayat preeklampsia dan eklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dinin dan dampak perinatal yang buruk. 6) Riwayat keluarga preeklampsia eklampsia Riwayat preeklampsia dan eklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir tiga kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat. 7) Kehamilan multifetus Studi melibatkan 53.028 wanita hamil menunjukkan, kehamilan kembar meningkatkan risiko preeklampsia hampir tiga kali lipat. Analisa lebih lanjut menunjukkan kehamilan triplet memiliki risiko hampir tiga kal lipat dibandingkan kehamilan duplet. Sibai dkk menyimpulkan bahwa kehamilan ganda memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk menjadi preeklamsia dibandingkan kehamilan normal. Selain itu, wanita dengan
kehamilan multifetus dan kelainan hipertensi saat hamil memiliki luaran neonatal yang lebih buruk daripada kehamilan monofetus. 8) Donor oosit, donor sperma dan donor embrio Kehamilan setelah inseminasi donor sperma, donor oossit atau donor embrio juga dikatakan sebagai faktor risiko. Satu hipotesis yang populer penyebab preeklampsia adalah lajadaptasi imun. Mekanisme dibalik efek protektif dari paparan sperma masih belum diketahui. Data menunjukkan adanya peningkatan frekuensi preeklampsia setelah inseminasi donor sperma dan oosit, frekuensi preeklampsia yang tinggi pada kehamilan remaja, serta makin mengecilkan kemungkinan terjadinya preeklampsia pada wanita hamil dari pasangan yang sama dalam jangka waktu yang lebih lama. Walaupun preeklampsia dipertimbangkan sebagai penyakit pada kehamilan pertama, frekuensi preeklampsia menurun drastis pada kehamilan berikutnya apabila kehamilan pertama tidak mengalami preeklampsia. Namun, efek protektif dari multiparitas menurun apabila berganti pasangan. Robillard dkk melaporkan adanya peningkatan risiko preeklamspia sebanyak dua kali pada wanita dengan pasangan yang pernah memiliki isteri dengan riwayat preeklampsia. 9) Diabetes Melitus Terganung Insulin (DM tipe I) Kemungkinan preeklampsia meningkat hampir empat kali lipat bila diabetes terjadi sebelum hamil. Anna dkk juga menyebutkan bahwa diabetres melitus dan hipertensi keduanya berasosiasi kuat dengan indeks masa tubuh dan kenaikannya secara relevan sebagai faktor risiko eklampsia di United State. 10) Penyakit ginjal Semua studi yang diulas oleh Duckitt risiko preeklampsia meningkat sebanding dengan keparahan penyakit pada wanita dengan penyakit ginjal. 11) Sindrom antifosfolipid Dari dua studi kasus kontrol yang diulas oleh Duckitt menunjukkan adanya antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia hampir 10 kali lipat. 12) Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh (IMT) saat pertama kali Antenatal Care (ANC)
Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko semakin besar dengan semakin besarnya IMT. Obesitas sangat berhubungan dengan resistensi insulin, yang juga merupakan faktor risiko preeklampsia. Obesitas meningkatkan rsisiko preeklampsia sebanyak 2,47 kali lipat, sedangkan wanita dengan IMT sebelum hamil >35 dibandingkan dengan IMT 19-27 memiliki risiko preeklampsia empat kali lipat. Pada studi kohort yang dilakukan oleh Conde-Agudelao dan Belizan pada 878.680 kehamilan, ditemukan fakta bahwa frekuensi preeklampsia pada kehamilan di populasi wanita yang kurus (IMT< 19,8) adalah 2,6% dibandingkan 10,1% pada populasi wanita yang gemuk (IMT> 29,0). 13) Kondisi sosioekonomi Faktor lingkungan memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi pada kehamilan. Pada wanita dengan sosioekonomi baik memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami preeklampsia.8 Kondisi sosioekonomi pasien di RS dapat dilihat melalui sistem pembayarannya. 14) Frekuensi ANC Pal A dkk menyebutkan bahwa eklampsia banyak terjadi pada ibu yang kurang mendapatkan pelayanan ANC yaitu sebesar 6,14% dibandingkan dengan yang mendapatkan ANC sebesar 1,97%.28 Studi case control di Kendal menunjukkan bahwa penyebab kematian ibu terbesar (51,8%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua penyebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pelayanan antenatal yang memadai atau pelayanan berkualitas dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
D. Etiologi dan Patofisiologi Eklampsia Etiologi dan Patofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan Hingga saat ini etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam kehamilan masih belum diketahui dengan pasti. Telah banyak hipotesis yang diajukan untuk mencari etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam kehamilan namun hingga kini belum memuaskan sehinggan Zweifel menyebut preeklampsia dan eklampsia sebagai “the disease of theory”.20 Adapun hipotesis yang diajukan diantaranya adalah :
1) Genetik Terdapat suatu kecenderungan bahwa faktor keturunan turut berperanan dalam patogenesis preeklampsia dan eklampsia. Telah dilaporkan adanya peningkatan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia pada wanita yang dilahirkan oleh ibu yang menderita preeklampsia preeklampsia dan eklampsia. Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada kejadian preeklampsia dan eklampsia adalah peningkatan Human Leukocyte Antigene (HLA) pada penderita preeklampsia. Beberapa peneliti melaporkan hubungan antara histokompatibilitas antigen HLADR4 dan proteinuri hipertensi. Diduga ibu-ibu dengan HLA haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi terhadap perkembangan preeklampsia eklampsia dan intra uterin growth restricted (IUGR) daripada ibu-ibu tanpa haplotipe tersebut. Peneliti berhubungan
lain
menyatakan
dengan
gen
kemungkinan resesif
preeklampsia
eklampsia
tunggal.Meningkatnya
prevalensi
preeklampsia eklampsia pada anak perempuan yang lahir dari ibu yang menderita preeklampsia eklampsia mengindikasikan adanya pengaruh genotip fetus terhadap kejadian preeklampsia. Walaupun faktor genetik nampaknya berperan pada preeklampsia eklampsia tetapi manifestasinya pada penyakit ini secara jelas belum dapat diterangkan. 2) Iskemia Plasenta Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi desidua dan miometrium dalam dua tahap. Pertama, sel-sel trofoblas endovaskuler menginvasi arteri spiralis yaitu dengan mengganti endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan jaringan otot polos dinding arteri serta mengganti dinding arteri dengan material fibrinoid. Proses ini selesai pada akhir trimester I dan pada masa ini proses tersebut telah sampai pada deciduomyometrial junction. Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua dari sel trofoblas di mana sel-sel trofoblas tersebut akan menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga kedalaman miometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti
tahap pertama yaitu penggantian endotel, perusakan jaringan muskulo-elastis serta perubahan material fibrionid dinding arteri. Akhir dari proses ini adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan berbentuk seperti kantong yang memungkinkan terjadi dilatasi secara pasif untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah yang meningkat pada kehamilan 3) Prostasiklin-tromboksan Prostasiklin merupakan suatu prostaglandin yang dihasilkan di sel endotel yang berasal dari asam arakidonat di mana dalam pembuatannya dikatalisis oleh enzim sikooksigenase. Prostasiklin akan meningkatkan cAMP intraselular pada sel otot polos dan trombosit dan memiliki efek vasodilator dan anti agregasi trombosit.21 Tromboksan A2 dihasilkan oleh trombosit, berasal dari asam arakidonat dengan bantuan enzim siklooksigenase. Tromboksan
memiliki
efek
vasikonstriktor
dan
agregasi
trombosit
prostasiklin dan tromboksan A2 mempunyai efek yang berlawanan dalam mekanisme yang mengatur interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh darah. Pada kehamilan normal terjadi kenaikan prostasiklin oleh jaringan ibu, plasenta dan janin. Sedangkan pada preeklampsia terjadi penurunan produksi prostasiklin dan kenaikan tromboksan A2 sehingga terjadi peningkatan rasio tromboksan A2 : prostasiklin. Pada preeklampsia terjadi kerusakan sel endotel akan mengakibatkan menurunnya produksi prostasiklin karena endotel merupakan tempat pembentuknya prostasiklin dan meningkatnya produksi tromboksan sebagai kompensasi tubuh terhadap kerusakan endotel tersebut. Preeklampsia berhubungan dengan adanya vasospasme dan aktivasi sistem koagulasi hemostasis. Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral pada proses ini di mana hal ini sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan antara tromboksan dan prostasiklin. 4) Imunologis Beberapa penelitian menyatakan kemungkinan maladaptasi imunologis sebagai patofisiologi dari preeklampsia. Pada penderita preeklampsia terjadi penurunan
proporsi
T-helper
dibandingkan
dengan
penderita
yang
normotensi yang dimulai sejak awal trimester II. Antibodi yang melawan sel endotel ditemukan pada 50% wanita dengan preeklampsia, sedangkan pada kontrol hanya terdapat 15%. Maladaptasi sistem imun dapat menyebabkan invasi yang dangkal dari arteri spiralis oleh sel sitotrofoblas endovaskuler dan disfungsi sel endotel yang dimediasi oleh peningkatan pelepasan sitokin (TNF-α dan IL-1), enzim proteolitik dan radikal bebas oleh desidua. Sitokin TNF-α dan IL-1 berperanan dalam stress oksidatif yang berhubungan dengan preeklampsia. Di dalam mitokondria, TNF-α akan merubah sebagian aliran elektron untuk melepaskan radikal bebasoksigen yang selanjutkan akan membentuk lipid peroksida dimana hal ini dihambat oleh antioksidan Etiologi dan Patofisiologi Kejang Eklamptik Patofisiologi kejang eklamptik belum diketahui secara pasti. Kejang eklamptik dapat disebabkan oleh hipoksia karena vasokonstriksi lokal otak, dan fokus perdarahan di korteks otak.Kejang juga sebagai manifestasi tekanan pada pusat motorik di daerah lobus frontalis. Beberapa mekanisme yang diduga sebagai etiologi kejang adalah sebagai berikut : a) Edema serebral b) Perdarahan serebral c) Infark serebral d) Vasospasme serebral e) Pertukaran ion antara intra dan ekstra seluler f) Koagulopati intravaskuler serebral g) Ensefalopati hipertensi Etiologi dan Patofisiologi Koma Koma yang dijumpai pada kasus eklampsia dapat disebabkan oleh kerusakan dua organ vital :
1) Kerusakan hepar yang berat : gangguan metabolisme-asidosis, tidak mampu mendetoksikasi toksis material. 2) Kerusakan serebral : edema serebri, perdarahan dan nekrosis disekitar perdarahan, hernia batang otak E. Luaran Maternal Komplikasi Maternal 1) Paru Edema paru adalah tanda prognostik yang buruk yang menyertai eklampsia. Faktor penyebab atau sumber terjadinya edema adalah : (1) pneumonitis aspirasi setelah inhalasi isi lambung jika terjadi muntah pada saat kejang; (2) kegagalan fungsi jantung yang mungkin sebagai akibat hipertensi akibat berat dan pemberian cairan intravena yang berlebihan 2) Otak Pada preeklampsia, kematian yang tiba-tiba terjadi bersamaan dengan kejang atau segera setelahnya sebagai akibat perdarahan otak yang hebat. Hemipelgia terjadi pada perdarahan otak yang sublethal. Perdarahan otak cenderung terjadi pada wanita usia tua dengan hipertensi kronik. Yang jarang adalah sebagai akibat pecahnya aneurisma arteri atau kelainan vasa otak (acute vascular accident, stroke). Koma atau penurunan kesadaran yang terjadi setelah kejang, atau menyertai preeklampsia yang tanpa kejang adalah sebagai akibat edema otak yang luas. Herniasi batang otak juga dapat menyebabkan kematian. Bila tidak ada perdarahan otak yang menyebabkan koma dan dengan pemberian terapi suportif yang tepat sampai penderita kembali sadar umumnya prognosis pada penderita adalah baik. 3) Mata Kebuataan dapat terjadi setelah kejang atau dapat terjadi spontan bersama dengan preeklampsia. Ada dua penyebab kebutaan, yaitu : a. Ablasio retina, yaitu lepasnya retina yang ringan sampai berat.
b. Iskemia atau infark pada lobus oksipitalis. Prognosis untuk kembalinya penglihatan yang normal biasanya baik, apakah itu yang disebabkan oleh kelainan retina maupun otak, dan akan kebali normal dalam waktu satu minggu. 4) Psikosis Eklampsia dapat diikuti keadaan psikosis dan mengamuk, tapi keadaan ini jarang
terjadi. Biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai dua
minggu, tetapi prognosis untuk kembali normal umumnya baik, selama tidak ada kelainan mental sebelumnya. 5) Sistem hematologi Plasma daeah menurun, viskositas darah meningkat, hemokonsentrasi, gangguan pembekuan darah, disseminated intravascular coagulation (DIC), sindroma HELLP. 6) Ginjal Filtrasi glomerulus menurun, aliran plasma ke ginjal meningkat, klirens assam urat menurun, gagal ginjal akut. 7) Hepar Nekrosis periportal, gangguan sel liver, perdarahan subkapsuler. 8) Uterus Solusio plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan pascapartum. Abrutio plasenta yang dapat menyebabkan DIC. 9) Kardiovaskuler Cardiac arrest, acute decompensatio cordis, spasme vaskular menurun, tahanan pembuluh darah tepi meningkat, indeks kerja ventrikel kiri naik, tekanan vena sentral menurun, tekanan paru menurun.6,9 10) Perubahan Metabolisme umum Asidosis metabolik, gangguan pernapasan maternal.
F. Perdarahan Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari uterus dan terjadi sebelum melahirkan. Perdarahan antepartum dapat terjadi karena robeknya plasenta yang melekat didekat kanalis servikalis yang dikenal dengan plasenta previa atau karena robeknya plasenta yang terletak di tempat lain di dalam rongga uterus atau yang dikenal dengan solusio plasenta. Eklampsia merupakan faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta walaupun lebih banyak terjadi pada kasus hipertensi kronik. Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500ml atau lebih darah pada persalinan pervaginam, 1000 ml pada seksio sesaria, 1400 ml pada histerektomi secara elektif atau 3000 sampai 3500 ml pada histerektomi saesarea darurat, setelah kala tiga persalinan selesai. Pada eklampsia sering didapat adanya hemokonsentrasi atau tidak terjadinya hipervolemia seperti pada kehamilan normal. Hal tersebut membuat ibu hamil pada kasus eklampsia jauh lebih rentan terhadap kehilangan darah dibandingkan ibu normotensif
G. Penatalaksaan diet Pasien yang mengalami Eklamsia +Hellp Syndrome post SC hari II Gamelli dibuktikan dengan hasil klinis tekanan darah yang tinggi mendapatkan terapi diet Rendah garam(RG). Diet rendah garam ini sendiri dibagi menjadi 3 yaitu ,diet rendah garam I (200-400 mg Na), diet rendah garam II (600-800 mg Na) dan diet rendah garam III (1000-1200 mg Na).Diet ini diberikan bentuk makanannya sesuai dengan keadaan penyakit. Adapun penyusunan diet rendah garam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Energi sesuai kebutuhan 2. Protein tinggi 15-20% 3. Lemak sedang 20-25% 4. Karbohidrat 60% 5. Cairan diberikan cukup
6. Vitamin C diberikan cukup 7. Besi (Fe) diberikan cukup 8. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam/air
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan pembahasan Upaya yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap dilakukan melalui pelayanan gizi dengan menyediakan makanan atau diet kepada pasien. Bagi sejumlah pasien dengan penyakit berat, upaya pelayanan gizi tersebut tidak dapat dilaksanakan secara maksimal karena berbagai keterbatasan pada penerimaan, pencernaan dan penyerapan berbagai zat gizi pada makanan didalam tubuh. Pada praktek lapangan mata kuliah dietetik lanjut, saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan asuhan gizi diruang Cempaka atau ruang khusus penyakit reproduksi wanita. Hal yang saya lakukan pada hari pertama adalah melakukan skrining pada semua pasien baru, tujuan saya melakukan skrining adalah untuk mengatahui tingkat keparahan penyakit yang dialami pasien serta menentukan diet apa yang sebaiknya dijalani pasien dengan kondisi penyakitnya saat ini. Diruang Cempaka ini saya mengambil 1 pasien untuk dilakukan asuhan gizi. Pasien saya masuk rumah sakit pada tanggal 14 Maret 2019. Pasien saya adalah seorang wanita bernama Ny P usia 30 tahun masuk rumah sakit dengan diagnose Eklamsia +Hellp Syndrome post SC Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis. Penyebab eklampsia yaitu riwayat tekanan darah tinggi,obesitas ,riwayat keluarga ,dan kurang gizi. Gejala pada penyakit ini seperti sakit kepala,gangguan penglihatan ,nyeri ulu hati, mual,muntah ,sesak nafas dan kejang. Dan biasanya gejala ini terjadi edema pada bagian tubuh oleh karena itu diperlukan diet yang tepat untuk pasien Ny P. Pemberian dietnya yaitu diet RG. Makanan yang diberikan dalam bentuk makanan biasa (Nasi lunak). Saya melakukan asuhan gizi pada Ny P selama 2 hari sejak tanggal 16 maret 2019 sampai dengan 17 maret 2019. Berikut adalah hasil asuhan gizi yang saya lakukan selama 2 hari:
1. Skrining Pasien Ny P dilakukan skrining awal pada tanggal 15 Maret 2019 untuk mengetahui resiko yang ditimbulkan dari penyakitnya. Saat dilakukan skrining perolehan skor yang didapatkan yaitu 3 dengan kesimpulan resiko sedang yang perlu dilakukan asesmen lanjut oleh Ahli Gizi dan diasesmen kembali setelah 3 hari. Dari hasil skiring tersebut diketahui bahwa pasien tampak lemah , tidak mengalami diare, mengalami mual dan muntah serta mengalami nyeri pada perut dan pasien mengaku nafsu makannya menurun . Kemudian penyakit yang dialami pasien saat ini adalah Eklampsia +Hellp Syndrome post SC hari ke II 2. Antropometri Pada tanggal 15 Maret 2019 saya melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan berat badan estimasi dan tinggi badan estimasi. Prosedur pengukuran berat badan estimasi dilakukan melalui pengukuran LILA, sedangkan pengukuran tinggi badan estimasi dilakukan dengan mengukur tinggi lutut. Hasil yang di dapatkan dalam pengukuran bahwa Berat badan pasien adalah 63,6 kg dan Tinggi badan pasien yaitu 162,7 cm dan menghitung IMT nya termasuk dalam status gizi baik/normal 3. Biokimia Pada tanggal 15 Maret 2019 hasil pemeriksaan laboratorium yang saya lihat dari rekam medik pasien terdapat jenis pemeriksaan darah. Hasil pemeriksaan yaitu WBC tinggi, HGB rendah dan RBC rendah. Hemoglobin pasien tergolong rendah (8,0 gr/dl). Nilai hemoglobin yang rendah menandakan pasien menderita anemia sedangkan nilai WBC yang tinggi menandakan pasien mengalami infeksi. Serta tekanan darah tinggi mencapai 140/90 mmHg menandakan bahwa pasien mengalami hipertensi 4.
Fisik klinis
Pada tanggal 15 s/d 16 April hasil pengamatan kondisi pasien untuk pemeriksaan fisik diketahui pasien masih tampak lemah,sering mengalami mual dan untuk pernafasan serta nadi masih dalam keadaan yang kurang normal dan untuk tekanan darah masih dalam keadaan kurang normal/tinggi.
5. Pengobatan Pada tanggal 15-17 Maret 2019 pasien mendapatkan terapi berupa injeksi cefotaxime, infus NaCl 0,9% dan pemberian RL drip mgSO4 40% (15-16 maret 2019). Pemberian injeksi cefotaxime dimaksudkan untuk menghentikan pertumbuhan bakteri yang dapat memperparah adanya infeksi. Efek samping dari obat ini adalah reaksi alergi, gatal-gatal, sulit bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah atau tenggorokan, sakit perut, mual, muntah, sakit kepala, vagina gatal atau mengeluarkan cairan. Dan pemberian RL drip mgSO4 40% dimaksud untuk mengurangi kejang dengan mengurangi impuls tertentu dalam tubuh. 6. Asupan pasien (15,16,17 maret 2019) Energi
Berdasarkan grafik tersebut diketahui hasil asupan energi pasien pada tanggal 15,16,17 Maret 2019 yang dibandingkan dengan kebutuhan energi pasien. Dari grafik tersebut diketahui bahwa asupan energi pasien pada saat recall pertama yaitu tanggal 15 Maret sangat rendah sehingga masuk ke dalam interpretasi defisit berat. Pada pengkajian gizi hari pertama yaitu pada tanggal 16 Maret 2019 dilakukan recall kedua, dari hasil recall kedua diketahui bahwa hasil asupan energi pasien yang dibandingkan dengan kebutuhan telah meningkat dan masuk ke dalam interpretasi defisit sedang dan membandingkan hasil asupan dengan kebutuhan pasien diketahui bahwa asupan energi pasien pada pengkajian gizi
kedua mengalami peningkatan sebesar
54,63%. Pada tanggal 17 maret 2019 didapatkan hasil recaal menurun menjadi deficit berat setelah membandingkan hasil asupan dengan kebutuhan pasien diketahui bahwa asupan energi pasien pada pengkajian gizi kedua mengalami penurunan sebesar 16,63% . Protein
Berdasarkan grafik tersebut diketahui hasil asupan protein pasien pada saat recall awal yaitu tanggal 15 Maret 2019 setelah dibandingkan dengan kebutuhan pasien didapatkan hasil bahwa asupan pasien masuk ke dalam kategori interpretasi defisit berat. Pada tanggal 16 maret dilakukan recall kedua untuk mengukur tingkat asupan pasien, dari hasil recall asupan setelah
dibandingkan dengan kebutuhan di ketahui bahwa asupan protein pasien masuk dalam kategori interpretasi Defisit ringan. Pada tanggal 17 maret dilakukan recall ketiga untuk mengetahui perkembangan asupan pasien dari hasil recall asupan yang telah dibandingkan dengan kebutuhan diketahui bahwa asupan protein pasien menurun masuk dalam kategori sedang.
Lemak
Berdasarkan grafik tersebut diketahui hasil asupan lemak pasien pada tanggal 15 maret 2019 yang dibandingkan dengan kebutuhan lemak pasien, dari grafik tersebut diketahui bahwa asupan lemak pasien masuk ke dalam kategori Defisit Berat. Pada tanggal 16 maret 2019 asupan lemak pada pasien mengalami peningkatan dan setelah dibandingkan dengan kebutuhan didapatkan hasil bahwa asupan pasien masuk dalam kategori defisit ringan. Pada tanggal 17 maret 2019 terjadi peningkatan asupan pada pasien sebanyak 0,2%, walaupun masih berada pada kategori deficit ringan. Karbohidrat
Berdasarkan grafik tersebut diketahui hasil asupan karbohidrat pasien pada tanggal 15 maret 2019 yang dibandingkan dengan kebutuhan masuk dalam kategori defisit berat. Setelah dilakukan pengkajian gizi awal pada tanggal 15 Maret 2019, hasil asupan pasien yang dibandingkan recall ke 2 pada tanggal 16 maret 2019 dengan kebutuhan KH mengalami peningkatan 46% dan walaupun masih masuk dalam kategori defisit berat.dan pada recall terakhir di dapatkan hasil bahwa pada tanggal 17 maret 2019 kebutuhan KH mengalami penurunan 19,6%
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari hasil asessment diketahui bahwa keadaan pasien pada tanggal 15 April 2018 dalam kondisi lemah karena mengalami kejang-kejang,pusing mual,muntah . Selain itu untuk asupan zat gizi pasien seluruhnya mengalami defisit dengan interpretasi defisit berat. Status gizi pasien masuk dalam kategori normal berdasarkan pengukuran LILA/U. 2. Prioritas diagnosa pada pasien adalah domain Intake dimana pasien mengalami kekurangan intake makanan dan minuman oral yaitu, energi, protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, pasien juga memiliki tekanan darah masuk dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan diet rendah garam untuk mengurangi retensi garam dan air pada jaringan tubuh dan dapat menurunkan tekanan darah pasien agar masuk dalam kategori normal 3. Diagnosa yang digunakan selama asuhan gizi 2 hari adalah domain intake dengan prioritas masalah meningkatkan asupan zat gizi yang masuk dalam kategori defisit sesuai dengan kebutuhan pasien. 4. Monitoring asupan makan pasien selama 2 hari didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan asupan pada pengkajian gizi awal. Sedangkan, pada pengakajian gizi kedua asupan pasien ada yang mengalami penurunan, dimana asupan energi,protein karbohidrat mengalami penurunan. 5. Memberikan edukasi kepada pasien terkait dengan penyakit yang diderita, diet yang sedang dijalani bahan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan serta contoh menu sehari dan jenis serta cara pengolahan.
B. Saran Setelah dilakukan praktek dietetik lanjut ini diharapkan agar mahasiswa yang melakukan praktek dapat menerapkan dan melakukan prosedur asuhan gizi rumah sakit khususnya di ruang Cempaka. Selain itu mahasiswa juga diharapkan dapat melakukan skrining dengan tepat, pengukuran antropometri dengan prosedur yang sesuai agar status gizi dapat ditentukan dengan tepat, melakukan perhitungan kebutuhan pasien dengan teliti, dan melakukan pemorsian hingga edukasi dengan baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Supariasa. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC Mohd Andalas ,Andry Khairani Ramadana ,dan Rudiyanto ,Eklampsia postpartum : sebuah tinjaun kasus.Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, JKS 2017; 1: 33-37 Khosravi, S., et.al. 2014. Study of The Prevalence of Hypertension and Complications of Hypertensive Disorders in Pregnancy. Open Journal of Preventive Medicine, 4, 860-867. file:///C:/Users/USER/Downloads/Winda_Anggraeni_G2A009162_Bab2KTI.pdf
LAMPIRAN Lampiran 1.1 Plato makanan pasien 16 Maret 2019-17 Maret 2019 Waktu Pagi 16 Maret 2019
Pemorsian
Sisa
Siang
Sore
Pagi 17 Maret 2019
SIANG
SORE
LAMPIRAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI PENGUKURAN TINGGI LUTUT
PENGUKURAN LINGKAR LENGAN