Laporan Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Dr.docx

  • Uploaded by: Muhammad Rifqi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Dr.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,820
  • Pages: 50
LAPORAN KASUS DI RUMAH SAKIT JIWA dr. ARIF ZAINUDIN DAERAH SURAKARTA

Disusun Oleh : Arba’ani

J230181116

Alfian Khoirul Huda

J230181122

Arina Aulia Arantika

J230181085

Khoirun Nisak

J230181070

Erlinda Alfa N.R

J230181132

Danur Kusuma Arini P. Elita Yuniawati

J230181109

Siska Purnamadewi

J230181108

Debby Clara Sinta

J230181130

Alfath Budi Hidayahti

J230181134

M. Rifqi Syafi’i

J230181123

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

ANALISIS SITUASI BANGSAL Ruang GatotKaca RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta memiliki kapasitas 28 tempat tidur yang terbagi dalam 4 ruangan, kamar mandi sebanyak 2 untuk pasien dan 1 untuk perawat. Ruang perawat ada 1, dan gudang 1 ruang. Perawat yang terdapat di Ruang Abimanyu sebanyak 12 perawat dan 1 kepala ruang yang dibagi menjadi 3 shift, pagi, siang dan malam. terhitung sejak tanggal 21 Januari 2019 sampai dengan 26 Januari 2019 rata-rata terdapat 18 pasien, dengan diagnosis medis terbanyak adalah skizofrenia tak terinci. Jumlah pasien saat dilakukan pengkajian terdapat 18 pasien, dengan diagnosa keperawatan halusinasi sebanyak 14 pasien, dan resiko perilaku kekerasan sebanyak 4 pasien. Fasilitas yang terdapat dibangsal yaitu 1 TV, 1 lemari besi dan 1 lemari kayu untuk pakaian linen, 1 lemari kayu yang berisi gelas pasien, 8 meja makan besar, 10 kursi panjang, 6 kipas angin, kasur, bantal, bed dan selimut. Kegiatan diruang Gatotkaca dimulai dari pukul 06.30 pasien mendapatkan sarapan dan minum obat pukul 07.00 pasien diajak untuk senam bersama mahasiswa praktikan, pukul 08.00 pasien dianjurkan dan dimotivasi ntuk personal hygine (mandi), monitor vital sign, mempersiapkan pasien yang terjadwal untuk rehabilitasi atau terapi lainnya. Pukul 10.00 pasien mendapatkan snack berupa bubur kacang hijau serta kegiatan pasien berinteraksi kepada perawat dan mahaiswa praktikan di bangsal sampai waktu makan siang. Pukul 11.45 pasien mendapatkan makan siang, dilanjutkan pemberian obat, setelah makan siang pasien beristirahat di tempat tidur masing-masing dan pintu di tutup kembali , pukul 16.30 pasien mendapatkan makan malam dan minum obat. Pasien akut diambil dari 2 bangsal yaitu akut pria (Puntadewa) dan Akut wanita (Sembadra), pada saat pengkajian dari tanggal 23 Januari sampai dengan 26 Januari 2019 jumlah pasien di puntadewa yaitu 19 pasien dengan kapasitas 16 bed, sedangkan di sembadra yaitu 6 pasien dengan kapasitas 16 bed, dengan diagnosis medis terbanyak adalah skizofrenia tak terinci. Sebelum melakukan pengkajian dan pendekatan untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien, perawat menyiapkan pre-planning. Pre-planning dimulai dengan fase pra interaksi terlebih dahulu dimana perawat mengkaji kembali

kasus klien, mengidentifikasi data klien, dan menentukan teknik komunikasi terapeutik yang memungkinkan untuk menjawab respon klien. Pre-planning dimulai dengan fase orientasi, fase ini merupakan fase perencanaan yang akan dilakukan perawat yang berisi komponen dalam fase orientasi yang diaplikasikan dengan teknik komunikasi sesuai data klien paa fase sebelumnya. Seperti membuka dengan salam, reinforcement, giving recognition, offering self, dan broad opening. Kemudian dilanjutkan pada fase kerja dimana fase ini fase menggali apa masalah klien, ataupun fase dimana perawat akan mengaplikasikan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian fase terminasi, fase penutupan tidak hanya menutup begitu saja percakapan dengan klien, di fase terminasi perawat dan klien melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya. Ruangan IGD RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta memiliki kapasitas 8 tempat tidur yang terbagi dalam 4 ruangan, ruang pemeriksaan (2 bed untuk psikiatri dan 3 bed untuk umum), ruang medikasi, dan ruang isolasi, ruang konsultasi, ruang administrasi dan pendaftaran serta ruang untuk ibu hamil atau ponek. Kamar mandi sebanyak 1 untuk pasien dan 1 untuk perawat, ruang perawat ada 1 dan gudang 1 ruang. Jumlah perawat yang terdapat di Ruang IGD sebanyak 12 perawat yang dibagi menjadi 3 shift, pagi, siang dan malam, dan 1 dokter yang berjaga disetiap shiftnya. Rata-rata pasien yang dirawat berusia 18 tahun sampai 62 tahun yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fasilitas yang terdapat di IGD yaitu 1 TV, 1 AC, 3 tensimeter, 1 lemari besi, 1 bed partus, 2 meja kayu, 4 tabung oksigen portabel, set medikasi, 2 APAR, 6 kasur, 6 bed, 6 bantal dan 6 selimut. Kegiatan di IGD dilakukan selama 24 jam, pada pagi hari sebelum dimulainya kegiatan atau sebelum datang pasien, IGD dibersihkan dan dirapikan. Saat pasien datang pasien akan dinilai menggunakan triage untuk menentukan tindakan selanjutnya, apakah perlu dilakukan pemasanga restrain atau tidak, atau intervensi yang lain.

A. URAIAN DATA DEMOGRAFI PASIEN Berikut uraian data dan demografi pasien di ruang IGD, ruang akut dan ruang Abimanyu 1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) Table 1.data demografi pasien di IGD

No

Diagnosa

1.

Skizofrenia

Jumlah pasien 22 Pasien

Nama Ny. Hartinah

Tak Terinci

2.

Usia (th) 62

Jenis kelamin Perempuan

tahun

Sdr. Alif Noor Pratama

16 tahun

Laki-laki

Tanda dan gejala yang ditemukan saat praktik DS :  DO :     DS :   

Pasien mengatakan “tangan saya patah mbak ada yang menendang” Pasien tampak gelisah Pasien saat dikaji berbicara kacau Pasien tampak bingung Pandangan pasien kosong Pasien mengatakan “saya malu mbak sebenrnanya masuk RSJD” ”saya “sekolah tidak lulus karena tidak kuat dengan mata pelajarannya jurusan animasi”. “ingin jadi artis karena jika jadi artis itu enak mbak, tidak berfikir, dan hanya baca skrip saja dan saya suka dengan grup Grilband JKT 48, 1 minggu lalu di Jakarta JKT 48 mengadakan acara ulantahun dan saya



DO :      3.

Ny.

Tri

Setianingsih

29 tahun

Perempuan

DS :    DO :     

ingin pergi kesan tetapi sama bapak tidak diperbolehkan pergi dan saya mengamuk, marah sama bapaka karena tidak di izinkan pergi”. “bapak tidak suka jika saya jadi artis” Pasien tampak gelisah Pasien saat dikaji berbicara rancu Pasien di restrain Pasien nampak membrontak terkadang bangun dan ingin seperti pergi TD : 131/78 mmHg, N 9x/menit, RR : 22 x/menit, S: 36,5 ᵒC Pasien mengatakan “saya sudah melunasi hutang 400.000 ke pada padek saya mbak” ”saya tidak mau makan mbak takut nanti di suruh bayar” “saya belum membayar hutang mbak “ Pasien tampak gelisah Pasien saat dikaji berbicara rancu Pasien di restrain Pasien mata merah Mengucapkan kalimat berulang-ulang

 4.

Sdr. Bahrudin

21

Laki-laki

tahun

DS :   

5.

Ny. Suliyem

58 tahun

Perempuan

DO :     DS :  

DO : 

TD : 115/56 mmHg, N : 115x/menit, RR : 22 x/menit, S: 36,5 ᵒC Pasien mengatakan tidak ingin dipegang dan menyuruh perawat pergi keluarga pasien mengatakan pasien marah-marah dan bingung Keluarga mengatakan pasien tadi mengamuk, bingung, dan berbicara sendiri Pasien tampak bingung Wajah tegang, mata melotot, tangan mengepal Ketika di kaji pasien mudah tersinggung dan marah. Pasien memukuli tangannya sendiri Pasien mengatakan ada yang berbisik kepadanya untuk kekuburan keluarga pasien mengatakan pasien sering ngamuk, marah-marah, bingung, bicara kacau, merusak barangbarang, memukuli anaknya, dan tidak bias tidur wajah pasien tegang, mata melotot, terkadang tertawa terbahak-bahak sendiri, dan terkadang marah-marah dengan mengucap kata-kata kasar.

 6.

Sdr. Anggoro

18

Laki-laki

tahun

DS :  

  DO : 

7.

Tn.

Bagio

Ratno Utomo

53 tahun

Laki-laki

Pasien memukul-mukul bed dan selalu ingin beranjak dari bed Keluarga pasien mengatakan pasien kebingungan semenjak 3 bulan terakhir Keluarga mengatakan alasan membawa pasien ke RSJ adalah pasien berjalan mondar mandir, tidak mau mau makan ,tidak mau memakai baju dan BAK, BAB nya di tempat Keluarga pasien mengatakan pasien sebelumnya pernah dirawat di RSJD sebanyak 1 kali. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak control secara rutin. Pasien terlihat pandangannya kosong, tidak dapat mempertahankan kontak mata Pada saat dikaji pasien hanya diam Pasien memberontak dan mau lari

  DS :  Pasien mengatakan suka dipanggil dengan nama Hamba. Cuplikan, “saya suka dipanggil hamba.”  Pasien mengatakan dia habis diajak jalan-jalan oleh adik iparnya lalu dibawa ke RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta

8.

Sdr. Kliwon

30 tahun

Laki-laki

 Pasien mengatakan sering mendengarkan ejekanejekan dari orang lain yang mengatakan bahwa memiliki banyak dosa DO :  TTV: TD: 130/90 mmHg N: 88x/menit S: 36,20C RR: 24x/menit  Kaki kanan dan kiri oedema  Keluarga mengatakan kalau sedang kumat, pasien marah-marah berteriak “hamba Allah, hamba Allah... ampunilah dosa mereka”  Keluarga pasien mengatakan ketika dirumah, pasien sering gelisah, mondar-mandir tidak jelas dan berteriak-teriak ketika sedang tidak ada orang DS :  Keluarga pasien mengatakan pasien menyendiri  Keluarga pasien mengatakan pasien mondar-mandir, berbicara sendiri, mengamuk pada malam hari  Keluarga pasien mengatakan ini pertama kali pasien berobat di RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA  Keluarga pasien mengatakan pasien sering ngomong ngelantur ketika diajak berbicara DO :

9.

Ny. Atik

35

Perempuan

tahun

    DS :  

DO :    10.

Tn. Rijun

33 tahun

Laki-laki

Pasien hanya diam Pasien saat dikaji berbicara pelan dan tidak jelas Pasien sering senyam senyumsaat sendiri Mata pasien tampak merah Pasien sebelumnya pernah dirawat, di RSJD Surakarta pada satu tahun yang lalu namun tidak terkontrol keluarga mengatakan bahwa setiap pagi pasien selalu marah-marah, membnting barang-barang, menggunting baju dan mengancam akan membunuh Ibunya. Pasien terlihatgelisah Pasien terlihat menangis Pasien saat ditanya kooperatif namun hanya mau berbicara dengan orang-orang tertentu

DS :  Pasien mengatakan tidak makan karena mendengar suara-suara yang menyuruh untuk tidak makan karena tidak ada yang memasak.  Pasien mengatakan tidak mau keluar rumah dalam 3 hari terakhir karena ada yang membisiki bahwa ada 2 pembunuh berantai yang sedang mengincarnya diluar rumah, jika keluar rumah nanti dia akan dibunuh.

 Pasien mengatakan sering mendengar suara yang mengatakan bahwa ada pembunuh yang mengincarnya.  Pasien mengatakan berprofesi sebagai penyanyi di tempat pernikahan, akan tetapi sudah lama tidak mendapat job. DO :  TTV: TD: 133/80 mmHg N: 82x/menit S: 36,30C RR: 20x/menit  Keluarga mengatakan pasien kambuh sekitar ±2 minggu yang lalu dengan sering marah-marah, buang barang-barang.  Keluarga mengatakan pasien menganggap tetangga dan masyarakat sebagai musuh, memiliki perasaan curiga dan benci.  Keluarga mengatakan terkadang orientasi pasien sebagai wanita dengan memakai make-up, memakai bedak, memakai lipstick.  Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit di dubur ±4 tahun yamng lalu karena seks bebas (kemungkinan gay).



11.

Ny. Surati

55

Perempuan

tahun

DS :  

DO :    12.

Tn.

Jaidi

Fisabilillah

37

Laki-laki

Keluarga mengatakan dahulu pasien bekerja sebagai penyanyidi tempat pernikahan akan tetapi sudah lama tidak mendapatkan job. Keluarga pasien mengatakan pasien menganggap dirinya sudah meninggal, bicara sendiri Keluarga pasien mengatakan pasien 2 minggu yang lalu bicara ngalntur dan bingung, sejak 4 hari tidak mau makan, dan merasa dadanya sakit. Pasien tampak diam ketika ditanyai oleh perawat Pasien pandangannya kosong dan lemas TD : 110/70 mmHg N : 90x/menit S : 36,6˚C R : 20x/menit

DS :

tahun



Tetangga pasien mengatakan ngamuk-ngamuk dann gomong terus

  

Pasien tampak diam dan bingung Pasien tampak matanya melotot keatas TD : 128/85 mmHg N : 101x/menit S : 36,6˚C R : 20x/meni

DO :

13.

Tn. Tri

43

Marsidi

tahun

Laki-laki

DS : 

Istri pasien mengatakan pasien emosi tidak stabil ,marah-marah,bicara mengacau, mengamuk.

    DO :     

14.

Tn. Parwanto

Budi

37 tahun

Laki-laki

Istri mengatakan selama 3 hari di rumah marah marah dan menganggu warga Pasienmengatakaninginmembunuhorang,cuplikan” reneotakpateni,ojomlayu” Klien Menjawab “Iki cul keeee aku wegah ditali mbakk….” “Akuwegahditali, culne” Sambil melotot dan memberontak Pasien tidak kooperatif saat diwawancarai Pasien menendang nendang Kontak mata tidak fokus keperawat Pasien mengatakan cuplikan “tidakk tidak.....” Pasien mengatakan “ampun pak ampun,rasido tak pateni” Mata Pasienvmelotot

 DS:  Pasien mengatakan rindu dengan mantan pacarnya  Pasien mengatakan 3 hari tidak bisa tidur malam karena teringat massa lalunya bersama pacarnya.  Keluarga mengatakan pasien punya mantan pacar cantik  Pasien mengatakan merasa tidak berguna  Pasien mengatakan merasa gagal karena tidak jadi menikah DO :

15.

Ny. Suhermin

45 tahun

Perempuan

 Pembicaraan pasien dapat focus,sesekali pasien terdiam dan mengalihkan pandangan  Pasien tampak gelisah  Kontak mata focus ke perawat  Pasien tampak kooperatif  Pasien banyak terdiam menjawab pertanyaan perawat secukupnya DS :  Pasien mengatakan mendengar bisikan untuk terus bekerja “itu loh, aku harus kerja kerja gitu, suruh nyangkul disawah tiap pagi, aku pergi kesawah langsung nyangkul”.  Pasien mengatakan jika pada saat disolo pasien melihat wanita cantik dengan gaun putih berjumlah 40 orang “tadi ada cewek cantik, banyak 40 orang, pake gaun itu didepan saya, disolo ini”  Pasien juga selalu memanggil adik kandungnya “koko mana, koko mana, cariin kok cepet sekarang mba, udah dibayar belum, koko cepat panggil kesini”  Pasien juga merasa jika masih memiliki uang yang banyak dan orang kaya “aku punya duit banyak mba, itu alat sih? monitor apa? mahal ga? aku ada duit 1,4 juta, bisa dibeli ga itu bendanya?” DO :

 Pasien terpasang restrain dikedua ekstermitas  Keluarga mengatakan jika pasien selalu membanting barang dirumah, berteriak, berbicara sendiri dan ketawa sendir  Keluarga sudah membawa pasien keklinik diblora, ke orang pintar untuk mengobati anaknya  Pasien terlihat selalu mengomel sendiri  terdapat kontak mata saat komunikasi 16.

Sdr. Habibi

Nasby

37 tahun

Laki-laki

DS :  Pasien mengatakan jika ada suara yang berbisik ditelinganya “ada mba, suaranya itu seperti saya disuruh mengamuk-ngamuk gitu didepan orang, teriak-teriak kadang menyuruh saya nyelakai orang tapi saya gak lakuin itu mba”  Pasien mengatakan jika pernah melihat bayangan melesat dengan cepat didepannya “bayangannya itu kadang hitam kadang kayak api gitu mba, tapi itu dulu, sekarang udah gak lihat lagi, cuman suara-suara itu aja yang kadang-kadang masih ada mba” DO :  Pasien terlihat selalu tertawa dan tersenyum sambil mengobrol  Terdapat kontak mata saat komunikasi

 Pasien kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan  TD 120/80 mmHg S : 36,5°C N 80x/mnt RR 24x/mnt 17.

Sdr. Sumarno

29

Laki-laki

tahun

DS :  

DO :     18.

Tn. M. Fauzi

42 tahun

Laki-laki

DS : 

Keluarga dan petugasmengatakan pasien mengamuk saat sebelum dibawa ke RSJD Surakarta Keluargamengatakan setelah klien membantu menggali kubur pada saat darumah pasien berbicara sendiri dan tidak dapat dipahami apa yang sedang dibicarakannya tidak jelas dan ngelantur, pasien juga marah-marah sama semua orang Pasien tampak berperilaku aneh, pasienteriak-teriak, kaki dan tanganterikat Pasien tampak disorientasi orang, tempat, dan waktu ketika perawat melakukan pengkajian Pasien tampak membingungkan dan sulit dipahami dalam berbicara TD : 130/88 mmHg N : 98x/menit S : 36,8˚C R : 21x/menit Petugas Dinas Sosial Sragen mengatakan menemukan pasien dijalantol sambungmacan sragen, pasien 1 hari berada di rumah singgah.

 DO :    19.

Tn. Lasmin

31 tahun

Laki-laki

Petugas dinas sragen pasien baru pertama kali masuk kerumah sakit jiwa dan pasien orangnya pemalu Pasien tampak diam saja, dan klien saat ditanya tidak jelas menjawab Pasien tampak disorientasi orang, tempat, dan waktu ketika perawat melakukan pengkajian Pasien tampak membingungkan dan sulit dipahami dalam berbicara

DS :  Pasien mengaku marah marah pada motor  Pasien mengaku tidak ada yang menyuruh marahmarah pada motor DO :  Pasien tampak bingung saat menjawab pertanyaan perawat  Pasien tampak senyum-senyum  Kontak mata pasien susah untuk fokus ke perawat  Pasien duduk-duduk di tempat tidur dan tidak mau berbaring.  Pasien lebih sering diam  TD : 110/90 mmHg N : 84x/menit S : 36,7˚C R : 20x/menit

20.

Tn. Muslim

41

Laki-laki

tahun

DS:  DO:  

21.

Tn. Jardi

38

Pasien mengatakan dirinya tidak sedang ingin marah ataupun mengamuk Bicara pasien gagap Pasien terlihat menyendiri di kamar pasien terlihat jarang berkomunikasi dengan temannya

Laki-laki

tahun 22.

Tn. Haryanto

48 tahun

Laki-laki

DS :  Pasien mengatakanhobinyabernyanyi  Pasien mengatakan marah jika ada sesuatu hal yang tidak pasien sukai  Pasien mengatakan botol yang dipeganggnya sering dilempar ketembok  Pasien mengatakan bahagia dan pasien tertawa sendiri DO :  Pasien tampak ngomong sendiri  Pasien sekali dua kali mau menatap mata perawat saat dilakukan pengkajian (kontak mata cukup)  Pasien terlihat suka menyanyi dan kadang tertawa  Pasien terkadang bicara tetapi ngacau  Pasien tampak tidak ada interaksi dengan pasien lain  Pasien terlihat melempar botol

2. Ruang Akut (Sumbadra dan Puntadewa) Tabel 2. Distribusi Pasien di Ruang Akut No

Diagnosa

1.

Skizofrenia

Jumlah pasien 1 Pasien

Nama Tn. Jumanto

Lainnya

Usia (th) 29

Jenis kelamin Laki-laki

tahun

Tanda dan gejala yang ditemukan saat praktik DS:  DO:    

2.

Skizofrenia Tak Terinci

10 Pasien

Tn. Muhammad Fauzi

42 tahun

Laki-laki

Pasien mengatakan mendengar suara-suara menyuruh untuk berkelahi Pasien tampak bingung Pasien mondar mandir Pasien berbicara baik Saat ditanya terkadang pasien bingung menjawab

DS: DO:  Pasien tidak mampu menjawab peratanyaan  Pasien tampak malu saat ditanya

3.

Tn. Muslim

41

Laki-laki

tahun

 DS:  DO:  

4.

Ny. Yati

46 tahun

Perempuan

DS :    DO :      

Pasien tiduran dikasur Pasien mengatakan dirinya tidak sedang ingin marah ataupun mengamuk Bicara pasien gagap Pasien terlihat menyendiri di kamar pasien terlihat jarang berkomunikasi dengan temannya Pasien mengatakan pasien berprofesi sebagai polisi Pasien mengatakan anak-anaknya bekerja sebagai wakil presiden dan polisi Pasien mengatakan mempunyai mempunyai uang 20 karung di dalam lemari Pasien tampak takut dan mudah tersinggung Nada bicara pasien terdengar lirih Kontak mata hanya <3 detik kemudian menghindari kontak mata Kulit tampak kering dan kasar Tampak kuku panjang dan kotor Rambut pasien tampak lembab dan kotor

5.

Ny. Warsum

37

Perempuan

DS: 

tahun

 DO :  

 6.

Sdr. Ballad

19

Diva Amirul

tahun

Laki-laki

DS: 

Mustofa

DO:   

Klien mengatakan selalu diajak berbicara mbak berbaju putih. Cuplikan “disitu ada mbak berbaju putih mengajak ngobrol mbak” Klien mengatakan ingin mengamuk ingin memukul barang-barang. Klien tampak terlihat tegang dan berbicara keras Klien nampak menunjuk ke arah sudut memberei tahu ada mbak yang memakai baju putih mengajak berbicara Kontak mata hanya 5 detik kemudian menghindari kontak mata Pasien mengatakan ingin marah-marah dan mudah tersinggung karena pasien meminta sepeda motor tidak di turuti oleh orang tua, pasien melihat dan mendengar bayangan cewek menyuruh memukul bapaknya. Pasien selalu berbicara “balik” Saat ditanya pasien hanya diam Pasien terlihat tiduran tidak mau bangun

7.

Ny. Surati

55

Perempuan

tahun

8.

Tn. Lasmin

31 tahun

Laki-laki

DS : 

DO:    DS :   DO :      

Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara sendiri, tertawa sendiri, dan menangis, pasien belum makan 4 hari dan merasa dadanya sakit. Pasien tampak bingung Pasien tidak berbicara/diam Pasien saat ditanya tidak menjawab Pasien mengaku marah marah pada motor Pasien mengaku tidak ada yang menyuruh marahmarah pada motor Pasien tampak bingung saat menjawab pertanyaan perawat Pasien tampak senyum-senyum Kontak mata pasien susah untuk fokus ke perawat Pasien duduk-duduk di tempat tidur dan tidak mau berbaring. Pasien lebih sering diam TD : 110/90 mmHg N : 84x/menit S : 36,7˚C R : 20x/menit

9

Tn. Haryanto

48

Laki-laki

tahun

10.

Tn. Marsidi

Tri

43 tahun

Laki-laki

DS :  Pasien mengatakan hobinya bernyanyi  Pasien mengatakan marah jika ada sesuatu hal yang tidak pasien sukai  Pasien mengatakan botol yang dipeganggnya sering dilempar ketembok  Pasien mengatakan bahagia dan pasien tertawa sendiri DO :  Pasien tampak ngomong sendiri  Pasien sekali dua kali mau menatap mata perawat saat dilakukan pengkajian (kontak mata cukup)  Pasien terlihat suka menyanyi dan kadang tertawa  Pasien terkadang bicara tetapi ngacau  Pasien tampak tidak ada interaksi dengan pasien lain  Pasien terlihat melempar botol DS :  Istri pasien mengatakan pasien emositidakstabil ,marahmarah,bicara mengacau, mengamuk.  Istrimengatakan selama 3 hari di rumah marah marah dan menganggu warga  Pasienmengatakaninginmembunuhorang,cuplikan” reneotakpateni,ojomlayu”  Klien Menjawab “Iki culkeeee aku wegah ditali mbakk….”  “Aku wegah ditali, culne” Sambil melotot dan memberontak DO :

    

11.

Tn. Habibi

Nasby

36 tahun

Laki-laki

Pasien tidak kooperatif saat diwawancarai Pasien menendang nendang Kontak mata tidak fokus keperawat Pasien mengatakan cuplikan “tidakk tidak.....” Pasien mengatakan “ampun pak ampun,rasido tak pateni” Mata Pasien melotot

 DS :  Pasien mengatakan jika ada suara yang berbisik ditelinganya “ada mba, suaranya itu seperti saya disuruh mengamuk-ngamuk gitu didepan orang, teriak-teriak kadang menyuruh saya nyelakai orang tapi saya gak lakuin itu mba”  Pasien mengatakan jika pernah melihat bayangan melesat dengan cepat didepannya “bayangannya itu kadang hitam kadang kayak api gitu mba, tapi itu dulu, sekarang udah gak lihat lagi, cuman suara-suara itu aja yang kadang-kadang masih ada mba” DO :  Pasien terlihat selalu tertawa dan tersenyum sambil mengobrol  Terdapat kontak mata saat komunikasi  Pasien kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan  TD 120/80 mmHg S : 36,5°C N 80x/mnt RR 24x/mnt

12. GMO Delirium

1 Pasien

Ny. Sri Rejeki

33 tahun

Laki-laki

DS : 

 

DO :    

Klien mengatakan selalu dibuntuti mak lampir. Cuplikan “saya selalu dibuntuti mak lampir dan mau diserang mak lampir. Tapi saya tidak takut dengan mak lampir” Klien mengatakan mak lampir akan menyerangnya Klien mengatakan ingin mengamuk jika melihat mak lampir karena tidak takut dengannya. Cuplikan “piir lampirr kesini kamu, saya tidak takut!!! (sambil mata melotot dan wajah tegang). Aku pengen ngamuk kalau lihat mak lampir mbak”. Klien tampak terlihat tegang dan berbicara keras lantang Klien berteriak-teriak memanggil mak lampir Ketika pasien memanggil mak lampir dengan mata melotot dan wajah tegang Kontak mata hanya 5 detik kemudian menghindari kontak mata

3. Ruang GatotKaca

Tabel 3. Distribusi Pasien di Ruang GatotKaca Diagnosa

Jumlah Pasien

Nama

Usia 47

Skizofrenia

10

Albertus

Tak

Pasien

Istiyono

Lama

Jenis

Tanda dan Gejala

rawat Kelamin 1

tahun bulan

Terinci

18

(F20.3)

hari

Lakilaki

DS :   DO :     

Angga Saputra

18

1

tahun bulan

Lakilaki

DS:  DO:

Pasien mengatakan tidak pernah keluar dari rumah dan tidak pernah mengobrol dengan tetangga dekat rumah Pasien mengatakan selama dirawat dirumah sakit jarang berkomunikasi dengan pasien lain. Pasien terlihat lebih sering tidur-tiduran di bed Pasien terlihat melamun. Saat berinteraksi selama wawancara kontak mata beralih- alih, tidak fokus. Pasien berbicara dengan nada yang sangat pelan dan intonasi yang lambat. Pasien tidak mampu memulai pembicaraan lebih sering diam.

Pasien mengatakan mudah marah saat kesal

21 hari

Zaki Mubarak

Sutrisno

41

1

tahun bulan

46

1

tahun bulan 6 hari

Lakilaki

Lakilaki

     DS: 

Tatapan mata tajam Pasien terlihat mondar-mandir terkadang tangan bergerak-gerak sendiri seperti mencium sesuatu Bicara singkat-singkat dengan suara rendah Ekspresi wajah datar Pasien mengatakan mendengarkan suara-suara menyuruhnya mondar-mandir

DO:  Pasien tampak murung  Pasien diam dan bingung saat diajak bicara  Pasien terlihat DS :  Klien mengatakan lebih senang sendiri  Klien mengatakan berinteraksi dengan pasien lain hanya kenalan saja  Pasien mengatakan hanya kenal dengan teman sekamarnya saja  Pasien tidak suka berinteraksi banyak dengan temannya  Pasien mengatakan disini bukan tempat untuk pasien DO :  Klien terlihat sering menyendiri di kamar  Saat diajak bicara, pasien tidak ada kontak mata  Saat bicara suara terdengar lirih

Asef Maulana

25

1

tahun bulan

Lakilaki

5

DO : 

hari M. Rokham

DS: 

44

25

Laki-

tahun

hari

laki

Syafi’i

DS :     DO:   

Ladeka

27

17

Laki-

Herwan

tahun

hari

laki

Agung

51

20

Laki-

Haryadi

tahun

hari

laki

Widodo

Pasien mengatakan ingin segera pulang. Pasien mengatakan jarang untuk berbincang dengan teman-teman yang lain. Pasien sering duduk menyendiri dan hanya menonton TV Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang menjengkelkan dan mengejeknya Pasien mengatakan kesel jika mendengar suara-suara tersebut Pasien mengatakan suara-suara tersebut sudah jarang terdengar Pasien tidak pernah marah-marah sama orang lain Pasien tampak bingung Pasien tampak murung dan malu Ada kontak mata saat di ajak berbicara

DS :  Pasien mengatakan cemas ingin cepat pulang, karena ingin bekerja DO :  Pasien tampak mondar-mondir  Pasien selalu menanyakan kapan pulang DS :  Pasien mengatakan jika dirinya sering mendengar mendengar suara-suara

 DO :  

Avit Setyoko

Kris Santono

23

20

Laki-

tahun

hari

laki

37

18

Laki-

tahun

hari

laki

 DS : 

DO :    DS : 

 DO : 

Pasien mengatakan sering menyendiri dan memilih tiduran di tempat tidur Pasien tampak sering duduk sendirian dan menyendiri Pasien tampak tidak berbaur bersama teman memilih tiduran di tempat tiduur Pasien tampak proses berfikir lama Keluarga Pasien mengatakan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien berteriak-teriak, pergi dari rumah, mondar-mandir, berbicara sendiri, sulit tidur, mengamuk saat di ingatkan. Pasien tampak sering berjalan mondar-mandir Pasien tampak mengalihkan pembicaran jika diajak berbicara Pasien tampak memukul-mukul dinding Pasien mengatakan lebih nyaman ditempat tidur saja daripada diluar “ga papa mba, saya lebih senang ditempat tidur aja, saya hanya dekat dengan pak agus, angga itu aja mba, yang lainnya saya ga tahu namanya”. Pasien mengatakan tidak mengenal semua nama temen lainnya, hanya kenal dengan beberapa saja. Pasien terlihat selalu berada ditempat tidur



3 pasien

Ekky Ridwana

24

2

tahun bulan

M.

Lakilaki

7 hari

Wakhid Cahyo

26

1

tahun bulan

Widodo

Lakilaki

5 hari

Krido Warsito

53

17

Laki-

tahun

hari

laki

pasien selalu menyendiri dan terkadang tertawa dan berbicara sendiri  pasien jarang bangun dari tempat tidur jika tidak diajak mengobrol DS : pasien mengatakan ingin pulang DO :  Pasien tampak kurang kooperatif,  menjawab pertanyaan satu dua kata,  Ketika diajak berbicara tidak nyambung  Tidak mampu mempertahankan kontak mata dengan perawat DS:  Pasien sering berbicara ngelantur dan pelo  Pasien disorientasi tempat DO:  Pembicaraan pasien sering tidak fokus  Pasien sering mondar-mandir  Ekspresi wajah tegang  Pasien sulit mengekspresikan wajah  Terkadang tidak ada kontak mata  Pembicaraan sering meloncat-loncat DS:  Pasien mengatakan diberikan nama tambahan oleh Gubernur Jawa Tengah dan mengaku menerima wahyu dari nabi Muhammad “Kepada mana saya bertemu dengan pak Tomi Soeharto tetapi saya tidak menyentuh pak Tomi yang menyentuh saya pak Tomi



Akut Psikotik Disorder

2 pasien

Rizky Adi

18

1

tahun bulan

Saputra

Laki-

DO :    DS: DO:

13

31

1

Remerwa tahun bulan 4 hari

Klien sulit untuk fokus pada pertanyaan. Klien sulit berkontak mata dengan perawat Klien sering bergumam sendiri.  Pasien mengatakan cemas ingin pulang, kangen dengan adiknya

laki

 Pasien terlihat menyendiri  Pasien tampak melamun dengan muka datar

hari Viktor

Suharto”. “Passwordnya nama saya Drs.H.Muhammad Krido Wursito S.U atau Sarjana utama kepada mana diberikan oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu saya disana dengan pak Jokowi, bilamana saya mendapat wahyu dari nabi Muhammad”. Klien mengatakan namanya diganti oleh ibunya sebagai penolong dan pelindung ,”Bila mana kepada passwordnya tidak pada hakekatnya Megawati dan ibu saya menggati nama Surot Nur Allah sebagai penolong dan pelindung semua yang disini”.

Lakilaki

DS :    DO :  

Pasien mengatakan mendengarkan suara suara menyuruhnya berkelahi Pasien mengatakan sebelumnya pernah marah-marah sama adik Pasien mengatakan sudah tenang Pasien tampak kooperatif Pasien berbicara dengan baik

  Afektif

1

Bipolar

pasien

Nor Fauzi M.

20

12

Laki-

tahun

hari

laki

Pasien tampak senyum saat di ajak bicara Pasien tidak bingung

DS :  Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan menanyakan kapan pulang  Pasien mengatakan senang karena banyak teman DO :    

Skizofrenia Paranoid

1 pasien

Hendro Pujo

43

1

tahun bulan

Lakilaki

2 hari

Skizofrenia Residual

1 pasien

Agus Widodo

35

27

Laki-

tahun

hari

laki

DS :   DO:    DS : 

Pasien kooperatif Pasien tampak sering mengantuk dan tidur Pasien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan Pasien tampak senyum dan tertawa ketika diajak berbicara dan bercanda. Paien mengatakan susah mengendalikan emosi Pasien mengatakan marah-marah kepada semua orang Pasien tampak kooperatif Pasien tidak bingung saat diajak bicara Ada kontak mata saat pasien diajak bicara Pasien mengatakanemositidakterkontrol, karena mendengar suara ada tetangganya yang ngerasani, pasien kemudianmengamuk membakar motor

DO :   

Pasien tampak kooperatif Pasien tampak duduk di depan perawat Pasien suaranya nyaring, dan selalu bercerita, tidak mau diam

B. PENGOBATAN No

Fakta Obat yang Diterima Pasien

Nama diagnosa

1

Skizofrenia paranoid

2

Skizofrenia tak terinci

3

Gangguan sementara

akut

Pemeriksaan Penunjang

Chlorpromazine Risperidone Trihexyphnidyl Clozapine dan Injeksi Lodomer Injeksis Della Risperidone Trihexyphnidyl Chlorpromazine

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL PADA PASIEN 1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dari jumlah pasien sebanyak 22 pasien di instalasi gawat darurat (IGD) bisa disimpulkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut : a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan denganperubahan status mentalditandai dengan tidak bisa tidur, marahmarah, bingung, mengamuk, menangis, menyerang dengan pisau, halusinasi, sering mandi, menjelek-jelekan diri sendiri, raut muka datar. Definisi : Rentan melakukan perilaku yang individu menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional, dan / atau seksual (Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9, tahun 2012 hal. 959) Intervensi keperawatan : 1) Kaji Triage Code pasien 2) Lakukan tindakan kegawatdaruratan sesuai dengan keadaan pasien 3) Lakukan intervensi krisis 4) Bina hubungan saling percaya 5) Rencanakan tindak lanjut 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat yang tepat

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan stres psikologis ditandai dengan bingung kurang lebih satu bulan, bicara sendiri, tertawa sendiri, ngelantur, mengamuk, sulit tidur, sulit makan, membuang obat, mengatakan berhalusinasi, tidak mau bicara, sulit menjawab pertanyaan, tatapan mata takut, tidak fokus, mengingat lama. Definisi : perubahan pada jumlah atau pola stimulus yang diterima, yang disertai respon terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan, dilebihkan (Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, 2012 hal. 958). Intervensi keperawatan : 1) Kaji Triage Code pasien 2) Lakukan tindakan kegawatdaruratan sesuai dengan keadaan pasien 3) Lakukan intervensi krisis 4) Bina hubungan saling percaya 5) Rencanakan tindak lanjut 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat yang tepat c. Isolasi sosial ditandai dengan bingung, bicara sendiri, ngelantur, sulit tidur, tidak mau komunikasi dengan orang lain, halusinasi, bicara sendiri, gerakan tidak disadari, mengepalkan tangan. Definisi : kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain dan sebagai suatu penyelesaian negative atau mengancam (NANDA edisi 10, tahun 2015 hal. 476). Intervensi keperawatan : 1) Kaji Triage Code pasien 2) Lakukan tindakan kegawatdaruratan sesuai dengan keadaan pasien 3) Lakukan intervensi krisis 4) Bina hubungan saling percaya 5) Rencanakan tindak lanjut 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat yang tepat d. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kerusakan persepsi/ kognitif ditandai dengan mengamuk, tidak mau mandi, menolak minum obat, menggigit kuku

Definisi : Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyeIesaikan mandi / aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri (NANDA edisi 11, tahun 2018 hal. 241) Intervensi keperawatan : 1) Kaji Triage Code pasien 2) Lakukan tindakan kegawatdaruratan sesuai dengan keadaan pasien 3) Lakukan intervensi krisis 4) Bina hubungan saling percaya 5) Rencanakan tindak lanjut 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat yang tepat e. Gangguan

proses

pikir:

(waham

curiga)

berhubungan

dengan

ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan external ditandai dengan merasa takut, tidak bisa mengontrol pikiran, pusing dan bingung, emosi tidak stabil, memukul orang lain, halusinasi auditori Definisi : suatu kondisi gangguan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya: pikiran sadar, orientasi realita, pemecahan masalah dan penilaian) yang terjadi pada individu (Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, tahun 2012 hal. 798) Intervensi keperawatan : 1) Kaji Triage Code pasien 2) Lakukan pemeriksaa vital sign 3) Lakukan tindakan kegawatdaruratan sesuai dengan keadaan pasien 4) Lakukan intervensi krisis 5) Bina hubungan saling percaya 6) Rencanakan tindak lanjut 7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat yang tepat f. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan masalah kesehatan mental (percobaan bunuh diri, riwayat pemakaian sabu, melukai

diri

dengan

memukul

kepala

nya

dengan

batu

dan

menjedotkannya ke mobil) ditandai dengan bicara kasar dan kotor, mengamuk dan memecah barang, bingung, mencoba bunuh diri,

mengonsumsi sabu, senyum sendiri, ada kontak mata, tampak lemas, tidak kooperatif, banyak diam, luka dikepala. Definisi : Rentan melakukan perilaku yang individu menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan dirinya sendiri secara fisik, emosional, dan / atau seksual (NANDA Edisi 10, tahun 2015 hal.438). Intervensi keperawatan : 1) Kaji Triage Code pasien 2) Lakukan tindakan kegawatdaruratan sesuai dengan keadaan pasien 3) Lakukan intervensi krisis 4) Bina hubungan saling percaya 5) Rencanakan tindak lanjut 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat yang tepat

2. Ruang Akut Dari jumlah pasien sebanyak 22 pasien di instalasi gawat darurat (IGD) bisa disimpulkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut: a. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan gangguan pola perilaku dengan orang lain, ganguan psikosis ditandai dengan melamun, memukul, raut muka datar, tidak fokus saat diajak bicara, emosi tidak bisa dikontrol, mengamuk dan membuang barang, senyum sendiri, ADL menurun, diam, marah, kluyuran, bicara keras, tersenyum sendiri, kurang kooperatif, mata melotot, mengamuk, gaduh, gelisah. Definisi: Gangguan persepsi sensori adalah perubahan pada jumlah atau pola stimulus yangditerima, yang disertai respons terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan, dilebihkan,disimpangkan atau dirusakkan (NANDA Edisi 10, tahun 2015 hal, 436). Intervensi keperawatan: 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik 2) Kaji resiko perilaku kekerasan

3) Kaji penyebab marah pasien 4) Identifikasi resiko 5) Dukung ekspresi perasaan pasien 6) Komunikasikan tentang harapan bahwa pasien akan mempertahankan kontrol / kondisinya 7) Berikan intervensi krisis relaksasi progesif 8) Bantu dalam mengembangkan koping baru dan kemampuan menyelesaikan masalah 9) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 10) Hindari berdebat dengan pasien 11) Tetapkan batas dengan pasien 12) Lakukan pengawasan terus menerus terhadap semua areayang bisa diakses pasien untuk menjaga keamanan pasien 13) Singkirkan senjata potensial dari lingkungan 14) Berikan keamanan 15) Kolaborasikan dalam pemberian terapi obat b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan persepsi sensori ditandai dengan mengamuk, membuang barang, senyum sendiri, ADL menurun, diam, tidak kooperatif. Definisi: Penurunan, pelambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan simtem simbolik (NANDA Edisi 10, tahun 2015 hal. 278). Intervensi keperawatan: 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik 2) Monitor pernyataan pasien tentang harga konsep diri 3) Sesuaikan gaya komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien 4) Sediakan alternatif menulis atau membaca dengan tepat 5) Berikan intervensi krisis 6) Berikan reinforcement 7) Berikan relaksasi terapi musik

8) Kolaborasikan dengan dokter pemberian terapi obat c. Kontrol emosi labil berhubungan dengan gangguan emosi ditandai dengan merasa sedih, menangis, kooperatif, bicara sendiri, marah, mengamuk. Definisi : Ledakan emosi tidak terkontrol yang tidak disadari dan berlebihan (NANDA Edisi10, Tahun 2015 Hal. 272). Intervensi keperawatan: 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik 2) Dukung ekspresi perasaan pasien 3) Komunikasikan tentang harapan bahwa pasien akan mempertahankan kontrol / kondisinya 4) Berikan intervensi krisis relaksasi progesif 5) Bantu dalam mengembangkan koping baru dan kemampuan menyelesaikan masalah 6) Kolaborasikan dalam pemberian terapi obat d. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kegagalan berulang ditandai dengan merasa dibicarakan orang lain, merasa tidak disayang, kontak mata kurang, perilaku bimbang, ekspresi merasa bersalah, sering mencari penegasan. Definisi: Rentan terjadi persepsi negatif tentang makna diri sebagairespons terhadap situasi saat ini (NANDA Edisi 10, Tahun 2015 Hal.289). Intervensi keperawatan: 1) Bina hubungan saling percaya dengan komunikasi terapeutik 2) Lakukanpengkajianalasan masuk 3) Lakukan pengkajian konsep diri 4) Lakukanterapi relaksasi nafas dalam untuk memberikan perasaan tenang e. Risiko perilaku bunuh diri berhubungan dengan riwayat perilaku bunuh diri ditandai dengan halusinasi, banyak gerak dan tidak tenang, mencoba bunuh diri.

Definisi: Rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cedera yang mengancam jiwa (NANDA Edisi 10, Tahun 2015 Hal. 443) Intervensi keperawatan: 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik 2) Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 3) Berikan intervensi krisis relaksasi nafas dalam 4) Kolaborasikan dalam pemberian terapi obat f. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan stress psikologis, perubahan status mental, distorsi kendali pikir diri ditandai dengan tidak bisa tidur, tidak tenang dan banyak gerak, halusinasi, menyendiri, tatapan kosong, bingung, bicara loncat-loncat, banyak gerak dan tidak bisa diam. Definisi: Perubahan pada jumlah atau pola stimulus yang diterima, yang disertai respon terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan, dilebihkan disimpangkan, atau dirusakkan(Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, 2012 hal. 958).. Intervensi keperawatan: 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik 2) Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 3) Dukung ekspresi perasaan pasien 4) Berikan intervensi krisis relaksasi nafas dalam 5) Bantu pasien untuk percenting reality 6) Bantu dalam mengembangkan koping baru dan kemampuan menyelesaikan masalah g. Ketidakefektifan

koping

berhubungan

dengan

ketidakadekuatan

kesempatan untuk bersiap terhadap stresor, ditandai dengan halusinasi, tertawa sendiri. Definisi: ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stresor, ketidakadekuatan pilihan respon yang dilakukan dan atau

ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia (NANDA Edisi 10, Tahun 2015 Hal. 346) Intervensi keperawatan: 1) Bina hubungan saling percaya dengan komunikasi terapeutik 2) Membangun hubungan yang komplek 3) Managemen halusinasi 4) Lakukan intervensi krisis 5) Kolaborasikan penggunaan obat 3. Ruang GatotKaca a. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan stress psikologis ditandai dengan pasien mendengar suara bisikan, melamun, diam, bicara sendiri, interaktif, kooperatif, ada kontak mata, jalan mondar-mandir, tidur dilantai Definisi :Perubahan pada jumlah atau pola stimulus yang diterima, yang disertai respon terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan, dilebihkan disimpangkan, atau dirusakkan(Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, 2012 hal. 958).. Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya melalui komunikasi terapeutik 2) Orientasi realita pasien yang mengalami halusinasi 3) Tingkatkan keamanan dan kenyaman pasien 4) Berikan intervensi krisis 5) Kolaborasikan dengan dokter pemberian terapi obat b. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan pola kekerasan terhadap orang lain, riwayat perilaku kekerasan ditandai dengan marah, mengamuk, memukul orang lain, melamun, diam saat diajak bicara, kooperatif, ada kontak mata, gerakan tidak disadari memegang kepala Definisi :Rentan melakukan perilaku yang menunjukkan bahwa dia dapat membahayakan orang lain secara fisik dan emosional (NANDA Edisi 10, Tahun 2015 Hal. 436).

Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien 2) Kaji dan dokumentasikan orientasi pasien terhadap orang, tempat, waktu, dan situasi 3) Kaji isi halusinasi yang membahayakan atau mengakibatkan kekerasan 4) Ajarkan relaksasi progresif. 5) Anjurkan pasien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok 6) Jelaskan pada pasien pentingnya minum obat dan efek samping obat. c. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental ditandai dengan pasien malas, menarik diri, jika ditanya sering meninggalkan, tidak berinteraksi dengan pasien lain Definisi :Kesendirian yang dialamiolehindividudandianggaptimbulkarena oranglaindansebagaisuatupernyataannegatifataumengancam

(NANDA

edisi 10, tahun 2015 hal. 476). Intervensi : 1) Lakukan BHSP denganmenggunakankomunikasiterapeutik 2) Mengkaji alasan masuk 3) Mengkaji konsep diri 4) Mendorongklienuntukmeningkatkansosialisasi 5) Berikan umpan balik positif saat pasien (bersedia) menjangkau orang lain 6) Dorongpasienuntukmempertahankankontakmatasaatkomunikasidenga n orang lain d. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan ketidakberdayaan ditandai dengan pasien gelisah, sering diam, malu, menghindar, duduk sendiri Definisi :Munculnya persepsi negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini (NANDA Edisi 10, Tahun 2015 Hal.292). Intervensi: 1) Binahubungansalingpercayaantaraperawatdanpasien

2) Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi situasi 3) Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinya 4) Ajarkan ketrampilan perilaku yang positif melalui bermain peran, model peran, diskusi 5) Kolaborasi pemberian terapi obat e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan psikotik ditandai dengan menolak bicara, tidak ada kontak mata Definisi:Penurunan, perlambatan atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan atau menggunakan sistem simbol (NANDA Edisi 10, tahun 2015 hal. 278). Intervensi: 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik 2) Mengkaji alasan masuk 3) Sediakan metode alternatif untuk berkomunikasi 4) Gunakan reinfoercement yang tepat f. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan riwayat perilaku kekerasan ditandai dengan pasien membenturkan diri sendiri, mendengar bisikan, duduk sendiri, berjalan mondar-mandir Definisi:Beresiko melakukan perilaku yakni bahwa individu dapat membahayakan

orang

lain

secara

fisik,

emosional

maupunseksual(NANDA Edisi 10, tahun 2015 hal. 438). Intervensi : 1) Lakukan BHSP dengan menggunakan komunikasi terapeutik 2) Mengkaji alasan masuk 3) Mengkaji konsep diri 4) Mendorong klien untuk meningkatkan sosialisasi 5) Berikan umpan balik positif saat pasien (bersedia) menjangkau orang lain

6) Dorong pasien untuk mempertahankan kontak mata saat komunikasi dengan orang lain g. Gangguan

proses

pikir

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

membedakan stimulus internal dan eksternal Definisi: ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang utuh dan komplit, yang dapat mengganggu kesehatan(Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, tahun 2012 hal. 798). Intervensi: 1) Bina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien 2) Kaji dan dokumentasikan orientasi pasien terhadap orang, tempat, waktu, dan situasi 3) Kaji isi halusinasi yang membahayakan atau mengakibatkan kekerasan terhadap diri sendiri 4) Lakukan manajemen halusinasi dengan orientasi realita 5) Ajarkan relaksasi progresif. 6) Anjurkan pasien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok 7) Jelaskan pada pasien pentingnya minum obat dan efek samping obat. h. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan peran sosial Definisi: Rentan terjadi persepsi negatif tentang makna diri sebagairespons terhadap situasi saat ini (NANDA Edisi 10, Tahun 2015 Hal. 292). Intervensi: 1) Lakukan BHSP denganmenggunakankomunikasiterapeutik 2) Mengkaji alasan masuk 3) Mengkaji konsep diri 4) Mendorongklienuntukmeningkatkansosialisasi 5) Berikan umpan balik positif saat pasien (bersedia) menjangkau orang lain 6) Dorongpasienuntukmempertahankankontakmatasaatkomunikasidenga n orang lain i. Kesiapan meningkatkan konsep diri

Definisi: Suatu pola presepsi atau gagasan tentang diri, yang dapat diperkuat (NANDA Edisi 10, Tahun 2015 Hal. 288). Intervensi: 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik 2) Kaji konsep diri pasien 3) Berikan intervensi krisis terapi musik 4) Berikan reinforcement pada pasien 5) Kolaborasi dengan penggunaan obat

D. PEMBAHASAN Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang ditandai dengan gejala psikotik seperti delusi, halusinasi dan disorganisasi pemikiran dan perilaku (Lara Manuela Guedes de Pinho, 2017).Skizofrenia merupakan kejiwaan yang menyebar yang biasanya timbul pada awal masa dewasa dan bertahan selama sisa hidup(Davy Vancampfort, 2012).Skizofrenia merupakan terpecahnya kepribadian, antara pikiran, perasaan dan perilaku (Prabowo, 2014). Gejala yang muncul dari pasien skizofrenia bervariasi tergantung perjalanan penyakitnya antara lain kelainan pikiran, kelainan emosi, kelainan kemauan, katatonia, halusinasi, waham, gangguan ekspresi dan penarikan diri. Kadang kala pasien dengan skizofrenia menunjukan perilaku menarik diri, cemas, terisolasi dan sulit diatur sehingga akan memengaruhi status mental klien (Kustanti & Widodo, 2010). Skizofrenia pada umumnya ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karajteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar atau tumpul. Setelah dilihat dari kasus yang didapat, gejala skizofrenia dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala negative dan positif. Gejala positif antara lain halusinasi, waham, pikiran yang tak terorganisir, dan perilaku yang aneh(Davy Vancampfort, 2012). Dari data yang sudah dipaparkan diatas, pasien kebanyakan mengalami halusinasi, baik auditori maupun visual. Halusinasi merupakan

terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indra. Setelah dilakukan pengkajia pada tiga ruang di rumah sakit jiwa daerah dr. Arif Zainudin, yaitu ruang akut (Puntodewo dan Sumbodro). Diagnosa medis yang banyak ditemukan adalah skizofrenia tak terinci pada pasien yang telah terkaji banyak memiliki gejala positif seperti halusinasi.Menurut Prabowo (2014) menyebutkan bahkan skizofrenia tak terinci memiliki gejala yang menyolok berupa waham dan halusinasi.Selain itu, terdapat gangguan afek emosi dan kemauan serta mudah tersinggung dan suka menyendiri. Diagnosa keperawatan yang muncul di IGD, ruang akut dan Abimanyu paling banyak pertama adalah risiko kekerasan terhadap orang lain, yang kedua risiko kekerasan terhadap diri sendiri dan gangguan persepsi sensori, gangguan proses pikir, dan hambatan komunikasi verbal. Diagnosa keperawatan paling banyak mucul diruang Abimanyu. Tindakan intervensi yang dilakukan di IGD paling banyak dengan di restrain dan sedangkan diruang akut adalah dengan relaksasi nafas dalam, terapi musik dan diruang Abimanyu intervensi yang dilakukan adalah dengan relaksasi progresif, terapi musik dan TAK pada pasien skizofrenia. Pasien dengan diagnosa keperawatan risiko perilaku kekerasan pada orang lain maupun diri sendiri mendapat terapi relaksasi nafas dalam dan relaksasi progresif. Manfaat yang didapat setelahmelakukan teknik relaksasi nafas dalamadalah mengurangi atau bahkanmenghilangkan rasa nyeri yang terjadipada individu tersebut, ketentraman hati dan berkurangnya rasa cemas, jugapraktis dalam melakukan teknik relaksasinafas dalam tersebut tanpa harus mengeluarkan biaya (Aningsih, 2018). Sedangkan manfaat relaksasi progresif dengan

memusatkan

perhatian

pada

suatu

aktivitas

otot

dengan

mengindentifikasi otot yang tegang untuk menurunkan ketegangan dan kecemasan (Suryanti, 2018). Pasien yang mengalami gangguan persepsi sehingga timbul halusinasi mendapatkan terapi musik yang efektif dalam menurunkan tingkat depresi pada

pasien isolasi sosial, memperbaiki konsentrasi, ingatan dan persepsi spasial, meningkatkan kondisi mental pasien skizofrenia (Rafina Damayanti, 2014).

E. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK Berikut teknik komunikasi yang diaplikasikan antara lain: Jenis teknik komunikasi terapeutik Making Observation

Tindakan (Action)

Respon pasien

“Hallo Mas Anggoro, S :mba liat kok mas O : pasien diam saja Anggoro kelihatan dengan tatapan bingung ya?” kosong “Mas Agus perhatikan S: ngantuk aku mbak sepertinyamas Agus ini O : kontak mata kurang tampak kelihatan gelisah, lemas dan lesu. Kalaubolehtahu apa yang membuat mas Agus merasa lemas dan lesu ?”

Reinforcement

Offering self

Giving Information

“ bagus sekali bu Atik S: bisa memraktikan teknik O: tersenyum relaksasi napas dalam “ “Wah..bagus sekali mas Agus bisa melakukannya dengan benar” “ Baik kalau Mas Anggoro masih belum mau cerita tidak apa-apa mba erlinda tinggal dulu ya nanti jika Mas Anggoro butuh bantuan panggil mba ya”

S : Iya mbaa O : Pasien tampak tersenyum dan rileks S:O : pasien diam saja dengan tatapan kosong

Mas Agus bagaimana kalo besok kita ngobrolngobrol lagi, menurut mas enaknya ngobrol dimana ya mas? “ baik bu atik saya akan mengajarkan teknik napas dalam ya suapaya

S: dimana saja bisa mbak aku ikut mbak O : ada kontak mata S : iya mba O : pasien dapat mempraktikan

bu atik merasa tenang, dan jika ingin marah teknik ini dapat meredam emosi ibu, pertam ibu tarik napas dari hidung dan tahan 3-5 kali hitungan lalu di hembuskan lewat mulut”

Exploring

Validation

Summaring

teknik relaksasi napas dalam

“Relaksasi nafas dalam S : iya mbak ini memiliki manfaat O : pasien terlihat untuk membuat mas kooperatif Agus merasa lebih nyaman dan rileks serta mengencangkan otototot” “apa ibu pernah melihat S: “saya tidak melihat mereka merusak dan merka mba tapi saya menggunakan baju anak mempunyai ibu untuk dijadikan lap buktinya kalau sampah?” merka jahat tapi mereka melakukan kejahatan dimalam hari mba” O : pasien terlihat menangis “Apa yang menyebabkan S: “ya mbak, pengen mas Agus tampak lemas pulang aku mbak” seperti tadi? Coba O: pasien menjawab ceritakan kepada saya sambil menunduk mas” “ jadi ibu kangen ya S : “iya mba saya pingin dengan anak ibu?” pulang, saya takut mereka menganiaya anak saya” O : pasien terlihat menangis “Jadi yang membuat mas S: Iya mba.. Agus tampak kesal O: Kontak mata pasien karena sedang tampak fokus memikirkan hal tersebut” “Baiklah mas Agus, kita S: Iya mbaa tadi sudah berdiskusi

Repeating

selama 20 menit untuk berdiskusi kenapa mas Agus tampak lemah dan lesu. Tadi kita sudah belajar tentang teknik relaksasi nafas dalam” “Coba sekarang mas ulangi kembali?”

O: pasien terlihat kooperatif dan fokus

S : (Pasien mempraktekkan teknik nafas dalam) O : Pasien bisa melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan benar

Dari berbagai macam teknik komunikasi terapeutik yang mudah diaplikasikan oleh mahasiswa adalah making observation karena dapat dilihat secara objektif oleh mahasiswa. Teknik komunikasi yang susah diaplikasikan menurut kelompok adalah exploring karena terkadang pasien tidak mau langsung terbuka tentang masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Davy Vancampfort, C. U. (2012). Progressive Muscle Relaxation in Person with Schizophrenia: a Systematic Review Randomized Controlled Trials. Clinical Rehabilitation, 1-9. Fidhi Aningsih. (2018). Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) Pada Mahasiswi di Asrama Sanggau Landungsari Malang . Nursing News, 96-107. Kustanti, E., & Widodo, A. (2010). Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Perubahan Status Mental Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Barita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 3, September , 131135. Lara Manuela Guedes de Pinho, A. P. (2017). Nursing Interventions in Schizophrenia: The Importance of Therapeutic Relationship. Nursing and Care Acces Journal, 331-333. NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC. NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC. Prabowo, E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Yogyakarta: Nuh Media. Rafina Damayanti, J. S. (2014). Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi pada Pasien Halusinasi Dengar RSJ Tampan Provinsi Riau. JOM PSIK vol.1 no.2, 1-9. Suryanti, D. A. (2018). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan vol. 7 no.1 , 63-74. Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.

Related Documents


More Documents from "Fachrurrazi Al Ansori"