Laporan Dinas Rs Pepi.docx

  • Uploaded by: Irma Kenanti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Dinas Rs Pepi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,671
  • Pages: 75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DM tipe 2 merupakan DM yang terbanyak ditemukan di Indonesia yaitu sekitar 95% dari keseluruhan kasus diabetes. Pada tahun 2015, jumlah penderita DM di Indonesia sebanyak 10 juta orang (IDF, 2015). Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) di Indonesia tentang penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dari tahun 2013 dan untuk penyakit diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%. Prevalensi diabetes melitus di Indonesia yang sudah terdiagnosis oleh dokter adalah sebanyak 1.017.290 jiwa dan sepertinya akan terus meningkat. Kalimantan Tengah sendiri prevalensi diabetes melitus yang sudah berhasil masuk catatan rekam medis dokter berjumlah 10.189 penderita. Di kota Palangaka Raya penyandang diabetes yang datang dan berobat ke puskesmas meningkat cukup tajam dalam 6 tahun terakhir, jika pada tahun 2006 di laporkan sebanyak 379 penderita maka pada akhir 2016 sebanyak 1.372 penderita dan pada tahun 2017 meningkat tajam sebanyak 3,228 penderita (Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2017). Menurut hasil dari Profil Kesehatan Kota Palangka Raya bahwa penyebab utama terjadinya DM di Palangka Raya dipengaruhi oleh pola hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang cenderung kelebihan kalori, kurang aktivitas (olah raga) dan obesitas yang akan berdampak pada menurunnya produktifitas, meningkatnya ketergantungan penderita pada keluarga dan masyarakat serta kebutuhan biaya untuk pengobatan yang cukup tinggi (Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2015). Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan, namun kadar glukosa darahnya dapat dikendalikan untuk memperlambat terjadinya komplikasi pada organ tubuh lainnya (Sudoyo AW, dkk 2014). Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya saat ini adalah dengan melakukan konseling pasien dan melakukan pemberian edukasi. Edukasi berperan penting dalam pencapaian tujuan berupa perubahan sikap (attitude change), pendapat (opinion change), perilaku (behavior change), dan perubahan sosial (social change) dan juga dapat mengubah pengetahuan dan kepatuhan pasien (Sulaeman, 2000 dalam Isnaini N, 2015) 1

Diet yang dianjurkan kepada pasien DM bukan hanya terfokus pada konsumsi gula, tetapi konsumsi zat gizi lain seperti lemak, serat, antioksidan dan lain-lain pun berpengaruh terhadap progresivitas DM. Kualitas diet yang baik berdampak positif pada kadar glukosa darah penderita DM, dimana keadaannya lebih terkontrol dengan baik. Ahli Gizi harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dengan komunikasi yang efektif untuk memberikan pengertian ataupun pengetahuan tentang pengaturan pemberian diet (3) J yaitu: atur Jenis makanan, atur jumlah kalori dan atur jadwal makan. Prinsip 3 J tersebut juga dianjurkan bagi pengidap DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan. Jenis bahan makanan dan jumlah kalori harus benar-benar diperhatikan, demikian halnya dengan waktu makan. Prinsip pengaturan diet pasien DM tipe 2 yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori serta zat gizi tiap pasien. (Soelistijo SA, dkk 2000). B. Tujuan 1. Tujuan umum Melakukan proses asuhan gizi terstandar pada pasien dengan diagnosis Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. 2. Tujuan khusus a. Melakukan skrinning gizi pada pasien perempuan di ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. b. Melakukan assessment (antropometri, biokimia, klinis/fisik, dietary history) pada pasien penyakit Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. c. Menetapkan diagnosa gizi pada pasien perempuan di ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. d. Mampu menyusun NCP pada pasien perempuan di ruang Bougenville yang terdiri dari assessment, diagnosa gizi, intervensi, monitoring dan evaluasi gizi. e. Mampu melakukan edukasi/konsultasi gizi.

2

BAB II GAMBARAN UMUM PASIEN A. NARASI KASUS Ny. B lahir pada tanggal 12 Agustus 1968,umur Ny. B 50 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 6 Maret 2019, TB estimasi menggunakan Tinggi Lutut 150 cm, BB estimasi menggunakan Lila 55,9 kg, LILA : 26,5 cm, status menikah mempunyai 2 orang anak. Ny. B Masuk dengan keluhan awal seperti, nyeri perut dibagian kiri atas, sering pusing saat beraktifitas. Didiagnosa dokter yaitu Ny. B mengalami Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II. Saat masuk rumah sakit tekanan darah Ny. B 160/90 mmHg. Ny. B beragama Islam. Ny. S merupakan ibu rumah tangga. Pendidikan terakhir pasien SMA dan bersuku Dayak.

1.1 Ulasan kasus 1.2.1 Identitas pasien Nama

: Ny. B

No. RM

: 04.42.70

Ruang/ Kelas

: Bougenville/Kelas III (kamar 4)

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 50 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SMA

Tgl MRS

: 6 Maret 2019

Diagnosa

: Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II

1.2.2. Data Subyektif 1. Data Riwayat Gizi  Frekuensi makan Ny. B sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x/hari (pagi, siang, malam)  Klien suka makan ikan  Klien kurang menyukai lauk nabati 3

 Tidak terjadi kesulitan menelan tetapi nafsu makan berkurang  Klien belum bisa menghabiskan 50% makanan dari rumah sakit  Konumsi cairan sebanyak 4-5x/hari (aqua gelas)  Tidak memiliki alergi makanan

Tabel 1.1 Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Waktu

Bahan

Energi

makan

Makanan

Makan pagi

Nasi biasa (50 65.0

Protein

Lemak

Karbohidrat

1.2

0.1

14.3

gr)

Makan siang

Nila (0 gr)

-

-

-

-

Tahu (50 gr)

38.0

4.1

2.4

0.9

Sayur (10 gr)

2.1

0.1

0.1

0.3

1.2

0.1

14.3

-

-

-

3.2

4.5

5.3

0.0

0.2

0.7

0.8

0.4

19.2

2.4

0.2

28.6

4.6

1.4

0.0

Nasi biasa (50 65.0 gr) Ayam

bumbu -

Tomat (0 gr) Tempe (30 gr)

71.1

Sayuran Tumis 4.5 Pepaya (10 gr) Pisang (82 gr)

75.5

Makan

Nasi biasa (100 130.0

malam

gr) Patin

saos 32.4

kecap (60 gr)

4

Tumis

Tahu 38.0

4.1

2.4

0.9

asem 24.5

0.9

1.4

2.8

22,6 gram

13,2 gram

87,3 gram

(50 gr) Sayur (50gr) Total

546,1 kal

Tabel 1.2 Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Zat Gizi

Asupan

Kebutuhan

Makanan

Tingkat Kons. Interprestasi (%)

Energi (kkal)

546,1 kkal

1350 kkal

40,5%

Defisit berat

Protein (gram)

22,6 gr

67,5 gram

33,5%

Defisit berat

Lemak (gram)

13,2 gr

30 gram

44%

Defisit berat

Karbohidrat

87,3 gr

202,5 gram

43,1%

Defisit berat

(gram) 2. Data Riwayat Gizi  Ny. B tidak memiliki alergi makanan  Diet yang diberikan berupa diet DM 1500 kal + RL (rendah lemak) .  Kebiasaan makan Ny. B sebelum masuk rumah sakit yaitu mengkonsumsi makanan pokok berupa nasi biasa 3-4x/hari, lauk hewani berupa ikan 2-3x/hari, lauk nabati berupa tahu dan tempe 1x hari, Ny. B tidak suka mengkonsumsi sayur dan jarang mengkonsumsi buah.  Makanan kesukaan Ny. B adalah lauk hewani yaitu ikan  Frekuensi makan sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x makanan utama (pagi, siang, malam) (sumber rekam medik dan wawancara) 3. Data Riwayat Penyakit  Dahulu Pasien menderita DM tipe II (±1th yang lalu) 5

 Sekarang Pasien Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II Data Sosial Ekonomi Pendidikan terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Suami

:-

Suku

: Dayak

4. Personal History  Ny. B pada saat kunjungan awal terlihat lemah letih lesu dan hanya berbaring ditempat tidur  Ny. B mengalami penurunan nafsu makan dan hanya menghabiskan makan ± sebanyak 2 sendok makan  Tidak mengalami kesulitan dalam menguyah dan menelan  Ny. B belum pernah mendapatkan edukasi gizi sebelumnya

1.2.3 Data Obyektif 3.1 Data Antropometri -

TB estimasi

: 150 cm

-

BB estimasi

: 55,9 kg

-

LILA

: 26,5 cm

-

LILA/ U

: hasil pengukuran X 100% Nilai standar : 26,5 cm/ 29,0 = 76,850 % (gizi kurang)

Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U Klasifikasi

Nilai

Gizi baik baik

>85%

Gizi kurang

70,1 – 84,9%

Gizi buruk

<70%

6

3.2 Data Biokimia pada tanggal 06 maret 2019 jam19:48 Data laboratorium

Hasil lab

Nilai normal

WBC

23,74 x 10^3/uL

4.00 – 10.00

RBC

5.33 x 10^6/uL

3.50 – 5.00

HGB

14,2 g/dL

11.0 – 15.0

PLT

327 x 10^3/uL

150 – 400

GDS

206

<200

Ureum

32

21 – 53

Creatinin

1.56

0.7 – 1.5

Data Biokimia pada tanggal 7 maret 2019 jam 06:45/09.25 Data laboratorium

Hasil lab

Nilai normal

GDP

230 mg/dL

65 – 100

Glukosa 2 jam

291 mg/dL

<140

Data Biokimia Urin pada tanggal 08 maret 2019 Data laboratorium

Hasil lab

Nilai normal

Warna

Kuning

Kuning

Kejernihan

Keruh

Jernih

Berat jernih

1.005

1.010 – 1.020

Leukosit

+3

Negatif

7

pH

8.0

4.5 – 8.0

Protein

+2

Negatif

Glukosa

+4

Normal

Darah

+2

Negatif

Data Biokimia pada tanggal 09 marret 2019 jam 08.45 Data laboratorium

Hasil lab

Nilai normal

GDS

82 mg/dL

<200

3.3 Data Fisik/Klinis Tanggal 06 maret 2019 jam 10:26 -

Keadaan umum

: Sadar penuh

-

Suhu

: 36,6 0C

-

Tekanan darah

: 160/90 mmHg

-

Nadi

: 84x/mnt

-

Pernafasan

: 20x/mnt

-

SPO2

: 90%

Tanggal 06 maret 2019 jam 18:25 -

Keadaan umum

: Sadar penuh

-

Suhu

: 36,3 0C

-

Tekanan darah

: 160/90 mmHg

-

Nadi

: 113x/mnt

-

Pernafasan

: 20x/mnt

-

SPO2

: 97%

8

1.2.4 Obat yang Digunakan Nama Obat

Indikasi

Infus NaCl 0.9 % 16 TPM

Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh

Inj. Ranitidin 2 x 50 mg

Obat untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa yeri ulu hati akibat ulkus atau tukak lambung dan masalah asam lambung tinggi lainnya.

Inj. Lansoprozole 2 x 30 mg

Obat untuk mengobati masalah lambng dan esofagus. Membantu menyembuhkan kerusakan akibat asam lambung baik pada perut maupun kerongkongan, mencegah terbentuk nya tukak lambung dan dapat membantu mencegah ka ker esofagus Metformin adalah obat untuk mengotrol gula darah

Metformin 3 x 500 mg

tinggi. Metformin berkerja dengan mengembalikkan respon tubuh yang tepat terhadp insulin yang diproduksi secara natural.

Glucodex 80 mg 3 x 1

Glucodex adalah obat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus

Inj. Ceftriaxone 2x 1

Obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yaitu dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.

Ranitidine 50 mg

Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam

lambung.

Konsumsi

bersamaan

dengan

makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% Ketoroloac 30 mg

Adalah obat untuk mengatasi rasa nyeri. Mulai dari

9

rasa nyeri sedang hingga rasa nyeri berat. Obat ini diberikan berkaitan dengan penyakit Ny. B yaitu abdominal Pain

B. TERAPI DIET RS Terapi diet yang diberikan adalah terapi diet NB, DM 1500 kalori + RL (Rendah Lemak)

10

BAB III PELAKSANAAN ASUHAN GIZI RAWAT INAP SKRINNING GIZI Nama

: Ny.B

No. RM

: 28.63.96

Ruang/ Kelas

: Bougenville / kelas III (kamar 4)

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 50 tahun

Berat Badan

: 55,9 kg (BB estimasi)

Tinggi Badan

: 150 cm (TB estimasi)

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SMA

Tgl MRS

: 6 Maret 2019

Tgl pemeriksaan

: 8 maret 2019

Status gizi

: Baik

Diagnosa

: Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II

Skrining Gizi RSUD Doris Silvanus menggunakan Malnutrition Screenong Tool-MUST. Dari hasil skrinning total skor yang didapat yaitu skor 3 dengan kesimpulan (resiko sedang) dan perlu dilakukan assesmen ulang 3 hari kemudian.

11

ASSESSMENT GIZI TANGGAL 9 MARET 2019

CH. Client History CH.1 Riwayat Personal CH.1.1 Data Personal 1.1.1 Umur Ny. B Berumur 50 tahun 1.1.2 Jenis kelamin Ny. B berjenis kelamin perempuan 1.1.3 Keterbatasan fisik Normal 1.1.4 Suku/Etnic Ny. B bersuku Dayak 1.1.5 Bahasa Ny. B menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Daerah 1.1.6 Edukasi Ny. B lulusan SMA 1.1.7 Peranan dalam keluarga Ny. B merupakan ibu rumah tangga

CH.2 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga CH.2.1 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga 2.1.1. Keluhan pasien : pasien menderita Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe II CH.3.1 Riwayat Sosial 3.1.5

Agama Ny. B beragama Islam 12

Identifikasi : Ny. B berumur 50 tahun, pasien menderita Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe II dan beragama Islam

FH. Food History ( riwayat makanan ) 1. Asupan makan dan Zat Gizi 1.1 Asupan energi

1.1.1

Asupan Energi Asupan energi klien saat dilakukan recall sebesar 546,1 kalori dengan tingkat konsumsi 40,5% interpretasi defisit berat

1.2.2 Asupan Makanan 1. Jenis Makanan Jenis makanan yang dikonsumsi Ny. B merupakan makanan biasa 2. Pola makan / snack Pola makan Tn. Rm utama sebanyak 3 (tiga) kali sehari. Bahan makanan yang biasa dikonsumsi: Makanan pokok: Nasi, Lauk hewani : Ikan Sungai, Lauk nabati : tahu , Minuman: Teh Hangat, Pasien tidak terlalu menyukai sayuran dan buah. 3. Variasi makanan Ny. B mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi dan kurang seimbang dibuktikan dengan Ny. B tidak menyukai buah dan sayuran 1.3.2 Parenteral 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV) Pasien diberikan infuse NaCl 0.9% 16 TPM

1.5 Asupan Gizi Makro 1.5.1 Asupan lemak dan Kolesterol

13

1.5.1.1 Asupan Lemak Asupan lemak Ny. B saat dilakukan recall sebesar 13,2 gram dengan tingkat konsumsi 44% interpretasi defisit berat 1.5.2 Asupan Protein 1.5.2.1 Asupan Protein Total Asupan Protein Ny. B saat dilakukan recall sebesar 22,6 gram dengan tingkat konsumsi 33.5% interpretasi defisit berat 1.5.3 Asupan Karbohidrat 1.5.3.1 Asupan Karbohidrat Total Asupan karbohidrat Ny. B saat dilakukan recall sebesar 87.3 gr dengan tingkat konsumsi 43.1% interpretasi defisit berat Identifikasi : asupan energi klien saat dilakukan recall sebesar 546,1 kkal , protein 22.6 gram, lemak 13,2 gram dan karbohidrat 87,3 gram dengan interpretasi defisit berat

FH 2. Pemberian makanan dan zat gizi 2.2.1.2 Pengalaman Diet 2.1.2.5 Alergi makanan Pasien tidak ada alaergi terhadap makanan 2.1.4 Pemberian makanan enteral dan parenteral 2.1.4.2 Akses parenteral Pasien diberikan makanan parenteral berupa infus NaCl 0,9% 16 TPM

FH 3. Penggunaan obat obatan atau obat alternative/pelengkap 3.1 Suplemen Obat dan Jamu 3.1.1 Penggunaan obat yang diresepkan Infus NaCl 0.9 % 16 TPM

Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh

14

Inj. Ranitidin 2 x 50 mg

Obat untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa yeri ulu hati akibat ulkus atau tukak lambung dan masalah asam lambung tinggi lainnya.

Inj. Lansoprozole 2 x 30 mg

Obat untuk mengobati masalah lambng dan esofagus. Membantu menyembuhkan kerusakan akibat asam lambung baik pada perut maupun kerongkongan, mencegah terbentuk nya tukak lambung dan dapat membantu mencegah ka ker esofagus Metformin adalah obat untuk mengotrol gula darah

Metformin 3 x 500 mg

tinggi. Metformin berkerja dengan mengembalikkan respon tubuh yang tepat terhadp insulin yang diproduksi secara natural.

Glucodex 80 mg 3 x 1

Glucodex adalah obat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus

Inj. Ceftriaxone 2x 1

Obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yaitu dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.

Ranitidine 50 mg

Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam

lambung.

Konsumsi

bersamaan

dengan

makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% Ketoroloac 30 mg

Adalah obat untuk mengatasi rasa nyeri. Mulai dari rasa nyeri sedang hingga rasa nyeri berat. Obat ini diberikan berkaitan dengan penyakit Ny. B yaitu abdominal Pain

15

FH 4.2 Kepercayaan dan sikap 4.2.12 Kesukaan makanan Pasien suka mengkonsumsi makanan berupa lauk hewani seperti ikan

AD. Antropometri

1.1.Komposisi / pertumbuhan Tubuh / Riwayat berat badan 1.1.1

Tinggi / Panjang Badan Tinggi badan Ny. B yaitu 150 cm ( estimasi TL)

1.1.2

Berat Badan Berat badan Estimasi ( menurut LILA dari formula cottermolle (3,75 x Lila ) – 43,45 (3,75 x 26,5 ) – 43,45 55,9 kg Perhiungan : BBI

: 90% x (TB cm -100 ) x 1 0.9 x 50 x 1 45 kg

1.1.4 LILA Lila Ny. B yaitu 26.5 cm 1.1.5 IMT IMT Ny. B adalah 27,8 maka Ny. B kedalam Kategori Normal Perhitungan : BB / Tb² = 55.9 / 1.5² =28.84 (masuk dalam kategori Normal) 1.1.6

Indikator pola pertumbuhan level persentil Lila pasien 26.5 cm % Presentase LILA

=

𝐿𝑖𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟 Lila Standar

16

x ( 100)

=

26.5 𝑐𝑚 29.0 cm

x 100

= 76,850 % pasien dalam kategori gizi kurang

Identifikasi : tinggi badan klien yaitu 150 cm dan BB estimasi klien adlah 55.9 dan status gizi pasien normal.

PD. Nutrition-Focused physical Findings ( fisik dan Klinis ) 1.1.Nutrition-Focused Physical Findings 1.1.1 Penampilan Keseluruhan Keadaan umum pasien sadar/baik Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena masalah pendengaran 1.1.5 Sistem Pencernaan Pasien mengalami masalah gastrointestinal seperti nyeri perut akibat penyakit SUSP Choletialitis dan Abdominal Paint yang diderita pasien 1.1.6 Kepala dan Mata Kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang. 1.1.9 Tanda-Tanda Vital Tanggal 06 maret 2019 jam 10:26 -

Keadaan umum

: Sadar penuh

-

Suhu

: 36,6 0C

-

Tekanan darah

: 160/90 mmHg

-

Nadi

: 84x/mnt

-

Pernafasan

: 20x/mnt

-

SPO2

: 90%

Tanggal 06 maret 2019 jam 18:25

17

-

Keadaan umum

: Sadar penuh

-

Suhu

: 36,3 0C

-

Tekanan darah

: 160/90 mmHg

-

Nadi

: 113x/mnt

-

Pernafasan

: 20x/mnt

-

SPO2

: 97%

Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu dalam keadaan sadar/baik. Namun, pada bagian sistem pencernaan klien mengalami gangguan gastrointestinal seperti nyeri perut akibat penyakit SUSP Choletialitis dan Abdominal Paint yang diderita pasien.Tekanan darah klien termasuk tinggi.

BIOKIMIA BD1.2 Electrolyte and renal profil BD1.2.2 Kreatinin  Kadar kreatinin klien adalah 1.56 mg/dl (N = 0,7 – 1,5) BD1.5 Profil glukosa/endokrin BD1.5.2 Glukosa, sewaktu  Kadar GDS klien yaitu 206 mg/dl (N = <200 mg/dl) (tanggal 6/03/19)  Kadar GDP 230 mg/dl ( tgl 7/03/19)  Glukosa 2 jam 291 mg/dl ( tg 7/03/19)  GDS 82 mg/dl ( tanggal 9/03/19) BD1.10 Profil anemia gizi BD1.10.1 Hemoglobin  Kadar HB klien sebesar 14,2 g/dl BD1.12 Profil urin BD1.12.1 warna urin 18

 Warna urin klien seperti warna teh (kuning)

19

DIAGNOSA GIZI TANGGAL 9 MARET 2019 A. Domain Intake 1. NI -2.2.1 Kekurangan makanan dan minuman oral berkaitan dengan factor fisiologis dibuktikan denganasupan energi protein lemak dan karbohidrat dalam kategori deficit berat. B. Domain Klinik 1. NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien SUSP Cholelitiatis dibuktikan dengan pasien mengalami nyeri perut. 2. NC 2.2.2 Perubahan nilai laboratorium khusus berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien yaitu DM tipe II dan data hasil biokimia pasien dibuktikan dengan nilai Glukosa darah sewaktu pasien yaitu 206 mg/dl. C. Domain Behavior 1. NB 1.1.1 Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan gizi berkaitan dengan kurangnya informasi dibuktikan dengan klien tidak pernah mendapatkan konseling gizi sebelumnya.

Prioritas Diagnosa Gizi Dari 3 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake karena pasien memiliki kekurangan intake makanan dan minuman oral pada zat gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan. Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi, karbohidrat, lemak dan protein mengalami defisit berat. Oleh karena itu, klien perlu mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat untuk proses pemulihan pasien.

20

INTERVENSI GIZI UNTUK HARI SABTU 9 MARET 2019

A. Tujuan Diet Jangka pendek 3 hari : 1. Memberikan diet DM 2 1300 kalori sesuai kebutuhan pasien selama 3 hari 2. Memberikan makanan yang dapat memperbaiki dan menormalkan glukosa darah pasien dari segi masukan dan penyembuhan B. Jenis Diet “DIET DM 1300 Kalori + Rendah Lemak ” C. Perhitungan Zat Gizi Dan Cairan Diketahui : 1. BBA estimasi

= (3,75 x LILA ) -43,45 = (3,75 x 26,5 cm) – 43,45 = 55,9 kg (menggunakan Formula Cottermole)

2. TB estimasi

= 84,88 – (0,24 x 50 ) + (1,83 x 42,2 cm) = 84,88 – 12 + 77,2 = 150 cm ( Acevedo,2011)



LLA/U = =

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

x 100%

26,5 𝑐𝑚 29,0 𝑐𝑚

= 76,850 % klien tergolong kategori gizi kurang 

BBI

= 90% x (TB cm – 100) x 1 = 0,9 x 50 x 1 = 45 kg



Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makro Karena pasien di diagnosa Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe 2, maka saya berikan diet DM Tipe II + Rendah Lemak karena ada SUSP 21

Cholelitiatis (kandung empedu). Diet DM menggunakan rumus perkeni, 2015 dan diet rendah lemak menggunakan lemak dalam keadaan kronis yaitu 20% dan dilihat juga dari pemilihan jenis makana pada saat pemorsian. 1. BBI

= 90% x (TB cm – 100) x 1 = 0,9 x 50 x 1 = 45 kg

2. IMT

= BB / TB²cm = 55,9 / (1.5)² = 24,84 (normal) (kemenkes,2013)

3. BMR

= BBI x BMR (pr) = 45 X 25 kal/kgBB = 1125 kal/kgBB

4. Faktor Aktifitas diberikan 10% karena dalam keadaan istirahat FA

= 10% x 1125 kal/kgBB = 112.5 kal/kgBB

5. Faktor stress

= 15 % x 1125 kal/kgBB = 168,75 kal/kgBB

6. Koreksi Usia dengan melakukan pengurangan 5 % Koreksi U = 5% x 1125 kal/kg BB = 56,25 kal/kgBB

Jadi, BBI

= 45 kg

BMR x a

= 1125 kal/kgBB

Fa x b

= 112,5 kal/kgBB

Koreksi bb x b

=-

Koreksi strees x b

= 168,75 kal/kgBB

+

1406,25 kal/kgBB Koreksi usia x b

=

56,25 kal/kgBB 1350 kal/kgBB 22

-

Kemudian, hasil dari energi dikalikan 5 % = 5% x 1350 kal/kgBB = 67,5 kal Hasil dari ±5% 67,5 kal mendekato diet DM II dibandingkan ke DM III 1500 kalori sehingga pada kasus ini menggunakan diet DM ii (1300 kalori) + Rendah Lemak.

1. Protein

= =

20% 𝑥 𝑇𝐸 4 20% 𝑥 1350 4

= 67,5 gram

2. Lemak

= =

20% 𝑥 𝑇𝐸 9 20% 𝑥 1350 9

= 30 gram

2. Karbohidrat

= =

60% 𝑥 𝑇𝐸 4 60% 𝑥 1350 4

= 202,5 gram 

BBA = 55,9 kg 10 kg pertama = 10 x 100 = 1000 10 kg kedua

= 10 x 50 = 500

Sisa BB

= 35,9 x 20 = 718 + 2,218 ml

Kebutuhan cairan : Cairan = 2.218 ml atau 2,2 liter/hari 

Kebutuhan Zat Gizi Mikro 1) Natrium

𝐵𝐵𝐴

= 𝐵𝐵 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x Besi (Akg) =

55,9 55

x 1300 mg

23

= 1321.27 mg



2) Serat

= 2300 g

3) Folat

= 400 mg

4) Vitamin C

= 75 mg

Menghitung infus NaCl 16 TPM Cairan infus RL = 16 x 60 x 24 = 23,040/20 = 1.152 cc

D. Prinsip Diet Prinsip Diet a. Energi cukup b. Protein sesuai kebutuhan c. Lemak rendah d. Karbohidrat cukup e. Vitamin dan mineral cukup E. Syarat Diet 1. Energi cukup, ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Dan juga ditujukan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. 2. Protein sesuai kebutuhan yaitu 20% dari kebutuhan energi total. Ditujukan Karena protein dapat mengganti sel yang rusak dan membentuk sel baru yang berguna pada pasien yang mengalami infeksi. Sehingga protein juga berfungsi sebagai zat pembangun terutama sel otot. 3. Dalam kedaan kronis lemak diberikan 20% karena pasien menderita SUSP Cholelitiatis sehingga harus mengkonsumsi makanan rendah lemak dengan cara, di tumis, di kukus atau di panggang. 4. Karbohidrat cukup, yaitu 60% dari kebutuhan energi total. Peran penting karbohidrat yaitu untuk proses metabolisme serta proses pembentukkan jaringan sel, struktur dan juga organ-organ dalam tubuh 5. Vitamin dan mineral cukup, apabila asupan dari mkanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak perlu.

24

6. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan ecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. 7. Pengunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternafit yaitu yang bergizi dan tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi adlaah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah kelebihan mempunyai pengaruh laksatif. 8. Asupan serat diannurkan 25gr/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat ddidalam sayuran dan buah. 9. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi asupan garam harus dikurangi (lihat diet garam rendah) 10. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna 11. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama F. Bentuk Makanan  Makanan biasa (nasi biasa) G.

Frekuensi •

3 kali makanan utama (pagi,siang,malam) dan 2 kali selingan

H. Rute  Oral I. Edukasi Sasaran : diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang menunggu Waktu : penyampaian edukasi kepada pasien yaitu ketika pasien mendapatkan makanan atau sudah mnghabiskan makanannya Tempat : Ruang Bougenville Kelas III kamar 4 Edukasi yang diberikan : Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling untuk tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dan tanyakan apakah pasien ada 25

mengkonsumsi makanan dari luar. Menanyakan alasan apabila pasien tidak menghabiskan makanannya dan tanyakan kondisi pasien sekarang.

PERENCANAAN MENU

B. Pembagian Kedalam sehari 

Energi = 1350 kkal



Protein = 67,5 gram



Lemak = 30 gram



Karbohidrat = 202,5 gram

Makan Siang, Sabtu 9 maret 2019 menggunakan siklus menu IX Menu

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Nasi putih

100

130.0

2,4

0,2

28,6

58,7

12,7

0.5

-

25

5.3

0.2

0.3

0.7

Tumis labu 25

5.0

0.2

0.1

1.1

25

6.0

0.2

0.1

1.4

110

83.6

8,9

5.3

2.1

113

104

1.1

0.6

26.4

Ikan masak 40 kuning Tumis kacang panjang

siam Tumis terong asam Tahu bumbu serai Pisang ambon

26

Pepaya

35

13,6

0.2

-

3.4

Makan Sore, Sabtu 9 maret 2019 menggunakan siklus menu IX Menu

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Nasi putih

100

130.0

2,4

0,2

28,6

59,8

1.5

11

-

40

94,8

6.0

4.3

7.0

Kacang pjg

25

5.3

0.3

0.2

0.7

Labu

25

9.7

0.2

0.2

2.2

Ikan pepes 60 peda Bacem tempe kukus

kuning

Makan Pagi, Minggu 10 maret 2019 menggunakan siklus menu X Menu

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Nasi putih

150

195.0

3,6

0,3

42,9

78,4

14,5

1,9

-

110

83,6

8,9

5,3

2,1

Labu air

50

8,5

0.3

-

-

Wortel

50

21

0.6

0.1

4.6

Ikan patin 80 asam manis Tahu goreng

Selingan pada tanggal 9 maret 2019 Menu

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Bolu kukus

35

72,4

1.5

0.7

15.0

Pisang

127

147,2

1.0

0.3

39,6

kepok rebus

27

Perencanaan Menu Dalam Sehari Waktu

Menu

Siang

Nasi biasa + ikan nila Nasi biasa

10.00 WIB masak kuning

100 gr

Ikan nila

40 gr

Tahu

110 gr

Kacang panjang

25 gr

Labu siam

25 gr

Terong asam

25 gr

Nasi biasa

Nasi biasa

100gr

Ikan peda

Ikan haruan

100 gr

Kacang panjang

25 gr

Labu kuning

25 gr

Tempe bacem kukus

Tempe

40 gr

Buah pisang rebus

Pisang

127 gr

Nasi biasa

Nasi biasa

150 gr

Labu air

50 gr

Wortel

50 gr

Ikan patin asam manis

Ikan patin

80 gr

Tahu goreng kemangi

Tahu

110 gr

Tahu bumbu serai

Sore

Bahan Makanan Berat

10.00 WIB

Pagi tgl 10 06.30 WIB

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI PEMORSIAN HARI 1 (9 MARET 2019)

28

Waktu

Makan siang

Menu

Bahan

masakan

makanan

Nasi biasa

Nasi

Ikan

Pemorsian

Asupan

Sisa

100 gr

19 gr

81 gr

60 gr

12

48

Tahu

110 gr

14 gr

96 gr

Kacang

75 gr

15 gr

60 gr

nila Ikan nila

masak kuning Tahu bb serai

panjang

+

labu siam

Makan sore

bolu

Bolu

35 gr

35 gr

-

Nasi biasa

Nasi

100 gr

49 gr

51 gr

ikan Ikan peda

60 gr

6

54 gr

Kcg panjang

25 gr

7 gr

18 gr

Labu kuning

25 gr

25 gr

-

Tempe

40 gr

2 gr

38 gr

127 gr

60 gr

67 gr

150 gr

79 gr

71 gr

50 gr

8 gr

42 gr

50 gr

22 gr

28 gr

50 gr

4 gr

46 gr

80 gr

11 gr

69 gr

Pepes peda

Tempe bacem kukus

Pisang kepok Pisan gkepok kukus Makan pagi

Nasi biasa Tumis

Nasi biasa

sawi Labu air

sendok Wortel Tahu goreng Tahu kemangi Ikan

patin Ikan patin

asam manis

29

JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 9 MARET 2019 Waktu

Menu

Bahan

masakan

makanan

Makan

Nasi

Nasi

siang

biasa Ikan nila Ikan nila

Berat

Energi

Protein

Lemak

KH

19 gr

24.7

0.5

-

5.4

12 gr

9.7

1.4

0.4

-

14 gr

28.8

1.0

2.8

0.2

15 gr

6.7

0.4

0.3

1.0

masak kuning Tahu bb Tahu serai Kacang panjang +

labu

siam bolu

Bolu

35 gr

72.4

1.5

0.7

15.0

Makan

Nasi

Nasi

49 gr

63.7

1.2

0.1

14.0

sore

biasa Ikan peda

6

6.7

1.3

0.1

-

Kcg

7 gr

1.5

-

0.1

0.2

25 gr

9.7

0.2

0.2

2.2

Tempe

2 gr

4.7

0.2

0.3

0.4

Pisang

Pisang

60 gr

55.2

0.6

0.3

14.0

kepok

kepok

79 gr

102.7

1.9

0.2

22.9

Pepes ikan peda

panjang Labu kuning Tempe bacem kukus

kukus Makan

Nasi

Nasi

30

pagi

biasa

biasa

Tumis

Labu air

8 gr

1.6

0.1

-

0.3

Wortel

22 gr

4.6

0.2

-

0.8

Tahu

4 gr

8.2

0.3

0.8

0.1

Ikan

Ikan

11 gr

22.2

0.2

0.2

22.6

patin

patin

423.1 kalori

11 gram

6.5 gram

99.1

sawi sendok

Tahu goreng kemangi

asam manis Total

gram

31

MONITORING EVALUASI TANGGAL 9 MARET 2019

Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek Outcome

a. Kekurangan intake makanan oral b. Glukosa darah pasien tinggi

Indicator Outcome

Jangka pendek a. Asupan energi saat recall, 40.5 % b. Asupan protein saat recall yaitu 33.5% c. Asupan lemak saat recall yaitu 44 % d. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 43.1% e. Nilai Hb klien yaitu 206 g/dl

Kriteria

Jangka pendek a. Menurut

Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall

energi, protein, lemak, karbohidrat dan cairan klien termasuk kategori defisit berat b. Berdasarkan nilai rujukan kadar glukosa klien masuk kategori tinggi Dokumentasi Monitoring Evaluasi

Dokumentasi Monitoring Evaluasi

Pada kunjungan awal Jangka pendek -

Energi 40.5% (DB)

-

Protein 33.5% (DB)

-

Lemak 44% (DB)

-

Karbohidrat 43.1% (DB)

-

Nilai Hb 206 g/dl (tinggi)

Jangka pendek a. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan belum tercapai tercapai yaitu energi 31.3%, protein 16.2%, lemak 21.7% dan karbohidrat 49%

32

b. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan belum tercapai yaitu nilai glukosa darah masih tinggi

PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (9 MARET 2019) Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

Tingkat Kons.

Interpretasi

Energi

423,1 kkal

1350 kkal

31.3%

Defisit berat

Protein

11 gr

67.5 gr

16.2%

Defisit berat

Lemak

6.5 gr

30 gr

21.7%

Defisit berat

Karbohidrat

99.1 gr

202.5 gr

49%

Defisit berat

33

ASSESSMENT GIZI TANGGAL 10 MARET 2019

CH. Client History CH.1 Riwayat Personal CH.1.1 Data Personal 1.1.8 Umur Ny. B Berumur 50 tahun 1.1.9 Jenis kelamin Ny. B berjenis kelamin perempuan 1.1.10 Keterbatasan fisik Normal 1.1.11 Suku/Etnic Ny. B bersuku Dayak 1.1.12 Bahasa Ny. B menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Daerah 1.1.13 Edukasi Ny. B lulusan SMA 1.1.14 Peranan dalam keluarga Ny. B merupakan ibu rumah tangga

CH.2 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga CH.2.1 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga 2.1.1. Keluhan pasien : pasien menderita Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe II CH.3.1 Riwayat Sosial 3.1.5

Agama 34

Ny. B beragama Islam

Identifikasi : Ny. B berumur 50 tahun, pasien menderita Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe II dan beragama Islam

FH. Food History ( riwayat makanan ) 2. Asupan makan dan Zat Gizi 2.1 Asupan energi

2.1.1

Asupan Energi Asupan energi klien saat dilakukan recall sebesar 546,1 kalori dengan tingkat konsumsi 40,5% interpretasi defisit berat

1.2.2 Asupan Makanan 4. Jenis Makanan Jenis makanan yang dikonsumsi Ny. B merupakan makanan biasa 5. Pola makan / snack Pola makan Tn. Rm utama sebanyak 3 (tiga) kali sehari. Bahan makanan yang biasa dikonsumsi: Makanan pokok: Nasi, Lauk hewani : Ikan Sungai, Lauk nabati : tahu , Minuman: Teh Hangat, Pasien tidak terlalu menyukai sayuran dan buah. 6. Variasi makanan Ny. B mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi dan kurang seimbang dibuktikan dengan Ny. B tidak menyukai buah dan sayuran 1.3.2 Parenteral 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV) Pasien diberikan infuse NaCl 0.9% 16 TPM

1.5 Asupan Gizi Makro

35

1.5.1 Asupan lemak dan Kolesterol 1.5.1.1 Asupan Lemak Asupan lemak Ny. B saat dilakukan recall sebesar 13,2 gram dengan tingkat konsumsi 44% interpretasi defisit berat 1.5.2 Asupan Protein 1.5.2.1 Asupan Protein Total Asupan Protein Ny. B saat dilakukan recall sebesar 22,6 gram dengan tingkat konsumsi 33.5% interpretasi defisit berat 1.5.3 Asupan Karbohidrat 1.5.3.1 Asupan Karbohidrat Total Asupan karbohidrat Ny. B saat dilakukan recall sebesar 87.3 gr dengan tingkat konsumsi 43.1% interpretasi defisit berat Identifikasi : asupan energi klien saat dilakukan recall sebesar 546,1 kkal , protein 22.6 gram, lemak 13,2 gram dan karbohidrat 87,3 gram dengan interpretasi defisit berat

FH 2. Pemberian makanan dan zat gizi 2.2.1.2 Pengalaman Diet 2.1.2.5 Alergi makanan Pasien tidak ada alaergi terhadap makanan 2.1.4 Pemberian makanan enteral dan parenteral 2.1.4.2 Akses parenteral Pasien diberikan makanan parenteral berupa infus NaCl 0,9% 16 TPM

FH 3. Penggunaan obat obatan atau obat alternative/pelengkap 3.1 Suplemen Obat dan Jamu 3.1.1 Penggunaan obat yang diresepkan

36

Infus NaCl 0.9 % 16 TPM

Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh

Inj. Ranitidin 2 x 50 mg

Obat untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa yeri ulu hati akibat ulkus atau tukak lambung dan masalah asam lambung tinggi lainnya.

Inj. Lansoprozole 2 x 30 mg

Obat untuk mengobati masalah lambng dan esofagus. Membantu menyembuhkan kerusakan akibat asam lambung baik pada perut maupun kerongkongan, mencegah terbentuk nya tukak lambung dan dapat membantu mencegah ka ker esofagus Metformin adalah obat untuk mengotrol gula darah

Metformin 3 x 500 mg

tinggi. Metformin berkerja dengan mengembalikkan respon tubuh yang tepat terhadp insulin yang diproduksi secara natural.

Glucodex 80 mg 3 x 1

Glucodex adalah obat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus

Inj. Ceftriaxone 2x 1

Obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yaitu dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.

Ranitidine 50 mg

Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam

lambung.

Konsumsi

bersamaan

dengan

makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% Ketoroloac 30 mg

Adalah obat untuk mengatasi rasa nyeri. Mulai dari rasa nyeri sedang hingga rasa nyeri berat. Obat ini diberikan berkaitan dengan penyakit Ny. B yaitu

37

abdominal Pain

FH 4.2 Kepercayaan dan sikap 4.2.13 Kesukaan makanan Pasien suka mengkonsumsi makanan berupa lauk hewani seperti ikan

AD. Antropometri

1.2.Komposisi / pertumbuhan Tubuh / Riwayat berat badan 1.1.3

Tinggi / Panjang Badan Tinggi badan Ny. B yaitu 150 cm (estimasi tinggi lutut)

1.1.4

Berat Badan Berat badan Estimasi ( menurut LILA dari formula cottermolle (3,75 x Lila ) – 43,45 (3,75 x 26,5 ) – 43,45 55,9 kg Perhiungan : BBI

: 90% x (TB cm -100 ) x 1 0.9 x 50 x 1 45 kg

1.1.4 LILA Lila Ny. B yaitu 26.5 cm 1.1.7 IMT IMT Ny. B adalah 27,8 maka Ny. B kedalam Kategori Normal Perhitungan : BB / Tb² = 55.9 / 1.5² =28.84 (masuk dalam kategori Normal) 1.1.8

Indikator pola pertumbuhan level persentil 38

Lila pasien 26.5 cm % Presentase LILA

= =

𝐿𝑖𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟 Lila Standar 26.5 𝑐𝑚 29.0 cm

x ( 100)

x 100

= 76,850 % pasien dala kategori gizi kurang

Identifikasi : tinggi badan klien yaitu 150 cm dan BB estimasi klien adlah 55.9 dan status gizi pasien normal.

PD. Nutrition-Focused physical Findings ( fisik dan Klinis ) 1.1.Nutrition-Focused Physical Findings 1.1.1 Penampilan Keseluruhan Keadaan umum pasien sadar/baik Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena masalah pendengaran 1.1.5 Sistem Pencernaan Pasien mengalami masalah gastrointestinal seperti nyeri perut akibat penyakit SUSP Choletialitis dan Abdominal Paint yang diderita pasien 1.1.6 Kepala dan Mata Kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang. 1.1.9 Tanda-Tanda Vital Tanggal 06 maret 2019 jam 10:26 -

Keadaan umum

: Sadar penuh

-

Suhu

: 36,6 0C

-

Tekanan darah

: 160/90 mmHg

-

Nadi

: 84x/mnt

-

Pernafasan

: 20x/mnt

-

SPO2

: 90%

Tanggal 06 maret 2019 jam 18:25 39

-

Keadaan umum

: Sadar penuh

-

Suhu

: 36,3 0C

-

Tekanan darah

: 160/90 mmHg

-

Nadi

: 113x/mnt

-

Pernafasan

: 20x/mnt

-

SPO2

: 97%

Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu dalam keadaan sadar/baik. Namun, pada bagian sistem pencernaan klien mengalami gangguan gastrointestinal seperti nyeri perut akibat penyakit SUSP Choletialitis dan Abdominal Paint yang diderita pasien.Tekanan darah klien termasuk tinggi. BIOKIMIA BD1.2 Electrolyte and renal profil BD1.2.2 Kreatinin  Kadar kreatinin klien adalah 1.56 mg/dl (N = 0,7 – 1,5) BD1.5 Profil glukosa/endokrin BD1.5.2 Glukosa, sewaktu  Kadar GDS klien yaitu 206 mg/dl (N = <200 mg/dl) (tanggal 6/03/19)  Kadar GDP 230 mg/dl ( tgl 7/03/19)  Glukosa 2 jam 291 mg/dl ( tg 7/03/19)  GDS 82 mg/dl ( tanggal 9/03/19) BD1.10 Profil anemia gizi BD1.10.1 Hemoglobin  Kadar HB klien sebesar 14,2 g/dl BD1.12 Profil urin BD1.12.1 warna urin  Warna urin klien seperti warna teh (kuning) 40

DIAGNOSA GIZI TANGGAL 10 MARET 2019 D. Domain Intake 2. NI -2.2.1 Kekurangan makanan dan minuman oral berkaitan dengan factor fisiologis dibuktikan denganasupan energi protein lemak dan karbohidrat dalam kategori deficit berat. E. Domain Klinik 3. NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien SUSP Cholelitiatis dibuktikan dengan pasien mengalami nyeri perut. 4. NC 2.2.2 Perubahan nilai laboratorium khusus berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien yaitu DM tipe II dan data hasil biokimia pasien dibuktikan dengan nilai Glukosa darah sewaktu pasien yaitu 206 mg/dl. F. Domain Behavior 2. NB 1.1.1 Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan gizi berkaitan dengan kurangnya informasi dibuktikan dengan klien tidak pernah mendapatkan konseling gizi sebelumnya.

Prioritas Diagnosa Gizi Dari 3 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake karena pasien memiliki kekurangan intake makanan dan minuman oral pada zat gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan. Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi, karbohidrat, lemak dan protein mengalami defisit berat. Oleh karena itu, klien perlu mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat untuk proses pemulihan pasien.

41

INTERVENSI GIZI UNTUK HARI SABTU 10 MARET 2019

A. Tujuan Diet Jangka pendek 3 hari : 3. Memberikan diet DM 2 1300 kalori sesuai kebutuhan pasien selama 3 hari 4. Memberikan makanan yang dapat memperbaiki dan menormalkan glukosa darah pasien dari segi masukan dan penyembuhan B. Jenis Diet “DIET DM 1300 Kalori + Rendah Lemak ” C. Perhitungan Zat Gizi Dan Cairan Diketahui : 3. BBA estimasi

= (3,75 x LILA ) -43,45 = (3,75 x 26,5 cm) – 43,45 = 55,9 kg (menggunakan Formula Cottermole)

4. TB estimasi

= 84,88 – (0,24 x 50 ) + (1,83 x 42,2 cm) = 84,88 – 12 + 77,2 = 150 cm ( Acevedo,2011)



LLA/U = =

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

x 100%

26,5 𝑐𝑚 29,0 𝑐𝑚

= 76,850 % klien tergolong kategori gizi kurang 

BBI

= 90% x (TB cm – 100) x 1 = 0,9 x 50 x 1 = 45 kg



Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makro Karena pasien di diagnosa Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe 2, maka saya berikan diet DM Tipe II + Rendah Lemak karena ada SUSP Cholelitiatis (kandung empedu). Diet DM menggunakan rumus perkeni, 2015 dan

42

diet rendah lemak menggunakan lemak dalam keadaan kronis yaitu 20% dan dilihat juga dari pemilihan jenis makana pada saat pemorsian. 7. BBI

= 90% x (TB cm – 100) x 1 = 0,9 x 50 x 1 = 45 kg

8. IMT

= BB / TB²cm = 55,9 / (1.5)² = 24,84 (normal) (kemenkes,2013)

9. BMR

= BBI x BMR (pr) = 45 X 25 kal/kgBB = 1125 kal/kgBB

10. Faktor Aktifitas diberikan 10% karena dalam keadaan istirahat FA

= 10% x 1125 kal/kgBB = 112.5 kal/kgBB

11. Faktor stress

= 15 % x 1125 kal/kgBB = 168,75 kal/kgBB

12. Koreksi Usia dengan melakukan pengurangan 5 % Koreksi U = 5% x 1125 kal/kg BB = 56,25 kal/kgBB

Jadi, BBI

= 45 kg

BMR x a

= 1125 kal/kgBB

Fa x b

= 112,5 kal/kgBB

Koreksi bb x b

=-

Koreksi strees x b

= 168,75 kal/kgBB

+

1406,25 kal/kgBB Koreksi usia x b

=

56,25 kal/kgBB 1350 kal/kgBB

43

-

Kemudian, hasil dari energi dikalikan 5 % = 5% x 1350 kal/kgBB = 67,5 kal Hasil dari ±5% 67,5 kal mendekato diet DM II dibandingkan ke DM III 1500 kalori sehingga pada kasus ini menggunakan diet DM ii (1300 kalori) + Rendah Lemak.

3. Protein

= =

20% 𝑥 𝑇𝐸 4 20% 𝑥 1350 4

= 67,5 gram

4. Lemak

= =

20% 𝑥 𝑇𝐸 9 20% 𝑥 1350 9

= 30 gram

3. Karbohidrat

= =

60% 𝑥 𝑇𝐸 4 60% 𝑥 1350 4

= 202,5 gram 

BBA = 55,9 kg 10 kg pertama = 10 x 100 = 1000 10 kg kedua

= 10 x 50 = 500

Sisa BB

= 35,9 x 20 = 718 + 2,218 ml

Kebutuhan cairan : Cairan = 2.218 ml atau 2,2 liter/hari 

Kebutuhan Zat Gizi Mikro 5) Natrium

𝐵𝐵𝐴

= 𝐵𝐵 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x Besi (Akg) =

55,9 55

x 1300 mg

= 1321.27 mg

44



6) Serat

= 2300 g

7) Folat

= 400 mg

8) Vitamin C

= 75 mg

Menghitung infus NaCl 16 TPM Cairan infus RL = 16 x 60 x 24 = 23,040/20 = 1.152 cc

D. Prinsip Diet Prinsip Diet a. Energi cukup b. Protein sesuai kebutuhan c. Lemak rendah d. Karbohidrat cukup e. Vitamin dan mineral cukup E. Syarat Diet 1. Energi cukup, ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Dan juga ditujukan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. 2. Protein sesuai kebutuhan yaitu 20% dari kebutuhan energi total. Ditujukan Karena protein dapat mengganti sel yang rusak dan membentuk sel baru yang berguna pada pasien yang mengalami infeksi. Sehingga protein juga berfungsi sebagai zat pembangun terutama sel otot. 3. Dalam kedaan kronis lemak diberikan 20% karena pasien menderita SUSP Cholelitiatis sehingga harus mengkonsumsi makanan rendah lemak dengan cara, di tumis, di kukus atau di panggang. 4. Karbohidrat cukup, yaitu 60% dari kebutuhan energi total. Peran penting karbohidrat yaitu untuk proses metabolisme serta proses pembentukkan jaringan sel, struktur dan juga organ-organ dalam tubuh 5. Vitamin dan mineral cukup, apabila asupan dari mkanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak perlu.

45

6. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan ecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. 7. Pengunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternafit yaitu yang bergizi dan tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi adlaah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah kelebihan mempunyai pengaruh laksatif. 8. Asupan serat diannurkan 25gr/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat ddidalam sayuran dan buah. 9. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi asupan garam harus dikurangi (lihat diet garam rendah) 10. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna 11. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama F. Bentuk Makanan  Makanan biasa (nasi biasa) G. Frekuensi •

3 kali makanan utama (pagi,siang,malam) dan 2 kali selingan

H. Rute  Oral I. Edukasi Sasaran : diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang menunggu Waktu : penyampaian edukasi kepada pasien yaitu ketika pasien mendapatkan makanan atau sudah mnghabiskan makanannya Tempat : Ruang Bougenville Kelas III kamar 4 Edukasi yang diberikan : Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling untuk tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dan tanyakan apakah pasien ada 46

mengkonsumsi makanan dari luar. Menanyakan alasan apabila pasien tidak menghabiskan makanannya dan tanyakan kondisi pasien sekarang.

PERENCANAAN MENU

C. Pembagian Kedalam sehari 

Energi = 1350 kkal



Protein = 67,5 gram



Lemak = 30 gram



Karbohidrat = 202,5 gram

Makan Siang, Minggu 10 maret 2019 menggunakan siklus menu X Menu

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Nasi putih

200

260.0

4.8

0.4

57.2

78.4

14.5

1.9

-

50

118,5

5.4

7.5

8.8

Wortel

45

9.5

0.4

0.1

1.6

Kentang

50

46.5

1.0

0.1

10.8

Daun

5

1.1

0.1

-

0.3

5

43.1

-

5

-

Ikan masak 80 kuning Tempe Bacem

Bawang Minyak Kelapa

Makan Sore, Minggu 10 maret 2019 menggunakan siklus menu X Menu

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Nasi putih

100

130.0

2,4

0,2

28,6

47

Ikan

80

78.4

14.5

1.9

-

50

38.0

4.1

2.4

0.9

45

26.6

0.8

0.3

6.2

Wortel

50

10.5

0.5

0.1

1.8

Daun

5

1.1

0.1

-

0.3

Pepaya

56

21.8

0.3

0.2

5.5

Pisang

134

123.3

1.3

0.7

31.4

Haruan Oseng Tahu Jagung muda

bawang

rebus

Makan Pagi, Senin 11 maret 2019 menggunakan siklus menu I Menu

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Nasi putih

150

130.0

2.4

0.2

28.6

58.8

10.9

1.4

-

50

118.5

5.4

7.5

8.8

50

10.5

0.3

0.6

1.4

50

10.5

0.5

0.1

4.8

Ikan

nila 60

masak kuning Tempe bacem Kacang panjang Wortel

Selingan pada tanggal 10 maret 2019 Menu

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Kue

55

113.8

2.4

1.1

23.6

48

Pisang

127

147,2

1.0

0.3

kepok rebus

Perencanaan Menu Dalam Sehari Waktu

Menu

Siang

Nasi biasa + ikan haruan Nasi biasa

10.00 WIB masak kuning

Sore

Bahan Makanan Berat 200 gr

Ikan haruan

80 gr

Bacem tempe kukus

Tempe

50 gr

Sayuran

Wortel

45 gr

Kentang

50 gr

Daun Bawang

5 gr

Minyak kelapa

Minyak

5 gr

Pepaya

Pepaya

56 gr

Pisang rebus

Pisang

134 gr

Nasi biasa

Nasi biasa

100gr

Ikan Nila

Ikan Nila

80 gr

Sayuran

Jagung Muda

45 gr

Wortel

50 gr

Daun Bawang

5 gr

Oseng tahu

Tahu

40 gr

Kue

Kue

55 gr

10.00 WIB

49

39,6

Pagi tgl 10

Nasi biasa

Nasi biasa

100 gr

Sayuran

Kacang panjang

50 gr

Wortel

50 gr

Ikan patin masak kuning

Ikan patin

60 gr

Tempe bacem

Tempe

50 gr

06.30 WIB

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI PEMORSIAN HARI 2 (10 MARET 2019) Waktu

Menu

Bahan

Pemorsian

Asupan

Sisa

masakan

makanan 200 gr

104 gr

96 gr

80 gr

55 gr

25 gr

50 gr

50 gr

-

Wortel

45 gr

10 gr

35 gr

Kentang

50 gr

50 gr

-

Daun

5 gr

5 gr

-

Minyak

5 gr

-

-

Pepaya

Pepaya

56 gr

9 gr

47 gr

Pisang rebus

Pisang

134 gr

134 gr

-

Nasi biasa

100gr

69 gr

31 gr

Ikan Nila

Ikan Nila

80 gr

16 gr

64 gr

Sayuran

Jagung Muda

45 gr

31 gr

14 gr

Makan siang Nasi biasa + Nasi biasa hari Minggu

ikan

haruan

Ikan haruan

masak kuning Bacem tempe Tempe kukus Sayuran

Bawang Minyak kelapa

Makan Sore Nasi biasa Hari Minggu

50

Wortel

50 gr

13 gr

37 gr

Daun

5 gr

5 gr

-

Bawang

Makan

Oseng tahu

Tahu

40 gr

-

40 gr

Kue

Kue

55 gr

55 gr

-

Nasi biasa

100 gr

28 gr

72 gr

Kacang

50 gr

-

50 gr

50 gr

-

50 gr

60 gr

-

72 gr

50 gr

-

50 gr

Pagi Nasi biasa

Hari Senin

Sayuran

panjang Wortel Ikan

patin Ikan patin

masak kuning Tempe

Tempe

bacem

JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 10 MARET 2019 Waktu

Menu

Bahan

masakan

makanan

Nasi

Nasi

siang hari biasa

+ biasa

Makan

Minggu

Berat

Energi

Protein

Lemak

KH

104 gr

135.2

2.5

0.2

29.7

55 gr

46.1

10.0

0.4

-

50 gr

118.5

5.4

7.5

8.8

ikan haruan masak kuning Ikan haruan Bacem

Tempe

tempe kukus

51

Sayuran

Wortel

10 gr

2.1

0.1

-

0.4

Kentang

50 gr

46.5

1.0

0.1

10.8

Daun

5 gr

1.1

0.1

-

0.3

Bawang Minyak

Minyak

-

Pepaya

Pepaya

9 gr

3.5

0.1

-

0.9

Pisang

Pisang

134 gr

123.3

1.3

0.7

31.4

Nasi

Nasi

69 gr

89.7

1.7

0.7

31.4

Sore Hari biasa

biasa

kelapa

rebus Makan

Minggu Ikan Nila

Ikan Nila

16 gr

25.6

2.1

1.9

-

Sayuran

Jagung

31 gr

18.3

0.6

0.2

4.3

Wortel

13 gr

2.7

0.1

-

4.3

Daun

5 gr

1.1

0.1

-

0.3

Muda

Bawang Oseng

Tahu

-

Kue

Kue

55 gr

113.8

2.4

1.1

23.6

Nasi

Nasi

28 gr

36.4

0.7

0.1

8.0

Pagi Hari biasa

biasa

tahu

Makan

Senin Sayuran

Kacang

-

panjang Wortel

-

52

Ikan

Ikan

patin

patin

-

masak kuning Tempe

Tempe

-

bacem Total

764 kalori

53

28.5

12.9

154.2

gram

gram

gram

MONITORING EVALUASI TANGGAL 10 MARET 2018

Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek Outcome

c. Kekurangan intake makanan oral d. Kadar glukosa klien tergolong tinggi

Indicator Outcome

Jangka pendek f. Asupan energi saat recall, 40.5 % g. Asupan protein saat recall yaitu 33.5% h. Asupan lemak saat recall yaitu 44% i. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 43.1% j. Nilai glukosa darah klien yaitu GDP 230 mg/dl dan glukosa 2 jam pp 291 mg/dl

Kriteria

Jangka pendek c. Menurut

Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall

energi, protein, lemak, karbohidrat dan cairan klien termasuk kategori defisit berat d. Berdasarkan nilai rujukan kadar glukosa klien masuk kategori tinggi Dokumentasi Monitoring Evaluasi

Pada kunjungan awal Jangka pendek -

Energi 40.5% (DB)

-

Protein 33.5% (DB)

-

Lemak 44% (DB)

-

Karbohidrat 43.1% (DB)

-

Nilai GDP 230 mg.dl dan Glukosa 2 jam 291 mg/dl (tinggi)

Dokumentasi Monitoring Evaluasi

Jangka pendek Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi,

54

target yang direncanakan belum tercapai yaitu energi 56.59%, protein 42.22%, lemak 43% dan karbohidrat 76.14% Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan sudah tercapai yaitu nilai glukosa darah sewaktu pasien rendah.

PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (10 MARET 2019) Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

Tingkat Kons.

Interpretasi

Energi

764 kkal

1350 kkal

56.59%

Defisit berat

Protein

28.5 gr

67.5 gr

42.22%

Defisit berat

Lemak

12.9 gr

30 gr

43%

Defisit berat

Karbohidrat

154.2 gr

202.5 gr

76.14%

Defisit sedang

55

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Melitus 2.1.1

Definisi DM Tipe II Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan seksresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2015). Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015) Diabetes adalah kondisi kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin, dan didiagnosis dengan mengamayti peningkatan kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah horman yang diproduksi di pankreas; Hal itu diperlukan untuk mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel

tubuh

dimana

ia

digunakan

sebagai

energi.

Kurangnya

atau

ketidakefektifan insulin pada seseorang dengan diabetes berarti glukosa tetap bersirkulasi dalam darah. Seirimg waktu, tingginya kadar glukosa dalam darah (dikenal dengan hiperglikemia) menyebabkan kerusakan pad banyak jaringan didalam tubuh yang menyebabkan perkembangan kecacatan dan komplikasi kesehatan yang mengancam nyawa. Menurut ADA ( American Diabetes Association) tahun 2015, diabetes merupakan suatu penyakit kompleks, penyakit kronis yang membutuhkan perawatan medis secara terus-menerus dengan melakukan strategi pengurangan resiko multifaktorial diluar kendali glikemik.

2.1.2

Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe II Smeltzer ea al (2010 dalam Abidin, Zaenal. 2018) menyatakan manisfestasi klinis tergantung pada tingkat hiperglikemia pasien. Manisfestasi klinis klasik dari semua jenis diabetes termasuk tiga P yaitu poliuria, polidipsia, dan polifagia. Poliuria (peningkatan kencing) dan polidipsia (peningkatan haus) 56

terjadi sebagai akibat dari kelebihan cairan yang terkait dengan diuresis osmotik. Pasien juga mengalami polifagia (nafsu makan meningkat) yang dhasilkan dari keadaan katabolik yang disebabkan oleh defisiensi insulin dan pemecahan protein dan lemak. Gejala lainnya termasuk kelelahan dan kelemahan, perubahan penglihatan mendadak, kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuh, dan infeksi berulang. Menurut Perkeni (2015) keluhan lain pasien DM adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi pada pria serta pruritus vulva pada wanita. 1) Poliuria Ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang nberlebihan didalam darah. Glukosa ini akan menarik air keluar dari jaringan. Akibatanya, selain kencing semakin sering dan banyak juga akan merasa dehidrasi (Tandra, 2008, hal 25). 2) Polidipsia Polidipsia atau banyak minum ini ditimbulkan karena rasa haus akibat dehidrasi (Tandra, 2008, hal 25). 3) Polifagia Glukosuria timbul karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Akibat glukosa keluar bersama urine makan pasien akan mengalami keseimbangan protein negative dan berat badan menurun serta cederungterjadi polifagi (lyndon, 2013, hal 72). 2.2.3

Patofisiologi DM tipe II Diabetes mellitus tipe 2 adalah etiologi tidak diketahui (yaitu, asal). Melitus diabetes dengan etiologi yang diketahui, seperti penyakit sekunder lainnya, cacat gen yang dikenal, trauma atau pembedahan, atau efek obat, lebih tepat disebut melitus diabetes sekunder atau diabetes akibat penyebab yang spesifik. Contohnya termasuk diabetes mellitus seperti MODY atau yang disebabkan oleh hemochromatosis, Kekurangan pankreas, atau jenis obat tertentu (misalnya, penggunaan jangka panjang steroid).

57

Menurut CDC, sekitar 23.613.000 orang di Amerika Serikat, atau 8% dari populasi, menderita diabetes. Prevalensi diabetes total meningkat 13,5% dari 2005-2007. Diperkirakan bahwa hanya 24% dari diabetes sekarang tidak terdiagnosis, turun dari 30% diperkirakan pada tahun 2005 dan dari 50% yang sebelumnya diperkirakan pada ca 1995. Sekitar 90-95% dari semua kasus Amerika Utara diabetes tipe 2, dan sekitar 20% dari populasi di atas usia 65 memiliki diabetes mellitus tipe 2. Fraksi penderita diabetes tipe 2 di bagian lain dunia bervariasi secara substansial, hampir pasti untuk lingkungan dan alasan gaya hidup, meskipun ini tidak diketahui secara rinci. Diabetes mempengaruhi lebih dari 150 juta orang di seluruh dunia dan jumlah ini diharapkan dua kali lipat pada tahun 2025 .. Sekitar 55 persen tipe 2 adalah obesitas-kronis obesitas menyebabkan resistensi insulin meningkat yang dapat berkembang menjadi diabetes, kemungkinan besar karena jaringan adiposa (terutama di perut sekitar organ internal) merupakan sumber (baru ini diidentifikasi) dari sinyal kimia beberapa lainnya jaringan (hormon dan sitokin). Penelitian lain menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 menyebabkan obesitas sebagai akibat dari perubahan dalam metabolisme dan sel perilaku petugas lain gila pada resistensi insulin. Namun, genetika memainkan peran yang relatif kecil dalam terjadinya luas diabetes tipe 2. Hal ini dapat secara logis disimpulkan dari peningkatan besar dalam terjadinya diabetes tipe 2 yang memiliki berkorelasi dengan perubahan signifikan dalam gaya hidup barat. Diabetes mellitus tipe 2 sering dikaitkan dengan obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi (hiperlipidemia gabungan), dan dengan kondisi sindrom metabolik sering disebut (juga dikenal sebagai Sindrom X, sindrom Reavan, atau CHAOS). Penyebab sekunder tipe 2 Diabetes mellitus adalah: acromegaly,

sindrom

Cushing,

tirotoksikosis,

pheochromocytoma,

pankreatitis kronis, kanker dan obat-obatan. Obat diinduksi hiperglikemia: 1) Antipsikotik atipikal - Alter karakteristik reseptor yang mengikat, yang menyebabkan resistensi insulin meningkat. 58

2) Beta-blocker - Menghambat sekresi insulin. 3) Blocker Saluran Kalsium - Menghambat sekresi insulin oleh campur dengan melepaskan kalsium sitosol. 4) Kortikosteroid - Penyebab resistensi insulin perifer dan gluconeogensis. 5) Fluoroquinolones - Menghambat sekresi insulin oleh memblokir saluran kalium ATP sensitif. 6) Naicin - Mereka menyebabkan resistensi insulin meningkat karena mobilisasi asam lemak bebas meningkat. 7) Fenotiazin - Menghambat sekresi insulin. 8) Protease Inhibitor - Menghambat konversi proinsulin terhadap insulin. 9) Diuretik thiazide - Menghambat sekresi insulin karena hipokalemia. Mereka juga menyebabkan resistensi insulin meningkat karena mobilisasi asam lemak bebas meningkat. Faktor tambahan ditemukan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 meliputi penuaan, diet tinggi lemak dan gaya hidup kurang aktif .

2.2.4

Penyebab DM Tipe II DM tipe 2 ditandai dengan 3 patofisiologi utama, meliputi gangguan sekresi insulin, resistensi insulin perifer, dan produksi glukosa hepatik berlebih. Obesitas sering ditemukan pada penderita DM tipe 2. Adiposit mensekresi sejumlah hormon seperti leptin, TNF-alfa, asam lemak bebas, resistin, dan adiponektin yang memodulasi sekresi insulin, kerja insulin, berat badan, dan berkontribusi terhadap resistensi insulin. Awalnya, toleransi glukosa pada pasien DM tetap normal meskipun terjadi resistensi insulin karena sel beta pankreas mengkompensasi dengan meningkatkan produksi insulin. Seiring dengan meningkatnya resistensi insulin, sel beta pankreas tidak dapat mempertahankan

kondisi

hiperinsulinemia.

IGT

(Impaired

Glucose

Tolerance) ditandai dengan peningkatan kadar glukosa postprandial. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan pasien mengalami diabetes disertai peningkatan kadar glukosa

59

darah puasa. Penanda inflamasi seperti IL-6 dan CRP umumnya meningkat pada diabetes tipe 2. 1. Resistensi Insulin Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan target terutama otot dan liver merupakan gambaran utama DM tipe 2 dan merupakan kombinasi antara faktor genetik dan obesitas. Resistensi insulin bersifat relatif. Tingginya jumlah insulin yang dibutuhkan untuk menormalkan kadar glukosa plasma menandakan penurunan sensitivitas dan respon reseptor insulin. Mekanisme pasti mengenai resistensi insulin pada DM tipe 2 belum diketahui dengan pasti. Penurunan reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot rangka merupakan efek sekunder hiperinsulinemia. 2. Gangguan Sekresi Insulin Etiologi penurunan kapasitas sekresi insulin pada DM tipe 2 masih belum jelas. Defek genetik sekunder diduga meningkatkan resistensi insulin yang memicu kegagalan sel beta pankreas. Pulau polipeptida amiloid atau amylin yang disekresikan oleh sel beta akan membentuk deposit amiloid fibrilar. Deposit ini dapat ditemukan pada pasien yang telah lama menderita DM tipe 2. 3. Peningkatan Produksi Glukosa Hepatik Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada liver merefleksikan kegagalan hiperinsulinemia untuk menghambat glukoneogenesis sehingga terjadi hiperglikemia pada keadaan puasa dan penurunan penyimpanan glikogen oleh liver pada fase postprandial. Peningkatan produksi glukosa hepatik terjadi pada awal sindrom diabetes.

60

2.2.5

Diagnosis Diabetes Standarisasi kriteria bagi penegakkan diagnosis dan klasifikasi DM yang diusulkan oleh The National Diabetes Data Group of the USA (NDDG) dan komite pakar pada WHO menghasilkan keseragaman hingga taraf tertentu bagi berbagai penelitian global terhadp kelai nan metabolik tersebut. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan 75 gram glukosa digunakan untuk membedakan antara DM dan bukan DM Pendataan prevalensi DM di bawah sebenarnya akan terjadi jika kriteria diagnostik yang digunakan adalah kadar glukosa plasma puasa. Pada penelitian populasi The US National Health and Nutrition Examination Survey ( NHANES ) III, angka prevalensi DM yang tidak terdiagnosis adalah 6.34% ketika diagnosis ditegakkan dengan kriteria WHO (yang berdasarkan kadar BSG 2 jam PP), tetapi angka tersebut hanya sebesar 4.4% jika didasarkan pada nilai cut off kadar glukosa darah puasa (FPG, fasting plasma glucose) 126 mg/dl (7.0 mmol/I) atau lebih. Kelompok penelitian the Diabetes Epidemiology : Collaborative Analysis of Diagnostic Criteria in Europe (DECODE) yang menganalisis data dari 16 negara Eropa menemukan adanya angka prevalensi DM dibawah jumlah sebenarnya jika digunakan kriteria FPG dengan koefisien keselarasan (corcodance) hanya sebesar 28% sensitivitas FPG untuk penegakkan diagnosis DM juga rendah pada populasi Asia. Cara penegakkan diagnosis : 1) gejala DM seperti rasa haus serta poliuria dan hasil pemeriksaan glukosa sewaktu >200 mg/dl (11.1 mmol/I) 2) atau FPG (kadar glukosa puasa ) > 126 mg/dl (7.0 mmol/I) 3) atau glukosa plasam 2 jam setelah makan (2 jam PP) > 200 mg/dl selama pelaksanaan TTGO 4) untuk keperluaan skrining pada populasi dapat digunakan kriteria kadar glukosa puasa atau 2 jam pp sesudah pemberian per oral 75 gram glukosa.

61

2.2.6

Pengelolaan DM tipe I Ada 8 langkah yang sebaiknya dilakukan penderita Diabetes Melitus type 2 yaitu : 1) Edukasi: Edukasi diri sendiri (self learning) Penyakit DM relatif tidak bisa sembuh, tetapi komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari. Kunci dalam keberhasilan pengendalian penyakit DM adalah disiplin terhadap diri sendiri. 2) Kontrol kadar glukosa darah: Dengan pengecekan glukosa darah secara rutin di laboratorium. 3) Olah raga teratur: Olah raga sangat penting bagi penderita DM. Olah raga dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan pembakaran glukosa dan peningkatan kadar insulin. 4) Periksa kaki setiap hari: Penderita diabetes harus memeriksa tanda-tanda kerusakan kulit, bisul, atau lecet pada kaki. Area kulit diantara jari kaki juga harus diperhatikan. Penderita diabetes sebaiknya menghindari kegiatan yang bisa merusak kaki. 5) Pengaturan pola makan: Makanan bagi penderita DM harus mengandung unsur yang lengkap seperti; karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral serta kecukupan air. Agar

kebutuhan diet terpenuhi tanpa harus

memberikan pembebanan glukosa secara berlebihan disarankan Anda untuk mengunjungi ahli gizi. 6) Melakukan pemeriksaan mata: Penderita diabetes harus memeriksakan mata secara teratur untuk mendeteksi lebih dini adanya retinopati diabetes. 7) Melakukan pemeriksaan urin: Penderita diabetes harus melakukan pemeriksaan urin secara rutin untuk memeriksa apakah kadar protein (albumin) dalam urin masih normal atau tidak sebagai deteksi dini nefropati diabetes. 8) Terapi pengobatan DM: Sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter Anda.

62

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN i. Hasil dan Pembahasan Pemorsian dilakukan sebanyak 6 kali dalam waktu 2 hari, pemorsian pertama pada hari sabtu siang, pemorsian kedua sabtu sore. pemorsian ketiga minggu pagi, pemorsian keempat dilakukan pada hari minggu siang, pemorsian kelima pada hari minggu sore dan pemorsian keenam dilakukan pada hari senin pagi. Pemorsian pagi pada pukul 06:30 WIB, siang pada pukul 10:30 WIB dan sore pada pukul 15:30 WIB

JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 9 MARET 2019 Waktu

Menu

Bahan

masakan

makanan

Makan

Nasi

Nasi

siang

biasa Ikan nila Ikan nila

Berat

Energi

Protein

Lemak

KH

19 gr

24.7

0.5

-

5.4

12 gr

9.7

1.4

0.4

-

14 gr

28.8

1.0

2.8

0.2

15 gr

6.7

0.4

0.3

1.0

masak kuning Tahu bb Tahu serai Kacang panjang +

labu

siam bolu

Bolu

35 gr

72.4

1.5

0.7

15.0

Makan

Nasi

Nasi

49 gr

63.7

1.2

0.1

14.0

sore

biasa Ikan peda

6

6.7

1.3

0.1

-

Kcg

7 gr

1.5

-

0.1

0.2

Pepes ikan peda

63

panjang Labu

25 gr

9.7

0.2

0.2

2.2

Tempe

2 gr

4.7

0.2

0.3

0.4

Pisang

Pisang

60 gr

55.2

0.6

0.3

14.0

kepok

kepok

79 gr

102.7

1.9

0.2

22.9

kuning Tempe bacem kukus

kukus Makan

Nasi

Nasi

pagi

biasa

biasa

Tumis

Labu air

8 gr

1.6

0.1

-

0.3

Wortel

22 gr

4.6

0.2

-

0.8

Tahu

4 gr

8.2

0.3

0.8

0.1

Ikan

Ikan

11 gr

22.2

0.2

0.2

22.6

patin

patin

423.1 kalori

11 gram

6.5 gram

99.1

sawi sendok

Tahu goreng kemangi

asam manis Total

gram PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (9 MARET 2019) Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

Tingkat Kons.

Interpretasi

Energi

423,1 kkal

1350 kkal

31.3%

Defisit berat

Protein

11 gr

67.5 gr

16.2%

Defisit berat

64

Lemak

6.5 gr

30 gr

21.7%

Defisit berat

Karbohidrat

99.1 gr

202.5 gr

49%

Defisit berat

JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 10 MARET 2019 Waktu

Menu

Bahan

masakan

makanan

Nasi

Nasi

siang hari biasa

+ biasa

Makan

Minggu

Berat

Energi

Protein

Lemak

KH

104 gr

135.2

2.5

0.2

29.7

55 gr

46.1

10.0

0.4

-

Tempe

50 gr

118.5

5.4

7.5

8.8

Wortel

10 gr

2.1

0.1

-

0.4

Kentang

50 gr

46.5

1.0

0.1

10.8

Daun

5 gr

1.1

0.1

-

0.3

ikan haruan masak kuning Ikan haruan Bacem tempe kukus Sayuran

Bawang Minyak

Minyak

-

Pepaya

Pepaya

9 gr

3.5

0.1

-

0.9

Pisang

Pisang

134 gr

123.3

1.3

0.7

31.4

Nasi

Nasi

69 gr

89.7

1.7

0.7

31.4

Sore Hari biasa

biasa

kelapa

rebus Makan

65

Minggu Ikan Nila

Ikan Nila

16 gr

25.6

2.1

1.9

-

Sayuran

Jagung

31 gr

18.3

0.6

0.2

4.3

Wortel

13 gr

2.7

0.1

-

4.3

Daun

5 gr

1.1

0.1

-

0.3

Muda

Bawang Oseng

Tahu

-

Kue

Kue

55 gr

113.8

2.4

1.1

23.6

Nasi

Nasi

28 gr

36.4

0.7

0.1

8.0

Pagi Hari biasa

biasa

764 kalori

28.5

12.9

154.2

gram

gram

gram

tahu

Makan

Senin Sayuran

Kacang

-

panjang Wortel

-

Ikan

Ikan

-

patin

patin

masak kuning Tempe

Tempe

-

bacem Total

PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (10 MARET 2019) Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

66

Tingkat Kons.

Interpretasi

Energi

764 kkal

1350 kkal

56.59%

Defisit berat

Protein

28.5 gr

67.5 gr

42.22%

Defisit berat

Lemak

12.9 gr

30 gr

43%

Defisit berat

Karbohidrat

154.2 gr

202.5 gr

76.14%

Defisit sedang

A. Pembahasan Dalam melakukan asuhan gizi terstandar khususnya rumah sakit memberikan pelayanan yang lebih intensif terutama pada pasien rawat inap. Pemenuhan kebutuhan pasien/klien sangat menentukan kesembuhan pasien yang dapat dilihat dari asupan nutrisinya. Pada saat praktek pengambilan kasus di RSUD dr. Doris Sylvanus, saya mendapatkan kasus di ruang penyakit dalam Bougenville dengan pasien yang didiagnosa mengalami Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis dan DM Tipe II. Ny. B masuk rumah sakit pada tanggal 6 maret 2018 dengan keluhan nyeri perut dibagian kiri atas. Saya melakukan skrining pada Ny. B pada hari Jum’at pagi di rumah sakit. Tujuan dilakukannya skrining yaitu untuk mengetahui tingkat keparahan suatu penyakit atau keadaan seorang pasien yang telah di rawat di rumah sakit. Diabetes adalah kondisi kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin, dan didiagnosis dengan mengamayti peningkatan kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah horman yang diproduksi di pankreas; Hal itu diperlukan untuk mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh dimana ia digunakan sebagai energi. Kurangnya atau ketidakefektifan insulin pada seseorang dengan diabetes berarti glukosa tetap bersirkulasi dalam darah. Seirimg waktu, tingginya kadar glukosa dalam darah (dikenal dengan hiperglikemia) menyebabkan kerusakan pad banyak jaringan didalam tubuh yang menyebabkan perkembangan kecacatan dan komplikasi kesehatan yang mengancam nyawaSaya melakukan asuhan gizi selama 2 hari pada Ny. B dari tanggal 9 maret 2019 sampai 11 maret 2019. Dengan proses asuhan gizi sebagai berikut: 67

1. Skrining gizi Ny. B dilakukan skrining awal untuk mengetahui apakah Ny. B mengalami resiko tinggi atau tidak. Skrining gizi di Doris Sylvanus menggunakan Malnutrition Screening Tool-Must. Pada Skrining ini total skor skrining berjumlah 3 dengan kesimpulan risiko sedang yang perlu dilakukan adalah assesmen 3 hari kemudian 2. Antropometri Pada saat melakukan pengukuran antropometri pasien tidak mau disuruh menimbang karena pasien hanya bisa terbaring dikarenakan sakit dibagian perut kiri pasien, sehingga saya menggunakan estimasi LILA dengan nilai 26,5 cm. Sedangkan untuk mendapatkan pengukuran tinggi badan saya menggunakan estimasi tinggi lutut, didapatkan hasil estimasi tinggi badan adalah 150 cm. Status gizi diperoleh dari nilai LILA dengan % LILA 77% termasuk ke dalam kategori gizi kurang dan status gizi di ukur menggunakan IMT maka status gizi pasien Normal 3. Biokimia Hasil laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien pada tanggal 06 maret 2019 ada pemeriksaan WBC = 23,74 x 10^3/uL, RBC 5.33 x 10^3/uL, HGB 14.2 g/dL, PLT 327 x 10^3/uL, GDS 206 mg/dL, ureum 32 dan creatinin 1.56. pada hasil laboratorium pada tanggal 06 maret dapat disimpulkan glukosa darah sewaktu pasien tinggi. Pada tanggal 07/maret/2019 dilakukan lagi pemeriksaan pada GDP dan glukosa 2 jam pasien yang didapatkan hasil GDP 230 mg/dL dan Glukosa 2 jam pasien 291 mg/dL yang berarti glukosa darah pasien masih dalam keadaaan tinggi dan lebih tinggi daripada sebelumnya. Pada tanggal 9 maret 2019 dilakukan lagi pemeriksaaan laboratorium pada glukosa darah sewaktu pasien dan didapatkan hasi 82 mg/dL yang berarti gula darah pasien sangat rendah. 4. Pemeriksaan fisik Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik klinis yaitu keadaan pasien dalam keadaan compos mentis, Kesadaran pasien normal namun tampak lemas dan tekanan darah pasien tinggi.

68

5. Pengobatan Infus NaCl 0.9 % 16 TPM

Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh

Inj. Ranitidin 2 x 50 mg

Obat untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa yeri ulu hati akibat ulkus atau tukak lambung dan masalah asam lambung tinggi lainnya.

Inj. Lansoprozole 2 x 30 mg

Obat untuk mengobati masalah lambng dan esofagus. Membantu menyembuhkan kerusakan akibat asam lambung baik pada perut maupun kerongkongan, mencegah terbentuk nya tukak lambung dan dapat membantu mencegah ka ker esofagus Metformin adalah obat untuk mengotrol gula darah

Metformin 3 x 500 mg

tinggi. Metformin berkerja dengan mengembalikkan respon tubuh yang tepat terhadp insulin yang diproduksi secara natural.

Glucodex 80 mg 3 x 1

Glucodex adalah obat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus

Inj. Ceftriaxone 2x 1

Obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yaitu dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.

Ranitidine 50 mg

Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam

lambung.

Konsumsi

bersamaan

dengan

makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% Ketoroloac 30 mg

Adalah obat untuk mengatasi rasa nyeri. Mulai dari rasa nyeri sedang hingga rasa nyeri berat. Obat ini

69

diberikan berkaitan dengan penyakit Ny. B yaitu abdominal Pain

6. Monitoring dan evaluasi pasien Perkembangan asupan makanan pasien dapat di lihat dari banyaknya pasien mampu menghabiskan makanannya yaitu makanan-makanan dari rumah sakit. Apabila asupan makan pasein tinggi maka keadaan pasien dalam keadaan baik. Apabila asupan makanannya menurun maka keadaan pasien bisa di katakan dalam keadaan kurang baik

Axis Title

80.00% 60.00% 40.00% 20.00%

pemorsian 1 pemorsian 2 pemorsian 1

0.00%

pemorsian 2

Axis Title

Dapat dilihat dari hasil grafik tersebut bahwa asupan makan pasien pada pemorsian 1 dan pemorsian 2 mengalami peningkatan. Peningkatan asupan pasien sangat terlihat pada pemorsian 2 dimana pasien sudah hampir mampu menghabiskan makanan rumah sakit hampir ±50%.

70

BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN 1) Ny. B dilakukan skrining awal untuk mengetahui apakah Ny. B mengalami resiko tinggi atau tidak. Skrining gizi di Doris Sylvanus menggunakan Malnutrition Screening Tool-Must. Pada Skrining ini total skor skrining berjumlah 3 dengan kesimpulan risiko sedang yang perlu dilakukan adalah assesmen 3 hari kemudian 2) Pada saat melakukan pengukuran antropometri pasien tidak mau disuruh menimbang karena pasien hanya bisa terbaring dikarenakan sakit dibagian perut kiri pasien, sehingga saya menggunakan estimasi LILA dengan nilai 26,5 cm. Sedangkan untuk mendapatkan pengukuran tinggi badan saya menggunakan estimasi tinggi lutut, didapatkan hasil estimasi tinggi badan adalah 150 cm. Status gizi diperoleh dari nilai LILA dengan % LILA 77% termasuk ke dalam kategori gizi kurang dan status gizi di ukur menggunakan IMT maka status gizi pasien Normal 3) Hasil laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien pada tanggal 06 maret 2019 ada pemeriksaan WBC = 23,74 x 10^3/uL, RBC 5.33 x 10^3/uL, HGB 14.2 g/dL, PLT 327 x 10^3/uL, GDS 206 mg/dL, ureum 32 dan creatinin 1.56. pada hasil laboratorium pada tanggal 06 maret dapat disimpulkan glukosa darah sewaktu pasien tinggi. Pada tanggal 07/maret/2019 dilakukan lagi pemeriksaan pada GDP dan glukosa 2 jam pasien yang didapatkan hasil GDP 230 mg/dL dan Glukosa 2 jam pasien 291 mg/dL yang berarti glukosa darah pasien masih dalam keadaaan tinggi dan lebih tinggi daripada sebelumnya. Pada tanggal 9 maret 2019 dilakukan lagi pemeriksaaan laboratorium pada glukosa darah sewaktu pasien dan didapatkan hasi 82 mg/dL yang berarti gula darah pasien sangat rendah. 4) Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik klinis yaitu keadaan pasien dalam keadaan compos mentis, Kesadaran pasien normal namun tampak lemas dan tekanan darah pasien tinggi. 5) Diet yang diberikan untuk pasien Ny. B adalah diet DM 1300 kalori dan RL (Rendah Lemak) yang berkaitan dengan SUSP Cholelitiatis. 71

B. SARAN Di harapkan kepada mahasiwa agar lebih teliti dalam melakukan posedur asuhan gizi standar di rumah sakit baik dari melakukan skrining gizi, antropometri, menghitung kebutuhan dan pemorsian.

72

DAFTAR PUSTAKA

Diabetes Spectrum (journal) Volume 13 Number 2, 2000, Page 95 Volume 13 Nomor 2, 2000, halaman 95

Mistra. 2004. Jurus melawan Diabetes Melliyus Type 2. Jakarta. Puspa Swara

Fitri Nurmanili S. 2010. Gambaran pengetahuan tentang penderita DM tipe 2 Terhadap penyakit dan Pengelolaan DM tipe 2 di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Medan

Abidin, Zaenal. Health Education Dengan Pendekatan Social Media Reminder Dan Audiovisual Terhadap Kepatuhan Dan Kadar Glukosa Darah Pasien Dm Tipe 2 Di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya. Diss. Universitas Airlangga, 2018. Dewi T, Aswita A, Muhammad S. Kepatuhan Diet Pasien DM Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Di Wilayah Puskesmas Sudiang Raya. Media Gizi Pangan. 2018; 25(1):556. Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi. "Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia." PB. PERKENI (2015). International Diabetes Federation. 2015. IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2015. Brussels: International Diabetes Federation.

73

LAMPIRAN PEMORSIAN I

PEMORSIAN II

PEMORSIAN III

74

PEMORSIAN IV

PEMORSIAN V

PEMORSIAN VI

75

Related Documents


More Documents from ""

Lampiran Menu.docx
November 2019 16
Laporan Rs Cempaka.docx
November 2019 15
Urt Ibu Pitri.docx
November 2019 12
Laporan Dinas Rs Pepi.docx
November 2019 23