BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DM tipe 2 merupakan DM yang terbanyak ditemukan di Indonesia yaitu sekitar 95% dari keseluruhan kasus diabetes. Pada tahun 2015, jumlah penderita DM di Indonesia sebanyak 10 juta orang (IDF, 2015). Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) di Indonesia tentang penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dari tahun 2013 dan untuk penyakit diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%. Prevalensi diabetes melitus di Indonesia yang sudah terdiagnosis oleh dokter adalah sebanyak 1.017.290 jiwa dan sepertinya akan terus meningkat. Kalimantan Tengah sendiri prevalensi diabetes melitus yang sudah berhasil masuk catatan rekam medis dokter berjumlah 10.189 penderita. Di kota Palangaka Raya penyandang diabetes yang datang dan berobat ke puskesmas meningkat cukup tajam dalam 6 tahun terakhir, jika pada tahun 2006 di laporkan sebanyak 379 penderita maka pada akhir 2016 sebanyak 1.372 penderita dan pada tahun 2017 meningkat tajam sebanyak 3,228 penderita (Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2017). Menurut hasil dari Profil Kesehatan Kota Palangka Raya bahwa penyebab utama terjadinya DM di Palangka Raya dipengaruhi oleh pola hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang cenderung kelebihan kalori, kurang aktivitas (olah raga) dan obesitas yang akan berdampak pada menurunnya produktifitas, meningkatnya ketergantungan penderita pada keluarga dan masyarakat serta kebutuhan biaya untuk pengobatan yang cukup tinggi (Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2015). Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan, namun kadar glukosa darahnya dapat dikendalikan untuk memperlambat terjadinya komplikasi pada organ tubuh lainnya (Sudoyo AW, dkk 2014). Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya saat ini adalah dengan melakukan konseling pasien dan melakukan pemberian edukasi. Edukasi berperan penting dalam pencapaian tujuan berupa perubahan sikap (attitude change), pendapat (opinion change), perilaku (behavior change), dan perubahan sosial (social change) dan juga dapat mengubah pengetahuan dan kepatuhan pasien (Sulaeman, 2000 dalam Isnaini N, 2015) 1
Diet yang dianjurkan kepada pasien DM bukan hanya terfokus pada konsumsi gula, tetapi konsumsi zat gizi lain seperti lemak, serat, antioksidan dan lain-lain pun berpengaruh terhadap progresivitas DM. Kualitas diet yang baik berdampak positif pada kadar glukosa darah penderita DM, dimana keadaannya lebih terkontrol dengan baik. Ahli Gizi harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dengan komunikasi yang efektif untuk memberikan pengertian ataupun pengetahuan tentang pengaturan pemberian diet (3) J yaitu: atur Jenis makanan, atur jumlah kalori dan atur jadwal makan. Prinsip 3 J tersebut juga dianjurkan bagi pengidap DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan. Jenis bahan makanan dan jumlah kalori harus benar-benar diperhatikan, demikian halnya dengan waktu makan. Prinsip pengaturan diet pasien DM tipe 2 yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori serta zat gizi tiap pasien. (Soelistijo SA, dkk 2000). B. Tujuan 1. Tujuan umum Melakukan proses asuhan gizi terstandar pada pasien dengan diagnosis Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. 2. Tujuan khusus a. Melakukan skrinning gizi pada pasien perempuan di ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. b. Melakukan assessment (antropometri, biokimia, klinis/fisik, dietary history) pada pasien penyakit Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. c. Menetapkan diagnosa gizi pada pasien perempuan di ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. d. Mampu menyusun NCP pada pasien perempuan di ruang Bougenville yang terdiri dari assessment, diagnosa gizi, intervensi, monitoring dan evaluasi gizi. e. Mampu melakukan edukasi/konsultasi gizi.
2
BAB II GAMBARAN UMUM PASIEN A. NARASI KASUS Ny. B lahir pada tanggal 12 Agustus 1968,umur Ny. B 50 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 6 Maret 2019, TB estimasi menggunakan Tinggi Lutut 150 cm, BB estimasi menggunakan Lila 55,9 kg, LILA : 26,5 cm, status menikah mempunyai 2 orang anak. Ny. B Masuk dengan keluhan awal seperti, nyeri perut dibagian kiri atas, sering pusing saat beraktifitas. Didiagnosa dokter yaitu Ny. B mengalami Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II. Saat masuk rumah sakit tekanan darah Ny. B 160/90 mmHg. Ny. B beragama Islam. Ny. S merupakan ibu rumah tangga. Pendidikan terakhir pasien SMA dan bersuku Dayak.
1.1 Ulasan kasus 1.2.1 Identitas pasien Nama
: Ny. B
No. RM
: 04.42.70
Ruang/ Kelas
: Bougenville/Kelas III (kamar 4)
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 50 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SMA
Tgl MRS
: 6 Maret 2019
Diagnosa
: Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II
1.2.2. Data Subyektif 1. Data Riwayat Gizi Frekuensi makan Ny. B sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x/hari (pagi, siang, malam) Klien suka makan ikan Klien kurang menyukai lauk nabati 3
Tidak terjadi kesulitan menelan tetapi nafsu makan berkurang Klien belum bisa menghabiskan 50% makanan dari rumah sakit Konumsi cairan sebanyak 4-5x/hari (aqua gelas) Tidak memiliki alergi makanan
Tabel 1.1 Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Waktu
Bahan
Energi
makan
Makanan
Makan pagi
Nasi biasa (50 65.0
Protein
Lemak
Karbohidrat
1.2
0.1
14.3
gr)
Makan siang
Nila (0 gr)
-
-
-
-
Tahu (50 gr)
38.0
4.1
2.4
0.9
Sayur (10 gr)
2.1
0.1
0.1
0.3
1.2
0.1
14.3
-
-
-
3.2
4.5
5.3
0.0
0.2
0.7
0.8
0.4
19.2
2.4
0.2
28.6
4.6
1.4
0.0
Nasi biasa (50 65.0 gr) Ayam
bumbu -
Tomat (0 gr) Tempe (30 gr)
71.1
Sayuran Tumis 4.5 Pepaya (10 gr) Pisang (82 gr)
75.5
Makan
Nasi biasa (100 130.0
malam
gr) Patin
saos 32.4
kecap (60 gr)
4
Tumis
Tahu 38.0
4.1
2.4
0.9
asem 24.5
0.9
1.4
2.8
22,6 gram
13,2 gram
87,3 gram
(50 gr) Sayur (50gr) Total
546,1 kal
Tabel 1.2 Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Zat Gizi
Asupan
Kebutuhan
Makanan
Tingkat Kons. Interprestasi (%)
Energi (kkal)
546,1 kkal
1350 kkal
40,5%
Defisit berat
Protein (gram)
22,6 gr
67,5 gram
33,5%
Defisit berat
Lemak (gram)
13,2 gr
30 gram
44%
Defisit berat
Karbohidrat
87,3 gr
202,5 gram
43,1%
Defisit berat
(gram) 2. Data Riwayat Gizi Ny. B tidak memiliki alergi makanan Diet yang diberikan berupa diet DM 1500 kal + RL (rendah lemak) . Kebiasaan makan Ny. B sebelum masuk rumah sakit yaitu mengkonsumsi makanan pokok berupa nasi biasa 3-4x/hari, lauk hewani berupa ikan 2-3x/hari, lauk nabati berupa tahu dan tempe 1x hari, Ny. B tidak suka mengkonsumsi sayur dan jarang mengkonsumsi buah. Makanan kesukaan Ny. B adalah lauk hewani yaitu ikan Frekuensi makan sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x makanan utama (pagi, siang, malam) (sumber rekam medik dan wawancara) 3. Data Riwayat Penyakit Dahulu Pasien menderita DM tipe II (±1th yang lalu) 5
Sekarang Pasien Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II Data Sosial Ekonomi Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Suami
:-
Suku
: Dayak
4. Personal History Ny. B pada saat kunjungan awal terlihat lemah letih lesu dan hanya berbaring ditempat tidur Ny. B mengalami penurunan nafsu makan dan hanya menghabiskan makan ± sebanyak 2 sendok makan Tidak mengalami kesulitan dalam menguyah dan menelan Ny. B belum pernah mendapatkan edukasi gizi sebelumnya
1.2.3 Data Obyektif 3.1 Data Antropometri -
TB estimasi
: 150 cm
-
BB estimasi
: 55,9 kg
-
LILA
: 26,5 cm
-
LILA/ U
: hasil pengukuran X 100% Nilai standar : 26,5 cm/ 29,0 = 76,850 % (gizi kurang)
Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U Klasifikasi
Nilai
Gizi baik baik
>85%
Gizi kurang
70,1 – 84,9%
Gizi buruk
<70%
6
3.2 Data Biokimia pada tanggal 06 maret 2019 jam19:48 Data laboratorium
Hasil lab
Nilai normal
WBC
23,74 x 10^3/uL
4.00 – 10.00
RBC
5.33 x 10^6/uL
3.50 – 5.00
HGB
14,2 g/dL
11.0 – 15.0
PLT
327 x 10^3/uL
150 – 400
GDS
206
<200
Ureum
32
21 – 53
Creatinin
1.56
0.7 – 1.5
Data Biokimia pada tanggal 7 maret 2019 jam 06:45/09.25 Data laboratorium
Hasil lab
Nilai normal
GDP
230 mg/dL
65 – 100
Glukosa 2 jam
291 mg/dL
<140
Data Biokimia Urin pada tanggal 08 maret 2019 Data laboratorium
Hasil lab
Nilai normal
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Keruh
Jernih
Berat jernih
1.005
1.010 – 1.020
Leukosit
+3
Negatif
7
pH
8.0
4.5 – 8.0
Protein
+2
Negatif
Glukosa
+4
Normal
Darah
+2
Negatif
Data Biokimia pada tanggal 09 marret 2019 jam 08.45 Data laboratorium
Hasil lab
Nilai normal
GDS
82 mg/dL
<200
3.3 Data Fisik/Klinis Tanggal 06 maret 2019 jam 10:26 -
Keadaan umum
: Sadar penuh
-
Suhu
: 36,6 0C
-
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
-
Nadi
: 84x/mnt
-
Pernafasan
: 20x/mnt
-
SPO2
: 90%
Tanggal 06 maret 2019 jam 18:25 -
Keadaan umum
: Sadar penuh
-
Suhu
: 36,3 0C
-
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
-
Nadi
: 113x/mnt
-
Pernafasan
: 20x/mnt
-
SPO2
: 97%
8
1.2.4 Obat yang Digunakan Nama Obat
Indikasi
Infus NaCl 0.9 % 16 TPM
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Obat untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa yeri ulu hati akibat ulkus atau tukak lambung dan masalah asam lambung tinggi lainnya.
Inj. Lansoprozole 2 x 30 mg
Obat untuk mengobati masalah lambng dan esofagus. Membantu menyembuhkan kerusakan akibat asam lambung baik pada perut maupun kerongkongan, mencegah terbentuk nya tukak lambung dan dapat membantu mencegah ka ker esofagus Metformin adalah obat untuk mengotrol gula darah
Metformin 3 x 500 mg
tinggi. Metformin berkerja dengan mengembalikkan respon tubuh yang tepat terhadp insulin yang diproduksi secara natural.
Glucodex 80 mg 3 x 1
Glucodex adalah obat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus
Inj. Ceftriaxone 2x 1
Obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yaitu dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.
Ranitidine 50 mg
Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam
lambung.
Konsumsi
bersamaan
dengan
makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% Ketoroloac 30 mg
Adalah obat untuk mengatasi rasa nyeri. Mulai dari
9
rasa nyeri sedang hingga rasa nyeri berat. Obat ini diberikan berkaitan dengan penyakit Ny. B yaitu abdominal Pain
B. TERAPI DIET RS Terapi diet yang diberikan adalah terapi diet NB, DM 1500 kalori + RL (Rendah Lemak)
10
BAB III PELAKSANAAN ASUHAN GIZI RAWAT INAP SKRINNING GIZI Nama
: Ny.B
No. RM
: 28.63.96
Ruang/ Kelas
: Bougenville / kelas III (kamar 4)
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 50 tahun
Berat Badan
: 55,9 kg (BB estimasi)
Tinggi Badan
: 150 cm (TB estimasi)
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SMA
Tgl MRS
: 6 Maret 2019
Tgl pemeriksaan
: 8 maret 2019
Status gizi
: Baik
Diagnosa
: Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM Tipe II
Skrining Gizi RSUD Doris Silvanus menggunakan Malnutrition Screenong Tool-MUST. Dari hasil skrinning total skor yang didapat yaitu skor 3 dengan kesimpulan (resiko sedang) dan perlu dilakukan assesmen ulang 3 hari kemudian.
11
ASSESSMENT GIZI TANGGAL 9 MARET 2019
CH. Client History CH.1 Riwayat Personal CH.1.1 Data Personal 1.1.1 Umur Ny. B Berumur 50 tahun 1.1.2 Jenis kelamin Ny. B berjenis kelamin perempuan 1.1.3 Keterbatasan fisik Normal 1.1.4 Suku/Etnic Ny. B bersuku Dayak 1.1.5 Bahasa Ny. B menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Daerah 1.1.6 Edukasi Ny. B lulusan SMA 1.1.7 Peranan dalam keluarga Ny. B merupakan ibu rumah tangga
CH.2 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga CH.2.1 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga 2.1.1. Keluhan pasien : pasien menderita Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe II CH.3.1 Riwayat Sosial 3.1.5
Agama Ny. B beragama Islam 12
Identifikasi : Ny. B berumur 50 tahun, pasien menderita Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe II dan beragama Islam
FH. Food History ( riwayat makanan ) 1. Asupan makan dan Zat Gizi 1.1 Asupan energi
1.1.1
Asupan Energi Asupan energi klien saat dilakukan recall sebesar 546,1 kalori dengan tingkat konsumsi 40,5% interpretasi defisit berat
1.2.2 Asupan Makanan 1. Jenis Makanan Jenis makanan yang dikonsumsi Ny. B merupakan makanan biasa 2. Pola makan / snack Pola makan Tn. Rm utama sebanyak 3 (tiga) kali sehari. Bahan makanan yang biasa dikonsumsi: Makanan pokok: Nasi, Lauk hewani : Ikan Sungai, Lauk nabati : tahu , Minuman: Teh Hangat, Pasien tidak terlalu menyukai sayuran dan buah. 3. Variasi makanan Ny. B mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi dan kurang seimbang dibuktikan dengan Ny. B tidak menyukai buah dan sayuran 1.3.2 Parenteral 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV) Pasien diberikan infuse NaCl 0.9% 16 TPM
1.5 Asupan Gizi Makro 1.5.1 Asupan lemak dan Kolesterol
13
1.5.1.1 Asupan Lemak Asupan lemak Ny. B saat dilakukan recall sebesar 13,2 gram dengan tingkat konsumsi 44% interpretasi defisit berat 1.5.2 Asupan Protein 1.5.2.1 Asupan Protein Total Asupan Protein Ny. B saat dilakukan recall sebesar 22,6 gram dengan tingkat konsumsi 33.5% interpretasi defisit berat 1.5.3 Asupan Karbohidrat 1.5.3.1 Asupan Karbohidrat Total Asupan karbohidrat Ny. B saat dilakukan recall sebesar 87.3 gr dengan tingkat konsumsi 43.1% interpretasi defisit berat Identifikasi : asupan energi klien saat dilakukan recall sebesar 546,1 kkal , protein 22.6 gram, lemak 13,2 gram dan karbohidrat 87,3 gram dengan interpretasi defisit berat
FH 2. Pemberian makanan dan zat gizi 2.2.1.2 Pengalaman Diet 2.1.2.5 Alergi makanan Pasien tidak ada alaergi terhadap makanan 2.1.4 Pemberian makanan enteral dan parenteral 2.1.4.2 Akses parenteral Pasien diberikan makanan parenteral berupa infus NaCl 0,9% 16 TPM
FH 3. Penggunaan obat obatan atau obat alternative/pelengkap 3.1 Suplemen Obat dan Jamu 3.1.1 Penggunaan obat yang diresepkan Infus NaCl 0.9 % 16 TPM
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
14
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Obat untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa yeri ulu hati akibat ulkus atau tukak lambung dan masalah asam lambung tinggi lainnya.
Inj. Lansoprozole 2 x 30 mg
Obat untuk mengobati masalah lambng dan esofagus. Membantu menyembuhkan kerusakan akibat asam lambung baik pada perut maupun kerongkongan, mencegah terbentuk nya tukak lambung dan dapat membantu mencegah ka ker esofagus Metformin adalah obat untuk mengotrol gula darah
Metformin 3 x 500 mg
tinggi. Metformin berkerja dengan mengembalikkan respon tubuh yang tepat terhadp insulin yang diproduksi secara natural.
Glucodex 80 mg 3 x 1
Glucodex adalah obat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus
Inj. Ceftriaxone 2x 1
Obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yaitu dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.
Ranitidine 50 mg
Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam
lambung.
Konsumsi
bersamaan
dengan
makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% Ketoroloac 30 mg
Adalah obat untuk mengatasi rasa nyeri. Mulai dari rasa nyeri sedang hingga rasa nyeri berat. Obat ini diberikan berkaitan dengan penyakit Ny. B yaitu abdominal Pain
15
FH 4.2 Kepercayaan dan sikap 4.2.12 Kesukaan makanan Pasien suka mengkonsumsi makanan berupa lauk hewani seperti ikan
AD. Antropometri
1.1.Komposisi / pertumbuhan Tubuh / Riwayat berat badan 1.1.1
Tinggi / Panjang Badan Tinggi badan Ny. B yaitu 150 cm ( estimasi TL)
1.1.2
Berat Badan Berat badan Estimasi ( menurut LILA dari formula cottermolle (3,75 x Lila ) – 43,45 (3,75 x 26,5 ) – 43,45 55,9 kg Perhiungan : BBI
: 90% x (TB cm -100 ) x 1 0.9 x 50 x 1 45 kg
1.1.4 LILA Lila Ny. B yaitu 26.5 cm 1.1.5 IMT IMT Ny. B adalah 27,8 maka Ny. B kedalam Kategori Normal Perhitungan : BB / Tb² = 55.9 / 1.5² =28.84 (masuk dalam kategori Normal) 1.1.6
Indikator pola pertumbuhan level persentil Lila pasien 26.5 cm % Presentase LILA
=
𝐿𝑖𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟 Lila Standar
16
x ( 100)
=
26.5 𝑐𝑚 29.0 cm
x 100
= 76,850 % pasien dalam kategori gizi kurang
Identifikasi : tinggi badan klien yaitu 150 cm dan BB estimasi klien adlah 55.9 dan status gizi pasien normal.
PD. Nutrition-Focused physical Findings ( fisik dan Klinis ) 1.1.Nutrition-Focused Physical Findings 1.1.1 Penampilan Keseluruhan Keadaan umum pasien sadar/baik Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena masalah pendengaran 1.1.5 Sistem Pencernaan Pasien mengalami masalah gastrointestinal seperti nyeri perut akibat penyakit SUSP Choletialitis dan Abdominal Paint yang diderita pasien 1.1.6 Kepala dan Mata Kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang. 1.1.9 Tanda-Tanda Vital Tanggal 06 maret 2019 jam 10:26 -
Keadaan umum
: Sadar penuh
-
Suhu
: 36,6 0C
-
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
-
Nadi
: 84x/mnt
-
Pernafasan
: 20x/mnt
-
SPO2
: 90%
Tanggal 06 maret 2019 jam 18:25
17
-
Keadaan umum
: Sadar penuh
-
Suhu
: 36,3 0C
-
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
-
Nadi
: 113x/mnt
-
Pernafasan
: 20x/mnt
-
SPO2
: 97%
Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu dalam keadaan sadar/baik. Namun, pada bagian sistem pencernaan klien mengalami gangguan gastrointestinal seperti nyeri perut akibat penyakit SUSP Choletialitis dan Abdominal Paint yang diderita pasien.Tekanan darah klien termasuk tinggi.
BIOKIMIA BD1.2 Electrolyte and renal profil BD1.2.2 Kreatinin Kadar kreatinin klien adalah 1.56 mg/dl (N = 0,7 – 1,5) BD1.5 Profil glukosa/endokrin BD1.5.2 Glukosa, sewaktu Kadar GDS klien yaitu 206 mg/dl (N = <200 mg/dl) (tanggal 6/03/19) Kadar GDP 230 mg/dl ( tgl 7/03/19) Glukosa 2 jam 291 mg/dl ( tg 7/03/19) GDS 82 mg/dl ( tanggal 9/03/19) BD1.10 Profil anemia gizi BD1.10.1 Hemoglobin Kadar HB klien sebesar 14,2 g/dl BD1.12 Profil urin BD1.12.1 warna urin 18
Warna urin klien seperti warna teh (kuning)
19
DIAGNOSA GIZI TANGGAL 9 MARET 2019 A. Domain Intake 1. NI -2.2.1 Kekurangan makanan dan minuman oral berkaitan dengan factor fisiologis dibuktikan denganasupan energi protein lemak dan karbohidrat dalam kategori deficit berat. B. Domain Klinik 1. NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien SUSP Cholelitiatis dibuktikan dengan pasien mengalami nyeri perut. 2. NC 2.2.2 Perubahan nilai laboratorium khusus berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien yaitu DM tipe II dan data hasil biokimia pasien dibuktikan dengan nilai Glukosa darah sewaktu pasien yaitu 206 mg/dl. C. Domain Behavior 1. NB 1.1.1 Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan gizi berkaitan dengan kurangnya informasi dibuktikan dengan klien tidak pernah mendapatkan konseling gizi sebelumnya.
Prioritas Diagnosa Gizi Dari 3 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake karena pasien memiliki kekurangan intake makanan dan minuman oral pada zat gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan. Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi, karbohidrat, lemak dan protein mengalami defisit berat. Oleh karena itu, klien perlu mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat untuk proses pemulihan pasien.
20
INTERVENSI GIZI UNTUK HARI SABTU 9 MARET 2019
A. Tujuan Diet Jangka pendek 3 hari : 1. Memberikan diet DM 2 1300 kalori sesuai kebutuhan pasien selama 3 hari 2. Memberikan makanan yang dapat memperbaiki dan menormalkan glukosa darah pasien dari segi masukan dan penyembuhan B. Jenis Diet “DIET DM 1300 Kalori + Rendah Lemak ” C. Perhitungan Zat Gizi Dan Cairan Diketahui : 1. BBA estimasi
= (3,75 x LILA ) -43,45 = (3,75 x 26,5 cm) – 43,45 = 55,9 kg (menggunakan Formula Cottermole)
2. TB estimasi
= 84,88 – (0,24 x 50 ) + (1,83 x 42,2 cm) = 84,88 – 12 + 77,2 = 150 cm ( Acevedo,2011)
LLA/U = =
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
x 100%
26,5 𝑐𝑚 29,0 𝑐𝑚
= 76,850 % klien tergolong kategori gizi kurang
BBI
= 90% x (TB cm – 100) x 1 = 0,9 x 50 x 1 = 45 kg
Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makro Karena pasien di diagnosa Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe 2, maka saya berikan diet DM Tipe II + Rendah Lemak karena ada SUSP 21
Cholelitiatis (kandung empedu). Diet DM menggunakan rumus perkeni, 2015 dan diet rendah lemak menggunakan lemak dalam keadaan kronis yaitu 20% dan dilihat juga dari pemilihan jenis makana pada saat pemorsian. 1. BBI
= 90% x (TB cm – 100) x 1 = 0,9 x 50 x 1 = 45 kg
2. IMT
= BB / TB²cm = 55,9 / (1.5)² = 24,84 (normal) (kemenkes,2013)
3. BMR
= BBI x BMR (pr) = 45 X 25 kal/kgBB = 1125 kal/kgBB
4. Faktor Aktifitas diberikan 10% karena dalam keadaan istirahat FA
= 10% x 1125 kal/kgBB = 112.5 kal/kgBB
5. Faktor stress
= 15 % x 1125 kal/kgBB = 168,75 kal/kgBB
6. Koreksi Usia dengan melakukan pengurangan 5 % Koreksi U = 5% x 1125 kal/kg BB = 56,25 kal/kgBB
Jadi, BBI
= 45 kg
BMR x a
= 1125 kal/kgBB
Fa x b
= 112,5 kal/kgBB
Koreksi bb x b
=-
Koreksi strees x b
= 168,75 kal/kgBB
+
1406,25 kal/kgBB Koreksi usia x b
=
56,25 kal/kgBB 1350 kal/kgBB 22
-
Kemudian, hasil dari energi dikalikan 5 % = 5% x 1350 kal/kgBB = 67,5 kal Hasil dari ±5% 67,5 kal mendekato diet DM II dibandingkan ke DM III 1500 kalori sehingga pada kasus ini menggunakan diet DM ii (1300 kalori) + Rendah Lemak.
1. Protein
= =
20% 𝑥 𝑇𝐸 4 20% 𝑥 1350 4
= 67,5 gram
2. Lemak
= =
20% 𝑥 𝑇𝐸 9 20% 𝑥 1350 9
= 30 gram
2. Karbohidrat
= =
60% 𝑥 𝑇𝐸 4 60% 𝑥 1350 4
= 202,5 gram
BBA = 55,9 kg 10 kg pertama = 10 x 100 = 1000 10 kg kedua
= 10 x 50 = 500
Sisa BB
= 35,9 x 20 = 718 + 2,218 ml
Kebutuhan cairan : Cairan = 2.218 ml atau 2,2 liter/hari
Kebutuhan Zat Gizi Mikro 1) Natrium
𝐵𝐵𝐴
= 𝐵𝐵 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x Besi (Akg) =
55,9 55
x 1300 mg
23
= 1321.27 mg
2) Serat
= 2300 g
3) Folat
= 400 mg
4) Vitamin C
= 75 mg
Menghitung infus NaCl 16 TPM Cairan infus RL = 16 x 60 x 24 = 23,040/20 = 1.152 cc
D. Prinsip Diet Prinsip Diet a. Energi cukup b. Protein sesuai kebutuhan c. Lemak rendah d. Karbohidrat cukup e. Vitamin dan mineral cukup E. Syarat Diet 1. Energi cukup, ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Dan juga ditujukan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. 2. Protein sesuai kebutuhan yaitu 20% dari kebutuhan energi total. Ditujukan Karena protein dapat mengganti sel yang rusak dan membentuk sel baru yang berguna pada pasien yang mengalami infeksi. Sehingga protein juga berfungsi sebagai zat pembangun terutama sel otot. 3. Dalam kedaan kronis lemak diberikan 20% karena pasien menderita SUSP Cholelitiatis sehingga harus mengkonsumsi makanan rendah lemak dengan cara, di tumis, di kukus atau di panggang. 4. Karbohidrat cukup, yaitu 60% dari kebutuhan energi total. Peran penting karbohidrat yaitu untuk proses metabolisme serta proses pembentukkan jaringan sel, struktur dan juga organ-organ dalam tubuh 5. Vitamin dan mineral cukup, apabila asupan dari mkanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak perlu.
24
6. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan ecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. 7. Pengunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternafit yaitu yang bergizi dan tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi adlaah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah kelebihan mempunyai pengaruh laksatif. 8. Asupan serat diannurkan 25gr/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat ddidalam sayuran dan buah. 9. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi asupan garam harus dikurangi (lihat diet garam rendah) 10. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna 11. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama F. Bentuk Makanan Makanan biasa (nasi biasa) G.
Frekuensi •
3 kali makanan utama (pagi,siang,malam) dan 2 kali selingan
H. Rute Oral I. Edukasi Sasaran : diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang menunggu Waktu : penyampaian edukasi kepada pasien yaitu ketika pasien mendapatkan makanan atau sudah mnghabiskan makanannya Tempat : Ruang Bougenville Kelas III kamar 4 Edukasi yang diberikan : Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling untuk tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dan tanyakan apakah pasien ada 25
mengkonsumsi makanan dari luar. Menanyakan alasan apabila pasien tidak menghabiskan makanannya dan tanyakan kondisi pasien sekarang.
PERENCANAAN MENU
B. Pembagian Kedalam sehari
Energi = 1350 kkal
Protein = 67,5 gram
Lemak = 30 gram
Karbohidrat = 202,5 gram
Makan Siang, Sabtu 9 maret 2019 menggunakan siklus menu IX Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Nasi putih
100
130.0
2,4
0,2
28,6
58,7
12,7
0.5
-
25
5.3
0.2
0.3
0.7
Tumis labu 25
5.0
0.2
0.1
1.1
25
6.0
0.2
0.1
1.4
110
83.6
8,9
5.3
2.1
113
104
1.1
0.6
26.4
Ikan masak 40 kuning Tumis kacang panjang
siam Tumis terong asam Tahu bumbu serai Pisang ambon
26
Pepaya
35
13,6
0.2
-
3.4
Makan Sore, Sabtu 9 maret 2019 menggunakan siklus menu IX Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Nasi putih
100
130.0
2,4
0,2
28,6
59,8
1.5
11
-
40
94,8
6.0
4.3
7.0
Kacang pjg
25
5.3
0.3
0.2
0.7
Labu
25
9.7
0.2
0.2
2.2
Ikan pepes 60 peda Bacem tempe kukus
kuning
Makan Pagi, Minggu 10 maret 2019 menggunakan siklus menu X Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Nasi putih
150
195.0
3,6
0,3
42,9
78,4
14,5
1,9
-
110
83,6
8,9
5,3
2,1
Labu air
50
8,5
0.3
-
-
Wortel
50
21
0.6
0.1
4.6
Ikan patin 80 asam manis Tahu goreng
Selingan pada tanggal 9 maret 2019 Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Bolu kukus
35
72,4
1.5
0.7
15.0
Pisang
127
147,2
1.0
0.3
39,6
kepok rebus
27
Perencanaan Menu Dalam Sehari Waktu
Menu
Siang
Nasi biasa + ikan nila Nasi biasa
10.00 WIB masak kuning
100 gr
Ikan nila
40 gr
Tahu
110 gr
Kacang panjang
25 gr
Labu siam
25 gr
Terong asam
25 gr
Nasi biasa
Nasi biasa
100gr
Ikan peda
Ikan haruan
100 gr
Kacang panjang
25 gr
Labu kuning
25 gr
Tempe bacem kukus
Tempe
40 gr
Buah pisang rebus
Pisang
127 gr
Nasi biasa
Nasi biasa
150 gr
Labu air
50 gr
Wortel
50 gr
Ikan patin asam manis
Ikan patin
80 gr
Tahu goreng kemangi
Tahu
110 gr
Tahu bumbu serai
Sore
Bahan Makanan Berat
10.00 WIB
Pagi tgl 10 06.30 WIB
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI PEMORSIAN HARI 1 (9 MARET 2019)
28
Waktu
Makan siang
Menu
Bahan
masakan
makanan
Nasi biasa
Nasi
Ikan
Pemorsian
Asupan
Sisa
100 gr
19 gr
81 gr
60 gr
12
48
Tahu
110 gr
14 gr
96 gr
Kacang
75 gr
15 gr
60 gr
nila Ikan nila
masak kuning Tahu bb serai
panjang
+
labu siam
Makan sore
bolu
Bolu
35 gr
35 gr
-
Nasi biasa
Nasi
100 gr
49 gr
51 gr
ikan Ikan peda
60 gr
6
54 gr
Kcg panjang
25 gr
7 gr
18 gr
Labu kuning
25 gr
25 gr
-
Tempe
40 gr
2 gr
38 gr
127 gr
60 gr
67 gr
150 gr
79 gr
71 gr
50 gr
8 gr
42 gr
50 gr
22 gr
28 gr
50 gr
4 gr
46 gr
80 gr
11 gr
69 gr
Pepes peda
Tempe bacem kukus
Pisang kepok Pisan gkepok kukus Makan pagi
Nasi biasa Tumis
Nasi biasa
sawi Labu air
sendok Wortel Tahu goreng Tahu kemangi Ikan
patin Ikan patin
asam manis
29
JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 9 MARET 2019 Waktu
Menu
Bahan
masakan
makanan
Makan
Nasi
Nasi
siang
biasa Ikan nila Ikan nila
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH
19 gr
24.7
0.5
-
5.4
12 gr
9.7
1.4
0.4
-
14 gr
28.8
1.0
2.8
0.2
15 gr
6.7
0.4
0.3
1.0
masak kuning Tahu bb Tahu serai Kacang panjang +
labu
siam bolu
Bolu
35 gr
72.4
1.5
0.7
15.0
Makan
Nasi
Nasi
49 gr
63.7
1.2
0.1
14.0
sore
biasa Ikan peda
6
6.7
1.3
0.1
-
Kcg
7 gr
1.5
-
0.1
0.2
25 gr
9.7
0.2
0.2
2.2
Tempe
2 gr
4.7
0.2
0.3
0.4
Pisang
Pisang
60 gr
55.2
0.6
0.3
14.0
kepok
kepok
79 gr
102.7
1.9
0.2
22.9
Pepes ikan peda
panjang Labu kuning Tempe bacem kukus
kukus Makan
Nasi
Nasi
30
pagi
biasa
biasa
Tumis
Labu air
8 gr
1.6
0.1
-
0.3
Wortel
22 gr
4.6
0.2
-
0.8
Tahu
4 gr
8.2
0.3
0.8
0.1
Ikan
Ikan
11 gr
22.2
0.2
0.2
22.6
patin
patin
423.1 kalori
11 gram
6.5 gram
99.1
sawi sendok
Tahu goreng kemangi
asam manis Total
gram
31
MONITORING EVALUASI TANGGAL 9 MARET 2019
Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek Outcome
a. Kekurangan intake makanan oral b. Glukosa darah pasien tinggi
Indicator Outcome
Jangka pendek a. Asupan energi saat recall, 40.5 % b. Asupan protein saat recall yaitu 33.5% c. Asupan lemak saat recall yaitu 44 % d. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 43.1% e. Nilai Hb klien yaitu 206 g/dl
Kriteria
Jangka pendek a. Menurut
Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall
energi, protein, lemak, karbohidrat dan cairan klien termasuk kategori defisit berat b. Berdasarkan nilai rujukan kadar glukosa klien masuk kategori tinggi Dokumentasi Monitoring Evaluasi
Dokumentasi Monitoring Evaluasi
Pada kunjungan awal Jangka pendek -
Energi 40.5% (DB)
-
Protein 33.5% (DB)
-
Lemak 44% (DB)
-
Karbohidrat 43.1% (DB)
-
Nilai Hb 206 g/dl (tinggi)
Jangka pendek a. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan belum tercapai tercapai yaitu energi 31.3%, protein 16.2%, lemak 21.7% dan karbohidrat 49%
32
b. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan belum tercapai yaitu nilai glukosa darah masih tinggi
PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (9 MARET 2019) Zat gizi
Asupan
Kebutuhan
Tingkat Kons.
Interpretasi
Energi
423,1 kkal
1350 kkal
31.3%
Defisit berat
Protein
11 gr
67.5 gr
16.2%
Defisit berat
Lemak
6.5 gr
30 gr
21.7%
Defisit berat
Karbohidrat
99.1 gr
202.5 gr
49%
Defisit berat
33
ASSESSMENT GIZI TANGGAL 10 MARET 2019
CH. Client History CH.1 Riwayat Personal CH.1.1 Data Personal 1.1.8 Umur Ny. B Berumur 50 tahun 1.1.9 Jenis kelamin Ny. B berjenis kelamin perempuan 1.1.10 Keterbatasan fisik Normal 1.1.11 Suku/Etnic Ny. B bersuku Dayak 1.1.12 Bahasa Ny. B menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Daerah 1.1.13 Edukasi Ny. B lulusan SMA 1.1.14 Peranan dalam keluarga Ny. B merupakan ibu rumah tangga
CH.2 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga CH.2.1 Riwayat medis / kesehatan pasien / klien/ keluarga 2.1.1. Keluhan pasien : pasien menderita Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe II CH.3.1 Riwayat Sosial 3.1.5
Agama 34
Ny. B beragama Islam
Identifikasi : Ny. B berumur 50 tahun, pasien menderita Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe II dan beragama Islam
FH. Food History ( riwayat makanan ) 2. Asupan makan dan Zat Gizi 2.1 Asupan energi
2.1.1
Asupan Energi Asupan energi klien saat dilakukan recall sebesar 546,1 kalori dengan tingkat konsumsi 40,5% interpretasi defisit berat
1.2.2 Asupan Makanan 4. Jenis Makanan Jenis makanan yang dikonsumsi Ny. B merupakan makanan biasa 5. Pola makan / snack Pola makan Tn. Rm utama sebanyak 3 (tiga) kali sehari. Bahan makanan yang biasa dikonsumsi: Makanan pokok: Nasi, Lauk hewani : Ikan Sungai, Lauk nabati : tahu , Minuman: Teh Hangat, Pasien tidak terlalu menyukai sayuran dan buah. 6. Variasi makanan Ny. B mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi dan kurang seimbang dibuktikan dengan Ny. B tidak menyukai buah dan sayuran 1.3.2 Parenteral 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV) Pasien diberikan infuse NaCl 0.9% 16 TPM
1.5 Asupan Gizi Makro
35
1.5.1 Asupan lemak dan Kolesterol 1.5.1.1 Asupan Lemak Asupan lemak Ny. B saat dilakukan recall sebesar 13,2 gram dengan tingkat konsumsi 44% interpretasi defisit berat 1.5.2 Asupan Protein 1.5.2.1 Asupan Protein Total Asupan Protein Ny. B saat dilakukan recall sebesar 22,6 gram dengan tingkat konsumsi 33.5% interpretasi defisit berat 1.5.3 Asupan Karbohidrat 1.5.3.1 Asupan Karbohidrat Total Asupan karbohidrat Ny. B saat dilakukan recall sebesar 87.3 gr dengan tingkat konsumsi 43.1% interpretasi defisit berat Identifikasi : asupan energi klien saat dilakukan recall sebesar 546,1 kkal , protein 22.6 gram, lemak 13,2 gram dan karbohidrat 87,3 gram dengan interpretasi defisit berat
FH 2. Pemberian makanan dan zat gizi 2.2.1.2 Pengalaman Diet 2.1.2.5 Alergi makanan Pasien tidak ada alaergi terhadap makanan 2.1.4 Pemberian makanan enteral dan parenteral 2.1.4.2 Akses parenteral Pasien diberikan makanan parenteral berupa infus NaCl 0,9% 16 TPM
FH 3. Penggunaan obat obatan atau obat alternative/pelengkap 3.1 Suplemen Obat dan Jamu 3.1.1 Penggunaan obat yang diresepkan
36
Infus NaCl 0.9 % 16 TPM
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Obat untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa yeri ulu hati akibat ulkus atau tukak lambung dan masalah asam lambung tinggi lainnya.
Inj. Lansoprozole 2 x 30 mg
Obat untuk mengobati masalah lambng dan esofagus. Membantu menyembuhkan kerusakan akibat asam lambung baik pada perut maupun kerongkongan, mencegah terbentuk nya tukak lambung dan dapat membantu mencegah ka ker esofagus Metformin adalah obat untuk mengotrol gula darah
Metformin 3 x 500 mg
tinggi. Metformin berkerja dengan mengembalikkan respon tubuh yang tepat terhadp insulin yang diproduksi secara natural.
Glucodex 80 mg 3 x 1
Glucodex adalah obat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus
Inj. Ceftriaxone 2x 1
Obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yaitu dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.
Ranitidine 50 mg
Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam
lambung.
Konsumsi
bersamaan
dengan
makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% Ketoroloac 30 mg
Adalah obat untuk mengatasi rasa nyeri. Mulai dari rasa nyeri sedang hingga rasa nyeri berat. Obat ini diberikan berkaitan dengan penyakit Ny. B yaitu
37
abdominal Pain
FH 4.2 Kepercayaan dan sikap 4.2.13 Kesukaan makanan Pasien suka mengkonsumsi makanan berupa lauk hewani seperti ikan
AD. Antropometri
1.2.Komposisi / pertumbuhan Tubuh / Riwayat berat badan 1.1.3
Tinggi / Panjang Badan Tinggi badan Ny. B yaitu 150 cm (estimasi tinggi lutut)
1.1.4
Berat Badan Berat badan Estimasi ( menurut LILA dari formula cottermolle (3,75 x Lila ) – 43,45 (3,75 x 26,5 ) – 43,45 55,9 kg Perhiungan : BBI
: 90% x (TB cm -100 ) x 1 0.9 x 50 x 1 45 kg
1.1.4 LILA Lila Ny. B yaitu 26.5 cm 1.1.7 IMT IMT Ny. B adalah 27,8 maka Ny. B kedalam Kategori Normal Perhitungan : BB / Tb² = 55.9 / 1.5² =28.84 (masuk dalam kategori Normal) 1.1.8
Indikator pola pertumbuhan level persentil 38
Lila pasien 26.5 cm % Presentase LILA
= =
𝐿𝑖𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟 Lila Standar 26.5 𝑐𝑚 29.0 cm
x ( 100)
x 100
= 76,850 % pasien dala kategori gizi kurang
Identifikasi : tinggi badan klien yaitu 150 cm dan BB estimasi klien adlah 55.9 dan status gizi pasien normal.
PD. Nutrition-Focused physical Findings ( fisik dan Klinis ) 1.1.Nutrition-Focused Physical Findings 1.1.1 Penampilan Keseluruhan Keadaan umum pasien sadar/baik Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena masalah pendengaran 1.1.5 Sistem Pencernaan Pasien mengalami masalah gastrointestinal seperti nyeri perut akibat penyakit SUSP Choletialitis dan Abdominal Paint yang diderita pasien 1.1.6 Kepala dan Mata Kepala terasa ringan dan mata berkunang-kunang. 1.1.9 Tanda-Tanda Vital Tanggal 06 maret 2019 jam 10:26 -
Keadaan umum
: Sadar penuh
-
Suhu
: 36,6 0C
-
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
-
Nadi
: 84x/mnt
-
Pernafasan
: 20x/mnt
-
SPO2
: 90%
Tanggal 06 maret 2019 jam 18:25 39
-
Keadaan umum
: Sadar penuh
-
Suhu
: 36,3 0C
-
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
-
Nadi
: 113x/mnt
-
Pernafasan
: 20x/mnt
-
SPO2
: 97%
Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu dalam keadaan sadar/baik. Namun, pada bagian sistem pencernaan klien mengalami gangguan gastrointestinal seperti nyeri perut akibat penyakit SUSP Choletialitis dan Abdominal Paint yang diderita pasien.Tekanan darah klien termasuk tinggi. BIOKIMIA BD1.2 Electrolyte and renal profil BD1.2.2 Kreatinin Kadar kreatinin klien adalah 1.56 mg/dl (N = 0,7 – 1,5) BD1.5 Profil glukosa/endokrin BD1.5.2 Glukosa, sewaktu Kadar GDS klien yaitu 206 mg/dl (N = <200 mg/dl) (tanggal 6/03/19) Kadar GDP 230 mg/dl ( tgl 7/03/19) Glukosa 2 jam 291 mg/dl ( tg 7/03/19) GDS 82 mg/dl ( tanggal 9/03/19) BD1.10 Profil anemia gizi BD1.10.1 Hemoglobin Kadar HB klien sebesar 14,2 g/dl BD1.12 Profil urin BD1.12.1 warna urin Warna urin klien seperti warna teh (kuning) 40
DIAGNOSA GIZI TANGGAL 10 MARET 2019 D. Domain Intake 2. NI -2.2.1 Kekurangan makanan dan minuman oral berkaitan dengan factor fisiologis dibuktikan denganasupan energi protein lemak dan karbohidrat dalam kategori deficit berat. E. Domain Klinik 3. NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien SUSP Cholelitiatis dibuktikan dengan pasien mengalami nyeri perut. 4. NC 2.2.2 Perubahan nilai laboratorium khusus berkaitan dengan data riwayat penyakit pasien yaitu DM tipe II dan data hasil biokimia pasien dibuktikan dengan nilai Glukosa darah sewaktu pasien yaitu 206 mg/dl. F. Domain Behavior 2. NB 1.1.1 Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan gizi berkaitan dengan kurangnya informasi dibuktikan dengan klien tidak pernah mendapatkan konseling gizi sebelumnya.
Prioritas Diagnosa Gizi Dari 3 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake karena pasien memiliki kekurangan intake makanan dan minuman oral pada zat gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan. Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi, karbohidrat, lemak dan protein mengalami defisit berat. Oleh karena itu, klien perlu mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat untuk proses pemulihan pasien.
41
INTERVENSI GIZI UNTUK HARI SABTU 10 MARET 2019
A. Tujuan Diet Jangka pendek 3 hari : 3. Memberikan diet DM 2 1300 kalori sesuai kebutuhan pasien selama 3 hari 4. Memberikan makanan yang dapat memperbaiki dan menormalkan glukosa darah pasien dari segi masukan dan penyembuhan B. Jenis Diet “DIET DM 1300 Kalori + Rendah Lemak ” C. Perhitungan Zat Gizi Dan Cairan Diketahui : 3. BBA estimasi
= (3,75 x LILA ) -43,45 = (3,75 x 26,5 cm) – 43,45 = 55,9 kg (menggunakan Formula Cottermole)
4. TB estimasi
= 84,88 – (0,24 x 50 ) + (1,83 x 42,2 cm) = 84,88 – 12 + 77,2 = 150 cm ( Acevedo,2011)
LLA/U = =
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
x 100%
26,5 𝑐𝑚 29,0 𝑐𝑚
= 76,850 % klien tergolong kategori gizi kurang
BBI
= 90% x (TB cm – 100) x 1 = 0,9 x 50 x 1 = 45 kg
Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makro Karena pasien di diagnosa Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis, DM tipe 2, maka saya berikan diet DM Tipe II + Rendah Lemak karena ada SUSP Cholelitiatis (kandung empedu). Diet DM menggunakan rumus perkeni, 2015 dan
42
diet rendah lemak menggunakan lemak dalam keadaan kronis yaitu 20% dan dilihat juga dari pemilihan jenis makana pada saat pemorsian. 7. BBI
= 90% x (TB cm – 100) x 1 = 0,9 x 50 x 1 = 45 kg
8. IMT
= BB / TB²cm = 55,9 / (1.5)² = 24,84 (normal) (kemenkes,2013)
9. BMR
= BBI x BMR (pr) = 45 X 25 kal/kgBB = 1125 kal/kgBB
10. Faktor Aktifitas diberikan 10% karena dalam keadaan istirahat FA
= 10% x 1125 kal/kgBB = 112.5 kal/kgBB
11. Faktor stress
= 15 % x 1125 kal/kgBB = 168,75 kal/kgBB
12. Koreksi Usia dengan melakukan pengurangan 5 % Koreksi U = 5% x 1125 kal/kg BB = 56,25 kal/kgBB
Jadi, BBI
= 45 kg
BMR x a
= 1125 kal/kgBB
Fa x b
= 112,5 kal/kgBB
Koreksi bb x b
=-
Koreksi strees x b
= 168,75 kal/kgBB
+
1406,25 kal/kgBB Koreksi usia x b
=
56,25 kal/kgBB 1350 kal/kgBB
43
-
Kemudian, hasil dari energi dikalikan 5 % = 5% x 1350 kal/kgBB = 67,5 kal Hasil dari ±5% 67,5 kal mendekato diet DM II dibandingkan ke DM III 1500 kalori sehingga pada kasus ini menggunakan diet DM ii (1300 kalori) + Rendah Lemak.
3. Protein
= =
20% 𝑥 𝑇𝐸 4 20% 𝑥 1350 4
= 67,5 gram
4. Lemak
= =
20% 𝑥 𝑇𝐸 9 20% 𝑥 1350 9
= 30 gram
3. Karbohidrat
= =
60% 𝑥 𝑇𝐸 4 60% 𝑥 1350 4
= 202,5 gram
BBA = 55,9 kg 10 kg pertama = 10 x 100 = 1000 10 kg kedua
= 10 x 50 = 500
Sisa BB
= 35,9 x 20 = 718 + 2,218 ml
Kebutuhan cairan : Cairan = 2.218 ml atau 2,2 liter/hari
Kebutuhan Zat Gizi Mikro 5) Natrium
𝐵𝐵𝐴
= 𝐵𝐵 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x Besi (Akg) =
55,9 55
x 1300 mg
= 1321.27 mg
44
6) Serat
= 2300 g
7) Folat
= 400 mg
8) Vitamin C
= 75 mg
Menghitung infus NaCl 16 TPM Cairan infus RL = 16 x 60 x 24 = 23,040/20 = 1.152 cc
D. Prinsip Diet Prinsip Diet a. Energi cukup b. Protein sesuai kebutuhan c. Lemak rendah d. Karbohidrat cukup e. Vitamin dan mineral cukup E. Syarat Diet 1. Energi cukup, ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Dan juga ditujukan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. 2. Protein sesuai kebutuhan yaitu 20% dari kebutuhan energi total. Ditujukan Karena protein dapat mengganti sel yang rusak dan membentuk sel baru yang berguna pada pasien yang mengalami infeksi. Sehingga protein juga berfungsi sebagai zat pembangun terutama sel otot. 3. Dalam kedaan kronis lemak diberikan 20% karena pasien menderita SUSP Cholelitiatis sehingga harus mengkonsumsi makanan rendah lemak dengan cara, di tumis, di kukus atau di panggang. 4. Karbohidrat cukup, yaitu 60% dari kebutuhan energi total. Peran penting karbohidrat yaitu untuk proses metabolisme serta proses pembentukkan jaringan sel, struktur dan juga organ-organ dalam tubuh 5. Vitamin dan mineral cukup, apabila asupan dari mkanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak perlu.
45
6. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan ecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. 7. Pengunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternafit yaitu yang bergizi dan tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi adlaah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah kelebihan mempunyai pengaruh laksatif. 8. Asupan serat diannurkan 25gr/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat ddidalam sayuran dan buah. 9. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi asupan garam harus dikurangi (lihat diet garam rendah) 10. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna 11. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama F. Bentuk Makanan Makanan biasa (nasi biasa) G. Frekuensi •
3 kali makanan utama (pagi,siang,malam) dan 2 kali selingan
H. Rute Oral I. Edukasi Sasaran : diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang menunggu Waktu : penyampaian edukasi kepada pasien yaitu ketika pasien mendapatkan makanan atau sudah mnghabiskan makanannya Tempat : Ruang Bougenville Kelas III kamar 4 Edukasi yang diberikan : Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling untuk tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dan tanyakan apakah pasien ada 46
mengkonsumsi makanan dari luar. Menanyakan alasan apabila pasien tidak menghabiskan makanannya dan tanyakan kondisi pasien sekarang.
PERENCANAAN MENU
C. Pembagian Kedalam sehari
Energi = 1350 kkal
Protein = 67,5 gram
Lemak = 30 gram
Karbohidrat = 202,5 gram
Makan Siang, Minggu 10 maret 2019 menggunakan siklus menu X Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Nasi putih
200
260.0
4.8
0.4
57.2
78.4
14.5
1.9
-
50
118,5
5.4
7.5
8.8
Wortel
45
9.5
0.4
0.1
1.6
Kentang
50
46.5
1.0
0.1
10.8
Daun
5
1.1
0.1
-
0.3
5
43.1
-
5
-
Ikan masak 80 kuning Tempe Bacem
Bawang Minyak Kelapa
Makan Sore, Minggu 10 maret 2019 menggunakan siklus menu X Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Nasi putih
100
130.0
2,4
0,2
28,6
47
Ikan
80
78.4
14.5
1.9
-
50
38.0
4.1
2.4
0.9
45
26.6
0.8
0.3
6.2
Wortel
50
10.5
0.5
0.1
1.8
Daun
5
1.1
0.1
-
0.3
Pepaya
56
21.8
0.3
0.2
5.5
Pisang
134
123.3
1.3
0.7
31.4
Haruan Oseng Tahu Jagung muda
bawang
rebus
Makan Pagi, Senin 11 maret 2019 menggunakan siklus menu I Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Nasi putih
150
130.0
2.4
0.2
28.6
58.8
10.9
1.4
-
50
118.5
5.4
7.5
8.8
50
10.5
0.3
0.6
1.4
50
10.5
0.5
0.1
4.8
Ikan
nila 60
masak kuning Tempe bacem Kacang panjang Wortel
Selingan pada tanggal 10 maret 2019 Menu
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kue
55
113.8
2.4
1.1
23.6
48
Pisang
127
147,2
1.0
0.3
kepok rebus
Perencanaan Menu Dalam Sehari Waktu
Menu
Siang
Nasi biasa + ikan haruan Nasi biasa
10.00 WIB masak kuning
Sore
Bahan Makanan Berat 200 gr
Ikan haruan
80 gr
Bacem tempe kukus
Tempe
50 gr
Sayuran
Wortel
45 gr
Kentang
50 gr
Daun Bawang
5 gr
Minyak kelapa
Minyak
5 gr
Pepaya
Pepaya
56 gr
Pisang rebus
Pisang
134 gr
Nasi biasa
Nasi biasa
100gr
Ikan Nila
Ikan Nila
80 gr
Sayuran
Jagung Muda
45 gr
Wortel
50 gr
Daun Bawang
5 gr
Oseng tahu
Tahu
40 gr
Kue
Kue
55 gr
10.00 WIB
49
39,6
Pagi tgl 10
Nasi biasa
Nasi biasa
100 gr
Sayuran
Kacang panjang
50 gr
Wortel
50 gr
Ikan patin masak kuning
Ikan patin
60 gr
Tempe bacem
Tempe
50 gr
06.30 WIB
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI PEMORSIAN HARI 2 (10 MARET 2019) Waktu
Menu
Bahan
Pemorsian
Asupan
Sisa
masakan
makanan 200 gr
104 gr
96 gr
80 gr
55 gr
25 gr
50 gr
50 gr
-
Wortel
45 gr
10 gr
35 gr
Kentang
50 gr
50 gr
-
Daun
5 gr
5 gr
-
Minyak
5 gr
-
-
Pepaya
Pepaya
56 gr
9 gr
47 gr
Pisang rebus
Pisang
134 gr
134 gr
-
Nasi biasa
100gr
69 gr
31 gr
Ikan Nila
Ikan Nila
80 gr
16 gr
64 gr
Sayuran
Jagung Muda
45 gr
31 gr
14 gr
Makan siang Nasi biasa + Nasi biasa hari Minggu
ikan
haruan
Ikan haruan
masak kuning Bacem tempe Tempe kukus Sayuran
Bawang Minyak kelapa
Makan Sore Nasi biasa Hari Minggu
50
Wortel
50 gr
13 gr
37 gr
Daun
5 gr
5 gr
-
Bawang
Makan
Oseng tahu
Tahu
40 gr
-
40 gr
Kue
Kue
55 gr
55 gr
-
Nasi biasa
100 gr
28 gr
72 gr
Kacang
50 gr
-
50 gr
50 gr
-
50 gr
60 gr
-
72 gr
50 gr
-
50 gr
Pagi Nasi biasa
Hari Senin
Sayuran
panjang Wortel Ikan
patin Ikan patin
masak kuning Tempe
Tempe
bacem
JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 10 MARET 2019 Waktu
Menu
Bahan
masakan
makanan
Nasi
Nasi
siang hari biasa
+ biasa
Makan
Minggu
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH
104 gr
135.2
2.5
0.2
29.7
55 gr
46.1
10.0
0.4
-
50 gr
118.5
5.4
7.5
8.8
ikan haruan masak kuning Ikan haruan Bacem
Tempe
tempe kukus
51
Sayuran
Wortel
10 gr
2.1
0.1
-
0.4
Kentang
50 gr
46.5
1.0
0.1
10.8
Daun
5 gr
1.1
0.1
-
0.3
Bawang Minyak
Minyak
-
Pepaya
Pepaya
9 gr
3.5
0.1
-
0.9
Pisang
Pisang
134 gr
123.3
1.3
0.7
31.4
Nasi
Nasi
69 gr
89.7
1.7
0.7
31.4
Sore Hari biasa
biasa
kelapa
rebus Makan
Minggu Ikan Nila
Ikan Nila
16 gr
25.6
2.1
1.9
-
Sayuran
Jagung
31 gr
18.3
0.6
0.2
4.3
Wortel
13 gr
2.7
0.1
-
4.3
Daun
5 gr
1.1
0.1
-
0.3
Muda
Bawang Oseng
Tahu
-
Kue
Kue
55 gr
113.8
2.4
1.1
23.6
Nasi
Nasi
28 gr
36.4
0.7
0.1
8.0
Pagi Hari biasa
biasa
tahu
Makan
Senin Sayuran
Kacang
-
panjang Wortel
-
52
Ikan
Ikan
patin
patin
-
masak kuning Tempe
Tempe
-
bacem Total
764 kalori
53
28.5
12.9
154.2
gram
gram
gram
MONITORING EVALUASI TANGGAL 10 MARET 2018
Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek Outcome
c. Kekurangan intake makanan oral d. Kadar glukosa klien tergolong tinggi
Indicator Outcome
Jangka pendek f. Asupan energi saat recall, 40.5 % g. Asupan protein saat recall yaitu 33.5% h. Asupan lemak saat recall yaitu 44% i. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 43.1% j. Nilai glukosa darah klien yaitu GDP 230 mg/dl dan glukosa 2 jam pp 291 mg/dl
Kriteria
Jangka pendek c. Menurut
Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall
energi, protein, lemak, karbohidrat dan cairan klien termasuk kategori defisit berat d. Berdasarkan nilai rujukan kadar glukosa klien masuk kategori tinggi Dokumentasi Monitoring Evaluasi
Pada kunjungan awal Jangka pendek -
Energi 40.5% (DB)
-
Protein 33.5% (DB)
-
Lemak 44% (DB)
-
Karbohidrat 43.1% (DB)
-
Nilai GDP 230 mg.dl dan Glukosa 2 jam 291 mg/dl (tinggi)
Dokumentasi Monitoring Evaluasi
Jangka pendek Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi,
54
target yang direncanakan belum tercapai yaitu energi 56.59%, protein 42.22%, lemak 43% dan karbohidrat 76.14% Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target yang direncanakan sudah tercapai yaitu nilai glukosa darah sewaktu pasien rendah.
PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (10 MARET 2019) Zat gizi
Asupan
Kebutuhan
Tingkat Kons.
Interpretasi
Energi
764 kkal
1350 kkal
56.59%
Defisit berat
Protein
28.5 gr
67.5 gr
42.22%
Defisit berat
Lemak
12.9 gr
30 gr
43%
Defisit berat
Karbohidrat
154.2 gr
202.5 gr
76.14%
Defisit sedang
55
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Melitus 2.1.1
Definisi DM Tipe II Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan seksresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2015). Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015) Diabetes adalah kondisi kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin, dan didiagnosis dengan mengamayti peningkatan kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah horman yang diproduksi di pankreas; Hal itu diperlukan untuk mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel
tubuh
dimana
ia
digunakan
sebagai
energi.
Kurangnya
atau
ketidakefektifan insulin pada seseorang dengan diabetes berarti glukosa tetap bersirkulasi dalam darah. Seirimg waktu, tingginya kadar glukosa dalam darah (dikenal dengan hiperglikemia) menyebabkan kerusakan pad banyak jaringan didalam tubuh yang menyebabkan perkembangan kecacatan dan komplikasi kesehatan yang mengancam nyawa. Menurut ADA ( American Diabetes Association) tahun 2015, diabetes merupakan suatu penyakit kompleks, penyakit kronis yang membutuhkan perawatan medis secara terus-menerus dengan melakukan strategi pengurangan resiko multifaktorial diluar kendali glikemik.
2.1.2
Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe II Smeltzer ea al (2010 dalam Abidin, Zaenal. 2018) menyatakan manisfestasi klinis tergantung pada tingkat hiperglikemia pasien. Manisfestasi klinis klasik dari semua jenis diabetes termasuk tiga P yaitu poliuria, polidipsia, dan polifagia. Poliuria (peningkatan kencing) dan polidipsia (peningkatan haus) 56
terjadi sebagai akibat dari kelebihan cairan yang terkait dengan diuresis osmotik. Pasien juga mengalami polifagia (nafsu makan meningkat) yang dhasilkan dari keadaan katabolik yang disebabkan oleh defisiensi insulin dan pemecahan protein dan lemak. Gejala lainnya termasuk kelelahan dan kelemahan, perubahan penglihatan mendadak, kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuh, dan infeksi berulang. Menurut Perkeni (2015) keluhan lain pasien DM adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi pada pria serta pruritus vulva pada wanita. 1) Poliuria Ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang nberlebihan didalam darah. Glukosa ini akan menarik air keluar dari jaringan. Akibatanya, selain kencing semakin sering dan banyak juga akan merasa dehidrasi (Tandra, 2008, hal 25). 2) Polidipsia Polidipsia atau banyak minum ini ditimbulkan karena rasa haus akibat dehidrasi (Tandra, 2008, hal 25). 3) Polifagia Glukosuria timbul karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Akibat glukosa keluar bersama urine makan pasien akan mengalami keseimbangan protein negative dan berat badan menurun serta cederungterjadi polifagi (lyndon, 2013, hal 72). 2.2.3
Patofisiologi DM tipe II Diabetes mellitus tipe 2 adalah etiologi tidak diketahui (yaitu, asal). Melitus diabetes dengan etiologi yang diketahui, seperti penyakit sekunder lainnya, cacat gen yang dikenal, trauma atau pembedahan, atau efek obat, lebih tepat disebut melitus diabetes sekunder atau diabetes akibat penyebab yang spesifik. Contohnya termasuk diabetes mellitus seperti MODY atau yang disebabkan oleh hemochromatosis, Kekurangan pankreas, atau jenis obat tertentu (misalnya, penggunaan jangka panjang steroid).
57
Menurut CDC, sekitar 23.613.000 orang di Amerika Serikat, atau 8% dari populasi, menderita diabetes. Prevalensi diabetes total meningkat 13,5% dari 2005-2007. Diperkirakan bahwa hanya 24% dari diabetes sekarang tidak terdiagnosis, turun dari 30% diperkirakan pada tahun 2005 dan dari 50% yang sebelumnya diperkirakan pada ca 1995. Sekitar 90-95% dari semua kasus Amerika Utara diabetes tipe 2, dan sekitar 20% dari populasi di atas usia 65 memiliki diabetes mellitus tipe 2. Fraksi penderita diabetes tipe 2 di bagian lain dunia bervariasi secara substansial, hampir pasti untuk lingkungan dan alasan gaya hidup, meskipun ini tidak diketahui secara rinci. Diabetes mempengaruhi lebih dari 150 juta orang di seluruh dunia dan jumlah ini diharapkan dua kali lipat pada tahun 2025 .. Sekitar 55 persen tipe 2 adalah obesitas-kronis obesitas menyebabkan resistensi insulin meningkat yang dapat berkembang menjadi diabetes, kemungkinan besar karena jaringan adiposa (terutama di perut sekitar organ internal) merupakan sumber (baru ini diidentifikasi) dari sinyal kimia beberapa lainnya jaringan (hormon dan sitokin). Penelitian lain menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 menyebabkan obesitas sebagai akibat dari perubahan dalam metabolisme dan sel perilaku petugas lain gila pada resistensi insulin. Namun, genetika memainkan peran yang relatif kecil dalam terjadinya luas diabetes tipe 2. Hal ini dapat secara logis disimpulkan dari peningkatan besar dalam terjadinya diabetes tipe 2 yang memiliki berkorelasi dengan perubahan signifikan dalam gaya hidup barat. Diabetes mellitus tipe 2 sering dikaitkan dengan obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi (hiperlipidemia gabungan), dan dengan kondisi sindrom metabolik sering disebut (juga dikenal sebagai Sindrom X, sindrom Reavan, atau CHAOS). Penyebab sekunder tipe 2 Diabetes mellitus adalah: acromegaly,
sindrom
Cushing,
tirotoksikosis,
pheochromocytoma,
pankreatitis kronis, kanker dan obat-obatan. Obat diinduksi hiperglikemia: 1) Antipsikotik atipikal - Alter karakteristik reseptor yang mengikat, yang menyebabkan resistensi insulin meningkat. 58
2) Beta-blocker - Menghambat sekresi insulin. 3) Blocker Saluran Kalsium - Menghambat sekresi insulin oleh campur dengan melepaskan kalsium sitosol. 4) Kortikosteroid - Penyebab resistensi insulin perifer dan gluconeogensis. 5) Fluoroquinolones - Menghambat sekresi insulin oleh memblokir saluran kalium ATP sensitif. 6) Naicin - Mereka menyebabkan resistensi insulin meningkat karena mobilisasi asam lemak bebas meningkat. 7) Fenotiazin - Menghambat sekresi insulin. 8) Protease Inhibitor - Menghambat konversi proinsulin terhadap insulin. 9) Diuretik thiazide - Menghambat sekresi insulin karena hipokalemia. Mereka juga menyebabkan resistensi insulin meningkat karena mobilisasi asam lemak bebas meningkat. Faktor tambahan ditemukan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 meliputi penuaan, diet tinggi lemak dan gaya hidup kurang aktif .
2.2.4
Penyebab DM Tipe II DM tipe 2 ditandai dengan 3 patofisiologi utama, meliputi gangguan sekresi insulin, resistensi insulin perifer, dan produksi glukosa hepatik berlebih. Obesitas sering ditemukan pada penderita DM tipe 2. Adiposit mensekresi sejumlah hormon seperti leptin, TNF-alfa, asam lemak bebas, resistin, dan adiponektin yang memodulasi sekresi insulin, kerja insulin, berat badan, dan berkontribusi terhadap resistensi insulin. Awalnya, toleransi glukosa pada pasien DM tetap normal meskipun terjadi resistensi insulin karena sel beta pankreas mengkompensasi dengan meningkatkan produksi insulin. Seiring dengan meningkatnya resistensi insulin, sel beta pankreas tidak dapat mempertahankan
kondisi
hiperinsulinemia.
IGT
(Impaired
Glucose
Tolerance) ditandai dengan peningkatan kadar glukosa postprandial. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan pasien mengalami diabetes disertai peningkatan kadar glukosa
59
darah puasa. Penanda inflamasi seperti IL-6 dan CRP umumnya meningkat pada diabetes tipe 2. 1. Resistensi Insulin Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan target terutama otot dan liver merupakan gambaran utama DM tipe 2 dan merupakan kombinasi antara faktor genetik dan obesitas. Resistensi insulin bersifat relatif. Tingginya jumlah insulin yang dibutuhkan untuk menormalkan kadar glukosa plasma menandakan penurunan sensitivitas dan respon reseptor insulin. Mekanisme pasti mengenai resistensi insulin pada DM tipe 2 belum diketahui dengan pasti. Penurunan reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot rangka merupakan efek sekunder hiperinsulinemia. 2. Gangguan Sekresi Insulin Etiologi penurunan kapasitas sekresi insulin pada DM tipe 2 masih belum jelas. Defek genetik sekunder diduga meningkatkan resistensi insulin yang memicu kegagalan sel beta pankreas. Pulau polipeptida amiloid atau amylin yang disekresikan oleh sel beta akan membentuk deposit amiloid fibrilar. Deposit ini dapat ditemukan pada pasien yang telah lama menderita DM tipe 2. 3. Peningkatan Produksi Glukosa Hepatik Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada liver merefleksikan kegagalan hiperinsulinemia untuk menghambat glukoneogenesis sehingga terjadi hiperglikemia pada keadaan puasa dan penurunan penyimpanan glikogen oleh liver pada fase postprandial. Peningkatan produksi glukosa hepatik terjadi pada awal sindrom diabetes.
60
2.2.5
Diagnosis Diabetes Standarisasi kriteria bagi penegakkan diagnosis dan klasifikasi DM yang diusulkan oleh The National Diabetes Data Group of the USA (NDDG) dan komite pakar pada WHO menghasilkan keseragaman hingga taraf tertentu bagi berbagai penelitian global terhadp kelai nan metabolik tersebut. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan 75 gram glukosa digunakan untuk membedakan antara DM dan bukan DM Pendataan prevalensi DM di bawah sebenarnya akan terjadi jika kriteria diagnostik yang digunakan adalah kadar glukosa plasma puasa. Pada penelitian populasi The US National Health and Nutrition Examination Survey ( NHANES ) III, angka prevalensi DM yang tidak terdiagnosis adalah 6.34% ketika diagnosis ditegakkan dengan kriteria WHO (yang berdasarkan kadar BSG 2 jam PP), tetapi angka tersebut hanya sebesar 4.4% jika didasarkan pada nilai cut off kadar glukosa darah puasa (FPG, fasting plasma glucose) 126 mg/dl (7.0 mmol/I) atau lebih. Kelompok penelitian the Diabetes Epidemiology : Collaborative Analysis of Diagnostic Criteria in Europe (DECODE) yang menganalisis data dari 16 negara Eropa menemukan adanya angka prevalensi DM dibawah jumlah sebenarnya jika digunakan kriteria FPG dengan koefisien keselarasan (corcodance) hanya sebesar 28% sensitivitas FPG untuk penegakkan diagnosis DM juga rendah pada populasi Asia. Cara penegakkan diagnosis : 1) gejala DM seperti rasa haus serta poliuria dan hasil pemeriksaan glukosa sewaktu >200 mg/dl (11.1 mmol/I) 2) atau FPG (kadar glukosa puasa ) > 126 mg/dl (7.0 mmol/I) 3) atau glukosa plasam 2 jam setelah makan (2 jam PP) > 200 mg/dl selama pelaksanaan TTGO 4) untuk keperluaan skrining pada populasi dapat digunakan kriteria kadar glukosa puasa atau 2 jam pp sesudah pemberian per oral 75 gram glukosa.
61
2.2.6
Pengelolaan DM tipe I Ada 8 langkah yang sebaiknya dilakukan penderita Diabetes Melitus type 2 yaitu : 1) Edukasi: Edukasi diri sendiri (self learning) Penyakit DM relatif tidak bisa sembuh, tetapi komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari. Kunci dalam keberhasilan pengendalian penyakit DM adalah disiplin terhadap diri sendiri. 2) Kontrol kadar glukosa darah: Dengan pengecekan glukosa darah secara rutin di laboratorium. 3) Olah raga teratur: Olah raga sangat penting bagi penderita DM. Olah raga dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan pembakaran glukosa dan peningkatan kadar insulin. 4) Periksa kaki setiap hari: Penderita diabetes harus memeriksa tanda-tanda kerusakan kulit, bisul, atau lecet pada kaki. Area kulit diantara jari kaki juga harus diperhatikan. Penderita diabetes sebaiknya menghindari kegiatan yang bisa merusak kaki. 5) Pengaturan pola makan: Makanan bagi penderita DM harus mengandung unsur yang lengkap seperti; karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral serta kecukupan air. Agar
kebutuhan diet terpenuhi tanpa harus
memberikan pembebanan glukosa secara berlebihan disarankan Anda untuk mengunjungi ahli gizi. 6) Melakukan pemeriksaan mata: Penderita diabetes harus memeriksakan mata secara teratur untuk mendeteksi lebih dini adanya retinopati diabetes. 7) Melakukan pemeriksaan urin: Penderita diabetes harus melakukan pemeriksaan urin secara rutin untuk memeriksa apakah kadar protein (albumin) dalam urin masih normal atau tidak sebagai deteksi dini nefropati diabetes. 8) Terapi pengobatan DM: Sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter Anda.
62
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN i. Hasil dan Pembahasan Pemorsian dilakukan sebanyak 6 kali dalam waktu 2 hari, pemorsian pertama pada hari sabtu siang, pemorsian kedua sabtu sore. pemorsian ketiga minggu pagi, pemorsian keempat dilakukan pada hari minggu siang, pemorsian kelima pada hari minggu sore dan pemorsian keenam dilakukan pada hari senin pagi. Pemorsian pagi pada pukul 06:30 WIB, siang pada pukul 10:30 WIB dan sore pada pukul 15:30 WIB
JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 9 MARET 2019 Waktu
Menu
Bahan
masakan
makanan
Makan
Nasi
Nasi
siang
biasa Ikan nila Ikan nila
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH
19 gr
24.7
0.5
-
5.4
12 gr
9.7
1.4
0.4
-
14 gr
28.8
1.0
2.8
0.2
15 gr
6.7
0.4
0.3
1.0
masak kuning Tahu bb Tahu serai Kacang panjang +
labu
siam bolu
Bolu
35 gr
72.4
1.5
0.7
15.0
Makan
Nasi
Nasi
49 gr
63.7
1.2
0.1
14.0
sore
biasa Ikan peda
6
6.7
1.3
0.1
-
Kcg
7 gr
1.5
-
0.1
0.2
Pepes ikan peda
63
panjang Labu
25 gr
9.7
0.2
0.2
2.2
Tempe
2 gr
4.7
0.2
0.3
0.4
Pisang
Pisang
60 gr
55.2
0.6
0.3
14.0
kepok
kepok
79 gr
102.7
1.9
0.2
22.9
kuning Tempe bacem kukus
kukus Makan
Nasi
Nasi
pagi
biasa
biasa
Tumis
Labu air
8 gr
1.6
0.1
-
0.3
Wortel
22 gr
4.6
0.2
-
0.8
Tahu
4 gr
8.2
0.3
0.8
0.1
Ikan
Ikan
11 gr
22.2
0.2
0.2
22.6
patin
patin
423.1 kalori
11 gram
6.5 gram
99.1
sawi sendok
Tahu goreng kemangi
asam manis Total
gram PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (9 MARET 2019) Zat gizi
Asupan
Kebutuhan
Tingkat Kons.
Interpretasi
Energi
423,1 kkal
1350 kkal
31.3%
Defisit berat
Protein
11 gr
67.5 gr
16.2%
Defisit berat
64
Lemak
6.5 gr
30 gr
21.7%
Defisit berat
Karbohidrat
99.1 gr
202.5 gr
49%
Defisit berat
JUMLAH ASUPAN ZAT GIZI PASIEN TANGGAL 10 MARET 2019 Waktu
Menu
Bahan
masakan
makanan
Nasi
Nasi
siang hari biasa
+ biasa
Makan
Minggu
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH
104 gr
135.2
2.5
0.2
29.7
55 gr
46.1
10.0
0.4
-
Tempe
50 gr
118.5
5.4
7.5
8.8
Wortel
10 gr
2.1
0.1
-
0.4
Kentang
50 gr
46.5
1.0
0.1
10.8
Daun
5 gr
1.1
0.1
-
0.3
ikan haruan masak kuning Ikan haruan Bacem tempe kukus Sayuran
Bawang Minyak
Minyak
-
Pepaya
Pepaya
9 gr
3.5
0.1
-
0.9
Pisang
Pisang
134 gr
123.3
1.3
0.7
31.4
Nasi
Nasi
69 gr
89.7
1.7
0.7
31.4
Sore Hari biasa
biasa
kelapa
rebus Makan
65
Minggu Ikan Nila
Ikan Nila
16 gr
25.6
2.1
1.9
-
Sayuran
Jagung
31 gr
18.3
0.6
0.2
4.3
Wortel
13 gr
2.7
0.1
-
4.3
Daun
5 gr
1.1
0.1
-
0.3
Muda
Bawang Oseng
Tahu
-
Kue
Kue
55 gr
113.8
2.4
1.1
23.6
Nasi
Nasi
28 gr
36.4
0.7
0.1
8.0
Pagi Hari biasa
biasa
764 kalori
28.5
12.9
154.2
gram
gram
gram
tahu
Makan
Senin Sayuran
Kacang
-
panjang Wortel
-
Ikan
Ikan
-
patin
patin
masak kuning Tempe
Tempe
-
bacem Total
PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (10 MARET 2019) Zat gizi
Asupan
Kebutuhan
66
Tingkat Kons.
Interpretasi
Energi
764 kkal
1350 kkal
56.59%
Defisit berat
Protein
28.5 gr
67.5 gr
42.22%
Defisit berat
Lemak
12.9 gr
30 gr
43%
Defisit berat
Karbohidrat
154.2 gr
202.5 gr
76.14%
Defisit sedang
A. Pembahasan Dalam melakukan asuhan gizi terstandar khususnya rumah sakit memberikan pelayanan yang lebih intensif terutama pada pasien rawat inap. Pemenuhan kebutuhan pasien/klien sangat menentukan kesembuhan pasien yang dapat dilihat dari asupan nutrisinya. Pada saat praktek pengambilan kasus di RSUD dr. Doris Sylvanus, saya mendapatkan kasus di ruang penyakit dalam Bougenville dengan pasien yang didiagnosa mengalami Abdominal Pain + SUSP Cholelitiatis dan DM Tipe II. Ny. B masuk rumah sakit pada tanggal 6 maret 2018 dengan keluhan nyeri perut dibagian kiri atas. Saya melakukan skrining pada Ny. B pada hari Jum’at pagi di rumah sakit. Tujuan dilakukannya skrining yaitu untuk mengetahui tingkat keparahan suatu penyakit atau keadaan seorang pasien yang telah di rawat di rumah sakit. Diabetes adalah kondisi kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin, dan didiagnosis dengan mengamayti peningkatan kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah horman yang diproduksi di pankreas; Hal itu diperlukan untuk mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh dimana ia digunakan sebagai energi. Kurangnya atau ketidakefektifan insulin pada seseorang dengan diabetes berarti glukosa tetap bersirkulasi dalam darah. Seirimg waktu, tingginya kadar glukosa dalam darah (dikenal dengan hiperglikemia) menyebabkan kerusakan pad banyak jaringan didalam tubuh yang menyebabkan perkembangan kecacatan dan komplikasi kesehatan yang mengancam nyawaSaya melakukan asuhan gizi selama 2 hari pada Ny. B dari tanggal 9 maret 2019 sampai 11 maret 2019. Dengan proses asuhan gizi sebagai berikut: 67
1. Skrining gizi Ny. B dilakukan skrining awal untuk mengetahui apakah Ny. B mengalami resiko tinggi atau tidak. Skrining gizi di Doris Sylvanus menggunakan Malnutrition Screening Tool-Must. Pada Skrining ini total skor skrining berjumlah 3 dengan kesimpulan risiko sedang yang perlu dilakukan adalah assesmen 3 hari kemudian 2. Antropometri Pada saat melakukan pengukuran antropometri pasien tidak mau disuruh menimbang karena pasien hanya bisa terbaring dikarenakan sakit dibagian perut kiri pasien, sehingga saya menggunakan estimasi LILA dengan nilai 26,5 cm. Sedangkan untuk mendapatkan pengukuran tinggi badan saya menggunakan estimasi tinggi lutut, didapatkan hasil estimasi tinggi badan adalah 150 cm. Status gizi diperoleh dari nilai LILA dengan % LILA 77% termasuk ke dalam kategori gizi kurang dan status gizi di ukur menggunakan IMT maka status gizi pasien Normal 3. Biokimia Hasil laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien pada tanggal 06 maret 2019 ada pemeriksaan WBC = 23,74 x 10^3/uL, RBC 5.33 x 10^3/uL, HGB 14.2 g/dL, PLT 327 x 10^3/uL, GDS 206 mg/dL, ureum 32 dan creatinin 1.56. pada hasil laboratorium pada tanggal 06 maret dapat disimpulkan glukosa darah sewaktu pasien tinggi. Pada tanggal 07/maret/2019 dilakukan lagi pemeriksaan pada GDP dan glukosa 2 jam pasien yang didapatkan hasil GDP 230 mg/dL dan Glukosa 2 jam pasien 291 mg/dL yang berarti glukosa darah pasien masih dalam keadaaan tinggi dan lebih tinggi daripada sebelumnya. Pada tanggal 9 maret 2019 dilakukan lagi pemeriksaaan laboratorium pada glukosa darah sewaktu pasien dan didapatkan hasi 82 mg/dL yang berarti gula darah pasien sangat rendah. 4. Pemeriksaan fisik Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik klinis yaitu keadaan pasien dalam keadaan compos mentis, Kesadaran pasien normal namun tampak lemas dan tekanan darah pasien tinggi.
68
5. Pengobatan Infus NaCl 0.9 % 16 TPM
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Obat untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa yeri ulu hati akibat ulkus atau tukak lambung dan masalah asam lambung tinggi lainnya.
Inj. Lansoprozole 2 x 30 mg
Obat untuk mengobati masalah lambng dan esofagus. Membantu menyembuhkan kerusakan akibat asam lambung baik pada perut maupun kerongkongan, mencegah terbentuk nya tukak lambung dan dapat membantu mencegah ka ker esofagus Metformin adalah obat untuk mengotrol gula darah
Metformin 3 x 500 mg
tinggi. Metformin berkerja dengan mengembalikkan respon tubuh yang tepat terhadp insulin yang diproduksi secara natural.
Glucodex 80 mg 3 x 1
Glucodex adalah obat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus
Inj. Ceftriaxone 2x 1
Obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yaitu dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.
Ranitidine 50 mg
Obat untuk penderita maag akibat peningkatan asam lambung. Cara kerjanya dengan menekan sekresi asam
lambung.
Konsumsi
bersamaan
dengan
makanan atau antacida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorsi ranitidine hingga 33% Ketoroloac 30 mg
Adalah obat untuk mengatasi rasa nyeri. Mulai dari rasa nyeri sedang hingga rasa nyeri berat. Obat ini
69
diberikan berkaitan dengan penyakit Ny. B yaitu abdominal Pain
6. Monitoring dan evaluasi pasien Perkembangan asupan makanan pasien dapat di lihat dari banyaknya pasien mampu menghabiskan makanannya yaitu makanan-makanan dari rumah sakit. Apabila asupan makan pasein tinggi maka keadaan pasien dalam keadaan baik. Apabila asupan makanannya menurun maka keadaan pasien bisa di katakan dalam keadaan kurang baik
Axis Title
80.00% 60.00% 40.00% 20.00%
pemorsian 1 pemorsian 2 pemorsian 1
0.00%
pemorsian 2
Axis Title
Dapat dilihat dari hasil grafik tersebut bahwa asupan makan pasien pada pemorsian 1 dan pemorsian 2 mengalami peningkatan. Peningkatan asupan pasien sangat terlihat pada pemorsian 2 dimana pasien sudah hampir mampu menghabiskan makanan rumah sakit hampir ±50%.
70
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN 1) Ny. B dilakukan skrining awal untuk mengetahui apakah Ny. B mengalami resiko tinggi atau tidak. Skrining gizi di Doris Sylvanus menggunakan Malnutrition Screening Tool-Must. Pada Skrining ini total skor skrining berjumlah 3 dengan kesimpulan risiko sedang yang perlu dilakukan adalah assesmen 3 hari kemudian 2) Pada saat melakukan pengukuran antropometri pasien tidak mau disuruh menimbang karena pasien hanya bisa terbaring dikarenakan sakit dibagian perut kiri pasien, sehingga saya menggunakan estimasi LILA dengan nilai 26,5 cm. Sedangkan untuk mendapatkan pengukuran tinggi badan saya menggunakan estimasi tinggi lutut, didapatkan hasil estimasi tinggi badan adalah 150 cm. Status gizi diperoleh dari nilai LILA dengan % LILA 77% termasuk ke dalam kategori gizi kurang dan status gizi di ukur menggunakan IMT maka status gizi pasien Normal 3) Hasil laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien pada tanggal 06 maret 2019 ada pemeriksaan WBC = 23,74 x 10^3/uL, RBC 5.33 x 10^3/uL, HGB 14.2 g/dL, PLT 327 x 10^3/uL, GDS 206 mg/dL, ureum 32 dan creatinin 1.56. pada hasil laboratorium pada tanggal 06 maret dapat disimpulkan glukosa darah sewaktu pasien tinggi. Pada tanggal 07/maret/2019 dilakukan lagi pemeriksaan pada GDP dan glukosa 2 jam pasien yang didapatkan hasil GDP 230 mg/dL dan Glukosa 2 jam pasien 291 mg/dL yang berarti glukosa darah pasien masih dalam keadaaan tinggi dan lebih tinggi daripada sebelumnya. Pada tanggal 9 maret 2019 dilakukan lagi pemeriksaaan laboratorium pada glukosa darah sewaktu pasien dan didapatkan hasi 82 mg/dL yang berarti gula darah pasien sangat rendah. 4) Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik klinis yaitu keadaan pasien dalam keadaan compos mentis, Kesadaran pasien normal namun tampak lemas dan tekanan darah pasien tinggi. 5) Diet yang diberikan untuk pasien Ny. B adalah diet DM 1300 kalori dan RL (Rendah Lemak) yang berkaitan dengan SUSP Cholelitiatis. 71
B. SARAN Di harapkan kepada mahasiwa agar lebih teliti dalam melakukan posedur asuhan gizi standar di rumah sakit baik dari melakukan skrining gizi, antropometri, menghitung kebutuhan dan pemorsian.
72
DAFTAR PUSTAKA
Diabetes Spectrum (journal) Volume 13 Number 2, 2000, Page 95 Volume 13 Nomor 2, 2000, halaman 95
Mistra. 2004. Jurus melawan Diabetes Melliyus Type 2. Jakarta. Puspa Swara
Fitri Nurmanili S. 2010. Gambaran pengetahuan tentang penderita DM tipe 2 Terhadap penyakit dan Pengelolaan DM tipe 2 di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Medan
Abidin, Zaenal. Health Education Dengan Pendekatan Social Media Reminder Dan Audiovisual Terhadap Kepatuhan Dan Kadar Glukosa Darah Pasien Dm Tipe 2 Di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya. Diss. Universitas Airlangga, 2018. Dewi T, Aswita A, Muhammad S. Kepatuhan Diet Pasien DM Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Di Wilayah Puskesmas Sudiang Raya. Media Gizi Pangan. 2018; 25(1):556. Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi. "Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia." PB. PERKENI (2015). International Diabetes Federation. 2015. IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2015. Brussels: International Diabetes Federation.
73
LAMPIRAN PEMORSIAN I
PEMORSIAN II
PEMORSIAN III
74
PEMORSIAN IV
PEMORSIAN V
PEMORSIAN VI
75