DASAR-DASAR EKOLOGI KELOMPOK 1 PENURUNAN KUALITAS EKOSISTEM “MENYUSURI JEMBATAN KALI CODE”
Disusun Oleh : 1. Yesika Sion K
: 18/424322/PN/15362
2. Dwi Febrini
: 18/424345/PN/15385
3. Istika N
: 18/424350/PN/15390
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019
MENYUSURI JEMBATAN KALI CODE
I.
PENDAHULUAN
Sungai merupakan aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terusmenerus dari hulu menuju hilir. Sungai merupakan salah satu ekosistem yang ada di bumi. Ekosistem sungai berarti segala macam interaksi atau hubungan timbal balik dari makhluk hidup dan juga lingkungannya yang mana meliputi kawasan atau daerah sungai. Ekosistem sungai meliputi disepanjang wilayah daerah aliran sungai, dari hulu sungai, badan sungai, dan juga hilir sungai, bahkan muara sungai. Sungai sebagai salah satu sumber daya air mempunyai manfaat dan peran yang penting dalam kehidupan manusia. Semakin meningkatnya aktivitas pembangunan ekonomi, perubahan tata guna lahan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan tingginya tekanan terhadap lingkungan. Sungai sebagai bagian lingkungan hidup saat ini kondisinya memprihatinkan, terjadi
kecenderungan perubahan ekosistem sungai yang ditunjukkan dengan degradasi kuantitas dan kualitas air (Widodo dkk., 2013). Sebagian besar kerusakan sungai diakibatkan oleh aktivitas manusia yang mengibaratkan sungai sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah gratis. Segala macam limbah dan kotoran dibuang ke sungai tanpa ada pengolahan lebih dahulu. Sungai-sungai yang melewati kota besar pada umumnya kualitas airnya tercemar oleh limbah baik dari industri, rumah tangga, perikanan, dan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dari segi kesehatan sangat berbahaya, karena air sungai masih dipergunakan untuk keperluan sehari-hari baik mandi, mencuci ataupun untuk air minum. Polusi air juga akan mengancam habitat ikan di sungai. Sungai yang tercemar dari segi estetika juga tidak nyaman, selain berwarna hitam, banyak sampah yang terapung, juga baunya menyengat. II.
PEMBAHASAN
Minggu, 3 Maret 2019, kami (Tika, Wiwi, dan Yesika) datang ke daerah sekitar Sungai Code, di Desa Karangtunggal, dengan maksud untuk melihat kondisi Sungai Code yang kami jadikan objek pengamatan terkait tugas Dasar-Dasar Ekologi tentang penurunan kualitas ekosistem. Kami memilih Sungai Code karena di tempat tersebut terjadi penurunan kualitas ekosistem. Dahulunya, air sungai tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari, tapi seiring berjalannya waktu, sungai tersebut menjadi kotor sehingga air sungai tidak dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari lagi. Sungai Code merupakan sungai yang melintasi Kota Yogyakarta dan berdekatan dengan beberapa tempat strategis, seperti Malioboro, Tugu, Kraton, dan lainnya. Hulu Sungai Code berasal dari mata air yang berada di Gunungapi Merapi. Mata air ini dimanfaatkan untuk
pengairan persawahan di Sleman dan Bantul serta dipergunakan juga sebagai sumber air minum, MCK, perikanan, dan lainnya. Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, kawasan Sungai Code pun menjadi sasaran untuk dijadikan daerah permukiman. Akibatnya, permasalahan di daerah aliran Sungai Code pun menjadi sangat kompleks. Mulai terjadinya pencemaran air sungai, penyempitan badan sungai, tingginya erosi dan sedimentasi, hingga berujung pada seringnya terjadi banjir di daerah aliran Sungai Code. Hal tersebut disebabkan padatnya permukiman penduduk di sekitar bantaran Sungai Code yang seharusnya tidak dimanfaatkan sebagai tempat tinggal. Bila kondisi ini terus dibiarkan, maka dampak yang akan dirasakan adalah berubahnya fungsi sungai menjadi kawasan yang tidak tertata dengan baik serta munculnya persoalan sosial dan ekonomi di masyarakat (Widodo dkk,. 2010). Sungai Code menunjukkan kualitas air terburuk, dibandingkan sungai lainnya yang melintas di Kota Yogyakarta, karena bakteri Coliform Tinja terdeteksi paling tinggi dan kandungan oksingen terlarut paling rendah (Widodo dkk., 2013). Pada 3 Maret 2019, di Desa Karangtunggal, kami melakukan wawancara dengan seorang warga bernama Pak Purwanto. Matapencahariannya adalah pedagang kaki lima di sekolahsekolah sedangkan matapencaharian warga di wilayah tersebut kebanyakan menjadi tukang becak. Sebelum gunung merapi gempa, di daerah Sungai Code pernah kebanjiran. Banjir tersebut diakibatkan oleh masyarakat yang senang membuang sampah sembarangan ke sungai dan limpahan sampah dari daerah kota seperti Malioboro. Banjir tesebut menyebabkan kerusakan bangunan milik warga di sekitar Sungai Code. Upaya yang dilakukan warga terkait pencegahan banjir yaitu dengan tidak membuang sampah ke sungai dan sering melakukan gotong royong. Pemerintah juga tururt membantu warga dalam melakukan gotong royong membersihkan Sungai
Code. Sekarang, Sungai Code hanya berfungsi sebagai tempat untuk memancing ikan kemudian ikan tersebut dilepaskan kembali ke sungai, tidak untuk dikonsumsi. Kawasan Sungai Code selain memiliki potensi positif berupa letak yang strategis dalam orientasinya dengan lokasi lain, eksotisme lingkungan yang berpotensi bagi pengembangan ekowisata, juga potensi sosial budaya dan perhatian banyak pihak. Komunitas masyarakat lokal banyak terbentuk dan terorganisasi di setiap penggal kawasan. Perguruan tinggi dan instansi pemerintah juga banyak melakukan program di kawasan Sungai Code. Permasalahan mendasarnya adalah pihak-pihak terkait tersebut belum terkoordinasi secara terpadu dan program penataannya juga belum sistematis (Widodo dkk,. 2010). Kondisi Sungai Code terus mengalami penurunan baik dari segi kualitas maupun kuantitas airnya. Fenomena perubahan fungsi penggunaan sungai dan lahan di sepanjang daerah aliran Sungai Code telah mengurangi daya dukung lingkungannya. Upaya mengatasi permasalahan pencemaran air yang paling efektif adalah mencegah masuknya bahan pencemaran ke dalam badan air. Sebagai langkah awal merumuskan upaya tersebut, informasi tingkat pencemaran, potensi sumber pencemar serta kondisi karakteristik psikologi dan sosial penduduk perlu tersedia secara baik dan komprehensif. Penelitian ini akan menganalisis berdasarkan data-data tersebut guna merumuskan strategi penurunan beban pencemar yang optimal sesuai dengan karateristik penduduk di kawasan Sungai Code (Widodo dkk., 2013).
III.
PENUTUP
Ekosistem sungai mempunyai banyak manfaat bagi makhluk hidup, tempat di mana selalu terjadi hubungan timbal balik antar organisme. Namun jika ekosistem itu sudah tidak seimbang, maka akan terjadi penurunan kualitas ekosistem yang akan merugikan makhluk hidup dalam lingkup tersebut. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, penyusun menyimpulkan bahwa untuk menjaga keseimbangan ekosistem harus dilakukan oleh semua pihak. Diperlukan pendekatan yang komprehensif bagi penanggulangan pencemaran air, agar dapat terbentuk kualitas ekosistem sungai yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Widodo, B., Kasam, Ribut, L., Ike, A. 2013. Strategi penurunan pencemaran limbah domestik di sungai Code DIY. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. 5(1): 36-47. https://www.researchgate.net/publication/309749265_Strategi_Penurunan_Pencemaran_Limbah _Domestik_di_Sungai_Code_DIY Widodo, B., Ribut Lupiyanto, Donan Wijaya. 2010. Pengelolaan kawasan sungai Code berbasis
masyarakat.
Jurnal
Sains
dan
Teknologi
Lingkungan.
2(1):
7-20.
https://www.researchgate.net/publication/309753356_Pengelolaan_Kawasan_Sungai_Code_Ber basis_Masyarakat
LAMPIRAN Dokumentasi survey jembatan kali Code