Bab2bronkiolitis.docx

  • Uploaded by: Dwi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab2bronkiolitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,776
  • Pages: 30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bronkiolitis 1. Definisi a. Bronkiolitis adalah istilah yang digunakan pada mengi (wheezing) yang terjadi pertama kali akibat infeksi virus respiratori. Hal khas yang timbul pada bronkiolitis adalah

peradangan dan pembengkakan pada

bronkiolus sehingga menyebabkan penrnafasan penderita menjadi tidak adekuat (Marcdante dkk, 2018). b. Bronkiolitis merupakan suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering terjadi pada bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada anak usia 6 bulan. Bronkiolitis sebagian besar disebabkan oleh respiratory syncytial virus (50%) (Ngastiyah, 2014). c. Brinkiolitis merupakan inflamasi dan obstruksi bronkiolus yang tersebar luas dan terjadi karena infeksi virus pada jalan napas bagian bawah (Axton dan Fugate, 2014). Berdasrkan pendapat dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV) yang menyebabkan terjadinya peradangan dan sumbatan pada bronkiolus. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak usia kurang dari 2 tahun, dan sering terjadi pada anak usia sekitar 6 bulan.

2. Etiologi Penyebab bronkiolitis menurut Mendri dan Prayogi (2017) : a. Respiratory syncytial virus (RSV). b. Rhinovirus. c. Influenza (flu). d. Human metapneumo virus. e. Adenovirus. f. Coronavirus. g. Parainfluenza. h. Paparan asap rokok. 3. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala bronkiolitis menurut Marcdante dkk (2018) : a. Batuk. b. Rinorea (terdapat sekret pada jalan nafas). c. Mengi. d. Pernafasan berisik (wheezing dan ronchi). e. Demam. f. Gelisah. g. Ekspirasi memanjang. h. Retraksi interkostal pada iga bawah. i. Merintih (grunting). j. Sianosis.

4. Anatomi Fisiologi. Berikut merupakan anatomi fisiologi sistem pernafasan menurut Devi (2017) : a. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalam hidung terdapat bulu bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. b. Faring (Tekak). Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan

perantaraan

lubang

yang

bernama

koana.

Kedepan

berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Kebawah terdapat dua lubang, yaitu kelaring dan ke esofagus. c. Pangakal Tenggorokan (Laring) Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk delam trakea dibawahnya.

d. Batang Tenggorokan (Trakea) Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Bagian dalam trakea dilapisi oleh selpat lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, sel ini hanya bergerak kearah luar saluran pernapasan. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang mausk bersama-sama dengan udara pernapasan. e. Cabanng Tenggorokan (Bronkus) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan terdiri atas 3 lobus yaitu lobus atas, lobus tengah, dan lobus bawah sedangkan lobus kiri teriri atas 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah f. Bronkiolus Merupakan percabangan dari bronkus, berfungsi sebagai jalannya udara dari trakea menuju percabangan yang lebih kecil yaitu alveolus. g. Alveolus Merupakan sekumpulan kantung tang terlatak pada ujungujung percabangan dari bronkiolis. Alveolus terdiri dari beberapa kantung kecil yang disebut dengan alveoli, dalam kantung inilah udara

yang

masuk

saat

proses

inspirasi

akan

berdifusi

dengan

karbondioksida yang terdapat dalam pembuluh darah kapiler. h. Paru Merupakan organ elastis yang berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru-paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih bedar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberpa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. i. Pleura Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi menjadi pleura parietalis yang yang melapisi rongga dada dan pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru.

Gambar 2.1 Anatomi Pernapasan dikembangkan dari Devi (2017). Menurut Rahayu dan Harnanto (2016), terdapat 3 tahapan dalam proses pemenuhan pernapasan yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas. a. Ventilasi Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara di paru sehingga pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan bernapas atau inspirasi dan ekspirasi/ b. Difusi Merupakan proses dimana molekul (gas/partikel lain) bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. O2 dan CO2 berdifusi diantara darah dan alveoli

c. Transportasi Oksigen ditransportasikan dari membrane kapiler alveoli paru ke darah kemuduan ke jaringan dan CO2 ditransportasikan dari jaringan ke paru-paru kembali. 5. Patofisiologi Menurut Axton dan Fugate (2014), organisme virus menginfeksi epitelium bronkiolar yang selanjutnya menyebabkan inflamasi dan edema submukosa. Perubahan ini menyebabkan pembentukan mukus yang mengandung debris selular. Pembentukan mukus yang berlebihan selanjutnya akan mengganggu bersihan jalan napas penderita. Selain mengganggu bersihan jalan napas, mukus yang berlebihan juga akan menyebabkan penderita mengalami anoreksia. Inflamasi, edema, dan sumbat mukus menyebabkan area jalan napas distal yang kecil mengalami obstruksi parsial atau komplet. Bayi dapat memasukkan udara kedalam paru-paru namun sulit mengeluarkannya. Dampak umum yang terlihat karena hal ini adalah fase ekspirasi penderita terlihat lebih panjang dari fase inspirasi, dari sini dapat di muncul masalah ketidakefektifan pola napas. Bila masalah ini tidak tertangani secara tepat bayi dapat mengalami hipoksemia karena terjadi masalah pada proses pertukaran gas. Dampak lain yang muncul akibat proses inflamasi adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh yang mengarah ke hipertermi. Dalam fase ini biasanya bayi akan rewel sehingga pola tidurnya terganggu.

6. Pathway

Gambar 2.2 : Pathway Bronkiolitis Dikembangkan dari Axton dan Fugate (2014)

7. Pemeriksaan Penujang Pemeriksaan penunjang menurut Marcdante dkk (2018) : a. Pemeriksaan radiologi menujukkan hiperekspansi paru, termasuk peningkatan radolusen paru dan penekanan diafragma. b. Pemeriksaan darah Terjadi peningkatan leukosit sebagai respon akan terjadinya infeksi pada saluran pernapasan. c. Saturasi oksigen Harus dilakukan secara berkala untuk memantau sistem kardiorespirasi karena bayi dengan bronkiolitis dapat mengalami gagal napas. d. Uji antigen Biasanya dilakukan uji ELISA (Enzym Linked Immunifluorescent Assay) yang berfungsi untuk mengidentifikasi adanya RSV pada saluran pernapasan, yaitu dengan melakukan pengujian terhadap sekret nasofaringeal. 8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan klien bronkiolitis menurut Marcdante dkk (2018) : a. Pemantauan sistem respirasi. b. Pengendalian demam. c. Penghisapan lendir dari saluran respiratori atas. d. Pengelolaan cairan secra tepat.

e. Intubasi dan ventilator pada klien gagal napas. f. Pemberian antibiotik untuk pengendalian infeksi. 9. Konsep ketidakefektifan bersihan jalan napas pada bronkiolitis a. Definisi Oksigenasi adalah kegiatan memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh (Marni, 2016). Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas (Nanda, 2017). b. Faktor yang mempengaruhi Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi ketodakefektifan bersihan jalan napas menurut Marni (2016) : 1) Faktor fisiologis Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun akan mempengaruhi fungsi pernapasannya. a) Penurunan kapasitas angkut O2, secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk membawa o2 ke jarinagn adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh.

b) Penurunan konsentrasi O2 inspirasi, kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2 lingkungan. c) Hiporvolemia, kondisi ini disebabkan penurunan volume volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan. d) Peningkatan laju metabolik, hal ni dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus. e) Kondisi lainnya, kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas, musculoskeletal, trauma. 2) Status kesehatan Pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan oksigen tubuh. 3) Faktor perkembungan Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi sistem pernapasan individu, dar bayi sampai lansia dapat beresiko mengalami gangguan pernapasan. 4) Faktor perilaku Perilaku keseharian individu berpengaruh terhadap fungsi pernapasannya :

a) Nutrisi, kondisi obesitas dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan penyusutan otot pernapasan. b) Olahraga, latihan fisik akan meningkatkan metabolik, dentyut jantung,

dan

kedalaman

serta

peningkatan

frekuensi

pernapasan. c) Ketergantungan zat adiktif, penggunaan alkohol dan obatobatan yang berlebihan dapat mengganggu proses oksigenasi. d) Emosi, perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkotrol akan merangsang aktivitas saraf simptis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan jantung, dan meningkatkan laju serta kedalaman pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. e) Gaya hidup, kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang. 5) Lingkungan a) Suhu, faktor suhu dapat berpengaruh terrhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O2. b) Ketinggian, orang yang tinggal didataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Hal ini terjadi karena tekanan udara didaerah yang tinggi cenderung lebih rendah.

c) Polusi, polusi udara yang disebabkan oleh asap pabrik, kendaraan dan lain sebagainya menyebabkan jumlah oksigen menjadi berkurang karena terpapar zat-zat polutan. c. Pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada bronkiolitis Berikut merupakan beberapa tindakan keperawatan pada klien dengan pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas menurut Marni (2016) : 1) Teknik relaksasi nafas dalam Teknik ini merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan dimana perawat mengajarkan bagaimana cara melakukan teknik napas dalam yang baik dan benar. Tujuan dari tekik ini adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, memecah

atelaktasis

paru,

meningkatkan

efisiensi

batuk,

mengurangi stress fisik maupaun emosional. 2) Teknik latuhan batuk efektif Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan untuk mengeluarkan sekret saat batuk. Trknik ini bertujuan untuk membersihkan jalan napas dari sekret yang menghalangi proses respirasi. 3) Fisioterapi dada Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural drainage, clapping, dan vibrating pada pasien

gangguan pernapasan. Tindakan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pola pernapasan dan membersihkan jalan napas. 4) Pemberian oksigen Pemberian oksigen dilakukan pada klien yang mengalami kesulitan untuk melakukan pernapasan, sehingga untuk tetap memenuhi kebutuhan oksigen tubuh harus diberikan oksigen tambahan. 5) Teknik pengambilan sputum Tujuan dari teknik ini adalah mengetahui mikroorganisme yang ada dalam saluran pernapasan sehingga nantinya dapat ditegakkan diagnosa yang spesifik. 6) Tindakan nebulizer Merupakan teknik yang dilakukan dengan cara memberikan cairan zat aerosol dalam partikel udara dengan tekanan udara, dan bertujuan untuk memberikan obat melalui nafas spontan pada klien. 7) Teknik penghisapan lender Penghisapan

lender

(suction)

merupakan

tindakan

keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret sendiri. Tindakan ini bertujuan untuk membersihkan jalan napas sehigga proses respirasi tidak terganggu.

B. Asuhan Keperawatan Bronkiolitis dengan Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas 1. Pengkajian Pengakjian

keperawatan

adalah

proses

sistematis

dari

pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien (Potter dan Perry, 2010) a. Identitas klien dan tanggung jawab Pengkajian dilakukan pada klien dan penanggung jawab meliputi nama, alamat, usia, pendidikan serta agama. (Andarmoyo, 2012). b. Keluhan utama Keluhan yang dianggap paling mengganggu klien pada saat proses pengkajian dilakukan. Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Beberapa keluhan utama pada klien dengan pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas diantaranya batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, mengi, serta chest pain (Andarmoyo, 2012) c. Riwayat kesehatan saat ini Pengkajian riwayat penyakit sekarang pada klien yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas dimulai dengan

perawat menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga keluarga klien meminta pertolongan dan dilakukan pengkajian saat itu. Misalnya sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama, dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan tersebut (Andarmoyo, 2012). d. Riwayat kesehatn masa lalu Memberikan informasi mengenai riwayat kesehatn terdahulu klien. Perawat menanyakan pada klien atau keluarga mengenai tindakan medis yang sudah dilakukan sebelumnya sehubungan dengan penyakit yang pernah dialami. (Andarmoyo, 2012) e. Pengakjian pola kesehatan fungsioanal Gordon menurut Riyadi (2009): 1) Pola persepsi – menejemen kesehatan Biasanya orang tua akan menganggap masalah yang dialami klien belum merupakan masalah yang serius, biasanya keluarga akan menganggap anaknya mengalami permasalahan pada saluran pernapasan bila anak tersebut sudah mengalami sesak napas.

2) Pola nutrisi-metabolik Biasanya anak akan mengalami anoeksia, karena terdapat banyak akumulasi sekret pada mulut yang menyebabkan rasa tidak nyaman untuk makan. 3) Pola eliminasi Pada umunya penderita akan mengalami penurunan produksi urine akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena adanya demam. 4) Pola istirahat-tidur Data yang sering muncul adaah anak akan mengalami kesulitan untuk tidur karena sesak napas. 5) Pola aktivitas-latihan Biasanya anak akan mengalami penurunan aktifitas sehubungan dengan masalah yang dialami, anak akn sering rewel dan minta digendong oleh orang tuanya. 6) Pola kognitif-persepsi Penurunan

kognitif

untuk

mengingat

apa

yang

disampaikan biasanya terjadi sesaat akibat oenuran asupan nutrisi serta suplai oksigen ke otak. 7) Pola persepsi-konsep diri Anak lebih sering rewel, dan sering merasa takut pada orang lain.

8) Pola hubungan-peran Anak tampak malas saat diajak berbocara baik dengan teman sebaya atau orang lain. Anak akan lebih sering diam dan berada disekitar orang tuanya. 9) Pola seksualitas-reproduktif pada kondisi sakit dan anak kecil hal ini masih sulit terkaji. 10) Pola toleransi stress-koping Data yang muncul biasanya anak akan sering menangis karena merasa terganggu akan status kesehatannya saat ini. 11) Pola nilai-keyakinan Kaji mengenai tanggapan klien atau keluarga klien terhadap penyakit yang dialmi dalam aspek spiritual. f. Pemeriksaan Fisik 1) Status penampilan kesehatan Biasanya klien nampak lemah 2) Tingkat kesadaran Normal, latergi, srukpor, koma, dan apatis tergantung keparahan penyakit yang dialami. 3) Tanda – tanda vital a) Frekuensi nadi : Takikardi.

b) Frekuensi pernapasan : Takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, cuping hidung. c) Suhu tubuh : hipertermi sebagai akibat dari adanya inflamasi. 4) Berat badan- tinggi badan Anak cenderung akan mengalami penurunan berat badan karean anoreksia. 5) Integumen a) Warna : Pucat sampai sianosis karena terjadi hipoksia. b) Suhu

: Akral hangat karena hipertermi.

c) Turgor : biasanya menurun bila klien mengalami dehidrasi. 6) Thorax dan paru paru a) Inspeksi Kaji mengenai frkuensi, irama, kedalaman serta kelainan kelianan pada proses pernapasan seperti takipnea, dispnea, pernafasan dangkal serta penggunaan otot bantu pernapasan. b) Palpasi Kaji adanya nyeri tekan pada rongga dada, serta kaji mengenai peningkatan vokal fremitus pada daerah yang terkena.

c) Perkusi Kaji mengenai isi dari ringga paru dengan teknik perkusi. Data yang biasanya muncul biasanya pekak bila di dalam paru-paru terdapat cairan. d) Auskultasi Kaji mengenai suara tambahan pada paru-paru klien, data yang sering mincul biasanya adanya wheezing serta ronchi sebagai dampak dari adanya masalah pada sistem pernapasan klien. 2. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) 1) Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi daru saluran pernapasan untuk mempertahan bersihan jalan napas. 2) Batasan karakteristik : a) Tidak ada batuk. b) Suara napas tambahan. c) Perubahan pola napas. d) Perubahan frekuensi napas. e) Sianosis. f) Kesulitan verbalisasi. g) Penurunan bunyi napas.

h) Dispnea. i) Sputum dalam jumlah berlebihan. j) Batuk yang tidak efektif. k) Ortopnea. l) Gelisah. m) Mata terbuka lebar. 3) Faktor yang berhubungan : a) Mukus berlebihan. b) Terpajan asap. c) Benda asing dalam jalan napas. d) Sekresi yang tertahan. e) Perokok pasif. f) Perokok. 4) Kondisi terkait : a) Spasme jalan napas. b) Jalan napas alergik. c) Penyakit paru obstruksi kronik. d) Eksudat dalam alveoli. e) Hiperplasia pada dinding bronkus. f) Infeksi. g) Disfungsi neuromuskular. (Herdman dan Kamitsuru, 2018)

3. Rencana Keperawatan a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) NOC :

1) Status pernapasan : kepatenan jalan napas (0410) a) Frekuensi pernafasan normal. b) Irama pernafasan normal. c) Kedalaman inspirasi normal. d) Kemampuan untuk mengeluarkan secret normal. e) Tidak ada ansietas. f) Tidak ada suara napas tambahan. g) Tidak ada pernapasan cuping hidung. h) Tidak ada dispnea saat istirahat. i) Tidak ada dispnea dengan aktivitas ringan. j) Tidak ada penggunaan otot bantu napas. k) Tidak ada akumulasi sputum. NIC : 1) Manajemen jalan napas (3140) a) Monitor status pernapasan dan oksigenasi. b) Auskultasi suara napas. c) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. d) Posisikan pasien untuk meringankan sesak napas.

e) Lakukan fisioterapi dada. f) Motivasi pasien untuk napas dalam. g) Kelola pemberian bronkodilator. h) Kelola pemberian nebulizer. 2) Monitor pernapasan (3350) a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas. b) Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otototot bantu napas. c) Monitor suara napas tambahan. d) Monitor pola napas abnormal. e) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru. f) Perkusi torak anterior dan posterior. g) Auskultasi suara napas. h) Berikan bantuan terapi napas jika diperlukan seperti nebulizer. (Bulechek, Moorhead, 2016) C. Konsep Tumbuh Kembang 1. Definisi Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan

struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik (Setiyaningrum, 2017). Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urut-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis (Setiyaningrum, 2017). 2. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Setiyaningrum (2017) : a. Motivasi belajar anak. b. Gizi anak. c. Lingkungan pengasuhan. d. Stimulasi. e. Pengetahuan ibu. f. Kesehatan anak. g. Perumahan. h. Sosial ekonomi i. Jumlah saudara. j. Kelompok sebaya k. Keluarga.

3. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak a. Tumbuh kembang infant/ bayi, umur 0-12 bulan

Tabel 2.1 tumbuh kembnag infant/ bayi, umur 0-12 bulan Umur

Fisik

Motorik

1 bulan

Berat badan akan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi badan meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi umur 6 bulan Fontanel posterior sudah menutup

Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan dibantu oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke kanan, reflek menghisap, menelan, menggenggam sudah mulai positif Mengangkat kepala,dada dan berusaha untuk menahannya sendiri dengan tangan, memasukkan tangan ke mulut, mulai berusaha untuk meraih bendabenda yang menarik yang

2-3 bulan

Sensoris

Sosialisasi

Mata Bayi sudah mulai mengikuti tersenyum pada orang sinar ke yang ada disekitarnya tengah

Sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi ke atas dan ke bawah, mulai mendengarkan suara yang didengarnya

Mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa keras, menangis sudah mulai berkurang

4-5 bulan

Berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir, ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan saliva

6-7 bulan

Berat badan meningkat 90150 gram/minggu, tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan,lingkar kepala

ada disekitarnya, bisa di dudukkan dengan posisi punggung disokong, mulai asik bermainmain sendiri dengan tangan dan jarinya Jika didudukkan kepala sudah bisa seimbang dan punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, reflek primitif sudah mulai hilang,berusaha meraih benda sekitar dengan tangannya Bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri, memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya, mengambil mainan dengan tangannya,

Sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada didekatnya, akomodasi mata positif.

Senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun belum pernah dilihatnya/dikenalnya, sudah bisa mengeluarkan suara pertanda tidak senang bila mainan/benda miliknya diambil orang lain

-

Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan orang yang belum dikenalnya bayi akan merasa cemas, sudah dapat menyebut atau mengeluarkan suara em...em...em bayi

8-9 bulan

senang memasukkan kaki ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri Sudah bisa Bayi tertarik duduk dengan dengan bendasendirinya, benda kecil koordinasi yang ada tangan ke mulut disekitarnya sangat sering, bayi mulai tengkurap sendiri dan mulai belajar untuk merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan menggunakan jari-jarinya.

10-12 Berat badan 3 bulan kali berat badan waktu lahir , gigi bagian atas dan bawah sudah tumbuh

Sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar akan dengan menggunakan

Visual acuty 20-50 positif, sudah dapat membedakan bentuk.

biasanya cepat menangis jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat tertawa lagi.

Bayi mengalami stranger anxiety/merasa cemas terhadap hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing) sehingga dia akan menangis dan mendorong serta meronta-ronta, merangkul/memeluk orang yang dicintainya, jika dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi menangis dan tidak senang, mulai mengulang katakata”dada..dada” tetapi belum punya arti. Emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang asing, mulai mengerti akan perintah sederhana, sudah mengerti namanya sendiri,

tangan, , mulai senang mencoret-coret kertas.

sudah bisa menyebut ubi, ummi.

(Ridha, 2014)

b. Tumbuh kembang Todler, umur 1-3 tahun Tabel 2.2 Tumbuh kembang Todler, umur 1-3 tahun Umur

Motorik Kasar

Umur 15 bulan

Umur 18 bulan

Umur 24 bulan

Umur 36 bulan

Motorik Halus

Sudah bisa berjalan Sudah bisa memegangi cangkir, sendiri tanpa bantuan memasukkan jari ke lubang, orang lain membuka kotak, melempar benda Mulai berlari tetapi Sudah bisa makan dengan masih sering jatuh, menggunakan sendok, bisa menarik-narik mainan, membuka halaman buku, belajar mulai senang naik menyusun balok-balok. tangga tetapi masih dengan bantuan Berlari sudah baik, Sudah bisa membuka pintu, dapat naik tangga membuka kunci, menggunting sendiri dengan kedua sederhana, minum dengan kaki tiap tahap menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik Sudah bisa naik turun Bisa cuci tangan sendiri tangga (Ridha, 2014)

c. Tumbuh kembang anak pra sekolah Tabel 2.3 Tumbuh anak kembang pra sekolah Umur

Motorik Kasar

Motorik Halus

Sosial Emosional

Pertumbuhan Fisik

Usia 4 Berjalan tahun berjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala.

Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertical maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancung baju.

-

-

Usia 5 Berjalan mundur tahun sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian

Menulis dengan angkaangka, menulis dengan huruf, menulis dengan katakata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu.

Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul denga teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain

Berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6,75-7,5 cm/tahun.

(Ridha, 2014) d. Tumbuh kembang anak usia sekolah Tabel 2.4 Tumbuh kembang anak usia sekolah

Motorik

Sosial Emosional

Pertumbuhan Fisik

Lebih mampu menggunakan otototot kasar daripada otot-otot halus. Misalnya loncat tali, badminton, bola volley, pada akhir masa sekolah motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan.

Mencari lingkungan yang lebih luas sehingga cenderung sering peri dari rumah hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat berperan untuk membentuk pribadi anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya, sehingga peranan guru sangatlah besar.

Berat badan meningkat 2-3 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6-7 cm/tahun.

(Ridha, 2014) e. Tumbuh kembang anak remaja (Adolescent) Tabel 2.5 Tumbuh kembang anak remaja (Adolescent) Pertumbuhan Fisik

Sosial Emosional

Merupakan tahap pertumbuhan yang sangat pesat, tinggi badan 25%, berat badan 50%, semua system tubuh berubah dan yang paling banyak adalah sistem endokrin, bagian-bagian tubuh tertentu memanjang, misalnya tangan,kaki, proporsi tubuh memanjang.

Kemampuan akan sosialisasi meningkat, relasi dengan teman wanita/pria akan tetapi lebih penting dengan teman yang sejenis, penampilan fisik remaja sangat penting karena mereka supaya diterima oleh kawan dan disamping itu pula persepsi terhadap badannya akan mempengaruhi konsep dirinya, peranan orang tua/keluarga sudah tidak begitu penting tetapi sudah mulai beralih pada teman sebaya. (Ridha, 2014)

More Documents from "Dwi"

Bab2bronkiolitis.docx
May 2020 32
Soal Us.docx
May 2020 34
2.notulen.doc
April 2020 33
1 Konsep Tumbuh Kembang.docx
December 2019 48
Cover Fix.docx
December 2019 61