Kelompok 6 Biologi.docx

  • Uploaded by: jemima wattimena
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 6 Biologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,511
  • Pages: 16
2019

MAKALAH BIOLOGI

XI MIPA 9

KELOMPOK 6 : ARIE KAMAHI DIANNOVA UTARI ISFURIYA WARDANY MARSELINA TAPITU MUHAMMAD POHAN YUDI LORO

SMA NEGERI 3 KUPANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap temanteman atas kerja samanya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kamis , 19 MARET 2019

PENDAHULUAN PEMBAHASAN.

Apa itu Nefritis? Nefritis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan ginjal. Selain jantung, ginjal adalah salah satu organ tubuh yang paling giat bekerja. Setiap harinya, ginjal menyaring sekitar 50 galon darah, 5 galon di antaranya adalah kotoran yang dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Ketika ginjal berfungsi dengan normal, bagian tubuh lainnya akan terus mendapatkan darah “bersih” yang kaya oksigen. Namun, ketika mengalami peradangan, ginjal tidak akan dapat menyaring darah dengan baik. Apabila tidak diobati, ginjal dapat masuk ke masa kritis dan berhenti bekerja. Gagal ginjal merupakan penyakit yang serius, karena kotoran akan tertimbun di dalam darah dan meracuni organ tubuh lainnya.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, pasien harus menjalani cuci darah (dialisis), suatu tindakan yang menggunakan alat untuk menggantikan fungsi ginjal. Namun, pasien tidak akan dapat bertahan hanya dengan dialisis. Nantinya, ginjal harus diganti dengan ginjal yang sehat melalui transplantasi ginjal. Nefritis dibedakan menjadi beberapa jenis. Setiap jenisnya dibedakan berdasarkan pada bagian ginjal yang mengalami nefritis. Tiga bagian utama yang biasanya terkena nefritis adalah glomerulus, tubule, dan jaringan renal interstisial. 





Glomerulonefritis – Penyakit ini adalah peradangan pada pembuluh kapiler kecil di dalam ginjal yang bernama glomerulus, yang berfungsi untuk menyaring darah. Ketika mengalami peradangan, glomerulus tidak akan dapat menyaring darah dengan baik. Nefritis Interstisial – Apabila peradangan tidak mengenai glomerulus, kemungkinan besar peradangan akan terjadi pada bagian di antara nefron yang bernama insterstitium renal, sehingga menyebabkan nefritis interstisial, terkadang dikenal sebagai nefritis tubulointerstisial. Pyelonephritis – Kotoran yang dikeluarkan oleh darah akan dihantarkan ke kandung kemih melalu tabung yang bernama ureter. Pada beberapa kasus, peradangan akan mulai timbul di kandung kemih dan menjalar ke ureter sampai ginjal. Kondisi ini dikenal sebagai pyelonephritis.

Penyebab Nefritis Setiap jenis nefritis memiliki penyebab tersendiri. Sampai saat ini, penyebab pasti dari glomerulonefritis masih belum diketahui. Namun, para dokter dan peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan infeksi, misalnya penyakit sistem kekebalan tubuh, riwayat kanker, abses yang timbul di bagian tubuh lainnya dan menyebar ke ginjal melalui peredaran darah. Penyebab utama pyelonephritis adalah bakteri escherichia coli (e. coli). E. coli ada di usus dan dapat menyebabkan infeksi di ginjal. Selain e. coli, penyebab lain pyelonephritis adalah batu ginjal, penggunaan sistoskop untuk memeriksa bagian dalam kandung kemih, dan operasi pada kandung kemih, ureter, atau ginjal. Nefritis Interstisial kebanyakan disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu. Penyebab lainnya adalah konsumsi obat-obatan dalam jangka panjang dan kadar potasium darah yang rendah. Selain mengetahui penyebab nefritis, hal penting lainnya yang juga harus dilakukan adalah mencari tahu apakah Anda berisiko terkena nefritis. Faktor risiko utama nefritis adalah:

Gejala Utama Nefritis Walaupun nefritis dibedakan menjadi berbagai jenis dan disebabkan oleh berbagai faktor, sebagian besar gejala yang ditimbulkan tidak berbeda. Gejala nefritis yang paling umum adalah:

      

Demam Tekanan darah tinggi Urin yang keruh dan mengandung darah atau nanah {Nyeri perut](https://www.docdoc.com/id/id/info/condition/nyeri-perut) yang menjalar sampai ke bagian ginjal Sering buang air kecil, namun kesulitan setiap buang air kecil Pembengkakan (edema), terutama di ujung atas dan bawah wajah Sering muntah

Gejala-gejala di atas tidak hanya sering terjadi pada semua jenis nefritis, namun juga pada penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Apabila Anda sering mengalami gejala tersebut, Anda harus melakukan konsultasi dengan dokter Anda.

Siapa yang Harus Ditemui & Jenis Pengobatan yang Tersedia Penyedia layanan kesehatan utama Anda adalah orang pertama yang harus Anda temui untuk konsultasi mengenai gejala yang Anda alami. Karena gejala-gejala ini juga terjadi pada berbagai penyakit lainnya, dokter Anda harus melakukan beberapa tes serta memeriksa riwayat kesehatan dan riwayat penyakit keluarga Anda sebelum membuat diagnosis. Apabila dokter Anda mencurigai adanya nefritis atau apabila gejala Anda sangat berkaitan dengan gangguan ginjal, kemungkinan Anda akan dirujuk pada ahli urologi. Ahli urologi akan meminta Anda menjalani tes dan pemeriksaan darah untuk mengonfirmasi keberadaan nefritis atau untuk mengetahui penyebab pasti dari nefritis. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:   

Biopsi ginjal – sampel jaringan ginjal akan diambil dan dipelajari di laboratorium CT Scan – pengambilan gambar yang terperinci dari perut dan panggul Anda untuk membantu dokter mendiagnosis kondisi Anda Tes urin dan darah – adanya bakteri dan infeksi akan menyebabkan hasil tes urin dan darah yang tidak normal

Setelah dokter menentukan adanya nefritis dan telah berhasil mendiagnosis penyebab pasti dari nefritis, Anda akan menjalani pengobatan. Kemungkinan besar, dokter akan mengobati penyebab utama dari nefritis. Apabila penyebabnya tidak dapat diketahui, Anda akan diberi obat-obat tertentu untuk mengobati infeksi ginjal. Obat-obatan yang paling umum digunakan dalam pengobatan infeksi ginjal adalah obat penghilang rasa sakit dan antibiotik. Obat untuk mengatur tekanan darah juga akan diberikan bagi pasien yang memiliki tekanan darah tinggi. Apabila infeksi disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif atau kelainan pada sistem kekebalan tubuh, pasien akan diberi obat penekan sistem kekebalan tubuh, misalnya kortikosteroid. Selain menjalani pengobatan, pasien juga harus melakukan perubahan gaya hidup secara drastis untuk membantu mereka melawan infeksi ginjal. Perubahan tersebut meliputi meningkatkan konsumsi air dan mengurangi konsumsi sodium. Air dapat membantu kinerja ginjal dan menghilangkan kotoran dari darah. Mengurangi sodium dapat mengurangi risiko

penimbunan air, yang dapat menyebabkan komplikasi seperti edema (pembengkakan) pada berbagai bagian tubuh dan wajah.

Hemokromatosis

Hemokromatosis (Hemochromatosis) adalah kondisi dimana tubuh menyerap dan menimbun zat besi secara berlebihan dari makanan yang dikonsumsi. Proses penyerapan dan penimbunan ini berlangsung selama bertahun-tahun dan dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, sendi, pankreas, dan jantung, serta menimbukan kematian jika tidak ditangani.

Hemokromatosis dapat terjadi karena mutasi genetik atau kondisi lain yang memengaruhi penyerapan zat besi oleh tubuh. Gejala biasanya muncul pada usia 30 sampai 60 tahun. Pada wanita, gejala lebih jarang muncul karena zat besi berlebih dapat dikeluarkan secara alami melalui siklus menstruasi atau pada saat melahirkan. Gejala baru muncul ketika wanita memasuki masa menopause.

Gejala Hemokromatosis

Hemokromatosis biasanya tidak langsung menimbulkan gejala. Gejala baru akan muncul setelah penumpukan zat besi mencapai batas tertentu. Gejala-gejalanya antara lain:       

Sering merasa lelah dan lemas. Nyeri sendi. Nyeri perut. Berat badan menurun. Sulit ereksi (bagi pria). Menstruasi tidak lancar atau berhenti (bagi wanita). Sering buang air kecil.

Dalam jangka panjang, penderita dapat mengalami gejala lanjutan seperti:            

Kulit menjadi lebih gelap,dan bersifat permanen. Sering merasa haus dan sering buang air kecil. Pembengkakan pada perut, tangan, hingga kaki. Napas pendek. Nyeri dada. Nyeri hebat dan kaku pada sendi dan jari. Diabetes. Gagal hati. Denyut jantung tidak beraturan (aritmia). Gagal jantung. Penurunan gairah Penyusutan testis.

Penyebab Hemokromatosis

Tubuh memerlukan zat besi untuk memproduksi hemoglobin dalam sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi diserap dari makanan yang dikonsumsi, sesuai kebutuhan. Umumnya hanya 8-10% zat besi dari makanan yang diserap oleh tubuh. Sedangkan pada penderita hemokromatosis, penyerapan zat besi bisa sampai 4 kali lipat dari normal. Selain itu, terdapat juga gangguan pada proses pengangkutan zat besi di dalam tubuh, yang berkaitan dengan kerja hormon hepcidin. Pengangkutan zat besi oleh ferroportin dihambat oleh hepcidin, sehingga zat besi tidak dapat dimetabolisme dan dikeluarkan dari dalam tubuh. Apabila penumpukan zat besi ini terjadi dalam jangka waktu lama, akan mengakibatkan kerusakan fatal pada berbagai organ tubuh. Berdasarkan penyebabnya, penyakit hemokromatosis dikelompokan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.

Hemokromatosis Primer

Hemokromatosis primer disebabkan oleh mutasi gen HFE yang berfungsi mengatur jumlah penyerapan zat besi oleh tubuh. Terdapat 2 jenis mutasi gen HFE, yaitu C282Y dan H63D. Hemokromatosis akan muncul apabila seseorang mewarisi kelainan genetik ini dari kedua orangtuanya (ayah dan ibu), dan pasti akan menurunkan kelainan ini ke anaknya. Sementara apabila seseorang mewarisi kelainan ini hanya dari salah satu orangtua (ayah saja atau ibu saja), maka dia hanya merupakan pembawa sifat (carrier) yang bisa saja tidak menunjukkan gejala apapun, namun berpotensi menurunkan kelainan ini ke anaknya. Ada 2 jenis hemokromatosis primer khusus yang perlu diketahui, yaitu:  

Juvenile hemochromatosis. Kondisi ini disebabkan oleh mutasi gen hemojuvelin, bukan pada gen HFE. Gejala muncul lebih awal, yaitu antara usia 15 sampai 30 tahun. Neonatal hemochromatosis. Penimbunan zat besi yang parah sehingga menyebabkan kerusakan hati pada bayi baru lahir, dan biasanya berujung pada kematian.

Hemokromatosis Sekunder

Dikatakan hemokromatosis sekunder apabila kelainan penyerapan dan penimbunan zat besi dalam tubuh disebabkan oleh adanya faktor atau gangguan lain, seperti:     

Anemia. Sering melakukan transfusi darah (khususnya pada penderita anemia bulan sabit dan talasemia). Dialisis atau cuci darah pada organ hati. Penyakit hati kronis. Terlalu banyak mengonsumsi alkohol.

Risiko terkena hemokromatosis sekunder meningkat jika ada riwayat penyakit diabetes dan jantung dalam keluarga. Selain itu, mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin C dan zat besi dalam jangka watu lama juga dapat meningkatkan penyerapan dan penimbunan zat besi oleh tubuh. Diagnosis Hemokromatosis

Diagnosis hemokromatosis ditegakkan dengan pemeriksaan darah, meliputi pemeriksaan:   

Serum ferritin, untuk mengetahui kadar zat besi dalam organ hati. Serum transferrin saturation, untuk mengetahui kadar zat besi dalam darah. DNA, untuk mengetahui jika ada kelainan genetik yang dapat mengakibatkan hemokromatosis. Pemeriksaan ini biasa dilakukan pada penderita yang dicurigai hemokromatosis primer.

Dapat juga dilakukan pemeriksaan lain untuk memeriksa adanya kerusakan pada organ hati, seperti: 

Pemeriksaan fungsi hati

 

MRI Biopsi hati

Pengobatan Hemokromatosis

Tidak semua jenis hemokromatosis bisa disembuhkan, khususnya hemokromatosis primer. Pengobatan dilakukan untuk menekan gejala agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Beberapa tindakan yang biasa dilakukan dalam kasus hemokromatosis di antaranya adalah: Phlebotomy

Phlebotomy atau vena section adalah pengobatan yang menjadi pilihan utama untuk mengeluarkan zat besi berlebih dari dalam tubuh penderita melalui pengambilan darah. Awalnya pengambilan darah akan dilakukan secara rutin dalam waktu yang cukup dekat, biasanya setiap minggu, sampai kadar zat besi kembali normal. Kemudian pengambilan darah dilakukan dengan interval waktu lebih panjang, misalnya 2 hingga 4 bulan sekali, untuk memastikan kadar zat besi dalam tubuh dalam batas normal. Pada penderita hemokromatosis primer, tindakan ini perlu dilakukan seumur hidup. Terapi khelasi

Khelasi (chelation) biasanya disarankan bagi penderita yang tidak dapat melakukan phlebotomy, misalnya jika memiliki anemia, gangguan pada jantung, atau pembuluh darah kecil. Dalam hal ini, penderita akan diberikan obat yang dapat mengikat dan mengeluarkan zat besi melalui urin dan tinja. Pengaturan pola makan

Penderita diajurkan untuk menghindari makanan atau minuman yang mengandung zat besi, termasuk juga minuman beralkohol. Komplikasi Hemokromatosis

Penyakit hemokromatosis yang tidak diobati dengan tepat dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti:      

Sirosis hati, meningkatkan risiko kanker pada organ hati. Kerusakan pada pankreas, menekan produksi insulin yang dapat mengakibatkan diabetes. Kardiomiopati, kerusakan pada otot jantung yang dapat menyebabkan gagal jantung. Arthritis, kerusakan pada sendi. Perubahan warna kulit, menjadi berwarna perunggu atau abu-abu. Masalah reproduksi, seperti impotensi pada pria dan gangguan siklus menstruasi pada wanita.

Pruritus

Pruritus adalah rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang. Gatal dapat disertai dengan ruam. Gatal dapat terjadi singkat namun dapat pula berat hingga sangat mengganggu penderitanya.

Gatal pada sebagian tubuh umumnya hanya muncul di area tertentu, seperti tangan atau kaki. Selain ruam, gatal juga dapat berbentuk benjolan yang kemerahan, kulit kering yang pecahpecah, dan tekstur yang menyerupai kapalan atau bersisik. Penyebab Pruritus

Pruritus dapat disebabkan oleh gangguan kulit ringan, seperti kulit yang terlalu kering, gigitan serangga, hingga kegatalan yang diakibatkan oleh penyakit gangguan sistemik seperti, diabetes melitus. Penyebab pruritus terbagi menjadi: 

Kondisi kulit

Beberapa gangguan kulit yang dapat berdampak kepada kondisi kulit dan menimbulkan gatal, antara lain eksim, urtikaria atau biduran, dermatitis kontak alergi, psoriasis, folikulitis, ketombe, prurigo, dan inflamasi pada mukosa mulut atau lichen planus. 

Reaksi alergi pada kulit

Benda-benda seperti perhiasan yang mengandung nikel atau kobalt dapat memicu reaksi alergi gatal pada kulit. Karet, lateks, bahan tekstil, wewangian, cat rambut, tanaman seperti serbuk bunga dapat menjadi pemicu pruritus. Begitu juga dengan obat-obatan, seperti aspirin, paparan sinar ultra violet yang berlebihan serta cuaca yang lembap atau panas. 

Sengatan atau gigitan serangga dan parasit

Parasit seperti kutu rambut, cacing kremi, ngengat, kutu loncat, nyamuk, lebah, tawon, kutu busuk, dan parasit trikomoniasis penyebab penyakit menular seksual juga dapat memicu pruritus. 

Infeksi

Pada beberapa penyakit, pruritus adalah salah satu gejala yang mengindikasikan infeksi pada bagian tubuh yang terjangkit. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur kurap dapat memiliki gejala gatal, begitu juga penyakit cacar air. Infeksi jamur pada kaki atau kutu air, infeksi jamur pada area vagina atau penis juga dapat menyebabkan pruritus. 

Kehamilan dan menopause

Ketidakseimbangan hormon yang dialami oleh perempuan yang sedang hamil atau memasuki masa menopause dapat menjadi penyebab munculnya pruritus. Pada perempuan hamil, pruritus umumnya menghilang setelah persalinan. Beberapa kondisi pemicu pruritus pada wanita hamil, antara lain pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy (PUPPP) yang umumnya muncul di area paha dan perut, prurigo gestationis yang umumnya muncul pada area tangan, kaki, dan batang tubuh, serta obstetric cholestasis penyebab gatal tanpa ruam sebagai akibat kelainan yang berdampak kepada hati pasien. 

Kondisi lain

Pruritus juga merupakan gejala dari penyakit-penyakit, seperti hipertiroid, hipotiroid, hemorrhoid, polisitemia, dan anemia sebagai akibat kekurangan zat besi, hepatitis, gagal ginjal kronis, primary biliary cirrhosis atau peradangan saluran empedu, serta kanker jenis tertentu. Kondisi psikologis, seperti gangguan kecemasan atau depresi, juga dapat memicu pruritus. Gejala Pruritus

Selain gejala yang telah disebutkan di atas, pruritus yang berlangsung lebih dari dua minggu sebaiknya segera diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan lebih lanjut. Beberapa gejala lain yang perlu diwaspadai adalah jika pruritus tidak kunjung sembuh setelah melalui penanganan mandiri di rumah, muncul di seluruh badan, dan telah mengganggu aktivitas harian. Pruritus yang mengganggu dapat menyebabkan luka dan

infeksi pada kulit. Pruritus yang berlangsung lama juga dapat memiliki intensitas gatal yang lebih terasa. Diagnosis Pruritus

Diagnosis pruritus dilakukan untuk mengetahui apakah penyebab gatal adalah akibat dari gangguan kulit atau merupakan gejala dari penyakit lain. Pemeriksaan yang mungkin dilakukan dapat berupa mengecek riwayat kesehatan pasien, tes fisik, dan rangkaian tes laboratorium, seperti:   

  

Tes fungsi kelenjar tiroid untuk mengetahui level tiroid. Tes fungsi ginjal dan elektrolit. Tes darah untuk mengetahui kadar gula, zat besi, sel darah merah, dan sel darah putih dan sel darah putih eosinofil, dan di dalam darah. Rangkaian tes yang dilakukan adalah tes darah lengkap, laju endap darah, dan tes kadar serum ferritin. Tes gula darah puasa, dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa setelah puasa semalaman. Tes fungsi hati. Tes kadar fosfat, alkaline fosfatase atau enzim pada tulang dan hati, dan kalsium.

Pengobatan Pruritus

Tindakan pengobatan pruritus diambil berdasarkan hasil tes dan diagnosis dokter. Jika gatal yang dialami pasien merupakan gejala penyakit lain, maka perawatan yang dilakukan akan mengacu pada penanganan penyakit tersebut. Beberapa rekomendasi perawatan juga dapat diterapkan untuk mengurangi gejala pruritus, baik yang disebabkan oleh penyakit sistemik maupun gangguan lain, seperti: 



Pengobatan menggunakan krim kortikosteroid, antihistamin oral, obat penghambat calcineurin, dan antidepresan mungkin diresepkan untuk mengurangi rasa gatal dan reaksi alergi yang mengganggu. Fototerapi dapat dilakukan untuk mengurangi kegatalan yang mengganggu dengan menggunakan paparan sinar ultra violet dan gelombang suara tertentu.

Beberapa pengobatan juga tersedia dalam bentuk losion sehingga akan lebih nyaman digunakan pada bagian tubuh tertentu. Pasien tidak disarankan untuk berkendara atau mengoperasikan mesin berat karena beberapa obat minum dapat menimbulkan rasa kantuk. Untuk meringankan gejala, lakukan beberapa hal yang dijelaskan pada bagian pencegahan. Pencegahan Pruritus

Penderita pruritus dapat mencegah dan mengurangi gejala dengan melakukan perawatan sederhana di rumah. Gunakan bahan atau pakaian yang tidak menyebabkan iritasi kulit. Hindari penggunaan pakaian yang terlalu ketat dan deterjen yang terlalu keras untuk kulit. Jika memungkinkan, kurangi juga frekuensi mandi selama gatal masih berlangsung atau kurangi waktu mandi menjadi tidak lebih dari 20 menit. Air dingin atau air hangat lebih disarankan untuk digunakan bersamaan dengan sabun tidak beraroma yang bisa diperoleh di toko obat atau apotek. Keringkan badan dengan cara menepuknya, begitu pula ketika gatal menyerang. Potong kuku agar Anda tidak melukai kulit jika tanpa sengaja menggaruk area yang terkena pruritus.

Anda juga bisa mengompres area yang gatal menggunakan kain flannel yang dibasahkan dengan air dingin. Untuk sementara, hindari makanan pedas, kafein, dan alkohol berlebih agar pruritus tidak bertambah parah.

Mata Ikan /CLAVUS

Mata ikan, atau biasa dikenal dengan nama clavus, adalah penebalan kulit akibat tekanan dan gesekan yang terjadi berulang kali. Mata ikan biasanya berbentuk bulat berukuran lebih kecil dibanding kapalan, dan memiliki bagian tengah keras yang dikelilingi kulit yang meradang. Penebalan yang berlebihan pada bagian kulit yang berubah menjadi mata ikan juga bisa menimbulkan rasa nyeri. Bagian tubuh yang paling sering terkena mata ikan adalah kaki. Mata ikan lebih banyak menimpa wanita dibanding pria, karena wanita lebih sering menggunakan sepatu yang tertutup dengan ukuran yang tidak nyaman.

Penyebab dan Faktor Risiko Mata Ikan

Pada dasarnya, penyebab munculnya mata ikan adalah tekanan dan gesekan di area kulit yang sama berulang kali. Beberapa hal yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan dan gesekan tersebut adalah: 



 

Pemakaian sepatu yang tidak nyaman. Sepatu yang terlalu sempit serta sepatu berhak tinggi bisa menekan beberapa bagian kaki. Sebaliknya, sepatu yang terlalu longgar pun dapat menyebabkan beberapa bagian kaki bergesekan berulang kali dengan bagian dalam sepatu. Sering menggunakan peralatan atau bermain alat musik dengan tangan. Penebalan pada kulit bisa muncul akibat gesekan kulit tangan dengan sebuah instrumen musik atau perkakas tangan yang kita gunakan sehari-hari. Tanpa kaus kaki. Tidak memakai kaus kaki atau memakai kaus kaki dengan ukuran yang tidak tepat bisa menyebabkan terjadinya gesekan antara kaki dengan alas kaki. Perokok. Bagi orang yang merokok dan memakai pemantik api bisa memiliki mata ikan pada kulit jempol tangannya. Kondisi ini terjadi karena gesekan berulang pada saat menyalakan pemantik sebelum merokok.

Sedangkan di bawah ini adalah beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena mata ikan, yaitu:  

   

Hammertoe. Kelainan atau cacat pada jari kaki yang bengkok dan berbentuk seperti cakar. Tidak menggunakan sarung tangan. Menggunakan alat yang membutuhkan ketrampilan tangan terlalu lama tanpa mengenakan sarung tangan akan mengakibatkan kulit tangan bergesekan dengan alat kerja dan berisiko menyebabkan mata ikan. Bunion. Kondisi di mana muncul penonjolan pada sendi pangkal jempol kaki yang terbentuk dari tulang. Orang dengan kelainan kelenjar keringat. Memiliki bekas luka atau kutil. Kebiasaan berjalan dengan sisi dalam atau sisi luar kaki.

Gejala Mata Ikan

Mata ikan menimbulkan kelainan pada kulit, yaitu penebalan, pengerasan, serta penonjolan pada kulit. Kulit juga dapat menjadi bersisik, kering, atau berminyak. Mata ikan dapat menimbulkan rasa nyeri, terutama bila ditekan. Yang membedakan dengan kapalan adalah timbulnya peradangan dan rasa nyeri pada mata ikan. Diagnosis Mata Ikan

Berikut ini adalah dua cara untuk mendiagnosis mata ikan, yaitu:  

Pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisik akan diketahui penyebab penebalan kulit yang terjadi. Foto Rontgen. Daerah sekitar tempat kulit yang menebal akan diperiksa dengan foto Rontgen untuk melihat perubahan atau kelainan fisik yang bisa mengakibatkan mata ikan.

Pengobatan Mata Ikan

Jika penebalan kulit terdiagnosis sebagai mata ikan, maka ada beberapa langkah pengobatan yang umumnya akan diberikan pada penderita. Beberapa langkah pengobatan umum untuk mata ikan adalah: 



 

Tindakan menipiskan lapisan kulit yang menebal dengan pisau. Prosedur yang dilakukan oleh dokter ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, serta membentuk ulang kulit yang sudah menebal karena gesekan berlebihan. Obat-obatan penghilang mata ikan dan kapalan. Beberapa obat-obatan yang dijual bebas dalam bentuk krim atau salep yang mengandung asam salisilat dapat melunakkan dan mengangkat kulit yang mati. Perlu diingat, orang dengan penyakit arteri perifer, diabetes, dan neuropati perifer sebaiknya menghindari pemakaian asam salisilat karena malah akan merusak kulit atau bahkan saraf. Menggunakan bantalan sepatu yang disesuaikan dengan bentuk kaki penderita. Operasi. Dokter dapat merekomendasikan operasi untuk memperbaiki posisi tulang yang mengakibatkan terjadinya gesekan. Namun tindakan ini jarang dilakukan.

Pencegahan Mata Ikan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya mata ikan, yaitu:    

Memakai sepatu yang nyaman dan dengan ukuran yang sesuai. Membeli sepatu pada saat siang hari ketika kaki berada dalam ukuran terlebar. Mengoleskan krim pelembap khusus kaki. Mengenakan sarung tangan atau kaus kaki agar bagian tubuh dapat terhindar dari gesekan.

Demikian makalah ini kami suguhkan ,di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan . bila ada kesalahan mohon di mengerti dan dapat memberi saran

DAFTAR PUSTAKA Powell, et al. (2016). Haemochromatosis. The Lancet, 388(10045), pp. 706-716. Zoller, H. Henninger, B. (2016). Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment of Hemochromatosis. Digestive Diseases, 34(4), pp. 364-373. Hemochromatosis. What Is Hemochromatosis? NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Haemochromatosis. Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Hemochromatosis. Kahn, A. Healthline (2016). Hemochromatosis. WebMD (2016). Hemoglobin A1c (HbA1c) Test for Diabetes. WebMD (2017). What Is Hemochromatosis? Nowak, D. Yeung, J. (2017). Diagnosis and Treatment of Pruritus. Canadian Family Physician, 63(12), pp. 918-924. Rubenstein, R M. Tivoli, Y A. (2009). Pruritus. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, 2(7), pp. 30-36. DermNet NZ (2016). Pruritus. NHS (2017). Health A-Z. Itchy Skin. Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Itchy Skin (Pruritus). Harding, M. Patient (2016). Itching.

Related Documents

Kelompok 6
November 2019 33
Kelompok 6
December 2019 36
Rpp Kelompok 6.docx
June 2020 21
Kelompok Hepatitis {6}.pptx
December 2019 16

More Documents from "Merin Sport"

Kelompok 6 Biologi.docx
November 2019 6
Pkn Mklh.docx
November 2019 5
June 2020 7
Jgw Lapsus.docx
June 2020 39
Lapsus Jgw Fix.docx
June 2020 20