Karya Tulis Menjadi Guru Adalah Pengabdian.docx

  • Uploaded by: wahyu ningsih
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Karya Tulis Menjadi Guru Adalah Pengabdian.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,559
  • Pages: 27
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com

Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan

MAKALAH

Nama NIP. NUPTK Nama Sekolah

Oleh : H. Suhadi, M.Pd. : 19751019 200003 1 003 : 6351753654200003 : SMPN 4 Amuntai

Dibuat sebagai persyaratan seleksi Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013

SMP NEGERI 4 AMUNTAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Mei 2013 KATA PENGANTAR

BAB I : LATAR BELAKANG A.

MOTIVASI Saat ini profesi guru tengah banyak disorot oleh masyarakat kita dibanding profesi lainnya. Di masyarakat luas, guru telah dianggap sebagai ujung tombak proses pendidikan. Oleh karena itu, baik atau buruk kualitas pendidikan di negeri ini selalu disangkutpautkan terutama dengan guru. Secara formal guru adalah seseorang yang diangkat secara resmi oleh pemerintah atau lembaga swasta. Mereka diangkat dengan sebuah surat keputusan yang memberikan tugas dan fungsi yang melekat padanya di suatu lembaga atau jenjang pendidikan tertentu. Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Tanpa mengabaikan komponen lain seperti peserta didik, kurikulum/program pendidikan, fasilitas dan manajemen, kualitas guru telah ditemukan oleh berbagai studi sebagai faktor yang paling konsisten sangat kuat dalam menentukan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, berbagai upaya telah dilaksanakan pemerintah guna meningkatkan kualitas guru. Salah satu diantaranya adalah Pemilihan Guru Berprestasi. Selain bertujuan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya mewujudkan pendidikan yang bermutu, pemilihan guru berprestasi juga merupakan salah satu program pemerintah sebagai wujud perhatiannya atas prestasi dan dedikasi guru dalam bidang pendidikan. Niat baik pemerintah ini menjadi salah satu faktor yang memotivasi saya mengikuti pemilihan guru berprestasi. Sekalipun saya sangat menyadari, masih banyak kekurangan saya dalam kehidupan ini baik sebagai pribadi maupun sebagai guru. Menyadari hal itu, maka saya bertanya kepada anak saya di rumah, apakah saya pantas menjadi peserta pemilihan guru berprestasi dengan kondisi saya yang masih serba kekurangan. Selain itu, saya juga meminta pandangan dari suami saya. Ternyata mereka sangat mendukung saya. Anak saya mengatakan, “Ummi memang masih punya kekurangan, kan Ummi manusia biasa, tapi … layaklah”. Sementara suami saya berkata, “yah … siapa tahu setelah mengikuti ajang ini, Ummi bisa menjadi lebih baik. ” Dukungan moril dari orang-orang terdekat saya (suami tercinta dan anak-anak tersayang) menjadi motor penggerak yang sangat kuat, karena bagi saya apapun dan berapa besar hasil sekalipun yang saya peroleh tanpa ridha dari anak-anak dan terutama suami tidak akan ada artinya. Bukankah Rasulullah

Muhammad Saw. sudah bersabda, Ridha Allah itu terletak pada ridha suami bagi seorang perempuan yang sudah menikah. Setelah mendapat restu dari anak-anak dan suami, saya lalu bertanya kepada para siswa di sekolah layak tidak saya menyandang gelar guru berprestasi. Spontan para siswa menjawab “bisa bu, layak bu” . Saya tidak puas dengan jawaban itu tanpa alasan. Maka dari mereka ada yang menjawab, “ibu pintar, ibu berwibawa, menyenangkan bu, tidak membosankan bu, metode mengajarnya bervariasi bu, sering menyanyi bu, banyak permainanya bu, materi pelajaran mudah dimengerti bu.” Alhamdulillah. Menjadi guru, adalah cita-cita saya sejak kecil. Hal ini diilhami oleh karena kedua orang tua saya adalah guru dan saya sangat mengagumi serta mengidolakan mereka sebagai orang tua dan sebagai pendidik di rumah tangga, di tempat tugas maupun di masyarakat.. Di rumah saya dididik dan digembleng oleh orang tua untuk tumbuh menjadi manusia yang kompetitif. Sikap itu ditanamkannya sejak saya masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Tempat tidur di rumah yang sangat sederhana disulap menjadi panggung kompetisi. Saya sebenarnya sepuluh bersaudara. Tapi pada saat TK saya masih berdua dengan adik laki-laki saya yang berusia 3 tahun lebih muda dari saya. Setiap malam, Saya versus adik saya ( sekarang sudah dua periode menjadi anggota DPRD Kotamadya Makassar dan sebelumnya juga dua periode menjadi Kepala Sekolah Tingkat Aliyah di salah satu pesantren terkenal di kota Makassar) diadu nyanyi, baca puisi, atau menari di atas panggung sulapan tersebut. Demikian pula di kala sekolah di SD, SMP dan SMA, orang tua tak hentihentinya mendorong agar saya bisa menjadi juara kelas dan berusaha mengikuti berbagai lomba baik dalam bidang akademik maupun non akademik.. Sampai saat inipun kebiasaan Bapak saya (karena ibu sudah tidak ada) tetap selalu memotivasi agar saya tetap bisa berprestasi. Bahkan ketika suatu saat berkunjung ke sekolah saya dan melihat kepala sekolah yang masih sangat muda dia berkomentar: ”Saya lihat kepala sekolahmu masih muda, tua mana kamu atau dia”. Saya jawab,”Dia lebih tua, setahun lebih senior dari saya waktu kuliah, dia juga jurusan bahasa Jerman”. Mungkin mendengar kata bahasa Jerman Bapak saya bertanya bernada memancing : “ kamu, kapan jadi kepala sekolah, kalau saya dulu jadi kepala sekolah setelah 18 tahun menjadi pegawai negeri”. Pertanyaan yang cukup menggelitik, tapi saya yakin ini merupakan satu trik memotivasi anak agar terus berkompetisi.

Bukan hanya Bapak saya yang bertanya seperti itu. Mungkin melihat prestasi dan keaktifan saya di organisasi semasa kuliah, jika bertemu dengan teman-teman semasa saya di kampus maupun di organisasi , mereka sering meledek saya dengan pertanyaan yang sama. Dalam hati saya bertanya : “Mungkinkah ???” Tapi dijawab oleh batin saya sendiri (suara hati yang konon tidak pernah berbohong) “ tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah menghendaki, karena jabatan itu adalah milik-Nya dan akan diberikan-Nya kepada siapa saja yang Ia kehendaki, dan ketika Ia menghendakinya maka tak seorangpun yang akan mampu menahannya. Sebaliknya, jika Ia tak menghendakinya, tak seorang manusiapun yang akan mampu memaksakannya. Oleh sebab itu, manusia tidak perlu berlomba-lomba menghalalkan segala cara hanya sekedar untuk menduduki sebuah jabatan semu itu. Yang patut kita sadari bahwa jabatan itu amanah, dan amanah itu harus dipertanggungjawabkan di dunia maupun di akhirat. Tidak sedikit siksaan yang akan diperoleh bagi orang yang tidak dapat menjalankan amanah dengan baik, apalagi jika menyalahgunakan amanah itu. Makanya, saya tidak pernah berambisi menjadi pejabat serendah apapun, kecuali jika Allah menghendaki hal itu (sudah menjadi suratan takdir, orang tua kita bilang Here na Toto’). Bukankah telah banyak kasus di negeri ini yang menjobloskan para pemegang amanah ke dalam jeruji besi karena menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya ? Itu baru di dunia loh. Guru berprestasi sudah menjadi obsesi saya sejak mendengarkan istilah itu beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, obsesi ini menjadi salah satu icon do’a saya ketika berada di tanah haram saat melaksanakan ibadah haji. Hanya saja, berprestasi yang saya maksudkan dalam untaian do’a itu adalah bagaimana saya bisa menjadi figur yang menjadi tauladan hidup bagi orang-orang yang ada di sekitar saya, apakah itu di kelas, di kantor, dalam rumah tangga dan di lingkungan masyarakat dengan terus berupaya meminimalisir kekurangan dan kekhilafan sebagai manusia biasa. Obsesi tidak akan dapat menjadi kenyataan jika tidak didukung oleh kompetensi. Sebagai seorang professional, guru harus memiliki 4 kompetensi. Kompetensi-kompetensi itu adalah ; kompetensi pedagogic, kompetensi professional, kompetensi kepribadian dan kompetensi social. Komptensi pedagogik saya dibuktikan dengan kemampuan saya mengenal karakteristik siswa secara mendalam serta merancang, menlaksanakan, mengevaluasi dan menganalisis hasil pembelajaran dan pengalaman belajar siswa sesuai hasil refleksi dan evaluasi. Saya juga memahami berbagai teori belajar, teknik dan stratigi, metode dan model-model pembelajaran, sehingga saya dapat menciptan

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) di dalam kelas. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahsa Jerman sebagaimana data yang saya temukan padapenelitian tindakan kelas. Dalam kompetensi professional saya mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi dari dulu. Oleh sebab itu, saya rajin membaca dan bahkan sudah menjadi hobbi. Setiap kali ke took buku saya pasti membeli semua buku yang menyangkut materi bahasa Jerman yang belum saya miliki. Saya juga senang membeli pun buku lain yang dapat meningkatkan kualitas saya sebagai guru. Buku metode didaktik, buku penelitian tindakan kelas, buku berbagai model-model pembelajaran dan lainlain sudah terkoleksi di lemari buku saya di rumah. Setiap mendapatkan buku baru yang belum dipasarkan segera saya fotocopi. Pendek kata untuk buku saya tidak pernah kikir mengeluarkan dana. Toh, guru sudah dapat tunjangan professional. Berdosalah kita jika uang itu hanya digunakan untuk shoping atau berkunjung ke tempat-tempat yang tidak berkaitan dengan pengembangan diri kita sebagai guru professional. beberapa prestasi/kejuaraan yang pernah saya raih sebagai guru. Selain dengan banyak membaca buku, untuk meningkatkan pemahamn konsep dan teori serta pengalaman mengajar saya juga aktiif mengikuti MGMP, seminar dan Diklat di tingkat Kaupaten, propinsi Regional dan Nasional.. Beberapa prestasi/kejuaraan berkaitan dengan tugas gurupun pernah saya raih. Proses pernilahan jodoh yang sesuai syari’at agama, mendapatkan pekerjaan tanpa sogok, mendidik anak-anak dengan baik sejak dini sehingga tumbuh menjadi anak-anak berprestasi bukan hanya dalam aspek kognitif tapi juga dalam ranah psikomotorik dan afektifnya (dan semoga Allah menetapkan mereka sebagai anakanak shaleh hingga akhir hayatnya), Bibir yang selalu tersungging ketika bertemu dengan siapa saja, ketulusan dalam mengerjakan apa saja menurut saya dapat digugu dan ditiru. Dan semua itu merupakan sikap dan karakter seorang guru yang memiliki kompetensi Kepribadian Demikian pula keaktifan dalam berbagai organisasi dari tngkat Desa hingga tingkat Provinsi menurut saya dapat menjadi inspirasi. Kesemuanya itu menggambarkan kalau saya mmemiliki kompetensi sosial. B.

VISI DAN MISI Allah SWT. menciptakan manusia di muka bumi ini mempunyai tujuan yang jelas sebagai mana firman-Nya dalam Al-Qur’an Wamaa khalaqtul jinna wal insa illaa liya’buduun yang artinya “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”. Oleh sebab itu, apapun profesinya manusia harus menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukannya itu merupakan rangkaian

pengabdiannya kepada Sang Khalik yang telah menciptakannya. termasuk profesi sebagai seorang guru. Selain tujuan penciptaan manusia yang harus menjadi acuan dalam menentukan arah hidup kita, guru yang bertugas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus mengejawantahkan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang termaktub dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kejelasan tujuan hidup sepanjang hayat seperti yang difirmankan oleh Allah SWT. serta tuntunan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional mengantar saya merancang visi dan misi dalam hidup dan kehidupan saya sebagai guru. Visi : Visi

saya

sebagai

guru adalah

terwujudnya

iklim

pendidikan di

sekolah yang memberdayakan siswa berkembang menjadi manusia berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Misi : -

-

-

-

Adapun misi saya untuk mencapai visi di atas adalah : Menjadikan pelajaran Bahasa Jerman mampu menginspirasi siswa membangun diri untuk masa depannya sebagai generasi muda bangsa yang tetap berkepribadian bangsa Indonesia. Meyakinkan siswa bahwa bahasa Jerman merupakan sebuah kebutuhan dalam era globalisasi, karena bahasa Jerman adalah salah satu bahasa dunia dan terbanyak digunakan di Eropa. Menjadikan siswa berminat dan merasa senang belajar bahasa Jerman dengan menggunakan media dan metode yang bervariasi. Meraih juara dalam berbagai kegiatan lomba bahasa Jerman seperti Gebyar bahasa Jerman, Deutsch-Wetbewerb, dan Olimpiade Bahasa Jerman di timgkat Kabupaten maupun di tingkat Provinsi. Membangun karakter dan jiwa nasionalisme siswa dengan mengintegrasikan nilainilai Imtaq dan budaya bangsa ke dalam mata pelajaran yang saya ampu.

BAB

II

: PRESTASI YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA SEBAGAI GURU BERPRESTASI A. PRESTASI YANG TELAH DIRAIH Sebelum saya menjabarkan prestasi apa saja yang pernah saya raih selama saya menjadi PNS, saya perlu paparkan bahwa saya adalah alumni IKIP Ujung Pandang Jurusan Bahasa Jerman pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS). Saya masuk di Perguruan Tinggi lewat jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Keterampilan) pada tahun ajaran 1984/1985. Sebenarnya saya ingin kuliah di jurusan Bahasa Inggris, tetapi atas arahan guru bahasa Inggris saya di SMA, saya diminta untuk menjalani saja sampai semester dua, memasuki semester tiga barulah pindah jurusan. Akhirnya saya jalani sesuai petunjuk guru tersebut. Ternyata, setelah menerima semua kartu nilai di semester pertama, saya menmperoleh nilai IPK tertinggi diantara teman-teman seangkatan saya sehingga saya cukup dikenal oleh para dosen dan senior. Mungkin itu menjadi salah satu pertimbangan sehingga saya dipilih menjadi sekretaris pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Pendidikan Bahasa Jerman di saat saya masih duduk di semester 2. Pada liburan semester satu saya tidak pulang kampung sebagaimana temanteman lainnya. Saya mengisi liburan dengan mengikuta Latihan Kepemimpinan yang sejak SMA saya dambakan. Kebetulan pada waktu SMA saya adalah salah seorang pengurus OSIS di sekolah kami yang diwajibkan mengikuti LDK. Pada waktu itu salah seorang pematerinya alumni sekolah saya yang sudah kuliah di UNHAS. Penampilan dan kemampuan berbicaranya membuat saya penasaran menanyakan bagaimana ia bisa seperti itu. Dia menjawab kalau di PT juga terdapat banyak kegiatan Latihan Kepemimpinan. Maka ketika senior saya di kampus menawarkan untuk mengikuti kegiatan itu, saya gembira bukan main tanpa memperdulikan organisasi apa yang melaksanakannya. Beruntung organisasi itu bukan organisasi terlarang, tapi ternyata adalah ortom (organisasi otonom) Muhammadiyah, sebuah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang cukup terkenal di negeri ini. Ortom itu bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah disingkat IMM. Saya cukup puas dengan kegiatan itu, sehingga ketika ada lanjutannya pada liburan semester berikutnya saya ikut lagi. Sampai akhirnya saya mengikuti Latihan Instruktur, Coaching Instruktur dan Latihan Kepemimpinan Khusus Immawati (sebutan untuk kader perempuan) di tingkat Pusat, Jakarta. Keaktifan saya mengikuti semua jenjang perkaderan di IMM, memberikan saya segudang pengalaman; menjadi panitia, Instruktur pada berbagai tingkatan perkaderan, menjadi pimpinan dari tingkat komisariat (Fakultas), Kotamadya hingga

Provinsi. Terakhir saya terpilih sebagai Ketua Bidang Immawati Dewan Pimpinan Daerah IMM Sul-Sel sekaligus merangkap sebagai Ketua Korp Immawati Provinsi Sulawesi Selatan. Di samping aktif di organisasi Ekstrakurikuler ini, saya tetap eksis di Lembaga Kemahasiswaan kampus. Dari sekretaris HMJ saya menjadi Pengurus Senat Mahasiswa hingga beberapa periode. Terakhir saya terpilih sebagai sekretaris umum, tapi saya menolak dan meminta agar ditempatkan sebagai Ketua III Bidang Kesejahteraan yang di dalamnya termasuk keagamaan. Prestasi dan keaktifan saya ini menjadi jembatan saya memperoleh beasiswa Supersemar selama kuliah. Keaktifan saya di IMM membentuk saya berjiwa pejuang, khususnya dalam bidang keagamaan dan keperempuanan. Dengan duduknya saya sebagai ketua bidang kesejahteraan akan membuka peluang bagi saya mewujudkan cita-cita membentuk sebuah organisasi mahasiswa muslimah di tingkat Fakultas sekalipun masih bersifat semi otonom. Saya berharap organisasi ini kelak bisa diakui di tingkat Perguruan Tinggi dengan status sebagaimana unit kegiatan lain seperti Pramuka, Palang Merah dan lain-lain yang sudah ada pada saat itu. Walhasil, organisasi itu terbentuk di bawah kepengurusan kami, dan saya didaulat oleh teman-teman sebagai ketuanya. Alhamdulillah, sampai saat ini organisasi tersebut tetap hidup dan berkembang seiring organisasi kampus lainnya. Keaktifan di organisasi Intra maupun Ekstra Kurikuler semasa mahasiswa menjadi bekal yang sangat berharga untuk menjadi guru berprestasi. Kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual terasah secara seimbang. Kebiasaan mengelola berbagai kegiatan tanpa pamrih membentuk jiwa menjadi pengabdi sejati. Mengelola kelas saat membawakan materi dengan peserta pengkaderan yang heterogen dalam berbagai aspek merupakan hal yang lumrah. Pengalaman-pengalaman berharga di atas ditambah pengalaman dan ilmu yang saya peroleh dalam berbagai pendidikan dan pelatihan selama menjadi guru mengantarkan saya mencapai beberapa prestasi , diantaranya adalah : 1. Juara 1 Lomba Penyusunan RPP Kelas XII IPA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Bahasa Jerman Cabang Bawakaraeng Sulawesi Selatan dalam Lomba Akademik Antar Guru Bahasa Jerman Regional Sulawesi. Lomba ini dilaksanakan di Bulukumba Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal 22 Desember 2007. 2. Juara I Lomba Penyusunan RPP Bahasa Jerman Tingkat SMA pada kegiatan lomba penyusunan RPP SD, SMA, SMA dan sederajat tingkat Nasional yang dilaksanakan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Profesionalisme Guru (BP3G) dengan

Jurusan Geografi Fakultas MIPA UNM pada tanggal 3 Januari 2008 di Gedung Jurusan Geografi FMIPA UNM. 3. Juara I Lomba Penyusunan RPP Bahasa Jerman Tingkat SMA pada kegiatan lomba penyusunan RPP TK, SD, SMA, SMA dan sederajat tingkat Nasional yang dilaksanakan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Profesionalisme Guru (BP3G) dengan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bulukumba pada tanggal 27 Januari 2008 di Gedung Juang 45, Jl. Ahmad Yani Kabupaten Bulukumba. 4. Juara III Kategori Guru SMA pada lomba karya tulis Rencana Aksi Peningkatan Mutu Pendidikan bertajuk “Sekolahku, Masa Depanku” yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Purna Praja kabupaten Sinjai. Lomba ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun 2008. Untuk menentukan pemenang, para finalis diminta mempresentasikan hasil karyanya di depan Bupati Sinjai. 5. Mendapatkan nilai baik dari penilaian teman sejawat sewaktu mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk sertifikasi guru. Nilai yang saya peroleh 82,00. Saya menganggap ini adalah sebuah prestasi yang cukup berarti karena pada umumnya peserta yang lain mendapat nilai yang lebih rendah dari saya, bahkan banyak yang hanya mampu memperoleh nilai 30-an. 6. Peserta terbaik III pada kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Tingkat Dasar (G2) Guru Bahasa Jerman SMA/MA yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bahasa dari tanggal 18 November s.d. 1 Desember 2009 Pola 140 Jam di Local Education Center (LEC) ATHIRAH Jalan Raya Baruga No. 26 Antang Perumahan Bukit Baruga Makassar Sulawesi Selatan. Dalam Pendidikan dan Lathan ini saya memperoleh nilai terbaik dalam bidang metode didaktik yang meliputi materi Kurikulum dan silabus, Telaah Buku Kontakte Deutsch 2 ; Tipologi Latihan dan Keterkaitannya dengan pengajaran komunikatif, Evaluasi Pengajaran dan Perencanaan Pengajaran. Karena itu saya berhak mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Dasar (B1), satu tingkat lebih tinggi dari yang seharusnya. Berdasarkan aturan, peserta Diklat Tingkat Dasar (B1) adalah lulusan Diklat Tingkat Dasar (G3). Diklat Dasar (B1) ini dilaksanakan di PPPPTK Bahasa Jakarta selama 21 hari. 7. Menjadi peserta Ujian Kompetensi Guru (UKG) yang memperoleh nilai tertinggi dalam mata pelajaran Bahasa Jerman di Kabupaten Sinjai. Dalam UKG ini saya memperoleh nilai 62, satu tingkat lebih rendah dari nilai tertinggi se Sulawesi Selatan, yakni 66.

B.

PENGALAMAN KERJA SEBAGAI GURU Masa kerja saya sekarang sudah 16 tahun 3 bulan terhitung sejak diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Saya diangkat menjadi CPNS berdasarkan ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5024/A2/KP/1996 tertanggal 2 Februari 1996. Pengangkatan itu Terhitung Mulai Tanggal 1 Februari 1996 dengan pangkat III/a, NIP 132148902 dan ditugaskan sebagai guru pada SMA Negeri 1 Sabbang Kabupaten Luwu. Waktu itu Luwu belum dimekarkan menjadi beberapa kabupaten. Pada waktu itu SMA Negeri 1 Sabbang baru dibuka. Artinya, sekolah itu baru menerima siswa pada tahun ajaran 1995/1996. Itupun hanya ada 3 kelas. Kepala sekolahnya juga belum definitif. Kepala sekolah yang menjabat pada saat itu sebenarnya adalah Kepal SMA Negeri 1 Masamba. Gurunya terdiri dari beberapa guru baru yang SK-nya lebih duluan terbit dari saya ditambah guru-guru honor. Karena sekolah baru, maka berdasarkan kurikulum yang berlaku pada saat itu, Guru mata pelajaran Bahasa Jerman belum dibutuhkan. Oleh karena itu, Pejabat Kepala Sekolah menawarkan kepada saya untuk diusulkan menjadi Bendahara Sekolah yang ketika itu belum juga ada pejabat definitifnya. Menurut Kepala sekolah, menjadi Bendahara sangat bagus karena SK dan tunjangannya langsung dari pusat. Tapi seperti yang telah saya ungkapkan di atas bahwa guru sudah menjadi cita-cita saya sejak kecil, maka tawaran itu saya tidak terima. Hingga ulangan Catur Wulan ke-3 di semester 2 TahunPelajaran 1996/1997 saya tidak pernah mengajar di kelas, saya hanya mengerjakan tugas-tugas lain seperti menjadi seksi konsumsi pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Komite Sekolah, Sekolah ataupun Siswa. Kenyataan itu membawa saya melapor kepada Kepala Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu yang kala itu dijabat oleh Drs. Burhanuddin Kadir. Saya sampaikan bahwa keberadaan saya di SMAN 1 Sabbang sangat tidak efektif dan memohon diperbantukan di SMAN 1 Belopa Kabupaten Luwu tempat suami saya mengajar. Gayungpun bersambut, saya diminta agar mengurus rekomendasi baik dari Kepala sekolah asal maupun Kepala Sekolah tujuan yang akan dijadikan rujukan oleh Kepala Kantor Dinas Pendidikan untuk membuat Surat Tugas. Akhirnya saya diperbantukan di SMUN 1 Belopa. Saya belum bisa dipindahkan secara definitif karena saat itu saya masih berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil . Untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) kita harus mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan terlebih dahulu. Sebenarnya ada Diklat Prajabatan sewaktu saya masih di Sabbang, tetapi saya tidak

bisa ikut karena saya sedang hamil tua, sementara Diklat itu dilaksanakan di Pakkatto selama sebulan dalam bentuk Latihan Militer. Pada tanggal 6 Oktober s.d 4 Nopember 1997 saya mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan di Pakkatto Gowa. Markas ini merupakan pusat pendidikan dan pelatihan para tentara. Ada yang seru pada saat kami prajabatan. Pada acara pembukaan diadakan pemasangan atribut kepada peserta secara simbolis. Satu orang mewakili putra dan satu orang mewakili putri. Serunya, saya ditunjuk mewakili peserta putri dan suami saya mewakili peserta putra, padahal mereka tidak tahu kalau kami suami istri. Barulah ketahuan ketika suami saya dihukum jalan jongkok sambil tangan memegang kepala, mengelilingi lapangan di siang bolong dengan kepala botak. Kelihatan lucu, tapi sebagai istri saya tidak tahan melihatnya. Rasa iba dan kasih sayang saya kepada suami membuat air mata saya mengalir tak tertahan dan sempat dilihat oleh komandan. Karena penasaran komandan bertanya mengapa saya menangis. Rekan-rekan yang mengenal kami memberi tahu kalau saya istri peserta yang dihukum. Malam harinya kami berdua diperintahkan naik ke panggung. Di panggung kami terus dikerjain dan disuruh menyanyi. Setelah mengikuti prajabatan dan dinyatakan lulus, akhirnya saya diangkat menjadi PNS berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : ooo66/I06.D1/C.41/98 Terhitung Mulai Tanggal 1 Pebruari 1998 dengan status masih diperbantukan di SMA Negeri 1 Belopa. Tempat tugas sesuai SK masih di SMA Negeri 1 Sabbang. Terhitung Mulai Tanggal 1 Juni 1998 barulah saya resmi bertugas di SMU Negeri 1 Belopa berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : 01422/I06.DI/C.45/98. Sebenarnya di SMU Negeri 1 Belopa juga tidak dibutuhkan guru bahasa Jerma. Bahasa Jerman hanya dipelajari oleh siswa jurusan Bahasa, sementara di sekolah tersebut tidak ada jurusan bahasa. Tapi sekolah ini lumayan besar, terdapat 27 kelas dengan rata-rata siswa per kelas 45 orang. Makanya, saya diminta untuk mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia karena guru bahasa Indonesia kurang. Sayapun terpaksa harus belajar dari Kurikulum dan silabus hingga materi pelajaran. Sifat rasa ingin tahu dan hobi membaca yang sudah terasah sejak lama membuat saya tidak terlalu kesulitan. Beruntung juga saya dulu di SMA memilih jurusan bahasa yang banyak membekali saya dengan ilmu sastra. Semasa SMA hampir setiap minggu kami diminta untuk mendiskusikan karya-karya sastra dari para penulis ternama. Kebanyakan mendiskusikan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah Novel, Roman atau Cerpen dan memparafrasekan Puisi. Dan saya cukup terkesan, karena pada umumnya saya yang memimpin diskusi.

Pengalaman di organisasi Intra maupun Ekstrakurikuler semasa kuliah juga sangat membantu. Seringnya saya membawakan materi Persidangan, Retorika, Kepemimpinan, Administrasi dan materi-materi lainnya selama aktif di IMM serta sekali-sekali membawakan ceramah agama di masjid atau di kelompok-kelompok pengajian membuat saya tidak terlalu bermasalah dalam mengajarkan materi bahasa Indonesia sesuai tuntutan kurikulum. Saya juga sering ikut lomba pidato, menulis makalah, membaca Puisi, membawakan renungan/Istighfar, membaca sari tilawah Al-Qur’an dan termasuk bisa sedikit melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan Tilawah pada malam pembaiatan peserta pengkaderan ataupun pada kegiatan lain. Hal itu sangat membantu saya dalam menjalankan tugas ini. Kemampuan mengelola kelas merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang guru. Sepintar apapun guru, jika tidak mampu mengelola kelas dengan baik, maka mimpi untuk meningkatkan mutu pelajaran sulit terwujud. Lagi-lagi pengalaman di organisasi mengelola kelas pada kegiatan pengkaderan yang pesertanya sangat heterogen baik dari segi usia, pengetahuan, tingkat ekonomi, jenis kelamin dan lain sebagainya sangat berarti. Ada satu pengalaman menarik saya mengenai penggunaan metode pembelajaran di kelas guna meningkatkan mutu siswa lewat pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap kelas saya bagi menjadi 4 kelompok yang anggotanya heterogen. Kelompok tersebut bertugas membuat makalah sesuai bahan ajar yang ditugaskan. Di dalam kelompok mereka secara bergantian memimpin diskusi dan berlatih bertanya dan menjawab pertanyaan. Setiap siswa dalam kelompok saya wajibkan untuk berbicara, apakah itu bertanya atau menjawab pertanyaan. Pada tahap awal saya menggunakan metode itu, masih banyak yang belum bisa berbicara sama sekali, maka saya arahkan agar tetap berlatih sekalipun hanya mengucap salam dan menyampaikan kalau untuk sementara belum ada yang bisa disampaikan atau menyatakan sependapat/tidak sependapat dengan seseorang. Akhirnya, pada tahaptahap berikutnya mereka sudah berani berdiri untuk berbicara sekalipun hanya sekedar menyampaikan seperti yang saya sebutkan di atas. Hal ini sangat sederhana, tapi bermanfaat bagi siswa. Menurut pengamatan saya, banyak siswa yang tidak pernah mendapat kesempatan berbicara di depan teman-temannya satu dua patah sekalipun karena tidak diberikan kesempatan untuk berlatih. Dengan metode itu, tidak seorangpun siswa yang lolos untuk tidak berbicara. Selain itu, saya juga mewajibkan setiap siswa untuk membuat papan kreasi kelas (istilah untuk majalah dinding di kelas). Tujuannya adalah agar kreatifitas siswa di kelas itu dapat dikembangkan. Isinya berupa gambar, karikatur, profil guru

atau siswa, puisi dan tulisan apa saja yang bermanfaat, termasuk tugas-tugas terbaik siswa di pajang di sana. Sebagai bentuk penghargaan terhadap hasil kreasi siswa, maka setiap semester papan kreasi itu saya nilai sekaligus juga menjadi salah satu kriteria dalam penilaian keindahan dan kelengkapan kelas. Yang paling membanggakan saya ketika mengajar di sana adalah lahirnya 3 buah antologi puisi yang ditulis oleh siswa saya, bernama Taufiq dengan gaya bahasa yang demikian indah dan penuh makna. Kemampuan menulisnya mulai tumbuh saat saya memperkenalkan jenis-jenis puisi berdasarkan isinya, lalu saya minta para siswa memilih salah satu bentuk puisi tersebut. Untuk mendapatkan inspirasi saya meminta siswa menuju ke taman sekolah dan mengambil tempat yang ia sukai. Ternyata setelah itu, ia terus menorehkan tinta menuliskan hasil imajinasinya dalam berbagai bentuk puisi. Setelah 6 tahun menjalankan tugas di SMA Negeri 1 Belopa, atas permohonan sendiri saya pindah ke Kabupaten Sinjai mengikuti suami yang sudah pindah setahun sebelumnya. Suami saya kebetulan berasal dari Sinjai. Pada waktu itu, otonomi daerah sudah berlaku sehingga SK Mutasi ditandatangani oleh Gubernur Sulawesi Selatan. SK Nomor : 824.3 – 342 itu berlaku pada tanggal 01 – 04- 2003. Dalam SK tersebut tidak tercantum sekolah yang dituju. Atas perintah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai Nomor : 824/I630/DP/2003, demi kepentingan dinas untuk sementara saya ditempatkan pada SMU Negeri 1 Sinjai Kabupaten Sinjai sambil menunggu SK. SK definitif dari Bupati Sinjai baru terbit pada tanggal 5 April 2005 bernomor : 820 – 008. SMU Negeri 1 Sinjai mempunyai jurusan bahasa di kelas 2 dan 3. Tapi saya tetap diberi tugas mengajar bahasa Indonesia berdasarkan pengalaman mengajar sebelumnya. Mata pelajaran bahasa Jerman diampu oleh Drs. Muhannis. Dia juga alumni IKIP Ujung Pandang jurusan bahasa Jerman. Saya mengajarkan bahasa Indonesia dari tahun 2003 hingga 2005. Selain mengajar bahasa Indonesia, saya juga pernah mengajarkan mata pelajaran TIK. Pada waktu itu masih kurang guru yang dapat mengoperasikan komputer. Saya memiliki komputer sejak masih bertugas di Luwu, sehingga mempunyai sedikit ilmu tentang komputer. Ilmu itu sempat juga saya amalkan kepada beberapa siswa SMU Negeri 1 Belopa yang meminta saya untuk memberikan les komputer pada sore hari semasa bertugas di sana. Sejak berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bahasa Jerman tidak hanya diajarkan pada Program Bahasa. Mata pelajaran ini menjadi salah satu mata pelajaran pilihan di Program IPA dan IPS. Dengan demikian jam belajar

Bahasa Jerman bertambah. Sayapun kembali ke habitat semula, mengampu mata pelajaran bahasa Jerman. Bertahun-tahun tidak pernah mengajarkan bahasa Jerman lagi menyebabkan ilmu saya semakin berkurang. Maka kembali seperti waktu pertama kali saya diminta mengajarkan bahasa Indonesia. Saya pelajari kurikulumnya. Saya mengikuti MGMP untuk memperbaharui kembali pengetahuan saya. Karena seperti itulah ilmu, jika tidak diamalkan dan tidak secara terus-menerus kita perbaharui dan dicerahkan maka sedikit demi sedikit akan tertelan oleh masa. Ikatan Guru Bahasa Jerman (IGBJI) sangat membantu lewat berbagai programnya. Setiap tahun ada seminar tentang pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Guru ditantang untuk meningkatkan mutu lewat berbagai jenis lomba akademik; menyusun RPP, menulis puisi bahasa jerman, menyusun LKS dan lain-lain. Keaktifan di IGBJI mengantar saya bisa menikmati berbagai pelatihan di tingkat provinsi maupun di tingkat nasional. Pendidikan dan Pelatihan itu ternyata tidak sia-sia. Pelajaran dan pengalaman dalam bidang pendalaman materi bahasa Jerman dan metode didaktik telah membentuk saya menjadi guru yang efektif dan menyenangkan. Ini menurut para siswa. Ketika saya meminta mereka berkomentar mengenai pengalaman belajar mereka sebagai bentuk refleksi pada akhir pembelajaran, pada umumnya siswa mengatakan kalau belajar bahasa Jerman itu menyenangkan dan mudah dipahami. Suasana pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAIKEM) terus saya upayakan terlaksana selama proses pembelajaran berlangsung. Model tempat duduk konvensional yang monoton saya jadikan masa lalu. Tempat duduk berubah setiap dibutuhkan sesuai karakteristik materi pelajaran. Menurut beberapa guru ‘susah, membutuhkan banyak waktu”. Tapi ternyata tidak, jika siswa sudah terbiasa, maka begitu ada instruksi, siswa akan segera mengorganisasikan dirinya dan pembelajaranpun akan segera berlangsung. Kadang memang gaduh, tapi itulah proses yang membutuhkan kreatifitas seorang guru untuk segera menyelesaikannya. Untuk itu, kadang saya bermimpi sekolah menganut sistim Moving Class. Kebanyakan saya menggunakan metode pembelajaran koperatif. Siswa dikelompokkan secara heterogen. Kelompok kadang berdua, bertiga, berempat, berlima atau berenam, tergantung dari tujuan dan sasaran pembelajaran sesuai kompetensi yang hendak dicapai. Berbagai media juga digunakan, saya sesuaikan dengan tujuan, amteri dan perkembangan siswa. Dalam pembelajaran saya lebih banyak hanya berfungsi sebagai fasilitator. Sesekali saja saya memberikan

penjelasan jika dibutuhkan siswa. Konselor sebaya selalu saya manfaatkan untuk membantu temannya yang lambat memahami materi atau tugas-tugas pelajaran. Saya tidak memakai istilah bodoh, karena di dunia ini setiap yang pandai bisa menjadi bodoh dan yang bodoh bisa menjadi pandai. Perkataan ‘bodoh’ akan menyebabkan siswa merasa tidak dihargai, padahal salah satu kunci keberhasilan pendidikan itu tergantung pada penghargaan guru kepada siswanya Senyum adalah anugrah Tuhan bagi setiap manusia yang mengandung cahaya kebaikan dan kesucian, membawa kedamaian bagi yang melihat, dan menumbuhkan welas asih bagi yang memberi. Maka tersenyumlah kepada semua orang. Peringatan ini menjadikan saya berusaha untuk senantiasa tersenyum kepada siapa saja, termasuk kepada siswa. Jangan karena menjaga image sehingga senyum menjadi mahal buat anak didik. Dalam pembelajaran kemampuan kognitif saya pacu seiring kemampuan psikomotorik dan afektif. Kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, motivasi serta etos kerja yang tinggi terus dibangun. Dengan profesi guru yang saya jalankan itu saya berharap, di akhir hayat saya bisa khusnul khatimah dan menjadi salah satu penduduk syurga-Nya Allah Sang Pemilik yang ada di langit dan di bumi beserta segala isinya. Olehnya itu, pekerjaan ini saya berusaha jalankan sebagai bagian dari pengabdian saya kepada Allah SWT, dengan niat Lillaahi Ta’ala. Sehingga walaupun materi pelajaran bahasa Jerman yang saya ajarkan, namun di setiap pertemuan pasti ada nilai religius yang saya selipkan di dalamnya. Saya juga selalu mengarahkan siswa agar menjadikan setiap aktifitas itu sebagai bagian dari ibadahnya kepada Allah SWT. Jangan berbuat termasuk belajar hanya sekedar untuk mengejar nilai tinggi, tetapi berniat ikhlas demi membangun dirinya mencapai masa depan gemilang dunia akhirat. Doktrin itu ternyata membuat siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dan selalu mengontrol tingkah lakunya, terutama jika berhadapan dengan kita, gurunya. C.

PRESTASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI Selama menjadi guru saya telah menulis beberapa karya pengembangan profesi, yaitu : 1. Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Kualitas Guru SMU Negeri 1 Belopa (Hasil Penelitian), tahun 1999. 2. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman Siswa SMA dengan Metode Pembelajaran Koperatif (Makalah Pendamping). Tahun 2007

3. Mengembangkan Kemampuan Bekerjasama Siswa SMA pada Mata Pelajaran Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Koperatif (Tugas Akhir), tahun 2007 4. Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Sinjai Melalui Pemberdayaan Zakat Orang Tua Siswa SMA/Sederajat (Makalah), tahun 2008. 5. Puisi versi Bahasa Jerman dan Terjemahannya dalam bentuk puisi berjudul Wiederanlagen (Kembali Fitrah), tahun 2009. 6. Bahan Ajar Bahasa Jerman SMA Kelas XII IPA/IPS Semester 1, tahun 2010. D.

PRESTASI DALAM PEMBIMBINGAN SISWA Sekalipun bahasa Indonesia bukan bidang ilmu saya sesuai ijazah , tapi di SMU Negeri 1 Belopa saya selalu dipercayakan untuk membimbing siswa ketika akan mengikuti lomba, baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi. Beberapa diantaranya yang masih saya ingat adalah :

1. Juara 1 Pidato Bahasa Indonesia di Tingkat Kabupaten dan menjadi wakil siswa untuk mengikuti Lomba Pidato pada tingkat provinsi. 2. Juara II Karya Tulis tentang Bahasa Daerah dalam rangka hari Bahasa yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Sulawesi Selatan. Selain membimbing dalam bidang tugas utama, saya juga banyak berperan dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa. Salah satu yang paling berkesan adalah pelaksanaan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDK). Selama ini LDK dilaksanakan sesuai Petunjuk Pelaksanaan yang telah ada. Bermodal pertemanan dengan beberapa kader IMM di Kabupaten Luwu, maka saya bersama suami saya menawarkan model LDK yang diformat sebagaimana pelaksanaan pengkaderan di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM). Format tersebut ternyata disetujui oleh Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah serta guru-guru lain yang terlibat dalam kegiatan tersebut. LDK dilaksanakan selama 3 hari secara konsinyering. Instruktur didatangkan dari kader-kader IRM dan IMM, sehingga LDK itu benar-benar dapat terkelola dengan baik. Silabusnya dipadukan antara materi pokok dan materi keagamaan. Saya salah satu diantara pematerinya. Walhasil, luaran LDK itu membuat para orang tua siswa menjadi terpesona. Muncullah salah satu tokoh masyarakat yang juga adalah Ketua Komite Orang Tua Siswa pada saat itu menyampaikan kepada Kepala Sekolah agar program itu diteruskan dan dananya disiapkan oleh Komite sekolah. Menurutnya, kegiatan itu telah mampu merubah karakter siswa dalam jangka waktu yang cukup singkat, sebuah modal besar bagi generasi muda harapan bangsa. Maka sejak itu, LDK_LDK berikutnya dirancang seperti yang disebutkan di atas.

Pada waktu itu komputer masih merupakan barang langka. Di sekolah juga belum ada. Oleh karena itu banyak siswa yang meminta agar saya memberikan les komputer pada sore hari. Meskipun ilmu yang saya miliki masih sangat kurang, tapi saya berusaha memenuhi permintaan siswa dengan mengajarkan sedikit yang saya tahu. Untuk membantu, saya membeli buku komputer yang bisa dijadikan pedoman bagi siswa untuk berlatih. Setelah pindah ke SMA Negeri 1 Sinjai, kegiatan membimbing siswa baru saya jalani setelah mengajarkan kembali bahasa Jerman. Seperti saya sebutkan sebelumnya bahwa Ikatan Guru Bahasa Jerman aktif melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan minat serta kualitas baik untuk guru maupun siswa. Gebyar bahasa Jerman merupakan kegiatan akbar tahunan yang pesertanya berasal dari Sul-Sel, Sultra dan Sul-Bar. Dalam event ini terdapat berbagai jenis lomba. Ada lomba utama dan hiburan. Lomba utamanya meliputi, lomba cepat tepat, berbicara, menulis surat, tata bahasa, kosa kata, peta buta, melukis. Sedangkan lomba hiburannya dikelompokkan sesuai jenis hiburannya, misalnya, tari, cerita rakyat, menyanyi dan lain-lain. Dari sekian jenis lomba banyak sekali juara yang telah diraih oleh SMA Negeri 1 Sinjai. Yang terbaik adalah ketika siswa SMA Negeri 1 Sinjai menjadi juara 1 Lomba cepat tepat pada tahun 2010. Padahal diantara lawannya ada siswa peserta olimpiade bahasa Jerman tingkat nasional. Saya juga kadang membawakan materi pada acara Latihan Dasar Kepemimpinan yang dilaksanakan oleh OSIS SMA Negeri 1 Sinjai. Demikian pula di sekolah lain, diantaranya di SMA Negeri 1 Sinjai Timur. Materi yang diberikan kepada saya Kepemimpinan atau Retorika. Pada beberapa kegiatan Mahasiswa di Sinjai saya sering diminta membawakan materi, seperti akhlak, keluarga sakinah, kerumahtanggaan dan lain-lain. Adalah manusiawi jika sebuah prestasi membuat kita bangga. Bangga karena upaya yang telah dilakukan mendapatkan perhatian. Pekerjaan guru sepatutnya memang menjadi kebanggaan, apalagi kalau sudah berstatus sebagai guru berprestasi. Tidak semua guru mendapatkan kesempatan untuk meraih gelar itu. Dan yang paling penting bahwa guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sederet pekerjaan yang tidak akan mampu dilakukan tanpa jiwa pengabdian. Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, guru tidak hanya dituntut memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang kokoh sehingga dapat menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga, maupun

masyarakat. Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan nasional, maka kedudukan dan peran guru semakin strategis untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas dalam menghadapi era global. Era global menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional. Olehnya itu guru harus mampu mengilhami siswa agar dapat membangun masa depannya yang sarat tantangan dan terus berubah. Karena mulianya pekerjaan guru itu, kesuksesannya dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan melatih siswa menjadi lebih baik tidak hanya diapresiasi oleh pemerintah, tetapi mendapatkan penghargaan langsung dari Allah SWT berupa amal jariah, suatu hadiah yang maha dahsyat. Memang, pekerjaan guru adalah pengabdian, dan guru berprestasi merupakan kebanggaan. Hanya kebanggaan itu hendaklah diwujudkan dalam bentuk kesyukuran, dengan berusaha berbuat yang lebih baik, bukan kesombongan yang mungkin saja akan menjadi penyulut api neraka di kehidupan yang kekal. Na’udzu Billaahi Mindzaalik. Walaa tusha’ir khaddaka linnaasi wa laa tamsyi fil ardhi maraha. Innallaaha laa yuhibbu kulla mukhtalin fakhuur. “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. . Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” ( Q.S Al-Luqman : 18) BAB III : PRESTASI DALAM BERKELUARGA DAN BERMASYARAKAT Saya sudah berkeluarga sejak bulan Februari 1993. Drs. Jamaluddin Burung menjadi suami pilihan Allah untuk saya, bukan pilihan ortu. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena saya menikah dengannya berdasarkan hasil shalat sunat istikharah (shalat sunat meminta petunjuk dalam memilih). Selama bergelut di IMM saya benar-benar menjaga hijab dengan laki-laki yang bukan muhrim saya. Kebetulan saya sering membawakan materi Adabul Mar’ah Fil Islam” (Adab Wanita dalam Islam) di Pengkaderan. Istilah pacaran yang bagi sebagian besar anak muda menjadi sebuah kebanggaan sangat menjijikkan bagi saya. Hal ini karena di hati saya sudah tertanam keyakinan bahwa umur, rezeki dan jodoh itu telah ditentukan oleh Allah. Demikian pula saya sangat yakin dengan janji Allah bahwa orang baik-baik akan dipertemukan dengan yang baik-baik pula demikian sebaliknya orang yang tidak baik akan dipertemukan dengan sesamanya. Maka, untuk mendapatkan orang yang baik saya harus memulai memperbaiki diri terlebih dahulu.

Saya sangat mendambakan seorang suami yang shaleh, yang dapat membimbing saya ke jalan yang diridhai Allah, yang dengannya saya berharap melahirkan anak-anak yang bisa menjadi Qurrata A’yun, hidup dalam keluarga sakinah, mawaddah warahmah. Olehnya itu, saya sangat berhati-hati dalam menentukan pilihan dan harus dimulai dengan proses yang benar menurut syar’i. Alhamdulillah suami saya seperti yang saya idamkan, seorang suami yang penyayang, penuh pengertian dan mampu menjadi pemimpin yang baik dalam rumah tangga. Yang paling membuat saya bersyukur kepada Allah karena dia tergolong shaleh.. Sekalipun ia guru bahasa Jerman, tapi ia bisa menjadi imam di dan baca khutbah di Masjid pada hari Jumat serta menjadi sosok tokoh masyarakat yang cukup disegani. Pertama kami menjalani hidup berumah tangga, kehidupan ekonomi carutmarut. Kami berdua belum mempunyai pekerjaan tetap. Dalam sebulan beruntung kalau bisa memperoleh uang sebanyak Rp.30.000. Padahal waktu saya kuliah uang bulanan dari orang tua Rp. 40.000 ditambah beasiswa sebesar Rp. 40.000/bulan, kuekue tak pernah alpa. Suasana yang cukup sulit bagi seorang istri yang tidak memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi. Menghadapi kenyataan hidup seperti itu, diusia 6 bulan kehamilan anak pertama, saya bertekad untuk berangkat ke Kendari mengadu nasib. Suamiku menyusul kemudian karena ia harus menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah tempat ia mengabdi. Namun, ternyata kami berdua tidak berhasil dan terpaksa harus kembali ke kampung, karena sudah menjelang melahirkan. Tanggal 10 Desember 1993, anak saya lahir. Cantik, lucu dan saya beri nama Anugrah Az-Zahra Jamal. Setiap tahun kami ikut ujian seleksi calon pegawai negeri sipil, tapi setelah anak saya berumur 3 tahun barulah kami lulus, yakni pada tahun 1995. Bersyukur, kami berhasil tanpa melalui jalur yang kebanyakan orang jalani. Menyuap atau menyogok, kata yang sangat berbahaya karena ancamannya adalah neraka. Jauh sebelum dilarang oleh Negara, jauh sebelum Luthfi Hasan dan Fathanah ditahan karena kasus suap, Rasulullah sudah mewanti-wanti agar tidak melakukan hal itu. Sabda beliau “yang memberi dan menerima sama-sama neraka”. Alhamdulillah pada bulan Februari 1996 saya berpindah ke Kabupaten Luwu karena tugas. Sewaktu tinggal di Kec. Belopa saya aktif membawakan pengajian di beberapa majelis taklim dan kelompok pengajian. Saya juga meluangkan waktu di rumah untuk melatih beberapa orang guru, pegawai dan ibu-ibu darmawanita SMU Negeri 1 Belopa membuat pola pakaian dan menjahit. Sebelum saya menjadi PNS semasih tinggal di Makassar saya mengelola konveksi pakaian muslimah milik

teman adik saya. Disamping itu saya pernah ikut kursus menjahit tingkat dasar hingga tingkat mahir. Pada tanggal 8 Desember 1996 lahir anak kedua saya, seorang putri mungil yang saya beri nama Hikmah Shabriani Jamal. Nama itu saya berikan karena kesabaran kami selama ini menjalani hidup yang serba susah ternyata membawa hikmah. Pada tahun 1998 lahir lagi anak ketiga, gadis manis bernama Khairunnikmah Jamal. Yang keempat namanya Mukhlishah Jamal dan yang terakhir seorang laki-laki yang sudah lama kami idam-idamkan. Ia saya beri nama Ahmad Hafidz Jamal. Setiap saya hamil tak henti-hentinya saya memohon agar dikaruniai anak anak shaleh/shalehah. Sebagai orang tua saya berusaha memperkenalkan Al-Qur’an sedini mungkin kepada anak-anak kami. Kami mengajar sendiri anak-anak mengaji di rumah. kecuali anak ke 3,4 dan 5, karena saya sudah tinggal di Sinjai, dan kebetulan saya mendirikan TK/TPA di Masjid, dimana saya diamanahkan menjadi salah seorang pengajar sekaligus Kepala Unit, sehingga mereka mengajinya di masjid. Tapi kami tetap membimbingnya di rumah. Kebiasaan bangun sebelum subuh bagi anak-anak kami latih sejak dini. Semaksimal mungkin saya usahakan anak-anak bersama kami shalat shubuh di masjid. Sejak kelas 3 SD anak-anak sudah kami latih untuk mencuci dan menyeterika sendiri pakaiannya. Olehnya itu, saya tidak merasa terlalu repot mengurusi anakanak. Pagi-pagi tanpa saya arahkan mereka sudah siap ke sekolah. Sebelum ke sekolah saya haruskan mereka meminta izin dengan menyalami saya sambil cipika-cipiki. Saya tidak akan menjabat tangannya kalau dia berdiri pada saat saya duduk. Dia juga harus duduk. Ini pembiasaan untuk berlaku hormat dan menanamkan rasa kasih dan sayang terhadap orang tua. Saya tidak membiasakan memberikan uang jajan berlebihan kepada anakanak. Setiap anak saya jatahkan perbulan. Uang jajan itu hanya untuk digunakan di sekolah. Yang sudah besar saya minta untuk mengelolanya sendiri sedangkan yang masih duduk di bangku SD saya minta kakaknya yang mengatur. Ini Latihan memenej uang agar dapat merencanakan pengeluaran sesuai kemampuan. Kepada anak-anak juga kami tekankan agar berbelanja sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan. Sehingga termasuk jajan, harus beli makanan yang dibutuhkan, bergizi dan tidak berbahaya bagi tubuh. Saya tidak membiasakan anak-anak jajan ketika sudah berada di rumah. Dia harus terbiasa memakan makanan yang disiapkan. Mendidik mereka menghargai jerih payah orang tua dan melatih mereka tidak hidup boros.

Dalam hal belajar juga anak-anak saya tidak membuat susah orang tua. Mereka tanpa disuruh akan belajar dan mengerjakan tugas dari sekolah. Kecuali kalau ada yang tidak dimengerti barulah bertanya kepada kami. Karena kebiasaan itu, Alhamdulillah anak-anak kami cukup berprestasi. Anak pertama yang kini kuliah di UNISMUH Makassar pada Fakultas Kedokteran, sejak SD selalu juara kelas, mengikuti Lomba Mengarang antar murid SD di Tingkat Kabupaten, mengikuti Olimpiade Mata Pelajaran semasa SMP dan SMA, dan mewakili Siswa SMA Sulawesi Selatan dalam Lomba Karya Ilmuiah Remaja (KIR) dan Jambore Nasional LIPI di Bangka. Pada Lomba ini ia sempat mendapat penghargaan. Di sekolah juga ia aktif sebagai pengurus OSIS, jabatan terakhirnya adalah bendahara umum. Dia juga aktif sebagai pengurus Remaja Masjid. Sejak kecil anak sulung saya ini bercita-cita menjadi dokter. Makanya, sewaktu lulus SMA, dia tidak mau mendaftar di jurusan lain. Semua pilihannya jurusan kedokteran. Namun ternyata ia tidak lulus baik pada seleksi PMJK, Jalur Undangan maupun SMPTN. Dia sempat ciut karena dicemoh oleh omnya di Makassar. Dia menelpon saya dengan nada sedih. Ummi, malu-maluka, masa nabilangika om “liatko itu Arham, sepupu sekalimu bebas teski tauwwa di jurusan sejarah UNM, kau itu apa, tidak ada nululusi.” Dalam keterpurukan seperti itu, batin saya berkata “anakta butuh motivasi”. Masalah seperti itu bagi saya masalah biasa, bukan hal liar biasa. Kegagalan bagi manusia adalah dinamika hidup yang harus dan mesti dilalui. Maka tidaklah pantas kita manusia menjadi lemah karena sebuah kegagalan. Ingat ! kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Allah berfirman :”Inna ma’al usri yusra. Fainna ma’al usri yusra Sesungguhnya sesudah kesulitan iti ada kemudahan. Tinggal bagaimana kemampuan kita memanage kesulitan itu menjadi sebuah titian menuju kesuksesan yang pasti menanti kita. Ayat-ayat Allah itu saya jadikan pemompa semangat buat anak saya agar terus berjuang untuk meraih cita-citanya. Saya katakan padanya ; “gagal itu nak tidak berarti berhenti sampai di situ. Kita harus bersifat kesatria dalam menghadapinya.. Tidak apa-apa kita sedih, karena itu sifat manusia memang. Tapi kita harus yakin, bahwa ketika Allah menurunkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita, pasti ada hikmahnya, yang salah satu di antaranya, Allah menenyiapkan tempat lain untuk kita yang menurut-Nya akan jauh lebih baik. Inna wa’dallaahi haqqa. Sesungguhnya janji Allah itu maha benar. Anak saya lulus di Fakultas Kedokteran UNISMUH Makassar. Perguruan Tinggi yang cukup saya kenal, karena hari-hari saya semasa aktif di IMM dulu kebanyakan bermarkas di sana. Saya tahu persis bagaimana program-programnya yang dapat menciptakan

generasi muda seperti yang diharapkan. Kurikulumnya yang mengintegrasikan antara materi kuliah dengan keagamaan. Pimpinan dan Dosen-dosennya yang menurut lumayan berkualitas, karena di samping prestasi akademiknya yang memang di atas rata-rata, pada umumnya mereka sebelumnya aktifis IMM. Saya terharu ketika melihat kamar anak saya dipenuhi dengan tulisan Asmaul Husna, Saya tanya “untuk apa itu nak”. Seperti biasanya anak saya menjawab manja. “Anu Ummi, mauka ikut seleksi pengurus IMM di komisariat. Saya kan bisami Ummi, ka sudahma ikut DAD (Darul Arqam Dasar, tingkatan LDK tingkat Dasar di IMM), tapi anu Ummi, diujiki, na salah satu syaratnya itu haruski lancar menghafal Asmaul Husna dengan artinya. Alhamdulillah, itulah hikmah dari ketidakluluan anak saya di PTN. Kuliah di Perguruan Tinggi swasta memang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tapi bagi kita guru tidak perlu galau. Bukankah ada tunjangan profesi yang sangat cukup untuk itu ? . Anak kedua sekarang menjelang kelas XII di SMA Negeri 1 Sinjai Timur. Seperti kakaknya, ia juga selalu juara kelas sejak di SD, Juara I menghafal surahsurah pendek Al-Qur’an dari tingkat Desa sampai tingkat Kabupaten, wisudawan terbaik Kursus AA English tingkat SMP. Karena prestasinya itu ia mendapatkan hadiah serta tabungan Junior BRI gratis senilai Rp.250.000. Ia pernah mewakili kabupaten sinjai mengikuti Festifal Anak Shaleh tingkat Provinsi Sul-Sel di Palopo karena ia meraih juara I Lomba Pidato Bahasa Inggris di tingkat Kabupaten. Dua kali mengikuti Olimpiade Astronomi di tingkat kabupaten dan baru-baru ini menjadi duta Sulawesi Selatan pada Olimpiade Bahasa Jerman tingkat Nasional di Jakarta. Sekarang dia menjabat Sekretaris Umum OSIS di dan aktif dalam kegiatan ROHIS di sekolahnya. Anak ketiga tahun ajaran baru nanti akan masuk SMA, dan dia juga cukup berprestasi. Ia pernah mengikuti Olimpiade Fisika tingkat kabupaten, sedangkan anak keempat sudah kelas empat SD yang juga selalu juara kelas. Anak kelima yang paling gagah di keluarga kami, baru sebulan yang lalu meninggal. Tapi dia anak yang cerdas. Di usia 4 tahun dia sudah bisa adzan dan mampu memimpin do’a di depan teman-teman mengajinya di TKA/TPA, Subhaanallah. Dalam kehidupan sosial saya juga tidak tinggal diam. Selama di Sinjai ini saya aktif di PKK Desa. Saya membina kelompok Usaha Bersama Ibu-Ibu PKK di desa Kampala. Sebagai ketua, saya sering mengikuti pelatihan managemen usaha yang dilaksanakan oleh Dinas PERINDAG Kabupaten Sinjai. Sebagai Pengurus Karang Taruna, saya juga pernah mengikuti pelatihan Kecantikan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sinjai.

Selain yang saya sebutkan di atas dalam bidang keagamaan, saya aktif sebagai pengurus Majelis Taklim, sebagai Kepala Sekolah Unit TK/TPA Nurul Iman, dan pernah mengikuti Workshop Pengembangan Diniyah Takmiliyah yang dilaksanakan oleh Pekapontren Kantor Agama Kabupaten Sinjai untuk dipersiapkan menjadi Kepala Sekolah Diniyah. Diniyah sudah berjalan sejak keluar izin operasionalnya. tapi saya hanya menjadi Tenaga Administrasi dan meminta suami saya menjadi Kepala Sekolah karena bersamaan dengan itu saya juga diamanahkan sebagai bendahara Koperasi di sekolah kami, KPRI Karya Sehat SMA Negeri 1 Sinjai. Tugas baru ini membuat saya cukup sibuk. Selama menjabat bendahara koperasi, sudah 3 kegiatan pelatihan perkoperasian yang saya ikuti. Managemen usaha dan pembukuan dipelajari di sana. Pada pemilihan Pimpinan Aisyiyah (organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang perempuan) cabang Sinjai Timur periode 2010-2015 suara terbanyak memilih saya sebagai ketua umum, tapi saya menolak dan masih ingin belajar sebelumnya. Dan akhirnya saya ditempatkan sebagai sekretaris umum. Saya juga tercatat sebagai salah seorang pengurus Korps Muballigh di kecamatan Sinjai Timur. Dal;am organisasi profesi, saya menjadi pengurus PGRI di SMA Negeri 1 Sinjai dan di Organisasi Wanita PGRI Kabupaten Sinjai. Saya juga sekarang menjabat sekretaris umum Ikatan Guru Bahasa Jerman Cabang Bawakaraeng Sulawesi Selatan.

-

-

-

BAB IV : HARAPAN DAN RENCANA KEGIATAN MASA DATANG Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan ada beberapa harapan saya, diantaranya : Saya memimpikan memiliki ruangan khusus untuk mengajarkan bahasa Jerman, sehingga kelas bisa secara maksimal digunakan untuk menciptakan pembelajaran berkualitas dan bermakna, demikian pula untuk mata pelajaran yang lain. Saya membayangkan semua guru lulus tes kemampuan ESQ, sehingga siswa tidak hanya dijejali dengan berbagai teori yang belum tentu akan dapat membangun generasi muda untuk masa depannya. Saya mengimpikan siswa pulang ke rumahnya di siang hari dalam keadaan menyukai diri mereka sedikit lebih daripada ketika ia datang di pagi hari. Saya mengharapkan iklim sekolah yang diwarnai ketertiban, kesantunan, prestasi yang melejit karena pemahaman dan pembiasaan mengamalkan ajaran agama secara kontinyu.

Untuk itu, di masa yang akan datang saya berencana merintis berdirnya sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya harapan-harapan di atas dapat terwujud, Amin. Demikianlah beberapa hal yang dapat saya gambarkan tentang diri saya, semoga ini bisa menjadi bahan evaluasi diri yang diberkahi Allah SWT. Dalam makalah ini saya hanya memaparkan sisi-sisi positif yang telah saya lakukan selama ini. Tapi semoga saya juga tidak melupakan untuk terus menggali sisi-sisi negatif yang ada pada diri saya. Sebagai manusia yang memang diciptakan oleh Allah dengan berbagai kekurangan, setiap saat harus selalu bermuhasabah, agar tidak tenggelam dalam euphoria keberhasilan semu. Keberhasilan yang saya harapkan adalah keberhasilan yang membawa rahmatan lil ‘alamin. Manfaat untuk diri sendiri dan orang lain serta yang dapat menjadi deposito guna mencapai kehidupan yang lebih layak setelah perhitungan di hari kemudian. Akhirnya, hanya kepada Allah saya kembalikan keberhasilan itu, karena sesungguhnya semua itu milik Allah dan pada saatnya nanti akan ditarik-Nya kembali. Semoga ampunan dan magfirah tetap dicurahkan kepada kita semua, Amin yaa Rabbal ‘Alamin. Dan sebagai penutup saya mengajak, marilah kita camkan kata-kata bijak berikut : Cintailah yang memberi nikmat dan jangan engkau cintai nikmat yang diberikan, agar selamat dunia akhirat. Ingat !!! guru berprestasi itu adalah salah satu nikmat. HALAMAN PENGESAHAN

Judul makalah

:

Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan

Identitas Penulis 1. Nama lengkap 2. NIP 3. NUPTK 4. Jenis Kelamin 5. Pangkat/Golongan 6. Pendidikan Terakhir 7. TMT / Masa Kerja 8. Tugas 9. Nama Sekolah 10. Alamat Sekolah

: : : : : : : : : :

H. Suhadi, M.Pd. 19751019 200003 1 003 6351753654200003 Laki-Laki Pembina/ IV a S2 Pendidikan Sains 1 Maret 2000 / 13 tahun 2 bulan Guru IPA SMPN 4 Amuntai Jl. Sukmaraga No. 281 Komplek Candi Agung Kelurahan Sungai Malang Kec. Amuntai Tengah Kab. Hulu Sungai Utara Prop. Kalimantan Selatan Kode Pos 71418 Email [email protected] (0527)62064

11. Nomor Telepon/Fax

12. Alamat Eumah

:

13. Nomor Telepon/HP 14. email

: :

Jl. Langga Maya No. 2 Desa Sungai Sandung Kec. Sungai Pandan Kab. Hulu Sungai Utara Prop. Kalimantan Selatan Kode Pos 71455 085249825152 [email protected] Amuntai, 23 Mei 2013 Penulis

H. Suhadi, M.Pd. NIP. 19751019 200003 1 003 Amuntai, 25 Mei 2013 Mengetahui/Mengesahkan

Kepala SMPN 4 Amuntai

Mahreta, S.Pd. NIP. 19660103 198902 2 001

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sesuai dengan Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi Tahun 2013 bagi Guru TK/RA/BA, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang disampaikan melalui surat Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor: 768/659 – 5/Disdik tanggal 15 April 2013, karya tulis yang berjudul “Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan” ini selesai ditulis tepat pada waktunya. Karya tulis berbentuk makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan Pemilihan Guru Berprestasi Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2013 untuk tingkat SMP/MTs sebagaimana disebut sebelumnya di atas. Semasa menyusun karya ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, antara lain: Ibu Mahreta, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 4 Amuntai, kawan-kawan dewan guru, dan staf tata usaha SMP Negeri 4 Amuntai. Makalah yang sederhana ini tentunya tidak luput dari kekurangan—bahkan tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan, karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Amin.

Amuntai, 23 Mei 2013 Penulis,

H.Suhadi, M.Pd.

DAFTAR ISI

halaman ...................................................................................... i

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

........................................................................

ii

....................................................................................

iii

.................................................................................................

iv

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I.

PENDAHULUAN

........................................................................

A.

Latar Belakang Masalah

B.

Rumusan Masalah

........................................................................

2

C.

Tujuan Penulisan

............................................................................

2

D.

Manfaat Penulisan

........................................................................

2

PEMBAHASAN ..............................................................................

4

A.

Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian

4

B.

Guru yang Kompeten dan Berprestasi

BAB II.

1. Guru yang Kompeten

..................................................................

1

...........................................

5

................................................................

6

2. Kebiasaan Berpikir Reflektif

....................................................

8

................................................

9

..................................................................

10

3. Prinsip Belajar Sepanjang Hayat 4. Kreatif dan Inovatif

5. Motivasi Guru Berprestasi BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan

B.

Saran

........................................................

11

........................................................

14

.......................................................................................

14

...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA Lampiran :

.....................................

1

14

....................................................................................

16

Surat Rekomendasi Guru Berprestasi .............................................

17

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com

Related Documents

Karya-tulis
June 2020 47
Karya Tulis
December 2019 64
Karya Tulis
June 2020 29
Karya Tulis
October 2019 52
Karya Tulis
April 2020 44

More Documents from ""