Tulisan Profil.docx

  • Uploaded by: wahyu ningsih
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tulisan Profil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 18,448
  • Pages: 54
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini profesi guru tengah banyak disorot oleh masyarakat kita dibanding profesi lainnya. Di masyarakat luas, guru telah dianggap sebagai ujung tombak proses pendidikan. Oleh karena itu, baik atau buruk kualitas pendidikan di negeri ini selalu disangkutpautkan terutama dengan guru. Secara formal guru adalah seseorang yang diangkat secara resmi oleh pemerintah atau lembaga swasta. Mereka diangkat dengan sebuah surat keputusan yang memberikan tugas dan fungsi yang melekat padanya di suatu lembaga atau jenjang pendidikan tertentu. Perjalanan sejarah karier guru yang ada di sekitar kita tampaknya mempunyai jalur yang bervariasi. Tidak sedikit guru yang kariernya dengan mudah melesat naik. Banyak guru kita saksikan sukses hingga menjadi anggota dewan perwakilan rakyat, kepala dinas, bupati, walikota, gubernur, atau bahkan mungkin menduduki jabatan-jabatan lain yang lebih tinggi. Ada banyak guru yang sejak mulai menjadi guru telah menunjukkan optimisme yang tinggi dalam berkarya. Guru-guru ini berkembang menjadi guru inti, instruktur, hingga akhirnya dikirim belajar ke jenjang yang lebih tinggi bahkan tidak sedikit yang dikirim ke luar negeri. Sayangnya, banyak pula kenyataan di lapangan kita temui, guru-guru masih mengalami berbagai kendala dalam mengembangkan diri dan kariernya. Kondisi mereka cukup memprihatinkan. Mereka mengajar sambil terpaksa melakukan pekerjaan lainnya untuk menutupi kebutuhan ekonomi. Mereka bahkan hampir tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka sendiri. Tentu saja besaran gaji bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap kinerja profesional guru. Ada banyak faktor lain seperti rasa pengabdian, kecintaan terhadap profesi, kebiasaan melakukan refleksi diri, hingga semangat untuk terus belajar sepanjang hayat juga mempengaruhi kinerja mereka. Akan tetapi kesejahteraan tetap signifikan berdampak pada kualitas kinerja guru. Karena itu, sudah sepantasnyalah guru-guru profesional yang kompeten dan berprestasi di bidangnya layak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat sejumlah rumusan masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pengabdian seorang guru dapat membawanya menjadi guru profesional / guru yang kompeten? 2. Apa saja yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memberikan pengabdiannya sehingga ia dapat menjadi seorang guru profesional? 3. Bagaimana hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi seorang guru yang berprestasi? C. TUJUAN PENULISAN Secara umum makalah ini bertujuan menjelaskan bahwa profesi guru adalah sebuah pengabdian, yang pada gilirannya pengabdian tersebut akan mengantarkan guru menjadi guru

yang benar-benar profesional dan berprestasi. Secara khusus makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang hal-hal berikut: 1. Pengabdian yang dilakukan oleh seorang guru dalam kaitannya dengan pengembangan profesinya. 2. Hal-hal yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memberikan pengabdiannya sehingga dapat menjadi seorang guru profesional. 3. Hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi seorang guru yang berprestasi. D. MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut: 1. Menggugah guru yang membacanya untuk mengabdikan diri secara tulus pada profesinya. 2. Menjadi salah satu sarana untuk mengajak guru agar meningkatkan kompetensinya sehingga dapat menjadi guru yang profesional dan berprestasi. 3. Menjadi sebuah wadah bagi penulis untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, perwujudan sebuah pengabdian dan kecintaan terhadap profesi guru untuk dibagikan kepada pembaca.

BAB II PEMBAHASAN A. MENJADI GURU ADALAH SEBUAH PENGABDIAN Banyak definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli mengenai apa itu ‘guru’. Salah satunya seperti pendapat Suparlan, 2005: 12 yang menyebutkan bahwa guru adalah orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, fisikal, intelektual, maupun aspek-aspek lainnya. Jika kita menilik definisi di atas secara seksama maka kita akan menyadari betapa mulianya tugas seorang guru. Ia adalah sosok yang mempunyai tugas yang sangat penting, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas ini bukan tugas yang ringan, karena ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ di sini meliputi semua aspek kehidupan di antaranya aspek spiritual, aspek emosional, aspek fisikal, aspek intelektual, maupun aspek-aspek lainnya. Tugas penting dan tidak ringan tersebut umumnya kita dapati di lapangan, telah dilakukan guru dengan penuh perasaan cinta, tanggung jawab, dan keikhlasan. Mereka melakukan pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Guru melakukannya tanpa paksaan dan tanpa tekanan rasa ketakutan. Apabila ada seorang guru yang melakukan tugasnya bukan karena rasa pengabdian tetapi karena keterpaksaan atau karena tekanan rasa ketakutan, maka guru itu sesungguhnya bukanlah seorang ‘guru’. Ia tidak akan dapat memberikan kontribusi bagi tujuan mulia pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengabdian seorang guru seringkali bukanlah hal yang mudah dilakukan. Pengabdian seorang guru bahkan kadang-kadang harus diikuti dengan pengorbanan besar. Banyak guru yang mengabdi di tempat-tempat yang terpencil: jauh di puncak-puncak pegunungan, di pulaupulau kecil di tengah lautan, hingga di antara masyarakat yang masih terasing dari peradaban

modern. Banyak guru yang mengabdi di daerah-daerah rawan konflik yang tentu saja dapat membahayakan keselamatan jiwanya dan keluarganya. Acapkali pula demi pengabdiannya, banyak guru terpisah jauh dari keluarga karena harus tinggal di daerah-daerah yang sarana tranpsortasi dan komunikasinya masih sangat sulit dan minim. Banyak guru yang mengabdi tanpa terlalu memperhitungkan besaran gaji yang akan mereka terima. Kita tahu, masih banyak guru-guru non-PNS yang gajinya bahkan sangat jauh di bawah UMR (Upah Minimum Regional) buruh. Lalu, jika pilihan hidup untuk mengabdi sebagai seorang guru bukanlah jalan yang mudah dan mulus untuk dilalui, mengapa hingga sekarang masih banyak orang-orang yang melakukannya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali memahami makna sebuah pengabdian. Pilihan hidup menjadi seorang guru apabila dilakukan dengan tulus ikhlas dan rasa cinta, maka akan membawa seseorang kepada kebahagiaan yang tentu tidak dapat dinilai dengan materi. Inilah modal terbesar yang akan membawa seseorang pada kesuksesan dalam menjalani profesi sebagai seorang guru: pengabdian. Apabila seorang “guru” tidak memiliki rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka “guru” itu tidak akan dapat bertahan pada pekerjaannya, dan ia bukanlah seorang guru yang sebenarnya. B. GURU YANG KOMPETEN DAN BERPRESTASI Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya dalam tulisan ini, bahwa guru yang memiliki rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka ia telah memiliki modal terbesar untuk menjadi guru yang kompeten dan berprestasi. Pertanyaan berikutnya adalah: Hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan oleh seorang guru yang telah mempunyai rasa pengabdian yang tulus ini agar ia dapat menjadi seorang guru yang kompeten dan berprestasi? Modal dasar berupa rasa pengabdian yang tulus apabila ditambah dengan kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya akan membentuk guru yang kompeten. Guru yang kompeten adalah guru yang memiliki kompetensi-mutlak untuk menjadi seorang guru. Kompetensi-kompetensi guru ini diperoleh melalui proses belajar sepanjang hayat. Agar proses belajar sepanjang hayat yang dilakukan guru dapat efektif, maka ia juga harus membiasakan diri berpikir reflektif. Kebiasaan berpikir reflektif memungkinkan guru mengetahui potensi yang dimilikinya untuk mengembangkan diri, selain juga mengetahui kompetensi yang telah dan belum dimilikinya saat ini. Di samping itu, sifat kreatif dan inovatif juga sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Melalui sifat ini guru akan menjadi role model (teladan) yang pantas untuk dicontoh peserta didik bahkan orangorang lain di sekitarnya. 1. Guru yang Kompeten Pada beberapa tahun belakangan, kita mengenal guru yang kompeten ini sebagai Guru Profesional. Menurut Suyatno (2008: 15 – 17), guru dengan predikat profesional ini memiliki 4 bidang kompetensi, yaitu: (a) Kompetensi Pedagogik; (b) Kompetensi Kepribadian; (c) Kompetensi Sosial; dan (d) Kompetensi Profesional. Keempat bidang kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru ini akan di bahas satu persatu. a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi: 1) Pemahaman terhadap peserta didik, dengan indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.

2) Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. 3) Pelaksanaan pembelajaran, dengan indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 5) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya, dengan indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik. b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: (a) bertindak sesuai dengan norma hukum; (b) bertindak sesuai dengan norma sosial; (c) bangga sebagai guru; (d) memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma. 2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: (a) memiliki kemandirian dalam bertindak; dan (b) memiliki etos kerja sebagai guru. 3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: (a) menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (b) menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: (a) memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (b) memiliki perilaku yang disegani. 5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator: (a) bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong); dan (b) memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. c. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat sekitar. d. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. 1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang dipegangnya memiliki indikator esensial: (a) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (b) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial: (a) menguasai langkah-langkah penelitian; dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan

atau materi bidang studinya. Tentu saja tidak ada ruginya menjadi guru yang profesional atau kompeten di bidangnya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 40 ayat 1 menyatakan hak-hak pendidik dan tenaga kependidikan, di antaranya: (a) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai; (b) penghargaan sesuai tugas dan prestasi kerja; (c) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; hingga (d) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. 2. Kebiasaan Berpikir Reflektif Menurut Arqom (2012), berpikir reflektif adalah berpikir untuk mengingat kembali terhadap apa yang sudah dilakukan dalam rangka melakukan instropeksi, refleksi dan spirit koreksi atas berbagai kualitas dan cara kerja yang sudah kita lakukan dalam kehidupan ini. Berpikir reflektif harus dijadikan kebiasaan karena sangat besar manfaatnya. Adapun manfaat berpikir reflektif yang berhubungan dengan pengembangan diri seorang guru misalnya: a. Berpikir reflektif memungkinkan guru untuk mengintrospeksi apa yang sudah dan belum dicapai. Dengan berpikir reflektif, seorang guru dapat mengetahui di posisi mana sekarang ia berada. Posisi yang dimaksud di sini adalah tingkat kompetensi yang dimilikinya bila dibandingkan secara normatif dengan guru lainnya, atau secara standar bila dibandingkan dengan standar kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang guru profesional. Adalah hal yang unik bahwa kadang-kadang seseorang baru menyadari bahwa langkah-langkah hidupnya tidak produktif, begitu ia menyempatkan diri berpikir reflektif dan mengevaluasi dirinya di suatu waktu misalnya di akhir pekan. b. Berpikir reflektif dapat menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri menuju ke arah yang lebih baik. Tidak setiap orang merasa perlu memperbaiki diri. Karena itu, melalui proses berpikir reflektif dengan penyediaan waktu untuk merenung dan melihat ke belakang, lalu melihat hal-hal yang belum dikerjakan secara optimal di masa lalu maka muncullah motivasi untuk memperbaiki diri. c. Melalui proses berpikir reflektif seorang guru akan mengetahui potensi dan sumber daya yang dimilikinya. Setiap orang memiliki potensinya masing-masing. Potensi ini bersifat unik dengan kadar yang berbeda-beda. Bila seorang guru mengetahui potensi dan sumber daya apa yang dimilikinya, maka ia akan dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk pengembangan kompetensinya. Mereka akan berkembang menjadi guru-guru yang profesional, kreatif dan inovatif dengan berbagai kelebihannya masing-masing. 3. Prinsip Belajar Sepanjang Hayat Aziz (2012: 160) menyebutkan bahwa orang-orang terpelajar adalah mereka yang telah melalui proses belajar dan terus belajar. Mereka tidak mau berhenti belajar kecuali nyawa telah hilang dari tubuh kasar mereka. Mereka pun tidak hanya belajar, tetapi juga mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan mereka sehari-hari. Belajar sepanjang hayat dapat memberikan kesempatan belajar secara wajar dan luas kepada seorang guru sesuai dengan perbedaan minat, usia, dan kebutuhan belajar masing-masing (Hufad, 2010). Belajar sepanjang hayat tidak dibatasi oleh waktu, tempat, sarana, media, dan sumber belajar. Guru dapat belajar setiap hari dari beragam sumber dengan tujuan memperoleh informasi yang mendukung pengembangan kompetensinya. Guru dapat belajar melalui seminar, pameran, forum ilmiah, tayangan televisi hingga film-film yang bermutu dan berkorelasi dengan profesinya.

Pada penerapan prinsip belajar sepanjang hayat, guru harus menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan sehari-hari sehingga menjadi budaya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Mereka dapat membaca koran, buku, hingga menggali secara mandiri bahan bacaan dan informasi dari internet. Pada era informasi sekarang ini, guru harus selektif memilih bacaan. Ia harus dapat menyeimbangkan antara minat dan kebutuhannya. Membaca saja tidaklah cukup. Guru harus mempunyai keterampilan menulis. Keterampilan ini dapat diperoleh guru secara alamiah melalui kebiasaan membaca dan latihan-latihan. Kebiasaan membaca akan membuat guru mengolah kembali informasi yang didapatnya saat membaca. Informasi yang telah diolah ini akan membantu guru memunculkan ide-ide baru. Pada saat ide-ide baru ini muncul, maka guru akan merasa perlu untuk mengekspresikannya dalam bentuk tulisan. Guru dapat berlatih menuliskan ekspresinya di berbagai media. Saat ini terdapat beragam media untuk mempublikasikan tulisan dapat dipilih guru, mulai dari media cetak hingga media virtual seperti jejaring sosial facebook dan blog. 4. Kreatif dan Inovatif Menurut Woolfolk (1995), kreatif adalah sifat yang dimiliki seseorang yang berpikir imajinatif, orisinil, dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Sedangkan inovatif adalah nilai kebaruan dan kemanfaatan dari suatu penerapan pemecahan masalah. Guru seringkali menemui berbagai kendala dalam melaksanakan pembelajaran di kelasnya atau tugas-tugas lainnya, misalnya karena keterbatasan sarana dan prasarana. Guru yang memiliki sifat kreatif dan inovatif tidak akan menganggap keterbatasan ini sebagai kendala yang berarti. Dengan kreativitas dan kemampuan melakukan inovasinya, mereka akan mampu memecahkan masalah untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Pengembangan kreativitas dan inovasi dapat dilakukan guru melalui berbagai kegiatan, misalnya mengikuti berbagai workshop untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidangbidang tertentu yang berhubungan dengan profesinya. Selain itu guru juga dapat mengikuti berbagai kegiatan yang bersifat lomba kreativitas dan karya inovasi untuk guru. Saat ini cukup banyak lomba kreativitas dan inovasi yang diadakan untuk guru setiap tahunnya. Ikut serta dalam kegiatan yang bersifat lomba ini tujuan utamanya bukanlah menjadi juara, akan tetapi lebih kepada tujuan untuk memperluas wawasan, menambah pengetahuan dan keterampilan, serta mengasah daya kreativitas dan daya berinovasi yang dimilikinya. 5. Motivasi Guru Berprestasi Teori Maslow pada tahun 1954: 92 dalam Slavin (2009: 109) mengidentifikasi dua jenis kebutuhan: (1) kebutuhan kekurangan; dan (2) kebutuhan pertumbuhan. Hierarki Kebutuhan Maslow ditunjukkan oleh Gambar 1 berikut. Menurut Maslow, seseorang akan termotivasi untuk memuaskan kebutuhan pada bagian bawah hierarki sebelum berupaya memuaskan kebutuhan pada bagian atas. Bila kita cermati, kebutuhan fisiologis berupa makanan, minuman, pakaian merupakan kebutuhan dasar yang merupakan kebutuhan kekurangan yang harus dipenuhi. Tanpa terpenuhi kebutuhan fisiologis, maka seseorang bahkan tidak akan menganggap penting kebutuhan-kebutuhan lain yang berada di tingkat lebih atas.

Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan tertinggi, dalam kaitannya dengan guru profesional, pencapaian sebagai “Guru Berprestasi” adalah salah satu bentuk aktualisasi diri (Sumber: Slavin, 2009). Seorang guru profesional tentu saja merupakan individu yang hampir dapat dikatakan berhasil memenuhi kebutuhan kekurangan yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan, kebutuhan hubungan dan cinta, dan kebutuhan harga diri. Selanjutnya, dengan kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip belajar sepanjang hayat, ia akan mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, bahkan juga kebutuhan estetik (rasa keindahan). Pencapaian tertinggi oleh seorang guru profesional adalah mampu menjadi “Guru Berprestasi”. Kemampuan memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan mendatangkan rasa kebanggaan dan kebahagiaan yang sepantasnya mereka terima. Aktualisasi diri seorang guru profesional sebagai guru yang berprestasi akan nampak dalam perilakunya yang mensyukuri dan menerima keadaan dirinya sendiri dan juga orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan akrab dengan orang lain tetapi tetap bersikap demokratis, kreatif, inovatif, memiliki sense of humor, dan kebebasan. Pada intinya, seorang guru berprestasi yang telah mampu memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan memiliki kesehatan yang prima secara psikologis. Oleh karena itu, bangga menjadi guru profesional yang berprestasi adalah hal sangat wajar, karena itu merupakan cermin kebahagiaan batin (psikologis).

Gambar 2. Guru dengan pengabdian yang tulus akan berkembang menjadi guru berprestasi. Gambar 2 di atas menunjukkan guru yang memiliki rasa pengabdian yang tulus akan mampu meningkatkan diri menjadi guru profesional. Modal besar yang dimiliki ditambah dengan kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi akademik yang diperoleh melalui refleksi diri, semangat sebagai pebelajar sepanjang hayat, kreatif, inovatif, dan memiliki motivasi yang besar menjadikan mereka mampu mencetak prestasi gemilang yang pantas dibanggakan. Prestasi ini tentu saja akan dihargai dengan pantas sebagaimana jaminan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu Pasal 36 ayat (1), yang berbunyi: “Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan.” BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat kita simpulkan dari paparan tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dalam melaksanakan tugasnya telah mempunyai modal yang sangat besar untuk berkembang menjadi guru yang profesional (kompeten). 2. Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dapat berkembang menjadi guru profesional apabila ia mempunyai kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat, serta kreatif dan inovatif. Dengan berpikir reflektif, guru akan mengetahui posisi dan potensinya. Dengan prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat, ia akan terus belajar sehingga memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, maupun profesional. Dengan sifat kreatif dan inovatif yang dimiliki, ia akan menjadi guru yang mampu mengatasi berbagai kendala dan masalah dalam melaksanakan tugasnya. 3. Berdasarkan pemikiran Maslow tentang hierarki motivasi, guru profesional yang tercukupi kebutuhan-kebutuhannya akan mampu mengaktualisasikan diri untuk berkembang menjadi guru yang berprestasi dan bangga akan prestasi yang diraihnya dengan tetap memiliki karakter-karakter luhur. B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat diberikan agar guru dapat lebih termotivasi untuk melakukan tugasnya sebagai sebuah bentuk pengabdian dan mampu berkembang sebagai guru berprestasi adalah sebagai berikut: 1. Apabila seseorang telah menentukan bahwa pilihan profesi yang akan dijalaninya adalah sebagai seorang guru, maka hendaklah ia benar-benar tulus untuk melaksanakan tugasnya sebagai sebuah pengabdian. 2. Untuk mengembangkan diri menjadi guru yang profesional, hendaknya pengabdian tulus yang telah diberikan selalu diimbangi dengan kebiasaan berpikir reflektif, mempunyai prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat yang selalu berusaha meningkatkan kompetensi diri di bidang pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional, dan mengasah kreativitas dan kemampuan berinovasi. 3. Kepada pihak-pihak yang berwenang, hendaknya terus berupaya meningkatkan kesejahteraan guru agar segala kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan dapat terpenuhi. Dengan tercukupinya kebutuhan-kebutuhan guru maka akan dapat memotivasi guru untuk mengaktualisasikan diri menjadi guru profesional yang bangga akan profesi dan prestasi yang diraihnya. DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2011). Manusia dan Tanggung Jawab. Tersedia Online di http://iiam.blogdetik.com/2011/04/20/manusia-dan-tanggung-jawab/ diakses tanggal 22 Mei 2013. Anonim (2013). Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan dasar Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Arqom, Akhmad (2012).Agar Hidup Kita Semakin Berkualitas Berpikirlah Reflektif! Tersedia di http://www.masulum.com/2012/05/25/agar-hidup-kita-semakin-berkualitasberpikirlah-reflektif/ diakses tanggal 22 Mei 2013. Aziz, Amka Abdul (2012). Hati, Pusat Pendidikan Karakter (Melahirkan Bangsa Berakhlak Mulia). Klaten: Penerbit Cempaka Putih. Hufad, Achmad., dkk. (2010). Studi Tentang Implementasi Program Belajar Sepanjang Hayat di Indonesia: Makalah disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan Luar Sekolah, yang Diselenggarakan oleh Prodi PLS-SPS-UPI Bandung tanggal 29 Nopember 2010. Slavin, Robert E. (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi Ke Delapan, Cetakan Pertama. (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Indeks. Suparlan (2005). Menjadi Guru Efektif, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Suparlan (2006). Guru Sebagai Profesi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Suyatno (2008). Panduan Sertifikasi Guru, Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Indeks.

Woolfolk, Anita E. (1995). Educational Psychology – 6th Edition. Boston: Allyn and Bacon

“EVALUASI DIRI”

Mengapa Saya Layak sebagai Guru Berprestasi

Diajukan oleh Nama NIP/NUPTK

: Dra. Hasniar : 19670108 199602 2 002

Nama Sekolah

: SMA NEGERI 1 SINJAI

Kabupaten/Kota

: Sinjai

Provinsi

: Sulawesi Selatan

MENJADI GURU ADALAH SEBUAH PENGABDIAN, MENJADI GURU BERPRESTASI ADALAH KEBANGGAAN BAB I : LATAR BELAKANG A. MOTIVASI Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Tanpa mengabaikan komponen lain seperti peserta didik, kurikulum/program pendidikan, fasilitas dan manajemen, kualitas guru telah ditemukan oleh berbagai studi sebagai faktor yang paling konsisten sangat kuat dalam menentukan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, berbagai upaya telah dilaksanakan pemerintah guna meningkatkan kualitas guru. Salah satu diantaranya adalah Pemilihan Guru Berprestasi. Selain bertujuan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya mewujudkan pendidikan yang bermutu, pemilihan guru berprestasi juga merupakan salah satu

program pemerintah sebagai wujud perhatiannya atas prestasi dan dedikasi guru dalam bidang pendidikan. Niat baik pemerintah ini menjadi salah satu faktor yang memotivasi saya mengikuti pemilihan guru berprestasi. Sekalipun saya sangat menyadari, masih banyak kekurangan saya dalam kehidupan ini baik sebagai pribadi maupun sebagai guru. Menyadari hal itu, maka saya bertanya kepada anak saya di rumah, apakah saya pantas menjadi peserta pemilihan guru berprestasi dengan kondisi saya yang masih serba kekurangan. Selain itu, saya juga meminta pandangan dari suami saya. Ternyata mereka sangat mendukung saya. Anak saya mengatakan, “Ummi memang masih punya kekurangan, kan Ummi manusia biasa, tapi … layaklah”. Sementara suami saya berkata, “yah … siapa tahu setelah mengikuti ajang ini, Ummi bisa menjadi lebih baik. ” Dukungan moril dari orang-orang terdekat saya (suami tercinta dan anak-anak tersayang) menjadi motor penggerak yang sangat kuat, karena bagi saya apapun dan berapa besar hasil sekalipun yang saya peroleh tanpa ridha dari anakanak dan terutama suami tidak akan ada artinya. Bukankah Rasulullah Muhammad Saw. sudah bersabda, Ridha Allah itu terletak pada ridha suami bagi seorang perempuan yang sudah menikah. Setelah mendapat restu dari anak-anak dan suami, saya lalu bertanya kepada para siswa di sekolah layak tidak saya menyandang gelar guru berprestasi. Spontan para siswa menjawab “bisa bu, layak bu” . Saya tidak puas dengan jawaban itu tanpa alasan. Maka dari mereka ada yang menjawab, “ibu pintar, ibu berwibawa, menyenangkan bu, tidak membosankan bu, metode mengajarnya bervariasi bu, sering menyanyi bu, banyak permainanya bu, materi pelajaran mudah dimengerti bu.” Alhamdulillah. Menjadi guru, adalah cita-cita saya sejak kecil. Hal ini diilhami oleh karena kedua orang tua saya adalah guru dan saya sangat mengagumi serta mengidolakan mereka sebagai orang tua dan sebagai pendidik di rumah tangga, di tempat tugas maupun di masyarakat.. Di rumah saya dididik dan digembleng oleh orang tua untuk tumbuh menjadi manusia yang kompetitif. Sikap itu ditanamkannya sejak saya masih duduk di bangku Taman KanakKanak. Tempat tidur di rumah yang sangat sederhana disulap menjadi panggung kompetisi. Saya sebenarnya sepuluh bersaudara. Tapi pada saat TK saya masih berdua dengan adik laki-laki saya yang berusia 3 tahun lebih muda dari saya. Setiap malam, Saya versus adik saya ( sekarang sudah dua periode menjadi anggota DPRD Kotamadya Makassar dan sebelumnya juga dua periode menjadi Kepala Sekolah Tingkat Aliyah di salah satu pesantren terkenal di kota Makassar) diadu nyanyi, baca puisi, atau menari di atas panggung sulapan tersebut. Demikian pula di kala sekolah di SD, SMP dan SMA, orang tua tak henti-hentinya mendorong agar saya bisa menjadi juara kelas dan berusaha mengikuti berbagai lomba baik dalam bidang akademik maupun non akademik.. Sampai saat inipun kebiasaan Bapak saya (karena ibu sudah tidak ada) tetap selalu memotivasi agar saya tetap bisa berprestasi. Bahkan ketika suatu saat berkunjung ke sekolah saya dan melihat kepala sekolah yang masih sangat

muda dia berkomentar: ”Saya lihat kepala sekolahmu masih muda, tua mana kamu atau dia”. Saya jawab,”Dia lebih tua, setahun lebih senior dari saya waktu kuliah, dia juga jurusan bahasa Jerman”. Mungkin mendengar kata bahasa Jerman Bapak saya bertanya bernada memancing : “ kamu, kapan jadi kepala sekolah, kalau saya dulu jadi kepala sekolah setelah 18 tahun menjadi pegawai negeri”. Pertanyaan yang cukup menggelitik, tapi saya yakin ini merupakan satu trik memotivasi anak agar terus berkompetisi. Bukan hanya Bapak saya yang bertanya seperti itu. Mungkin melihat prestasi dan keaktifan saya di organisasi semasa kuliah, jika bertemu dengan teman-teman semasa saya di kampus maupun di organisasi , mereka sering meledek saya dengan pertanyaan yang sama. Dalam hati saya bertanya : “Mungkinkah ???” Tapi dijawab oleh batin saya sendiri (suara hati yang konon tidak pernah berbohong) “ tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah menghendaki, karena jabatan itu adalah milik-Nya dan akan diberikan-Nya kepada siapa saja yang Ia kehendaki, dan ketika Ia menghendakinya maka tak seorangpun yang akan mampu menahannya. Sebaliknya, jika Ia tak menghendakinya, tak seorang manusiapun yang akan mampu memaksakannya. Oleh sebab itu, manusia tidak perlu berlomba-lomba menghalalkan segala cara hanya sekedar untuk menduduki sebuah jabatan semu itu. Yang patut kita sadari bahwa jabatan itu amanah, dan amanah itu harus dipertanggungjawabkan di dunia maupun di akhirat. Tidak sedikit siksaan yang akan diperoleh bagi orang yang tidak dapat menjalankan amanah dengan baik, apalagi jika menyalahgunakan amanah itu. Makanya, saya tidak pernah berambisi menjadi pejabat serendah apapun, kecuali jika Allah menghendaki hal itu (sudah menjadi suratan takdir, orang tua kita bilang Here na Toto’). Bukankah telah banyak kasus di negeri ini yang menjobloskan para pemegang amanah ke dalam jeruji besi karena menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya ? Itu baru di dunia loh. Guru berprestasi sudah menjadi obsesi saya sejak mendengarkan istilah itu beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, obsesi ini menjadi salah satu icon do’a saya ketika berada di tanah haram saat melaksanakan ibadah haji. Hanya saja, berprestasi yang saya maksudkan dalam untaian do’a itu adalah bagaimana saya bisa menjadi figur yang menjadi tauladan hidup bagi orang-orang yang ada di sekitar saya, apakah itu di kelas, di kantor, dalam rumah tangga dan di lingkungan masyarakat dengan terus berupaya meminimalisir kekurangan dan kekhilafan sebagai manusia biasa. Obsesi tidak akan dapat menjadi kenyataan jika tidak didukung oleh kompetensi. Sebagai seorang professional, guru harus memiliki 4 kompetensi. Kompetensi-kompetensi itu adalah ; kompetensi pedagogic, kompetensi professional, kompetensi kepribadian dan kompetensi social. Komptensi pedagogik saya dibuktikan dengan kemampuan saya mengenal karakteristik siswa secara mendalam serta merancang, menlaksanakan, mengevaluasi dan menganalisis hasil pembelajaran dan pengalaman belajar siswa sesuai hasil refleksi dan evaluasi. Saya juga

memahami berbagai teori belajar, teknik dan stratigi, metode dan model-model pembelajaran, sehingga saya dapat menciptan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) di dalam kelas. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahsa Jerman sebagaimana data yang saya temukan padapenelitian tindakan kelas. Dalam kompetensi professional saya mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi dari dulu. Oleh sebab itu, saya rajin membaca dan bahkan sudah menjadi hobbi. Setiap kali ke took buku saya pasti membeli semua buku yang menyangkut materi bahasa Jerman yang belum saya miliki. Saya juga senang membeli pun buku lain yang dapat meningkatkan kualitas saya sebagai guru. Buku metode didaktik, buku penelitian tindakan kelas, buku berbagai modelmodel pembelajaran dan lain-lain sudah terkoleksi di lemari buku saya di rumah. Setiap mendapatkan buku baru yang belum dipasarkan segera saya fotocopi. Pendek kata untuk buku saya tidak pernah kikir mengeluarkan dana. Toh, guru sudah dapat tunjangan professional. Berdosalah kita jika uang itu hanya digunakan untuk shoping atau berkunjung ke tempattempat yang tidak berkaitan dengan pengembangan diri kita sebagai guru professional. beberapa prestasi/kejuaraan yang pernah saya raih sebagai guru. Selain dengan banyak membaca buku, untuk meningkatkan pemahamn konsep dan teori serta pengalaman mengajar saya juga aktiif mengikuti MGMP, seminar dan Diklat di tingkat Kaupaten, propinsi Regional dan Nasional.. Beberapa prestasi/kejuaraan berkaitan dengan tugas gurupun pernah saya raih. Proses pernilahan jodoh yang sesuai syari’at agama, mendapatkan pekerjaan tanpa sogok, mendidik anak-anak dengan baik sejak dini sehingga tumbuh menjadi anak-anak berprestasi bukan hanya dalam aspek kognitif tapi juga dalam ranah psikomotorik dan afektifnya (dan semoga Allah menetapkan mereka sebagai anak-anak shaleh hingga akhir hayatnya), Bibir yang selalu tersungging ketika bertemu dengan siapa saja, ketulusan dalam mengerjakan apa saja menurut saya dapat digugu dan ditiru. Dan semua itu merupakan sikap dan karakter seorang guru yang memiliki kompetensi Kepribadian Demikian pula keaktifan dalam berbagai organisasi dari tngkat Desa hingga tingkat Provinsi menurut saya dapat menjadi inspirasi. Kesemuanya itu menggambarkan kalau saya mmemiliki kompetensi sosial. B.

VISI DAN MISI Allah SWT. menciptakan manusia di muka bumi ini mempunyai tujuan yang jelas sebagai mana firman-Nya dalam Al-Qur’an Wamaa khalaqtul jinna wal insa illaa liya’buduun yang artinya “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”. Oleh sebab itu, apapun profesinya manusia harus menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukannya itu merupakan rangkaian pengabdiannya kepada Sang Khalik yang telah menciptakannya. termasuk profesi sebagai seorang guru. Selain tujuan penciptaan manusia yang harus menjadi acuan dalam menentukan arah hidup kita, guru yang bertugas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus

mengejawantahkan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang termaktub dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kejelasan tujuan hidup sepanjang hayat seperti yang difirmankan oleh Allah SWT. serta tuntunan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional mengantar saya merancang visi dan misi dalam hidup dan kehidupan saya sebagai guru. Visi : Visi saya sebagai guru adalah terwujudnya iklim pendidikan di sekolah yang memberdayakan siswa berkembang menjadi manusia berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Misi : -

Adapun misi saya untuk mencapai visi di atas adalah : Menjadikan pelajaran Bahasa Jerman mampu menginspirasi siswa membangun diri untuk masa depannya sebagai generasi muda bangsa yang tetap berkepribadian bangsa Indonesia. Meyakinkan siswa bahwa bahasa Jerman merupakan sebuah kebutuhan dalam era globalisasi,

karena bahasa Jerman adalah salah satu bahasa dunia dan terbanyak digunakan di Eropa. - Menjadikan siswa berminat dan merasa senang belajar bahasa Jerman dengan menggunakan media dan metode yang bervariasi. - Meraih juara dalam berbagai kegiatan lomba bahasa Jerman seperti Gebyar bahasa Jerman, Deutsch-Wetbewerb, dan Olimpiade Bahasa Jerman di timgkat Kabupaten maupun di tingkat Provinsi. - Membangun karakter dan jiwa nasionalisme siswa dengan mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq dan budaya bangsa ke dalam mata pelajaran yang saya ampu. BAB II : PRESTASI YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA SEBAGAI GURU BERPRESTASI A. PRESTASI YANG TELAH DIRAIH Sebelum saya menjabarkan prestasi apa saja yang pernah saya raih selama saya menjadi PNS, saya perlu paparkan bahwa saya adalah alumni IKIP Ujung Pandang Jurusan Bahasa Jerman pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS). Saya masuk di Perguruan Tinggi lewat jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Keterampilan) pada tahun ajaran 1984/1985. Sebenarnya saya ingin kuliah di jurusan Bahasa Inggris, tetapi atas arahan guru bahasa Inggris saya di SMA, saya diminta untuk menjalani saja sampai semester dua, memasuki semester tiga barulah pindah jurusan.

Akhirnya saya jalani sesuai petunjuk guru tersebut. Ternyata, setelah menerima semua kartu nilai di semester pertama, saya menmperoleh nilai IPK tertinggi diantara teman-teman seangkatan saya sehingga saya cukup dikenal oleh para dosen dan senior. Mungkin itu menjadi salah satu pertimbangan sehingga saya dipilih menjadi sekretaris pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Pendidikan Bahasa Jerman di saat saya masih duduk di semester 2. Pada liburan semester satu saya tidak pulang kampung sebagaimana teman-teman lainnya. Saya mengisi liburan dengan mengikuta Latihan Kepemimpinan yang sejak SMA saya dambakan. Kebetulan pada waktu SMA saya adalah salah seorang pengurus OSIS di sekolah kami yang diwajibkan mengikuti LDK. Pada waktu itu salah seorang pematerinya alumni sekolah saya yang sudah kuliah di UNHAS. Penampilan dan kemampuan berbicaranya membuat saya penasaran menanyakan bagaimana ia bisa seperti itu. Dia menjawab kalau di PT juga terdapat banyak kegiatan Latihan Kepemimpinan. Maka ketika senior saya di kampus menawarkan untuk mengikuti kegiatan itu, saya gembira bukan main tanpa memperdulikan organisasi apa yang melaksanakannya. Beruntung organisasi itu bukan organisasi terlarang, tapi ternyata adalah ortom (organisasi otonom) Muhammadiyah, sebuah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang cukup terkenal di negeri ini. Ortom itu bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah disingkat IMM. Saya cukup puas dengan kegiatan itu, sehingga ketika ada lanjutannya pada liburan semester berikutnya saya ikut lagi. Sampai akhirnya saya mengikuti Latihan Instruktur, Coaching Instruktur dan Latihan Kepemimpinan Khusus Immawati (sebutan untuk kader perempuan) di tingkat Pusat, Jakarta. Keaktifan saya mengikuti semua jenjang perkaderan di IMM, memberikan saya segudang pengalaman; menjadi panitia, Instruktur pada berbagai tingkatan perkaderan, menjadi pimpinan dari tingkat komisariat (Fakultas), Kotamadya hingga Provinsi. Terakhir saya terpilih sebagai Ketua Bidang Immawati Dewan Pimpinan Daerah IMM Sul-Sel sekaligus merangkap sebagai Ketua Korp Immawati Provinsi Sulawesi Selatan. Di samping aktif di organisasi Ekstrakurikuler ini, saya tetap eksis di Lembaga Kemahasiswaan kampus. Dari sekretaris HMJ saya menjadi Pengurus Senat Mahasiswa hingga beberapa periode. Terakhir saya terpilih sebagai sekretaris umum, tapi saya menolak dan meminta agar ditempatkan sebagai Ketua III Bidang Kesejahteraan yang di dalamnya termasuk keagamaan. Prestasi dan keaktifan saya ini menjadi jembatan saya memperoleh beasiswa Supersemar selama kuliah. Keaktifan saya di IMM membentuk saya berjiwa pejuang, khususnya dalam bidang keagamaan dan keperempuanan. Dengan duduknya saya sebagai ketua bidang kesejahteraan akan membuka peluang bagi saya mewujudkan cita-cita membentuk sebuah organisasi mahasiswa muslimah di tingkat Fakultas sekalipun masih bersifat semi otonom. Saya berharap organisasi ini kelak bisa diakui di tingkat Perguruan Tinggi dengan status sebagaimana unit kegiatan lain seperti Pramuka, Palang Merah dan lain-lain yang sudah ada pada saat itu.

Walhasil, organisasi itu terbentuk di bawah kepengurusan kami, dan saya didaulat oleh teman-teman sebagai ketuanya. Alhamdulillah, sampai saat ini organisasi tersebut tetap hidup dan berkembang seiring organisasi kampus lainnya. Keaktifan di organisasi Intra maupun Ekstra Kurikuler semasa mahasiswa menjadi bekal yang sangat berharga untuk menjadi guru berprestasi. Kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual terasah secara seimbang. Kebiasaan mengelola berbagai kegiatan tanpa pamrih membentuk jiwa menjadi pengabdi sejati. Mengelola kelas saat membawakan materi dengan peserta pengkaderan yang heterogen dalam berbagai aspek merupakan hal yang lumrah. Pengalaman-pengalaman berharga di atas ditambah pengalaman dan ilmu yang saya peroleh dalam berbagai pendidikan dan pelatihan selama menjadi guru mengantarkan saya mencapai beberapa prestasi , diantaranya adalah : 1. Juara 1 Lomba Penyusunan RPP Kelas XII IPA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Bahasa Jerman Cabang Bawakaraeng Sulawesi Selatan dalam Lomba Akademik Antar Guru Bahasa Jerman Regional Sulawesi. Lomba ini dilaksanakan di Bulukumba Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal 22 Desember 2007. 2. Juara I Lomba Penyusunan RPP Bahasa Jerman Tingkat SMA pada kegiatan lomba penyusunan RPP SD, SMA, SMA dan sederajat tingkat Nasional yang dilaksanakan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Profesionalisme Guru (BP3G) dengan Jurusan Geografi Fakultas MIPA UNM pada tanggal 3 Januari 2008 di Gedung Jurusan Geografi FMIPA UNM. 3. Juara I Lomba Penyusunan RPP Bahasa Jerman Tingkat SMA pada kegiatan lomba penyusunan RPP TK, SD, SMA, SMA dan sederajat tingkat Nasional yang dilaksanakan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Profesionalisme Guru (BP3G) dengan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bulukumba pada tanggal 27 Januari 2008 di Gedung Juang 45, Jl. Ahmad Yani Kabupaten Bulukumba. 4. Juara III Kategori Guru SMA pada lomba karya tulis Rencana Aksi Peningkatan Mutu Pendidikan bertajuk “Sekolahku, Masa Depanku” yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Purna Praja kabupaten Sinjai. Lomba ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun 2008. Untuk menentukan pemenang, para finalis diminta mempresentasikan hasil karyanya di depan Bupati Sinjai. 5. Mendapatkan nilai baik dari penilaian teman sejawat sewaktu mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk sertifikasi guru. Nilai yang saya peroleh 82,00. Saya menganggap ini adalah sebuah prestasi yang cukup berarti karena pada umumnya peserta yang lain mendapat nilai yang lebih rendah dari saya, bahkan banyak yang hanya mampu memperoleh nilai 30-an. 6. Peserta terbaik III pada kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Tingkat Dasar (G2) Guru Bahasa Jerman SMA/MA yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bahasa dari tanggal 18 November s.d. 1

Desember 2009 Pola 140 Jam di Local Education Center (LEC) ATHIRAH Jalan Raya Baruga No. 26 Antang Perumahan Bukit Baruga Makassar Sulawesi Selatan. Dalam Pendidikan dan Lathan ini saya memperoleh nilai terbaik dalam bidang metode didaktik yang meliputi materi Kurikulum dan silabus, Telaah Buku Kontakte Deutsch 2 ; Tipologi Latihan dan Keterkaitannya dengan pengajaran komunikatif, Evaluasi Pengajaran dan Perencanaan Pengajaran. Karena itu saya berhak mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Dasar (B1), satu tingkat lebih tinggi dari yang seharusnya. Berdasarkan aturan, peserta Diklat Tingkat Dasar (B1) adalah lulusan Diklat Tingkat Dasar (G3). Diklat Dasar (B1) ini dilaksanakan di PPPPTK Bahasa Jakarta selama 21 hari. 7. Menjadi peserta Ujian Kompetensi Guru (UKG) yang memperoleh nilai tertinggi dalam mata pelajaran Bahasa Jerman di Kabupaten Sinjai. Dalam UKG ini saya memperoleh nilai 62, satu tingkat lebih rendah dari nilai tertinggi se Sulawesi Selatan, yakni 66. B.

PENGALAMAN KERJA SEBAGAI GURU Masa kerja saya sekarang sudah 16 tahun 3 bulan terhitung sejak diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Saya diangkat menjadi CPNS berdasarkan ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5024/A2/KP/1996 tertanggal 2 Februari 1996. Pengangkatan itu Terhitung Mulai Tanggal 1 Februari 1996 dengan pangkat III/a, NIP 132148902 dan ditugaskan sebagai guru pada SMA Negeri 1 Sabbang Kabupaten Luwu. Waktu itu Luwu belum dimekarkan menjadi beberapa kabupaten. Pada waktu itu SMA Negeri 1 Sabbang baru dibuka. Artinya, sekolah itu baru menerima siswa pada tahun ajaran 1995/1996. Itupun hanya ada 3 kelas. Kepala sekolahnya juga belum definitif. Kepala sekolah yang menjabat pada saat itu sebenarnya adalah Kepal SMA Negeri 1 Masamba. Gurunya terdiri dari beberapa guru baru yang SK-nya lebih duluan terbit dari saya ditambah guru-guru honor. Karena sekolah baru, maka berdasarkan kurikulum yang berlaku pada saat itu, Guru mata pelajaran Bahasa Jerman belum dibutuhkan. Oleh karena itu, Pejabat Kepala Sekolah menawarkan kepada saya untuk diusulkan menjadi Bendahara Sekolah yang ketika itu belum juga ada pejabat definitifnya. Menurut Kepala sekolah, menjadi Bendahara sangat bagus karena SK dan tunjangannya langsung dari pusat. Tapi seperti yang telah saya ungkapkan di atas bahwa guru sudah menjadi cita-cita saya sejak kecil, maka tawaran itu saya tidak terima. Hingga ulangan Catur Wulan ke-3 di semester 2 TahunPelajaran 1996/1997 saya tidak pernah mengajar di kelas, saya hanya mengerjakan tugas-tugas lain seperti menjadi seksi konsumsi pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Komite Sekolah, Sekolah ataupun Siswa. Kenyataan itu membawa saya melapor kepada Kepala Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu yang kala itu dijabat oleh Drs. Burhanuddin Kadir. Saya sampaikan bahwa keberadaan saya di SMAN 1 Sabbang sangat tidak efektif dan memohon diperbantukan di

SMAN 1 Belopa Kabupaten Luwu tempat suami saya mengajar. Gayungpun bersambut, saya diminta agar mengurus rekomendasi baik dari Kepala sekolah asal maupun Kepala Sekolah tujuan yang akan dijadikan rujukan oleh Kepala Kantor Dinas Pendidikan untuk membuat Surat Tugas. Akhirnya saya diperbantukan di SMUN 1 Belopa. Saya belum bisa dipindahkan secara definitif karena saat itu saya masih berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil . Untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) kita harus mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan terlebih dahulu. Sebenarnya ada Diklat Prajabatan sewaktu saya masih di Sabbang, tetapi saya tidak bisa ikut karena saya sedang hamil tua, sementara Diklat itu dilaksanakan di Pakkatto selama sebulan dalam bentuk Latihan Militer. Pada tanggal 6 Oktober s.d 4 Nopember 1997 saya mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan di Pakkatto Gowa. Markas ini merupakan pusat pendidikan dan pelatihan para tentara. Ada yang seru pada saat kami prajabatan. Pada acara pembukaan diadakan pemasangan atribut kepada peserta secara simbolis. Satu orang mewakili putra dan satu orang mewakili putri. Serunya, saya ditunjuk mewakili peserta putri dan suami saya mewakili peserta putra, padahal mereka tidak tahu kalau kami suami istri. Barulah ketahuan ketika suami saya dihukum jalan jongkok sambil tangan memegang kepala, mengelilingi lapangan di siang bolong dengan kepala botak. Kelihatan lucu, tapi sebagai istri saya tidak tahan melihatnya. Rasa iba dan kasih sayang saya kepada suami membuat air mata saya mengalir tak tertahan dan sempat dilihat oleh komandan. Karena penasaran komandan bertanya mengapa saya menangis. Rekan-rekan yang mengenal kami memberi tahu kalau saya istri peserta yang dihukum. Malam harinya kami berdua diperintahkan naik ke panggung. Di panggung kami terus dikerjain dan disuruh menyanyi. Setelah mengikuti prajabatan dan dinyatakan lulus, akhirnya saya diangkat menjadi PNS berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : ooo66/I06.D1/C.41/98 Terhitung Mulai Tanggal 1 Pebruari 1998 dengan status masih diperbantukan di SMA Negeri 1 Belopa. Tempat tugas sesuai SK masih di SMA Negeri 1 Sabbang. Terhitung Mulai Tanggal 1 Juni 1998 barulah saya resmi bertugas di SMU Negeri 1 Belopa berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : 01422/I06.DI/C.45/98. Sebenarnya di SMU Negeri 1 Belopa juga tidak dibutuhkan guru bahasa Jerma. Bahasa Jerman hanya dipelajari oleh siswa jurusan Bahasa, sementara di sekolah tersebut tidak ada jurusan bahasa. Tapi sekolah ini lumayan besar, terdapat 27 kelas dengan rata-rata siswa per kelas 45 orang. Makanya, saya diminta untuk mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia karena guru bahasa Indonesia kurang. Sayapun terpaksa harus belajar dari Kurikulum dan silabus hingga materi pelajaran. Sifat rasa ingin tahu dan hobi membaca yang sudah terasah sejak lama membuat saya tidak terlalu kesulitan. Beruntung juga saya dulu di SMA memilih jurusan bahasa yang banyak membekali saya dengan ilmu sastra. Semasa SMA hampir setiap minggu kami diminta untuk mendiskusikan karya-karya sastra dari para penulis ternama. Kebanyakan mendiskusikan

unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah Novel, Roman atau Cerpen dan memparafrasekan Puisi. Dan saya cukup terkesan, karena pada umumnya saya yang memimpin diskusi. Pengalaman di organisasi Intra maupun Ekstrakurikuler semasa kuliah juga sangat membantu. Seringnya saya membawakan materi Persidangan, Retorika, Kepemimpinan, Administrasi dan materi-materi lainnya selama aktif di IMM serta sekali-sekali membawakan ceramah agama di masjid atau di kelompok-kelompok pengajian membuat saya tidak terlalu bermasalah dalam mengajarkan materi bahasa Indonesia sesuai tuntutan kurikulum. Saya juga sering ikut lomba pidato, menulis makalah, membaca Puisi, membawakan renungan/Istighfar, membaca sari tilawah Al-Qur’an dan termasuk bisa sedikit melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan Tilawah pada malam pembaiatan peserta pengkaderan ataupun pada kegiatan lain. Hal itu sangat membantu saya dalam menjalankan tugas ini. Kemampuan mengelola kelas merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang guru. Sepintar apapun guru, jika tidak mampu mengelola kelas dengan baik, maka mimpi untuk meningkatkan mutu pelajaran sulit terwujud. Lagi-lagi pengalaman di organisasi mengelola kelas pada kegiatan pengkaderan yang pesertanya sangat heterogen baik dari segi usia, pengetahuan, tingkat ekonomi, jenis kelamin dan lain sebagainya sangat berarti. Ada satu pengalaman menarik saya mengenai penggunaan metode pembelajaran di kelas guna meningkatkan mutu siswa lewat pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap kelas saya bagi menjadi 4 kelompok yang anggotanya heterogen. Kelompok tersebut bertugas membuat makalah sesuai bahan ajar yang ditugaskan. Di dalam kelompok mereka secara bergantian memimpin diskusi dan berlatih bertanya dan menjawab pertanyaan. Setiap siswa dalam kelompok saya wajibkan untuk berbicara, apakah itu bertanya atau menjawab pertanyaan. Pada tahap awal saya menggunakan metode itu, masih banyak yang belum bisa berbicara sama sekali, maka saya arahkan agar tetap berlatih sekalipun hanya mengucap salam dan menyampaikan kalau untuk sementara belum ada yang bisa disampaikan atau menyatakan sependapat/tidak sependapat dengan seseorang. Akhirnya, pada tahap-tahap berikutnya mereka sudah berani berdiri untuk berbicara sekalipun hanya sekedar menyampaikan seperti yang saya sebutkan di atas. Hal ini sangat sederhana, tapi bermanfaat bagi siswa. Menurut pengamatan saya, banyak siswa yang tidak pernah mendapat kesempatan berbicara di depan temantemannya satu dua patah sekalipun karena tidak diberikan kesempatan untuk berlatih. Dengan metode itu, tidak seorangpun siswa yang lolos untuk tidak berbicara. Selain itu, saya juga mewajibkan setiap siswa untuk membuat papan kreasi kelas (istilah untuk majalah dinding di kelas). Tujuannya adalah agar kreatifitas siswa di kelas itu dapat dikembangkan. Isinya berupa gambar, karikatur, profil guru atau siswa, puisi dan tulisan apa saja yang bermanfaat, termasuk tugas-tugas terbaik siswa di pajang di sana. Sebagai bentuk penghargaan terhadap hasil kreasi siswa, maka setiap semester papan kreasi itu saya nilai sekaligus juga menjadi salah satu kriteria dalam penilaian keindahan dan kelengkapan kelas.

Yang paling membanggakan saya ketika mengajar di sana adalah lahirnya 3 buah antologi puisi yang ditulis oleh siswa saya, bernama Taufiq dengan gaya bahasa yang demikian indah dan penuh makna. Kemampuan menulisnya mulai tumbuh saat saya memperkenalkan jenis-jenis puisi berdasarkan isinya, lalu saya minta para siswa memilih salah satu bentuk puisi tersebut. Untuk mendapatkan inspirasi saya meminta siswa menuju ke taman sekolah dan mengambil tempat yang ia sukai. Ternyata setelah itu, ia terus menorehkan tinta menuliskan hasil imajinasinya dalam berbagai bentuk puisi. Setelah 6 tahun menjalankan tugas di SMA Negeri 1 Belopa, atas permohonan sendiri saya pindah ke Kabupaten Sinjai mengikuti suami yang sudah pindah setahun sebelumnya. Suami saya kebetulan berasal dari Sinjai. Pada waktu itu, otonomi daerah sudah berlaku sehingga SK Mutasi ditandatangani oleh Gubernur Sulawesi Selatan. SK Nomor : 824.3 – 342 itu berlaku pada tanggal 01 – 04- 2003. Dalam SK tersebut tidak tercantum sekolah yang dituju. Atas perintah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai Nomor : 824/I630/DP/2003, demi kepentingan dinas untuk sementara saya ditempatkan pada SMU Negeri 1 Sinjai Kabupaten Sinjai sambil menunggu SK. SK definitif dari Bupati Sinjai baru terbit pada tanggal 5 April 2005 bernomor : 820 – 008. SMU Negeri 1 Sinjai mempunyai jurusan bahasa di kelas 2 dan 3. Tapi saya tetap diberi tugas mengajar bahasa Indonesia berdasarkan pengalaman mengajar sebelumnya. Mata pelajaran bahasa Jerman diampu oleh Drs. Muhannis. Dia juga alumni IKIP Ujung Pandang jurusan bahasa Jerman. Saya mengajarkan bahasa Indonesia dari tahun 2003 hingga 2005. Selain mengajar bahasa Indonesia, saya juga pernah mengajarkan mata pelajaran TIK. Pada waktu itu masih kurang guru yang dapat mengoperasikan komputer. Saya memiliki komputer sejak masih bertugas di Luwu, sehingga mempunyai sedikit ilmu tentang komputer. Ilmu itu sempat juga saya amalkan kepada beberapa siswa SMU Negeri 1 Belopa yang meminta saya untuk memberikan les komputer pada sore hari semasa bertugas di sana. Sejak berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bahasa Jerman tidak hanya diajarkan pada Program Bahasa. Mata pelajaran ini menjadi salah satu mata pelajaran pilihan di Program IPA dan IPS. Dengan demikian jam belajar Bahasa Jerman bertambah. Sayapun kembali ke habitat semula, mengampu mata pelajaran bahasa Jerman. Bertahun-tahun tidak pernah mengajarkan bahasa Jerman lagi menyebabkan ilmu saya semakin berkurang. Maka kembali seperti waktu pertama kali saya diminta mengajarkan bahasa Indonesia. Saya pelajari kurikulumnya. Saya mengikuti MGMP untuk memperbaharui kembali pengetahuan saya. Karena seperti itulah ilmu, jika tidak diamalkan dan tidak secara terus-menerus kita perbaharui dan dicerahkan maka sedikit demi sedikit akan tertelan oleh masa. Ikatan Guru Bahasa Jerman (IGBJI) sangat membantu lewat berbagai programnya. Setiap tahun ada seminar tentang pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Guru

ditantang untuk meningkatkan mutu lewat berbagai jenis lomba akademik; menyusun RPP, menulis puisi bahasa jerman, menyusun LKS dan lain-lain. Keaktifan di IGBJI mengantar saya bisa menikmati berbagai pelatihan di tingkat provinsi maupun di tingkat nasional. Pendidikan dan Pelatihan itu ternyata tidak sia-sia. Pelajaran dan pengalaman dalam bidang pendalaman materi bahasa Jerman dan metode didaktik telah membentuk saya menjadi guru yang efektif dan menyenangkan. Ini menurut para siswa. Ketika saya meminta mereka berkomentar mengenai pengalaman belajar mereka sebagai bentuk refleksi pada akhir pembelajaran, pada umumnya siswa mengatakan kalau belajar bahasa Jerman itu menyenangkan dan mudah dipahami. Suasana pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAIKEM) terus saya upayakan terlaksana selama proses pembelajaran berlangsung. Model tempat duduk konvensional yang monoton saya jadikan masa lalu. Tempat duduk berubah setiap dibutuhkan sesuai karakteristik materi pelajaran. Menurut beberapa guru ‘susah, membutuhkan banyak waktu”. Tapi ternyata tidak, jika siswa sudah terbiasa, maka begitu ada instruksi, siswa akan segera mengorganisasikan dirinya dan pembelajaranpun akan segera berlangsung. Kadang memang gaduh, tapi itulah proses yang membutuhkan kreatifitas seorang guru untuk segera menyelesaikannya. Untuk itu, kadang saya bermimpi sekolah menganut sistim Moving Class. Kebanyakan saya menggunakan metode pembelajaran koperatif. Siswa dikelompokkan secara heterogen. Kelompok kadang berdua, bertiga, berempat, berlima atau berenam, tergantung dari tujuan dan sasaran pembelajaran sesuai kompetensi yang hendak dicapai. Berbagai media juga digunakan, saya sesuaikan dengan tujuan, amteri dan perkembangan siswa. Dalam pembelajaran saya lebih banyak hanya berfungsi sebagai fasilitator. Sesekali saja saya memberikan penjelasan jika dibutuhkan siswa. Konselor sebaya selalu saya manfaatkan untuk membantu temannya yang lambat memahami materi atau tugas-tugas pelajaran. Saya tidak memakai istilah bodoh, karena di dunia ini setiap yang pandai bisa menjadi bodoh dan yang bodoh bisa menjadi pandai. Perkataan ‘bodoh’ akan menyebabkan siswa merasa tidak dihargai, padahal salah satu kunci keberhasilan pendidikan itu tergantung pada penghargaan guru kepada siswanya Senyum adalah anugrah Tuhan bagi setiap manusia yang mengandung cahaya kebaikan dan kesucian, membawa kedamaian bagi yang melihat, dan menumbuhkan welas asih bagi yang memberi. Maka tersenyumlah kepada semua orang. Peringatan ini menjadikan saya berusaha untuk senantiasa tersenyum kepada siapa saja, termasuk kepada siswa. Jangan karena menjaga image sehingga senyum menjadi mahal buat anak didik. Dalam pembelajaran kemampuan kognitif saya pacu seiring kemampuan psikomotorik dan afektif. Kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, motivasi serta etos kerja yang tinggi terus dibangun.

Dengan profesi guru yang saya jalankan itu saya berharap, di akhir hayat saya bisa khusnul khatimah dan menjadi salah satu penduduk syurga-Nya Allah Sang Pemilik yang ada di langit dan di bumi beserta segala isinya. Olehnya itu, pekerjaan ini saya berusaha jalankan sebagai bagian dari pengabdian saya kepada Allah SWT, dengan niat Lillaahi Ta’ala. Sehingga walaupun materi pelajaran bahasa Jerman yang saya ajarkan, namun di setiap pertemuan pasti ada nilai religius yang saya selipkan di dalamnya. Saya juga selalu mengarahkan siswa agar menjadikan setiap aktifitas itu sebagai bagian dari ibadahnya kepada Allah SWT. Jangan berbuat termasuk belajar hanya sekedar untuk mengejar nilai tinggi, tetapi berniat ikhlas demi membangun dirinya mencapai masa depan gemilang dunia akhirat. Doktrin itu ternyata membuat siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dan selalu mengontrol tingkah lakunya, terutama jika berhadapan dengan kita, gurunya. C.

PRESTASI DALAM PENGEMBANGAN PROFESI Selama menjadi guru saya telah menulis beberapa karya pengembangan profesi, yaitu : 1. Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Kualitas Guru SMU Negeri 1 Belopa (Hasil Penelitian), tahun 1999. 2. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman Siswa SMA dengan Metode Pembelajaran Koperatif (Makalah Pendamping). Tahun 2007 3. Mengembangkan Kemampuan Bekerjasama Siswa SMA pada Mata Pelajaran Bahasa Jerman Melalui Model Pembelajaran Koperatif (Tugas Akhir), tahun 2007 4. Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Sinjai Melalui Pemberdayaan Zakat Orang Tua Siswa SMA/Sederajat (Makalah), tahun 2008. 5. Puisi versi Bahasa Jerman dan Terjemahannya dalam bentuk puisi berjudul Wiederanlagen (Kembali Fitrah), tahun 2009. 6. Bahan Ajar Bahasa Jerman SMA Kelas XII IPA/IPS Semester 1, tahun 2010.

D.

PRESTASI DALAM PEMBIMBINGAN SISWA Sekalipun bahasa Indonesia bukan bidang ilmu saya sesuai ijazah , tapi di SMU

Negeri 1 Belopa saya selalu dipercayakan untuk membimbing siswa ketika akan mengikuti lomba, baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi. Beberapa diantaranya yang masih saya ingat adalah : 1. Juara 1 Pidato Bahasa Indonesia di Tingkat Kabupaten dan menjadi wakil siswa untuk mengikuti Lomba Pidato pada tingkat provinsi. 2. Juara II Karya Tulis tentang Bahasa Daerah dalam rangka hari Bahasa yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Sulawesi Selatan.

Selain membimbing dalam bidang tugas utama, saya juga banyak berperan dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa. Salah satu yang paling berkesan adalah pelaksanaan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDK). Selama ini LDK dilaksanakan sesuai Petunjuk Pelaksanaan yang telah ada. Bermodal pertemanan dengan beberapa kader IMM di Kabupaten Luwu, maka saya bersama suami saya menawarkan model LDK yang diformat sebagaimana pelaksanaan pengkaderan di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM). Format tersebut ternyata disetujui oleh Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah serta guru-guru lain yang terlibat dalam kegiatan tersebut. LDK dilaksanakan selama 3 hari secara konsinyering. Instruktur didatangkan dari kader-kader IRM dan IMM, sehingga LDK itu benar-benar dapat terkelola dengan baik. Silabusnya dipadukan antara materi pokok dan materi keagamaan. Saya salah satu diantara pematerinya. Walhasil, luaran LDK itu membuat para orang tua siswa menjadi terpesona. Muncullah salah satu tokoh masyarakat yang juga adalah Ketua Komite Orang Tua Siswa pada saat itu menyampaikan kepada Kepala Sekolah agar program itu diteruskan dan dananya disiapkan oleh Komite sekolah. Menurutnya, kegiatan itu telah mampu merubah karakter siswa dalam jangka waktu yang cukup singkat, sebuah modal besar bagi generasi muda harapan bangsa. Maka sejak itu, LDK_LDK berikutnya dirancang seperti yang disebutkan di atas. Pada waktu itu komputer masih merupakan barang langka. Di sekolah juga belum ada. Oleh karena itu banyak siswa yang meminta agar saya memberikan les komputer pada sore hari. Meskipun ilmu yang saya miliki masih sangat kurang, tapi saya berusaha memenuhi permintaan siswa dengan mengajarkan sedikit yang saya tahu. Untuk membantu, saya membeli buku komputer yang bisa dijadikan pedoman bagi siswa untuk berlatih. Setelah pindah ke SMA Negeri 1 Sinjai, kegiatan membimbing siswa baru saya jalani setelah mengajarkan kembali bahasa Jerman. Seperti saya sebutkan sebelumnya bahwa Ikatan Guru Bahasa Jerman aktif melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan minat serta kualitas baik untuk guru maupun siswa. Gebyar bahasa Jerman merupakan kegiatan akbar tahunan yang pesertanya berasal dari Sul-Sel, Sultra dan Sul-Bar. Dalam event ini terdapat berbagai jenis lomba. Ada lomba utama dan hiburan. Lomba utamanya meliputi, lomba cepat tepat, berbicara, menulis surat, tata bahasa, kosa kata, peta buta, melukis. Sedangkan lomba hiburannya dikelompokkan sesuai jenis hiburannya, misalnya, tari, cerita rakyat, menyanyi dan lain-lain. Dari sekian jenis lomba banyak sekali juara yang telah diraih oleh SMA Negeri 1 Sinjai. Yang terbaik adalah ketika siswa SMA Negeri 1 Sinjai menjadi juara 1 Lomba cepat tepat pada tahun 2010. Padahal diantara lawannya ada siswa peserta olimpiade bahasa Jerman tingkat nasional. Saya juga kadang membawakan materi pada acara Latihan Dasar Kepemimpinan yang dilaksanakan oleh OSIS SMA Negeri 1 Sinjai. Demikian pula di sekolah lain, diantaranya di SMA Negeri 1 Sinjai Timur. Materi yang diberikan kepada saya Kepemimpinan atau Retorika.

Pada beberapa kegiatan Mahasiswa di Sinjai saya sering diminta membawakan materi, seperti akhlak, keluarga sakinah, kerumahtanggaan dan lain-lain. Adalah manusiawi jika sebuah prestasi membuat kita bangga. Bangga karena upaya yang telah dilakukan mendapatkan perhatian. Pekerjaan guru sepatutnya memang menjadi kebanggaan, apalagi kalau sudah berstatus sebagai guru berprestasi. Tidak semua guru mendapatkan kesempatan untuk meraih gelar itu. Dan yang paling penting bahwa guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sederet pekerjaan yang tidak akan mampu dilakukan tanpa jiwa pengabdian. Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, guru tidak hanya dituntut memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang kokoh sehingga dapat menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga, maupun masyarakat. Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan nasional, maka kedudukan dan peran guru semakin strategis untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas dalam menghadapi era global. Era global menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional. Olehnya itu guru harus mampu mengilhami siswa agar dapat membangun masa depannya yang sarat tantangan dan terus berubah. Karena mulianya pekerjaan guru itu, kesuksesannya dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan melatih siswa menjadi lebih baik tidak hanya diapresiasi oleh pemerintah, tetapi mendapatkan penghargaan langsung dari Allah SWT berupa amal jariah, suatu hadiah yang maha dahsyat. Memang, pekerjaan guru adalah pengabdian, dan guru berprestasi merupakan kebanggaan. Hanya kebanggaan itu hendaklah diwujudkan dalam bentuk kesyukuran, dengan berusaha berbuat yang lebih baik, bukan kesombongan yang mungkin saja akan menjadi penyulut api neraka di kehidupan yang kekal. Na’udzu Billaahi Mindzaalik. Walaa tusha’ir khaddaka linnaasi wa laa tamsyi fil ardhi maraha. Innallaaha laa yuhibbu kulla mukhtalin fakhuur. “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. . Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” ( Q.S Al-Luqman : 18) BAB III : PRESTASI DALAM BERKELUARGA DAN BERMASYARAKAT Saya sudah berkeluarga sejak bulan Februari 1993. Drs. Jamaluddin Burung menjadi suami pilihan Allah untuk saya, bukan pilihan ortu. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena saya menikah dengannya berdasarkan hasil shalat sunat istikharah (shalat sunat meminta petunjuk dalam memilih). Selama bergelut di IMM saya benar-benar menjaga hijab dengan laki-laki yang bukan muhrim saya. Kebetulan saya sering membawakan materi Adabul Mar’ah Fil Islam” (Adab

Wanita dalam Islam) di Pengkaderan. Istilah pacaran yang bagi sebagian besar anak muda menjadi sebuah kebanggaan sangat menjijikkan bagi saya. Hal ini karena di hati saya sudah tertanam keyakinan bahwa umur, rezeki dan jodoh itu telah ditentukan oleh Allah. Demikian pula saya sangat yakin dengan janji Allah bahwa orang baik-baik akan dipertemukan dengan yang baik-baik pula demikian sebaliknya orang yang tidak baik akan dipertemukan dengan sesamanya. Maka, untuk mendapatkan orang yang baik saya harus memulai memperbaiki diri terlebih dahulu. Saya sangat mendambakan seorang suami yang shaleh, yang dapat membimbing saya ke jalan yang diridhai Allah, yang dengannya saya berharap melahirkan anak-anak yang bisa menjadi Qurrata A’yun, hidup dalam keluarga sakinah, mawaddah warahmah. Olehnya itu, saya sangat berhati-hati dalam menentukan pilihan dan harus dimulai dengan proses yang benar menurut syar’i. Alhamdulillah suami saya seperti yang saya idamkan, seorang suami yang penyayang, penuh pengertian dan mampu menjadi pemimpin yang baik dalam rumah tangga. Yang paling membuat saya bersyukur kepada Allah karena dia tergolong shaleh.. Sekalipun ia guru bahasa Jerman, tapi ia bisa menjadi imam di dan baca khutbah di Masjid pada hari Jumat serta menjadi sosok tokoh masyarakat yang cukup disegani. Pertama kami menjalani hidup berumah tangga, kehidupan ekonomi carut-marut. Kami berdua belum mempunyai pekerjaan tetap. Dalam sebulan beruntung kalau bisa memperoleh uang sebanyak Rp.30.000. Padahal waktu saya kuliah uang bulanan dari orang tua Rp. 40.000 ditambah beasiswa sebesar Rp. 40.000/bulan, kue-kue tak pernah alpa. Suasana yang cukup sulit bagi seorang istri yang tidak memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi. Menghadapi kenyataan hidup seperti itu, diusia 6 bulan kehamilan anak pertama, saya bertekad untuk berangkat ke Kendari mengadu nasib. Suamiku menyusul kemudian karena ia harus menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah tempat ia mengabdi. Namun, ternyata kami berdua tidak berhasil dan terpaksa harus kembali ke kampung, karena sudah menjelang melahirkan. Tanggal 10 Desember 1993, anak saya lahir. Cantik, lucu dan saya beri nama Anugrah Az-Zahra Jamal. Setiap tahun kami ikut ujian seleksi calon pegawai negeri sipil, tapi setelah anak saya berumur 3 tahun barulah kami lulus, yakni pada tahun 1995. Bersyukur, kami berhasil tanpa melalui jalur yang kebanyakan orang jalani. Menyuap atau menyogok, kata yang sangat berbahaya karena ancamannya adalah neraka. Jauh sebelum dilarang oleh Negara, jauh sebelum Luthfi Hasan dan Fathanah ditahan karena kasus suap, Rasulullah sudah mewantiwanti agar tidak melakukan hal itu. Sabda beliau “yang memberi dan menerima sama-sama neraka”. Alhamdulillah pada bulan Februari 1996 saya berpindah ke Kabupaten Luwu karena tugas. Sewaktu tinggal di Kec. Belopa saya aktif membawakan pengajian di beberapa majelis taklim dan kelompok pengajian. Saya juga meluangkan waktu di rumah untuk melatih beberapa orang guru, pegawai dan ibu-ibu darmawanita SMU Negeri 1 Belopa membuat pola pakaian

dan menjahit. Sebelum saya menjadi PNS semasih tinggal di Makassar saya mengelola konveksi pakaian muslimah milik teman adik saya. Disamping itu saya pernah ikut kursus menjahit tingkat dasar hingga tingkat mahir. Pada tanggal 8 Desember 1996 lahir anak kedua saya, seorang putri mungil yang saya beri nama Hikmah Shabriani Jamal. Nama itu saya berikan karena kesabaran kami selama ini menjalani hidup yang serba susah ternyata membawa hikmah. Pada tahun 1998 lahir lagi anak ketiga, gadis manis bernama Khairunnikmah Jamal. Yang keempat namanya Mukhlishah Jamal dan yang terakhir seorang laki-laki yang sudah lama kami idam-idamkan. Ia saya beri nama Ahmad Hafidz Jamal. Setiap saya hamil tak henti-hentinya saya memohon agar dikaruniai anak anak shaleh/shalehah. Sebagai orang tua saya berusaha memperkenalkan Al-Qur’an sedini mungkin kepada anak-anak kami. Kami mengajar sendiri anak-anak mengaji di rumah. kecuali anak ke 3,4 dan 5, karena saya sudah tinggal di Sinjai, dan kebetulan saya mendirikan TK/TPA di Masjid, dimana saya diamanahkan menjadi salah seorang pengajar sekaligus Kepala Unit, sehingga mereka mengajinya di masjid. Tapi kami tetap membimbingnya di rumah. Kebiasaan bangun sebelum subuh bagi anak-anak kami latih sejak dini. Semaksimal mungkin saya usahakan anak-anak bersama kami shalat shubuh di masjid. Sejak kelas 3 SD anak-anak sudah kami latih untuk mencuci dan menyeterika sendiri pakaiannya. Olehnya itu, saya tidak merasa terlalu repot mengurusi anak-anak. Pagi-pagi tanpa saya arahkan mereka sudah siap ke sekolah. Sebelum ke sekolah saya haruskan mereka meminta izin dengan menyalami saya sambil cipika-cipiki. Saya tidak akan menjabat tangannya kalau dia berdiri pada saat saya duduk. Dia juga harus duduk. Ini pembiasaan untuk berlaku hormat dan menanamkan rasa kasih dan sayang terhadap orang tua. Saya tidak membiasakan memberikan uang jajan berlebihan kepada anak-anak. Setiap anak saya jatahkan perbulan. Uang jajan itu hanya untuk digunakan di sekolah. Yang sudah besar saya minta untuk mengelolanya sendiri sedangkan yang masih duduk di bangku SD saya minta kakaknya yang mengatur. Ini Latihan memenej uang agar dapat merencanakan pengeluaran sesuai kemampuan. Kepada anak-anak juga kami tekankan agar berbelanja sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan. Sehingga termasuk jajan, harus beli makanan yang dibutuhkan, bergizi dan tidak berbahaya bagi tubuh. Saya tidak membiasakan anak-anak jajan ketika sudah berada di rumah. Dia harus terbiasa memakan makanan yang disiapkan. Mendidik mereka menghargai jerih payah orang tua dan melatih mereka tidak hidup boros. Dalam hal belajar juga anak-anak saya tidak membuat susah orang tua. Mereka tanpa disuruh akan belajar dan mengerjakan tugas dari sekolah. Kecuali kalau ada yang tidak dimengerti barulah bertanya kepada kami. Karena kebiasaan itu, Alhamdulillah anak-anak kami cukup berprestasi.

Anak pertama yang kini kuliah di UNISMUH Makassar pada Fakultas Kedokteran, sejak SD selalu juara kelas, mengikuti Lomba Mengarang antar murid SD di Tingkat Kabupaten, mengikuti Olimpiade Mata Pelajaran semasa SMP dan SMA, dan mewakili Siswa SMA Sulawesi Selatan dalam Lomba Karya Ilmuiah Remaja (KIR) dan Jambore Nasional LIPI di Bangka. Pada Lomba ini ia sempat mendapat penghargaan. Di sekolah juga ia aktif sebagai pengurus OSIS, jabatan terakhirnya adalah bendahara umum. Dia juga aktif sebagai pengurus Remaja Masjid. Sejak kecil anak sulung saya ini bercita-cita menjadi dokter. Makanya, sewaktu lulus SMA, dia tidak mau mendaftar di jurusan lain. Semua pilihannya jurusan kedokteran. Namun ternyata ia tidak lulus baik pada seleksi PMJK, Jalur Undangan maupun SMPTN. Dia sempat ciut karena dicemoh oleh omnya di Makassar. Dia menelpon saya dengan nada sedih. Ummi, malu-maluka, masa nabilangika om “liatko itu Arham, sepupu sekalimu bebas teski tauwwa di jurusan sejarah UNM, kau itu apa, tidak ada nululusi.” Dalam keterpurukan seperti itu, batin saya berkata “anakta butuh motivasi”. Masalah seperti itu bagi saya masalah biasa, bukan hal liar biasa. Kegagalan bagi manusia adalah dinamika hidup yang harus dan mesti dilalui. Maka tidaklah pantas kita manusia menjadi lemah karena sebuah kegagalan. Ingat ! kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Allah berfirman :”Inna ma’al usri yusra. Fainna ma’al usri yusra Sesungguhnya sesudah kesulitan iti ada kemudahan. Tinggal bagaimana kemampuan kita memanage kesulitan itu menjadi sebuah titian menuju kesuksesan yang pasti menanti kita. Ayat-ayat Allah itu saya jadikan pemompa semangat buat anak saya agar terus berjuang untuk meraih cita-citanya. Saya katakan padanya ; “gagal itu nak tidak berarti berhenti sampai di situ. Kita harus bersifat kesatria dalam menghadapinya.. Tidak apa-apa kita sedih, karena itu sifat manusia memang. Tapi kita harus yakin, bahwa ketika Allah menurunkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita, pasti ada hikmahnya, yang salah satu di antaranya, Allah menenyiapkan tempat lain untuk kita yang menurut-Nya akan jauh lebih baik. Inna wa’dallaahi haqqa. Sesungguhnya janji Allah itu maha benar. Anak saya lulus di Fakultas Kedokteran UNISMUH Makassar. Perguruan Tinggi yang cukup saya kenal, karena hari-hari saya semasa aktif di IMM dulu kebanyakan bermarkas di sana. Saya tahu persis bagaimana program-programnya yang dapat menciptakan generasi muda seperti yang diharapkan. Kurikulumnya yang mengintegrasikan antara materi kuliah dengan keagamaan. Pimpinan dan Dosen-dosennya yang menurut lumayan berkualitas, karena di samping prestasi akademiknya yang memang di atas rata-rata, pada umumnya mereka sebelumnya aktifis IMM. Saya terharu ketika melihat kamar anak saya dipenuhi dengan tulisan Asmaul Husna, Saya tanya “untuk apa itu nak”. Seperti biasanya anak saya menjawab manja. “Anu Ummi, mauka ikut seleksi pengurus IMM di komisariat. Saya kan bisami Ummi, ka sudahma ikut DAD (Darul Arqam Dasar, tingkatan LDK tingkat Dasar di IMM), tapi anu Ummi, diujiki, na salah satu syaratnya itu haruski lancar menghafal Asmaul Husna dengan artinya. Alhamdulillah, itulah hikmah dari ketidakluluan anak saya di PTN.

Kuliah di Perguruan Tinggi swasta memang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tapi bagi kita guru tidak perlu galau. Bukankah ada tunjangan profesi yang sangat cukup untuk itu ? . Anak kedua sekarang menjelang kelas XII di SMA Negeri 1 Sinjai Timur. Seperti kakaknya, ia juga selalu juara kelas sejak di SD, Juara I menghafal surah-surah pendek AlQur’an dari tingkat Desa sampai tingkat Kabupaten, wisudawan terbaik Kursus AA English tingkat SMP. Karena prestasinya itu ia mendapatkan hadiah serta tabungan Junior BRI gratis senilai Rp.250.000. Ia pernah mewakili kabupaten sinjai mengikuti Festifal Anak Shaleh tingkat Provinsi Sul-Sel di Palopo karena ia meraih juara I Lomba Pidato Bahasa Inggris di tingkat Kabupaten. Dua kali mengikuti Olimpiade Astronomi di tingkat kabupaten dan barubaru ini menjadi duta Sulawesi Selatan pada Olimpiade Bahasa Jerman tingkat Nasional di Jakarta. Sekarang dia menjabat Sekretaris Umum OSIS di dan aktif dalam kegiatan ROHIS di sekolahnya. Anak ketiga tahun ajaran baru nanti akan masuk SMA, dan dia juga cukup berprestasi. Ia pernah mengikuti Olimpiade Fisika tingkat kabupaten, sedangkan anak keempat sudah kelas empat SD yang juga selalu juara kelas. Anak kelima yang paling gagah di keluarga kami, baru sebulan yang lalu meninggal. Tapi dia anak yang cerdas. Di usia 4 tahun dia sudah bisa adzan dan mampu memimpin do’a di depan teman-teman mengajinya di TKA/TPA, Subhaanallah. Dalam kehidupan sosial saya juga tidak tinggal diam. Selama di Sinjai ini saya aktif di PKK Desa. Saya membina kelompok Usaha Bersama Ibu-Ibu PKK di desa Kampala. Sebagai ketua, saya sering mengikuti pelatihan managemen usaha yang dilaksanakan oleh Dinas PERINDAG Kabupaten Sinjai. Sebagai Pengurus Karang Taruna, saya juga pernah mengikuti pelatihan Kecantikan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sinjai. Selain yang saya sebutkan di atas dalam bidang keagamaan, saya aktif sebagai pengurus Majelis Taklim, sebagai Kepala Sekolah Unit TK/TPA Nurul Iman, dan pernah mengikuti Workshop Pengembangan Diniyah Takmiliyah yang dilaksanakan oleh Pekapontren Kantor Agama Kabupaten Sinjai untuk dipersiapkan menjadi Kepala Sekolah Diniyah. Diniyah sudah berjalan sejak keluar izin operasionalnya. tapi saya hanya menjadi Tenaga Administrasi dan meminta suami saya menjadi Kepala Sekolah karena bersamaan dengan itu saya juga diamanahkan sebagai bendahara Koperasi di sekolah kami, KPRI Karya Sehat SMA Negeri 1 Sinjai. Tugas baru ini membuat saya cukup sibuk. Selama menjabat bendahara koperasi, sudah 3 kegiatan pelatihan perkoperasian yang saya ikuti. Managemen usaha dan pembukuan dipelajari di sana. Pada pemilihan Pimpinan Aisyiyah (organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang perempuan) cabang Sinjai Timur periode 2010-2015 suara terbanyak memilih saya sebagai ketua umum, tapi saya menolak dan masih ingin belajar sebelumnya. Dan akhirnya saya ditempatkan sebagai sekretaris umum. Saya juga tercatat sebagai salah seorang pengurus Korps Muballigh di kecamatan Sinjai Timur.

Dal;am organisasi profesi, saya menjadi pengurus PGRI di SMA Negeri 1 Sinjai dan di Organisasi Wanita PGRI Kabupaten Sinjai. Saya juga sekarang menjabat sekretaris umum Ikatan Guru Bahasa Jerman Cabang Bawakaraeng Sulawesi Selatan.

-

-

-

BAB IV : HARAPAN DAN RENCANA KEGIATAN MASA DATANG Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan ada beberapa harapan saya, diantaranya : Saya memimpikan memiliki ruangan khusus untuk mengajarkan bahasa Jerman, sehingga kelas bisa secara maksimal digunakan untuk menciptakan pembelajaran berkualitas dan bermakna, demikian pula untuk mata pelajaran yang lain. Saya membayangkan semua guru lulus tes kemampuan ESQ, sehingga siswa tidak hanya dijejali dengan berbagai teori yang belum tentu akan dapat membangun generasi muda untuk masa depannya. Saya mengimpikan siswa pulang ke rumahnya di siang hari dalam keadaan menyukai diri mereka sedikit lebih daripada ketika ia datang di pagi hari. Saya mengharapkan iklim sekolah yang diwarnai ketertiban, kesantunan, prestasi yang melejit karena pemahaman dan pembiasaan mengamalkan ajaran agama secara kontinyu. Untuk itu, di masa yang akan datang saya berencana merintis berdirnya sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya harapan-harapan di atas dapat terwujud, Amin. Demikianlah beberapa hal yang dapat saya gambarkan tentang diri saya, semoga ini bisa menjadi bahan evaluasi diri yang diberkahi Allah SWT. Dalam makalah ini saya hanya memaparkan sisi-sisi positif yang telah saya lakukan selama ini. Tapi semoga saya juga tidak melupakan untuk terus menggali sisi-sisi negatif yang ada pada diri saya. Sebagai manusia yang memang diciptakan oleh Allah dengan berbagai kekurangan, setiap saat harus selalu bermuhasabah, agar tidak tenggelam dalam euphoria keberhasilan semu. Keberhasilan yang saya harapkan adalah keberhasilan yang membawa rahmatan lil ‘alamin. Manfaat untuk diri sendiri dan orang lain serta yang dapat menjadi deposito guna mencapai kehidupan yang lebih layak setelah perhitungan di hari kemudian. Akhirnya, hanya kepada Allah saya kembalikan keberhasilan itu, karena sesungguhnya semua itu milik Allah dan pada saatnya nanti akan ditarik-Nya kembali. Semoga ampunan dan magfirah tetap dicurahkan kepada kita semua, Amin yaa Rabbal ‘Alamin. Dan sebagai penutup saya mengajak, marilah kita camkan kata-kata bijak berikut : Cintailah yang memberi nikmat dan jangan engkau cintai nikmat yang diberikan, agar selamat dunia akhirat. Ingat !!! guru berprestasi itu adalah salah satu nikmat.

MENGAPA SAYA LAYAK MENJADI GURU BERPRESTASI

MENGAPA SAYA LAYAK SEBAGAI GURU BERPRESTASI

Diajukan oleh Nama NIP /NUPTK Nama Sekolah Kabupaten Provinsi

: SUPARJO, S.Pd : 196711021992031005 : SMP NEGERI 1 GUMELAR : BANYUMAS : JAWA TENGAH

PEMILIHAN GURU BERPRESTASI SMP/MTz TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

BAB I LATAR BELAKANG A. Cita –Cita Sejak Kecil Guru merupakan cita-cita saya sejak masih dibangku sekolah dasar, dengan alasan yang cukup sederhana yaitu: “orang yang mengajarkan ilmu keabaikan kepada orang lain akan mendapatkan derajat yang tinggi disisi Alloh”. Jika ilmu yang saya ajarkan diajarkan ke orang lain lagi dan memberi manfaat, maka akan mendapatkan pahala dan derajat semakin tinggi. Dengan inilah saya mencintai profesi saya sekalipun dulu belum banyak yang berminat ingin menjadi guru. Dari 48 delapan siswa sekelas saya ketika di SMA hanya 6 siswa yang mendaftar menjadi guru. Untuk mewujudkan cita –cita saya itu, saya harus belajar dengan disiplin dan bisa membagi waktu serta berjuang mati-matian. Bagimana tidak? saya dilahirkan oleh ibu saya pada keluarga miskin yaitu petani buruh. Dengan beban keluarga 5 anak bapak harus bekerja keras mencari nafkah supaya bisa bertahan hidup saja sudah suatu anugerah. Setiap hari sehabis

pulang sekolah saya makan sholat dan istirahat sebentar terus ke sawah mencari rumput untuk memberi makan 2 ekor sapi yang digunakan untuk buruh membajak sawah. Biaya sekolah saya sebagian dibantu oleh kakak yang sudah bekerja di pabrik textile Randu Sari, Teras, Boyolali. Saya tidak mungkin bisa melanjutkan kuliah dengan kondisi seperti ini. Pada awal semester 6 ketika SMA saya ikut mengisi formulir PMDK ( Penelusuran Minat Bakat dan Kemampuan) yang diberikan sekolah, karena pertimbangan biaya saya memilih jurusan fisika IKIP Semarang dengan program pendidikan Diploma III. Alhamdulillah saya terbawa. Karena senangnya orang tua saya akan dibiayahi dengan resiko apapun yang penting bisa kuliah. Dan lulus IKIP Semarang tahun 1990. Saya tinggal di Purwokerto, tepatnya kelurahan Tanjung, setiap pagi saya harus berangkat menuju SMP Negeri 1 Gumelar yang jaraknya 40 kilo meter kearah barat daya. Sungguh perjuangan yang berat harus melewati pegunungan kapur dengan jalan berliku, tanjakan dan turunan tajam. Karena itu adalah pilihan hidupku, saya tidak boleh merasa terbebani oleh pkeputusanku sendiri menjadi guru. Setiap setengah enam pagi saya sudah bersiap- siap untuk berangkat supaya tidak terlambat sampai di sekolah. Dalam kondisi apapun saya berusaha agar tidak terlambat, supaya anak bisa mencontoh guru yang disiplin dan tepat waktu. Banyak teman –teman yang menyarankan supaya saya pindah ditempat yang lebih dekat, namun saya masih pikir –pikir karena selama 20 tahun saya mengajar di SMP Negeri 1 Gumelar belum ada satupun drop-dropan guru yang ijazahnya pendidikan fisika. Mungkin ini cobaan saya agar berlatih sabar. Sebagai manusia biasa saya juga ingin dekat dengan tempat bekerja namun karena pengganti saya jurusannya belum tepat, saya belum tega untuk melepaskan karena terbayang nilai anak-anak tidak sesuai harapan jika diajar oleh guru yang bukan jurusannya. Kadang –kadang saya merasa kurang semangat kalau mau berangkat hujan deras,

karena

ingat

tugas,

tanggung

jawab

dan

ingat

guru

adalah

keputusanku saya tetap berangkat dengan senang hati, dengan mantel dan memakai sepatu boot agar dalam perjalanan merasa nyaman dari cipratan air hujan maupun kendaraan lain. Sebagai tuntutan guru yang harus memiliki kualifikasi akademik dan agen pembelajaran, sehat jasmnai dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional ( permendiknas no 16 tahun 2007) jauh sebelumnya saya berusaha untuk belajar. Saya diangkat pertama kali menjadi CPNS mulai tanggal 1, Maret 1992 dengan golongan pangkat II/c dan ijazah yang saya memiliki Diploma III/ Akta Mengajar III. Saya berusaha untuk meningkatkatkan kualifikasi akademik, dengan meneruskan kuliah

lagi tahun 1995 mumpung anak masih kecil belum banyak tuntutan biaya di Universitas Terbuka UPBJJ

Purwokerto

dan tahun 1997 saya lulus Srata 1. Agaknya nasib

saya semakin membaik tahun 2009 saya sudah lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat pendidik sebagai agen pembelajaran, sehat jasmnai dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. B. Motivasi Saya Mengikuti Pemilhan Guru berprestasi

Pada saat rapat cecking panitia Ujian Nasional tahun pelajaran 2011/2012 tanggal 18 April 2012 kepala sekolah membacakan surat edaran dari kepala dinas pendidikan kabupaten Banyumas yang berisi pemilihan guru berprestasi. Dan akhir rapat dibentuklah panitaia seleksi pemilihan guru berprestasi tingkat sekolah yang terdiri atas kepala sekolah unsur komite, guru senior dan pengawas. Selama kurun waktu 2 minggu terpilihlah 4 kandidat yang akan diseleksi administrasi, dokumen portofolio dan mengikuti tes wawancara. Dan alhamdulillah saya mendapat nilai tertinggi terpilih mewakili SMP Negeri 1 Gumelar untuk maju ke tingkat kabupaten.

Atas dorongan,ucapan selamat dan semangat dari teman- teman, ketua komite dan perwakilan OSIS saya harus segera menyiapkan segala persyaratan untuk maju ketingkat kabupaten. Inilah yang mendasari mengapa saya mengikuti pemlihan guru berprestasi. Saya berbekal semangat dan bersungguh- sungguh karena diberi amanat menjalankan tugas untuk membawa nama baik saya dan sekolah. Padahal sebelumnya saya belum ada gambaran mengikuti lomba guru berprestasi.

C. Visi dan Misi Saya memiliki prinsip hidup yang diajarkan orang tua yaitu menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan lebih besar lagi masyarakat bangsa dan negara. Visi saya sebagai guru adalah: “Menjadi guru professional yang dicintai dan disegani siswa” . Selama saya menjadi siswa hingga menjadi guru selama 20 tahun saya mengamati para pola pikir siswa. Seorang siswa akan mengidolakan dan senang pada guru apabila : nilai ulangan siswa bagus, mengajarnya mudah diterima, memberi motivasi siswa untuk maju, membimbing siswa dengan sabar, guru bisa memberi rasa aman saat suasana belajar (smart). Untuk itu saya berusaha mewujudkan keinginan siswa itu. Untuk mewujudkan visi itu saya memiliki missi yaitu: 1) selalu disiplin menjalankan tugas.2) memberikan pengajaran yang menarik berganti –ganti metode dan model

pembelajaran sesuai materi, 3) memberi penghargaan ( reward ) pada anak yang berhasil memecahkan masalah 4) menamkan kejujuran saat ulangan dan berperilaku 5) menanmakan sopan santun saat berbicara dan bersikap. Saya terinspirasi oleh guru kimia saat saya sekolah di SMA Negeri 2 Boyolali yaitu bu Dra.Srie Hastuti dengan kegigihanya beliau bisa menjadi guru kimia. Saat belajar sudah ngantuk tetapi keinginan untuk mendapat nilai tinggi harus tercapai, telapak kaki dimasukan kedalam ember yang berisi air dingin supaya ngantuknya hilang. Beliau berkata : “dengan usaha yang keras pasti akan diberi jalan”.

BAB II SIAPAKAH SAYA A. Prestasi Kerja Dengan bekal mencintai profesi saya sebagai guru berusaha untuk bisa memenuhi tugas saya : 1)memiliki pemahaman wawasan pendidikan 2) memahami peserta didik 3)merencanakan pembelajaran 4)melaksanakan pembelajaran, mendidik dan dialogis 5)mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Dengan usaha yang keras dan semangat yang tinggi pasti akan membuahkan hasil yang baik. Semangat itulah yang menyulut kembali saat saya sedang kurang bergairah untuk mengajar mendidik dan membimbing. Hasil yang kami peroleh Nilai Ujian Nasional selama 3 tahun sebagai berikut: Tahun Pelajaran

Nilai Ujian Nasional B.

Matematika

B. Inggris

Keterangan IPA

Indonesia 2008/2009

7,81

8,08

5,78

7,52

2009/2010

8,07

6,55

5,98

7,29

2010/2011

7,66

6,31

6,25

8,07

Nilai tertinggi Diraih 2 siswa Nilai tertinggi Diraih 2 siswa

10. 10.

Hasil kerja keras kami dan rekan guru biologi ternyata menghasilkan nilai yang lumayan. Nilai maksimal siswa memperoleh nilai sempurna 10 tahun 2010 dua siswa dan tahun 2011 dua siswa lagi. Dari perolehan ujian nasional 3 tahun berturut turut IPA tetap diatas 7,00 dan memenuhi nilai standard nasional dan bahkan mendorong nilai yang lain untuk memenuhi syarat pengajuan menjadi Calon Sekolah Standar Nasional (CSSN ). Pada tahun pelajaran 2010/2011 IPA memperoleh nilai tertinggi dari mata pelajaran yang lain di SMP Negeri 1 Gumelar. Dan IPA memperoleh peringkat 5 Kabupaten sekolah negeri dan peringkat

ke 7 untuk sekolah negeri dan swasta. Nilai ini kalah jika dibandingkan dengan sekolah favorit namun kalau dilihat dari segi perjuangan saya jauh lebih susah. Bagi guru disekolah -sekolah favorit nilai sepertiyang saya capai, biasa saja karena input disekolah favorite sudah tinggi, setelah lulus punya harapan besar untuk melanjutkan. Selain input siswa bagus, siswa kota masih les privat diluar sekolah. Sedang siswa saya adalah siswa di daerah pinggiran yang kalau disuruh sekolah gratis saja susah. Di SMP Negeri 1 Gumelar terletak di desa yang jauh dari perkotaan kebanyakan siswa yang sekolah hanya dari lingkungan setempat. Dan kebanyakan setelah lulus SMP langsung bekerja di Jakarta jadi pelayan toko, pembantu rumah tangga bahkan kuli bangunan. Mengajar ditempat seperti ini sulit sekali untuk membangkitkan motivasi apalagi orang tua kurang begitu mendukung. Banyak orang tua yang bekerja di Saudi Arabia, Malaysia, Taiwan dan Korea. Masalah penampilan mungkin tidak ketinggalan dengan siswa perkotaan. Mulai HP canggih, perhiasan, motor, tetapi kalau urusan belajar susahnya minta ampun. Anak yang dibesarkan hanya dengan uang bukan kasih sayang lebih sukar diatur dibandingkan dengan siswa yang dibesarkan dengan motivasi, dorongan orang tua, pengawasan dan kasih sayang. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki siswa, saya berusaha membimbing siswa untuk mengikuti lomba yang sesuai dengan bidang yang saya ampu melalui ekstrakurikuler KIR Sains Fisika. Dari usaha tersebut saya mampu mengantarkan beberapa siswa sampai memperoleh hasil sebagai berikut: No

Nama Siswa

Lomba Kejuaraan

hasil

Tahun

1

Galih Nur Afnani

Olympiade Fisika

Juara 2 Kabupaten

2005

2

Sely Dwi Lestari

Olympiade Fisika

Juara 3 Kabupaten

2006

3

Fitriana Ratih Ariningrum

Olympiade Fisika

Harapan

4

Ratih Setiasih

Olympiade MIPA

Kabupaten

SMA Ajibarang

Juara 1 Kabupaten

3 2009 2012

Disamping membimbing siswa saya juga pernah dipercaya membimbing teman sejawat antara lain pada acara: No

Nama Kegiatan

Tempat

Materi

Tahun

1

Workshop Desain Pembe- UPMP

Penyusunan silabus

2007

Karya Tulis Ilmiah

2009

2009

lajaran 2

Program

Revitalisasi Banyumas

MGMP 3

Workshop KTSP

SMPN 1 Gumelar

Penyusunan silabus

4

Workshop PTK

SMPN 1 Gumelar

Penelitian

tindakan 2009

Kelas 5

Program literasi ICT Dasar SMP N 3 Purwokerto

Windows Explorer

2009

Windows Explorer

2009

mapael Balai Pertemuan kelu- Soal persiapan UN

2010

Tahap 1 6

Program literasi ICT Dasar SMP N 3 Purwokerto Tahap 2

7

Pelatihan yang

8

guru

diujikan

secara rahan

Purwokerto

Nasional

Timur

Workshop bintek KTSP

SMPN 1 Gumelar

Model pembelajaran 2011 Kontekstual

Dilingkungan sekolah saya juga pernah diberi tugas tertentu mulai petugas piket hingga wakil kepala sekolah. Tugas tertentu yang pernah diberikan saya antara lain: adalah: No

Nama Jabatan

Tahun Tugas

Nama Kepala Sekolah

1.

Kesiswaan

2001—2003

Suwatno

2

Kurikulum

2003—2005

Daud Dwi Sudarto, S.Pd

3

Kurikulum

2005—2007

Daud Dwi sudarto, S.pd

4

Wakil Kepala Sekolah

2007—2009

Dibyo Yuwono, S.Pd

5

Humas

2009--sekarang

Drs. Purnomo sidi

Sebagai guru untuk menambah pergaulan saya ikut organisasi profesi MGMP, PGRI maupun Pengurus RT. Data menjadi mengikuti organisasi

No

1

Nama orga-

Kedudukan dalam

nisasi

Organisasi

MGMP

Ketua

Tahun

Nama Pimpinan

2000-2003

Muh. Ardani, S.Pd,M.Pd

2

MGMP

Bendahara

2003-2005

Drs. Sutjipto DS

3

PGRI

Wakil Ketua

2003-2005

Drs. Tursim

4

RT

Sekretaris

2005-2009

Wahyu Adhi Fibriyanto,S.STP

5

MGMP

Bendahara

2005-2009

Drs. H. Haris Nurtriono, M.Si

6

MGMP

Sekretaris

2009-2011

Drs.Purwadi Santoso, M.Hum

B. Pengalaman Sebagai Guru Pada tahun 1993 ada lomba guru mengenai karya ilmiah dengan berbekal kemampuan yang sedikit saya mencoba ikut barang kali bisa menambah pengalaman saya membuat karya ilmiah dengan judul “ Pengaruh Grafitasi Bumi Terhadap Cahaya Matahari “ dan Alhamdulillah pada ulang tahun UNSOED tersebut makalah saya diikutkan dalam seminar dan saya menjadi penyaji makalah penunjang. Pada tahun 2003 ada lagi lomba menulis karya ilmiah PTK pada waktu itu saya belum mengenal sedikitpun makalah PTK atas usul kepala sekolah waktu itu bapak Daud Dwi Sudarto saya disuruh mengikuti, tanpa bekal pengetahuan sama sekali tentang PTK saya membuat sebisanya, kalau sekarang melihat makalah saya sendiri saya jadi malu rasanya, karena tidak berbunyi sama sekali. Namun itu menjadi berkah bagi saya, karena saya bisa diikutkan SIMPOSIUM GURU ke VI tingkat Nasional di Kota Batu Malang JATIM. Dari sini kami melihat presentasi wakil dari semua provinsi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesaia sehingga saya banyak sekali memperoleh wawasan mengenai PTK. Bermacam –macam model pembeljaran sebagai dasar PTK. Pengalaman ini membuat saya semakin beinstrosfeksi untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajar dengan baik dan menyenangkan, ternyata di dunia luar itu sudah begitu hebat –hebat sementara saya masih jauh tertinggal. Tahun 2005 ada tes penjaringan PTBK

( Pelatihan Terintegrasi Berbasis

Kompetensi ) saya dan rekan rekan IPA dari kabupaten Banyumas terpilih 5 orang untuk mengikuti ToT tingkat nasional di PPPG Bandung yaitu: Suhriyanto dari SMP N 2 Baturaden, Rumbiyono dari SMP N 3 Purwokerto, Suparjo dari SMPN1 Gumelar ( saya sendiri ), Imam Sujono dari SMPN 4 Purwokerto, dan Tugino dari SMP N 2 Sumbang. Pada Pelatihan ini saya dan rekan- rekan memperoleh banyak sekali pengalaman baik materi maupun model pembelajaran kurikulum dan penjelasan KTSP pertama yang sedang dalam proses akan diluncurkan.

Menjelang akhir tahun 2006 tepatnya bulan September ada lomba Inovasi pembelajaran bagi guru. Karena desakan dari rekan-rekan pengurus MGMP saya diharuskan untuk mewakili IPA Fisika dan pak Trisnatun mewakili IPA Biologi, saya hanya pasrah karena ini tugas dari MGMP, saya berusaha semampunya dan ternyata Alloh memberi kebahagiaan tersendiri Alhamdulillah saya terpilih menjadi juara 1 tingkat Propinsi Jawa Tengah untuk IPA dan mewakili propinsi untuk maju ke tingkat nasional di Ci Caringin Resort Bogor. Sekalipun di tingkat nasional belum menang namun saya cukup senang karena dapat menambah wawasan dan teman.

C. Prestasi Pengembangan Profesi Sebagai guru yang professional saya dituntut untuk membuat karya ilmiah sekalipun ini pekerjaan yang sulit, sudah 6 tahun berjalan mulai tahun 2006 saya baru mampu membuat 3 makalah dan satu lagi masih dalam proses untuk rencana naik pangkat ke IV b bulan Oktober nanti. Adapun makalah yang pernah saya buat adalah: 1. Pengaruh Grafitasi Bumi Terhadap Cahaya Matahari ( 1993) 2.

Inovasi Model

Pembangkit

Listrik Tenaga Uap

Untuk

Menunjang

Demonstrasi Dalam Pembellajaran Konsep kalor Kelas II SLPN 1 Gumelar

Metode ( 2003) (

diikutkan Simposium guru ke VI di Kota Batu Malang Jatim )

3. Reward Card dan Pendekatan Inquiry Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Sains Fisika Pada siswa 8E SMPN 1 Gumelar Tahun Pelajaran 2006/2007 (2006 ) ( menjadi juara 1 Jateng dan mewakili untuk maju ketingkat nasional )

4. Groups Competition Leraning Sebagai upaya Peninghkatan Motivasi Belajar Sains Fisika pada Siswa Kelas 9F SMPN 1 Gumelar Tahun Pelajaran 2007/2008 ( 2008) (Telah diseminarkan pada pemilihan guru berprestasi 2008 dan memperoleh peringkat 4 besar)

5. Upaya peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Groups Competition Leraning pada Siswa Kelas 9D SMPN 1 gumelar Tahun Pelajaran 2010/2011. ( 2011) 6.

Upaya Peningkatan Hasil Ujian Nasional IPA melalui Tehnik DRiL SMP Negeri 1

Gumelar tahun Pelajaran 2011/2012 ( masih menunggu data hasil UN 2012) Pada pengembangan Profesi yang lain saya dan rekan –rekan MGMP IPA telah menerbitkan Buku DISCOVERY Menguak Rahasia Alam selama 6 Tahun yaitu mulai tahun 2006 hingga sekarang sudah ada 7 buku yang telah terbit. Selain menyusun buku bersama rekan –rekan saya juga berusaha untuk menjadikan siswa menjadi lebih mudah menerima pelajaran yang saya berikan. Membuat alat peraga yang dilaboratorium belum ada. Alat peraga yang yang saya buat adalah termos bambu untuk

menjelaskan perpndahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi. Elektroskop sederhana untuk menjelaskan adanya muatan listrik dan Model Pembangkit listrik tenaga uap, untuk menjelaskan perubahan bentuk energy dan konsep kalor. Jika menggunakan bahan bakar alcohol bisa juga untuk menjelaskan bahayanya penggunaan alkohol.

BAB III PRESTASI DALAM KELUARGA DAN MASYARAKAT A. Berubahnya Anaku Dahulu aku menginginkan istri yang sholekah, cantik,pinter dan sayang sama aku alhamdulillah saya dapatkan. Istriku seorang wanita lulusan STIKUBANK Semarang. Setelah terjadi prosesi pernikahan dan oleh Alloh istriku mengandung karana sangat senangnya aku bersyukur, saya berpuasa senin kamis sampai anaku lahir menghirup udara sendiri tanpa bantuan plasenta. Anaku kian lama kian tumbuh besar dengan asuan mbah karena keterbatasanku, belum mampu mandiri untuk menempati rumah kreditan di Purwokerto. Rumah yang saya kredit belum direhab, saya kos sendiri di Cilongok sementara istri berpisah dengan saya. Pulang di Purbalingga mengawasi anaku yang mulai lucu-lucunya dan menyenangkan. Anaku tumbuh menjadi anak yang patuh dan pinter. Sekolah rajin sholat malam rajin bahkan klo malam tidak ikut di bangunkan untuk sholat malam ngambek. Karena anaku menonjol dalam hasil belajar akhirnya anakku di tes IQ dan mampu dimasukan kedalam kelas akselerasi dari sekian banyak anakku mampu masuk 5 besar MI Istiqomah Sambas Purbalingga. Suatu prestasi yang bagus yang membanggakan orang tua dan sekolah. Anaku dipilih jadi dokter kecil sewaktu lomba sekolah sehat tingkat nasional. Karena suatu hal adiku di PHK dari pekerjaannya, dan belum mendapat pekerjaan lagi terpaksa harus pulang di Purbalingga. Akhirnya dengan mempertimbangkan segala macam aspek anaku saya pindahkan ke Purwokerto di Sekolah Dasar Karang Pucung 2 dekat perumahan yang kami tempati. Sambil

latihan mandiri membiayahi anak, dan membayar pembantu untuk mengasuh anak, karena kami semua bekerja. Agaknya ini awal anaku yang terbiasa disiplin pulang jam 3 sore berubah menjadi sekolah umum yang bebas. Mulai main, Play Stations, dengan teman -teman seusianya. Berkat pengawasan orang tua sama pembantu anak kami masih baik dalam prestaasi dan bisa maasuk ke SMP Negeri 1 Purwokerto. Di kelas 1 masih berjalan normal dikelas 2 mulai berteman teman dengan anak yang suka intenernetan, merokok, dan membolos. Pukulan bagi kami berdua, anak saya membolos hingga 27 hari dan kami didatangi guru BP. Nilainya hancur dan

prestasnyai jeblog ranking 12 jadi ranking 27 kelas. Selaku orang tua

kami masih bersabar dan terus berdoa supaya anak kami tetap menjadi anak yang baik. Tanggal 19 Maret 2009 anaku kecelakan karena didorong temannya hinnga terjatuh masuk parid kaki bagian tumit retak, menyebabkan harus istirahat kurang lebih 2 minggu. Mulai kejadian ini anak saya tidak bisa jalan sendiri harus dipapah, ke kamar kecil, mandi semuanya harus memerlukan bantuan, karena hanya duduk seharian bosan, yang biasanya sudah main game online sekarang tidak bisa melakukan lagi. Akhirnya selama 2 minggu beristirahat itu mau membaca buku dan mau belajar dengan keterpaksaan karena keadaan. Nilai ulangan harian, try out yang tadinya jelek tiba tiba naik drastis,yang mula –mula ranking 122 paralel dari 385 siswa, naik menjadi ranking 70 dengan rata- rata 7,76 dan pada try out ke 3 naik lagi ranking 36 denan rata-rata nilai diatas 9. Hasil UN anak saya lumayan jumlah nilainya 35,80 dan masih bisa masuk SMA Negeri 1 Purwokerto. Saat masuk SMA seperti anak lain anak saya belikan motor baru sebagai hadiah berubahnya sikap. Namun apa yang saya dapat, motor malah dipretel ikut-ikutan teman knalpot diganti yang bersuara brisik, saringan udara dicopot, jok ditipiskan ban diganti yang kecil, tebeng dibuka, gagang rem diganti. Suatu Pekerjaan berat bagi saya, rupanya ini adalah aksi protes dulu yang sendirian sekarang punya adik lagi, ucapan anak saya:” sekarang orang tua tidak cinta lagi!, apa- apa adik apa apa adik”. Saya memiliki anak kedua setelah yang besar klas 9 SMP karena istri KB, setelah lima tahun dilepas 6 tahun baru hamil, lalu miskram sampai 2 kali dan akhirnya jaraknya terpaut 12 tahun. Suatu ketika anak saya ajak pulang lebaran ke Boyolali naik motor sambil bertamasya touring melewati Wonosobo, Salaman, Candi Borobudur, Ketep, Gunung Merapi, Selo dan Cepogo hingga sampai di rumah orang tuaku. Ketika dalam perjalanan, istirahat sholat, mampir makan di rumah makan, selalu saya nasehati pelan- pelan. Saya jelaskan “kalau naik motor dengan kenalpot berbunyi keras jika melewati rumah orang tua yang sakit sampai terbangun apa tidak kasihan mas?” dan “tidak bisa tidur gara-gara suara motormu?”. Kalau

saringan udara dilepas nanti karburator menjadi cepet kotor dan bisa macet, seandainya kamu macet pas ditempat yang jauh dari bengkel apa kamu tidak beresiko nuntun jarak jauh?. Mungkin juga pas hujan karena saringan udara membuka bisa kemasukan air dan macet?. Saya beri gambaran gambaran logis dan harus di pikir. Hadiah dari perjalanan jauh ini memberi perubahan. Sepulang dari Boyolali knalpot dan filter udara dipasang kembali. B. Menjadi Guru Les Untuk menambah penghasilan karena saya laju dari Purwokerto Gumelar memerlukan transport yang banyak saya ikut mengeles di bimbingan belajar Be Better tahun 1999 di Pasar Cermai, Purwosari, Purwokerto. Waktu itu saya mengajar sekali mengajar di beri transport Rp.2.500,00 karena saya mendapat 8 jam saya mendapat penghasilan dari mengeles Rp.20.000,00 lumayan. Karena capai dan jarak yang cukup jauh saya mengundurkan diri. Namun apa yang terjadi banyak siswa yang dari mulut ke mulut bagai iklan berjalan ternyata banyak siswa yang senang saya ajar ketika masih di bimbingan belajar dan minta les privat sendiri dirumahnya atau datang kerumah saya.

Sungguh kebahagianku tersendiri saya pertama kali membuka les memiliki 3 kelompok, yang terdiri atas anak SMPN 5, SMPN 6, SMPN 8, SMPN 2 dan SMPN 1 Purwokerto. Dengan sungguh sungguh saya mengajar Matematika dan Fisika, pertama kali hasil UN siswa yang les pada saya cukup bagus paling rendah nilai matematika 7,33 dan yang terbagus 10 dua siswa waktu itu jumlah soal matematika 30 butir soal. Tahun berikutnya semakin bertambah saja siswa saya hingga memiliki 8 kelompok. Sampai saat ini siswa yang saya les sudah ada yang menjadi dokter, tembus AKPOL, ahli tehnik, pegawai Bank, Perawat, PLN, dan lain- lain. Alhamdulillah hingga saat ini saya masih di percaya oleh masyarakat untuk mengajar les putra-putrinya.

C. Berbakti Pada Masyarakat Tahun 2006 teman kerja istri saya kecelakan di depan pabrik plastik Setia Kawan, dan membutuhkan banyak darah. Kebetulan saya golongan darah A, saya siap dan rela untuk donor, sekalipun takut karena baru pertama kali diambil darah saya. Tiga minggu berikutnya teman istri saya sudah bisa pulang dan dinyatakan sembuh. Mulai saat inilah saya rela diambil darah saya untuk orang lain yang membutuhkan, ternyata saya punya perasaan senang ketika saya bisa bermanfaat bagi orang lain. Saya akhirnya resmi menjadi pendonor darah rutin di PMI cabang Purwokerto. Saya berprinsip kalau darah saya mengalir pada orang lain karena kiklasan maka pahala akan mengalir sebagai amal jariayah saya kepada orang lain. Dan seandainya saya

mati darah saya masih mengalir pada orang lain orang lain donor lagi ke orang lain maka seakan –akan saya hidup terus menerus selalu berbuat kebaikan. Saya sebagai pribadi Guru juga sebagai pribadi saya sendiri yang harus hidup dilingkungan masyarakat kompleks. Menjadi panutan keluarga harus berwibawa dihadapan anak dan istri, bijaksana dalam memberikan penyelesaian masalah keluarga. Di lingkungan masyarakat saya dipercaya menjadi sekretaris RT dengan SK Lurah Tanjung ,kecamatan Purwokerto selatan. Saya mengabdikan diri dilingkungan masyarakat RT merasa senang karena saya bisa membantu meringankan masyarakat yang memerlukan administrasi surat – menyurat untuk kepentingan masyarakat. Menjalin kerjasama masyarakat, paguyuban, ronda malam sambil mengambil jimpitan dan menjalain kekompakan di lingkungan masyarakat. Sebagai makluk sosial apapun yang bermanfaat bagi orang lain dengan dasar

“Wamimma rojaqnahum yunfiqun…“ dan sebagian dari rejekimu infaqkan (

sodakoh-kan ), maka dengan dasar ayat Alloh tesebut saya tersentuh untuk ikut infaq dan sodakoh melalui Badan Amal Zakat dan Sodakoh “LAZIZ” yang dikelolala oleh pengurus muhammadiyah Tanjung guna meringankan masyarakat yang membutuhkan y aitu mengelola anak yatim piatu dipanti asuhan dan membantu orang duafa dan papa cintraka yang perlu dibantu. Disekolah saya juga ikut infak untuk membantu siswa yang perlu dibantu, seperti menbelikan pakaian, sepatu, buku. Infak yang dikelola sekolah dipotong langsung dari gaji 60% disearahkan ke badan amal zakat dan sodakoh tingkat kabupaten dan yang 40% dikelola sendiri untuk kebutuhan masyarakat sekitar sekolah dan siswa yang berhak menerima. Sehingga banyak siswa yang bisa ditolong melalui infak tersebut.

BAB IV HARAPAN DAN RENCANA MASA DATANG Indonesia adalah negara yang kaya raya, mulai hasil bumi, hasil laut, kekyaan laut, tambang mineral, hasil hutan, plora fauna, adat budaya yang tinggi, kesenian yang indah sampai dikagumi oleh dunia, semua bisa di jadikan modal untuk membangun dan membesarkan bangsa ini. Kekayaan itu dapat dikelola oleh orang yang tepat yaitu memiliki:

integritas, ketaqwawaan, cerdas, terampil, jujur dan ahli sesuai dengan keahlia masing – masing. Banyak potensi siswa Indonesia terbukti bisa berbicara di tingkat dunia. Banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri dan disana bisa sukses dan menonjol dalam kemampuannya itu semua adalah modal yang bisa digunakan untuk membangun dan membesarkan bangsa seperti ketika jaman Majapahit yang jaya dan bersatu padu. Seperti sumpah maha patih Gajah Mada tidak akan makan gula sebelum nusantara bersatu. Jiwa seperti itu bisa kita tumbuhkan kembali. Seperti para pahlawan yang rela berjuang mati berkalang tanah asal Indonesia merdeka. Bila jiwa- jiwa seperti ini tumbuh di hati para siswa maka Indonesia akan bangkit kembali. Tidak ada lagi cerita tawuran pelajar, tidak ada pelajar terjerat narkoba, tidak ada pelajar tertangkap berpesta minum min uman keras, tidak ada pelajar pesta sex, dan sebagainya. Untuk menjadikan, atau mengubah siswa menjadi lebih baik lagi agaknya susah, karena melihat tayangan di TV, internet, dan media masa yang semakin canggih dan cepat menjadi guru mereka. Namun sebagai guru harus selalu yakin jika kita bisa dijadikan contoh dan panutan yang baik bisa untuk menangkis itu semua. Dalam melaksanakan pembelajaran saya selalu menekankan bahwa ilmu akan dicapai melalui proses, dengan proses yang baik akan meningkatkan kualitas siswa. Untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan saya merencanakan beberapa program yaitu: 1.

Dalam mengajar membuat RPP yang memiliki bobot karakter, ketaqwaan, kejujuran,

disiplin, kerjasama, bertanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis logis dan sebagainya. 2. Mengajar dengan memanfaatkan tehnologi, media pembelajaran, dan model pembelajaran yang bervariasi. 3. Mengajar dengan melakukan proses dilaboratorium, dengan Contextual Teaching and Learning. 4.

Tidak membedakan antara siswa priya dan wanita’ kaya miskin, ras keturunan,

suku,budaya dan agama. 5. Mengadakan evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja yang akan datang, melalui penelitian tindakan kelas, sharing dengan sesama guru, guru BK, tenaga TU,unsur komite , kepala sekolah dan orang tua melalui home visit. Dengan 5 langkah tersebut saya berharap mutu pendidikan akan meningkat segi pembelajaran, kepribadian, ketreampilan aklaq mulia dan kualitas hasil belajar. Sehingga diharpkan siswa dapat memiliki keterampilan, kecakapan hidup, untuk dirinya sendiri masyarakat bangsa dan negara.

A. B. C. D.

SISTIMATIKA PENULISAN KARYA TULIS (PENGAWAS SD/SMP) ESAI/MAKALAH/DESKRIPSI DIRI TEMA: MENGAPA SAYA LAYAK SEBAGAI PENGAWAS SEKOLAH BERPRESTASI? LEMBARAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG DAN IDENTIFIKASI MASALAH RUMUSAN MASALAH TUJUAN MANFAAT BAB II. LANDASAN TIORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB III. METODA PENELITIAN BAB IV. PEMBAHASAN BAB V. PENUTUP LAMPIRAN “Mengapa Saya Layak Menerima Teacher Of The Year”

BAB I LATAR BELAKANG

A. Motivasi Mengikuti Seleksi Penerima Penghargaan Teacher Of The Year

Guru adalah profesi yang sangat mulia. Karena gurulah yang membuat seseorang bisa menjadi presiden, jadi politisi, jadi profesor, jadi pengusaha dan lain-lain. Terlebih lagi guru Sekolah Dasar, sungguh sangat besar jasanya bagi peserta semua. Tanpa beliau, tidak sedikit orang yang buta huruf dan kehilangan etika. Karena, guru SD lah yang mengajari membaca dan menulis serta bernyanyi (sebelum ada Taman Kanak-Kanak). Kemudian, guru SD juga yang mengenalkan budi pekerti luhur, sopan santun, dan saling menyayangi sesama. Seperti lagu yang pernah penulis dapatkan ketika SD ”Hormati gurumu sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman.”

Begitu mulianya tugas seorang guru. Mengajari anak orang supaya bisa membaca dan menulis serta memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian mendidik anak orang supaya menjadi manusia yang baik dan bermanfaat untuk orang banyak. Dengan demikian, sungguh berat sebenarnya tugas seorang guru. Guru mengajar dan mendidik siswa dalam rangka mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, berakhlak mulia, serta mampu melakukan perubahan-perubahan di tengah masyarakat . Bisa dikatakan bahwa gurulah tolak ukur keberhasilan dunia pendidikan di negri ini. Di tangan gurulah masa depan generasi muda ini ditentukan. Oleh karena itu, sebagai guru kita mesti berhati-hati dalam menjalankan tugas mulia ini. Jika kita salah dalam mendidik mereka, maka akan salah pula nanti produk pendidikan yang dihasilkan. Ingat, bahwa yang kita cetak ini manusia. Jadi, butuh kerja keras dan kesabaran ekstra. B.

Visi dan Misi Kehidupan Sebagai Guru

Penulis memiliki prinsip hidup yang diajarkan orang tua yaitu menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan lebih besar lagi masyarakat bangsa, Negara dan agama. Visi penulis sebagai guru adalah: “Menjadi guru professional yang dicintai dan disegani siswa” Selama penulis menjadi siswa hingga menjadi guru selama 20 tahun penulis mengamati para pola pikir siswa. Seorang siswa akan mengidolakan dan senang pada guru apabila: nilai ulangan siswa bagus, mengajarnya mudah diterima, memberi motivasi siswa untuk maju, membimbing siswa dengan sabar, guru bisa memberi rasa aman saat suasana belajar (smart). Untuk itu penulis berusaha mewujudkan keinginan siswa itu. Untuk mewujudkan visi itu saya memiliki misi yait 1. Selalu disiplin menjalankan tugas. 2. Memberikan pengajaran yang menarik berganti-ganti metode dan model pembelajaran sesuai materi

3. Memberi penghargaan (reward) pada anak yang taat dan selalu disiplin menjalankan tugas dan peraturan sekolah. 4. Menamkan kejujuran saat ulangan dan berperilaku 5. Menanmakan sopan santun saat berbicara dan bersikap. Penulis terinspirasi oleh Kepala Sekolah, saat beliau berkata yang sifatnya menyuruh selalu mengggunakan kata-kata “minta tolong dengan lemah lembut dan apabila sudah selesai selalu mengatakan terima kasih” selain itu pula kami diajarkan secara tidak langsung untuk selalu saling memaafkan dengan cara setiap selesai kegiatan apapun pasti ditutup dengan saling bersalaman. Dan masih banyak yang diajarkan oleh beliau kepada kami baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB II PRESTASI YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA SEBAGAI PENERIMA PENGHARGAAN TEACHER OF THE YEAR

Menjadi guru berarti menjadi pemburu dan pecinta ilmu. Guru `dipaksa` untuk terus berolah pikir. Mengembangkan ilmu yang diperoleh selama di sekolah dan kuliah. Tidak jarang, guru bahkan mendapatkan ilmu baru yang tidak ada dibangku sekolah atau kuliah. Belum lagi beragam persoalan menyangkut murid, semakin menambah kematangan pribadi guru dalam berpikir dan bersikap. Inilah universitas kehidupan yang sesungguhnya. Guru adalah cermin keteladan bagi anak didiknya, maka pantulan segala bentuk prestasi, kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan segala bentuk pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Dalam pengembangan diri, seorang guru tidak bisa hanya sekedar belajar teori-teori dalam ruangan yang terbatas, melainkan guru harus berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalahmasalah dalam kehidupan sehari-hari, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru harus berpikir secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.

A. Prestasi Yang Dicapai Dengan Pengalaman Kerja serta Pengembangan Profesi Keberhasilan adalah dambaan dan impian setiap orang, baik anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Kata keberhasilan identik dengan kata prestasi. Setiap manusia apapun profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk berprestasi. Oleh karena dengan berprestasi seseorang akan dapat menilai apakah dirinya sudah berhasil mencapai tujuan hidupnya atau tidak, juga untuk membawa nama baik bangsa dan negara jika memang bisa. Pengertian prestasi yaitu hasil yang telah dicapai, dilakukan, diperoleh atau dikerjakan. Prestasi tiap orang tidak akan sama satu sama lain. Pengertian prestasi juga bermacam-macam:

1. Prestasi adalah perolehan atau hasil yang telah dicapai dari suatu usaha, yang didasarkan pada nilai atau ukuran tertentu. 2. Prestasi adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha dan/ atau pekerjaan. 3. Prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang dari satu periode ke periode lainnya yang menunjukkan adanya perubahan ke arah kemajuan. 4. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka saya akan berusaha mencoba menjabarkan beberapa prestasi yang telah diraih selama menjadi tenaga pendidik yang akan menjadikan bahan pertimbangan dan keputusan “Mengapa Saya Layak Menerima Penghargaan Teacher Of The Year” yakni sebagai berikut:

1.

Bidang akademik Prestasi dibidang akademik adalah sebagai berikut seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: No

Nama Lomba

Waktu Pelaksanaan

Tingkat

Penyelenggara

Ket

1.

Lomba Guru Teladan

2010

Kabupaten

Kemenag Kab. Belitung Timur

Juara III

2.

Guru Favorit versi siswa

2012

-

PGRI Kab. Belitung Timur

3.

Lomba Guru berprestasi

2013

Kecamatan

UPTD TK/SD Kec. Manggar

Juara I

4.

Lomba Guru berprestasi

2013

Kabupaten

Dinas Pendidikan Kab. Belitung Timur

Juara I

5.

Lomba Guru berprestasi

2013

Propinsi

Dinas Pendidikan Propinsi Kep. Bangka Belitung

Juara III

6.

Forum Ilmiah Guru

2013

Kabupaten

Dinas Pendidikan Kab. Belitung Timur

Juara I

7.

Forum Ilmiah Guru

2013

Propinsi

Dinas Pendidikan Propinsi Kep. Bangka Belitung

Juara I

2.

Pembimbingan Teman Sejawat Sedangkan keterlibatan saya dalam pembingan teman sejawat adalah sebagai berikut seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: No

Mata Pelajaran/Kegiatan

Instruktur/Guru Inti/Tutor/Pemandu Nara sumber

Manggar

Tempat

1

Pengimbasan Orientasi Guru PAI

2.

Seminar Hasil PTK Pembelajaran PAI

Nara sumber

Manggar

3.

Pitaran Pembina Pramuka 2009

Nara sumber

Manggar

4.

Woskhsop Pengimbasan Model Pembelajaran PAI

Instrsuktur

Manggar

5.

Pelatihan Guru PAI Tingkat SD Tahun 2010

Instruktur

Manggar

6.

Pelatihan Guru PAI Tingkat SD Tahun 2011

Instruktur

Manggar

7

Pelatihan Guru PAI Tingkat SD Tahun 2012

Instruktur

Manggar

8.

Pelatihan Guru PAI Tingkat SD Tahun 2013

Instruktur

Manggar

9.

Workshop Ekstrakurikuler Keagamaan Tingkat SD Tahun 2013

Instruktur

Manggar

3.

Bidang Seni dan Olahraga

a.

Mengikuti lomba gerak jalan indah mewakili PGRI Kecamatan Manggar dan meraih Juara Ke 1 Tahun 2007 tingkat Kabupaten Belitung Timur.

b. Tergabung dalam paduan suara mewakili organisasi PGRI pada saat upacara

bendera 17

Agustus 2012 di Lapangan Upacara Kantor Bupati Belitung Timur.

4.

Bidang Sosial Kemasyarakatan

a.

Sebagai Tim Seleksi Raimuna Nasional Tahun 2008 Kwartir Cabang Belitung Timur.

b.

Pembina pendamping dalam rangka Perkemahan Wirakarya Daerah I Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009.

c.

Tim seleksi Jambore Daerah II yang dilaksnakan oleh Kwaran Manggar tahun 2010.

d.

Koordinator Bidang cerdas cermat kegiatan Syiar dan Kesadaran Umat Beragama yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 s.d 2013.

e.

Membantu panitia pengaadan CPNS Daerah Kabupaten Belitung Timur sebagai pengawas ruangan ujian seleksi penerimaan CPNS tahun 2009, 2010 dan 2013

f.

Mengisi kultum dan imam sholat Zuhur pada bulan Ramadhan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur tahun 2010 s.d 2013

g. Tim Safari Ramadhan tingkat Desa Lalang sebagai penceramah tahun 2009 s.d 2013. h. Pembinaan imtaq di SMP Negeri 1 Manggar yang dimulai tanggal 30 Januari 2012 s.d 30 Maret 2012. i.

Khotib jum’at dan khotib Idul Fitri/Idul Adha di Masjid yang ada di wilayah Kecamatan Manggar.

j.

Tim Munqisy LPPTKA BKPRMI Belitung Timur bidang surat-surat pendek tahun 2009 s.d 2013

k. Kepanitiaan halal bi halal yang dilaksanakan oleh PGRI Kecamatan Manggar sebagai ketua pelaksana tahun 2007 s.d 2012. l.

Panitia Ujian Universitas Terbuka sebagai pengawas keliling tahun 2008 s.d 2012.

m. Panitia seleksi Kejuaraan Daerah (KEJURDA) VI Kabupaten Belitung Timur sebagai seksi acara tahun 2013.

5.

Bidang Organisasi Di bidang organisasi keterlibatan saya adalah sebagai berikut seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: No 1. 2. 3. 4.

5. 6.

7. 8. 9. 10.

Nama Organisasi Pengurus KKG PAI Kecamatan Penambahan Pengurus PGRI Cabang Pengurus KKG PAI Kabupaten Dewan Pengurus Daerah BKPRMI Pengurus Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Manggar Pengurus Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Beltim Pengurus Daerah PGRI Belitung Timur Pengurus KKG PAI Kecamatan Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Dewan Pengurus Daerah BKPRMI

Tahun 2007-2010

Tingkat Kecamatan

2008 -2011

Jabatan Wakil Ketua Bidang Kerohanian Ketua

2008-2011

Ketua II

Kabupaten

2008-2012

Sekretaris

Kecamatan

2005 -2010

Kecamatan Kabupaten

2010-2013

Ancab urusan Siaga Putra Bidang Kerohanian Sekretaris

Kecamatan

2010 -2013

Ketua

Desa

2011-2015

Ketua I

Kabupaten

2009-2014 2009-2014

Kabupaten Kabupaten

11. 12.

6.

Pengurus KKG PAI Belitung Timur Pengurus KNPI Belitung Timur

2011-2015

Ketua

Kabupaten

2012-2015

Ketua 9

Kabupaten

Bidang Membimbing Siswa Sedangkan dalam membimbing dan melatih siswa adalah sebagai berikut seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: No 1. 2.

7.

Nama Kejuaraan Pekan Keterampilan Dan Seni Pend. Agama islam Lomba Lukis / Mewarnai Gambar 3.HUT RI ke 61

Tingkat

Tempat Dan Waktu

Nasional

Jawa Barat, 23 s.d 28 Jul 2008 Jakarta, 17 Agt 2006

Nasional

3.

Lomba Nasyid Gema Muharram 1429 H

Kabupaten

Manggar, 10 Jan 2008

4.

Busana Muslim Putra dan putri Gema Muharram 1429 H

Kabupaten

Manggar, 10 Jan 2008

5.

Lomba Da’i Cilik Gema Muharram 1429 H

Kabupaten

Manggar, 10 Jan 2008

6.

Lomba Da’i Cilik Gema Muharram 1430 H

Kabupaten

Manggar, 8 Jan 2009

7.

Lomba Busana Muslim Putra Gema Muharram 1430 H

Kabupaten

Manggar, 8 Jan 2009

8.

Lomba Cepat Tepat Pend. Agama Islam 1430 H

Kabupaten

Manggar, 8 Jan 2009

9.

Lomba Cepat Tepat Pend. Agama Islam 1431 H

Kabupaten

Manggar, 18 Des 2009

10. Lomba Da,i Cilik Syiar gema Muharram1431 H

Kabupaten

Manggar, 18 Des 2009

11. Lomba Da,i Cilik Syiar gema Muharram1432 H

Kabupaten

Manggar, 6 Nop 2010

Pengalaman Kerja Kalau masalah pengalaman kerja penulis sangat minim, karena karier penulis menjadi guru dimulai sejak tanggal 1 April 2006 diangkat menjadi CPNS yang ditempatkan di SD Negeri 12 Manggar dan pada bulan Februari 2008 dimutasikan ke SD Negeri 1 Manggar. Tetapi penulis berusaha bekerja dengan maksimal yang diniatkan dalam hati bahwa menjadi

seorang guru adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan baik, karena menyangkut mendidik generasi masa depan calon pemimpin bangsa. Oleh karena itu penulis sekuat tenaga untuk bekerja dan beribadah demi generasi mendatang. Karena kesalahaan mendidik dampaknya sangat fatal sekali maka akan merusak generasi bangsa yang rusak moral dan korup. Seorang guru dapat berbuat kebaikan dan dapat melakukan dosa-dosa Dan saya sadar secara sengaja atau tidak disengaja (dengan sesadar-sadarnya) telah secara langsung maupun tidak langsung sering melakukan dosa-dosa sebagai guru. Dan saya pun berdo’a : “Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupn sengaja, ampunilah segala kesalahan yang kulakukan.”

BAB III PRESTASI DALAM BERKELUARGA DAN BERMASYARAKAT

A. Dukungan dari Keluarga Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan prestasi seseorang dan juga akan menentukan masa depan anak-anaknya. Orang tua yang ingin membentuk anakanak yang sukses memang tak boleh egois. Sikap menuntun anak berprestasi namun mereka sendiri tak mau berkorban akan menimbulkan sikap apatis pada seorang anak. Keluarga juga merupakan faktor utama yang mendukung saya mengikuti seleksi penerima penghargaan teacher of the year. Dalam keluarga kami selalu mengedepankan kejujuran, kedisiplinan, selalu menghargai dan menghormati orang lain, terutama pada orang yang lebih tua. Sebelum mengikuti seleksi guru berprestasi ini, saya minta izin dulu kepada istri, walaupun saya pemimpin keluarga, saya tidak berani melangkah tanpa izin istri, sebab menurut saya, hormat dan berbakti pada istri adalah merupakan suatu kewajiban suami. Antara suami dan istri harus saling pengertian, agar tercipta keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah, agar bisa menjadi suri tauladan bagi anak-anak kami. Dan Alhamdulillah istri mendukung apa yang saya lakukan , asalkan saya tidak melupakan kewajiban saya sebagai seorang ibu. Alhamdulillah kedua anakku Nurul Hidayati dan Nasthea Hidayati juga memberikan sport dan do’a untuk bapaknya mengikuti setiap ajang lomba termasuk mengikuti seleksi

penerima penghargaan sebagai teacher of the year, sedangkan yang paling kecil Nasthevia Hidayati baru berusia 4 tahun belum mengerti apa-apa. Dengan bimbingan kami selaku orang tua mampu juga meraih prestasi baik dalam bidang akademik, serta berakhlak mulia.

B.

Kegiatan Sosial Yang Mendukung Sungguh jasa guru tidak bisa dibilang dengan materi, tidak bisa diungkap dengan indahnya untaian mutiara kata, karena jasa guru tiada tara. Jasa guru yang hadir karena pengabdian yang tulus dengan kemurnian dan keikhlasan profesi. Guru bukan sekedar pekerjaan, tetapi profesi. Profesi merupakan tugas yang diberikan dan diterima dalam rangka hidup ditengah – tengah masyarakat majemuk. Profesi menuntut pendidikan dan ketrampilan yang amat tinggi serta spesialisasi yang tajam, dituntut tanggung jawab dan komitmen. Profesi pengabdian masyarakat yang luas kadang kala harus diawali semacam sumpah jabatan. Untuk menjadi guru harus ada jiwa pengabdian, sikap-sikap yang baik harus dikembangkan. Kemudian baru ilmu, dan ketrampilan sehingga dampaknya pada status dan kesejahteraan guru akan mengikuti. Jangan menjadi guru yang dikejar kesejahteraan guru. Distribusi guru kondisi sampai saat ini belum merata. Guru lebih banyak di kota daripada di pedesaan karena peluang dan pendapatan lebih baik. Mungkin harus diperbaiki apa yang ingin dikejar, status boleh tapi yang utama prestasi. Sosok professional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya. Menjadi guru bukan sebuah proses yang yang hanya dapat dilalui. Guru bukanlah sekedar pekerjaan, guru adalah lebih dari sebuah pengabdian. Pengabdian kepada Allah SWT, pengabdian kepada masyarakat, pengabdian kepada siswa, yang membutuhkan bantuan dalam menggapai beragam ilmu pengetahuan. Pengabdian kepada masyarakat sebagai warga negara selalu ingin berperan aktif dalam upaya mencerdaskan anak bangsa dan kehidupan bangsa. Kalau dulu para pahlawan berjuang dengan mengangkat senjata, sekarang dalam mengisi kemerdekaan, para guru berjuang mengangkat pena demi mengangkat derajat dan martabat generasi penerus bangsa agar tidak tertinggal oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar dapat bersaing dalam perputaran roda kehidupan di jaman yang terus maju ini.

Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik. Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik. Guru di mata masyarakat masih dipandang sebagai orang yang serba bisa dan siap pakai. Sehingga setiap kepengurusan dalam organisasi guru selalu ada di dalamnya. Keikutsertaan dalam kegiatan yang posif dilingkungan masyarakat salah satunya mengikuti kegiatan latihan hadra yang dilaksanakan setiap malam rabu dan malam sabtu. Walaupun tidak sepandai rekan-rekan yang lain tetapi setidaknya menjalin hubungan dan silahturahmi antar warga sekitar, karena seharian beraktifitas. Selain itu juga sholat magrib dan isya berjama’ah di masjid sekitar rumah senantiasa selalu disempatkan, dan kegiatan-kegiatan lainnya seperti keterlibatan dalam kepanitiaan acara pernikahan dan syukuran anak dalam lingkungan masyarakat sekitar. Sehingga seorang guru dapat dipandang bermanfaat bagi masyarakat BAB IV HARAPAN DAN RENCANA KEGIATAN MASA DATANG

A. Harapan Pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, yaitu Pemerintah, Lembaga Pendidikan (Sekolah), dan juga masyarakat. Ketiga unsur tersebut harus saling mendukung. Apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak saling mendukung, maka jangan berharap mutu pendidikan bisa tercapai sesuai harapan kita. Seperti halnya penulis pun akan selalu berharap ada kesempatan untuk pengembangan diri untuk meningkatkan kualitas dan keprofesionalan sebagai seorang tenaga pendidik. Disamping itu pula harapan penulis menjadi guru adalah pengabdian, menjadi guru berprestasi adalah kebanggaan adalah : Ingin mengabdi menjadi guru yang bukan sekedar janji semata namun dalam bentuk nyata benar-benar pengabdian yang penuh ketulusan, keikhlasan, kejujuran, penuh inovasi, pengorbanan waktu, tenaga maupun materi, untuk mencerdaskan, membimbing, mendidik jiwa-jiwa muda generasi penerus bangsa.

B.

Rencana Kegiatan Menjalankan/ melaksanakan Visi dan Misi yang sudah tertuang dan terpatri, yakni:

1. menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan prestasi yang diharapkan agar mampu meningkatkan mutu pendidikan. 2. Meningkatkan kreativitas guru bukan sekedar penguasaan teori. 3. Meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas. 4. Meningkatkan karya inovatif guru dalam pengelolaan kelas. 5. Meningkatkan kedekatan dan keakraban guru dengan siswa, sebagai jembatan pengembangan pengabdian masyarakat, melalui kelompok belajar siswa, juga ekstrakurikuler. Selain diatas, ada beberapa hal yang lain untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan, oleh penulis juga merencanakan beberapa program yait 1. Dalam mengajar membuat RPP yang memiliki bobot karakter, ketaqwaan, kejujuran, disiplin, kerjasama, bertanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis logis dan sebagainya. 2. Mengajar dengan memanfaatkan tehnologi, media pembelajaran, dan model pembelajaran yang bervariasi. 3. Mengajar dengan melakukan proses dilaboratorium, dengan Contextual Teaching and Learning. 4. Tidak membedakan antara siswa pria dan wanita, kaya miskin, ras, keturunan, suku, budaya dan agama. 5. Mengadakan evaluasi diri untuk memperbaiki kinerja yang akan datang, melalui penelitian tindakan kelas, sharing dengan sesama guru, kepala sekolah dan orang tua melalui home visit.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Guru adalah cermin keteladan bagi anak didiknya, maka segala bentuk prestasi, kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan segala bentuk pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Dalam pengembangan diri, seorang guru tidak bisa hanya sekedar belajar teori-teori dalam ruangan yang terbatas, melainkan guru harus berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalahmasalah dalam kehidupan sehari-hari, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru harus berpikir secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.

Apa yang diamanatkan kepada kita selama itu baik, bermanfaat dan tidak merugikan orang lain maka harus kita jalankan.dan ingat jangan mengharapkan sesuatu yang tidak pantas kita terima karena semua itu datangnya dari Allah SWT.

B.

Saran Saya berharap adanya kritik dan saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya makalah ini dan penulis makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan sehingga pertanyaan “ Saya Layak Atau Tidak Sebagai Penerima Penghargaan Teacher Of The Year?” akan terjawab pada akhirnya.

Related Documents

Tulisan
November 2019 43
Tulisan
June 2020 29
Tulisan
October 2019 42
Tulisan
December 2019 34
Tulisan Imm.docx
November 2019 29
Tulisan Meja.docx
May 2020 18

More Documents from "Galieh Weepee"