Kemampuan Renang Anak Usia Dini.docx

  • Uploaded by: wahyu ningsih
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kemampuan Renang Anak Usia Dini.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,302
  • Pages: 24
Salam renang, Tak terasa kita memasuki tahun 2018, setahun berlalu begitu cepat. Sama seperti less renang di tempat kami,tak terasa beberapa siswa usia TK (taman kanak-kanak) atau PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) telah menguasai belajar renang dengan baik dan benar pada tahun 2017 yang lalu sampai saat ini. Baik, kali ini kami akan membahas tentang Renang untuk TK/Paud. Tidak sedikit para orang tua/wali calon siswa maupun siswa renang kami menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan putra-putri mereka yang masih berusia antara 4 tahun sampai dengan 5 tahun setara dengan usia TK/PAUD. berikut 3 (tiga) pertanyaan yang sering diajukan: 1. Anak saya usia 4 tahun apakah sudah bisa belajar berenang? 2. Berapa lama menguasai untuk anak TK/PAUD? 3. Berapa durasi waktu latihan untuk TK/PAUD? Sebelum kami menjawab pertanyaan di atas. Mungkin anda atau orang tua yang memiliki anak usia TK/PAUD akan sangat membantu menuntaskan kemampuan berenang usia dini. Langsung saja kami ulas disini, sebagai berikut: Anak saya usia 4 tahun apakah sudah bisa belajar berenang? Anak-anak sangatlah senang bermain dengan air. Belajar berenang sampai bisa tentu saja bisa dan sangat mungkin. Kreatifitas dan komunikasi pelatih dan kerjasama orang tua sangat dibutuhkan untuk membangun mental mereka (anak-anak). Materi renang yang ditargetkan adalah pengenalan air, mengapung, doggy pad, dan breathing untuk awal latihan. catatan: Apabila anak takut pada air. Akan ada teknik tersendiri dalam mengajar renang untuk TK/PAUD akan kami ulas pada artikel tersendiri.

Berapa lama anak usia TK/PAUD menguasai berenang? Tergantung dari si anak dan dukungan orang tua. Misal anak takut pada air, tentu akan memakan waktu lama dalam latihan mengapung. Namun, pada anak yang berani atau tidak takut dengan air. Rata-rata waktu yang di capai adalah sampai 8 kali pertemuan kurang lebih dan mencapai bisa dengan lancar sampai 24 kali pertemuan. Durasi waktu latihan Ketahanan fisik TK/PAUD tentu berbeda dengan anak usia SD ke atas. Maka apabila putra-putri anda berlatih berenang. Usahakan tidak lebih dari 1 jam latihan dengan intensitas latihan 5 sampai 10 menit dengan waktu 5 sampai dengan 10 menit istirahat atau latihan sendiri sampai mencapai 60 menit atau 1 jam. Anak-anak suka dipandu pelatih dengan di awasi gaya renang mereka.

Atau bisa juga durasi latihan menyesuaikan ketahanan putra-putri kita. Apabila anak sudah mulai merasa kedingingan dengan ciri bibir mulai memucat. Segera akhiri sesi latihan dan mulai latihan lagi pada pertemuan berikutnya. Catatan: baiknya latihan untuk siswa TK/PAUD adalah 2 x seminggu dengan durasi 1 jam setiap pertemuan. Perbanyak permainan yang masih berhubungan dengan latihan tanpa memaksa anak cepat bisa berenang. Secara alami dengan panduan pelatih dengan baik dan benar maka lambat laun anak-anak akan bisa berenang dan menikmatinya (enjoy). PENTING! 1. Selalu awasi putra-putri kita saat berenang. 2. Kesabaran orang tua/ pelatih/ siswa akan membuahkan hasil pada siswa TK/PAUD 3.

belajar renang dengan baik dan benar. Komunikasi yang baik dalam belajar renang oleh ketiganya akan sangat mempengaruhi hasil berenang untuk TK/PAUD. Percayakan kepada pelatih dan dukung putra-putri kita menguasai renang usia dini dengan baik.

Semoga artikel di atas bermanfaat bagi para orang tua yang menginginkan putra-putrinya dalam belajar renang sampai dengan menguasainya. Terima kasih.

Setiap orang tua tentu ingin anaknya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Baik itu fisiknya maupun psikisnya. Oleh karena itu berbagai cara biasanya dilakukan, mulai dari memberikan asupan gizi yang menunjang pertumbuhannya hingga memberikan kegiatan yang mampu menstimulus pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu dari jenis kegiatan penunjang tersebut yakni olahraga. Nah ada banyak sekali jenis olahraga yang bisa anda berikan kepada anak, baik itu di olahraga di darat maupun olahraga di air. Salah satu contoh olahraga air yang bisa anda berikan kepada anak yakni berenang. Karena berenang ini memiliki beberapa manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Beberapa diantara manfaat tersebut antara lain: 1.Meningkatkan IQ Anak Menurut salah satu penelitian di Melbourne, Australia menyatakan bahwa anak-anak yang sudah dilatih berenang sejak dini maka IQ nya akan lebih tinggi dibanding anak yang baru diajarkan berenang pada usia 5 tahun. Hal ini disebabkan gerakan renang merangsang saraf-saraf yang ada pada otak. 2. Menstimulus sistem motorik anak Ketika berenang otomatis semua anggota tubuh anak bergerak, terutama tangan dan kaki hal ini baik untuk melatih sistem motorik anak khususnya sistem motorik kasar.

3. Membantu pertumbuhan fisik Ketika anak berenang maka otot tangan dan otot kakinya akan bergerak agar ia mampu tetap terapung dalam air. Nah pertumbuhan otot yang baik akan menunjang perkembangan fisik anak yang baik. Biasanya anak yang suka berenang secara teratur akan lebih cepat tinggi dibanding dengan anak yang tidak berenang. 4. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Anak-anak memang suka bermain air, terkadang sebagai orang tua kita takut karena terlalu lama bermain di air anak bisa sakit. Nah anda tidak perlu khawatir karena jika berenang dilakukan dengan benar maka anak akan memiliki daya tahan tubuh yang tinggi. Hal ini disebabkan karena renang akan memperlancar sirkulasi darah dan kerja organ-organ tubuhnya. Otot-otot tubuhnya akan menjadi lentur dan kuat sehingga daya tahan tubuhnya menjadi tinggi. 5. Membentuk Kepribadian Biasanya anak yang biasa berenang akan memiliki kepercyaan diri, keberanian, kemandirian dan penyeseuaian diri yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak biasa berenang. Hal ini disebabkan ia sudah terbiasa mengatur cara bagaiamana agar bisa bergerak di dalam air tanpa tenggalam ataupun menghirup air itu sendiri. 6.Melatih Kemampuan Sosial Jika anak brenang bersama temannya maka otomatis ia akan bersosialisasi dengan temannya itu. Maka dengan demikian berenang mampu melatih kemampuan sosial anak. 7. Mempererat hubungan Orangtua Anak Anak tidak bisa dibiarkan berenang begitu saja tetapi harus diawasi oleh anda. Selain mengawasi anda juga bisa melatih ia agar mahir berenang sekaligus mengajak ia berenang bersama (bermain). Hal ini bisa mempererat hubungan anda dengan anak, atau mungkin jika anda termasuk orang tua yang sibuk renang bisa mnejadi salah satu quality time anda dengan anak. Nah, setelah mengetahui manfaat berenang untuk anak anda. Tertarikah anda untuk membiasakan anak berenang? Semoga uraian tentang manfaat renang ini menjadi referensi pilihan anda dalam memilih kegiatan yang positif bagi anak.

erkembangan Fisik Motorik Kasar dan Halus

Rentang usia pada anak usia dini yang berkisar antara 0 - 8 tahun menurut UNESCO dan bedasarkan UU sisdiknas

berada di

range 0-6 tahun. Menjelaskan bahwa pada dasarnya sepakat bahwa anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

perkembangan

kehidupan didalamnya

dengan

selanjutnya.

pesat

dan

Meliputi

fundamental beberapa

bagi aspek

termasuk aspek pengembangan kemampuan motorik.

Perkembangan fisik motorik secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: motorik kasar dan motorik halus. Yang pada prakteknya merupakan dasar

dari perkembangan lainnya. Hal ini dikemukakan

oleh Catron dan Alen,

bermain menyediakan kerangka kerja untuk

anak dalam mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Bermain adalah bagian dari fungsi

kognitif

selanjutnya,

oleh

karenanya

bermain

sangat

diperlukan dalam kehidupan anak (Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani,2009: 63). Lebih lanjut menyoroti tentang kebutuhan anak akan bermain, tentu saja melibatkan gerakan motorik. Dengan demikian perkembangan motorik yang baik akan berdampak pada aspek perkembangan lainnya. Demikian pula sebaliknya, kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan , aktivitas sensori motor yang meliputi pengguanaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangaan perseptual motorik ( Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani, 2009:63).

Meskipun setiap anak adalah unik tetapi perkembangan fisik seorang anak berlangsung secara Pengamatan

atas

perkembangan

teratur fisik

dan memiliki pola.

mengungkapkan

bahwa

pertumbuhan pertumbuhan

itu

adalah

dimulai

dari

bersifat kepala

cephalo-caudal hingga

kaki)

(proses

dan

juga

proximo-distal (proses pertumbuhan dimulai dari pusat badan ke arah

luar),

serta

perkembangan

motorik

kasar

akan

mulai

berkembang terlebih dahulu sebelum motorik halus berkembang.

Motorik Kasar Beberapa

pendapat ahli mengenai pengertian motorik kasar

diantaranya adalah: •

Santrock : gerakan tubuh yang menggunakan otot besar yang

dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. •

Gallahue : kemampuan motorik kasar sangat berhubungan

dengan kerja otot-otot besar pada tubuh manusia . •

Hurlock : motorik kasar adalah perkembangan pengendalian

gerakan jasmaniah melalui syaraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi.

Lebih

lanjut

Gallahue

menguraikan

tentang

macam-macam

kemampuan motorik kasar yang dapat dikembangkan pada anak usia dini, meliputi: •

Lokomotor : Keterampilan motorik kasar melibatkan otot otot

besar yang ada pada tubuh, seperti gerakan tungkai yang digunakan secara keseluruhan oleh anak-anak untuk berjalan, berlari dan melompat. •

Non lokomotor: kemampuan yang digunakan tanpa berpindah

tempat atau gerak ditempat. Contoh : meregang, mendorong dan

menarik, jalan ditempat, mengayunkan satu kaki, berdiri dengan satu kaki . •

Manipulatif : kemampuan yang dikembangkan saat anak sedang

menguasai berbagai macam objek (alat) dan kemampuan ini lebih banyak melibatkan tangan dan kaki. Contoh : melempar, memukul bola kasti, menendan bola, menangkap objek, memutar tali atau menggiring bola.

Telah disinggung di atas mengenai

perkembangan fisik

seorang anak berlangsung secara teratur dan mengikuti berurutan (tahap-tahap perkembangan).

pola yang

Tahap-tahap tersebut

tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak akan terlebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan dan bukan sebaliknya dapat berjalan kemudian dapat berdiri. Meskipun dalam beberapa kasus ada anak yang melewati tahapannya, contohnya seorang anak langsung dapat berdiri tanpa melewati tahap merangkak. Demikian juga perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimadistal).

Tahapan belajar motorik kasar secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap Kognitif. Pada tahap ini anak membutuhkan informasi tentang cara melakukan suatu gerakan melalui contoh nyata. Tugas guru atau pelatihlah yang sangat berperan penting dalam hal ini. Pada tahap ini anak sering mengalami kesalahan, gerakannya masih kaku, dan kurang terkoordinasi. 2. Tahap

Asosiatif.

menyesuaikan

diri

Pada dengan

tahap

ini

gerakan

anak yang

sudah telah

mulai

bisa

dipelajarinya.

Gerakan yang dihasilkan oleh anak juga sudah mulai konsisten sehingga kesalahan dalam setiap gerakan mulai berkurang. 3. Tahap otomatis. Sesudah melewati proses latihan, anak lalu masuk pada tahap otomatis. Gerakan yang dilakukannya sudah tidak terganggu oleh kegiatan lainya yang terjadi secara simultan sehingga tingkat kesalahan dalam melakukan gerakan semakin berkurang. Perkembangan fisik motorik kasar pada anak usia dini juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yang dapat menjadi pemacu

laju

perkembangan

ataupun

menjadi

penghambat

perkembangannya tergantung dari kondisi yang dialami anak. 1. Genetik. Secara fisik, anak akan membawa sifat yang diturunkan dari kedua orang tuanya secara genetik. Misalnya saja bentuk raut wajah, bentuk tulang yang menyusun rangka dan lain sebagainya. Kelengkapan

fisik

dan

kekuatannya

merupakan

faktor

akan

mendorong perkembangan motorik kasar ke arah yang positif. 2. Pranatal. Seringkali orang hanya memperhatikan pertumbuhan anak setelah anak itu dilahirkan, tetapi sebenarnya dapat dimulai jauh sebelum anak dilahirkan. Dapat berupa upaya pemenuhan gizi yang baik terutama selama masa kehamilan. 3. Proses kelahiran. Ada kalanya proses kelahiran menjadi faktor penentu dalam perkembangan fisik motorik anak usia dini terutama di tahap awal kehidupannya. sebagai contoh anak yang lahir prematur membutuhkan perhatian lebih dibandingkan anak yang lahir pada usia kehamilan yang mencukup. 4. Kondisi fisik. Kondisi fisik seseorang memang sedikit banyak membawa pengaruh bagi kepercayaan dirinya untuk berkembang.

Kondisi fisik yang baik memungkinkan untuk mengembangkan motorik kasar sesuai dengan tahap perkembangan dan kesiapan anak. 5. Lingkungan. Termasuk didalamnya adalah lingkungan keluarga, teman sebaya, masyarakat sekitar dan guru. Pengaruhnya sangat signifikan mengingat lingkungan sangat dekat dan erat serta bersentuhan

langsung

dengan

dunia

anak.Dukungan

dari

orang-orang terdekat dalam memberikan kesempatan bagi anak untuk bergerak akan melatih keterampilan motorik anak. 6. Stimulasi.

Stimulasi

dapat

diibaratkan

sebagai

katalisator

perkembangan apabila diberikan secara tepat sasaran. Stimulasi yang diberikan saat anak telah memiliki kesiapan akan membantu anak menuntaskan tugas perkembngannya dengan baik.

Dalam tahapan perkembangan fisik motorik, ada hal-hal yang menjadi kompetensi dan harus dicapai oleh seorang anak menurut usianya. Meski demikian, hal ini bukanlah harga mati yang menentukan cepat-lambatnya perkembangan anak. Perlu diingat bahwa setiap anak adalah unik dan kompetensi yang harus dicapai anak memiliki rentang waktu tertentu. Berikut adalah tabel perkembangan fisik motorik kasar yang diadaptasi

dari Yuliani

Nurani Sujiono, 2009:65.

0-3 tahun

3-4 tahun

5-6 tahun

-Keterampilan

-Peningkatan

-Melompat

fisik

keterampilan

dengan

berkembang

fisik

bergantian

dengan cepat

7-8 tahun Keterampilan

kaki fisik hal

menjadi penting

dalam perkembangan

konsep diri -Duduk

dan -Mengendarai

merayap;

sepeda roda tiga

merangkak

-Mengendarai sepeda

-Adanya

pe

roda ningatan

dua

energi

yang

tinggi -Mulai berjalan -Berlari

-Bermain

-Tingkat

dan berlari

skate

pertumbuhan semakin melambat

Mondar-mandir naik tangga

-Mengambil

turun bagian

di

dengan dalam

kaki bergantian

permainan yang menuntut keterampilan fisik

-Berjalan

pada -Melakukan

balon

putaran

atau

keseimbangan

jungkir balik

-Melompat

-Melakukan

dengan dua kaki

lemparan yang wajar dan teliti

-Memanjat dengan peralatan bermain

Motorik Halus

Motorik kasar disebut-sebut sebagai awal perkembangan fisik motorik anak usia dini sebelum berkembang ke ranah motorik halus. Hal ini dapat dipahami karena untuk melakukan gerakan motorik halus diperlukan pengendalian terhadap otot-otot halus pada tangan, terutama jari yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti menggambar, menempel, menggunting dan lain sebagainya. Pendapat ahli mengenai definisi motorik halus dan terangkum dalam uraian singkat dibawah ini: 

Teori John W Santrock

Motorik halus meliputi gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus seperti ketangkasan jari. 

Teori Hurlock

Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus

ayau

sebgaian

anggota

tubuh

tertentu,

yang

dalam

pengembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Contoh : kemampuan mencoret akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila sering dilatih, menyusun balok akan menunjukkan bentuk

bermakna

dengan

keluasaan

kesempatan

belajar

dan

mengeksplorasi. 

Teori Magil

Keterampilan

motorik

halus

sebagai

sebuah

gerakan

yang

memerlukan kontrol otot-otot ukuran kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi koordinasi mata-tangan ataupun gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk pekerjaan dengan ketelitian tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus seperti menggunting, menempel, bermain puzzle, membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai dan lain-lain, adalah keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat ketelitian yang tinggi serta melibatkan koordinasi mata dan jari. Dalam pengembangannya diperlukan keluasaan kesempatan untuk belajar dan berlatih agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan motorik halus. Berlatih untuk mempraktekan keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam mengembangkan keterampilan anak menggunakan otot-otot halus melakukan gerkan-gerakan motorik halus. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dengan melalui beberapa tahapan perkembangan motorik halus. Dave, menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai berikut: 1. Tahap Imitasi Adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana sama persis seperti yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian anak akan meniru. 2. Tahap Manipulasi Adalah

kemampuan

anak

melakukan

kegiatan

sederhana

berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Pada tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh pengerjaan, tetapi cukup dengan memberi instruksi kepada anak usia dini, dan mereka akan dapat mengerjakan berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut. 3. Tahap Presisi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Sebagai contoh: anak dapat mengancingkan baju tepat dengan korelasi satu-satu. 4. Tahap Artikulasi Adalah kemampuan melakukan kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara berurutan sehingga dapat membuahkan hasil kerja yang merupakan suatu kesatuan yang utuh. Contoh: guru meminta anak untuk menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri sehingga hasil kerjanya merupakan kesatuan gambar yang berwarna dan memiliki makna. 5. Tahap Naturalisasi Adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks (dilakukan dengan sendirinya) tanpa adanya contoh ataupun petunjuk

yang

diberikan oleh guru. Contohnya anak akan segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali sepatunya apabila terlepas simpulnya.

Pengembangan keterampilan seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya akan dapat dilewati oleh anak jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan orang tua serta lingkungan tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah penting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih. Belajar dapat pula diartikan mengeksplorasi kemampuan motorik halusnya. Seringkali kemampuan motorik halus terhambat karena tidak adanya ruang bagi anak untuk berekspresi. Sebagai contoh saat anak mulai belajar memegang pensil atau krayon, orang tua sering kawatir

si

anak

akan

menjadikan

dinding

sebagai

media

pembelajaran. Atau dalam hal belajar menggunakan gunting, orang tua sering mengambil alih pekerjaan atas dasar kekawatiran sang

buah hati akan terluka karenanya. Padahal untuk menjadi terampil dibutuhkan banyak latihan. Agar kedua pihak,- dalam hal ini orang tua dan anak-, dapat sama-sama terpenuhi keinginannya maka perlu dilakukan mediasi untuk menjembatani kebutuhan anak untuk belajar dan orang tua juga dapat memastikan keamanan anak. Dalam kasus belajar menggunakan gunting misalnya, perlu diberikan pemahaman pada anak sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru melakukan supervisi berupa pengawasan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam kasus mencoret tembok, anak dapat diajak berkomunikasi untuk negosiasi agar mau berpindah dari media tembok ke media kertas untuk melatih coretannya agar menjadi bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun orang tua tidak dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan orang dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua untuk

lebih

memahami anak dan kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi karena anak adalah penjelajah ulung. Adapun kompetensi yang secara umum dapat dicapai oleh anak usia dini dalam aspek perkembangan motorik halus disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini dan merupakan adaptasi dari tabel perkembangan yang termuat dalam "Konsep Dasar PendidikanAnak Usia Dini," yang ditulis oleh Yuliani Nurani Sujiono, 2009.

0-3 tahun

3-4 tahun

5-6 tahun

7-8 tahun

-Keterampilan

-Dapat

-Adanya

-Pengendalian

peningkatan

motorik halus

motorik

yang melepaskan

berkembang dengan

pakaian

baik: berpakaian

dan perkembangan

yang

bagus;

otot yang kecil: dapat mengsiis

dpat mengambil sendiri

koordinasi mata surat-surat

objek yang kecil

dan

dari

berkembang

dalam

tumpukan

dengan baik

-Mengatur sendok garpu

tangan dengan baik

-Menangkap atau bola

-Dapat

dengan menggunakan

untuk menggunakan

pensil,

gunting

memberi makan lengan

dan lain-lain

-MUlai

-Memotong

dapat -memegang

menggenggam

krayon dengan pada garis

dan melepaskan jari suatu objek -Mencetak beberapa surat -Pekerjaan ketrampilan tangan semakin baik -

Dapat

menjiplak gambar geometris -Dapat bermain pasta dan lem

Pengaruh Pendidikan Bagi Perkembangan Fisik-Motorik dan Peran Pendidik dalam Mengembangakan Fisik Motorik Anak Usia Dini Setelah mempelajari pendapat ahli tentang definisi motorik kasar dan halus, serta tahapan-tahapan perkembangan motorik

anak usia dini yang dapat indikatornya dapat dilihat pencapaian kompetensi berdasarkan usia

melalui

, maka untuk mendukung

perkembangannya dibutuhkan intervensi pendidikan di dalamnya. Pendidikan anak usia dini dimaksudkan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 butir 14 dinyatakan bahwa pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Selanjutnya

pengaruh

pendidikan

bagi

perkembangan

fisik-motorik anak usia dini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Fisik dapat berkembang dengan lebih baik karena mendapat perhatian dan pemenuhan keutuhan yang memadai untuk bekal perkembangan. 2. Fisik juga akan berkembang menjadi lebih kuat karena diberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk melakukan aktifitas yang membuat akan menggerakan otot-ototnya. 3. Anak lebih

termotivasi untuk dapat melakukan berbagai aktifitas

di dalam lingkungannya yang bermanfaat bagi perkembangan fisiknya. 4. Anak juga akan terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu dan membahayakan perkembangan fisiknya. 5. Anak akan memiliki konsep diri yang positif dengan segala kondisi yang melekat pada dirinya.

Dalam penyelenggaraannya PAUD tidak terlepas dari peran pendidik

dalam

membimbing

dan

membantu

anak

dalam

melaksanakan tugas perkembangan yang diembannya menurut tingkat perkembangan dan kesiapan anak itu sendiri.Peran pendidik dalam mengembangkan fisik-motorik anak usia dini adalah: 

Memberikan

bimbingan

dan

pembinaan

sesuai

dengan

kemampuan dan taraf perkembangan anak; 

Memberikan rasa gembira kepada anak dengan metode bermain,

belajar di dalam kerangka bermain adalah metode efektif bagi anak usia dini menyerap informasi; 

Memberi rangsangan (stimulus) dan bimbingan kepada anak

untuk

menemukan

teknik

atau

cara-cara

yang

baik

dalam

melakukan kegiatan dengan bermacam-macam media kreatif; dan 

Memberikan sebanyak mungkin kebebasan berekspresi melalui

berbagai media belajar.

Masa usia dini adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik-motorik, emosi, kognitif, maupun psikososial. Periode ini merupakan masa yang sangat fundamental bagi kehidupan, dimana pada masa ini proses perkembangan berjalan dengan pesat, terutama yang paling menonjol adalah perkembangan aspek fisik-motoriknya.

Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thompson (dalam Yusuf, 2002), mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi 4 (empat) aspek, yaitu (1) sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku

baru; dan (4) struktur fisik atau tubuh yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi. Menurut Suyanto (2005), perkembangan fisik ditujukan agar badan anak tumbuh dengan baik sehingga sehat dan kuat jasmaninya. Perkembangan fisik juga ditujukan untuk mengembangkan 5 (lima) aspek yang meliputi (1) kekuatan (strength); (2) ketahanan (endurance); (3) kecepatan (speed); (4) kecekatan (agility); dan (5) keseimbangan (balance). Dengan jasmani yang sehat, diharapkan anak mampu mengembangkan kelima aspek tersebut. Perkembangan fisik sangat terkait erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh yang erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Hurlock (2000) mengatakan bahwa perkembangan motorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Jadi, perkembangan motorik merupakan kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik adalah proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik. Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot-otot kasar (gross muscle) atau motorik kasar dan perkembangan otot-otot halus (fine muscle) atau motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan, bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, dan sebagainya. Keterampilan motorik ini membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Kedua kemampuan motorik tersebut sangat penting dikembangkan agar anak bisa berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak dan kematangan

syaraf. Otaklah yang mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Pada saat anak lahir hanya memiliki otak seberat 2,5 % dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada di susunan syaraf pusat belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation. Syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting, atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti menuang air ke dalam gelas, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat, dan mengendarai sepeda. Thelen (dalam Vasta, Haith & Miller, 1999), mengemukakan bahwa perkembangan keterampilan motorik anak merupakan hasil dari faktor bawaan (genetik) dan lingkungan. Meskipun berkembangnya keterampilan motorik ini melalui tahapan yang jelas dan dapat diprediksikan, namun faktor biologis (kematangan) sangat mempengaruhi penguasaan anak terhadap kemampuan motorik tersebut. Demikian pula latihan dan pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan juga mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik anak. Bayi usia 10 bulan yang mendapat stimulasi lebih banyak dalam belajar berjalan akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut daripada bayi yang tidak mendapat stimulasi pada usia yang sama. Penjelasan lebih mendalam dan secara detail tentang sistematika penguasaan keterampilan motorik anak dijelaskan pula oleh Thelen dengan menggunakan pendekatan Dynamic System Theory (dalam Parke & Locke, 1999). Secara lebih luas, Thelen menyatakan bahwa penguasaan keterampilan motorik sangat ditentukan oleh berbagai macam faktor, yaitu faktor emosi, persepsi, perhatian, motivasi, postur dan anatomi tubuh. Menurutnya,

seluruh komponen tersebut harus sudah “siap” (matang) sebelum anak belajar menguasai keterampilan baru (dalam Parke & Locke, 1999). Ketika anak dimotivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik anak. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem syarafnya sudah matang, proporsi kaki sudah cukup kuat menopang tubuhnya, dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya. Ini menunjukkan bahwa interaksi dari berbagai macam faktor tersebut menyebabkan munculnya keterampilan motorik yang baru bagi anak. Teori tersebut juga menjelaskan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak melihat mainan yang beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka anak akan termotivasi untuk bergerak kepada keterampilan motorik yang lebih luas lagi. Aktifitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktifitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktifitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi, dan seiring dengan hal tersebut, orangtua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik, akan tetapi perlu didukung juga dengan menyiapkan berbagai fasilitas yang

berguna bagi perkembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus tersebut. Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik

2.1. Pengertian Berenang adalah gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan olahraga. Berenang dipakai sewaktu bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya di air, mencari ikan, mandi, atau melakukan olahraga air. Berenang untuk keperluan rekreasi dan kompetisi dilakukan orang di kolam renang. Manusia juga berenang di sungai, di danau, dan di laut sebagai bentuk rekreasi. Olahraga renang membuat tubuh sehat karena hampir semua otot tubuh dipakai sewaktu berenang. Renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam berenang. Gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya kupu-kupu, gaya punggung, dan gaya dada. Perenang yang memenangkan lomba renang adalah perenang yang menyelesaikan jarak lintasan tercepat. Pemenang babak penyisihan maju ke babak semifinal, dan pemenang semifinal maju ke babak final. 2.3. Dasar Belajar Renang 2.3.1 Pengenalan Air Pengenalan air sangat perlu bagi mereka yang baru pertama kali belajar renang. Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa takut terhadap air dan mengenal sifat – sifat air seperti basah, dingin, dan sebagainya. Latihan pengenalan air dapat dilakukan dalam bentuk permainan atau yang lain, misalnya : • Berkejar – kejaran di kolam yang dangkal • Saling mencipratkan air ke muka teman • Memasukkan kepala dan badan ke dalam air • Menyelam melalui rintangan yang dibuat teman • Main tebak – tebakan di dalam air • Berjalan mengelilingi kolam • Bermain kereta keretaan di air.

2.3.2 Meluncur Setelah mengetahu sifat – sifat air, maka dilanjutkan dengan latihan meluncur dan mengapung, caranya adalah : • Berdiri dengan kedua tanganlurus, bungkukkan badan ke depan. • Letakkan kedua kaki pada lantai kolam, hingga badan terdorong ke depan dalam sikap mengembang dan meluncur. Atau bisa juga dilakukan dengan cara: • Berdiri dengan satu kaki, sedangkan kaki satu yang lain ditekuk dengan telapak kaki menempel pada dinding kolam. Kedua tangan lurus dan bungkukkan badan ke depan, kemudian tolakkan kaki yang menempel pada dinding sehingga badan terdorong ke dalam sikap mengapung dan meluncur. Bagi orang yang masih takut, sebelum berlatih meluncur mereka terlebih dahulu menggerakkan kaki sambil duduk di pinggir kolam atau dengan memegang parit kolam dan menggerak – gerakkan kaki.

2.3.3 Latihan Pernafasan 1. Teknik gerakan pernafasan a. Sikap Permulaan • Berdiri kongkang di kolam dasar Membungkukkan tubuh rata dengan air • Muka menghadap ke depan di antara kedua lengan yang diluruskan ke depan. b. Gerakan • Pernafasan dilakukan dengan memutar kepala ke kiri atau ke kokan, sehingga mulut mengambil nafas. • Gerakan tersebut bersamaan lengan searah dengan putaran kepala berada di belakang samping tubuh. • Latihan pernafasan ini dikombinasikan dengan gerakan lengan agar dapat mengatur irama pengambilan nafas. • Pada prinsipnya mengambil udara lewat mulut dengan menghembuskan di dalam air.

2. Cara melakukan gerak dasar mengambil nafas Lakukan dengan posisi telungkup terapung, dan kedua tanmgan memegang dinding kolam. • Ambillah nafas melalui mulut dan masukkan muka ke dalam air, mata melihat ke depan sedikit. • Permukaan air di dahi, buang nafas melalui hidung. Setelah itu, putarkan kepala ke samping kanan / kiri berporos leher. Sehingga mulut dan mulut di atas permukaan air. • Buka mulut lalu ambil nafas melalui mulut dengan cepat, lalu masukkan muka ke dalam air dan buang nafas di dalam air.

2.4. Macam – macam gaya dalam olahraga renang •Gaya bebas •Gaya dada

•Gaya Kupu – kupu •Gaya Punggung

Perkembangan fisik motorik merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu di miliki anak untuk di kembangkan dengan optimal. Perkembangan fisik motorik ini meliputi fisik motorik kasar dan fisik motorik halus yang saling berkaitan. Kemampuan fisik motorik pada kelompok bermain Kirana ini belum menerapkan pengenalan dasar renang pada kegiatan berenangnya. Pengenalan dasar renang ini diharapkan mampu meningkatkan fisik motorik kasar anak supaya anak dapat memiliki keseimbangan saat di air. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengenalan dasar renang terhadap kemampuan fisik motorik kasar anak khusunya 3-4 tahun di kelompok bermain Kirana.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen dengan menggunanakan jenis rancangan eksperimen yang sebenarnya dengan desain pre-test post-test pada kelompok-kelompok ekuivalen yang kemudian terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai perbandingan. Pada penelitian ini dilakukan 4 kali pertemuan dengan 2 kali pemberian perlakuan hanya pada kelompok eksperimen.

Perkembangan fisik merupakan perkembangan yang signifikan bagi anak. Menurut Hurlock perkembangan fisik anak usia dini mencakup empat aspek yaitu:

1)System syaraf, yang sangat berkaitan erat dengan perkembangan kecerdasan dan emosi, 2)Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, 3)Kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru 4)

Struktur tubuh yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi tubuh.

Setiap anak perkembangan fisiknya berbeda-beda. Ada beberapa anak yang pertumbuhannya cepat dan ada beberapa anak yang pertumbuhannya lambat. Biasanya ditemukan anak usia dini yang tinggi badannya dan anak yang lain lebih pendek. Pada masa usia dini, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang tetapi secara bertahap tubuh anak akan mengalami perubahan. Bilamana di masa bayi anak memiliki penampilan yang gemuk maka secara perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi lebih langsing, sedangkan kaki dan tangannya mulai memanjang. Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motoric yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motoric, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola, dan atletik. Anak-anak usia dini biasanya senang sekali bermain. Mereka tidak pernak kenal lelah dalam bermain. Hal itu dapat melatih kemampuan fisiknya. Perkembangan fisik pada anak dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek yaitu dapat ditinjau dari perkembangan motoric kasar dan perkembangan motorik halus. a.Perkembangan Motorik Kasar Menurut Beaty kemampuan motorik kasar seyogianya dimiliki oleh seorang anak usia dini yang berada ada rentang usia 4-6 tahun, kompetensi tersebut terbagi menjadi 4 aspek yaitu, (1) berjalan dengan indicator berjalan turun/naik tangga dengan menggunakan kedua kaki, berjalan pada garis lurus dan berdiri dengan satu kaki (2) berlari, dengan indicator menunjukkan kekuatan dan kecepatan berlari, berbelok ke kanan/kiri tanpa kesulitan dan mampu berhenti dengan mudah (3) melompat, dengan indikator mampu melompat ke depan, ke belakang dan ke samping dan (4) memanjat, memanjat naik/turun tangga dan memanjat pohon. b.Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari. Guru dapat membantu anak mengembangkan kemampuan motorik halusnya dengan memanfaatkan beragam media. Pada sisi lain, kemampuan motorik halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan kinestetik tubuh yang mencakup kemampuan anak dalam kepekaan dan keterampilan dalam mengontrol dan mengordinasi gerakan-gerakan tubuh serta terampil dalam menggunakan peralatan-peralatan tertentu yang dimanfaatkan anak dalam aktivitas bermainnya. Dan secara aspek sosial tentunya kematangan kemampuan motorik halus anak membantu mereka menanamkan citra diri yang positif dalam bentuk kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya.

Related Documents


More Documents from "pebry"