DISLOKASI HIP DEFINISI Kata dislokasi merupakan gabungan dari kata dis dan lokasi yang berarti kedudukan yang salah. Dislokasi sendi adalah keadaan dimana terjadi pergeseran total permukaan tulang yang membentuk persendian. Dislokasi sendi merupakan keadaan gawat darurat di bidang ortopedi yang memerlukan penanganan segera. Dislokasi adalah keadaan di mana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Dislokasi panggul adalah suatu keadaan dimana terjadi perpindahan permukaan sentuh caput femoris terhadap acetabulum. Dislokasi terjadi ketika caput femoris keluar dari acetabulum. Kondisi ini dapat kongenital atau didapat (acquired). EPIDEMIOLOGI Dengan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas, dislokasi panggul traumatik makin sering ditemukan. Dislokasi panggul ini dapat terjadi pada semua kelompok usia. Dislokasi panggul posterior merupakan dislokasi yang paling sering terjadi. Dislokasi panggul posterior terjadi sebanyak 90% dari kasus, sedangkan dislokasi panggul anterior terjadi sebanyak 10% dari seluruh kasus dislokasi panggul traumatik. ETIOLOGI 1. Cedera Olah raga Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley,pemain basket dan pemain sepak bola sering mengalami dislokasi pada tangan dan jarijari secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain. 2. Trauma Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi. 3. Terjatuh Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin. 4. Patologis Terjadi ‘tear’ ligament dan capsul articuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang. KLASIFIKASI Berdasarkan arah dislokasi, dislokasi panggul dibagi menjadi 3, yaitu dislokasi posterior, dislokasi anterior, dan dislokasi pusat (central). a. Dislokasi Posterior 1) Mekanisme Cedera Caput femoris keluar dari acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diaphisis femur dimana sendi panggul dalam posisi flexi atau semiflexi. Trauma biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam keadaan flexi dan menabrak dengan keras benda yang ada di depan lutut. Mekanisme khas untuk
dislokasi posterior adalah perlambatan dimana lutut penderita mengenai dashboard dengan menekuk lutut dan panggul. Dislokasi posterior sendi panggul biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis longitudinal pada femur saat femur dalam keadaan flexi 90 derajat dan sedikit adduksi. 2) Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik Penderita biasanya datang setelah trauma yang hebat disertai nyeri dan deformitas pada daerah sendi panggul juga tidak bisa menggerakan anggota gerak bawah. Sendi panggul teraba menonjol ke belakang dalam posisi adduksi, flexi, dan rotasi interna. Terdapat pemendekan anggota gerak bawah dan teraba caput femur pada panggul. rasa nyeri diakibatkan spasme otot disekitar panggul. Caput femoris dapat berada di posisi yang tinggi (iliac) atau rendah (ischiatic), tergantung dari posisi flexi paha ketika terjadi dislokasi. • Dislokasi tipe iliac: - Panggul flexi, adduksi, endorotasi. - Extremitas yang terkena tampak memendek. - Trochanter major dan bokong di daerah yang mengalami dislokasi terlihat menonjol. - Lutut extremitas yang mengalami dislokasi tampak menumpang di paha sebelahnya. • Dislokasi tipe ischiatic: - Panggul flexi. - Panggul sangat beradduksi sehingga lutut di extremitas yang mengalami dislokasi tampak menindih di paha sebelahnya. - Extremitas bawah tampak dalam posisi endorotasi yang ekstrim. - Trochanter major dan bokong di daerah yang mengalami dislocasi terlihat menonjol. - Extremitas bawah tampak dalam posisi endorotasi yang ekstrim. - Trochanter major dan bokong di daerah yang mengalami dislocasi terlihat menonjol. Jika salah satu tulang panjang mengalami fraktur (biasanya femur), dislokasi panggul seringkali tidak terdiagnosis. Pedoman yang baik adalah dengan pemeriksaan pelvis dengan pemeriksaan radiologis. Tungkai bawah juga harus diperiksa untuk mencari apakah terjadi cedera syaraf ischiadicus. Cedera neurovaskular pada dislokasi panggul posterior dapat memberikan gambaran sebagai berikut: • Nyeri di panggul, bokong, dan tungkai bawah bagian posterior. • Hilangnya sensasi di tungkai bawah dan kaki. • Hilangnya kemampuan dorsoflexi (cabang peroneal) atau plantarflexi (cabang tibial). • Hilangnya deep tendon reflex di pergelangan kaki.
• Hematoma lokal. Pemeriksaan Radiologi Pada foto anteroposterior (AP), caput femoris terlihat keluar dari acetabulum dan berada di atas acetabulum. Segmen atap acetabulum atau caput femoris dapat ditemukan patah dan bergeser. Foto oblik dapat digunakan untuk mengetahui ukuran fragmen. CT scan adalah cara terbaik untuk melihat fraktur acetabulum atau setiap fragmen tulang. 1. Pasien ditempatkan di atas meja dalam posisi telungkup. 2. Tungkai yang mengalami dislokasi digantungkan ke bawah dan lutut difleksikan. 3. Seorang asisten memegang tungkai yang sehat secara horizontal. 4. Operator memberi tekanan ke bawah secara mantap pada lutut yang fleksi. 5. Posisi ini tetap dipertahankan hingga otot-otot relaksasi dan caput femoris turun ke acetabulum. Kadang-kadang dengan sedikit mengayunkan paha dapat mempercepat reduksi.
b. Dislokasi Anterior Dislokasi anterior jarang terjadi jika dibandingkan dengan dislokasi posterior. Dislokasi ini terjadi sebanyak 10-12 % dari keseluruhan kejadian dislokasi panggul traumatik. Penyebab yang lazim adalah kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan penerbangan. Caput femoris didorong dengan paksa ke arah anteroinferior dan berpindah ke foramen obturatorium atau pubis. a.Mekanisme Cedera Dislokasi ini dapat terjadi dalam kecelakaan lalu lintas ketika lutut terbentur dashboard ketika paha dalam posisi abduksi. Dislokasi pada satu atau bahkan kedua panggul dapat terjadi jika seseorang tertimpa benda berat pada punggungnya saat posisi kaki merentang, lutut lurus dan punggung ke depan. Caput femoris didorong dengan paksa ke arah anteroinferior acetabuli dan berpindah ke foramen obturatorium atau pubis. b. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik Kaki berada dalam posisi exorotasi, abduksi, dan sedikit flexi. Kaki tidak memendek karena perlekatan rektus femoris mencegah caput femoris bergeser ke atas. Bila dilihat dari samping, tonjolan anterior pada caput yang mengalami dislokasi tampak jelas. Kadang-kadang kaki berabduksi hampir membentuk sudut siku-siku. Caput yang menonjol mudah diraba. Gerakan panggul tidak dapat dilakukan.
Cedera neurovaskular dapat terjadi. Berikut ini adalah tanda-tanda terjadinya cedera neurovaskular pada dislokasi panggul anterior: • Paresis di extremitas bawah • Rasa nyeri tumpul di extremitas bawah • Refleks patella melemah atau hilang • Extremitas bawah tampak pucat dan dingin • Parestesia di extremitas bawah Pemeriksaan Radiologi Pada foto anteroposterior, dislokasi biasanya jelas, tetapi kadang-kadang caput hampir berada di depan posisi normalnya sehingga jika meragukan dapat dilakukan foto lateral.
c. Dislokasi Sentral (Pusat) 1) Mekanisme Cedera Dislokasi Sentral terjadi apabila kaput femur terdorong ke medial acetabulum pada rongga pangguk. Disini kapsul tetap utuh. Fraktur acetabulum terjadi karena dorongan yang kuat dari lateral atau jatuh dari ketinggian pada satu sisi atau suatu tekanan yang mrlslui femur dimana panggul dalam kedaan abduksi. 2) Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik Terdapat luka lecet atau memar pada paha, namun kaki terletak pada posisi normal. Trochanter dan daerah panggul terasa nyeri. Gerakan minimal masih dapat dilakukan. Pasien harus diperiksa dengan cermat untuk mencari ada tidaknya cedera pelvis dan abdomen. 3) Pemeriksaan Radiologi Pada foto anteroposterior, caput femoris tampak bergeser ke medial dan lantai acetabulum mengalami fraktur.
TATALAKSANA a. Tatalaksana Dislokasi Posterior Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah anestesi umum. Reduksi harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak terjadinya dislokasi. Pada sebagian besar kasus dilakukan reduksi tertutup, namun jika reduksi tertutup gagal sebanyak 2 kali maka harus dilakukan reduksi terbuka untuk mencegah kerusakan caput femoris lebih lanjut. Sebelum melakukan reduksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan neurovaskular. Indikasi reduksi tertutup: • Dislokasi dengan atau tanpa defisit neurologis jika tidak ada fraktur. • Dislokasi yang disertai fraktur jika tidak terdapat defisit neurologis Kontraindikasi reduksi tertutup: • Dislokasi panggul terbuka. Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mereduksi dislokasi panggul posterior sederhana : Manuver Allis
Manuver Stimson Menggunakan berat tungkai bawah dan gravitasi untuk mengurangi dislokasi
Maneuver Bigelow
Teknik Whistler Panggul yang mengalami dislokasi direlokasikan menggunakan lengan operator untuk mengangkat dan memanuver tungkai yang mengalami dislokasi ketika bahu operator diangkat. Tangan operator bertumpu pada paha kontralateral. Seorang asisten atau tangan lain operator melakukan kontratraksi pada tibia atau fibula
Traksi longitudinal Pasien dibaringkan dalam posisi supine, kemudian seorang asisten melakukan traksi lateral, sementara operator melakukan traksi longitudinal. b. Tatalaksana Dislokasi Anterior Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah anestesi umum. Reduksi harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak terjadinya dislokasi. Sebelum melakukan reduksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan neurovaskular. Manuver yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan untuk mereduksi dislokasi posterior, kecuali bahwa ketika paha yang berflexi ditarik ke atas, paha
harus diadduksi. Tata laksana berikutnya mirip dengan tata laksana pada dislokasi posterior.
Setelah reduksi, panggul diistirahatkan dengan pemasangan skin traction selama tiga minggu. Beberapa hari setelah reduksi, gerakan aktif dan pasif sendi panggul dapat dimulai. Pada akhir minggu ketiga, pasien diperbolehkan jalan menggunakan kruk penopang tanpa bertumpu pada sisi yang mengalami dislokasi. Selama periode ini dapat dilakukan latihan aktif terkontrol untuk mengembalikan fungsi sendi dan perkembangan tonus dan kekuatan otot. Kerja ringan dapat dilanjutkan pada minggu ke 14-16 dan aktivitas penuh dapat dilakukan 6-10 bulan setelah cedera. Ikuti perkembangan pasien selama minimal 2 tahun, setiap pemeriksaan rekam perkembangan range of motion dari sendi panggul dan lakukan pemeriksaan X-ray setiap 4-6 bulan untuk mengetahui ada tidaknya necrosis avaskular dari caput femoris. c. Tatalaksana Dislokasi Sentral Pada kasus dislokasi panggul central tetap harus diusahakan untuk melakukan reduksi dan memulihkan bentuk lazim panggul. Meskipun osteoartritis sekunder tidak dapat dielakkan, paling tidak anatomi yang normal akan memudahkan pembedahan rekonstruktif. Dislokasi central yang disertai dengan fraktur kominusi pada lantai acetabulum kadang-kadang dapat direduksi dengan manipulasi di bawah anestesi umum. Ahli bedah menarik paha dengan kuat dan kemudian mencoba mengungkit keluar caput dengan mengadduksi paha, menggunakan bantalan keras sebagai titik tumpu. Jika cara ini berhasil, traksi longitudinal dipertahankan selama 4-6 minggu dengan pemeriksaan X-ray untuk memastikan bahwa caput femoris tetap berada di bawah bagian acetabulum yang menahan beban. Jika manipulasi gagal, kombinasi traksi longitudinal dan lateral dapat mereduksi dislokasi selama 2-3 minggu. Pada semua metode ini, gerakan perlu dimulai secepat mungkin. Bila traksi dilepas, pasien diperbolehkan bangun dengan kruk penopang. Penahanan beban diperbolehkan setelah 8 minggu. Hasilnya terhadap fungsi lebih baik daripada yang ditunjukkan pada penampilan X-ray, tetapi semua gerakan kecuali flexi dan extensi tetap sangat terbatas, dan pada akhirnya terjadi artritis degeneratif, kecuali jika pergeseran hanya terjadi sedikit. a) Indikasi Operasi • Fraktur acetabulum dengan pergeseran > 2 mm di dalam kubah acetabulum.
• Fraktur dinding posterior dengan > 50% keterlibatan permukaan artikulasi sendi pada dinding posterior. • Ketidakstabilan klinis pada flexi 900 • Fragmen yang terjebak di dalam acetabulum setelah reduksi tertutup. Beberapa penulis menganjurkan operasi dilakukan 2-3 hari setelah cedera untuk menunggu kondisi pasien agar stabil. Idealnya reduksi terbuka dan fiksasi internal fraktur acetabulum seharusnya dilakukan dalam 5-7 hari setelah cedera. Reduksi anatomis akan menjadi lebih sulit setelah melewati waktu tersebut karena pembentukan hematoma, kontraktur jaringan lunak, dan pembentukan callus awal PROGNOSIS Prognosis dari dislocasi sendi panggul tergantung dari adanya kerusakan jaringan yang lain, manajemen awal dari dislocasi dan keparahan dislocasi. Jika dislocasi tertutup tanpa adanya fracture maka 88% memiliki prognosis yang baik sedangkan jika dengan kerusakan lain hanya 54% yang memiliki prognosis yang baik. Jika dislocasi sendi panggul diperbaiki dalam waktu 12 jam akan meningkatkan prognosis yang signifikan. Pada keseluruhan dislocasi anterior memiliki prognosis yang lebih baik daripada dislocasi posterior. Penelitian menunjukan prognosis buruk terjadi pada 25% pasien dengan dislocasi anterior dan 53% pada dislocasi posterior. Untuk menentukan prognosis juga dapat dilihat dari klasifikasi Stewart dan Milford. Pada grade I, komplikasi jangka panjang sering terjadi. Avaskular Osteonecrosis terjadi sekitar 4% dari pasien dan osteoarthritis sekunder juga dapat terjadi. Sementara grade III dan IV memiliki resiko tinggi untuk terjadinya avascular osteonecrosis yang dapat menyebabkan pengangkatan dari sendi panggul. Namun komplikasi yang paling sering adalah osteoarthritis setalah 5 tahun terjadinya dislocasi.
DAFTAR PUSTAKA 1. Gammons, Matthew. Hip Dislocation. 2012. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/86930-clinical#showal 2. Daventport, M D. Joint Reduction, Hip Dislocation, Posterior. 2012 Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/109225-overview 3. Dislokasi Sendi Panggul. Diunduh dari https://kupdf.net/download/dislokasi-sendi-panggul_58dc6132dc0d609d348970f9_pdf