FRAKTUR COLLUM FEMORIS Definisi Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal pafa yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.
Fraktur kolum femur adalah fraktur intrakapsuler yang terjadi di femur proksimal pada daerah yang berawal dari distal permukaan artikuler caput femur hingga berakhir di proksimal daerah intertrokanter (FKUI-RSCM, 2008). Etiologi Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteopororsis pasca menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Cedera traumatic Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Cedera traumatic pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni: 1) Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya. 2) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan. b. Fraktur patologik Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai keadaan berikut, yakni: 1) TumOR tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendalai dan progreif 2) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbil sebagai salah satu proses yang progresif 3) Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbs vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. c. Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di bidang kemiliteran. Klasifikasi a. Fraktur collum femur sendiri dibagi dalam dua tipe, yaitu 1) Fraktur intrakapsuler 2) Fraktur ekstrakapsuler
b. Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel: 1) Tipe I: garis fraktur membentuk sudut 300 dengan bidang horizontal pada posisi tegak 2) Tipe II: garis fraktur membentuk sudut 30-500 dengan bidang horizontal pada posisi tegak 3) Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >500 dengan bidang horizontal
c. Dislokasi atau tidak fragment ( menurut Garden’s) adalah sebagai berikut: 1) Grade I: Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi) 2) Grade II: Fraktur lengkap tanpa pergeseran 3) Grade III: Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment) 4) Grade IV: Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmenyang bersinggungan.
Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur, yakni: a. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya. Perubahan keseimbanagn dan kontur terjadi, seperti: 1) Rotasi pemendekan tulang 2) Penekanan tulang b. Bengkak (edema) Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur c. Ekimosis dari perdarahan subcutaneous d. Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur) e. Tenderness f. Nyeri Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. g. Kehilangan sensasi h. Pergerakan abnormal i.
Syok hipovolemik
j.
Krepitasi (Black, 1993:199).
Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum femur. Pada penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam posisi abbduksid an fleksi serta eksorotaasi. Pada palpasi sering ditemukan adanya hematom di panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral. Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktu yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Radiologi Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar rontgen (Sinar-X). untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khsus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan Sinar-X harus atas darar indikasi kegunaan. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada sinar-X mungkin dapat diperlukan teknik khusus, seperti hal-hal sebagai berikut. (Arif Muttaqin, 2008). 1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit di2isualisasi. +ada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya. 2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang 2ertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma. 3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara trans2ersal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak. b. Pemeriksaan Laboratorium 1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. 2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Gaktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang. 3) Hematokrit dan leukosit akan meningkat (Arif Muttaqin, 2008) c. Pemeriksaan lain-lain 1) Pemeriksaan
mikroorganisme
kultur
dan
test
sensitivitas:
didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi. 2) Biopsy tulang dan otot: [ada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan di atas tapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi. 3) Elektromyiografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur. 4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihhan. 5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang. 6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur. (Arif Muttaqin, 2008) Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur a. Impacted Fraktur Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah collum femur dibanding fraktur tulang di tempat lain. Pada collum femur-periosteumnya sangat tipis sehingga daya osteogenesisnya sangat kecil, sehingga seluruh penyambungan fraktur collum femur tergantung padapembentukan calus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati collum femur pada fraktur collum femur terjadi kerusakan. Lebih-lebih lagi terjadinya haemarthrosis akan menyebabkan aliran darah sekitar fraktur tertekan
alirannya. Sehingga apabila terjadi fraktur intrakapsuler dengan dislokasi akan terjadi avaskular nekrosis. b. Penanggulangan Impacted Fraktur Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan stabil, penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat penderita dirawat 3-4 minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8 mingu. Kalau pada x-ray foto impactednya kruang kuat ditakutkan terjadi impacted, penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal fixation. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik percutaneus. c. Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur Penderita segera dirawat di rumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan buck-extension. Dalam waktu 24-48 fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu: menurut leadbetter. Penderita telentang di meja operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk mengundurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi panggul 45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test. Pal heel test: tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi behasil baik, setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi denagn teknik multi pin percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macammacam alat internal fiksasi di antaranya: knowless pin, cancellous screw, dan plate. Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya agak berlainan.
Bila
penderita
tidak
bersedia
dioperasi
atau
dilakukan
prinsip
penanggulangan, tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian penderita dilatih
berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita bersedia dilakukan operaasi, yaitu menggunakan tindakan operasi arthroplasty dengan pemasangan prothese austine moore.
DAFTAR PUSTAKA Solomon, L. Warwick, D. nayagam, S. 2010. Apley’s System of Orthopedics and Fractures United Kingdom: Hodder Arnold pp: 847-52 Cuccurullo, S. 2002. Physical Medicine and Rehabilitation Board Review. New Jersey: Demos pp 203-4 Snell, R. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC pp: 557-91 Hoppenfeld, S., Murthy, V. 1999. Treatment and Rehabilitation of Fracture Pratt, E., Amiran, M., Gray, P. 2001. Open Reduction and Internal Fixation of the Hip. In Maxey, L. Magnusson, J. rehabilitation for the Postsurgical Orthopedic Patient. United Kingdom: Mosby pp 188-205