RASANYA BERBAGI
Malam yang indah disertai rintikan hujan yang membasahi tempat ini, hawa dingin yang menghampiri seakan-akan mengerti hal yang sedang aku alami saat ini. Cahaya rembulan pun masih tetap setia menemani perjalananku yang aku pun tak tahu akan membawa langkah kaki ini kemana. “ Aku harus pergi kemana ? , Siapa lagi yang harus aku kunjungi setelah mereka semua mengusirku dan membiarkanku pergi “ ucap seorang wanita. Hingga akhirnya ia pun menemukan tempat untuk berteduh, dan setidaknya ia bisa beristirahat untuk malam ini. “Assalamualaikum, pak permisi” sapa wanita itu ketika melihat seorang pria yang tengah membersihkan pelataran dari air hujan yang telah mengguyur tempat ini “Walaikumsallam, ah iya neng ada apa ?” “Pak, apakah saya boleh menginap disini untuk malam ini saja pak ?” “menginap disini neng ?” “ Iya pak, saya tidak tahu harus kemana lagi pak” “Ya ampun neng, kamu yakin mau tidur di masjid ?” Tempat itu adalah sebuah masjid yang ada di sebuah desa di kota ini, jika kamu bertanya mengapa aku bisa sampai disini maka akan aku jawab kalau aku tidak tahu mengapa aku bisa sampai di tempat ini “ Iya pak , saya yakin hanya ini satu-satunya tempat yang bisa saya kunjungi “ “ aduh neng , bukannya saya tidak mengizinkan tetapi kamu ini perempuan saya tidak tega melihatnya “ “ baiklah pak , kalau begitu saya pamit. Permisi pak “ Ketika hendak berjalan lagi , dengan lupa memberikan salam seorang laki-laki itu pun kembali memanggilnya “ neng, neng tunggu sini sini “ “ iya pak ? “ “ memangnya kamu dari mana ? Kok bisa sampai kesini ? “ “ Saya dari ....... Pak , saya gatau pak kenapa saya bisa sampai sini. Tadi saya hanya jalan saja” “ Yasudah neng berhubung ini sudah hampir larut malam dari pada kamu menginap disini , ikut saya saja yuk “ “ Kemana ya pak ? “ dengan nada sedikit khawatir “ ke rumah saya , saya tinggal dengan istri dan anak saya kebetulan anak saya sedang bekerja di luar kota, nanti neng bisa tidur dikamarnya dulu di bandingkan neng harus tidur di masjid sendirian. Hayukk neng “
Akhirnya aku pun mengikuti bapak itu pulang, dan menginap di rumahnya. Terima kasih pak sudah membantu saya dan mengizinkan saya untuk menginap di tempat bapak semoga kebaikan bapak menjadi ladang pahala untuk bapak *** Namaku Silvi Karina saat ini usiaku 20 tahun , aku sedang menjejakkan kaki di dunia perkuliahan tepatnya di kota pendidikan Yogyakarta. Sudah hampir 2 tahun perantauanku untuk melanjutkan pendidikan setiap libur kuliah aku tak pernah kembali untuk pulang ke rumah karena di sini aku kuliah sembari bekerja untuk membuatku mandiri tak pernah meminta sepeser uang untuk biaya kuliahku ke papah. Dan hubunganku dengan papah juga bisa dibilang tidak terlalu cukup dekat setelah kepergian mamah 5 tahun lalu. Mamah meninggal karena penyakit yang dideritanya selama ini, saat itu usiaku baru menginjak 15 tahun dan aku sudah di tinggalkan oleh orang yang telah mengandungku serta merawatku. “Pak, saya mau gunain cuti saya pak. Saya mau pulang kampung menjenguk ayah saya di rumah, sudah lama saya tidak pernah pulang” pintaku untuk mengambil cuti dan mempergunakan waktu cutiku untuk bisa berlibur di tempat kelahiranku “Iya silahkan, tapi hanya seminggu ya setelah itu kamu kembali lagi bekerja” “Siap bos” dengan gaya sambil memberi hormat kepada bos ku “Baik mulai besok kamu boleh ambil cutimu” Betapa senangnya aku mendapat libur dari tempat kerja ku dan sedang dalam tahap libur kuliah, hari itu aku sangat senang bekerja dengan giat selalu memberi senyuman kepada teman kerjaku yang lain. Selesai bekerja aku pergi ke stasiun untuk membeli tiket kereta api yang dijadwalkan esok siang, aku mengambil jadwal siang supaya bisa sampai dirumah malam hari sekaligus memberi papah kejutan. *** Kota ini sudah banyak berubah, apakah selama itu aku pergi dan aku merasa 2 tahun bukan waktu yang cukup lama. Dan akhirnya aku pun sampai di stasiun Bekasi sekitar pukul 20.00 WIB, di kota ini masih banyak orang yang berlalu lalang ada beberapa pegawai yang pulang kerja, serta anak sekolah yang masih memakai seragam. Aku minta seorang ojek pangakalan untuk mengantarkanku sampai ke rumah. Sesampainya di rumah aku melihat keadaan rumah yang mulai sepi sepertinya tidak ada orang. *Ting nong Ting nong* aku memencet bel sudah hampir 3 kali pun tidak ada suara seperti pintu terbuka ataupun orang berjalan untuk membukakan pintu. Aku menunggu sekitar 30 menit tak lama hujan turun dengan derasnya, aku bingung harus kemana aku memencet bel lagi tak ada pun yang menyahuti. Akhirnya, aku buka saja pintu pagar itu dan masuk kedalam rumah karena hujan sudah tidak bisa di toleransi lagi. Ku ketuk pintu rumah pun tidak ada suara yang menyahuti. Untungnya pintu tidak terkunci lalu aku masuk ke dalam untuk mencari papah, kudatangi setiap kamar tidak juga terlihat seseorang disana. Ya sudah ku fikir papah mungkin sedang berada di luar untuk membeli sesuatu, aku datangi kamarku yang letaknya ada di lantai 2. Kunyalakan lampu kamarku dan aku melihat seorang perempuan yang sedang tertidur dengan menggunakan headset di telinganya.
“ Eehhmm, kamu siapa ?” Tanya perempuan itu yang seketika bangun ketika aku menyalakan lampu kamarku. “saya silvi, kamu siapa ?” aku pun membalikkan pertanyaannya, “Aku Tiara, anak pemilik rumah ini”. Apa anak katanya ?, Siapa yang ia maksud ? Apakah papah ? Dia terlihat masih muda kira-kira usianya 10 tahun. Lalu, aku pergi dari kamar ku meninggalkan tas serta koperku di sana. Aku mencari papah lagi untuk mencari penjelasan apa maksud anak tadi. Aku menemukannya, iya papah ia sedang berada di halaman belakang pantas saja tidak ada yang mendengar suara bel ditambah suara speaker yang papah pasang yang membuat suara bel semakin tidak terdengar. Tapi, tunggu lalu itu siapa yang sedang berada di samping papah ? Ada apa ini sebenarnya ? Siapa mereka semua ?.