PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING DENGAN MEDIA TEKS LAGU SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 1 PEMALANG
SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Nama
: Wiwin Nur Azizah
NIM
: 2101403568
Prodi
: Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan
: Bahasa dan Sastra Indonesia
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERISTAS NEGERI SEMARANG 2007
SARI Azizah, Wiwin Nur. 2007. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Metode Latihan Terbimbing dengan Media Teks Lagu pada Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Agus Nuryatin, M.Hum, Pembimbing II : Drs. Mukh. Doyin, M. Si. Kata Kunci : Keterampilan menulis cerpen, metode latihan terbimbing, media teks lagu. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia aspek bersastra SMA kelas X untuk subaspek menulis menyebutkan bahwa peserta didik harus mampu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mampu menulis cerpen yang baik, namun kemampuan menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan siswa. Guru masih terbiasa dengan metode pembelajaran yang monoton dan terkesan hanya mengejar meteri. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang digunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah 1) seberapa besar peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X SMA N 1 Pemalang, dan 2) adakah perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran menulis cerpen setelah mengikuti pembelajaran melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Tujuan Penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang dan 2) mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis kelas. Dengan demikian penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi dua siklus. Tiap-tiap siklus dilakukan secara teratur yang terdiri atas empat tahap, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Data penelitian yang diambil melalui tes dan nontes. Alat pengambilan data tes yang digunakan berupa instrumen tes perbuatan yang berisi aspek-aspek kriteria penilaian kemampuan menulis cerpen berupa penilaian kemampuan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Alat pengambilan data nontes yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, angket, dan dokumentasi foto. Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
ii
Berdasarkan analisis data penelitian, disimpulkan bahwa melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, kemampuan menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang meningkat sebesar 20,44% setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Hasil rata-rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 61,30 dan pada siklus I diperoleh hasil rata-rata sebesar 68,62, kemudian pada siklus II diperoleh hasil rata-rata sebesar 77,05 atau meningkat sebesar 12,29% dari siklus I. Perilaku siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pun mengalami perubahan ke arah positif. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa yang lebih serius dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen. Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut, penulis memberikan saran 1) guru bahasa dan sastra Indonesia dapat menggunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam membelajarkan menulis cerpen kepada siswa, 2) peneliti lain dapat melakukan penelitian yang serupa dengan metode yang berbeda.
iii
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
Agustus 2007
Wiwin Nur Azizah
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : •
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu sudah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah : 6 - 8).
•
Hidup artinya berani menghadapi tantangan, tantangan terbesar dari hidup adalah tetap tumbuh dalam situasi apapun.
•
Doa adalah senjata ampuh orang mukmin
Persembahan Karya kecil ini kupersembahkan untuk orang-orang yang senantiasa mengisi batin dan jiwaku 1) Bapak, Ibu dan kakak-kakakku tercinta, dari kalian aku mengerti arti pengorbanan 2) Keluarga dan sahabat-sahabatku 3) Teman-teman PBSI’03 4) Almamater
vii
PRAKATA
Puji syukur tiada terhingga ke hadirat Allah swt, atas segala limpahan nikmat dan karunia yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini, meskipun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kelemahan-kelemahan dan semata-mata karena keterbatasan penulis, baik dalam ilmu maupun pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni serta Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin penelitian ini, 2. Drs. Agus Nuryatin M.Hum dan Drs. Mukh. Doyin M.Si,
dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II yang disela-sela kesibukannya dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis, 3. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah menyemaikan ladang dan menanamkan ilmu sebagai bekal yang sangat bermanfaat, 4. Dra. Rishi Mardiningsih, kepala SMA Negeri 1 Pemalang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini,
viii
5. Saptorini Wahyuningsih, S.S, guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Negeri
1 Pemalang yang telah memberikan bantuan dan kerelaannya
untuk diajak bertukar pikiran dengan penulis dalam penelitian. 6. Siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang, yang telah bersedia membantu pelaksanaan penelitian. 7. Bapak, Ibu, Mas Agus, Mba Is, dan De Ian, atas doa, dukungan, perhatian, kesabaran, kasih sayang dan pengorbanannya selama ini, 8. Mas Aris, atas segala motivasi dan kasih sayangnya, 9. Sahabat-sahabatku Melti, Mar, Kiki, Dany, Ari, Mas Sulis, terima kasih bangkitkan semangatku untuk maju, 10. Teman-teman seperjuangan di PBSI angkatan 2003 terima kasih atas segala informasi, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan. 11. Roger, terima kasih bantuan komputernya, 12. Teman-teman Florist kos Aee, Anna, Achel, Upi, Mamih, Somsay, Bilqis, Utty, dan Lusi bersama mereka aku belajar hidup, 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah ikut memberikan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Insya Allah jasa-jasa mereka akan saya kenang sepanjang hayat dan semoga Yang Mahakuasa memberikan yang terbaik dan Ridlo-Nya kepada kita semua di kehidupan sekarang dan yang akan datang.
ix
Penulis sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang Mahasempurna dan skripsi ini pun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca saya harapkan. Penulis juga sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Agustus 2007
Wiwin Nur Azizah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
SARI................................................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................
iv
PERNYATAAN..............................................................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii PRAKATA...................................................................................................... viii DAFTAR ISI...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DARTAR DIAGRAM DAN GRAFIK........................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................
1
1.2 Identifikasi Permasalahan .......................................................
7
1.3 Pembatasan Masalah ...............................................................
8
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................
9
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................
9
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................
9
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 11 2.2 Landasan Teoretis ................................................................... 14 2.2.1 Hakikat Menulis Cerpen ............................................... 14 2.2.2 Tujuan Menulis Cerpen................................................... 17 xi
2.2.3 Cerpen ........................................................................... 20 2.2.3.1 Pengertian Cerpen.............................................. 20 2.2.3.2 Unsur-unsur Pembangun Cerpen ....................... 22 2.2.4 Metode Latihan Terbimbing ........................................... 32 2.2.5 Media Teks Lagu ............................................................ 34 2.2.6 Menulis Cerpen Melalui Metode Latihan Terbimbing dengan Media Teks Lagu............................................... 35 2.3 Kerangka Berpikir ................................................................... 38 2.4 Hipotesis Tindakan ................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian .................................................................... 40 3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ................................................ 41 3.1.2 Proses Tindakan Siklus II............................................... 44 3.2 Subjek Penelitian .................................................................... 46 3.3 Variabel Penilaian .................................................................. 47 3.4 Instrumen Penelitian ............................................................... 48 3.4.1 Instrumen Tes ............................................................... 48 3.4.2 Instrumen Nontes ........................................................... 52 3.4.3 Validitas Instrumen ...................................................... 55 3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 55 3.6 Teknik Analisis Data .............................................................. 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 60 4.1.1 Hasil Pratindakan ......................................................... 60 4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ............................................... 62 4.1.2.1
Hasil Tes ....................................................... 62
4.1.2.2
Hasil Nontes .................................................. 70
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ............................................. 90 4.1.3.1
Hasil Tes ....................................................... 91
4.1.3.2
Hasil Nontes ................................................. 100 xii
4.2 Pembahasan ............................................................................. 117 4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang ............................ 117 4.2.2 Peningkatan Pengaruh Penggunaan Metode Latihan Terbimbing dengan Media Teks Lagu terhadap Perubahan Perilaku Siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang....................................................................... 125 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................. 128 5.2 Saran ....................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 130 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen.................................................. 49
Tabel 2
Aspek Penilaian Keterampilan Menulis Cerpen ................................ 49
Tabel 3
Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Cerpen............................ 51
Tabel 4
Hasil Menulis Cerpen Pratindakan..................................................... 60
Tabel 5
Hasil Menulis Cerpen Siklus I ........................................................... 63
Tabel 6
Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat Siklus I ............................ 65
Tabel 7
Perolehan Skor Aspek Alur Siklus I .................................................. 66
Tabel 8
Perolehan Skor Aspek tokoh dan Penokohan Siklus I ....................... 67
Tabel 9
Perolehan Skor Aspek Latar Siklus I ................................................. 67
Tabel 10 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Siklus I .................... 68 Tabel 11 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang Siklus I ................................. 69 Tabel 12 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen Siklus I
.......................................................................................... 70
Tabel 13 Perolehan Angket Siklus I.................................................................. 83 Tabel 14 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II ................................................... 91 Tabel 15 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat Siklus II........................... 93 Tabel 16 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus II ................................................. 94 Tabel 17 Perolehan Skor Aspek tokoh dan Penokohan Siklus II...................... 95 Tabel 18 Perolehan Skor Aspek Latar Siklus II................................................ 96 Tabel 19 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Siklus II................... 97 Tabel 20 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang Siklus I ................................. 98 Tabel 21 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen Siklus II .............................................................................................. 99 Tabel 22 Perolehan Angket Siklus I ............................................................................................................ 10 9 Tabel 23 Perolehan Nilai Rata-rata dan peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II................................. 119
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Aktivitas Awal Pembelajaran Siklus I .......................................... 87 Gambar 2 Aktivitas Siswa mengamati dan Memperhatikan Teks Lagu Siklus I
...................................................................................... 88
Gambar 3 Aktivitas Siswa Menulis Cerpen Siklus I ...................................... 89 Gambar 4 Aktivitas Guru Melakukan Bimbingan Siklus I............................. 90 Gambar 5 Aktivitas Awal Pembelajaran Siklus II .......................................... 114 Gambar 6 Aktivitas Siswa Menulis Cerpen Siklus II ..................................... 115 Gambar 7 Aktivitas Guru Membimbing Siswa Menulis Cerpen Siklus II ..... 116 Gambar 8 Aktivitas Siswa Membacakan Cerpen ........................................... 116
xv
DAFTAR DIAGRAM DAN GRAFIK
Diagram batang 1 Hasil Tes Keterampilan Menulis pada Pratindakan ...............61 Diagram batang 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis pada Siklus I ......................64 Diagram batang 3 Hasil Tes Keterampilan Menulis pada Siklus II .....................92 Grafik 1
Grafik Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerpen ..................124
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Nama Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang ......... 132
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I.................. 133
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ................ 136
Lampiran 4 Contoh Cerpen Berdasarkan Teks Lagu.................................... 139 Lampiran 5
Teks Lagu Siklusi dan Siklus II................................................. 142
Lampiran 6
Hasil Tes Menulis Cerpen Prasiklus................................................... 144
Lampiran 7
Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus I..................................................... 146
Lampiran 8 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II........................................... 148 Lampiran 9
Pedoman Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ...................... 150
Lampiran 10 Hasil Observasi Siswa Siklus I.................................................. 152 Lampiran 11 Hasil Observasi Siswa Siklus II................................................ 154 Lampiran 12 Rekapitulasi Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II................ 156 Lampiran 13 Pedoman Observasi Kelas Siklus I dan Siklus II ..................... 157 Lampiran 14 Hasil Observasi Kelas Siklus I .................................................. 159 Lampiran 15 Hasil Observasi Kelas Siklus II ................................................ 161 Lampiran 16 Pedoman Jurnal Guru Siklus I dan Siklus II.............................. 163 Lampiran 17 Hasil Jurnal Guru Siklus I ......................................................... 164 Lampiran 18 Hasil Jurnal Guru Siklus II ........................................................ 165 Lampiran 19 Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ............................ 166 Lampiran 20 Hasil Jurnal Siswa Siklus I ........................................................ 167 Lampiran 21 Hasil Jurnal Siswa Siklus II....................................................... 171 Lampiran 22 Rekapitulasi Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ....................... 175
xvii
Lampiran 23 Pedoman Angket Siklus I dan Siklus II..................................... 176 Lampiran 24 Hasil Angket Siklus I................................................................. 178 Lampiran 25 Hasil Angket Siklus II ............................................................... 186 Lampiran 26 Rekapitulasi Angket Siklus I dan Siklus II................................ 194 Lampiran 27 Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II.............................. 195 Lampiran 28 Hasil Wawancara Siklus I.......................................................... 196 Lampiran 29 Hasil Wawancara Siklus II ........................................................ 198 Lampiran 30 Hasil Menulis Cerpen Siswa Pratindakan ................................. 200 Lampiran 31 Hasil Menulis Cerpen Siswa Siklus I ........................................ 205 Lampiran 32 Hasil Menulis Cerpen Siswa Siklus II....................................... 212 Lampiran 33 Surat Izin Observasi................................................................... 224 Lampiran 34 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi .... 225 Lampiran 35 Surat Izin Penelitian................................................................... 226 Lampiran 36 Surat Keterangan Penelitian ...................................................... 227 Lampiran 37 Surat Keterangan Panitia Ujian Skripsi ..................................... 228
xviii
Hala man 1. Daftar Nama Siswa Kelas VII D ............................................................... 92 2. Rencana Pembelajaran Siklus I Pertemuan ke-1 ....................................... 93 3. Rencana Pembelajaran Siklus I Pertemuan ke-2........................................ 96 4. Rencana Pembelajaran Siklus II................................................................. 99 5. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuam ke-1 .......................................... 102 6. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuam ke-2 ......................................... 103 7. Lembar Kerja Siswa Siklus II .................................................................... 104 8. Lembar Pengamatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Guru Siklus I Pertemuan Ke-1 . ...................................................... 105 9. Lembar Pengamatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Guru Siklus I Pertemuan Ke-2 . ...................................................... 107 10. Lembar Pengamatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Guru Siklus I I ................................................................................ 109 11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-1 .................... 111
xix
12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-2..................... 113 13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ............................................. 115 14. Daftar Kelompok....................................................................................... 117 15. Kisi-kisi Penyebaran Butir Soal ................................................................. 118 16. Soal Uji Coba ............................................................................................. 119 17. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ................................................................... 127 18. Analisis Validitas, Reabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda..... 128 19. Soal Evaluasi Siklus I ................................................................................ 138 20. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ....................................................... 141 21. Soal Evaluasi Siklus II ............................................................................... 142 22. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II...................................................... 146 23. Daftar Nilai Ulangan Sebelum Tindakan................................................... 147 24. Daftar Nilai Ulangan Siklus I..................................................................... 148 25. Daftar Nilai Ulangan Siklus II ................................................................... 149 26. Rekapitulasi Hasil Belajar Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II...... 150 27. Daftar Nilai Ulangan IPS Ekonomi Pokok Bahasan Perusahaan dan Badan Usaha Siswa Kelas VII SMP N 4 Randudongkal ........................................................................... 151 28. Kurikulum 2004 ......................................................................................... 157 29. Silabus ....................................................................................................... 158 30. Surat Ijin Observasi dari Fakultas Ekonomi ............................................. 159 31. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ekonomi ............................................. 160 32. Surat Keterangan Penelitian dari SMP N 4 Randudongkal ....................... 161
xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang sangat vital bagi manusia dalam berkomunikasi. Manusia berkomunikasi agar dapat saling belajar, berbagi pengalaman, dan dapat meningkatkan kemampuan intelektualnya. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi ada dua macam yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis tersebut muncul dalam segala aktivitas seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan, politik, dan sebagainya. Pengajaran
keterampilan
bahasa
dan
sastra
Indonesia
mencakupi
keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut selalu berkait satu dengan yang lain. Di antara keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif. Suyatno (2004:6) menyatakan bahwa posisi bahasa Indonesia berada dalam dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Tugas kedua adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara berarti bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal. Bahasa Indonesia yang dipakai
1
2
harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaian. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak hanya mempelajari bahasa yang resmi, bahasa yang sesuai dengan tata bahasa dan kaidah-kaidah penggunaannya saja tetapi juga mempelajari bahasa dalam bentuk yang tidak resmi seperti dalam bahasa sastra. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus diajarkan pada siswa. Keterampilan menulis mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan menulis merupakan syarat untuk berkecimpung dalam berbagai macam bidang atau kegiatan. Hal ini mengandung pengertian betapa pentingnya keterampilan dan kemampuan menulis dalam kehidupan sehari-hari. Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh pemerintah menghendaki (1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; (2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan siswanya; (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia; (6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar
2
3
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional (Depdiknas, 2005:1). Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia aspek bersastra SMA kelas X untuk subaspek menulis menyebutkan bahwa siswa harus mampu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen (Depdiknas, 2005:4). Untuk mencapai standar kompetensi di atas proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bukan sekadar pengajaran mengenai teori-teori sastra. Di samping memperoleh pengetahuan tentang teori-teorinya siswa pun dituntut untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui sebuah karya sastra yang berupa cerpen. Tulisan imajinatif yang merupakan tulisan kreatif, dalam hal ini dapat berupa puisi, cerpen, novelet, dan novel. Dalam kajian ini dipilih cerpen sebagai objek penelitian. Pemilihan cerpen karena cerpen tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek daripada novel, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerpen sering disebut bacaan yang dapat dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerpen pun menggunakan bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika dibandingkan dengan bahasa dalam puisi yang mempunyai arti lebih kompleks, serta berupa pemadatan kata yang di dalamnya menceritakan gagasan, perasaan ataupun pengalaman penulisnya. Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan penjelasan guru, dan mencatat penjelasan guru. Keterampilan menulis cerpen dapat ditingkatkan
3
4
dengan melakukan kegiatan menulis cerpen secara terus-menerus sehingga akan mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis cerpen. Hasil dan prestasi dapat meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor. Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan keterampilannya menulis cerpen. Hal ini juga dialami siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide. Proses belajar mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada teori dan pengetahuan semata-mata sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis kurang dapat perhatian. Ide, gagasan, pikiran, dan perasaan mereka berlalu begitu saja, tidak diungkapkan khususnya dalam bentuk karya sastra. Keterampilan menulis cerpen yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini menggunakan metode konvensional. Peran guru amat dominan dalam proses pembelajaran. Siswa kurang aktif
dan sering kali metode ini menimbulkan
kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang maksimal. Cerpen yang dibuatnya kurang menarik karena bahasa yang digunakan monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian isi cerpen dengan tema, pengembangan topik, dan diksi yang belum mendapat perhatian dari siswa.
4
5
Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan materi yang akan dibahas dengan metode dan media yang tepat dan menarik. Hal tersebut akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Keprofesionalan
seorang guru dituntut demi lancarnya proses belajar
mengajar. Ada tiga persyaratan utama yang harus dimiliki oleh seorang guru agar menjadi guru yang baik, yaitu menguasai (1) bahan ajar (2) keterampilan pembelajaran, dan (3) evaluasi pembelajaran. Dalam penguasaan keterampilan pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang tepat dan dapat menarik perhatian siswa sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran menulis cerpen dalam penelitian ini menggunakan metode latihan terbimbing karena keterampilan menulis bukanlah semata-mata milik golongan orang yang berbakat menulis, melainkan dengan latihan yang sungguhsungguh keterampilan itu dapat dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin berlatih, keterampilan menulis akan meningkat. Begitu juga dengan keterampilan menulis cerpen, untuk dapat menulisnya diperlukan usaha yang keras dan latihan terbimbing secara terus-menerus untuk menghasilkan cerpen yang baik. Peran guru sebagai motivator, fasilitator, sekaligus inspirator bagi siswa sangat diperlukan dalam hal ini yaitu memberikan latihan terbimbing kepada siswa dalam menulis kreatif cerpen.
5
6
Media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu teks lagu. Teks lagu merupakan sebuah naskah yang berisi lirik lagu yang berisi rangkaian kata yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaan penyair. Pemilihan teks lagu sebagai media dalam pembelajaran menulis cerpen didasarkan pada alasanalasan berikut: (1) pada usianya yang masih tergolong remaja kebanyakan siswa SMA menyukai lagu-lagu, sehingga dengan media ini diharapkan dapat menstimulus siswa untuk menghasilkan karya terbaiknya dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, (2) lagu merupakan sarana hiburan yang menyenangkan dan dapat menciptakan kepuasan, kebahagiaan dan keharuan bagi yang menikmatinya, (3) teks lagu berisi rangkaian kata indah yang mengisahkan sebuah cerita, baik mengenai kehidupan, pengalaman ataupun sebuah peristiwa, dengan teks lagu tersebut dapat diketahui alur dan temanya yang akan mempermudah siswa dalam menulis cerpen. Media memegang peran penting dalam pembelajaran karena dengan adanya media siswa dapat menangkap penjelasan yang disampaikan guru dengan mudah, begitu juga dengan media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen dengan
media
teks
lagu
ini.
Siswa
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuannya menuangkan ide-ide atau pengalamannya ke dalam sebuah karya sastra yaitu cerita pendek dengan mudah dan dapat menghasilkan karya yang baik. Beberapa penelitian mengenai keterampilan menulis cerpen telah banyak dilakukan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas tentang keterampilan menulis cerpen telah banyak dilakukan, namun metode-metode dan media yang digunakan
6
7
berbeda-beda. Metode dan media yang telah digunakan antara lain karya wisata, pengalaman pribadi sebagai basis melalui pendekatan keterampilan proses dan pemodelan. Hal tersebut memberi kemungkinan untuk menemukan metodemetode yang lain untuk dijadikan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini akan mencoba metode latihan terbimbing dengan media teks lagu untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu diasumsikan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sekaligus sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen melalui Metode Latihan Terbimbing dengan Media Teks Lagu Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang.
1.2 Identifikasi Masalah Masalah yang muncul dalam keterampilan menulis cerpen dapat dipengaruhi oleh faktor siswa dan faktor guru. Masalah yang dialami siswa yaitu masih rendahnya kemampuan menulis cerpen. Masalah yang muncul pada siswa dapat diatasi dengan menyajikan pembelajaran menulis cerpen yang
lebih
menarik dengan menggunakan metode yang tepat yaitu latihan terbimbing dengan media yang sesuai dan menarik yaitu menggunakan teks lagu. Metode latihan terbimbing membantu siswa dalam menulis cerpen karena melalui metode ini guru memberikan latihan terbimbing kepada siswa untuk dapat menulis cerpen yang baik dan kreatif. Teks lagu yang digunakan sebagai media dalam
7
8
pembelajaran menulis cerpen yaitu sebagai sarana untuk mempermudah siswa menentukan tema dan alur cerpen. Masalah yang dialami guru, yaitu kurang memberi respon terhadap pelajaran menulis (mengarang) sehingga sering dilewati, tidak menggunakan metode yang tepat, tidak menindaklanjuti hasil karangan siswa, kurang memberi pelatihan menulis cerpen, dan kurang kreatif dalam mengembangkan pelajaran menulis cerpen, serta kurang menggunakan media yang tepat dan menarik perhatian siswa. Masalah-masalah guru ini dapat diatasi dengan menumbuhkan kesadaran bagi guru bahwa pembelajaran menulis cerpen merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang tidak bisa diremehkan dan dilewati begitu saja. Pembelajaran menulis cerpen harus mendapat porsi yang cukup. Guru hendaknya dapat
menggunakan metode
pembelajaran menulis cerpen yang tepat agar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan secara kreatif menggunakan sarana serta media yang ada untuk menarik minat siswa, menghargai hasil karya siswa dengan memberi penilaian, dan pujian seperlunya sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dipilih masalah yang akan diteliti yaitu rendahnya keterampilan menulis cerpen dan kurangnya respon siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Permasalahan tersebut akan diatasi dengan cara menggunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
8
9
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang? 2. Adakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang?
1.5 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. 2. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang.
1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis setelah dilakukan latihan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu adalah berupa ditemukannya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. 9
10
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya bagi siswa, guru, dan peneliti yang lain. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dan dapat meningkatkan keterampilannya menulis cerpen. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis cerpen bagi siswanya. Bagi peneliti yang lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding terutama dalam hal cara meningkatkan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka Penelitian murni yang beranjak dari nol atau dari awal jarang ditemui, karena biasanya suatu penelitian mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan titik tolak penelitian selanjutnya. Dengan demikian peninjauan terhadap penelitian lain sangat penting untuk mengetahui relevansi penelitian yang telah lampau dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tindakan kelas tentang menulis cerpen merupakan penelitian yang menarik. Banyaknya penelitian tentang menulis cerpen tersebut dapat dijadikan salah satu bukti bahwa menulis cerpen-cerpen di sekolah-sekolah sangat menarik untuk diteliti. Penelitian tersebut dilakukan oleh Farikoh (2003), Tutiyah (2005), Maulana (2005), dan Kusworosari (2007). Farikoh (2003) melakukan penelitian tentang peningkatan menulis cerpen dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Metode Karya Wisata pada siswa Kelas I3 MA Ma`hadut Thalabah Babakan Lebaksiu Tegal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam menulis cerpen dapat ditingkatkan dengan metode karya wisata. Peningkatan ini dapat terlihat pada daya serap siswa sebelum ada tindakan yaitu 58,66% kemudian meningkat 10,22% setelah ada siklus I menjadi 69,38%, pada siklus II meningkat 7,25% menjadi 76,63%. Dengan demikian
11
12
belajar menulis cerpen dengan metode karya wisata dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Tutiyah (2005) berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerkak dengan Metode Karya Wisata pada Siswa Kelas IE SMP Negeri 1 Banjarmangun. Penelitiannya mengkaji tentang metode karya wisata yang berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerkak. Penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil peningkatan keterampilan siswa yang signifikan dengan nilai rata-rata siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus ke siklus I meningkat sebesar 2,27. Setelah menggunakan metode karya wisata nilai rata-rata keterampilan siswa dalam menulis cerkak meningkat sebesar 0,51. Kusworosari (2007) melalukan penelitian dengan judul Peningkatan Menulis Cerpen dengan Pengalaman Pribadi sebagai Basis Melalui pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 5
Semarang mengalami peningkatan. Hasil analisis dari data siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I diperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 62,37. Pada siklus II diperoleh hasil rata-rata kelas 73,65. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I dan siklus II. Perilaku siswa kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen mengalami perubahan dari perilaku negatif menjadi perilaku positif.
13
Penelitian yang dilakukan Maulana (2005), yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas 2B SMP Cinde Semarang Tahun Ajaran 2004/2005. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ternyata ditemukan adanya peningkatan keterampilan menulis siswa kelas 2 B SMP Cinde Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis iklan dengan menggunakan metode latihan terbimbing. Perubahan perilaku siswa juga tampak selama penelitian berlangsung, siswa sudah berperilaku positif terhadap pembelajaran. Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas tentang menulis cerpen maupun metode latihan terbimbing yang digunakan untuk meningkatkan berbagai keterampilan menulis cerpen memang sangat menarik dan banyak dilakukan. Penelitian yang telah ada tersebut memiliki kekhasan masing-masing. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan penulis kali ini. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen seperti yang dilakukan oleh Farikoh (2003), Tutiyah (2005), dan Kusworosari (2007). Namun demikian, penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Farikoh (2003) dan Tutiyah (2005) menerapkan keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan metode karya wisata, Kusworosari (2007) menerapkan pengalaman pribadi sebagai basis melalui pendekatan proses, sedangkan penelitian kali ini menerapkan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen.
14
Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan keterampilan menulis cerpen dan perubahan tingkah laku siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang setelah mengikuti pembelajaran melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Pada penelitian ini guru memberikan latihan terbimbing dengan media teks lagu saat pembelajaran, sehingga siswa dapat menulis cerpen yang baik. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah ini, khususnya masalah kelemahan atau rendahnya keterampilan siswa dalam menulis cerpen.
2.2 Landasan Teoretis Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah hakikat menulis kreatif cerpen, tujuan menulis kreatif cerpen, hakikat cerpen, unsur-unsur pembangun cerpen, metode latihan terbimbing, media teks lagu, dan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
2.2.1 Hakikat Menulis Cerpen Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1986:3). Komunikasi tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan media tulis, dengan menggunakan lambang-lambang bahasa. Dasar penulisan kreatif atau creatif writing sama dengan menulis biasa, pada umumnya. Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar karena dalam hal ini sangat penting peranannya dalam pengembangan proses kreatif
15
seorang penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam ide maupun (hasil) akhirnya (Titik 2003:31). Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan pengarang terhadap kehidupan yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan. Jadi sumber penciptaan karya sastra tidak lain adalah kehidupan kita secara keseluruhannya. Karya kreatif bisa saja merupakan penemuan kembali kekuatan dan kelemahan kita di masa lalu, keberhasilan kita kini, atau juga kegagalan kita dalam menyongsong masa depan. Oleh karena itu di dalam karya sastra menyuguhkan nilai kehidupan, yakni nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupan, yang mengarahkan dan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai manusia. Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling selektif dan ekonomis. Cerita dalam cerpen sangat kompak, tidak ada bagiannya yang hanya berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian yang berlebihan (Diponegoro 1994:6). Dalam hal kreativitas menulis cerpen, Tamsir (dalam Endraswara 2003:239) memberikan petunjuk bahwa penulis ibarat kamerawan yang membidik perjalanan panjang kehidupan manusia atau sesuatu yang dimanusiakan. Pendapat
16
itu memberikan gambaran bahwa penulis cerpen harus tanggap terhadap lingkungan dan perubahan waktu. Pengalaman pribadi, pengamatan atas kejadiankejadian di sekitar kita, dari membaca buku atau menonton film, bahkan dari mimpi bisa menjadi ide cerita yang mampu menggerakkan imajinasi untuk berkreasi membuat cerpen. Selanjutnya Siregar dalam Gie (2002:197) menyatakan bahwa cerita adalah ekspresi yang menggunakan kata-kata atas suatu kejadian atau peristiwa yang dialami manusia. Cerita selamanya akan menyangkut manusia atau makhluk dan hal lain yang diperinsankan (dipersonifikasikan). Kejadian itu berlangsung pada saat seseorang tersebut berinteraksi dengan manusia lain dan alam sekelilingnya. Wujud dari interaksi itu dilahirkan dengan hal-hal yang dinyatakan dari pikiran dan perasaan dan hal-hal yang dinyatakan dengan perbuatan. Wiyanto (2005:96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwaperistiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita rekaan. Cerita dalam cerpen meskipun khayal, ceritanya masih masuk akal sehingga mungkin saja terjadi. Bahan baku cerpen memang bisa berasal dari kisah yang benar-benar terjadi dalam masyarakat. Bisa juga cerita itu berasal dari kisah yang benar-benar dialami sendiri oleh pengarangnya yang diolah sedemikian rupa dalam bentuk cerpen menjadi cerita fiksi, cerita khayal, atau cerita rekaan.
17
Namun, ada beberapa cerpen yang ceritanya tidak masuk akal, ceritanya benarbenar hasil imajinasi pengarangnya yang jauh dari kenyataan. Trianto (dalam Kholifah 2006:19) menyebutkan bahwa tulisan yang bersifat kreatif merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman/berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks bersifat kreatif adalah teks cerpen. Berdasarkan uraian menulis kreatif cerpen yang disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa menulis cerpen merupakan proses kreatif yang melahirkan pikiran, perasaan, secara ekspresif dan apresiatif. Peristiwa, pelaku, waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat rekaan atau khayal.
2.2.2
Tujuan Menulis Cerpen Hartig (dalam Tarigan 1982:24) menyebutkan tujuan menulis sebagai
berikut: 1.
Assignment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauannya
18
sendiri(misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat). 2.
Altruistik purpose (tujuan altruistik). Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3.
Persuasive purpose (tujuan persuasif). Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4.
Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.
5.
Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri). Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.
6.
Creative purpose (tujuan kreatif). Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi ”keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
7.
Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).
19
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. Dr. Samuel Jonson (dalam Diponegoro 1994:4) menyatakan bahwa ”tidak ada seorang pun, kecuali orang goblog, yang mau menulis tidak untuk cari uang”. Namun lain halnya pendapat Diponegoro (1994:4) yang menyangkal pendapat tersebut ia menyatakan bahwa ”Saya juga tidak setuju, sebab ada juga orang menulis tidak untuk cari uang dan toh ia bukan orang yang goblog. Kemungkinan lain ialah anda berhasrat menulis cerpen karena anda dilahirkan memang untuk menulis cerpen. Hasrat itu begitu besar sehingga seperti orang tak bersalah yang disekap dan berontak menggebrak pintu untuk keluar. Keluar dari sekapan itu haknya yang mutlak. Dan jika cerpen itu sudah lahir dari mesin ketik anda, anda baru mencapai puncak kepuasan. Dan anda ingin menulis lagi cerpen yang lebih baik, puncak demi puncak kepuasan. Dan anda tidak peduli lagi, apakah hanya sedikit orang yang suka membaca cerpen itu, atau apakah cerpen itu hanya dimuat dalam majalah lokal dengan sirkulasi mini, atau malah hanya terjepit dalam map anda yang ketlingsut . kepuasan batin yang paling penting, seperti perasaan ibu yang terbaring di ranjang bersalin ketika mendengar tangis awal bayinya yang baru lahir”. Selanjutnya Jabrohim (2003:71) menyebutkan bahwa tujuan yang dicapai melalui kegiatan pengembangan menulis kreatif, yakni yang bersifat apresiatif dan yang bersifat ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan penulisan
20
kreatif orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan menulis kreatif cerpen dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis kreatif cerpen yaitu melalui kegiatan penulisan kreatif cerpen ini orang dapat mengenal, menyenangi dan menikmati, dan dapat menciptakan cerpen-cerpen yang lebih kreatif. Selain itu tujuan menulis kreatif cerpen juga untuk mendapatkan finansial, dapat mengekspresikan atau mengungkapkan pengalaman serta didapat kepuasan batin. Bagi siswa menulis cerpen mengandung tujuan untuk melatih diri para siswa untuk mengembangkan kompetensi
menulisnya
dalam
menyampaikan
pendapat,
pikiran,
dan
perasaannya.
2.2.3
Cerpen Cerita pendek atau cerpen merupakan satu genre sastra bentuk prosa.
Pemaparan secara mendalam tentang cerpen akan dibahas pada subbab berikut.
2.2.3.1 Pengertian Cerpen Cerpen sebenarnya sudah banyak diketahui dan bahkan sering dinikmati oleh banyak orang. Namun, para ahli memberikan definisi atau batasan yang berbeda-beda. Suharianto (1982:39) menyatakan bahwa cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikit
21
tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek, jika ruang lingkup yang permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek. Selanjutnya Suharianto (1982:39) juga menambahkan bahwa ”cerita pendek adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang”. Jadi sebuah cerita pendek senantiasa hanya akan memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi pokok cerita pengarang. Jakob Sumardjo dan Saini K.M juga menyatakan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Bila ditinjau dari bentuknya cerpen adalah cerita yang pendek. Akan tetapi dengan hanya melihat fisik yang pendek saja, orang belum dapat menetapkan cerita yang pendek adalah sebuah cerpen. Di samping ciri dasar yang tadi, yaitu cerita yang pendek ciri dasar yang lain adalah sifat rekaan (fiction). Cerpen bukan penuturan kejadian yang pernah terjadi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tetapi murni ciptaan saja, direka oleh pengarangnya. Ciri dasar yang ketiga adalah sifat naratif atau penceritaan (Sumardjo 1986:36-37). Selain itu, Wiyanto (2005:77) juga mengungkapkan bahwa cerpen adalah cerita yang hanya menceritakan satu peristiwa dari keseluruhan kehidupan pelakunya.
22
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal.
2.2.3.2 Unsur Pembangun Cerpen Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak. Koherensi dan keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: alur atau plot, tokoh penokohan, latar (setting), sudut pandang (poin of view), gaya bahasa, tema, dan amanat.
2.2.3.2.1
Alur atau Plot
Pengertian alur dalam cerita pendek atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah ”rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita” (Aminuddin 1987:83). Menurut Suharianto (1987:28) alur atau plot yakni cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh”. Selanjutnya Suharianto (1982:28) menyebutkan bahwa alur atau plot terdiri atas lima bagian, yaitu (1) pemaparan atau pendahuluan, yakni bagian
23
cerita tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal cerita, (2) penggawatan, yaitu bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita mulai bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap terasakan adanya konflik dalam cerita tersebut. Konflik itu dapat terjadi antara tokoh dan tokoh, antara tokoh dan masyarakat sekitar, atau antara tokoh dan nuraninya sendiri, (3) penanjakan, yaitu bagian cerita yang melukiskan konflik-konflik seperti yang disebutkan di atas mulai memuncak, (4) puncak atau klimaks yaitu bagian yang melukiskan peristiwa mencapai puncaknya (5) peleraian yaitu bagian cerita tempat pengarang memberikan pemecahan dari semua peristiwa yang telah terjadi dalam cerita atau bagian. Dilihat dari cara penyusunannya bagian-bagian alur tersebut, alur atau plot cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur sorot balik (flash back), dan alur campuran. Disebut alur lurus apabila cerita disusun mulai dari awal diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir pada pemecahan masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagan akhir dan bergerak ke muka menuju titik awal cerita disebut alur sorot balik. Sedangkan alur campuran yakni gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot balik. Tetapi keduanya dijalin dalam kesatuan yang padu sehingga tidak menimbulkan kesan ada dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah, baik waktu maupun tempat kejadian (Suharianto 1982:29) Dari pendapat-pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa alur atau plot
adalah
jalinan
peristiwa
secara
beruntutan
dalam
cerita
dengan
memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan kesatuan yang padu, bulat dan utuh.
24
2.2.3.2.2
Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berhubungan erat. Berikut penjelasan mengenai tokoh dan penokohan.
2.2.3.2.2.1 Tokoh Tokoh cerita (charakter), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1994:165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita atau perlakuan dalam cerita (Sudjiman dalam Faozan 2002:20). Tokoh dalam cerpen bersifat fiktif. Sudjiman juga mengemukakan pembagian tokoh dalam cerita dapat dilihat dari fungsi dan cara penampilannya. Berdasarkan fungsinya, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) Tokoh sentral adalah tokoh utama yang diceritakan dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi : 1)
Tokoh utama atau protagonis yakni tokoh yang memegang peran pimpinan. Ia menjadi sorotan dalam cerita.
2)
Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang protagonis.
3)
Tokoh wirawan/wirawati dan antiwirawan
b) Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
25
Tokoh bawahan dibedakan menjadi: (1) Tokoh andalan, yakni tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan protagonis yang dimanfaatkan untuk memberi gambaran yang terperinci mengenai tokoh utama. (2) Tokoh tambahan, yakni tokoh yang tidak memegang peran penting dalam cerita, misalnya tokoh lataran. Berdasarkan cara penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi: a) Tokoh datar/sederhana atau pipih, yakni tokoh yang hanya diungkapkan salah satu segi wataknya saja. Watak tokoh datar sedikit sekali berubah. Termasuk di dalamnya adalah tokoh stereotif. b) Tokoh bulat/kompleks atau bundar, yakni tokoh yang wataknya kompleks, terlihat kekuatan dan kelemahannya. Ia mempunyai watak yang dapat dibedakan dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh ini juga dapat mengejutkan pembaca, karena kadang-kadang dalam dirinya dapat terungkap watak yang tidak terduga sebelumnya. Bagan berikut akan memperjelas uraian diatas
Tokoh utama/protagonist Tokoh sentral
Tokoh wirawan/wirawati
Menurut fungsinya Tokoh bawahan
Tokoh
Tokoh antagonis
Tokoh andalan Tokoh tambahan
Menurut cara menampilkan
Tokoh datar/sederhana/pipih Tokoh bulat/kompleks/bundar
26
2.2.3.2.2.2 Penokohan Menurut Aminuddin (1987:79) penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Suharianto (1982:31) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. Watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain. Ada dua macam cara yang sering digunakan pengarang untuk melukiskan tokoh ceritanya, yaitu dengan cara langsung dan cara tak langsung. Disebut dengan
cara
langsung
apabila
pengarang
langsung
menguraikan
atau
menggambarkan keadaan tokoh, misalnya dikatakan bahwa tokoh ceritanya cantik, tampan, cerewet, dan sebagainya. Sebaliknya apabila pengarang secara tersamar dalam memberitahukan wujud atau keadaan tokoh ceritanya, maka dikatakan pelukisan tokohnya sebagai tidak langsung. Yang termasuk dalam cara tidak langsung misalnya (a) dengan melukiskan keadaan kamar atau tempat tinggalnya, cara berpakaiannya, cara berbicaranya, dan sebagainya, (b) dengan melukiskan sikap tokoh dalam menanggapi suatu kejadian atau peristiwa dan sebagainya, dan (c) dengan melukiskan bagaimana tanggapan tokoh-tokoh lain dalam cerita bersangkutan (Suharianto 1982:31). Cerita rekaan modern cenderung menekankan unsur perwatakan atau penokohan. Tokoh-tokoh cerita rekaan modern mendapat sorotan yang lebih tajam dibandingkan dengan cerita rekaan pada awal perkembangan sastra Indonesia. Kejadian-kejadian berpusat pada konflik watak tokoh utamanya. Mutu ceria
27
rekaan banyak ditentukan oleh kepandaian pengarang dalam menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Pengarang yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokohnya akan meyakinkan kebenaran cerita yang disampaikan.
2.2.3.2.3
Latar atau Setting
Latar atau setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam
cerita
(Wiyanto
2005:82).
Selanjutnya
Nurgiyantoro
(2005:217)
menyebutkan bahwa latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, meciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Setting bukan hanya menunjukkan tempat dan waktu tertentu tetapi juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada macam debunya, pemikiran rakyatnya, kegilaan mereka, gaya hidup mereka, kecurigaan mereka dan sebagainya (Sumardjo 1991:76). Selain itu Suharianto (1982:33) mengemukakan bahwa latar disebut juga setting: yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita. Waktu terjadinya cerita dapat semasa dengan kehidupan pembaca dan dapat pula sekian bulan, tahun atau abad yang lalu. Tempat terjadinya peristiwa dapat di suatu desa, kantor, daerah, bahkan negara mana saja. Wiyanto (2005:82) menyebutkan bahwa latar atau setting mencakupi tiga hal, yaitu setting tempat, setting waktu, dan setting suasana. 1) Setting Tempat Setting tempat adalah tempat peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa bisa terjadi di halaman rumah, di ruang tamu, atau di kamar belajar.
28
2) Setting Waktu Setting waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa bisa saja terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu, zaman Majapahit, zaman revolusi fisik, atau zaman sekarang. 3) Setting Suasana Peristiwa itu terjadi dalam suasana apa? Suasana ada dua macam, yaitu suasana batin, dan suasana lahir. Yang termasuk suasana batin, yaitu perasaan bahagia, sedih, tegang, cemas, marah, dan sebagainya yang dialami oleh pelaku. Sementara yang termasuk suasana lahir ialah sepi (tak ada gerak), sunyi (tak ada suara), senyap (tak ada suara dan gerak). Romantis, hirukpikuk, dan lain-lain. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar (setting) adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan tempat dan waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.
2.2.3.2.4
Sudut Pandang atau Point of View
Yang dimaksud titik pandang atau point of view adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan (Aminuddin 1987:90). Sudut pandang atau titik kisah ( point of view) adalah posisi pencerita (pengarang) terhadap kisah yang diceritakan (Wiyanto 2005:83). Point of view pada dasarnya adalah visi pengarang artinya sudut pandangan yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita (Sumardjo 1986:82). Selain itu Nurgiyantoro (2005: 248) juga menyebutkan bahwa sudut pandang pada hakikatnya merupakan
29
strategi, teknik, dan siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Ada beberapa jenis pusat pengisahan (point of view). Menurut Suharianto (1982:36) jenis pusat pengisahan, yaitu (1) pengarang sebagai pelaku utama cerita. Tokoh yang akan menyebutkan dirinya sebagai “aku”, (2) pengarang ikut main, tetapi bukan sebagai pelaku utama, (3) pengarang serba hadir. Dalam hal ini pengarang tidak berperan sebagai apa-apa. Pelaku utama cerita tersebut orang lain; dapat “dia” atau kadang-kadang disebut namanya tetapi pengarang serba tahu apa yang akan dilakukan atau bahkan apa yang ada dalam pikiran pelaku cerita, (4) pengarang peninjau, dalam pusat pengisahan ini pengarang seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita atau yang ada dalam pikirannya. Pengarang sepenuhnya hanya mengatakan/menceritakan apa yang dilihatnya. Dari beberapa pendapat dapat peneliti simpulkan bahwa sudut pandang atau point of view adalah cara memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan latar, dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah cerita kepada pembaca.
2.2.3.2.5
Gaya
Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya merupakan pemakaian bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Pengertian gaya dikemukakan oleh beberapa pengarang seperti yang tersebut berikut; ”gaya bahasa adalah cara pengarang menggunakan bahasa untuk menghasilkan karya sastra”(Wiyanto 2005:84). Aminuddin (1987:72) mengemukakan bahwa gaya bahasa mengandung pengertian cara pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan
30
media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Selanjutnya Sumardjo (1986:92) mengemukakan gaya bahasa adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau, persoalan dan menceritakannya dalam sebuah cerpen, itulah gaya seorang pengarang. Dengan kata lain gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri. Dan sebagai pribadi, ia berada secara khas di dunia ini. Ia tak bisa lain dari dirinya. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya adalah keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa secara tepat dan sesuai dengan watak pikiran dan perasaan. Setiap pengarang mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam mengungkapkan hasil karyanya.
2.2.3.2.6
Tema
Tema adalah ide cerita (Sumardjo 1986:56). Selanjutnya Suharianto (1982:28) mengatakan bahwa tema sering disebut juga dasar cerita; yakni pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Hakikatnya tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya itu. Menurut Aminuddin (1987:91) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam
31
memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Selanjutnya Wiyanto (2005: 78) menyatakan bahwa tema adalah pokok pembicaraan yang mendasari cerita. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tema adalah ide atau gagasan atau permasalahan yang mendasari suatu cerita yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra.
2.2.3.2.7
Amanat
Karya sastra selain berfungsi sebagai hiburan bagi pembacanya, juga berfungsi sebagai sarana pendidikan. Dengan kata lain, pengarang selain untuk menghibur pembaca (penikmat) juga ingin mengajari pembaca. Ajaran yang ingin disampaikan pengarang itu dinamakan amanat. Amanat adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya (Wiyanto 2005:84). Menurut Suharianto (1982:70) ”amanat ialah nilai-nilai yang ada dalam cerita”. Menurut Suharianto (1982:71) ”amanat dapat disampaikan dengan cara tersirat dan tersurat”. Tersirat artinya pengarang tidak menyampaikan langsung melalui kalimat-kalimat, tetapi melalui jalan nasib atau penghidupan pelakunya, sedangkan eksplisit atau tersurat berarti pengarang menyampaikan langsung pada pembaca melalui kalimat , baik itu berbentuk keterangan pengarangnya atau dialog pelaku. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya.
32
2.2.4
Metode Latihan Terbimbing Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit
menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah cara yang berkaitan dengan pengorganisasian kegiatan belajar bagi warga belajar (Syamsu 1994:155). Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono 2000:24). Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan metode mengajar adalah strategi pengajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah 2002: 84). Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode dalam pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode latihan terbimbing. Menurut peneliti metode latihan terbimbing adalah suatu cara mengajar yang baik digunakan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, kesempatan dan keterampilan dengan proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai keterampilan untuk dapat memahami dirinya, keterampilan untuk menerima dirinya, keterampilan untuk mengarahkan dirinya, dan keterampilan untuk merealisasikan dirinya sesuai
33
dengan keterampilannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Bimbingan dan arahan dilakukan oleh seseorang yang ahli dan berkompetensi di bidangnya. Metode latihan terbimbing yang digunakan dalam proses pembelajaran akan menciptakan kondisi siswa yang aktif. Dalam menggunakan metode tersebut guru harus berhati-hati karena hasil dari suatu latihan terbimbing akan tertanam dan kemudian menjadi kebiasaan. Selain untuk menanamkan kebiasaan metode latihan terbimbing ini juga dapat menambah kecepatan, ketepatan dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu, serta dapat pula dipakai sebagai suatu cara untuk mengulangi bahan yang telah dikaji. Untuk menunjang keberhasilan penggunaan metode latihan terbimbing dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen diperlukan guru yang benarbenar berkompetensi di bidangnya, dalam hal ini yaitu guru yang menguasai keterampilan mengajar dan menguasai sastra. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadahi kepada seseorang, dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri (Crow&Crow dalam Mugiarso 2004:2). Kegiatan bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja, atau asal saja, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana, terus-menerus dan terarah pada tujuan. Setiap kegiatan bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan artinya senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana individu telah berhasil mencapai tujuan dan penyesuaian diri.
34
2.2.5
Media Teks Lagu Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah dan Zain 2002:137). Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai (Sudjana dan Rivai 2001: 2). Selain itu, media pembelajaran dapat menambah efektivitas komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa. Penggunaan media harus sejalan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Manakala tujuan pembelajaran diabaikan dalam menggunakan media maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar juga dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh karena itu media dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu dan mempermudah proses belajar mengajar. Dengan demikian, hasil pembelajaran dapat lebih optimal Teks lagu adalah naskah yang berisi syair lagu yang merupakan ragam suara yang berirama. Lagu merupakan karya yang estetis yang bermakna dan mempunyai arti bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu
35
sebelum mengkaji aspek-aspek yang lain perlu lebih dahulu dikaji lagu sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Penciptaan lagu dapat memberikan kesenangan juga berharap bagi para penikmat dapat mengerti maksud yang terkandung dalam lagu tersebut yang merupakan jalinan komunikasi. Suharto dalam Wardah (2005:37) mengungkapkan bahwa lagu adalah sarana informasi dan edukasi bagi negara dan bagi masyarakat. Sebagai sarana informasi yaitu lagu sebagai sarana penyampaian ungkapan hati atau ungkapan perasaan seorang penyair kepada pendengar. Sebagai sarana edukasi lagu dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran di sekolah karena lagu merupakan salah satu bentuk karya seni. Teks lagu yang berisi syair lagu dapat dijadikan sebagai media pembelajaran menulis cerpen yaitu dengan menyoroti teks lagu tersebut dari tema dan alur. Dengan menyoroti dua hal tersebut media teks lagu dapat mempermudah siswa dalam mengembangkan ide, gagasan, atau perasaannya ke dalam sebuah karya sastra yang berupa cerpen.
2.2.6
Menulis Cerpen melalui Metode Latihan Terbimbing dengan Media Teks Lagu Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen
merupakan salah satu standar kompetensi yang harus ditempuh oleh siswa dalam pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk mampu menulis cerpen yang baik berdasarkan pengalaman diri
36
sendiri maupun orang lain. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis cerpen yaitu menentukan tema, membuat kerangka karangan, menentukan tokoh, latar, plot, sudut pandangnya dan mengembangkan kerangka karangan menjadi cerpen. Keterampilan menulis cerpen dengan baik tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan begitu saja. Namun, perlu adanya latihan terbimbing dari seorang guru yang berkompeten dalam bidang sastra dengan terus menerus dan teratur. Dengan demikian pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing adalah kegiatan belajar mengajar yang menerapkan proses bimbingan dan latihan dalam menulis cerpen. Peranan guru dalam pembelajaran ini menjadi sangat penting dan esensial guna melaksanakan pembelajaran dengan metode latihan terbimbing agar siswa dapat menulis cerpen dengan baik. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi yaitu menjelaskan tentang unsur-unsur pembangun cerpen yang meliputi: alur atau plot, tokoh dan penokohan latar (setting), sudut pandang (point of fiew), gaya (bahasa), dan tema. Langkah yang kedua yaitu mengarahkan siswa untuk menulis cerpen. Tiap bagian cerpen memberikan saham penting untuk menggerakkan cerita, mengungkapkan watak tokoh, dan melukiskan suasana. Karena itu, kegiatan menulis cerpen merupakan cara yang selekif dan ekonomis (Diponegoro 1994:6). Hal-hal berikut dapat dijadikan pengarahan bagi siswa agar mau dan mampu menulis cerpen. Pertama, guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan merumuskannya menjadi sebuah tema. Ide cerita dapat di peroleh dari pengalaman dan kehidupan siswa dalam hal ini siswa dapat
37
menentukan tema dari teks lagu. Kedua membuat kerangka karangan. Kerangka karangan berfungsi untuk menyusuri jalan cerita, sehingga tidak banyak yang menyimpang. Ketiga, setelah garis besar dibuat biarkan siswa bermain dengan imajinasinya untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, kemudian siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa antagonisnya, dan bagaimana latar belakang ceritanya, bagaimana watak tokohnya, bagaimana plotnya, di mana klimaksnya, sudut pandang yang digunakan, dari mana cerita awal dan bagaimana cerita penutupnya. Dalam hal ini diperlukan keterampilan berpikir yang penuh konsentrasi, logika yang tajam, dan nalar yang kritis untuk berkreasi secara produktif menciptakan sebuah cerpen. Setelah diketahui uraian tentang metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, dapat disimpulkan bahwa metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam pembelajaran menulis cerpen merupakan proses siswa di dalam menulis cerpen dengan bimbingan dari guru. Langkah pertama guru menjelaskan unsur-unsur pembangun cerpen, dan menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum memulai, menulis cerpen, kemudian siswa diminta membuat cerpen dengan media teks lagu. Di saat siswa bekerja guru berkeliling melihat pekerjaan siswa satu persatu, kesulitan perseorangan siswa, dibantu untuk perseorangan dan jika kesalahan yang terjadi sama permasalahannya untuk seluruh siswa maka guru akan membahasnya pada refleksi akhir pembelajaran.
38
2.3 Kerangka Berpikir Pada dasarnya pengajaran menulis mempunyai tujuan supaya siswa memiliki keterampilan, pengalaman, dan memanfaatkan keterampilan menulis dalam berbagai keperluan. Keterampilan menulis cerpen bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Kenyataan yang ada dalam pembelajaran menulis cerpen belum memenuhi tujuan yang akan dicapai. Pada umumnya siswa belum mampu menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaannya dengan baik dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan keterampilan menulis cerpen masih menggunakan metode konvensional jadi siswa kurang dapat mengembangkan kemampuan bersastranya. Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran menulis cerpen. Melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam menulis cerpen, keterampilan menulis cerpen siswa dapat ditingkatkan secara maksimal. Agar proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dapat tepat guna dan siswa mudah menangkap materi yang disampaikan maka guru menggunakan media yang dapat membantu proses latihan terbimbing tersebut yaitu dengan menggunakan media teks lagu. Secara garis besar pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) guru melakukan apersepsi mengenai
pembelajaran menulis cerpen, (2) guru membagikan sebuah teks lagu pada siswa. (3) siswa mengamati dan memperhatikan teks lagu tersebut, (4) guru menjelaskan langkah-langkah menulis cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun
39
cerpen, (5) berdasarkan teks lagu tersebut siswa diminta untuk memperhatikan tema dan jalan cerita yang ada dalam teks lagu tersebut untuk dijadikan tema dan alur dalam cerpen yang akan dibuatnya, (6) siswa ditugaskan untuk menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri, (7) guru membimbing siswa dalam menulis cerpen, kesulitan perseorangan dibimbing secara perseorangan, dan kesulitan siswa yang terjadi secara klasikal dibahas bersama-sama secara klasikal, (8) hasil pekerjaan menulis cerpen dikumpulkan, (9) salah satu dari hasil pekerjaan siswa dibacakan di depan kelas, (10) siswa lain mengomentari hasil pekerjaan temannya, (11) guru memberikan penguatan terhadap pembelajaran menulis cerpen, (12) guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen. (13) guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran menulis cerpen.
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA negeri 1 Pemalang.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari pratindakan, tindakan kelas pada siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian ini terdiri atas hasil tes dan hasil nontes. Hasil tes pratindakan adalah hasil tes menulis cerpen sebelum pembelajaran menulis cerpen dilakukan. Hasil tes pada tindakan siklus I dan siklus II adalah hasil tes menulis cerpen setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Adapun hasil nontes diperoleh dari data observasi, jurnal, angket, wawancara, dan dokumentasi.
4.1.1 Hasil Tes Pratindakan Hasil tes pratindakan yaitu berupa keterampilan siswa dalam menulis cerpen sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal keterampilan menulis cerpen siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Pemalang. Jumlah siswa yang mengikuti tes pratindakan ini berjumlah 40 siswa. Hasil pratindakan dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4 Hasil Menulis Cerpen Pratindakan No
Kategori
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
Rentang Nilai 85-100 75-84 60-74 50-59 0-49
Frekuensi
Persentase
2 25 11 2
Bobot Skor 150 1591 623 88
40
2452
100
60
5 62,5 27,5 5
Rata-rata
2459 40 = 61,30
X =
61
Pada tabel di atas tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang sudah termasuk ke dalam kategori cukup yaitu 61,30. Dari 40 siswa, 2 siswa atau sebesar 5% termasuk ke dalam kategori baik, 25 siswa atau sebesar 62,5% termasuk ke dalam kategori cukup, 11 siswa atau sebanyak 27,5% termasuk ke dalam kategori kurang, 2 siswa atau sebanyak 5% mendapat kategori sangat kurang. Walaupun sudah berada pada kategori cukup tetapi masih perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan hasil nilai siswa. Untuk lebih jelasnya perolehan nilai hasil tes pada pratindakan dapat dilihat pada diagram batang berikut.
25 21 20 16 15 10 5 0
3 0
0 1
2
3
4
Diagram batang 1. Hasil Menulis Cerpen Pratindakan Keterangan: 1=Sangat Baik, 2=Baik, 3=Cukup, 4=Kurang, 5=Sangat Kurang.
61
62
Pada diagram batang 1 di atas terlihat batang yang paling tinggi adalah batang untuk kategori cukup yaitu 52,5%. Hal ini berarti bahwa 52,5% keterampilan menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang berada pada kategori cukup Sisanya berada pada kategori kurang dan baik. Pada kategori kurang berada pada angka 40%, dan pada kategori baik berada angka 7,5%. Setelah melihat hasil tes pratindakan (keadaan awal) siswa yang telah dipaparkan, perlu dilakukan sebuah tindakan agar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Tindakan yang dilakukan adalah berupa pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I Siklus I merupakan pemberlakuan awal penelitian melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Tindakan siklus ini dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang muncul pada pratindakan. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen siklus I terdiri atas data tes dan nontes.
4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I Siklus I yaitu berupa keterampilan siswa dalam menulis cerpen setelah mengikuti pembelajaran melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Jumlah siswa yang mengikuti siklus I berjumlah 40 siswa. Hasil tes pembelajaran menulis cerpen pada siklus I dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
62
63
Tabel 5 Hasil Menulis Cerpen pada Siklus I No 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
Rentang Nilai 85-100 70-84 60-69 50-59 0-49
Frekuensi
Persentase
11 25 4 -
Bobot Skor 862 1653 231 -
40
2746
100
27,5 62,5 10 -
Rata-rata
2746 40 = 68,65
X =
Pada tabel 5 menunjukkan hasil tes keterampilan menulis cerpen secara menyeluruh mencapai rata-rata 68,65 dan termasuk ke dalam kategori cukup. Rata-rata tersebut menunjukkan adanya peningkatan rata-rata skor siswa dalam menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Walaupun sudah ada peningkatan, tetapi hasil yang ada belum maksimal. Ratarata yang dicapai oleh siswa adalah klasikal sebesar 68,48 hanya 11 siswa atau 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai kategori baik, dan 25 siswa atau 62,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai kategori cukup, 4 siswa atau 10% dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai kategori kurang. Agar lebih jelas dapat dilihat pada diagram batang berikut hasil tes menulis cerpen siklus I.
63
64
70 62.5
60 persentase
50 40 30
27.5
20 10
10 0
0
0 1
2
3
4
5
kategori
Diagram batang 2. Hasil Menulis Cerpen Siklus I Keterangan: 1=Sangat Baik, 2=Baik, 3=Cukup, 4=Kurang, 5=Sangat Kurang.
Diagram batang 2 di atas menunjukkan bahwa batang yang paling tinggi adalah kategori cukup. Keadaan tersebut sama dengan keadaan pada hasil tes pratindakan. Tetapi jumlah persentase pada siklus I ini lebih besar dibandingkan pada hasil tes pratindakan yaitu sebesar 62,5% atau sebanyak 25 siswa. Setelah pada kategori cukup batang yang berada di bawah kategori cukup adalah kategori baik, yaitu sebesar 27,5% atau sebanyak 11 siswa. Pada jumlah yang paling sedikit, yaitu yang memperoleh kategori kurang, sebanyak 4 siswa atau sebesar 10%. Walaupun tidak ada yang berada pada kategori sangat baik, tetapi jumlah yang memperoleh kategori cukup dan baik menjadi bertambah dan yang berada pada kategori kurang menjadi berkurang. Nilai pada siklus I ini merupakan penjumlahan skor dari 7 aspek keterampilan menulis cerpen, yaitu aspek tema dan amanat, tokoh dan penokohan, 64
65
alur, latar, diksi dan gaya bahasa, sudut pandang, dan kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen. Hasil dari masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut
4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Cerpen Aspek Tema dan Amanat Penilaian aspek tema dan amanat difokuskan pada kerelevanan tema dan amanat dengan teks lagu yang digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil perolehan aspek tema dan amanat dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat Siklus I No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi 15 25 40
Bobot Skor 135 182
Persentase (%) 37,5 62,5
Rata-rata
317 40 = 7,93
X =
317
100
Data tabel 6 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai dalam aspek tema dan amanat sebesar 7,93. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam menentukan tema dan amanat sudah baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 15 siswa atau sebanyak 37,5% dari jumlah keseluruhan siswa, kategori baik dicapai 25 siswa atau sebesar 62,5% dari jumlah keseluruhan siswa, kategori cukup dan kurang tidak ada.
65
66
4.1.2.1.2 Hasil Tes Menulis Cerpen Aspek Alur Hasil perolehan nilai pada aspek alur difokuskan pada keterampilan siswa menciptakan alur yang menarik. Hasil perolehan nilai pada aspek alur dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus I No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 16-20 11-15 6-10 0-5
Frekuensi 4 33 3 40
Bobot Skor 65 421 30
Persentase
516
100
10 82,5 7,5
Rata-rata
516 40 = 12,90
X =
Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata skor aspek alur dalam cerpen yang dicapai siswa sebesar 12,90 termasuk dalam kategori baik , artinya keterampilan siswa dalam menciptakan alur yang menarik dalam menulis cerpen sudah baik. Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai 4 siswa atau sebesar 10% dari jumlah keseluruhan, kategori baik dicapai oleh 33 siswa atau sebesar 82,5% dari jumlah keseluruhan, kategori cukup dicapai 3 siswa atau sebesar 7,5%, dan tidak ada satu pun siswa yang mendapat kategori kurang.
4.1.2.1.3 Hasil Menulis Cerpen Aspek Tokoh dan Penokohan Hasil perolehan nilai pada aspek tokoh dan penokohan dapat dilihat pada tabel 8 berikut .
66
67
Tabel 8 Perolehan Skor Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus I No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Rentang Nilai 16-20 11-15 6-10 0-5
Jumlah
Frekuensi
Persentase
10 29 1 -
Bobot Skor 163 372 10 -
40
545
100
25 72,5 2.5 -
Rata-rata 545 40 = 13,63
X =
Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata skor dalam aspek tokoh dan penokohan yang dicapai siswa sebesar 13,63 (termasuk pada kategori baik), artinya keterampilan siswa dalam menulis cerpen aspek tokoh dan penokohan sudah baik. Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai oleh 10 siswa atau sebesar 25%, kategori baik 29 siswa atau sebesar 72,5%, kategori cukup 1 siswa atau sebesar 2,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang.
4.1.2.1.4 Hasil Menulis Cerpen Aspek Latar Penilaian aspek pemilihan latar difokuskan pada ketepatan pemilihan latar yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam cerpen. Hasil penilaian pemilihan latar dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Perolehan Skor Aspek Latar Siklus I No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi 3 35 2 -
40
67
Bobot Skor 27 263 10
Persentase
300
100
7,5 87,5 5
Rata-rata
300 40 = 7,5
X =
68
Data pada tabel 9 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai siswa dalam aspek pemilihan latar sebesar 7,5. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam pemilihan latar yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang diceritakan dalam cerpen sudah baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 3 siswa atau sebesar 7,5%, kategori baik 35 siswa atau sebesar 87,5%, kategori cukup dicapai 2 siswa atau 5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan untuk kategori dan kurang tidak ada.
4.1.2.1.5 Hasil Menulis Cerpen Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Penilaian aspek pemilihan diksi dan gaya bahasa difokuskan pada ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam cerpen. Hasil penilaian pemilihan latar dapat dilihat pada tabel 10 Tabel 10 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Siklus I No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi
Persentase
37 3 -
Bobot Skor 0 247 15 -
40
262
100
0 92,5 7,5 -
Rata-rata 262 40 = 6,55
X =
Data tabel 10 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai dalam aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 6,55. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam memilih diksi dan gaya bahasa sudah baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori baik berjumlah 37 siswa. Atau sebanyak 92,5% dari jumlah keseluruhan siswa, kategori cukup dicapai 3
68
69
siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan untuk kategori sangat baik dan kurang tidak ada.
4.1.2.1.6 Hasil Menulis Cerpen Aspek Sudut Pandang Hasil perolehan nilai pada aspek tokoh dan penokohan dapat dilihat pada tabel 11 berikut . Tabel 11 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang Siklus I No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi
Persentase
4 34 2 -
Bobot Skor 36 257 10 -
40
303
100
10 85 5 -
Rata-rata
303 40 = 7,58
X =
Data pada tabel 11 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai siswa dalam aspek penggunaan sudut pandang sebesar 7,58. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam pemilihan sudut pandang sudah dapat menjelaskan tokoh yang ada dalam cerpen. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 4 siswa atau sebesar 10%, kategori baik 34 siswa atau sebesar 85%, kategori cukup dicapai 2 siswa atau 5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan untuk kategori kurang tidak ada.
4.1.2.1.7 Hasil Menulis Cerpen Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen Siklus I Penilaian aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen difokuskan pada ketepatan dalam memadukan unsur-unsur pembangun cerpen. Hasil penilaian kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen dapat dilihat pada tabel 12. 69
70
Tabel 12 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Rentang Nilai 16-20 11-15 6-10 0-5
Frekuensi
Jumlah
5 33 2 40
Bobot Skor 81 422 20
Persentase
523
100
12,5 82,5 5
Rata-rata 523 40 = 13,08
X =
Data tabel 12 menunjukkan rata-rata skor yang dicapai dalam aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sebesar 13,08. Hasil tersebut termasuk kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam memadukan unsur-unsur pembangun cerpen sudah baik. Dari tabel tersebut dapat dilihat, siswa yang mencapai kategori sangat baik berjumlah 5 siswa atau sebanyak 12,5% dari jumlah keseluruhan siswa, kategori baik dicapai 33 siswa atau sebesar 82,5% dari jumlah keseluruhan siswa, kategori cukup dicapai 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan untuk kategori kurang tidak ada.
4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus I Hasil nontes pada siklus I ini diperoleh dari hasil observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya diuraikan berikut ini.
4.1.2.2.1 Hasil Observasi Siklus I Observasi dalam penelitian ini ada dua macam yaitu observasi siswa dan observasi kelas. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing
70
71
dengan media teks lagu dan keterampilan peneliti dalam mengajar. Observasi siswa dilakukan oleh peneliti sedangkan observasi kelas dilakukan oleh teman peneliti.
4.1.2.2.1.1 Hasil Observasi Siswa Siklus I Objek sasaran yang diamati dalam observasi siswa meliputi 8 perilaku positif dan 8 perilaku negatif. Adapun objek sasaran perilaku positif meliputi: (1) siswa memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa banyak bertanya kepada guru, (3) siswa berpartisipasi aktif, (4) siswa dapat mengidentifikasi dan menyebutkan unsur-unsur yang ada dalam cerpen, (5) siswa merespon positif (senang) terhadap metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, (6) siswa dapat menulis cerpen dengan senang hati, (7) siswa dapat menulis cerpen dengan cepat. Perilaku negatif meliputi: (1) siswa kurang merespon penjelasan guru, (2) siswa kurang bersemangat terhadap metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, (3) siswa banyak bicara dan bergurau dengan temannya, (4) siswa pasif dalam pembelajaran, (5) siswa jalan-jalan/mondar-mandir pada saat pembelajaran berlangsung, (6) siswa kurang bersemangat dalam menulis cerpen, (7) siswa sangat lambat dalam menulis cerpen, (8) siswa enggan memberikan sanggahan terhadap pembacaan cerpen temannya. Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) peneliti pada saat pembelajaran pada siklus I, perilaku siswa yang terdeskripsi pada saat observasi menunjukkan sikap positif dan ada pula sikap yang negatif. Perilaku positif ditunjukkan oleh sikap siswa yang aktif mengikuti pembelajaran menulis cerpen, terlihat juga
71
72
sebagian besar siswa merespon baik pembelajaran menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Perilaku negatif ditunjukkan dengan sikap masa bodoh dan kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain itu siswa melakukan kegiatan seperti bicara dan bergurau dengan temannya, serta jalan-jalan/mondar-mandir pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi, yang menunjukkan siswa banyak melakukan perilaku positif daripada perilaku negatif. Selama pembelajaran tidak semua siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, tetapi masih ada beberapa siswa yang melakukan perilaku negatif. Namun, peneliti sadar akan hal ini karena setiap siswa memiliki karakteristik dan keterampilan yang berbeda. Apalagi, pola pembelajaran yang diterapkan peneliti merupakan hal baru bagi mereka sehingga perlu proses untuk menyesuaikannya. Dari data observasi dapat dilihat jumlah siswa yang melakukan perilaku positif dan siswa yang melakukan perilaku negatif. Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar siswa atau sebanyak 34 siswa atau 85% dari jumlah keseluruhan siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Sisanya sebanyak 6 siswa atau sebanyak 15% dari jumlah keseluruhan siswa kurang merespon penjelasan guru. Siswa yang kurang merespon penjelasan guru, perilakunya bermacam-macam seperti memperhatikan keadaan di luar kelas, berbicara dan bergurau dengan temannya. Pada siklus I ini hanya ada 4 atau sebanyak 10% dari jumlah keseluruhan siswa yang berani mengajukan pertanyaan kepada peneliti, sisanya sebanyak 36 siswa atau sebanyak 90% tidak berani bertanya kepada peneliti. Siswa yang
72
73
kurang berani mengajukan pertanyaan pada guru ini perilakunya bermacammacam seperti ada yang malu-malu ketika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Ada yang masih kurang percaya diri, dan ada pula yang asyik berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Sebanyak 27 siswa atau 67,5% dari jumlah keseluruhan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan baik. Sisanya, sebanyak 13 siswa atau sebanyak 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen disebabkan karena peneliti bukanlah guru yang biasa mengajar di kelas sehingga siswa masih merasa asing dengan guru (peneliti). Sebanyak 32 siswa atau sebanyak 80% dari jumlah keseluruhan siswa aktif berpartisipasi menyebutkan unsur-unsur pembangun cerpen. Mereka secara aktif menyebutkan
satu
per
satu
unsur-unsur
pembangun
cerpen
dan
mendefinisikannya, serta memberikan contoh-contohnya dengan bantuan guru. Sisanya 8 siswa atau sebanyak 8 siswa atau sebanyak 20% dari jumlah keseluruhan siswa kurang aktif berpartisipasi menyebutkan unsur-unsur pembangun karya sastra. Hal tersebut disebabkan mereka kurang mengetahui unsur-unsur pembangun cerpen dan ada pula yang kurang mengikuti pembelajaran dengan baik. Salah satu hal yang penting dalam penelitian ini adalah metode dan media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Dalam hal ini, sebagian besar siswa
73
74
sebanyak 32 atau 80% dari jumlah keseluruhan siswa merespon positif metode yang digunakan oleh peneliti, mereka merasa senang karena mereka dapat bertanya-tanya kepada guru pada saat mengalami kesulitan dalam menulis cerpen. Media teks lagu yang dihadirkan oleh guru juga mendapat respon yang positif, sebagian besar dari jumlah keseluruhan siswa tersebut banyak yang menyukai lagu-lagu. Sisanya sebanyak 8 siswa atau 20% dari jumlah keseluruhan siswa yang kurang merespon metode dan media yang digunakan guru dalam menulis cerpen. Dari data observasi dapat dilihat, sebanyak 31 siswa atau 77,5% dari jumlah keseluruhan siswa dapat menulis cerpen dengan senang hati. Hal ini disebabkan karena mereka senang dengan media yang dihadirkan guru, selain mereka terhibur mereka juga dapat menulis cerpen. Selain itu juga mereka merasa dipermudah dalam menulis cerpen, teks lagu tersebut sudah ada sebagai kerangka karangan sehingga siswa hanya mengembangkan cerita berdasarkan teks lagu. Sisanya sebanyak 9 siswa atau 22,5% dari jumlah keseluruhan siswa kurang senang menulis cerpen, hal ini disebabkan karena siswa kurang tertarik atau kurang senang menulis cerpen. Sebanyak 7 siswa atau 17,5% dari jumlah keseluruhan siswa dapat mengerjakan atau dapat menulis cerpen dengan cepat. Tujuh siswa tersebut mampu menyelesaikan cerpen yang ditulisnya sebelum waktu yang ditentukan selesai. Hal ini disebabkan mereka sudah merasa mudah mengungkapkan ide dan mampu mengembangkan lirik yang berada dalam teks lagu. Sisanya 33 siswa atau 82,5% dari jumlah keseluruhan siswa belum dapat menyelesaikan cerpen yang dibuatnya dengan cepat.
74
75
Sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah keseluruhan siswa berani memberikan komentar terhadap hasil penulisan cerpen temannya yang dibacakan di depan kelas. 37 siswa atau sebesar 92,5% kurang berani memberikan komentar terhadap hasil penulisan cerpen yang dibacakan di depan kelas. Hal tersebut disebabkan karena mereka malu atau kurang percaya diri berbicara di kelas, selain itu, mereka juga mempunyai pendapat yang sama dengan teman yang telah mengajukan pertanyaan sehingga mereka tidak memberikan komentarnya. Siswa yang menunjukkan sikap kurang berani memberikan komentar terhadap hasil penulisan cerpen yang dibacakan di depan kelas juga disebabkan karena mereka tidak memperhatikan pada saat temannya membacakan cerpen di depan kelas. Meskipun proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, tetapi masih ada beberapa siswa yang masih kurang tertib dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Sebanyak 11 siswa atau 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa banyak berbicara dan bergurau dengan temannya. Sisanya 29 siswa atau sebanyak 72,5% dari jumlah keseluruhan siswa tertib dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Sebanyak 8 siswa atau sebesar 20% dari jumlah keseluruhan siswa sering jalan-jalan/mondar-mandir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa tersebut melakukan kegiatan kurang positif seperti mengganggu temannya yang sedang serius menulis cerpen ataupun hanya sekadar meminjam alat tulis yang sebenarnya tidak begitu diperlukan. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 35% dan sering melihat pekerjaan temannya. Hal ini dilakukan ketika merasa bingung untuk memulai menulis cerpen pada saat tes menulis cerpen berlangsung.
75
76
Berdasarkan pada uraian di atas, meskipun jumlah siswa yang melakukan perilaku positif lebih banyak daripada perilaku negatif, tetapi pembelajaran menulis cerpen di kelas ini perlu ditingkatkan lebih baik lagi. Guru harus berupaya agar siswa lebih aktif dan perilaku negatif yang muncul pada siklus I ini dapat dikurangi pada siklus berikutnya.
4.1.2.2.1.2 Hasil Observasi Kelas Siklus I Observasi kelas ini dilakukan untuk mengevaluasi cara kerja peneliti dalam memberikan pembelajaran menulis cerpen. Keterampilan berkomunikasi peneliti dengan siswa sudah cukup baik. Walaupun baru dua kali masuk di kelas tersebut, namun siswa menerima dengan sangat baik. Namun, berkaitan dengan komunikasi, ada hambatan dari siklus I ini, yaitu peneliti belum begitu kenal dan hafal nama siswa, sehingga pada saat siswa bertanya atau memberikan pendapat guru harus bertanya terlebih dahulu nama siswa tersebut. Hasil pengamatan observator terhadap peneliti, dikatakan bahwa keterampilan peneliti dalam membuka pelajaran, penyampaian materi, penguasaan materi, cara peneliti mengajar, dan komunikasi dengan siswa cukup baik. Dalam menerapkan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu sudah cukup baik. Cara menutup pelajaran dengan refleksi sudah cukup baik. Saran dari observator bahwa peneliti perlu memberikan pujian kepada siswa yang mau memberikan tanggapan terhadap hasil penulisan cerpen temannya. Sehingga siswa merasa pendapatnya tersebut merupakan nilai plus dalam pembelajaran.
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal Siklus I 76
77
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jurnal. Jurnal yang pertama adalah jurnal guru dan yang kedua adalah jurnal siswa.
4.1.2.2.2.1 Jurnal Siswa Siklus I Pada jurnal siswa, sebagian besar siswa menyatakan senang terhadap pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Mereka berpendapat bahwa dengan pembelajaran seperti ini akan mempermudah siswa dalam menulis cerpen dan memotivasi siswa untuk menulis cerpen. Hal tersebut disebabkan guru membimbing dalam penulisan cerpen dan teks lagu dapat yang dihadirkan oleh guru dapat menghibur siswa, sehingga siswa akan merasa senang dalam menulis cerpen. Selain itu teks lagu yang dihadirkan guru sesuai dengan pengalaman siswa sehingga siswa mudah untuk menuangkan pikiran, gagasan dan idenya ke dalam sebuah cerpen, walaupun ada beberapa siswa yang tidak suka dengan lirik lagu yang ada dalam teks lagu. Ada juga siswa yang berpendapat bahwa dengan teks lagu akan dapat memberi pengetahuan tentang menyusun kerangka karangan. Berdasarkan hasil dari jurnal, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak merasa terbebani dengan materi pembelajaran yang harus mereka tempuh. Pertanyaan berikutnya mengenai kesulitan siswa dalam menulis cerpen. Pada aspek yang kedua ini kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam cerpen, memulai menulis, dan menggunakan diksi yang tepat, namun ada beberapa siswa yang berpendapat tidak mengalami kesulitan. Siswa yang tidak mengalami kesulitan berpendapat bahwa 77
78
metode latihan terbimbing membantu siswa dan media teks lagu dapat membantu siswa dalam menentukan tema dan merumuskan kerangka karangan, jadi mereka berpendapat dari teks lagu tersebut hanya mengubahnya ke dalam sebuah cerpen. Siswa yang mengalami kesulitan menuangkan ide berpendapat bahwa dalam pikirannya sudah ada namun sulit untuk menuangkan, atau mengungkapkannya dengan kata-kata. Pada dasarnya kesulitan tersebut dapat diatasi dengan membiasakan menulis cerpen. Aspek berikutnya adalah mengenai metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen. Sebagian besar siswa berpendapat mereka sangat terbantu karena tema sudah terdapat dalam teks lagu, dan kerangka karangannya pun sudah ada, ditambah guru membimbing siswa dalam menulis cerpen, jadi kesulitan yang dihadapi siswa dapat langsung ditanyakan kepada guru. Aspek yang keempat adalah mengenai kepahaman siswa dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Menurut siswa melalui metode latihan terbimbing ini dapat lebih memahami materi menulis cerpen dan memotivasi siswa dalam menulis cerpen. Siswa lebih bersemangat dan lebih senang. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan mata pelajaran yang disepelekan oleh siswa, khususnya materi mengarang, sehingga melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat membuat siswa lebih bersemangat. Aspek yang terakhir adalah pesan dan kesan terhadap pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Kesan yang dikemukakan siswa adalah belajar menulis cerpen melalui metode latihan
78
79
terbimbing dengan media teks lagu lebih menarik dan menyenangkan. Adapun saran yang diungkapkan yaitu dalam menerangkan hendaknya pelan-pelan. Saran yang telah diungkapkan oleh siswa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk pembelajaran berikutnya.
4.1.2.2.2.2 Jurnal Guru Siklus I Jurnal guru ini berisi uraian pendapat dan seluruh kejadian yang dapat ditangkap
guru
selama
proses
pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan
pengamatan guru pada saat pembelajaran berlangsung, respon siswa terhadap metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam pembelajaran menulis cerpen cukup baik. Sebagian besar siswa tertarik dan senang terhadap metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam menulis cerpen. Namun, demikian, ada sebagian kecil siswa yang masih kurang berminat dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran, mereka menyatakan kurang suka menulis cerpen dan tidak dapat mengungkapkan ide dan gagasannya dengan kata-kata. Siswa yang kurang berminat menunjukkan perilaku malas seperti tidak memperhatikan sungguh-sungguh penjelasan dari guru (peneliti), bercerita sendiri dengan temannya, dan bahkan ada yang jalan-jalan atau mondar-mandir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa pada kelas ini sudah dapat dikatakan baik dalam mengikuti pembelajaran. Walaupun yang aktif hanya siswa yang sama, dan masih ada beberapa siswa yang pasif. Tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas
79
80
menulis cerpen masih banyak siswa yang asyik menyanyikan lagu yang terdapat pada lembar menulis yang diberikan guru dan enggan menulis cerpen. Fenomena-fenomena lain yang ditangkap oleh guru selama proses pembelajaran yaitu banyak siswa yang bersorak-sorak saat hasil penulisan cerpen temannya dibacakan di depan kelas. Hal ini disebabkan karena cerpen yang ditulis merupakan kejadian yang pernah dialami penulisnya. Keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup antusias. Sebagian besar siswa nampak senang dan bersemangat ketika guru membimbing siswa. Namun demikian ada sebagian kecil siswa yang kurang antusias mengikuti pembelajaran menulis cerpen dan tidak memperhatikan pembacaan cerpen di depan kelas.
4.1.2.2.3 Hasil Wawancara Siklus I Siswa yang diwawancarai pada siklus ini ada 4 siswa. Dari keempat siswa yang diwawancarai, yang menyatakan senang terhadap pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu ada 3 siswa. Sisanya 1 siswa menyatakan kurang suka dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Alasannya yang menyatakan tidak suka adalah karena siswa tersebut tidak suka dengan pembelajaran menulis. Siswa yang menyatakan senang adalah karena pembelajarannya menyenangkan. Pada pertanyaan yang kedua, dari keempat siswa hanya satu yang menjawab kurang mampu memahami materi yang diberikan guru. Hal tersebut memang diakui karena memang siswa tersebut tidak suka dengan menulis atau
80
81
mengarang dan selama proses pembelajaran berlangsung tidak memperhatikan guru, sehingga kurang paham terhadap materi yang disampaikan guru. Siswa yang menyatakan senang karena memang sejak awal pelajaran sudah tertarik dan memperhatikan penjelasan dari guru, sehingga memahami materi yang disampaikan oleh guru (peneliti). Pada pertanyaan yang ketiga, keempat siswa yang ditanyai semua merasa termotivasi setelah mengikuti pembelajaran. Mereka termotivasi dengan metode yang dilakukan guru yaitu metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Menurut mereka pembelajaran yang diberikan guru sekarang lebih mudah dipahami, apalagi guru memberikan bimbingan pada saat siswa mengalami kesulitan. Ada juga yang menyatakan termotivasi karena teks lagu tersebut sesuai dengan pengalamannya. Pada pertanyaan yang kelima mengenai suasana kelas, dari keempat siswa ada satu siswa yang menyatakan tidak begitu terpengaruh dengan suasana kelas, walaupun kelas dalam keadaan ramai tetap bisa menulis cerpen. Tiga menyatakan bahwa suasana kelas dapat mempengaruhi pembelajaran, menurut ketiga siswa tersebut jika suasana kelas ramai dan tidak menyenangkan, maka pembelajaran tidak menyenangkan dan sulit berkonsentrasi dalam pembelajaran. Pada pertanyaan keenam, dari keempat siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa metode latihan terbimbing yang digunakan guru dapat membantu mereka dalam menulis cerpen, serta media yang digunakan juga dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen sehingga siswa paham terhadap pembelajaran menulis cerpen.
81
82
Pada pertanyaan yang ketujuh dan kedelapan, dari empat siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka masih merasa kesulitan. Tetapi tingkat kesulitan yang mereka alami berbeda-beda. Adapun kesulitan yang mereka alami antara lain dalam menentukan judul, menuangkan ide yang ada dalam pikiran dengan kata-kata, dan mengembangkan lirik yang ada dalam teks lagu. Pada pertanyaan yang kesembilan, semua siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat membantu kesulitan yang dihadapi mereka. Menurut mereka hal tersebut dikarenakan guru mengadakan bimbingan dan media teks lagu dapat digunakan untuk merumuskan kerangka karangan. Pertanyaan yang kesepuluh, semua siswa yang diwawancarai dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat yang siswa dapatkan dari pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Menurut mereka manfaat yang didapatkan antara lebih paham materi menulis cerpen, lebih kreatif, lebih bersemangat untuk menulis cerpen.
4.1.2.2.4 Hasil Angket Siklus I
82
83
Angket di dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Hasil angket pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 13. Perolehan Angket siklus I Aspek ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SS ∑ 24 10 10 12 13 11 11 18 14 10
S % 60 25 25 30 32,5 27,5 27,5 45 35 25
∑ 14 23 20 20 21 23 16 15 23 21
KS % 35 57,5 50 50 52,5 57,5 40 37,5 57,5 52,5
∑ 2 7 10 8 6 6 11 7 3 9
% 5 17,5 25 20 15 15 27,5 17,5 7,5 22,5
TS ∑ 2 -
STS % 5 -
∑ -
% -
Pada tabel 13 dapat dilihat, jumlah siswa yang memilih SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju) pada setiap aspek angket. Pada aspek pertama ada 24 siswa atau 60% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan sangat setuju bahwa keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar, dan 14 siswa atau sebanyak 35% dijumlah keseluruhan siswa yang menyatakan setuju. Siswa yang kurang setuju ada 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan kurang setuju, sedangkan siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Hal ini berarti bahwa kebanyakan siswa menyetujui bahwa keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas.
83
84
Pada aspek kedua, ada 10 siswa atau 25% menyatakan bahwa mereka merasa sangat senang terhadap cara guru menerangkan, 23 siswa atau 57,5% menyatakan senang, dan 7 siswa atau 17,5% merasa kurang senang. Siswa yang tidak senang sama sekali tidak ada. Hal ini berarti sebagian besar siswa merasa senang terhadap cara guru menerangkan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Pada aspek yang ketiga, siswa yang sangat senang terhadap metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, ada 10 siswa atau sebanyak 25%. Sebanyak 20 siswa atau sebesar 50% siswa menyatakan merasa senang terhadap metode yang digunakan guru. Sebanyak 10 siswa atau 25% menyatakan kurang senang terhadap metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang terhadap metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Pada aspek keempat ini diperoleh 12 siswa atau sebesar 30% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan sangat senang terhadap metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk menulis cerpen. Sebanyak 20 siswa atau sebesar 50% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka senang terhadap metode yang digunakan guru yang dapat memotivasi siswa untuk menulis cerpen, siswa yang menyatakan kurang senang sebanyak 8 siswa atau sebesar 20% dari jumlah keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang, tidak
84
85
ada. Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam menulis cerpen. Berkaitan dengan metode pembelajaran, pada aspek ini diperoleh siswa yang sangat paham dengan materi pembelajaran menulis cerpen sebanyak 13 siswa atau sebesar 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa, 21 siswa atau 52,5% dapat memahami materi pembelajaran menulis cerpen. Ada 10 siswa atau sebesar 25% siswa yang kurang memahami materi pembelajaran menulis cerpen, sedangkan tidak dapat memahami meteri pembelajaran menulis cerpen tidak ada. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
siswa
memahami
materi
pembelajaran menulis cerpen dengan baik walaupun ada siswa yang menyatakan kurang setuju. Pada aspek yang keenam ini, sebanyak 11 siswa atau sebesar 27,5% menyatakan sangat senang terhadap media yang digunakan guru untuk menulis cerpen, 23 siswa atau sebesar 57,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan setuju. Sebanyak 6 siswa atau 15% menyatakan kurang senang terhadap media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak ada. Perolehan hasil ini berarti sebagian besar siswa senang terhadap media yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan cerpen. Aspek berikutnya yaitu aspek yang ketujuh. Pada aspek ini diperoleh 11 siswa atau sebesar 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa suasana kelas sangat mempengaruhi pemahaman siswa mengenai materi menulis cerpen, 16 siswa atau sebesar 40% menyatakan suasana kelas mempengaruhi
85
86
pemahaman siswa terhadap materi menulis cerpen, 11 siswa atau 27,5% menyatakan bahwa suasana kelas kurang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sedangkan 2 siswa atau sebesar 5% menyatakan tidak setuju bahwa suasana kelas dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa menginginkan suasana kelas yang nyaman pada saat menulis cerpen, meskipun ada beberapa siswa yang menyatakan tidak terpengaruh dengan suasana kelas. Aspek berikutnya masih berkaitan dengan metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Pada aspek ini diperoleh 18 siswa atau sebesar 45% menyatakan bahwa mereka sangat senang terhadap metode yang menarik perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sebanyak 15 siswa atau 37,5% menyatakan bahwa mereka merasa senang terhadap metode yang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran, 7 siswa atau sebesar 17,5% menyatakan bahwa kurang senang terhadap penggunaan metode yang dapat menarik perhatian siswa. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak ada. Hal ini berarti siswa senang terhadap metode yang dapat menarik perhatian mereka. Selanjutnya aspek yang kesembilan, yaitu pendapat siswa mengenai kebiasaan siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan dan perasaannya ke dalam sebuah cerpen banyak manfaatnya ada 14 siswa atau sebesar 35% menyatakan mereka sangat setuju, 15 siswa atau sebesar 37,5% menyatakan setuju, sedangkan sisanya yaitu 3 siswa atau sebanyak 7,5% menyatakan kurang setuju. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Dengan
86
87
demikian dapat disimpulkan bahwa kebiasaan mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan ke dalam cerpen banyak manfaatnya. Selain siswa senang terhadap metode dan media yang dihadirkan guru, siswa juga merasa senang terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Sebanyak 10 siswa atau 25% yang menyatakan sangat senang, 21 siswa atau sebesar 52,5%, dan sebanyak 9 siswa atau sebesar 22,5% menyatakan kurang senang terhadap pembelajaran yang dilakukan guru (peneliti).
4.1.2.2.5 Hasil Dokumentasi Foto Dokumentasi di dalam penelitian ini digunakan sebagai bukti otentik dari kegiatan pembelajaran menulis cerpen telah dilakukan. Berikut merupakan gambar yang menunjukkan fenomena pada saat menulis cerpen siklus I
Gambar 1. Aktivitas awal pembelajaran siklus I Gambar di atas menunjukkan kondisi awal pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu siklus I. Pada gambar
87
88
tersebut di atas tampak guru atau peneliti sedang menjelaskan materi menulis cerpen dan menunjukkan sebuah teks lagu yang digunakan sebagai media dalam menulis cerpen. Siswa terlihat serius dalam mengikuti penjelasan yang disampaikan oleh guru atau peneliti. Siswa tidak merasa takut diajar oleh guru atau peneliti, mereka merasa lebih santai. Meskipun demikian, sebagian besar siswa mengikuti penjelasan guru dengan baik. Tetapi ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, selalu memperhatikan orang yang memotret sehingga mereka sering menunjukkan tingkah laku yang tidak semestinya mereka lakukan.
Gambar 2. Aktivitas mengamati dan memperhatikan teks lagu siklus I
Pada gambar di atas menunjukkan siswa sedang mengamati dan memperhatikan sebuah teks lagu yang digunakan sebagai media menulis cerpen. Setelah guru atau peneliti menjelaskan materi tentang menulis cerpen dan menunjukkan sebuah contoh cerpen yang dibuat berdasarkan teks lagu kemudian
88
89
guru membagikan sebuah teks lagu, siswa memperhatikan dan mengamati teks lagu tersebut. Pada gambar di atas terlihat beberapa siswa yang sedang seriau mengamati dan memperhatikan teks lagu, tetapi ada beberapa siswa yang tidak mengamati dan memperhatikan teks lagu, siswa tersebut melihat keadaan di luar kelas, ada pula yang memperhatikan orang yang sedang memotret. Hal ini diharapkan tidak terjadi pada siklus berikutnya.
Gambar 3. Aktivitas Siswa Menulis Cerpen siklus I Gambar di atas diambil pada saat siswa mengerjakan tugas dari guru yaitu menulis cerpen dengan media teks lagu. Pada gambar tersebut, terlihat siswa bersungguh-sungguh dalam menulis cerpen. Namun demikian, ada beberapa siswa yang tidak segera memulai menulis cerpen. Mereka menunjukkan sikap yang tidak semestinya. Ada yang bergurau dan asyik berbicara dengan temannya. Hal ini diharapkan tidak terjadi pada siklus berikutnya.
89
90
Gambar 4. Aktivitas Guru Melakukan Bimbingan pada siklus I
Pada gambar 4 menunjukkan aktivitas guru yang sedang melakukan proses bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen. Guru atau peneliti berkeliling untuk melihat aktivitas siswa yang sedang menulis cerpen. Kesulitan secara individu dibimbing secara individu tetapi apabila ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan yang sama hal itu dibahas secara klasikal di kelas. Terlihat siswa menerima baik bimbingan yang diberikan oleh guru. Hal ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi siswa untuk dapat menciptakan hasil karya sastra yang berupa cerpen dengan baik.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II Hasil penelitian siklus II ini akan membahas hasil tes dan nontes setelah dilakukan perbaikan perencanaan pembelajaran melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
90
91
4.1.3.1 Hasil Tes Siklus II Hasil tes siklus II adalah hasil tes menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu yang kedua setelah diadakan perbaikanperbaikan pembelajaran pada siklus I. Adapun kriteria penilaiannya masih sama, yaitu meliputi tujuh aspek, (1) aspek tema dan amanat, (2) aspek tokoh dan penokohan, (3) aspek alur, (4) aspek latar, (5) aspek diksi dan gaya bahasa, (6) aspek sudut pandang, dan (7) aspek kesesuaian unsur-unsur pembangun cerpen. Tabel 14 Hasil Menulis Cerpen pada Siklus II No
Kategori
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
Rentang Nilai 85-100 70-84 60-69 50-59 0-49
Frekuensi
Persentase
5 24 10 1 -
Bobot Skor 433 1914 677 58 -
40
3082
100
15 57,5 25 2,5 -
Rata-rata
3082 40 = 77,05
X =
Data pada tabel di atas menunjukkan keterampilan siswa kelas X SMA Ngeri 1 Pemalang dalam menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu selama siklus II. Rata-rata skor yang dicapai sebesar 77,05 dan termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa target yang ingin dicapai oleh peneliti (rata-rata klasikal 75) telah tercapai. Perolehan hasil tes menulis cerpen pada siklus II dapat dilihat pada tabel di atas. Pada tabel tersebut dapat dilihat siswa yang memperoleh nilai sangat baik berjumlah 5 siswa atau sebanyak 15% dari jumlah keseluruhan siswa, siswa yang mendapat nilai baik berjumlah 24 siswa atau sebanyak 57,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Siswa yang mendapat nilai cukup berjumlah 10 siswa atau
91
92
sebanyak 25% dari jumlah keseluruhan siswa, dan siswa yang mendapat nilai kurang hanya 1 siswa atau 2,5% dari jumlah keseluruhan siswa, dan sangat kurang tidak ada (0%). Berdasarkan perolehan hasil ini, dapat diartikan bahwa keterampilan siswa SMA Negeri 1 Pemalang sudah dapat dikatakan baik karena rata-rata skor yang diperoleh siswa dalam menulis cerpen pada siklus II ini sudah berada dalam kategori baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini.
60
57.5
persentase
50 40 30 20
25 15
10 2.5
0 1
2
3
4
0 5
kategori
Diagram batang 3 Hasil Menulis Cerpen Siklus II Keterangan: 1=Sangat Baik, 2=Baik, 3=Cukup, 4=Kurang, 5=Sangat Kurang. Diagram 3 menunjukkan batang yang paling tinggi adalah batang untuk kategori baik yang berada pada angka 82,5%. Hal ini berarti keterampilan siswa dalam menulis cerpen sebagian besar siswa sudah berada pada kategori baik. Sisanya berada pada kategori sangat baik dan cukup. Batang tertinggi yang kedua 92
93
yaitu untuk kategori cukup yang berada pada angka 25%. Kategori sangat baik berada pada angka 15% dan kategori kurang berada pada angka 2,5%, sedangkan kategori kurang dan sangat kurang berada pada angka 0% (tidak ada yang keterampilan menulis cerpen pada kategori kurang dan sangat kurang.
4.1.3.1.1 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat Siklus II Hasil penilaian tes pada aspek tema dan amanat dapat dilihat pada tabel 14 berikut. Tabel 15 Perolehan Skor Aspek Tema dan Amanat No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Rentang Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi
Jumlah
Persentase
22 18 -
Bobot Skor 198 139 -
40
327
100
55 45 -
Rata-rata 327 40 = 8,18
X =
Data tabel 15 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek tema dan amanat yaitu sebesar 8,18 atau termasuk dalam kategori baik. Hal ini berarti keterampilan siswa dalam merumuskan tema dan amanat dalam menulis cerpen sudah baik. Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai oleh 22 siswa atau sebesar 55% dari jumlah keseluruhan siswa. Kategori baik dicapai 18 siswa atau sebesar 45% dari jumlah keseluruhan siswa, siswa yang berada pada kategori cukup dan kurang tidak ada. Pada siklus II, siswa sudah mampu merumuskan tema dan amanat dalam menulis cerpen. Hal ini merupakan suatu peningkatan yang baik. Seperti halnya
93
94
pada siklus I, pada siklus II ini pun tema dan amanat dapat mengambilnya dari teks lagu yang digunakan media dalam menulis cerpen.
4.1.3.1.2 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus II Penilaian tes pada aspek alur masih difokuskan pada keterampilan siswa dalam menciptakan alur yang menarik dan sesuai dengan teks lagu yang digunakan sebagai media pembelajaran dalam menulis cerpen. Hasil penilaian tes pada aspek alur dapat dilihat pada tabel 16 berikut. Tabel 16 Perolehan Skor Aspek Alur No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 16-20 11-15 6-10 0-5
Frekuensi
Persentase
13 24 3 -
Bobot Skor 215 321 30 -
40
566
100
32,5 60 7,5 -
Rata-rata 566 40 = 14,15
X =
Data tabel 16 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek alur dalam menulis cerpen yaitu sebesar 14,15. hasil ini termasuk dalam kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam menciptakan alur yang menarik dan sesuai dengan teks lagu yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran menulis cerpen sudah baik. Siswa yang memperoleh kategori nilai sangat baik sebanyak 13 siswa atau sebesar 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Adapun siswa yang memperoleh kategori nilai baik yaitu sebanyak 24 siswa atau sebesar 60% dari jumlah keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh kategori nilai cukup sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang berada pada kategori kurang tidak ada (0%).
94
95
4.1.3.1.3 Perolehan Skor Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus II Hasil penilaian tes pada aspek tokoh dan penokohan dapat dilihat pada tabel 17 berikut Tabel 17 Perolehan Skor Aspek Tokoh dan Penokohan No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Rentang Nilai 16-20 11-15 6-10 0-5
Jumlah
Frekuensi
Persentase
26 14 -
Bobot Skor 420 192 -
40
612
100
Rata-rata
65 35 -
612 40 = 15,03
X =
Data pada tabel 17 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek tokoh dan penokohan yaitu sebesar 15,30 atau termasuk pada kategori baik. Hal ini berarti siswa sudah mampu menentukan tokoh dan dapat menggambarkan tokoh-tokohnya dengan sudah baik. Pada aspek tokoh dan penokohan sudah tidak ada yang mendapat kategori nilai cukup dan kurang. Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai oleh 26 siswa atau sebesar 65% dari jumlah keseluruhan siswa, perolehan nilai dalam kategori baik sebanyak 14 siswa atau sebesar 35% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang memperoleh kategori nilai cukup dan kurang tidak ada (0%). Pada aspek tokoh dan penokohan ini ada perubahan yang baik. Pada siklus II ini, siswa tidak lagi mengalami kebingungan dalam menentukan tokoh dan menggambarkan penokohannya.
4.1.3.1.4 Perolehan Skor Aspek Latar Siklus II 95
96
Penilaian tes pada aspek latar masih difokuskan pada ketepatan dalam memilih latar sesuai dengan situasi dan kondisi dalam cerpen. Hasil penilaian tes pada aspek latar dapat dilihat pada tabel 18 berikut. Tabel 18 Perolehan Skor Aspek Latar No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi
Persentase
30 10 -
Bobot Skor 270 76 -
40
346
100
75 25 -
Rata-rata 346 40 = 8,65
X =
Data tabel 18 menunjukkan nilai rata-rata skor pada aspek latar yaitu sebesar 8,65 atau termasuk dalam kategori baik. Pada aspek latar ini, sudah tidak ada siswa yang berada pada kategori nilai cukup dan kurang. Adapun perincian perolehan nilai tersebut adalah sebagai berikut: perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai oleh 30 siswa atau sebesar 75% dari jumlah keseluruhan siswa, perolehan nilai dalam kategori baik dicapai oleh 10 siswa atau sebesar 25% dari jumlah keseluruhan siswa, perolehan nilai pada kategori cukup dan kurang tidak ada (0%). Pada siklus II ini sebagian besar siswa sudah dapat memilih latar yang sesuai dengan situasi dan kondisi sesuai dengan cerita yang dibuat siswa dalam menulis cerpen.
4.1.3.1.5 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa Siklus II
96
97
Penilaian tes pada aspek diksi dan gaya bahasa masih difokuskan pada kesesuaian pemilihan diksi dan gaya bahasa dengan konteksnya. Hasil penilaian tes pada aspek diksi dan gaya bahasa dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19 Perolehan Skor Aspek Diksi dan Gaya Bahasa No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi
Persentase
9 21 -
Bobot Skor 81 237 -
40
318
100
22,5 52,5 -
Rata-rata 318 40 = 7,95
X =
Data pada tabel 18 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek diksi dan gaya bahasa dalam menulis cerpen yaitu sebesar 7,95. Hasil ini termasuk dalam kategori baik, artinya keterampilan siswa dalam memilih diksi dan gaya bahasa yang sesuai dengan konteksnya sudah baik. Siswa yang memperoleh kategori nilai sangat baik sebanyak 9 siswa atau sebesar 22,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Adapun siswa yang memperoleh kategori nilai baik yaitu sebanyak 21 siswa atau sebesar 52,5% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup dan kategori kurang tidak ada. Pada aspek diksi dan gaya bahasa dalam menulis cerpen ini, sebagian besar siswa sudah dapat menggunakan diksi dan gaya bahasa yang tepat. Pada siklus II ini, sebagian besar siswa menggunakan diksi dan gaya bahasa yang sesuai dengan konteks yang dibuatnya dalam menulis cerpen.
4.1.3.1.6 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang Siklus II 97
98
Hasil penilaian tes pada aspek sudut pandang dapat dilihat pada tabel 20 berikut. Tabel 20 Perolehan Skor Aspek Sudut Pandang No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 9-10 6-8 3-5 0-2
Frekuensi
Persentase
22 18 -
Bobot Skor 198 141 -
40
339
100
55 45 -
Rata-rata
339 40 = 8,48
X =
Data tabel 20 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek sudut pandang yaitu sebesar 8,48 atau termasuk dalam kategori baik. Hal ini berarti keterampilan siswa dalam menggunakan sudut pandang dalam menggambarkan tokoh dalam menulis cerpen sudah baik. Perolehan nilai dalam kategori sangat baik dicapai oleh 22 siswa atau sebesar 55% dari jumlah keseluruhan siswa. Kategori baik dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 45% dari jumlah keseluruhan siswa. Siswa yang berada pada kategori cukup dan kategori kurang tidak ada. Pada siklus II, siswa sudah mampu menggunakan sudut pandang yang tepat dalam menggambarkan tokoh dalam menulis cerpen. Hal ini merupakan suatu peningkatan yang baik. Dengan kata lain, tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam cerpen digambarkan dengan jelas.
98
99
4.1.3.1.7 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen Siklus II Hasil penilaian tes pada aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen dalam menulis cerpen dapat dilihat pada tabel 20 berikut. Tabel 21 Perolehan Skor Aspek Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen No
Kategori
1. 2. 3. 4.
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Nilai 16-20 11-15 6-10 0-5
Frekuensi
Persentase
14 23 3 -
Bobot Skor 228 316 30 -
40
574
100
35 57,5 7,5 -
Rata-rata
574 40 = 14,35
X =
Data pada tabel 21 menunjukkan nilai rata-rata skor yang dicapai dalam aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen yaitu sebesar 14,35 atau termasuk pada kategori baik. Hal ini berarti keterampilan siswa dalam menulis cerpen dengan unsur-unsur pembangunnya yang padu sudah baik. Perolehan nilai dalam kategori yang sangat baik dicapai oleh 14 siswa atau sebesar 35% dari jumlah keseluruhan siswa. Perolehan nilai dalam kategori baik sebanyak 23 siswa atau sebesar 57,5% dari jumlah keseluruhan siswa, perolehan nilai dalam kategori cukup dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah keseluruhan, sedangkan siswa yang memperoleh nilai dalam kategori kurang tidak ada (0%).Pada aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sudah baik. Pada siklus II ini, siswa tidak lagi mengalami kebingungan dalam menentukan salah satu unsur pembangun cerpen dalam menulis cerpen.
99
100
4.1.3.2 Hasil Nontes Siklus II Hasil penelitian nontes pada siklus II ini masih diperoleh dari data observasi, jurnal, angket, wawancara, dan dokumentasi. Keempat hasil nontes tersebut dijelaskan sebagai berikut.
4.1.3.2.1 Hasil Observasi Siswa Siklus II Berdasarkan pengamatan peneliti, secara keseluruhan proses pembelajaran menulis cerpen pada siklus II ini dapat dikatakan baik karena jumlah siswa yang melakukan perilaku negatif telah berkurang. Pada siklus II, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi melalui kegiatan observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, guru (peneliti) merasakan adanya perubahan pada prilaku siswa. Pada saat guru menjelaskan materi tentang cerpen, sebagian siswa menunjukkan perilaku yang positif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar siswa atau sebanyak 38 siswa atau sebesar 95% dari jumlah keseluruhan siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Sisanya sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa kurang merespon penjelasan guru. Dari jumlah ini berarti terjadi peningkatan siswa yang berperilaku positif. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru berdasarkan pengamatan peneliti siswa yang memperhatikan merupakan siswa yang pada siklus I mendapat nilai baik, tetapi ada juga beberapa siswa yang pada siklus I kurang memperhatikan di siklus II ini memperhatikan penjelasan guru.
100
101
Siswa yang aktif bertanya pada siklus II ini sebanyak 7 siswa atau sebesar 17,5% dari jumlah keseluruhan siswa dan yang tidak berani mengajukan pertanyaan kepada peneliti yaitu sebanyak 33 siswa atau sebesar 82,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Siswa yang kurang berani mengajukan pertanyaan kepada guru disebabkan kurang percaya diri, dan ada pula yang memang sudah paham dengan materi menulis cerpen. Sebanyak 36 siswa atau sebesar 90% dari jumlah keseluruhan siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Sisanya sebanyak 4 siswa atau sebesar 10% dari jumlah keseluruhan siswa yang tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Mereka asyik bercanda dengan teman sebangkunya dan enggan mempelajari teks lagu yang diberikan oleh guru sebagai media dalam membelajarkan menulis cerpen. Seperti halnya pada siklus I, hal yang paling penting dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan mengenai menulis cerpen. Sebagian besar siswa atau sebanyak 37 atau sebesar 92,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang merespons positif metode yang digunakan oleh peneliti, mereka merasa senang dapat bertanya langsung dengan guru mengenai kesulitan-kesulitan siswa dalam menulis cerpen. Siswa lebih akrab dengan peneliti karena pada siklus II ini merupakan pertemuan untuk ketiga kalinya sehingga siswa tidak lagi merasa asing dengan guru. Sisanya 3 siswa atau sebesar 7,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang merasa kurang senang dengan metode yang digunakan guru karena seolah-olah mereka begitu diawasi oleh guru sehingga merasa cemas dan malu apabila yang dituliskannya salah. Dari data tersebut berarti terjadi peningkatan siswa yang melakukan perilaku positif. 101
102
Dari data observasi dapat dilihat terjadinya peningkatan perilaku positif siswa dalam menulis cerpen. Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 38 siswa atau sebesar 95% dari jumlah keseluruhan siswa yang merasa lebih bersenang hati dalam menulis cerpen. Sisanya sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% yang kurang bersenang hati dalam menulis cerpen. Hal ini disebabkan siswa kurang berminat dalam menulis cerpen. Sebanyak 13 siswa atau sebesar 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang dapat dengan cepat menyelesaikan tugas menulis cerpennya dengan baik. Hal ini disebabkan karena mereka lebih terbiasa menulis cerpen dan lebih mudah menuangkan kata-kata ke dalam cerpen. Sisanya 27 siswa atau sebesar 67,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang kurang begitu cepat dalam menyelesaikan tugas menulis cerpen. Namun mereka dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan tepat sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam memberikan komentar terhadap pembacaan cerpen temannya di depan kelas pada siklus II ini juga mengalami peningkatan. Pada siklus II ini sebanyak 5 siswa atau sebesar 12,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang berani memberikan komentar terhadap pembacaan cerpen milik temannya. Sisanya sebanyak 35 siswa atau 87,% dari jumlah keseluruhan siswa kurang berani memberikan komentar terhadap hasil penulisan cerpen temannya. Hal tersebut disebabkan siswa kurang berani mengungkapkan pendapatnya mengenai cerpen. Proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat berjalan dengan lancar. Siswa yang pada siklus I melakukan perilaku negatif dalam siklus II ini lebih banyak berperilaku positif.
102
103
Suasana kelas terlihat lebih tertib daripada pada siklus yang ke II. Siswa yang berperilaku negatif seperti sering bergurau dengan temannya, berbicara dengan temannya, serta siswa yang sering mondar-mandir atau berjalan jalan pada saat pembelajaran menulis cerpen berlangsung berkurang. Sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa yang bergurau dan berbicara dengan teman sebangkunya. Sisanya sebesar 38 siswa atau sebesar 95 dari jumlah keseluruhan siswa. Dan siswa yang melakukan perilaku negatif yaitu mondarmandir atau jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas tidak ada. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II ini. Perilakuperilaku negatif siswa dapat dikurangi sehingga pembelajaran ini dapat berhasil . 4.1.3.2.1.2 Hasil Observasi Kelas Siklus II Berdasarkan hasil observasi kelas, secara keseluruhan keaktifan siswa pada pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu siklus II ini sudah cukup baik. Begitu juga dengan keterampilan guru atau peneliti dalam mengajarkan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Kesungguhan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru pada siklus II ini sudah baik, siswa sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan siswa juga terlihat pada saat siswa menulis cerpen, mereka terlihat serius dalam mengerjakannya. Kesungguhan siswa ini juga mencerminkan perilaku yang baik dalam mengerjakan tugas. Suasana kelas pun sangat mendukung, suasana yang tenang, tidak ramai sehingga siswa dapat menulis cerpen dengan baik. 103
104
Keterampilan guru dalam membuka pelajaran, keterampilan menggunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, keterampilan mengelola kelas, keterampilan memberikan umpan balik atau bertanya sudah cukup baik. Keterampilan guru dalam menjalin komunikasi dengan siswa dan keterampilan guru memberikan motivasi dalam menulis cerpen juga sudah cukup baik. Hal ini disebabkan guru sudah lebih mengenal siswa sehingga komunikasi guru dengan siswa lebih baik daripada pada siklus I.
4.1.3.2.2 Hasil Jurnal Siklus II Aspek yang ada dalam jurnal siswa siklus II masih sama dengan aspek yang ada pada siklus I. Jurnal ini juga diisi setelah pembelajaran menulis cerpen. Jurnal pada siklus II terdiri atas dua jurnal yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Adapun hasil jurnal siklus II diuraikan sebagai berikut.
4.1.3.2.2.1 Jurnal Siswa Siklus II Materi menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu merupakan materi yang disenangi siswa hampir seluruh siswa menyatakan bahwa dengan materi tersebut materi dapat mengungkapkan perasaan, pengalaman siswa. Selain itu siswa juga dapat melatih keterampilan menulis mereka. Berdasarkan pendapat ini peneliti menilai bahwa metode latihan terbimbing dengan media teks lagu selain dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen juga dapat menari minat siswa untuk terus menulis cerpen.
104
105
Pada aspek yang kedua mengenai kesulitan siswa dalam menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Pada siklus II ini sudah banyak siswa yang tidak lagi mengalami kesulitan dalam menulis cerpen. Namun dari jurnal yang diperoleh masih ada juga siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menulis cerpen. Kesulitan tersebut seperti siswa masih ada yang kesulitan mengembangkan ide dan kurang dapat mengungkapkan ide yang ada dalam pikiran mereka ke dalam cerpen. Pada dasarnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi dengan banyak latihan menulis cerpen. Guru hendaknya memberikan motivasi pada siswa untuk membiasakan menulis cerpen selain di sekolah sehingga siswa dapat terampil dalam menulis cerpen. Aspek berikutnya adalah mengenai metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen. Hampir seluruh siswa berpendapat bahwa metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen. Menurut mereka dengan metode ini siswa dapat menulis cerpen dengan baik karena kesulitan-kesulitan yang dialami mereka bisa langsung ditanyakan pada guru dan teks lagu yang digunakan sebagai media dalam menulis cerpen juga dapat membantu siswa dalam menulis cerpen. Berdasarkan jurnal siswa siklus II pada aspek yang ketiga mereka berpendapat bahwa melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu siswa dapat memahami materi menulis cerpen. Hal tersebut disebabkan siswa merasa terbantu dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh guru serta media yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen.
105
106
Pesan dan kesan yang diberikan oleh siswa yaitu semoga metode latihan terbimbing dengan media teks lagu tetap digunakan dalam membelajarkan menulis cerpen. Siswa juga mengungkapkan kesannya yaitu bahwa menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu lebih menyenangkan dan dapat lebih memahami materi menulis cerpen.
4.1.3.2.2.2 Jurnal Guru Siklus II Seperti yang dipaparkan di dalam jurnal siswa, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu sudah cukup baik. Siswa merasa senang menerima pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Hal ini dapat terlihat ketika siswa menulis cerpen dengan serius. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen sudah baik. Mereka tak lagi segan bertanya kepada guru apabila merasa kesulitan. Perilaku negatif yang biasa dilakukan seperti bergurau dan jalan-jalan ketika proses pembelajaran menulis cerpen sudah tidak lagi dilakukannya. Fenomena-fenomena yang lain pada saat pembelajaran berlangsung adalah ada siswa yang bertanya lagu-lagu lain, selain lagu yang digunakan oleh guru dapat dijadikan sebagai media dalam menulis cerpen atau tidak, dan guru pun langsung menjawab pertanyaan tersebut kalau lagu-lagu selain yang digunakan oleh guru sebagai media dalam menulis cerpen dapat digunakan siswa sebagai media dalam menulis cerpen. 4.1.2.2.3 Hasil Wawancara Siklus II
106
107
Pada siklus II ini jumlah siswa yang diwawancarai ada 4 siswa (1 siswa yang mendapat nilai baik, 1 siswa yang mendapat nilai baik, dan 2 siswa yang mendapat nilai cukup). Wawancara ini dilakukan tiga hari setelah pembelajaran menulis buku harian dilaksanakan Empat
siswa
yang
diwawancarai
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
menyatakan
senang
terhadap
Siswa yang mendapat nilai baik
menyatakan bahwa dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat mempermudah siswa dalam menulis cerpen, media yang digunakan juga sangat cocok dengan pengalaman pribadinya dan dari teks lagu tersebut ia hanya mengembangkan saja sehingga alurnya jelas. Pada pertanyaan yang kedua, dari keempat siswa yang diwawancarai menyatakan mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru. Satu siswa yang mendapat nilai cukup menyatakan mampu memahami materi tetapi siswa tersebut sulit untuk mengungkapkan pikirannya dengan kata-kata. Aspek wawancara yang ketiga adalah motivasi yang didapatkan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi. Menurut mereka pelajaran yang sekarang lebih menyenangkan, karena teks lagu yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran dapat memberikan hiburan. Dari keempat siswa tersebut menyatakan termotivasi untuk belajar menulis setelah mengalami proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
107
108
Aspek yang keempat adalah mengenai teks lagu yang digunakan oleh guru dapat memberikan ide untuk membuat cerpen. Dari keempat siswa siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa teks lagu yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing karena dalam teks lagu tersebut merupakan pengalaman yang pernah dialami siswa. Aspek yang kelima yaitu mengenai pengaruh suasana kelas terhadap proses pembelajaran di kelas. Keempat siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa suasana kelas sangat terpengaruh terhadap proses pembelajaran. Apabila suasana kelas ramai maka siswa tidak bisa berkonsentrasi menulis cerpen. Aspek wawancara selanjutnya yaitu mengenai metode latihan terbimbing dapat membantu siswa dalam menulis cerpen. Dari keempat siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka sangat terbantu, karena mereka dapat menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru. Aspek yang ketujuh dan kedelapan yaitu mengenai kesulitan siswa dalam menulis cerpen. Semua siswa yang diwawancarai menyatakan masih merasa kesulitan dalam membuat cerpen. Kesulitan yang mereka hadapi rata-rata mengenai pembuatan cerita yang lebih menarik. Aspek yang kesembilan yaitu mengenai metode latihan terbimbing dengan media teks lagu yang digunakan oleh guru dapat membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa. Dari keempat siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa metode tersebut dapat mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam menulis cerpen.
108
109
Aspek yang terakhir yaitu mengenai manfaat yang mereka dapatkan setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Manfaat yang mereka dapatkan adalah dapat membantu mereka memahami materi cerpen dengan baik dan mempermudah mereka dalam menulis cerpen. Selain itu mereka menyatakan bahwa mereka setelah pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, mereka lebih senang mengungkapkan pengalaman mereka ke dalam sebuah cerpen.
4.1.2.2.4 Hasil Angket Siklus II Angket di dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Hasil angket pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 22. Perolehan Angket siklus I Aspek ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SS ∑ 29 14 13 21 16 14 14 22 18 11
S % 72,5 35 32,5 52,5 40 35 35 55 45 27,5
∑ 11 25 26 17 22 24 16 16 20 24
KS % 27,5 62,5 65 42.5 55 60 40 40 50 60
∑ 1 1 2 2 2 10 2 2 5
% 2,5 2,5 5 5 5 25 5 5 12,5
TS ∑ -
STS % -
∑ -
% -
Pada tabel 22 dapat dilihat, jumlah siswa yang memilih SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat
109
110
Tidak Setuju) pada setiap aspek angket. Pada aspek pertama ada 2 siswa atau sebesar 60% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan sangat setuju bahwa keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar. Sebanyak 11 siswa atau sebesar 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan setuju. Siswa menyatakan kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Hal ini berarti bahwa kebanyakan siswa menyetujui bahwa keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas. Pada aspek kedua, sebanyak 14 siswa atau sebesar 35% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan bahwa mereka merasa sangat senang terhadap cara guru menerangkan, 25 siswa atau sebesar 57,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan senang, dan 1 siswa atau 2,5% dari jumlah keseluruhan siswa merasa kurang senang. Siswa yang menyatakan tidak senang sekali tidak ada (0%). Hal ini berarti sebagian besar siswa merasa senang terhadap cara guru menerangkan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Pada aspek yang ketiga, siswa yang sangat senang terhadap metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, ada 13 siswa atau sebanyak 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Sebanyak 26 siswa atau sebesar 65% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan senang terhadap metode yang digunakan guru. Hanya 1 siswa atau 2,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan kurang senang terhadap metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang terhadap metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen. 110
111
Pada aspek keempat ini diperoleh data, sebanyak 21 siswa atau sebesar 52,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan sangat senang terhadap metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk menulis cerpen. Sebanyak 17 siswa atau sebesar 42,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka senang terhadap metode yang digunakan guru yang dapat memotivasi siswa untuk menulis cerpen, siswa yang menyatakan kurang senang sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang terhadap metode yang digunakan guru yang dapat memotivasi siswa untuk menulis cerpen, tidak ada (0%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam menulis cerpen. Berkaitan dengan metode pembelajaran, pada aspek ini diperoleh siswa yang sangat paham dengan materi pembelajaran menulis cerpen, sebanyak 16 siswa atau sebesar 32,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan sangat setuju, sebanyak 22 siswa atau sebesar 55% dari jumlah keseluruhan siswa dapat memahami materi pembelajaran menulis cerpen. Ada 2 siswa atau sebesar 2,5% siswa yang kurang memahami materi pembelajaran menulis cerpen, sedangkan siswa yang tidak dapat memahami meteri pembelajaran menulis cerpen tidak ada (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa memahami materi pembelajaran menulis cerpen dengan baik walaupun ada siswa yang menyatakan kurang setuju. Pada aspek yang keenam ini, sebanyak 14 siswa atau sebesar 35% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan sangat senang terhadap media yang 111
112
digunakan guru untuk menulis cerpen, sebanyak 24 siswa atau sebesar 60% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan setuju. Sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan kurang senang terhadap media yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang sekali tidak ada (0%). Perolehan hasil ini berarti sebagian besar siswa senang terhadap media yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan cerpen. Aspek berikutnya yaitu aspek yang ketujuh. Pada aspek ini diperoleh 14 siswa atau sebesar 35% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa suasana kelas sangat mempengaruhi pemahaman siswa mengenai materi menulis cerpen, 16 siswa atau sebesar 40% menyatakan suasana kelas mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi menulis cerpen, sebanyak 10 siswa atau sebesar 25% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa suasana kelas kurang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak setuju bahwa suasana kelas dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa menginginkan suasana kelas yang nyaman pada saat menulis cerpen, meskipun ada beberapa siswa yang menyatakan tidak terpengaruh dengan suasana kelas. Aspek berikutnya masih berkaitan dengan metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Pada aspek ini diperoleh 22 siswa atau sebesar 55% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka sangat senang terhadap metode yang menarik perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sebanyak 16 siswa atau 40% dari jumlah keseluruhan siswa
112
113
menyatakan bahwa mereka merasa senang terhadap metode yang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran, sebanyak 2 siswa atau sebesar5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa kurang senang terhadap penggunaan metode yang dapat menarik perhatian siswa. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak senang dan sangat tidak senang tidak ada. Hal ini berarti siswa senang terhadap metode yang dapat menarik perhatian mereka. Selanjutnya aspek yang kesembilan, yaitu pendapat siswa mengenai kebiasaan siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan dan perasaannya ke dalam sebuah cerpen banyak manfaatnya, ada 18 siswa atau sebesar 45% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan bahwa mereka sangat setuju. Sebanyak 20 siswa atau sebesar 50% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan setuju, sedangkan sisanya yaitu 2 siswa atau sebanyak 5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan kurang setuju. Sedangkan siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebiasaan mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan ke dalam cerpen banyak manfaatnya. Selain siswa senang terhadap metode dan media yang dihadirkan guru dalam pembelajaran menulis cerpen, siswa juga merasa senang terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Sebanyak 11 siswa atau 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang menyatakan sangat senang, sebanyak 24 siswa atau sebesar 60% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan senang, dan sebanyak 5 siswa atau sebesar 12,5% dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan kurang senang terhadap pembelajaran yang dilakukan guru (peneliti). Sedangkan siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa senang terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. 113
114
4.1.3.2.4 Dokumentasi Foto Pada siklus II ini, pengambilan foto difokuskan pada kegiatan selama proses pembelajaran menulis cerpen yang berupa aktivitas menulis cerpen pada siklus II, aktivitas guru mengadakan latihan terbimbing, dan aktivitas siswa yang sedang membacakan cerpen di depan kelas.
Gambar 5. Aktivitas Awal Pembelajaran Siklus II Gambar di atas diambil pada saat siswa mendengarkan penjelasan guru, yaitu pada saat guru menjelaskan kesulitan-kesulitan pembelajaran pada siklus I dan mengevaluasi kegiatan pada siklus I. Pada gambar tersebut sebagian besar siswa sudah menunjukkan perilaku yang positif, yaitu memperhatikan penjelasan guru dengan seksama, tetapi masih ada sebagian kecil dari jumlah siswa yang masih menunjukkan perilaku yang negatif.
114
115
Gambar 6. Aktivitas Menulis Cerpen Siklus II Gambar tersebut menunjukkan aktivitas siswa pada saat mengerjakan tugas dari guru, yaitu menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siklus II. Kegiatan ini diambil sebagai penilaian tes menulis cerpen pada siklus II. Berdasarkan gambar tersebut, siswa tampak segera menulis cerpen dengan sungguh-sungguh. Tidak ada lagi siswa yang terlihat menunjukkan perilaku negatif dalam menulis cerpen seperti yang terjadi pada siklus I. Semua siswa terlihat serius dan mengerjakan tugas menulis cerpen, dilakukan sendiri, tidak mencontoh pekerjaan temannya. Hal ini merupakan peningkatan dari siswa yaitu adanya perubahan perilaku yang positif.
115
116
Gambar 7. Aktivitas Guru Membimbing Siswa Menulis Cerpen Siklus II Pada gambar 7 menunjukkan aktivitas guru dalam memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Seperti pada siklus I guru berkeliling untuk melihat aktivitas siswa dalam menulis cerpen. Siswa yang bertanya kepada guru jumlahnya meningkat daripada pada siklus I. Siswa sudah mulai akrab dengan guru sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi langsung ditanyakan pada guru.
Gambar 8. Aktivitas Siswa membacakan Cerpen Siklus II
116
117
Gambar tersebut menunjukkan aktivitas siswa yang sedang membacakan hasil cerpen yang ditulisnya di depan kelas. Siswa yang lain mendengarkan pembacaan cerpen tersebut, dan memperhatikan cerpen hasil karya temannya agar dapat dinilai atau dikomentari. Dalam kegiatan ini suasana kelas sedikit ramai karena cerpen yang dibacakan di depan kelas merupakan pengalaman siswa kebanyakan temannya juga sudah mengetahuinya.
4.2 Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini meliputi pembahasan mengenai peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dan perubahan perilaku siswa tersebut. Pembahasan ini didasarkan pada hasil pratindakan, hasil tindakan siklus I, dan hasil tindakan siklus II.
4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang Sebelum pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dilakukan, terlebih dahulu dilakukan tes pratindakan. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal keterampilan siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Pemalang dalam menulis cerpen. Hasil pratindakan ini dianalisis dan diperoleh sebuah simpulan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Pemalang masih kurang memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 61,30. 117
118
keterampilan siswa dalam menentukan tema dan amanat, membuat alur, menentukan tokoh dan penokohan, menentukan latar, menggunakan diksi dan gaya bahasa, menentukan sudut pandang, dan keterpaduan unsur-unsur dalam cerpen termasuk dalam kategori cukup. Setelah peneliti melihat kondisi awal keterampilan siswa menulis cerpen melalui hasil pratindakan tersebut, maka peneliti melakukan pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Setelah dilakukan pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siklus I, keterampilan menulis cerpen siswa mengalami peningkatan sebesar 11,94%. Nilai rata-rata yang dicapai pada siklus I sebesar 68,62 yang berarti bahwa pada siklus I keterampilan menulis cerpen siswa sudah cukup baik. Hal ini juga ditandai dengan peningkatan penguasaan aspek tema dan amanat sebesar 1,35%, peningkatan penguasaan aspek alur sebesar 1,12%, peningkatan penguasaan aspek tokoh dan penokohan, sebesar 1,93, peningkatan penguasaan aspek latar sebesar 0,20%, peningkatan penguasaan aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 0,43%, peningkatan penguasaan aspek sudut pandang sebesar 0,20%, dan peningkatan penguasaan aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sebesar 1,70%. Meskipun pembelajaran siklus I telah dioptimalkan perencanaan dan pelaksanaannya melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, namun hasil tes yang diperoleh siswa pada siklus ini belum memuaskan dan belum memenuhi target. Hal ini karena sebagian besar siswa
masih
mengalami
kesulitan
menulis
cerpen
terutama
dalam
mengembangkan kerangka cerpen yang ada dalam teks lagu dan menuangkan ide yang ada dalam pikiran mereka.
118
119
Setelah dilaksanakan pembelajaran melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siklus II dengan tema yang masih sama, ternyata kesulitan siswa dalam mengembangkan kerangka cerpen dan mengungkapkan ide ke dalam sebuah cerpen dapat diatasi. Dan hasil siklus II mengalami peningkatan dari hasil tes siklus I, peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 23. Perolehan Nilai Rata-Rata dan Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Aspek Nilai Rata-rata Kelas PT
SI
SII
Peningkatan PT –
(%)
SI 1
2
3
4
5
6
7
Nilai Ratarata
6,50
7,85
8,18
= 65
= 79
= 82
11,78
12,90
15,30
= 60
= 65
= 77
11,75
13,68
14,15
= 59
= 69
= 71
7,03
7,23
8,65
= 70
= 72
= 87
6,15
6,58
7,95
= 62
= 66
= 80
7,10
7,30
8,48
= 71
= 73
= 85
11,38
13,08
14,35
= 60
= 65
= 72
61,30
68,62
77,05
= 61
= 69
= 77
SI-
(%)
SII
PT-
(%)
SII
1,35
20,77
0,33
4,20
1,68
20,54
1,12
9,51
2,40
18,60
3,52
23,01
1,93
16,43
0,47
3,44
2,40
16,96
0,20
2,84
1,42
19,64
1,62
18,73
0,43
6,99
1,37
20,82
1,80
22,64
0,20
2,82
1,18
16,16
1,38
16,27
0,70
6,15
1,27
9,71
2,97
20,70
7,32
11,94
8,43
12,29
15,75
20,44
119
120
Keterangan: PT = Pratindakan SI = Siklus I SII = Siklus II 1 = Tema dan Amanat 2 = Alur 3 = Tokoh dan Penokohan 4 = Latar 5 = Diksi dan Gaya Bahasa 6 = Sudut Pandang 7 = Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan siswa setiap aspek penilaian menulis cerpen mengalami peningkatan. Uraian tabel tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut. Pada hasil pratindakan, skor rata-rata kelas mencapai 63,19 termasuk dalam kategori cukup. Skor rata-rata ini berasal dari jumlah rata-rata masingmasing aspek yang dinilai. Pada pratindakan, perolehan nilai rata-rata kelas aspek tema dan amanat sebesar 65 (termasuk kategori cukup), aspek alur sebesar 58,9 (termasuk kategori kurang), aspek tokoh dan penokohan sebesar 58,75 (termasuk kategori kurang), aspek latar sebesar 70,3 (termasuk kategori cukup), aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 61,5 (termasuk kategori cukup), aspek sudut pandang sebesar 71 (termasuk kategori cukup), dan aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sebesar 63,19 (termasuk kategori cukup). Keterampilan siswa dalam menulis cerpen masih rendah disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini dapat dilihat pada keterampilan siswa dalam aspek bahasa dan nonkebahasaan yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes yang belum menunjukkan hasil yang memuaskan (belum mencapai kategori baik). Adapun faktor eksternal berasal dari pola pembelajaran 120
121
guru yang masih tradisional dan kurang bervariasi. Pola pembelajaran yang lebih mengutamakan teori, ceramah, monoton, dan terkesan hanya mengejar materi pelajaran tanpa pertimbangan pengalaman yang akan didapatkan siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya, hasil tes menulis cerpen siklus I dengan rata-rata skor klasikal mencapai 69,7 dan termasuk kategori cukup. Hasil ini mengalami peningkatan sebesar 7,32% dari hasil pratindakan. Meskipun hasil ini sudah mengalami peningkatan, tetapi nilai rata-rata ini belum mencapai target nilai yang telah ditetapkan. Skor ini juga diperoleh dari penjumlahan tujuh aspek penilaian. Perolehan aspek tema dan amanat sebesar 78,5 (termasuk kategori baik), aspek alur sebesar 67,5 (termasuk kategori cukup), aspek tokoh dan penokohan sebesar 68,4 (termasuk kategori baik), aspek latar sebesar 72,3 (termasuk kategori cukup), aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 65,8 (termasuk kategori cukup), aspek sudut pandang sebesar 73 (termasuk kategori cukup), dan aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sebesar 65,4 (termasuk kategori baik). Adapun peningkatan tiap aspek penilaian siklus I terhadap nilai rata-rata tiap aspek penilaian pratindakan yaitu (1) aspek tema dan amanat meningkat sebesar 20,77% dari skor pratindakan, (2) aspek alur meningkat sebesar 9,51% dari skor pratindakan, (3) aspek tokoh dan penokohan meningkat sebesar 16,43% dari skor pratindakan, (4) aspek latar meningkat sebesar 2,84% dari skor pratindakan, (5) aspek diksi dan gaya bahasa meningkat sebesar 6,99% dari skor pratindakan, (6) aspek sudut pandang meningkat sebesar 2,82% dari skor pratindakan, dan aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen meningkat sebesar 14,94% dari skor pratindakan.
121
122
Nilai pada aspek menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang semua mengalami peningkatan dari hasil pratindakan. Pada aspek tema dan amanat, siswa sudah bisa mengaplikasikan tema dan amanat berdasarkan teks lagu yang digunakan sebagai media sudah cukup baik, walaupun ada beberapa siswa yang menyimpang dari tema yang telah ada dalam teks lagu. Pada aspek alur siswa sudah banyak mengalami peningkatan karena alur dalam menulis cerpen sudah ada, jadi siswa lumayan tidak mengalami kesulitan. Aspek tokoh dan penokohan siswa juga sudah dapat menghadirkan tokoh dengan karakternya yang menarik, namun masih ada beberapa siswa yang belum bisa menghadirkan tokoh dengan karakternya yang menarik. Pada aspek latar siswa sudah dapat menentukan latar yang cocok sesuai dengan situasi dan kondisi dalam cerpen yang ditulisnya. Pada aspek diksi dan gaya bahasa siswa sudah dapat menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteksnya. Pada aspek sudut pandang siswa sudah bisa menggunakan kata ganti untuk menjelaskan tokoh dengan baik. Pada aspek yang terakhir yaitu kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen siswa sudah cukup baik dalam menulis cerpen, terbukti dengan hasil cerpen yang cukup menarik. Berdasarkan pada uraian di atas, peningkatan skor rata-rata dari pratindakan ke siklus I yang paling besar yaitu pada aspek yang kedua yaitu alur. Hal ini terjadi karena pembuatan alur dalam menulis cerpen berdasarkan teks lagu yang digunakan sebagai media dalam metode latihan terbimbing pembelajaran menulis cerpen. Adapun peningkatan skor rata-rata dari pratindakan ke siklus I yang paling kecil yaitu pada aspek sudut pandang, hal ini disebabkan siswa mengabaikan aspek ini dan menganggapnya mudah.
122
123
Berikutnya, pada hasil tes menulis cerpen siklus II, diperoleh nilai rata-rata kelas 78,8 dan termasuk dalam kategori baik. Pencapaian skor ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang dapat dikatakan berhasil karena sudah mencapai target yaitu berada pada kategori baik. Dengan demikian tindakan siklus III, tidak perlu dilakukan. Perolehan skor aspek tema dan amanat sebesar 81,8 (termasuk kategori baik), aspek alur sebesar 76,5 (termasuk kategori baik), aspek tokoh dan penokohan sebesar 70,75 (termasuk kategori baik), aspek latar sebesar 86,5 (termasuk kategori baik), aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 79,5 (termasuk kategori baik), aspek sudut pandang sebesar 84,8 (termasuk kategori baik), dan aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sebesar 71,75 (termasuk kategori cukup). Adapun peningkatan tiap aspek penilaian siklus II terhadap nilai rata-rata tiap aspek penilaian siklus I yaitu (1) aspek tema dan amanat meningkat sebesar 4,20% dari skor siklus I, (2) aspek alur meningkat sebesar 18,60% dari skor siklus I, (3) aspek tokoh dan penokohan meningkat sebesar 3,44% dari skor siklus I, (4) aspek latar meningkat sebesar 19,64% dari skor siklus I, (5) aspek diksi dan gaya bahasa meningkat sebesar 20,82% dari skor siklus I, (6) aspek sudut pandang meningkat sebesar 16,16% dari skor siklus I, dan aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen meningkat sebesar 12,29% dari skor siklus I. Peningkatan skor rata-rata siklus I ke siklus II yang paling besar yaitu pada aspek diksi dan gaya bahasa. Hal ini disebabkan karena pada siklus II ini siswa sudah mulai terbiasa mengungkapkan idenya dan imajinasinya ke dalam cerpen, mereka semakin terampil menggunakan kata-kata serta gaya bahasa yang tepat dalam menulis
123
124
cerpen. Adapun peningkatan skor rata-rata siklus I ke siklus II yang paling kecil yaitu pada aspek tokoh dan penokohan hal ini disebabkan pada siklus I nilai tokoh dan penokohan sudah berada pada kategori baik, jadi peningkatan pada siklus II tidak terlalu besar. Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen merupakan bukti bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat meningkatkan kualitas, kreativitas, prestasi dan efektivitas pembelajaran siswa dalam menulis cerita pendek serta dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa khususnya terhadap karya sastra yang berupa cerpen. Peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang dari pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut
80
Nilai Rata-rata
70 60 50 40 30
61
69
77
20 10 0 PT
SI
S II
Diagram batang 4. Hasil Keterampilan Menulis Cerpen pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Keterangan: 1=Sangat Baik, 2=Baik, 3=Cukup, 4=Kurang, 5=Sangat Kurang.
124
125
4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang dalam mengikuti Pembelajaran Menulis Cerpen Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai perubahan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siklus I dan siklus II. Perubahan perilaku tersebut diperoleh dari observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi foto, yang dipaparkan dalam uraian di bawah ini. Dari hasil nontes yaitu melalui observasi dapat dilihat bahwa pada siklus I siswa belum mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen dengan baik, masih ada beberapa siswa yang melakukan perilaku negatif walaupun jumlahnya lebih sedikit daripada siswa yang melakukan perilaku positif dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Hal ini dibuktikan dengan data pada hasil observasi siswa yang tercatat ada 11 atau sebesar 27,5% dari jumlah keseluruhan siswa yang berbicara dan bercanda dengan temannya pada saat proses pembelajaran menulis cerpen. Sebanyak 8 siswa atau sebesar 20% dari jumlah keseluruhan siswa yang mondar-mandir atau jalan-jalan untuk kepentingan yang tidak jelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II sudah ada perubahan perilaku siswa yaitu siswa sudah mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen dengan baik dan dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman. Siswa terlihat sangat bersungguhsungguh dalam mengikuti penjelasan dari guru, dan mereka sudah lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dibandingkan pada siklus I. Perilaku negatif pada siklus I, pada siklus II banyak berkurang. Siswa yang melakukan perilaku negatif berbicara dan bercanda dengan temannya menurun dari 11 siswa atau sebesar
125
126
27,5% dari jumlah keseluruhan siswa menjadi 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang berjalan-jalan atau mondarmandir pada saat berlangsungnya proses pembelajaran tidak ada. Berdasarkan hasil jurnal dari siklus I ke siklus II yaitu siswa semakin senang terhadap metode latihan terbimbing dengan media teks lagu yang dihadirkan guru (peneliti). Menurut sebagian besar dari jumlah siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang yang menyatakan bahwa metode tersebut dapat mempermudah mereka dalam menulis cerpen karena kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dapat diatasi dengan metode tersebut. Berdasarkan hasil angket dari siklus I ke siklus II diperoleh hasil bahwa sebagian dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan setuju bahwa metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam menulis cerpen sangat menyenangkan dan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis cerpen. Selain itu metode tersebut juga dapat memotivasi dan menumbuhkan minat bagi siswa untuk menulis cerpen. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa siswa senang dan tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Siswa juga dapat mengambil manfaat dari pembelajaran tersebut, siswa semakin tahu banyak tentang cerpen dan bagaimana menulis cerpen. Selain itu pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu siswa semakin berminat menulis cerpen. Berdasarkan hasil dokumen foto siklus I ke siklus II yaitu siswa semakin tertib dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Dari hasil foto (gambar 3)
126
127
menunjukkan aktivitas saat menulis cerpen pada siklus I, terlihat masih ada siswa yang melakukan perilaku negatif yaitu bercanda dengan temannya saat proses belajar di kelas, sedangkan pada siklus II yang ditunjukkan pada gambar 6, siswa terlihat sangat serius dalam menulis cerpen. Berdasarkan kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen mengalami peningkatan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Selain itu, terdapat perubahan perilaku yaitu dari perilaku negatif ke perilaku positif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerita pendek.
127
120
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan sebagai berikut: 1. Keterampilan menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang mengalami peningkatan sebesar 20,44% setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Hasil rata-rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 61 (hasil pembulatan ke bawah dari 61,30) dan pada siklus I diperoleh hasil rata-rata sebesar 69 (hasil pembulatan ke atas dari 68,62) kemudian pada siklus II diperoleh hasil rata-rata sebesar 77 (hasil pembulatan ke bawah dari 77,05) atau meningkat sebesar 15,75% dari siklus I. Perolehan hasil rata-rata nilai tes menulis cerpen ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang dapat meningkat dan berhasil. 2.
Perilaku siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu mengalami perubahan ke arah positif. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa yang lebih serius dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen.
120
121
5.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1. Guru bahasa dan sastra Indonesia dapat menggunakan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam membelajarkan menulis cerpen kepada siswa karena metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen dan dapat memotivasi siswa menulis cerpen. 2. Peneliti lain dapat melakukan penelitian yang serupa dengan metode yang berbeda. Selain itu, penulis memberikan saran, sebelum melakukan penelitian, peneliti lain hendaknya mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penelitian dengan matang agar dalam melakukan penelitian kesalahan-kesalahan teknis dapat diminimalisir.
121
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian tindakan kelas, yang lazim disebut PTK. Dengan demikian, penelitian ini sifatnya berbasis kelas, karena dilakukan dengan melibatkan komponen yang terdapat di dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, materi pelajaran, dan metode pembelajaran Tujuan dari penelitian ini tidak lain adalah untuk memperbaiki pembelajaran menulis dan meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Diharapkan dari penelitian ini hasil belajar dapat lebih maksimal. Empat tahapan digunakan secara sistematis dalam proses penelitian ini, dan diterapkan dalam dua siklus, yaitu proses tindakan siklus I dan proses tindakan siklus II. Keempat tahap dalam sebuah PTK dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Perencanaan
4. Refleksi
Siklus I
2. Perencanaan
2. Tindakan
3. Pengamatan
4. Refleksi
Siklus II
3. Pengamatan 40
2. Tindakan
41
Namun dalam hal ini, peneliti memerlukan kajian awal berupa renungan atau refleksi awal sebagai studi pendahuluan sebelum melakukan perencanaan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui semua gejala atau informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan demikian dalam tahap perencanaan, uraian selengkapnya dijelaskan di bawah ini.
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I Proses penelitian tindakan kelas dalam siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Proses penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
3.1.1.1 Perencanaan Tahap ini dimulai dengan refleksi awal. Kegiatan yang dilakukan berupa renungan atau pemikiran terhadap wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Kegiatan dilanjutkan dengan perencanaan pembelajaran yang dilakukan sebagai upaya memecahkan segala permasalahan yang dilakukan yang telah ditemukan pada refleksi awal, dan segala hal yang perlu dilakukan pada tahap tindakan. Dengan adanya perencanaan, tindakan pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah dan sistematis. Langkah-langkah proses perencanaan ini antara lain: (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang dilakukan guru di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan tindakan yang telah direncanakan, (2)
42
mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti media pembelajaran dan alat peraga, (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, (4) melakukan simulasi (bermain peran) pelaksanaan tindakan untuk menguji keterlaksanaan rancangan, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya.
3.1.1.2 Tindakan Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siklus I ini sesuai tindakan dengan perencanaan yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah melaksanakan proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Tindakan ini meliputi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Tahap persiapan yaitu tahap mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan guru menyapa siswa, menanyakan keadaan, memancing siswa menyampaikan hambatan yang dialami saat proses pembelajaran menulis cerpen. Tahap pelaksanaan yaitu tahap melakukan kegiatan pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Tahap ini meliputi beberapa bagian, antara lain: (1) guru memberikan materi tentang unsurunsur pembangun cerpen, (2) guru memberikan langkah-langkah dalam menulis cerpen, (3) guru memberikan teks lagu ”Dunia Milik Berdua” dinyanyikan oleh Melly Goeslow, yang dapat digunakan untuk mempermudah menentukan tema
43
dan dapat juga untuk menentukan alur dengan teks lagu tersebut, (4) siswa diminta untuk membuat cerpen dengan media teks lagu, (5) guru berkeliling untuk memberikan bimbingan kepada siswa yaitu mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan merumuskannya ke dalam tema yang sudah ada dalam teks lagu, mengarahkan siswa untuk memperhatikan tiap baris dalam lagu tersebut yang dapat digunakan sebagai kerangka karangan dari jalan cerita, berdasarkan lirik yang ada dalam teks lagu siswa diarahkan untuk dapat bermain dengan imajinasinya untuk dapat mengembangkan kerangka karangan tersebut, siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa tokoh antagonisnya, bagaimana latarnya dari mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita ditutup, (5) hasil pekerjaan siswa dikumpulkan, (6) salah satu siswa membacakan hasil pekerjaan itu untuk dijadikan contoh, (7) siswa yang lain menanggapi hasil pekerjaan temannya.
3.1.1.3 Pengamatan Pengamatan atau yang sering disebut observasi dilakukan selam proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan ini, akan diungkap segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran, baik aktivitas siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran maupun respon siswa terhadap metode dan media pembelajaran. Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes. Dalam proses pengamatan ini, data diperoleh melalui beberapa cara, antara lain (1) tes tertulis untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen siswa serta peningkatannya setelah melakukan selama dua siklus, (2) observasi siswa untuk mengetahui semua perilaku atau aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, (3) dokumentasi foto yang sangat penting sebagai laporan berupa gambaran aktivitas siswa selama penelitian. Hal ini memperkuat data yang lain,
44
yakni sebagai pemerjelas dan pendukung data yang lain. Semua data tersebut nantinya dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap.
3.1.1.4 Refleksi Refleksi di dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan kata lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Penelitian dilakukan dengan melalui dua siklus. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen pada tahap awal tindakan penelitian. Siklus ini sekaligus digunakan dalam refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis cerpen setelah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada siklus I. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti yaitu menganalisis hasil tes, hasil observasi, hasil jurnal, hasil angket dan hasil wawancara. Setelah dianalisis akan terlihat permasalahan atau muncul pemikiran baru yang memerlukan tindakan baru, sehingga perlu perencanaan ulang dan tindakan ulang.
3.1.2
Proses Tindakan Siklus II Proses tindakan pada siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. perbaikan
pada proses pembelajaran siklus II terletak pada persiapan pembelajaran, pengkondisian suasana pembelajaran agar lebih tenang dan konsentrasi, dan
45
pemilihan teks lagu yang lebih menarik. Langkah-langkah siklus II adalah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi atau evaluasi.
3.1.2.1 Perencanaan Langkah-langkah proses perencanaan ini antara lain: (1) mengadakan perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan, dengan menekankan pada penjelasan tentang pentingnya menulis cerpen. (2) menyusun pedoman pengamatan yaitu meliputi tes tertulis, observasi siswa, wawancara, jurnal siswa dan jurnal guru, serta (3) menyusun rancangan evaluasi program.
3.1.2.2 Tindakan Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siklus II ini sesuai dengan tindakan dengan perencanaan yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan siklus I walaupun ada tindakan dalam siklus I yang tetap dilakukan pada siklus II. Ada beberapa perubahan antara lain sebelum siswa memulai menulis cerpen, dijelaskan terlebih dahulu kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I, kemudian siswa diberi arahan dan bimbingan agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis cerpen pada siklus II menjadi lebih baik. Teks lagu yang digunakan dalam tindakan pada siklus II ini berbeda dengan teks lagu pada tindakan pada siklus I. walaupun berbeda namun, teks lagu pada siklus II mempunyai karakteristik yang sama dengan teks lagu pada tindakan pada siklus I. Teks lagu
46
yang digunakan pada tindakan pada siklus II yaitu “Cinta Sejati” yang dinyanyikan oleh Ari Laso.
3.1.2.3 Pengamatan Pengamatan terhadap siswa dilakukan selama pembelajaran berlangsung, pada siklus I ini terlihat peningkatan hasil tes dan perilaku siswa. Perilaku siswa yang diamati antara lain keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, cara siswa menyampaikan hasil tugasnya, dan cara siswa menyampaikan tanggapan.
3.1.2.4 Refleksi Refleksi ini diperoleh dengan memperhatikan hasil tes tertulis dan hasil nontes yang meliputi observasi siswa, wawancara, jurnal guru, dan dokumentasi foto. Pada siklus II ini, evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam menulis cerpen dan untuk melihat peningkatan kemampuan menulis cerpen, serta untuk mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
3.2
Subjek Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, subjek yang menjadi sasaran penelitian
yaitu kemampuan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang. Penelitian ini
47
hanya dilakukan di salah satu kelas yaitu kelas X-7, yang jumlahnya 40 siswa, yang terdiri atas 12 siswa putra, dan 28 siswa putri. Dipilihnya kelas X-7 sebagai responden penelitian didasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1) Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas X semester dua terdapat beberapa kompetensi dasar, salah satunya yaitu kemampuan mengungkapkan pengalaman diri sendiri atau orang lain ke dalam cerpen. 2) Hasil wawancara dengan Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran kelas X-7 diperoleh informasi bahwa siswa kelas X-7 memiliki kemampuan menulis cerpen yang rendah. Proses pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan selama ini masih menggunakan metode ceramah tanpa bantuan media pembelajaran. 3) Kelas X-7 memiliki keterampilan menulis cerpen rendah. Padahal menulis merupakan tuntutan kurikulum. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan keterampilan menulis tersebut salah satunya yaitu dengan mengubah metode yang biasa digunakan oleh guru melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
3.3
Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang menjadi pusat peneliti untuk diteliti yang
menjadi atribut dari sekelompok objek yang mempunyai variasi antara satu
48
dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiyono 2003:21). Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu kemampuan menulis cerpen dan penggunaan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu.
3.4
Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes,
nontes, dan dokumentasi yang berbentuk foto.
3.4.1
Instrumen Tes Bentuk instrumen tes yaitu tes menulis cerpen. Tes menulis cerpen adalah
tes yang menuntut siswa untuk menulis cerpen. Tes ini bertujuan mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu. Alat tes menulis cerpen berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa untuk menulis cerpen. Waktu yang digunakan untuk menulis cerpen adalah 60 menit. Kriteria penilaian menulis cerpen meliputi : (1) tema dan amanat yang disampaikan, (2) tokoh dan penokohannya, (3) penyusunan alur, (4) latar yang ditampilkan, (5) diksi dan gaya bahasa, (6) sudut pandang yang digunakan, (7) kepaduan antarunsur pembangun cerpen
49
Tabel 1. Skor Penilaian Tes Menulis Cerpen Aspek
Skor Maksimal
-
Tema dan amanat
10
-
Tokoh dan penokohan
20
-
Alur
20
-
Latar
10
-
Diksi dan gaya bahasa
10
-
Sudut pandang
10
-
Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
20
Jumlah
100
Tabel 2. Aspek Penilaian Menulis Cerpen Aspek 1.
Tema
Skor dan 16-20
amanat
Kriteria
Kategori
Tema dan amanat sangat relevan Sangat baik dengan cerpen yang ditulis
11-15
Tema dan amanat cukup relevan Baik dengan cerpen yang ditulis
6-10
Tema dan amanat kurang relevan Cukup dengan cerpen yang ditulis
0-5
Tema dan amanat tidak relevan Kurang dengan cerpen yang ditulis
2.
Tokoh
dan 16-20
penokohan
Penggambaran
tokoh
dan Sangat baik
tokoh
dan Baik
penokohan jelas 11-15
Penggambaran
penokohan cukup jelas 6-10
Penggambaran
tokoh
dan Cukup
penokohan kurang jelas 0-5
Penggambaran
tokoh
penokohan tidak jelas
dan kurang
50
3. Alur
16-20
11-15
6-10
0-5
4. Latar
9-10
6-8
3-5
0-2
5. Diksi dan gaya
9-10
bahasa 6-8 3-5 0-2
Rangkaian peristiwa dalam cerpen disusun secara logis dan sesuai dengan lirik dalam teks lagu Rangkaian peristiwa dalam cerpen disusun cukup logis dan cukup sesuai dengan lirik dalam teks lagu Rangkaian peristiwa dalam cerpen disusun kurang logis dan kurang sesuai dengan lirik dalam teks lagu Rangkaian peristiwa dalam cerpen disusun tidak logis dan tidak sesuai dengan lirik dalam teks lagu
Sangat baik
Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang menggambarkan terjadinya peristiwa dalam cerpen sangat tepat Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang menggambarkan terjadinya peristiwa dalam cerpen cukup tepat Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang menggambarkan terjadinya peristiwa dalam cerpen sangat tepat Pemilihan tempat, waktu, dan suasana yang menggambarkan terjadinya peristiwa dalam cerpen sangat tepat Penggunaan diksi dan gaya bahasa sesuai dengan situasi Penggunaan diksi dan gaya bahasa cukup sesuai dengan situasi Penggunaan diksi dan gaya bahasa kurang sesuai dengan situasi Penggunaan diksi dan gaya bahasa tidak sesuai dengan situasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik Baik Cukup Kurang
51
6. Sudut pandang
9-10
Sudut pandang yang digunakan Sangat baik dapat menjelaskan tokoh
6-8
Sudut pandang yang digunakan Baik cukup dapat menjelaskan tokoh
3-5
Sudut pandang yang digunakan Cukup kurang dapat menjelaskan tokoh
0-2
Sudut pandang yang digunakan Kurang tidak dapat menjelaskan tokoh
8. Kepaduan
16-20
cerpen sudah tepat
unsur-unsur pembangun
Kepaduan unsur-unsur pembangun Sangat baik
11-15
Kepaduan unsur-unsur pembangun Baik cerpen cukup tepat
cerpen 6-10
Kepaduan unsur-unsur pembangun Cukup cerpen kurang tepat
0-5
Kepaduan unsur-unsur pembangun Kurang cerpen tidak tepat
Tabel 3. Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen No
Nilai
Kategori
1
85 – 100
Sangat baik
2
75 - 84
Baik
3
60 – 74
Cukup
4
50 – 59
Kurang
5
0 – 49
Sangat kurang
Berdasarkan pedoman penilaian penilaian kemampuan menulis cerpen tersebut, dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen berhasil dengan sangat baik, berhasil baik, berhasil cukup baik, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
52
Siswa yang berhasil sangat baik adalah siswa yang memperoleh nilai 85-100, siswa yang berhasil dengan baik adalah siswa yang memperoleh nilai 75-84, siswa yang berhasil dengan kategori cukup baik yaitu siswa yang memperoleh nilai 6074, siswa yang berhasil dengan kategori kurang baik yaitu siswa yang memperoleh nilai 50-59, dan siswa yang tidak berhasil yaitu siswa yang memperoleh nilai 0-49.
3.4.2
Instrumen Nontes Teknik nontes alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi tentang keadaan di tertes (testi, tercoba, inggris testee) tanpa dengan alat tes. Teknik nontes diperlukan untuk mendapatkan data yang tidak , atau paling tidak secara langsung, berkaitan dengan laku kognitif. 1) Pedoman Observasi Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku siswa pada proses belajar mengajar yang terjadi selama proses penelitian. Pedoman pengamatan atau observasi ini adalah sikap positif maupun negatif siswa pada proses belajar mengajar menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Respon positif siswa maupun respon negatif siswa terhadap menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu diamati dengan sebaik-baiknya agar menghasilkan data yang akurat. 2) Pedoman Wawancara Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai respondennya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data
53
tentang respon siswa terhadap meteri keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Dalam penelitian ini, aspek yang diungkap melalui wawancara antara lain perasaan siswa saat mendapatkan latihan dan bimbingan dengan media teks lagu dalam menulis cerpen, pendapat siswa tentang metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, kesan siswa saat mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, dan kesulitan yang dirasakan dalam menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu. 3) Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Pelaksanaan pemberian angket ditujukan kepada semua siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini. Angket diberikan setelah pembelajaran pada siklus I selesai dilakukan. Pertanyaan dalam angket adalah tentang sekitar kejadian dalam proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Garis besar isi angket antara lain, yaitu: (1) kegiatan guru dalam proses pembelajaran, (2) minat siswa terhadap metode yang digunakan guru, (3) penelitian proses pembelajaran. 4) Pedoman Jurnal Guru dan Jurnal Siswa Pedoman jurnal guru digunakan untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Jurnal dibuat oleh guru. Jurnal tersebut dibuat setiap akhir pembelajaran pada sebuah lembar yang telah dipersiapkan.
54
Jurnal guru berisi pendapat dan seluruh kejadian yang dianggap penting selama pembelajaran berlangsung secara tertulis. Aspek pertanyaan yang digunakan dalam jurnal guru meliputi kesan yang dirasakan setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu, pendapat pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. 5) Dokumentasi (Foto) Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan gambar (foto). Dokumentasi merupakan data yang cukup penting sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu menggunakan dokumentasi sebagai salah satu data instrumen nontes. Foto yang diambil sebagai sumber data, dapat memperjelas data yang lain. Hasil dari pengambilan gambar ini dideskripsikan dan dipadukan dengan data lain. 6) Pengambilan gambar dilakukan pada saat siswa melakukan beberapa aktivitas yaitu menulis cerpen, dan pada saat guru memberikan bimbingan kepada siswa saat pembelajaran.
3.4.3
Validitas Instrumen Uji instrumen ini menggunakan validitas isi dan permukaan. Validitas isi
adalah derajat tes yang menggambarkan esensi, topik-topik, dan ruang lingkup tes yang dirancang untuk pengukuran, (Sevilla dalam Hardani 2006:39). Validitas isi dilakukan dengan menyesuaikan aspek keterampilan menulis cerpen berdasarkan landasan teori yang ada.
55
Validitas permukaan (paras) adalah tipe validitas yang berkaitan dengan tipe tes. Tipe validitas ini tidak didukung oleh bukti-bukti bahwa tes tersebut dapat mengukur sesuatu (Sevilla dalam Hardani 2006:39). Validitas permukaan dilakukan dengan cara dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru., sehingga dari pendapat mereka dapat disepakati bahwa instrumen yang akan digunakan dalam penelitian sudah valid.
3.5
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkatan kemampuan menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa setelah pembelajaran menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu.
3.5.1
Teknik Tes Teknik tes adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dengan
menggunakan tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan pada siklus II. Materi tes mengacu pada aspek-aspek menulis cerpen. Tes digunakan untuk mengukur dasar dan pencapaian prestasi (Arikunto, 2002:196). Hasil tes siklus I dianalisis tersebut dapat diketahui kelemahan siswa, yang selanjutnya sebagai dasar untuk melengkapi siklus II. Hasil siklus II dianalisis sehingga dapat diketahui peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu.
56
3.5.2
Teknik Nontes Teknik nontes digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan
perilaku siswa diadakan proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Teknik nontes meliputi lembar observasi, wawancara, jurnal siswa dan guru, angket, dan dokumentasi foto. 1) Observasi Observasi dalam PTK ini dilakukan oleh dua orang. Observator yang pertama adalah peneliti sendiri. Peneliti mengamati perilaku positif dan negatif yang muncul pada siswa. Perilaku positif atau negatif ini sudah dituliskan pada lembar observasi siswa, peneliti tinggal memberi tanda cek list saja. Observator yang kedua dilakukan oleh orang lain yang tugasnya adalah mengobservasi kelas. Maksudnya observator kedua mengamati keadaan siswa secara keseluruhan pada saat membelajarkan materi menulis cerpen kepada siswa. Observator kedua ini juga mengadakan pengamatan sesuai dengan pedoman observasi kelas. 2) Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti secara bebas terpimpin. Artinya peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara yang kemudian dikembangkan sendiri pada saat wawancara. Wawancara ditujukan kepada orangorang yang bersangkutan dengan penelitian. Pihak-pihak yang bersangkutan tersebut antara lain, kepala sekolah, guru mata pelajaran, siswa yang telah dipilih, dan lain-lain.
57
3) Jurnal Jurnal guru dan siswa diisi pada akhir pembelajaran menulis cerpen. Jurnal siswa berisi pada tentang kesulitan siswa dalam menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu. Jurnal diisi pada akhir pembelajaran. Jurnal guru diisi oleh guru ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal guru digunakan oleh guru untuk mendeskripsikan atau mencatat fenomena-fenomena pada saat pembelajaran menulis cerpen yaitu respon siswa terhadap pembelajaran, keaktifan siswa, serta tingkah laku pada saat pembelajaran berlangsung. 4) Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memberi jawaban dan kemudahan peneliti menganalisisnya. Angket diberikan kepada siswa setelah pembelajaran menulis cerpen. Angket ini diisi setelah siswa mengisi jurnal. Pengisian angket lebih mudah dibandingkan dengan jurnal. Pada angket responden tinggal membubuhkan tanda cek list (√) pada kolom SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). 5) Dokumentasi Foto Foto
digunakan
untuk
merekam
perilaku
selama
pembelajaran
berlangsung. Tingkah laku siswa yang perlu diambil gambarnya, yaitu pada saat siswa menulis cerpen, pada saat guru membimbing dalam penulisan cerpen, dan pada saat menggunakan media teks lagu. Gambar yang sudah diambil selanjutnya dideskripsikan sesuai dengan kondisi pada saat itu. Foto ini merupakan bukti otentik mengenai tingkah laku siswa pada saat pembelajaran menulis cerpen.
58
3.6
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara
kuantitatif dan kualitatif
3.6.1
Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
hasil tes secara tertulis. Hasil analisis hasil tes secara kuantitatif dihitung secara persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Merekap nilai yang diperoleh siswa b. Menghitung nilai masing-masing aspek c. Menghitung nilai rata-rata, d. Menghitung persentase nilai. Nilai dihitung dengan menggunakan persen atau disebut percentages correction (Hardani 1997:41). Rumus-rumus penelitian adalah sebagai berikut: NP =
R x100 SM
NP
: Nilai Persen yang Dicari
R
: Skor Mental yang diperoleh siswa
SM
: Skor Maksimum ideal dari Tes yang Bersangkutan
100
:Bilangan tetap Hasil perhitungan kemampuan menulis cerpen melalui metode latihan
terbimbing dengan media teks lagu dari masing-masing siklus ini kemudian akan dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan media teks lagu.
59
3.6.2
Analisis Kualitatif
Analisis data secara kualitatif dilakukan untuk menganalisis data nontes yang diperoleh dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh data nontes dari responden, digunakan lembar angket, lembar pengamatan, dan pedoman wawancara. Responden memberikan jawaban sesuai dengan kriteria yang dilakukan peneliti. Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil nontes b. Menyusun dalam satuan-satuan c. Mengkategorisasikan Analisis data secara kualitatif ini digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam menulis cerpen pada siklus I dan siklus II. Selain itu data nontes juga digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan.
130
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta Darsono, Max 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Grasindo Diknas 2005. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Diknas Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Erlangga Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Sastra.Yogyakarta: Kota Kembang
Menulis,
Mengajarkan
Faozan. 2002. Peningkatan Pemahaman Tema dan Amanat Cerita Pendek dengan Metode Pemberian Tugas Rumah Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Hidayatul Murtadi’in Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2001-2002. Skripsi: Universitas Negeri Semarang Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta:ANDI Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kholifah, Ummi. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Berbasis Pengalaman Pribadi Melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 11 Semarang. Skripsi: Universitas Negeri Semarang Mugiarso. 2004. Bimbingan Konseling. Semarang: UNNES Press Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo Nurgiantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Rahayu, Hardani. 2006. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Limpung dengan Teknik Menulis Buku Harian. Skripsi: Universitas Negeri Semarang
130
131
Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC Syamsu, Maopa. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: PUSBUK Wardah, Hilma. 2005. Wacana Lirik Lagu Aksi Pergerakan Mahasiswa Kajian Diksi, Makna dan Fungsi. Skripsi: UNNES Wiyanto, Asul. 2005. Kesastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo
131
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Sekolah
: SMA Negeri 1 Pemalang
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Standar Kompetensi
: Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen
Kompetensi Dasar
: Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen
Indikator
(pelaku, peristiwa, latar)
:Mampu menulis cerpen dengan memperhatikan ketepatan dan kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
Alokasi Waktu
: 2 X 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: -
Mampu menuangkan pikiran dan perasaannya melalui cerpen
-
Mampu menerapkan unsur-unsur pembangun cerpen ke dalam cerpen
-
Mampu menulis kreatif naskah cerpen
B. Materi Pembelajaran Menulis cerpen C. Metode Pembelajaran Latihan Terbimbing D. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang cerpen yang pernah dibaca dan disukainya
b. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai, dan manfaat yang akan diperoleh dalam pembelajaran menulis cerpen
2. Kegiatan Inti a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang unsur-unsur pembangun cerpen b. Guru
menjelaskan
langkah-langkah
menulis
cerpen
dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen c. Guru membagikan sebuah teks lagu pada siswa d. Siswa mengamati dan memperhatikan teks lagu tersebut e. Guru membimbing siswa untuk dapat menulis dengan baik dengan: -
Guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan merumuskannya ke dalam tema yang sudah ada dalam teks lagu
-
Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan tiap baris dalam lagu tersebut yang dapat digunakan sebagai kerangka karangan
-
Berdasarkan lirik yang ada dalam teks lagu siswa diarahkan untuk dapat bermain dengan imajinasinya untuk dapat mengembangkan kerangka karangan tersebut
-
Siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa tokoh antagonisnya, bagaimana latarnya dari mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita ditutup.
f. Siswa ditugaskan untuk menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri g. Di saat siswa mengerjakan tugas menulis cerpen guru berkeliling memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen h. Hasil pekerjaan menulis cerpen dikumpulkan i. Salah satu dari hasil pekerjaan siswa dibacakan di depan kelas j. Siswa yang lain mengomentari hasil pekerjaan temannya yang dibacakan di depan kelas
k. Guru memberikan penguatan terhadap pembelajaran menulis cerpen
3. Kegiatan Penutup a.
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen
b. Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran menulis cerpen c. Guru meminta siswa untuk mengisi angket dan menuliskan pendapatnya pada jurnal siswa
E. Media/Sumber Media
: Teks Lagu
Sumber
:
1) Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X 2) Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X, Erlangga
F. Penilaian 1) Penilaian Proses Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. 2) Penilaian Hasil Berdasarkan teks lagu buatlah sebuah cerpen dengan memperhatikan kesesuaian unsur-unsurnya! Pemalang, 10 Maret 2007 Guru Bahasa dan Sastra Indonesia,
Peneliti,
Saptorini Wahyuningsih,S.S
Wiwin Nur Azizah
NIP
NIM. 2101403568
Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Sekolah
: SMA Negeri 1 Pemalang
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen Kompetensi Dasar
: Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen
Indikator
(pelaku, peristiwa, latar)
: Mampu menulis cerpen dengan memperhatikan ketepatan dan kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
Alokasi Waktu
: 2 X 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: -
Mampu menuangkan pikiran dan perasaannya melalui cerpen
-
Mampu menerapkan unsur-unsur pembangun cerpen ke dalam cerpen
-
Mampu menulis kreatif naskah cerpen
B. Materi Pembelajaran Menulis cerpen C. Metode Pembelajaran Latihan Terbimbing D. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Guru mengulas sedikit tentang hal-hal yang dibahas pada pertemuan sebelumnya
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu, yakni mengevaluasi cerpen yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya.
2. Kegiatan Inti a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang unsur-unsur pembangun cerpen b. Guru
menjelaskan
langkah-langkah
menulis
cerpen
dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen c. Guru membagikan sebuah teks lagu pada siswa d. Siswa mengamati dan memperhatikan teks lagu tersebut e. Guru membimbing siswa untuk dapat menulis cerpen dengan baik, dengan: -
Guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan merumuskannya ke dalam tema yang sudah ada dalam teks lagu
-
Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan tiap baris dalam lagu tersebut yang dapat digunakan sebagai kerangka karangan dari jalan cerita
-
Berdasarkan lirik yang ada dalam teks lagu siswa diarahkan untuk dapat bermain dengan imajinasinya untuk dapat mengembangkan kerangka karangan tersebut
-
Siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa tokoh antagonisnya, bagaimana latarnya dari mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita ditutup.
f. Siswa ditugaskan untuk menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri g. Di saat siswa sedang menulis cerpen, guru berkeliling memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen h. Hasil pekerjaan menulis cerpen dikumpulkan i. Salah satu dari hasil pekerjaan siswa dibacakan di depan kelas
j. Siswa yang lain mengomentari hasil pekerjaan temannya yang dibacakan di depan kelas k. Guru memberikan penguatan terhadap pembelajaran menulis cerpen
3. Kegiatan Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen b. Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran menulis cerpen c. Guru meminta siswa untuk mengisi angket dan menuliskan pendapatnya pada jurnal siswa
E. Media/Sumber Media
: Teks Lagu
Sumber
:
- Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X
F. Penilaian 1) Penilaian Proses Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. 2) Penilaian Hasil Berdasarkan teks lagu buatlah sebuah cerpen dengan memperhatikan kesesuaian unsur-unsurnya. Pemalang, 10 Maret 2007 Guru Bahasa dan Sastra Indonesia,
Peneliti,
Saptorini Wahyuningsih,S.S
Wiwin Nur Azizah
NIP
NIM. 2101403568
FORMAT HASIL PENILAIAN TES KETERAMPILAN MENULIS CERPEN PRATINDAKAN, SIKLUS I DAN SIKLUS II
No
No Responden
1
001
2
002
3
003
4
004
5
005
6
006
7
007
8
008
9
009
10
010
11
011
12
012
13
013
14
014
15
015
16
016
17
017
18
018
19
019
20
020
21
021
22
022
23
023
24
024
Aspek 1
2
3
4
Nilai 5
6
7
Kategori
25
025
26
026
27
027
28
028
29
029
30
030
31
031
32
032
33
033
34
034
35
035
36
036
37
037
38
038
39
039
40
040
Jumlah Skor Rata-rata
Keterangan : Aspek 1 : Tema dan amanat Aspek 2 : Tokoh dan penokohan Aspek 3 : Alur Aspek 4 : Latar Aspek 5 : Diksi dan gaya bahasa Aspek 6 : Sudut pandang Aspek 7 : Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
Lampiran LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I
No
Hari, tanggal
: Kamis, 12 April 2007
Nama Pengamat
: Nurul Melti
Kelas/Sekolah
: X7/SMA Negeri 1 Pemalang
No
Aspek Observasi 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan
10
11
12
13
14
15
16
1
001
-
-
√ √ - √ - -
√
-
√
√
-
-
-
√
PERILAKU POSITIF
2
002
-
-
-
√ - √ - -
√
-
√
√
-
-
-
√
1. Siswa memperhatikan
3
003
√ - √ √ √ √ - -
√
-
-
√
-
-
-
-
4
004
√ - - √ √ √ - √
-
-
-
-
-
-
-
-
5
005
√ - √ √ √ √ - -
-
-
-
-
-
-
-
-
3. Siswa berpartisipasi aktif
6
006
√ - √ √ √ - - -
-
-
-
-
-
-
-
-
4. Siswa dapat mengidentifikasi
7
007
√ - √ √ √ √ - -
-
-
-
-
-
-
-
-
8
008
√ - √ √ - √ - -
-
-
-
-
-
-
-
-
9
009
√ -
-
-
-
√
-
-
-
-
(senang) terhadap metode
10
010
√ - √ √ √ √ - √
-
-
-
√
-
√
-
-
latihan terbimbing yang
11
011
-
-
-
√ √ - - -
√
√
√
√
√
-
√
-
12
012
-
-
√ √ - - - -
√
-
√
√
√
-
-
-
13
013
√ -
√ √ √ √ √ √
-
-
-
-
-
-
-
-
14
014
√ - - √ √ - - -
-
-
-
-
-
-
-
-
7. Siswa berani memberikan
15
015
√ - - √ - √ - -
√
-
-
√
-
-
-
-
sanggahan terhadap hasil
16
016
√ - √ √ √ √ - -
-
-
-
-
-
-
-
-
17
017
√ √ √ √ √ √ - -
-
-
-
-
-
-
-
-
18
018
√ - - √ √ √ - -
-
-
-
√
-
-
-
-
19
019
√ - √ √ √ √ - √
-
-
-
-
√
-
-
√
-20
020
√ - √ √ √ √ - √
-
-
-
-
-
-
-
-
21
021
√ - - √ √ √ - -
-
-
-
√
-
-
-
-
22
022
√ -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√ √ √ -
√ √ √ √ -
-
√
penjelasan guru 2. Siswa banyak bertanya pada guru
dan menyebutkan unsurunsur yang ada dalam cerpen 5. Siswa merespon positif
diberikan guru dengan media teks lagu 6. Siswa menulis cerpen dengan senang hati
penulisan cerpen yang dibacakan di depan kelas 8. Siswa dapat menulis cerpen dengan cepat PERILAKU NEGATIF 9. Siswa kurang merespon penjelasan guru 10. Siswa kurang bersemangat
23
023
√ √ √ √ - - - √
√
-
-
-
-
-
-
-
terhadap metode
24
024
√ √ √ √ √ √ - √
-
-
-
-
-
√
-
-
pembelajaran yang
25
025
√ - √ - - √ - √
-
-
-
√
√
-
-
-
26
026
√ -
-
√ √ √ -
-
√
-
-
-
-
-
√
-
27
027
√ -
-
√ √ √ -
-
√
-
-
√
-
-
-
-
12. Siswa pasif dalam
28
028
√ - √ √ √ √ - -
-
-
-
-
-
-
-
-
pembelajaran
29
029
√ - √ √ √ √ - -
√
√
√
√
-
√
√
-
30
030
√ - √ √ √ - - -
-
-
-
-
-
-
-
-
31
031
√ - √ √ √ - - -
-
√
-
√
-
-
-
-
32
032
√ √ √ √ √ √ √ √
-
-
-
-
-
-
-
-
pekerjaan temannya pada
33
033
-
-
-
√
-
-
-
-
-
saat mengerjakan tes
34
034
√ - - √ - - - -
√
√
√
√
-
√
√
--
35
035
√ - √ √ √ √ - -
-
-
-
√
-
-
-
-
16. Siswa tidak tertarik dengan
36
036
-
√ √ √ - -
-
-
√
-
-
-
√
-
media teks lagu yang
37
037
√ - √ √ √ √ - -
-
-
-
√
-
-
-
-
digunakan oleh guru
38
038
√ - √ √ √ √ - -
-
-
-
-
-
-
-
-
39
039
√ -
√ √ √ √ -
-
-
-
√
-
-
-
-
-
40
040
√ -
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
-
√ √ √ - - -
-
√ √ √ -
dilakukan guru 11. Siswa banyak bicara dan bergurau dengan temannya
13. Siswa jalan-jalan/mondarmandir pada saat pembelajaran berlangsung 14. Siswa sering melihat
15. Siswa kurang bersemangat pada saat menulis cerpen
PENGISIAN (√)= melakukan (√)= tidak melakukan
REKAP HASIL PENILAIAN TES KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SIKLUS I
No
No Responden
1
001
1 9
2 11
3 13
4 7
5 7
6 7
2
002
8
11
12
7
6
3
003
9
14
14
8
4
004
6
11
12
5
005
8
12
6
006
9
7
007
8
Nilai
Kategori
7 13
67
Cukup
8
12
64
Cukup
8
8
14
75
Baik
7
8
7
11
62
Cukup
12
7
8
6
12
65
Cukup
13
13
9
8
8
14
74
Cukup
7
12
13
8
6
7
13
66
Cukup
008
8
11
12
7
7
7
11
63
Cukup
9
009
9
12
13
7
5
7
13
66
Cukup
10
010
9
13
13
8
7
9
13
72
Cukup
11
011
7
11
12
7
6
7
12
62
Cukup
12
012
8
12
13
8
6
7
13
67
Cukup
13
013
9
10
10
7
6
5
10
57
Kurang
14
014
8
12
11
7
6
7
12
63
Cukup
15
015
8
15
16
9
7
8
15
78
Baik
16
016
9
16
16
8
7
8
15
79
Baik
17
017
9
15
16
8
7
8
15
78
Baik
18
018
7
10
11
7
6
6
10
57
Kurang
19
019
7
15
16
8
7
9
16
78
Baik
20
020
9
14
15
5
6
7
14
70
Cukup
21
021
9
13
14
8
6
8
14
71
Cukup
22
022
9
17
17
8
7
8
17
83
Baik
23
023
8
11
12
7
6
9
12
65
Cukup
24
024
9
15
16
8
7
8
15
78
Baik
25
025
9
16
16
7
7
8
16
79
Baik
Aspek
26
026
7
11
12
7
7
7
12
63
Cukup
27
027
6
11
12
6
5
7
12
59
Kurang
28
028
6
14
14
7
7
7
12
67
Cukup
29
029
6
12
12
7
6
7
12
62
Cukup
30
030
9
15
16
9
7
8
16
80
Baik
31
031
7
10
12
7
5
7
11
59
Kurang
32
032
6
13
14
7
6
5
12
63
Cukup
33
033
8
13
13
6
7
8
12
67
Cukup
34
034
7
12
13
8
6
7
13
66
Cukup
35
035
8
14
14
6
6
7
13
68
Cukup
36
036
8
13
13
7
6
7
11
65
Cukup
37
037
8
12
14
5
6
7
12
64
Cukup
38
038
9
16
17
7
6
8
16
79
Baik
39
039
7
15
16
7
7
8
15
75
Baik
40
040
9
13
14
7
8
7
12
70
Cukup
Jumlah Skor
314
516
547
289
263
292
523
2744
Rata-rata
7,85
12,9
13,68
7,23
6,58
7,30
13,08
68,62
Keterangan : Aspek 1 : Tema dan amanat Aspek 2 : Alur Aspek 3 : Tokoh dan penokohan Aspek 4 : Latar Aspek 5 : Diksi dan gaya bahasa Aspek 6 : Sudut pandang Aspek 7 : Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
Cukup
REKAP HASIL PENILAIAN TES KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SIKLUS II
No
No Responden
1
001
1 9
2 16
3 16
4 8
5 7
6 8
2
002
7
13
14
9
8
3
003
6
10
13
8
4
004
8
13
16
5
005
7
14
6
006
9
7
007
8
Nilai
Kategori
7 15
79
Baik
9
13
73
Baik
7
8
10
62
Cukup
9
8
8
15
77
Baik
16
9
8
8
14
76
Baik
14
16
9
8
9
15
80
Baik
9
15
16
9
8
8
16
81
Baik
008
9
15
16
9
8
8
15
80
Baik
9
009
7
13
15
9
8
8
14
74
Cukup
10
010
9
16
16
9
9
9
16
84
Baik
11
011
7
11
13
9
8
9
11
68
Cukup
12
012
6
11
13
7
6
7
11
61
Cukup
13
013
9
16
16
9
9
9
16
84
Baik
14
014
9
17
16
9
9
9
16
85
15
015
9
17
16
9
9
9
17
86
16
016
8
14
16
9
7
8
15
77
Sangat Baik Sangat Baik Baik
17
017
9
14
15
9
9
7
15
78
Baik
18
018
9
17
16
9
8
8
15
83
Baik
19
019
7
14
15
8
8
9
14
75
Baik
20
020
9
17
17
9
9
9
17
87
21
021
8
15
16
9
9
9
16
82
Sangat Baik Baik
22
022
9
17
17
9
9
9
17
87
23
023
9
16
16
8
8
8
16
81
Sangat Baik Baik
24
024
9
15
16
8
8
8
15
79
Baik
Aspek
25
025
8
15
16
8
8
8
15
78
Baik
26
026
9
11
15
9
8
9
14
75
Baik
27
027
9
15
16
9
8
9
16
82
Baik
28
028
9
16
17
9
8
9
15
83
Baik
29
029
6
10
12
7
7
8
10
60
Cukup
30
030
9
16
16
9
8
9
16
83
Baik
31
031
6
11
12
7
7
7
11
61
Cukup
32
032
8
13
14
9
8
9
13
74
Cukup
33
033
9
14
16
9
8
9
14
79
Baik
34
034
8
12
15
9
7
8
12
71
Cukup
35
035
9
16
16
9
8
9
16
83
Baik
36
036
6
10
11
7
6
8
10
58
Kurang
37
037
9
14
15
9
8
9
15
79
Baik
38
038
12
16
9
7
9
12
73
Cukup
39
039
8
13
16
9
8
9
13
76
Baik
40
040
9
18
17
9
9
9
17
88
Sangat Baik
Jumlah Skor
327
566
612
346
318
339
574
3082
Rata-rata
8,18
14,15
15,3
8,65
7,95
8,48
14,35
77,05
8
Keterangan : Aspek 1 : Tema dan amanat Aspek 2 : Alur Aspek 3 : Tokoh dan penokohan Aspek 4 : Latar Aspek 5 : Diksi dan gaya bahasa Aspek 6 : Sudut pandang Aspek 7 : Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
Baik
Nama : No/ kelas : FORMAT JURNAL SISWA Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur! A. Apakah Anda senang dengan meteri menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu? Jawaban: ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. B. Kesulitan apakah yang anda alami dalam menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu? Jawaban: ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. C. Apakah dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu anda mengalami kemudahan dalam menulis cerpen? Jawaban: ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. D. Apakah anda sekarang lebih paham diajar menulis melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu? Jawaban: ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… E. Berilah kesan dan pesan tentang pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu yang telah diajarkan oleh guru (peneliti)! Jawaban: ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
Lampiran
JURNAL GURU SIKLUS II Guru Pengampu
:
Hari, tanggal
:
A. Bagaimanakah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu? Jawaban: ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… B. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu Jawaban: ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… C. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu Jawaban: ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… D. Bagaimanakah tingkah laku siswa di kelas pada saat mengerjakan tugas menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu? Jawaban: ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… E. Uraikan fenomena-fenomena lain yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung Jawaban: ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
Lampiran Nama
:
No/kelas:
FORMAT ANGKET
Berilah tanda (√) pada setiap pertanyaan siswa yang sesuai dengan skala penelitian yang tersedia di bawah ini : No
Pertanyaan
Skala Penilaian SS
1
Keterampilan menulis dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar
2
Saya merasa senang terhadap cara guru menerangkan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu
3
Saya senang dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran
4
Metode yang digunakan oleh guru dapat memotivasi siswa untuk menulis cerpen
5
Latihan terbimbing yang diberi oleh guru dapat membantu pemahaman siswa tentang menulis cerpen yang baik
6
Saya senang dengan media teks lagu yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
7
Suasana kelas dapat membantu pemahaman siswa dalam menulis cerpen
S
KS
TS
STS
8
Saya senang dengan pembelajaran menulis cerpen yang dengan metode yang dapat menarik perhatian siswa
9
Kebiasaan mengungkapkan ide, gagasan dan perasaan ke dalam sebuah cerpen banyak manfaatnya
10
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru sekarang lebih menyenangkan
Keterangan: SS : Sangat Setuju S
: Setuju
KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Lampiran PEDOMAN WAWANCARA Responden
:
No. responden
:
Hari dan Tanggal
:
Tempat
:
Kelas
:
Waktu
:
Topik
:
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah sebagai berikut: 1.
Apakah kamu senang dengan pembelajaran menulis cerpen? Mengapa?
2.
Apakah kamu merasa mampu memahami materi dengan metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar (metode latihan terbimbing dengan media teks lagu)?
3.
Apakah kamu merasa termotivasi dengan metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dalam pembelajaran menulis cerpen?
4.
Apakah media teks lagu yang digunakan oleh guru dapat memberikan ide untuk membuat sebuah cerpen?
5.
Apakah suasana kelas dapat membantu pemahaman siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu? Mengapa?
6.
Menurut kamu apakah dengan adanya latihan dan bimbingan yang diberikan oleh guru dapat membantu pembelajaran menulis cerpen?
7.
Apakah kamu merasa kesulitan dalam pembelajaran menulis cerpen?
8.
Apa saja kesulitan-kesulitan yang kamu hadapi dalam pembelajaran menulis cerpen?
9.
Menurut kamu apakah melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu dapat mengatasi kesulitan yang kamu hadapi?
10. Manfaat yang kamu dapatkan setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu?
Rekap Observasi Perilaku Positif Siswa No 1 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
Aspek Observasi Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa banyak bertanya kepada guru Siswa berpartisipasi aktif Siswa dapat mengidentifikasi dan menyebutkan unsur-unsur yang ada dalam cerpen Siswa merespons positif (senang) terhadap metode latihan terbimbing yang digunakan oleh guru Siswa dapat menggunakan media yang dihadirkan oleh guru Siswa dapat menulis cerpen dengan cepat Siswa dapat memberikan komentar terhadap hasil menulis cerpen temannya
Siklus I (%) 85
Siklus II (%) 95
Peningkatan (%) 10
10
17,5
7,5
67,5 80
90 92,5
22,5 12,5
80
92,5
12,5
77,5
95
17,5
17,5
32,5
15
7,5
12,5
5
Rekap Observasi Perilaku Negatif Siswa No 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aspek Observasi Siswa kurang merespon penjelasan guru Siswa kurang senang terhadap metode yang digunakan guru Siswa banyak bicara dan bergurau dengan temannya Siswa pasif dalam pembelajaran Siswa jalan-jalan/mondarmandir pada saat pembelajaran berlangsung Siswa sering melihat pekerjaan temannya pada saat mengerjakan tes Siswa kurang bersemangat pada saat menulis cerpen Siswa tidak tertarik dengan media teks lagu yang digunakan oleh guru
Siklus I (%) 15
Siklus II (%) 5
Peningkatan (%) -10
20
7,5
-12,5
27,5
5
-22,5
32,5 20
0 0
-32,5 -20
35
5
-30
20
0
-20
12,5
0
-12,5
Rekap Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II
No 1
2
3
4
5
Aspek Jurnal Kesan siswa terhadap meteri menulis cerpen a. Senang b. Tidak senang Kesulitan siswa terhadap materi menulis cerpen a. Ya b. Tidak Tanggapan siswa terhadap metode latihan terbimbing dengan media teks lagu a. Dapat dipahami b. Tidak dapat dipahami Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran setelah diajarkan melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu a. Paham b. Tidak paham Saran terhadap kegiatan pembelajaran a. Mendukung b.Kurang mendukung
Jurnal Siswa Siklus Siklus I II
Persentase (%) Siklus Siklus I II
Peningkatan (%)
37 3
40 0
92,5 7,5
100 0
7,5 -7,5
28 12
13 27
70 30
32,5 67,5
37,5 -37,5
37 3
40 0
92,5 7,5
100 0
7,5 -7,5
37 3
40 0
92,5 7,5
100 0
7,5 -7,5
35 5
40 0
87,5 12,5
100 0
12,5 -12,5
Rekap Angket Siklus I dan Siklus II
A SS s S I S II p e k (%) (%)
Pe ning kata n (%)
SI
S II
(%)
Pe ning kata n (%)
SI
S II
(%)
Pe ning kata n (%)
SI
S II
(%)
Pe ning kata n (%)
(%)
(%)
Pe ning kata n (%)
SI
S II
(%)
(%)
(%)
1
60
72,5
12,5
35
27,5
-7,5
5
0
-5
0
0
0
0
0
0
2
25
35
10
57,5
62,5
5
17,5
2,5
-15
0
0
0
0
0
0
3
25
32,5
7,5
50
65
15
25
2,5
-22,5
0
0
0
0
0
0
4
30
52,5
22,5
50
42.5
-7,5
20
5
-15
0
0
0
0
0
0
5 32,5
40
8,5
52,5
55
2,5
15
5
-10
0
0
0
0
0
0
6 27,5
35
7,5
57,5
60
2,5
15
5
-10
0
0
0
0
0
0
7 27,5
35
7,5
40
40
0
27,5
25
-2,5
-5
0
5
0
0
0
8
45
55
10
37,5
40
-2,5
17,5
5
-12,5
0
0
0
0
0
0
9
35
45
10
57,5
50
-7,5
7,5
5
-2,5
0
0
0
0
0
0
1 0
25
27,5
2,5
52,5
60
-7,5
22,5
12,5
10
0
0
0
0
0
0
S
KS
TS
STS
Hasil Wawancara Siklus I Waktu Pelaksanaan
: Sabtu, 14 April 2007
Tempat Pelaksanaan
: Ruang kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang
Jumlah Siswa yang Diwawancarai
: 4 siswa
1. Responden Nomor 22 (siswa yang mendapat nilai baik) 1) Senang, lebih mudah menulis cerpen. 2) Mampu. 3) Ya, termotivasi 4) Ya, lagunya sesuai dengan pengalaman. 5) Ya, misalkan ramai saya tetap bisa menulis cerpen 6) Ya, kesulitan-kesulitan dapat langsung ditanyakan. 7) Ya, masih kesulitan. 8) Ya, kesulitan mengembangkan kerangka karangan. 9) Ya, membantu mengatasi kesulitan. 10) Jadi senang menulis cerpen.
2. Responden Nomor 6 (siswa yang mendapat nilai cukup) 1) Senang, lebih tahu menulis cerpen. 2) Mampu. 3) Ya, termotivasi. 4) Ya, lagunya sesuai dan mudah dimengerti. 5) Ya, kelas yang tenang menulis cerpen pun akan mudah. 6) Ya, dapat bertanya-tanya dengan guru tentang cerpen. 7) Ya, masih ada kesulitan. 8) Ya, menuangkan pikiran ke dalam kata-kata. 9) Ya, membantu mengatasi kesulitan 10) Senang menulis cerpen
3. Responden Nomor 40 (siswa yang mendapat nilai cukup) 1) Senang, bisa diungkapkan lewat cerpen 2) Mampu 3) Ya, termotivasi 4) Ya, lagunya saya suka dan sesuai dengan pengalaman 5) Ya, kelas yang ramai jadi tidak dapat berkonsentrasi 6) Ya, guru mengajari menulis cerpen 7) Ya, masih ada kesulitan 8) Ya, kesulitan mengungkapkan pikiran dalam kalimat-kalimat 9) Ya, membantu mengatasi kesulitan 10) Lebih senang menulis cerpen
4. Responden Nomor 14 (siswa yang mendapat nilai kurang) 1) Tidak terlalu suka, sulit membuatnya. 2) Mampu. 3) Ya, termotivasi 4) Ya, lagunya bagus, membantu untuk dapat menulis cerpen. 5) Tidak berpengaruh. 6) Ya, guru memberi tahu cara menulis cerpen yang baik. 7) Ya, masih ada kesulitan. 8) Ya, kesulitan merangkai kata-kata dan mengembangkan kerangka yang ada dalam teks lagu. 9) Ya, membantu mengatasi kesulitan. 10) Lebih mudah menulis cerpen.
Hasil Wawancara Siklus II Waktu Pelaksanaan
: Kamis, 10 Mei 2007
Tempat Pelaksanaan
: Ruang kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang
Jumlah Siswa yang Diwawancarai
: 4 siswa
1. Responden Nomor 40 (siswa yang mendapat nilai sangat baik) 1) Senang, dapat mengungkapkan pengalaman ke dalam cerpen. 2) Ya, mampu. 3) Ya, termotivasi untuk menulis cerpen. 4) Ya, lagunya sesuai dengan pengalaman. 5) Ya, kelas yang tenang dapat membantu kita untuk berimajinasi. 6) Ya, guru membantu mengatasi kesulitan dalam menulis cerpen. 7) Masih ada. 8) Membuat diksi yang menarik 9) Ya, membantu mengatasi kesulitan yang saya hadapi 10) Sekarang saya senang menulis cerpen
2. Responden Nomor 22 (siswa yang mendapat nilai sangat baik) 1) Senang, lebih tahu menulis cerpen 2) Ya, saya mampu 3) Ya, termotivasi menulis cerpen 4) Ya, lagunya sesuai dengan pengalaman 5) Ya, suasana kelas mempengaruhi dalam menulis cerpen, misalkan kelas ramai akan menganggu menulis cerpen 6) Ya, guru membimbing dan menjelaskan menulis cerpen yang baik 7) Tidak ada 8) Tidak ada 9) Ya, membantu mengatasi kesulitan 10) Lebih tahu tentang cerpen dan saya lebih senang menulis cerpen
3. Responden Nomor 9 = Siswa yang mendapat nilai cukup 1) Senang, pembelajarannya menyenangkan 2) Ya, mampu memahami materi 3) Ya, termotivasi menulis cerpen 4) Ya, lagu mengasyikan 5) Ya, kelas tenang, kita dapat menulis cerpen dengan sungguh-sungguh 6) Ya, guru mengajari menulis cerpen 7) Ya, masih ada kesulitan 8) Ya, membuat kata-kata yang menarik 9) Ya, membantu mengatasi kesulitan 10) Dapat menulis cerpen dengan mudah dan menyenangkan
4. Responden Nomor 31 = Siswa yang mendapat nilai cukup 1) Senang, pembelajarannya menyenangkan 2) Ya, mampu 3) Ya, termotivasi menulis cerpen 4) Ya, lagunya sesuai pengalaman dan memudahkan menulis cerpen 5) Ya, kelas yang ramai akan mengganggu konsentrasi dalam menulis cerpen 6) Ya, guru membimbing siswa jadi siswa terbantu dalam menulis cerpen 7) Ya, masih ada kesulitan 8) Ya, kesulitan membuat kata-kata yang menarik untuk mewakili ide-ide yang ada dalam pikiran 9) Ya, membantu mengatasi kesulitan 10) Lebih mudah menulis cerpen