Dokumen.tips_askep-komunitas-ispa.pdf

  • Uploaded by: Ranny Rahmawati
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dokumen.tips_askep-komunitas-ispa.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,963
  • Pages: 26
 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN ISPA D I S U S U N Oleh Kelompok 8 1.  2.  3.  4.  5. 

ARMADA PATRA DODDY ALFRED WARUWU IVO ERA-ERA HALAWA TAHARUDIN ZAINAL ABIDIN Dosen pembimbing

RINCO SIREGAR, Ns. S.Kep MNS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN  2014 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

1/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

  KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada   Penyaki t Di abetes M el itu s  Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelompok dalam  pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi  para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik kedepannya nanti.

Medan, Februari 2014

Kelompok 8

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

2/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

BAB I  TINJAUAN TEORI 

1.1 KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

Menurut Kontjaraningrat (1990) Komunitas adalah, sekumpulan manusia yang saling  bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Betty Neuman (1989) berpendapat  bahwa, komunitas juga dipandang sebagai klien “ Client is an interacting open system in total interface with both internal and external forces or stressors “. Sedangkan Logan dan Dawkin (1987) menuliskan bahwa pengertian keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan  profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan  peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi  pelayanan kepeawatan. Pernyataan lain menurut Soerjono Soekanto (1982) komunitas adalah menunjuk pada  bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografi) dengan  batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya. Adapun menurut WHO (1974) komunitas adalah kelompok sosial yang di tentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan interaksi antar anggota masyarakat. Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Salah satunya adalah konsep menurut (Christine Ibrahim, 1986) keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang meliputi konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan. Paradigma keperawatan ini menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori itu berhubungan satu dengan yang lain sehingga menimbulkan halhal yang perlu di selidiki (Christine Ibrahim, !986). Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang mempunyai sumber energi (infra struktur) dan mempunyai

5 variabel yang saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu; Biologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

3/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

Model teori Neuman dilandasi oleh teori sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan yaitu; pencegahan primer, sekunder dan tersier. 1. Pencegahan Pri mer   

Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan ke  populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit. 2. Pencegahan Seku nder

Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya  perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit. 3. Pencegahan Tersi er   

Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat  berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau  perawatan (Nasrul Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari : 1. Individu Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan / keperawatan karena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial. 2. Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena  pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

4/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan / keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-anggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya. 3. Kelompok khusus Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan, dan termasuk diantaranya adalah : 1.  Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhannya seperti ; Ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah, usia lanjut. 2.  Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah : Penderita penyakit menular seperti; TBC, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya.

Penderita yang menderita penyakit tidak menular, seperti; Diabetes melitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lainnya. 1.  Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya : WTS, pengguna narkoba, pekerja tertentu, dan lainnya 2.  Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: Panti Werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial dan lainnya), penitipan anak  balita. 4. Tingkat Komunitas Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

5/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

  PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVI DER OF NU RSI NG CARE)  Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah : 1. Sebagai Pendidik (Health Education) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. 2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor) Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data. 3.Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises) Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan  puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikianpelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya. 4. Sebagai Pembaharuan (Inovator) Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. 5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator) Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya: kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan  pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan. 6. Sebagai Panutan (Role Model) Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam  bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

6/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator) Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. 8. Sebagai Pengelola (Manager) Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan  pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung  jawab yang dibebankan kepadanya.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

7/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

BAB II PEMBAHASAN

1.  Pengertian Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,  pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran  pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran  pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan  pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi  paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni  Acute Respiratory Infections (ARI). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek  biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia.(WHO) Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

8/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

1.  Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri  penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,  Haemophylus,  Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan  bahwa di negara berkembang streptococcus   pneumonia dan haemophylus  influenza  merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus. a.  Faktor Pencetus ISPA 

1.  Usia Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2.  Status Imunisasi Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap. 3.  Lingkungan Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak. b.  Faktor Pendukung terjadinya ISPA

1.  Kondisi Ekonomi Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak  peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan  pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap serangan  berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya  penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

9/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

2.  Kependudukan Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang besar  pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah  berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA. 3.  Geografi Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

c.  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 

PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat. 1.  Lingkungan dan Iklim Global Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA. Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, clamydia trachomatis, mycoplasma danstaphylococus, haemophylus influenzae, pneumokokus. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan  penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

10/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran  pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga  biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420). 2.  Patofisiologi

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu : -  Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apaapa. -  Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. -  Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu : a)

Dapat sembuh sempurna.

 b)

Sembuh dengan atelektasis.

c)

Menjadi kronos.

d)

Meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

11/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

 pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). 3.  Manifestasi Klinis 

-  Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas -  Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451). -  Demam. Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda  pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. -  Meningismus. Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama  periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada  punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. -  Anorexia. Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum. -  Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. -  Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. -  Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. -  Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. -  Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. -  Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara  pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

12/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

4. 

Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah : 1.  Biakan virus 2.  Serologis 3.  Diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum,  biakan darah, biakan cairan pleura. Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari  pernafasan. 1.  Pola, cepat (tachynea) atau normal. 2.  Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. 3.  Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. 4.  Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan. 5.  Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

5. Riwayat kesehatan: 

a.  Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)  b.  Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa) c.  Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang) d.  Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien) e.  Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien) Pemeriksaan fisik à difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan : a.

Inspeksi 1)  Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

 

2) Tonsil tampak kemerahan dan edema 3)  Tampak batuk tidak produktif

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

13/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

4)  Tidak ada jaringan parut pada leher 5)  Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.  b.

Palpasi 1)  Adanya demam 2)  Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis\ 3)  Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c.

Perkusi : Suara paru normal (resonance)

d.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

6.  Penatalaksanaan Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena  pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada  pengobatan penyakit ISPA) . Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan  penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus  batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi  penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut : 1.

Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan : a.  Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.  b.  Immunisasi. c.  Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. d.  Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. 2.

Pengobatan dan perawatan  

Prinsip perawatan ISPA antara lain : a.  Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari  b.  Meningkatkan makanan bergizi c.  Bila demam beri kompres dan banyak minum

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

14/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

d.  Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih e.  Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat. f.  Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek Pengobatan antara lain : -  Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,  bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). -  Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

15/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

BAB III TINJAUAN KASUS ASKEP KOMUNITAS DENGAN MASALAH ISPA DI RT 05 KELURAHAN DWIKORA KEC MEDAN HELVETIA

Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan ( FiKes ) Sari Mutiara Medan dalam praktek dimasyarakat berlangsung mulai tanggal 17 Januari  –   17 Maret 2014 di RT 05 Kelurahan Dwikora Kec Medan Helvetia.

2.1 Tahap Persiapan

Kegiatan praktek keperawatan komunitas diawali dengan kegiatan penerimaan mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2014 di Balai Kecamatan Kelurahan Dwikora Kec Medan Helvetia. Dalam acara serah terima tersebut , mahasiswa mendapatkan  penjelasan dari Bapak Camat, Pihak Pendidikan , Puskesmas dan Kelurahan, Acara tersebut dilanjutkan dengan orientasi ke wilayah Kelurahan Dwikora Kec Medan Helvetia pada RT 05, selanjutnya mahasiswa merencanakan temu kenal dengan masyarakat.

2.2 Tahap Pelaksanaan 2.2.1 Pengkajian

1)  Data Demografi RT 05 termasuk dalam wilayah Kelurahan Dwikora yang terdiri atas 10 RT. Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian, sebelah utara dibatasi oleh RT 04, dan sebelah selatan dibatasi oleh RT 06. 2)  Data Lingkungan Fisik RT 05 memiliki berbagai fasilitas umum yang terdiri dari sebuah Masjid, sebuah gereja, sebuah Taman sekolah Kanak-Kanak, sebuah balai RT serta lokasi pemakaman umum. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh RT 05 sementara masih memiliki satu  puskesmas. Kegiatan rutin yan dilakukan oleh warga di RT 05 meliputi kegiatan PKK yang diadakan setiap hari selasa, selain itu pengajian Ibu-Ibu yang dilaksanakan pada hari kamis dan

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

16/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

kegiatan remaja. Sepeti kegiatan olahraga sepak bola oleh remaja mesjid dan gereja serta  bapak-bapak di RT 05. Selain itu Puskesmas biasanya mengadakan penyuluhan 2 x setahun. 3)  Kondisi Kesehatan Umum RT 05 terdiri ats 100 KK dengan 350 jiwa yang terdiri dari 50 anak Usia Balita, 60 Usia sekolah , 80 orang remaja, 110 orang Usia Produktif, dan 50 orang lanjut usia. Berdasarkan  pengkajian, selama 6 bulan terakhir riwayat penyakit yang terjadi di RT 05 adalah masalah dengan ISPA. Hasil pengkajian dengan Questioner  disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : a.  Tabel 1, Persentasi Jumlah Penduduk RT 05 kelurahan Dwikora berdasarkan Usia  No

Usia

Frekuensi

Persentasi

1

0-5 tahun

50

14,28%

2

6-12 tahun

60

17, 14%

3

13-20 tahun

80

22,85 %

4

21-35

80

22,85%

5

35-45

30

8,57 %

6

>45

50

14,28%

Total

350

100%

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk RT 05 berdasarkan usia yaitu 0-5 tahun sebanyak 14,28 %, 6-12 tahun sebanyak 17,14 %, 13-20 tahun sebanyak 22,85 %, 21-35 tahun sebanyak 22,85 % , 35-45 tahun sebanyak 8,57 % serta >45 sebanyak 14,28 %  b.  Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama  No

Agama

Frekwensi

Persentasi

1 2

Kristen Muslim

48 52

48 % 52 %

Total

100

100%

Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk yang berdominan adalah agama muslim sebanyak 52 %

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

17/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

c.  Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Penduduk (usia 13-20 tahun) Berdasarkan Pendidikan  No

Pendidikan

Frekwensi

Persentasi

1

SMP

30

37,5 %

2 3

SMU Mahasiswa

28 12

35 % 15 %

4

Tidak Sekolah

5

62,5 %

5

Petani

5

62,5%

Total

80

100%

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar penduduk yang berusia 13-18 tahun pekerjaan adalah sebagai SMP sebesar 37,5 % d.  Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Sampah  No

Sistem Pembuangan

Frekwensi

Persentasi

1

Tempat Pembuangan

2

2%

Umum 2

Di Sungai

0

0

3.

Ditimbun

30

30%

4.

Dibakar

10

10%

5.

Disembarang Tempat

58

58%

Total

100

100%

Berdasarkan tabel diatas, frekuensi berdasarkan pembuangan sampah adalah disembarang tempat sebesar 58% e.  Kondisi Kesehatan berdasarkan usia 13-20 tahun a.  Keluhan  No

Keluhan

Frekuensi

Persentasi

1

Ya

70

87,5 %

2

Tidak

10

12,5%

Total

80

100%

Berdasarkan tabel diatas, maka kebanyakan penduduk usia 13-20 tahun mengalami keluhan sebesar 87,5%

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

18/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

 b.  Jenis Penyakit yang dialami penduduk usia 13-20 tahun pada 6 bulan terakhir  No

Jenis Penyakit

Frekuensi

Persentasi

1

Thypoid

6

7,5 %

2 3

Tbc Ispa

5 60

6,25 % 75 %

4

DBD

5

6,25 %

5

Diare

4

5%

Total

80

100%

Berdasarkan tabel diatas, penyakit tertnggi dialami oleh usia 13-20 tahun pada 6 bulan terakhir adalah Ispa sebesar 75 % c.  Sering mengalami sesak  No

Sesak

Frekuensi

Persentasi

1

Ya

50

62,5 %

2

Tidak

30

37,5 %

Total

80

100%

Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar usia 13-20 tahun dmemiliki pola makan lebih dari 1  piring setiap makan 62,5 % d.  Frekuensi pola makan lebih dari 1 piring setiap makan  No

Pola Makan Lebih dari 1

Frekuensi

Persentasi

 piring 1

Ya

60

75 %

2

Tidak

20

25 %

Total

80

100%

Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar usia 13-20 tahun dmemiliki pola makan lebih dari 1  piring setiap makan 75 %

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

19/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

Analisa Data No

Sytomp

Etiologi

1

Ds : masyarakat mengatakan bahwa 6

Pola

/gaya

Problem

hidup

Peningkatan

 bulan terakhir penyakit yang paling yang buruk    banyak adalah ISPA ( infeksi saluran

angka kejadian ISPA di RT 05

 pernafasan atas)

Kelurahan

DO :

Dwikora

1.  Berpendidikan SMP sebanyak 37,5

Kec.

Medan Helvetia

% 2.  Pembuangan

sampah

adalah

disembarang tempat sebesar 58% 3.  Sering mengalami sesak sebanyak 62,5% 4.  Memiliki pola makan lebih dari 1  piring setiap makan 75% 5.   jumlah penduduk dengan usia 13-20 tahun yang mengalami ISPA sebesar 75%.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

20/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

F.

Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan angka kejadian ISPA di RT 05 Kelurahan Dwikora Kec. Medan Helvetia b/d

Pola /gaya hidup yang buruk d./d DS : Masyarakat mengatakan bahwa 6 bulan terakhir penyakit yang paling banyak adalah ISPA ( infeksi saluran pernafasan atas) DO : 1.  Tidak berpendidikan SD sebanyak 37,5 % 2.   pembuangan sampah adalah disembarang tempat sebesar 58% 3.  Sering mengalami sesak sebanyak 62,5% 4.  Memiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap makan 75% 5.   jumlah penduduk dengan usia 13-20 tahun yang mengalami ISPA sebesar 75%.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

21/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

G. Perencanaan Keperawatan Komunitas No

Dx Kep.

Tujuan

Sasaran

Strategi

Intervensi

Hari, tgl

Tempat

Komunitas

1

Kriteria

Peningkatan

Setelah

Ibu-

angka

dilakukan

dan

 penyuluhan tentang Februari

kejadian

tindakan

Bapak-

Penyakit

ISPA di RT keperawatan  bapak 05 kelurahan selama 1 kali Medan

Evaluasi

 pertemuan

ibu K.I.E

1.Berikan

 pada Ibu Bapak-bapak

Sabtu,

15 Balai

ISPA 2013, dan Jam 14.0015.30 WIB

05

RT verbal

Standar

a. Pengertian Infeksi saluran  pernapasan atas  b.Tanda dan gejala Ispa c. Tindakan yang dapat dilakukan  bila anggota keluarga sakit

Helvetia b/d diharapkan Pola

gaya masyarakat RT

hidup

yang 05 Kec Medan

 buruk

Helvetia mampu : a.Mengenali tanda

dan

gejala ISPA  b.Menggunakan  pelayanan kesehatan yang ada di

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

22/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

lingkungan c.Memodifikasi lingkungan yang sehat d.Dapat merawat anggota keluarga.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

23/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

H. Pelaksanaan Keperawatan Komunitas No

1

Diagnosa

Peningkatan angka

Tgl

kejadian 15

Implementasi

Penyuluhan

pada

masyarakat

ISPA di kelurahan RT 05 Februari

tentang ISPA Ibu- ibu dan Bapak-

Medan Helvetia b/d Pola gaya

 bapak di kelurahan RT 05 Medan

2014

hidup yang buruk.. 

Helvetia

evaluasi

Evaluasi struktur : a.  Rencana penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara dilakukan.  b.  Undangan penyuluhan disebarkan 3 hari sebelum acara dilaksanakan. Evaluasi proses : a.  Peserta yang hadir sebanyak 60 orang  b.  30% perserta aktif bertanya terhadap materi  penyuluhan. c.  Penyuluhan dilaksanakan di balai RT 03 kelurahan Dwikora kec.Medan Helvetia

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

24/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

BAB IV PENUTUP 

Kesimpulan

Asuhan

keperawatan

keluarga merupakan

salah

satu

bentuk

dari asuhan

keperawatan komunitas yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua masyarakat yang ada dalam wilayah yang dikaji. Jadi apabila ada keluarga riwayat keluarga ini,keluarga harus merawatnya dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah sakit/puskesmas agar penyakit ini bisa di sembuhkan.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

25/26

 

5/21/2018

Aske p Komunita s Ispa - slide pdf.c om

  DAFTAR PUSTAKA

1.  Wahit Iqbal Mubarak,Bambang Adi Santoso,Khoirul Rozikin,Siti Patonah(2005).Ilmu Keperawatan Komunitas 2.jakarta 2005 2.  Diankarimawati,2013.Askep komunitas.(online).  http://diankarimawati.wordpress.com/2013/07/26/askep-komunitas.Diakses 26 juli 2013

http://slide pdf.c om/re a de r/full/a ske p-komunita s-ispa

26/26

More Documents from "Ranny Rahmawati"

Dokumen (2).docx
November 2019 11
R-1584-1016-758.doc
November 2019 8
Dokumen (1).docx
November 2019 13
Cerpen Ku.docx
November 2019 12