Case Pitriasis Versikolor Alfons.docx

  • Uploaded by: cresentia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Case Pitriasis Versikolor Alfons.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,465
  • Pages: 15
LAPORAN KASUS Pitriasis Versikolor

Oleh : Alfonsus Cipta Raya 112017042

Pembimbing : Dr. Hendrik Kunta Adjie, Sp.KK

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Periode 4 Februari – 9 Maret 2019

STATUS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN RUMAH SAKIT HUSADA – JAKARTA

IDENTITAS PASIEN a. Nama

: Tn. H

b. Usia

: 36 Tahun

c. Jenis Kelamin

: Laki-laki

d. Agama

: Islam

e. Pekerjaan

: Wiraswasta

f. Alamat

: Jln. Pemuda, Jakarta

g. Nomor Rekam Medik

: 0136XXXX

ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 22-02-2019, Pukul 10.05)

a. Keluhan Utama Terdapat bercak putih di tangan dan punggung

b. Keluhan Tambahan Gatal jika berkeringat

c. Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke poli kulit RS Husada mengeluh timbul bercak kecil berwarna putih di bahu sebelah kanan sebesar biji jagung sejak 3 bulan yang lalu, dan semakin lama bercak bertambah banyak hingga ke punggung dan kedua tangan. Pekerjaan pasien sehari- hari berada di luar ruangan, dan pasien sering berkeringat. Pasien merasakan gatal di daerah bercak jika berkeringat. Namun gatal tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien mandi 2 kali dalam sehari. Pasien tidak suka menggunakan pakaian berlapis-lapis dan tidak menyerap keringat. Pasien rutin mengganti baju. Pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang berasa pada bercak-bercak tersebut.

Sebelum datang ke Poli Kulit RS Husada pasien belum pernah dibawa berobat untuk penyakit ini. Dirumahnya tidak ada yang menderita seperti yang dialami pasien d. Riwayat Penyakit Dahulu -

Riwayat penyakit serupa disangkal

-

Riwayat alergi makanan dan obat disangkal

e. Riwayat pada Keluarga -

Riwayat keluhan yang sama dikeluarga disangkal

-

Riwayat alergi makanan dan obat disangkal

f. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari pasien bekerja di luar ruangan, mengganti baju 2x sehari, dan lingkungan tempat tinggal baik serta ventilasi cukup.

PEMERIKSAAN FISIK 

Status Generalikus

Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan Gizi

: Cukup (BB: 70 Kg)

Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 90 x/menit

Pernafasan

: 22 x/menit

Suhu

: 36,3 oC

Kepala

: Normosefali

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik

Leher

: KGB tidak teraba membesar

Thoraks

: Dalam batas normal

Abdomen

: Dalam batas normal

Genitalia

: Tidak dilakukan

Ekstremitas

: Dalam batas normal



Status Dermatologikus/ Venereologikus a. Regio/ letak lesi : Thorax posterior, brachialis dan antebrachii bilateral

b. Efloresensi : Makula hipopigmentasi multiple, berbentuk bulat, berbatas tegas, ukuran milier, lentikuler, dan numular yang disertai dengan skuama

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG -

Lampu wood Kerokan kulit dengan KOH 10%

RESUME Pasien laki-laki berusia 36 tahun dengan keluhan timbul bercak putih di bahu sebelah kanan sebesar biji jagung sejak 3 bulan yang lalu. Bercak semakin lama semakin banyak hingga ke punggung dan kedua tangan. Pasien mengatakan bercak terasa gatal jika berkeringat. Dari pemeriksaan fisik status generali dalam batas normal. Pada status dermatologikus didapatkan makula hipopigmentasi multiple berbentuk bulat, berbatas tegas, dengan ukuran milier,

lentukuler, dan numular yang disertai skuama pada regio thorax posterior, brachialis dan ante brachii bilateral.

DIAGNOSIS KERJA Pitriasis Versikolor DIAGNOSA BANDING 1. Pitriasis alba 2. Vitiligo

PENATALAKSANAAN Umum - Menyarankan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus terjadinya pitriasis versikolor - Pasien dinasehatkan agar tidak berada di lingkungan yang panas dan lembab agar tidak kambuh setelah pengobatan Medikamentosa -

Itraconazole cap 2x100 mg (7 hari)

-

Selenium sulfida shampoo 1,8%/hari

PROGNOSIS -

Quo ad vitam

:

Ad bonam

-

Quo ad functionam

:

Ad bonam

-

Quo ad sanationam

:

Dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadangkadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu. 1 Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha. 2 Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai dengan adanya makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal. 2

Epidemiologi Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian pityriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan.2,3 Pitiriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis dan daerah subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah yang lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25 pada wanita. 2,3 Penyakit ini menyerang semua ras, tidak terdapat perbedaan frekuensi pada lakilaki dan perempuan, namun beberapa pendapat mengatakan bahwa rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2, menyerang semua umur terutama dewasa muda, sedangkan

umur kurang dari 1 tahun sangat jarang di temukan M. furfur, hal ini disebabkan pada anak-anak terdapat produksi sebum yang rendah. 3

Etiologi Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur (Pityrosporum orbiculare) yang merupakan “lipophilic yeast”, dimana dalam keadaan biasa adalah flora normal yang terdapat pada permukaan kulit. Malassezia furfur yang berbentuk ragi / spora dapat berubah menjadi patogen dalam bentuk filamen / hifa oleh faktor predisposisi sebagai berikut 

Endogen : defisiensi immun (immunodeffisiensi), kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, dan malnutrisi.



Eksogen : suhu tinggi, kelembapan udara, keringat, higiene, oklusi pakaian dan penggunaan emolient yang berminyak.2

Gambar : malassezia furfur

Patogenesis Sebagian kecil dari jumlah jamur yang biasanya ada pada kulit semua orang tapi selama bulan musim panas dan kelembaban yang tinggi, jamur dapat meningkat. Jamur yang berlebih di kulit dapat mencegah proses pigmentasi normal, sehingga menghasilkan warna yang lebih terang dan gelap. 2 Tinea versicolor disebabkan oleh organisme dimorfik lipofilik, dalam genus Malassezia, sebelumnya dikenal sebagai Pityrosporum. Sebelas spesies diakui dalam klasifikas jamur ini, Malassezia globosa dan Malassezia furfur adalah spesies dominan terisolasi di tinea versicolor. Malassezia sangat sulit untuk dilakukan kultur di laboratorium dan hanya dapat dikultur dalam media diperkaya denganu asam lemak asam C12 dan C14. Malassezia secara

alami ditemukan banyak pada permukaan kulit binatang, termasuk manusia. Memang, dapat dipisahkan dalam 18% bayi dan 9-10% dari orang dewasa. 2 Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang sehat dan pada daerah kulit yang menunjukkan penyakit kulit. Pada pasien dengan penyakit klinis, organisme ditemukan di kedua tahap yaitu jamur (spora) dan bentuk berserabut (hyphal). Faktor-faktor yang mengarah pada konversi jamur saprophytic ke bentuk, morfologi parasit miselium termasuk kecenderungan genetik; hangat, lingkungan lembab; imunosupresi, malnutrisi, dan penyakit Cushing. Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit terhadap organisme ini. Meskipun Malassezia adalah komponen flora normal, juga bisa menjadi patogen oportunistik. 2 Organisme ini dianggap sebagai faktor dalam penyakit kulit lainnya, termasuk Pityrosporum folikulitis , anak sungai dan retikular papillomatosis dermatitis seboroik , dan beberapa bentuk dermatitis atopik . 2 Kulit penderita tinea versicolor dapat mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase [hasil dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi] beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di permukaan kulit secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus panu dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis. 2 Dalam kondisi yang belum sepenuhnya dijelaskan, jamur mengalami konversi ke bentuk miselium, yang kemudian dapat menyerang stratum korneum, penetrasi baik melalui corneocytes. Bagaimanapun, telah ditemukan bahwa tidak semua isolat Malassezia dapat mengalami transformasi yeastmycelium ini. 2, Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme (Malassezia). 4 Penyakit ini sering kambuh. Menimbulkan bekas berwarna putih pada kulit yang terkena jamur setelah pengobatan. Kadang sulit dibedakan dengan alergi. Padahal jika jamur ini diberi obat anti inflamasi golongan steroid, awalnya seolah membaik, tapi sebenarnya akan

bertambah luas karena anti alergi anti-inflamasi golongan steroid tidak boleh diberikan (kontra indikasi) pada penyakit jamur.1,2

Gambaran Klinis Daerah kulit yang sering terlibat adalah bagian tubuh, punggung, perut, dan ekstremitas proksimal. Wajah, kulit kepala, dan alat kelamin umumnya kurang terlibat.1 Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan warna. Warna setiap lesi bervariasi dari hampir putih sampai coklat kemerahan atau berwarna coklat kekuningan dengan kata lain terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni.2 Lesi berbentuk tidak teratur sampai teratur, berbatas jelas sampai difus, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal (ringan), atau asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan), dan hanya gangguan kosmetik saja. Pasien sering melaporkan bahwa lesi kulit yang terlibat tidak menjadi gelap seperti kulit pada bagian tubuh yang lain di musim panas. Keluhan gatal, meskipun ringan, merupakan salah satu alasan penderita datang berobat. 2

Gambar Pitiriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia (kiri) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan). 5

Pemeriksaan Penunjang 

Wood lamp yang menghasilkan cahaya dapat digunakan untuk menunjukkan fluoresensi tembaga-jingga atau juga keemasan (coppery-orange) pada tinea versicolor. Namun, dalam beberapa kasus, lesi tampak lebih gelap dari kulit yang tidak terpengaruh di bawah lampu Wood, tetapi mereka tidak berpendar.2



.Diagnosis biasanya dikonfirmasi dengan pemeriksaan kerokan kulit dengan kalium hidroksida (KOH), yang menunjukkan karakteristik pendek, hifa cerutu-but. Hasil pemeriksaan dengan KOH tampak spora dengan miselium pendek telah disebut sebagai spaghetti and meatballs. Untuk visualisasi yang lebih baik dapat ditambahkan tinta biru, tinta Parker, methylene blue, atau cat Swartz-Medrik dengan persiapan KOH 20%.2



Karena biasanya diagnosis klinis dicurigai dan dapat dikonfirmasi dengan persiapan KOH, kultur jarang diperoleh.



Dengan pemeriksaan darah, tidak ada penurununa antibodi pada pasien dengan tinea versicolor Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan

langsung sedian basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa Sabouraud.5

Gambar . meatball and spaghetti appearance

Diagnosa Banding 1. Pityriasis Alba Lesi pityriasis alba umumnya berbentuk oval, bulat, atau plak irreguler yang berwarna merah, merah muda, atau warna yang sama dengan kulit. Ia biasanya mempunyai sisik dengan batas dengan yang tidak jelas. Lesi pityriasis alba umumnya mengenai pipi dan dagu, tungkai dan tubuh jarang terlibat. Lesi pityriasis alba biasanya mempunyai ukuran 0,5-2 cm diameter tetapi bisa menjadi lebih besar jika lesi mengenai tubuh.2

Gambaran lesi pada penyakit pityriasis alba.5

2. Dermatitis Seboroik Dermatitis seboroik umumnya mengenai daerah yang berambut. Penampilan kulit kepala yang terkena dermatitis seboroik bervariasi dari ringan, bercak bersisik yang luas, bisa menjadi tebal dan mengeras. Plak jarang terjadi. Lesi hipopigmentasi dapat dilihat pada individu yang berkulit gelap. Distribusi lesi umumnya terjadi pada daerah berminyak dan berambut di kepala dan leher, seperti kulit kepala, dahi, alis, bulu mata lipatan nasolabial, jenggot, dan kulit postaurikuler.2

Gambaran Dermatitis seboroik mempengaruhi garis kulit kepala dan alis dengan kulit merah dan skuama. 4

3. Vitiligo Pada penyakit vitiligo, batas bercak bersifat tegas, tidak bersisik, lesi lebih luas, dan depigmentasi menyeluruh. Walau bagaimanapun, kadang-kadang agak sukar untuk membedakan vitiligo dengan daerah pucat tidak bersisik pada tinea versikolor yang sudah dirawat. Lesi mempunyai ukuran dari milimeter ke sentimeter. Lesi awal paling sering terjadi pada tangan, lengan, kaki, dan wajah. Vitiligo juga sering mengenai alat kelamin, bibir, areola, dan puting.1,2

Gambaran lesi pada penyakit vitiligo.Siregar RS. 4

Penatalaksanaan Pasien harus diberitahu bahwa tinea versikolor disebabkan oleh jamur yang biasanya hadir di permukaan kulit dan tidak menular. Kekambuhan adalah umum, dan terapi profilaksis dapat membantu mengurangi kekambuhan.2, I. Non Medikamentosa 1) Edukasi Menyarankan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus terjadinya pitiriasis versicolor. Pasien dinasehatkan supaya tidak berada di lingkungan yang panas dan lembab supaya tidak kambuh setelah pengobatan.2

II. Medikamentosa  Sistemik Terapi sistemik diaplikasi jika tinea versikolor sering kambuh atau gagal dengan pengobatan topical dan jug apada lesi yang luas. Obat yang diberikan adalah Ketoconazole 200mg/hari selama 5-10 hari. Itraconazole : 200mg/hari selama 5-7 hari.

 Topikal Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat efektif. 

Sampo selenium sulfide ( 1,8%) atau lotion selenium sulfide (2.5%) dioleskan pada bercak selama 10-15 menit, kemudian dicuci, digunakan selama satu minggu.



Sampo ketokonazol digunakan sama seperti selenium sulfide.



Krim Azole (ketoconazole, econazole, micronazole, clotrimazole) dioleskan selama 2 minggu.1

Prognosis Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan juga negatif.2 Kesimpulan Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia.

Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi langsung, Pemeriksaan dengan Wood's Lamp. Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat efektif. Ketokonazol

termasuk

kelas

antijamur

imidazoles.

Ketokonazol

bekerja

dengan

memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi. Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif. Meskipun jamur telah dieradikasi dengan pengobatan, tetapi hipopigmentasi menetap selama beberapa minggu sampai melanosit memulai untuk memproduksi melanin lagi

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Bramono K. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Menaldi SL, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2015. hal. 103-5. 2. Partogi, Donna, dr, Sp.KK, 2008. Pitriasis Versikolor dan Diagnosis Bandingya (Ruam – Ruam Bercak Putih Pada Kulit). Medan : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

FK

USU/RSUD

H

Adam

Malik/

RS

Dr

Pirngadi.

http://medicineline.wordpress.com/2011/08/08/pitiriasis-versikolor/ 3. Janik MP, Hefferman MP, Yeast infection: candidiasis and tinea (pytriasis) versicolor, and malassezia (pityrosporum) folliculitis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Level D editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill Co;2012.p2298-311 4. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2 .Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2013

Related Documents


More Documents from ""