DERMATOMIKOSIS Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Husada Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Periode 11 Maret – 12 April 2019 Pembimbing : dr. Maria Dwikarya, Sp.KK
DERMATOMIKOSIS • Kelainan kulit akibat jamur • Dermatofitosis • Nondermatofitosis
DERMATOFITOSIS • Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk : st. Korneum pada epidermis, kuku, rambut yang disebabkan gol jamur dermatofita. • Jamur ini menginvasi seluruh lapisan st. Korneum • Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton.
TINEA KAPITIS • Lesi bersisik, kemerahan, alopesia, kadang gambaran klinis lebih berat (kerion) 1. Gray patch ringworm • Pada anak-anak • Papul merah kecil disekitar rambut-melebar membentuk bercak menjadi pucat & bersisik. • Gatal, warna rambut tidak berkilat, mudah patah, mudah dicabut. • Lampu Wood = fluoresensi hijau kekuning-kuningan.
2. Kerion • Reaksi peradangan berat • Pembengkakan menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang • Dapat menimbulkan jaringan parut dan alopesia permanen 3. Black dot ringworm • Rambut yang terinfeksi patah, tepat pada muara folikel dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora.
TINEA KORPORIS • Dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut • Lesi bulat / lonjong, berbatas tegas, eritem, skuama, kadang vesikel dan papul di tepi, daerah tengah biasanya lebih tenang • Erosi dan krusta akibat garukan
• Tinea imbrikata = mulai dengan bentuk papul coklat yang perlahan menjadi besar • St. Korneum bagian tengah terlepas dari dasarnya dan melabar, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yg konsentris
TINEA CRURIS • Lipat paha, daerah perineum, sekitar anus. • Dapat meluas ke daerah gluteus, perut bagian bawah atau bagian tubuh lain. • Lesi berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata dari daerah tengah. • Efloresensi polimorfik • Bila menahun = bercak hitam disertai sedikit sisik. • Erosi dan keluar cairan = efek garukan
TINEA BARBAE • • • •
Pada laki-laki Melalui alat cukur yang terkontaminasi Biasanya unilateral Daerah janggut, kumis, mulut bagian atas
TINEA PEDIS • Interdigitalis • Diantara jari IV-V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis • Dapat meluas ke bawah jari dan sela jari lain • Sering tampak maserasi berupa kulit putih dan rapuh • Dapat disertai infeksi sekunder = sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, erisipelas
• Moccasin foot : pada seluruh kaki kulit menebal dan bersisik, eritema. • Dibagian tepi lesi dapat disertai papul dan vesikel. • Bersifat kronik dan sering resisten pada pengobatan. • Bentuk subakut = vesikopustul, bula
TINEA UNGUIUM • Bentuk subungual distalis = mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. • Menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh
• Leukonikia trikofita = leukonikia/keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok. • Bentuk subungual proksimalis = mulai dari pangkal kuku bagian proksimal. Terlihat kuku bagian distal yang utuh, bagian proksimal rusak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG • • •
Pemeriksaan mikologik KOH 10% = rambut 20% = kulit dan kuku Gambaran hifa dan spora
PENATALAKSANAAN • Topikal, sistemik
PITIRIASIS VERSIKOLOR • Infeksi kulit superfisial kronik • Genus Malassezia, ragi bersifat lipofilik yang merupakan flora normal kulit • Banyak berkoloni pada area kaya sekresi sebasea • Umumnya tidak memberikan gejala subjektif, ditandai oleh area depigmentasi atau diskolorasi berskuama halus, tersebar diskret atau konfluen • Tersering : badan bagian atas, leher, perut, ekstremitas sisi proksimal, wajah • Lesi = makula berbatas tegas, hipopigmentasi/hiperpigmentasi, skuama halus (pitiriasisformis)
• Lampu Wood = fluoresensi kekuningan. • Dapat positif palsu = penggunaan salep yang mengandung as.salisilat, tetrasiklin. • Kerokan kulit + KOH 20% = kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat (‘spaghetti and meatballs’ atau ‘bananas and grapes’)
• Identifikasi faktor predisposisi ( kelembapan yang tinggi, tegangan CO2 tinggi permukaan kulit akibat oklusi, genetik, hiperhidrosis, kondisi imunosupresif, malnutrisi) • Topikal : - Selenium sulfide shampo 1,8% / losio 2,5% setiap hari 15-30 menit – dibilas - Ketokonazol shampo 2% selama 5 menit 3 hari berturut-turut - Krim : mikonazole, klotrimazol, isokonazol, ekonazol, terbinafine 1%
• -
Sistemik : Ketokonazol 200mg/hari selama 5-10 hari Itrakonazol 200-400mg/hari selama 5-7 hari Fluconazole 400mg single dose
FOLIKULITIS MALASSEZIA • • • •
Folikulitis pitirosporum Penyakit kronis pada folikel pilosebasea Malassezia spp. Papul dan pustul folikular, gatal, terutama di lokasi batang tubuh, leher, lengan bagian atas
• -
Antimikotik oral : Ketokonazol 200mg/hari selama 4 minggu Itrakonazol 200mg/hari selama 2 minggu Flukonazol 150mg seminggu selama 2-4 minggu
• Antimikotik topikal = kurang efektif